A.

Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu yang bersifat interdisipliner ataupun gabungan 2 disiplin ilmu
ialah sosiologi serta linguistik. Selaku ilmu yang bertabiat interdisipliner, sosiolinguistik
berupaya menerangkan keahlian manusia dalam memakai aturan- aturan berbahasa secara
pas dalam situasi- situasi yang bermacam- macam (Ohoiwutun, 1997: 9). Bagi Abdul Chaer
serta Leonie Agustina (1995: 6) sosiolinguistik berhubungan dengan perincian- perincian
konsumsi bahasa yang sesungguhnya, semacam deskripsi pola- pola konsumsi bahasa
ataupun dialek dalam budaya tertentu, opsi konsumsi bahasa ataupun dialek tertentu yang
dicoba oleh penutur, topik serta latar pembicaraan.

Alwasilah (1985: 3) berkata,“ sosiologi bahasa membidangi faktor- faktor sosial dalam skala
besar yang silih bertimbal- balik dengan bahasa serta dialek- dialek. Sosiolinguistik lebih
berhubungan dengan perincian- perincian( details of language) dalam pemakaian yang
sesungguhnya yang oleh Hymes diucap the ethnography of speaking.” Ronald Wardahaugh
(1986: 12- 13) berkata kalau sosiolinguistik menyangkut riset bahasa dengan warga,
menguasai struktur bahasa serta guna bahasa dalam komunikasi, sebaliknya sosiologi
bahasa menyangkut riset antara bahasa dengan warga serta menguasai struktur sosial lewat
riset bahasa.

Sosiolinguistik ialah ilmu yang bersifat interdisipliner, hingga sosiolinguistik tercantum dalam
pembidangan makrolinguistik. Iktikad makrolinguistik merupakan penganalisan bahasa
dalam hubungannya dengan faktor- aspek eksternal, di luar sistem bahasa, tercantum di
dalamnya ilmu- ilmu bahasa terapan( Ohoiwutun, 1997: 10). Sosiolinguistik yang masuk
dalam zona makrolinguistik sangat bermanfaat buat mengamati sebagian kenyataan sosial
dalam selaku indikasi sosial secara lebih jelas serta teliti. Khasiat sosiolinguistik yang lain
merupakan dalam bidang komunikasi( Abdul Chaer serta Leonie Agustina, 1995: 10). Artinya
merupakan sosiolinguistik hendak membagikan pedoman dalam berbicara dengan
menampilkan bahasa, macam bahasa ataupun gaya bahasa apa yang wajib dipakai seorang
apabila berdialog dengan orang lain. Dengan menguasai prinsip- prinsip sosiolinguistik tiap
penutur hendak menyadari betapa berartinya peranan ketepatan pemilihan variasi cocok
dengan konteks sosial tidak hanya kebenaran secara struktur gramatikal dalam pemakaian
bahasa
B. Bentuk campur kode
Nababan (1991: 32) berkata campur kode ialah sesuatu kondisi berbahasa lain yakni
bilamana orang menggabungkan 2 (ataupun lebih) bahasa ataupun macam bahasa dalam
sesuatu tindak bahasa tanpa terdapat suatu dalam suasana berbahasa yang menuntut
percampuran bahasa itu. Artinya merupakan kondisi yang tidak memforsir ataupun
menuntut seorang buat menggabungkan sesuatu bahasa ke dalam bahasa lain dikala
peristiwa tutur lagi berlangsung.
Gejala alih kode umumnya diiringi dengan indikasi campur kode, Thelander dalam Chaer
(2004: 115) berkata apabila di dalam sesuatu peristiwa tutur ada klausa- klausa ataupun
frase- frase yang digunakan terdiri dari klausa serta frase kombinasi( hybrid clauses, hybrid
phrases), serta tiap- tiap klausa serta frase tidak lagi menunjang guna sendiri- sendiri, hingga
peristiwa yang terjalin ini merupakan campur kode. Setelah itu Nababan( 1991: 32) berkata
campur kode ialah sesuatu kondisi berbahasa lain yakni bilamana orang menggabungkan
2( ataupun lebih) bahasa ataupun macam bahasa dalam sesuatu tindak bahasa tanpa
terdapat suatu dalam suasana berbahasa yang menuntut percampuran bahasa itu. Artinya
merupakan kondisi yang tidak memforsir ataupun menuntut seorang buat menggabungkan
sesuatu bahasa ke dalam bahasa lain dikala peristiwa tutur lagi berlangsung. Jadi penutur
bisa dikatakan secara tidak sadar melaksanakan percampuran serpihan- serpihan bahasa ke
dalam bahasa asli. Campur kode seragam dengan intervensi dari bahasa satu ke bahasa lain,
Dalam campur kode penutur menyelipkan unsur- unsur bahasa lain kala lagi mengenakan
bahasa tertentu. Unsur- unsur tersebut bisa berbentuk perkata, namun bisa pula berbentuk
frase ataupun kelompok kata.