Anda di halaman 1dari 21

BLOK 19

EDENTULUS SEBAGIAN

PEMICU 3
“Aku Ingin Tampil Cantik”

Disusun oleh :

Taridapasu Abigail Simamora


200600163
Kelompok 5

FASILITATOR :
Ariyani, drg., MDSc., Sp.Pros(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
Pemicu 3
Nama Pemicu : Aku Ingin Tampil Cantik
Penyusun : Prof.Haslinda Z Tamin, drg. M.Kes.,Sp.Pros (K), Dr Rahmi Putri Rangkuti,
S.Psi.,M.Psi, Dr Pitu Wulandari, drg., Sp.Perio(K)
Hari/Tanggal : Rabu, 1 Maret 2023
Jam : 07.30 – 09.30 WIB
Skenario:
Seorang perempuan berusia 52 tahun berprofesi sebagai dosen datang ke RSGM USU
ingin mengganti gigi tiruannya yang patah beberapa hari yang lalu. Dari hasil anamnesis,
pasien menderita hipertensi dan menggunakan obat dengan teratur. Pasien datang sendiri
karena menyadari kebutuhannya akan pemasangan gigi tiruan terkait profesinya. Ia
mengajukan beberapa pertanyaan yang bersifat umum maupun spesifik terhadap penjelasan
yang diberikan oleh dokter gigi. Walaupun ada sedikit kekhawatiran tentang pemasangan gigi
tiruan yang akan dilakukan, namun secara keseluruhan selama pemeriksaan ia terlihat tenang.
Dari hasil pemeriksaan klinis dan setelah dilakukan pencetakan anatomis serta pembuatan
model studi diperoleh data sebagai berikut:
- Rahang atas gigi geligi yang masih ada : 25,24,23,22,21,13,14,17
- Rahang bawah : gigi lengkap
- Gigi 13 dan 17 sedikit miring ke mesial 5o
- Gingiva pada rahang atas dan bawah terlihat merah, oedem dan BOP (bleeding on
probing) positif
- Gigi 25,24: Karies media
- Poket relatif pada gigi 25,24,23,22,21,13,14,17
- Indeks Debris: 3,1, Indeks Kalkulus: 2,1 dan Indeks Plak: 3,3
Pertanyaan:
A.
1. Jelaskan tipe watak pasien dan upaya menghadapinya
2. Bagaimana bentuk komunikasi yang sesuai untuk tipe pasien tersebut di atas.
B.
1. Jelaskan diagnosis periodontal kasus tersebut dan etiologinya
2. Jelaskan rencana perawatan periodontal pada kasus tersebut
3. Uraikan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perawatan pada kasus
tersebut
C. Setelah dilakukan preprosthetic treatment, dokter gigi akan memberikan dua alternative
jenis gigi tiruan yangsesuai dengan kondisi pasien GTSL Akrilik dan GTSL Kerangka Logam
1. Tentukan gigi penyangga yang berfungsi sebagai penahan langsung dan jelaskan
alasannya !
2. Tentukan perencanaan desain cangkolan dan jelaskan alasannya !
3. Tentukan arah pasang dan arah lepas (kemiringan model) yang terbaik untuk pasien
tersebut!
4. Gambarkan Desain lengkap GTSL Akrilik dan GTSL Kerangka Logam
a. Klasifikasi Kennedy
b. Dukungan
c. Retainer
d. Konektor
e. Arah pasang
5. Dari dua desain gigi tiruan yang akan dijelaskan kepada pasien, tentukan desain mana
yang lebih tepat untuk pasien tersebut diatas dan berikan alasannya !
Learning issue:
A : 1. Tipe watak pasien
2. Cara menghadapi pasien sesuai dengan tipe watak masing-masing
B : Diagnosa dan rencana perawatan poket periodontal
C : 1. Klasifikasi Kennedy
2. Komponen-Komponen GTSL dan GTKL
3. Survei Model 4. Penentuan Disain GTSL dan GTKL

BAB II

PEMBAHASAN
A.

1. Jelaskan tipe watak pasien dan upaya menghadapinya


Tipe watak pasien pada kasus adalah philosophical. Sikap mental
philosophical merupakan sikap mental terbaik/ideal dalam perawatan gigi tiruan.
Pasien dengan sikap mental ini memiliki motivasi menggunakan gigi tiruan untuk
memelihara kesehatan gigi dan penampilannya. Pasien memiliki keyakinan bahwa
mengganti gigi yang hilang adalah normal dan prosedurnya dapat diterima. Pasien
dapat mengatasi konflik dan mengatur waktu dan kebiasaannya dengan cara yang
rapi. Pasien dapat menghilangkan frustasi di saat yang sulit dan belajar menyesuaikan
diri secara cepat.1
Sikap mental philosophical biasanya dimiliki oleh 2 tipe pasien. Tipe yang
pertama adalah pasien yang belum pernah memakai gigi tiruan, namun sadar akan
kebutuhannya untuk memakai gigi tiruan. Pasien sangat percaya kepada dokter gigi.
Pasien tipe ini perlu senantiasa diberi penyuluhan agar motivasinya yang baik tetap
terjaga. Tipe kedua yang memiliki sikap mental philosophical adalah pasien yang
sudah pernah memakai gigi tiruan dengan memuaskan dan perlu dibuatkan gigi tiruan
lagi karena hal lain. Pasien ini telah mengerti bagaimana pemakaian gigi tiruan, baik
keterbatasan hingga kesulitannya. Pada kasus pasin termasuk tipe kedua dimana
dijelaskan bahwa perempuan berusia 52 tahun berprofesi sebagai dosen datang ke
RSGM USU ingin mengganti gigi tiruannya yang patah beberapa hari yang lalu.
Karakteristik pasien dengan sikap mental philosophical adalah:1,2
 Pemikiran Rasional
 Paling kooperatif
 Bijaksana
 Tenang
 Berpikiran sehat
 Mudah Beradaptasi
 Sabar di situasi yang sulit
 Menganggap pergantian gigi adalah wajar
 Memiliki motivasi dan keinginan untuk memelihara kesehatan gigi dan
mulutnya dengan memakai gigi tiruan
Pada kasus pasien datang sendiri karena menyadari kebutuhannya akan
pemasangan gigi tiruan terkait profesinya. Walaupun ada sedikit kekhawatiran tentang
pemasangan gigi tiruan yang akan dilakukan, namun secara keseluruhan selama
pemeriksaan pasien terlihat tenang. Dalam hal ini pasien menunjukkan karakteristik
dengan tipe watak philosophical dimana pasien menyadari akan kebutuhan dari
pemasangan gigi tiruan dan pasien memiliki motivasi ditandai dengan pasien yang
datang ke RSGM untuk menjaga penampilan pasien yang berprofesi sebagai dosen.
Upaya menghadapi pasien tipe watak philosophical adalah :3
 Sampaikan informasi yang diperlukan sejelas mungkin.
Hal ini harus dilakukan oleh dokter gigi terhadap pasien tipe philosophical,
karena pada kasus , pasien kerap sekali mengajukan beberapa pertanyaan yang
bersifat umum maupun spesifik terhadap penjelasan yang diberikan oleh
dokter gigi. Artinya, pasien memiliki sikap yang rasional dan kritis terhadap
informasi pentingnya pemakaian gigi tiruan tersebut.
 Berikan ucapan terimakasih atas kerjasamanya.
Setelah selesai dilakukan anamnesis hingga perawatan, dokter gigi perlu
memberikan reward kepada pasien tipe ini sebagai bentuk sikap kooperatifnya
dalam perawatan. Sesuai dengan kasus, dimana walaupun ada sedikit
kekhawatiran tentang pemasangan gigi tiruan yang akan dilakukan, namun
secara keseluruhan selama pemeriksaan pasien terlihat tenang.

1.Handojo J. Keadaan kehilangan gigi dan sikap mental pasien dari aspek prostodonsi
(laporan kasus). J Ilmiah Trisakti. Hal. 2.
2. Ody. Sikap mental pasien dan hubungan kondisi kesehatan dengan perawatan. Hal.
1.
3. Gunadi, Haryanto A, dkk (Ed). 1995. Buku Ajar Ilmu Gigi Geligi Tiruan Lepasan
Jilid I. Jakarta : Hipokrates.

2. Bagaimana bentuk komunikasi yang sesuai untuk tipe pasien tersebut di atas.
Dalam dunia psikologi khususnya psikoterapi terdapat sebuah teknik
penyembuhan yang disebut komunikasi terapeutik (therapeutic communication).
Dengan metode ini pasien sebagai komunikan diarahkan begitu rupa sehingga terjadi
pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan sosial yang bermanfaat.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar terapis dengan pasien. Manfaat komunikasi terapeutik
adalah untuk mendorong dan m enganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien
melalui hubungan di antara keduanya. Komunikasi terapeutik bertujuan membantu
pasien dalam memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran, serta dapat
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
Dilihat dari sudut pandang ilmu komunikasi, hubungan antara dokter dan
pasien ini termasuk dalam komunikasi interpersonal (antar pribadi), atau dari sudut
pandang komunikasi kesehatan yaitu komunikasi terapeutik. Dengan mempelajari
unsur-unsur yang terkandung dalam proses komunikasi, kita dapat melihat berhasil
atau tidaknya suatu komunikasi. Dokter (komunikator) melakukan tahapan-tahapan
pemeriksaan kepada pasien (komunikan) secara tatap muka (media). Dalam tahapan-
tahapan pemeriksaan tersebut terjadi pertukaran pesan antara dokter dan pasien,
dokter menanyakan pertanyaan terkait penyakit yang diderita kepada pasien untuk
membantu penetapan diagnosa dan tindakan medis yang tepat (pesan). Kemudian
pasien menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh dokter (umpan balik).
Dalam proses komunikasi diantara dokter dan pasien terjadi pertukaran pendapat,
penyampaian informasi serta perubahan sikap dan perilaku. Dalam proses komunikasi
itu sendiri juga diusahakan terjadinya efektivitas komunikasi.

Sumber :

Sari G L, Yudiningrum F R. Komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien. J


Kommas. Hal. 3 – 4.

B.

1. Jelaskan diagnosis periodontal kasus tersebut dan etiologinya

Berdasarkan skenario, hasil pemeriksaan intraoral pasien di atas menunjukkan


bahwa gingiva pasien pada rahang atas dan bawah terlihat merah, oedem dan BOP
(bleeding on probing) positif. Selain itu, ditemukan adanya poket relatif pada gigi-
gigi rahang atas yang masih ada, yaitu gigi 25, 24, 23, 22, 21, 13, 14, 17. Indeks
kebersihan mulut pasien juga ditemukan buruk, dengan indeks debris 3,1 dan indeks
kalkulus 2,1. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang didapatkan, maka menurut
Classification of Periodontal and Peri-implant Diseases and Conditions 2017,
diagnosis yang dapat ditegakkan adalah gingivitis diinduksi dental plak-biofilm.
Gingivitis merupakan suatu inflamasi yang melibatkan jaringan lunak di sekitar gigi
yaitu jaringan gingiva. Gambaran klinis gingivitis adalah munculnya warna
kemerahan pada margin gingiva, pembesaran pembuluh darah di jaringan ikat
subepitel, hilangnya keratinisasi pada permukaan gingiva, dan pendarahan yang
terjadi pada saat dilakukan probing. Gingivitis yang diinduksi oleh biofilm plak gigi
biasanya dianggap sebagai sebagai peradangan lokal yang disebabkan oleh akumulasi
biofilm mikroba pada gigi dan dianggap sebagai salah satu penyakit inflamasi
manusia yang paling umum. Ketika plak gigi tidak dihilangkan, gingivitis dapat
dimulai sebagai akibat dari hilangnya simbiosis antara biofilm dan respon imun
inflamasi. Gambaran umum dari gingivitis ini, meliputi tanda dan gejala klinis
peradangan terbatas pada gingiva bebas dan cekat yang tidak meluas ke perlekatan
periodontal (sementum, ligamen dan tulang alveolar), reversibilitas peradangan yang
dicapai dengan penghilangan biofilm pada apikal ke margin gingiva, adanya jumlah
plak bakteri yang tinggi yang diperlukan untuk memulai peradangan, dan level
perlekatan yang stabil pada periodonsium, yang mungkin atau mungkin tidak
mengalami kehilangan perlekatan atau tulang alveolar.1-3
Tingkat keparahan, luas, dan perkembangan gingivitis yang diinduksi plak di
tempat tertentu atau di seluruh mulut bervariasi antara individu dan dapat dipengaruhi
oleh faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor oral lokal yang memperburuk gingivitis
diinduksi plak adalah faktor yang dapat mempengaruhi inisiasi atau progresi inflamasi
gingiva dengan memfasilitasi akumulasi plak bakteri di situs tertentu, menghambat
penghilangan plak mekanis setiap hari, dan/atau pembuatan plak biologis yang
mendorong peningkatan akumulasi plak. Contohnya gingivitis yang diinduksi plak
yang diperburuk oleh retensi plak biofilm (seperti margin restorasi subgingiva yang
menonjol, anatomi, dan posisi gigi tertentu) yang dapat meningkatkan risiko
akumulasi plak, xerostomia yang disebabkan oleh penurunan aliran saliva
(hiposalivasi) yang dapat mengganggu penghapusan plak, sehingga meningkatkan
risiko karies, halitosis, dan peradangan gingiva di antara kondisi mulut lainnya. Faktor
risiko sistemik dapat memodifikasi respon inflamasi imun host dengan adanya biofilm
plak gigi mengakibatkan respon inflamasi yang berlebihan. Contoh kondisi sistemik
yang dapat mempengaruhinya, meliputi hormon steroid seks (misalnya, pubertas,
kehamilan, siklus menstruasi, kontrasepsi oral), hiperglikemia, leukemia, kekurangan
gizi, dan merokok. Peningkatan hormon steroid seks, terutama, selama pubertas dan
kehamilan dapat memodifikasi respon inflamasi gingiva.1-3
Di mana pada kasus, diketahui adanya gigi yang hilang (edentulous) pada
rahang atas dan adanya gigi 13 dan 17 yang miring ke mesial sebesar 5 derajat yang
merupakan salah satu bentuk malposisi gigi yang menyebabkan adanya jarak
interdental antara gigi, sehingga menyebabkan terjadinya retensi plak yang akan
mengakibatkan terjadinya gingivitis.
Sumber :
1. American Academy of Pediatric Dentistry. Classification of periodontal diseases in
infants, children, adolescents, and individuals with special health care needs. The
Reference Manual of Pediatric Dentistry. Chicago, Ill.: American Academy of
Pediatric Dentistry; 2021: 435-449.
2. Caton J G, Armitage G, Berglundh T, et al. A new classification scheme for
periodontal and peri-implant diseases and conditions – Introduction and key changes
frome the 1999 classification. J Of Periodontology 2018; 89(1): 51-58.
3. Tetan-el D, Adam A M, Jubhari E H. Gingival diseases: plaque induced and non-
plaque induced. Makassar Dental Journal 2021; 10(1): 88-95.

2. Jelaskan rencana perawatan periodontal pada kasus tersebut


A. Fase etiotropik (Phase I/Nonsurgical Phase)20
 Pemberian DHE
DHE merupakan komponen penting dari terapi gingivitis yang sukses, dan
instruksi harus dimulai sejak janji perawatan pertama. Sebelum instruksi oral
hygiene, pasien harus memahami alasan bahwa dia harus berpartisipasi aktif
dalam terapi. Penjelasan tentang etiologi penyakit harus disampaikan kepada
pasien. Setelah pasien memahami sifat penyakit periodontal dan etiologinya,
akan lebih mudah untuk mengajarkan kebersihan yang harus dia praktikkan.
Pasien harus diinstruksikan tentang teknik yang benar untuk menghilangkan
plak atau biofilm. Hal ini berarti fokus pada cara menyikat gigi yang baik dan
benar terutama pada sepertiga gingiva dari mahkota klinis, di mana gigi
bertemu dengan margin gingiva. Teknik penggunaan sikat gigi yang paling
efektif untuk membersihkan dental plak adalah teknik Bass. Pasien juga
diinstuksikan untuk melakukan flossing, penggunaan obat kumur
Chlorhexidine 0,2%. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan OHIS pasien.
 Scaling dan root planning untuk pembersihan plak dan kalkulus. Pada kasus
dikatakan indeks Debris: 3,1, indeks kalkulus: 2,1 dan indeks plak: 3,3, yang
berarti pada rongga mulut pasien terdapat plak dan kalkulus. Sebagai
perawatan awal yang dilakukan adalah menghilangkan faktor etiologi, dalam
hal ini faktor nya ialah plak dan kalkulus. Scaling adalah proses
menghilangkan plak dan kalkulus dari permukaan gigi supragingiva dan
subgingiva. Root planing adalah proses menghilangkan sisa kalkulus yang
tertanam dan sebagian sementum dari akar untuk menghasilkan permukaan
yang halus, keras, dan bersih. Tujuan utama dari scaling dan root planing
adalah untuk memulihkan kesehatan gingiva dengan membuang seluruh
elemen permukaan gigi yang memicu inflamasi gingiva.
 Slicing gigi gigi 13 dan 17
Pada kasus dikatan Gigi 13 dan 17 sedikit miring ke mesial 5o. Perawatan
pada gigi ini dapat dilakukan slicing pada proksimal.
 Evaluasi
Dilakukan evaluasi terhadap poket, inflamasi gingiva, kontrol plak dan
kalkulus
B. Fase Pemeliharaan (Phase IV/Maintenance Phase)
Pada kasus ini, pasien wajib melakukan kunjungan setiap 3 bulan sekali pada
satu tahun pertama. Dilakukan pemeriksaan ulang plak dan kalkulus secara berkala,
kondisi gingiva (poket dan inflamasi), dll.1
C. Fase restoratif (Phase III)
Dilakukan ekskavasi karies pada gigi 25,24 dan dilanjutkan restorasi dengan
resin komposit. Bahan yang dapat digunakan adalah resin komposit packable. Hal ini
didasari karena gigi 17 merupakan gigi posterior yang membutuhkan tahanan
kekuatan yang besar. Kemudian, karies dentin yang belum terlalu dalam masih bisa
direstorasi menggunakan 1 bahan restorasi saja, yaitu resin komposit tanpa lining atau
base. Pemilihan resin komposit jenis packable juga didasari oleh pertimbangan
viskositas dan ketahanan penggunaan resin komposit packable memiliki keuntungan
pemulihan kontak proksimal yang lebih mudah dan kesamaan dengan sifat
penanganan amalgam yang berarti ketahanan dan kekuatannya lebih baik. Selain itu,
resin komposit juga memiliki permukaan restoratif yang halus, dimana ini
memberikan tekstur permukaan yang dapat dipoles.2
 Pembuatan gigi tiruan
Pada kasus terdapat kehilangan gigi 27, 26, 11, 12, 15, 14, sehingga perlu
dibuatkan gigi tiruan untuk menggantikan gigi yang hilang. Pembuatan gigi
tiruan juga diperlukan untuk memperbaiki fungsi mastikasi, mengembalikan
fungsi estetik, mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar tetap
sehat. Pilihan gigi tiruan yang dapat disarankan pada pasien yaitu GTSL
akrilik, GTKL.3
D. Fase Pemeliharaan (Phase IV/Maintenance Phase)

Pasien diminta untuk kembali ke dokter gigi untuk melakukan follow-up


secara berkala terkait restorasi karies dan gigi tiruan apabila restorasi dan gigi tiruan
mungkin menyebabkan ada rasa tidak nyaman, mengiritasi, menyebabkan luka, dan
memeriksa adaptasi restorasi dan gigi tiruan pada rongga mulut apakah dalam
keadaan baik atau tidak.

Sumber :

1. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Newman and carranza’s clinical
periodontology. 13th ed., Philadelphia: Elsevier, 2019: 373, 427–9.

2. Sakaguchi R, Ferracane J, Powers J. Restorative Materials: Resin Composites and


Polymers. In : Craig’s restorative dental materials. 14th ed. Missouri: Elsevier, 2019: 136-
154.

3. Sari R, Sultan F. Perawatan edentulous klas i applegate kennedy dengan gigi tiruan
sebagian lepasan resin akrilik. JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi) 2021; 4(2): 36.

3. Uraikan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perawatan pada


kasus tersebut
 Anamnesis dan pemeriksaan klinis dengan cermat
Klasifikasi penyakit periodontal yang dialami pasien gingivitis
diinduksi dental biofilm. Dalam menegakkan diagnosis ini, dokter harus
cermat dalam melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Dari hasil
anamnesis, pasien menderita hipertensi dan menggunakan obat dengan teratur.
Manifestasi oral yang paling sering ditemukan pada pasien hipertensi yaitu
pembesaran gingiva. Kondisi ini biasanya ditemui pada pasien yang menjalani
pengobatan antihipertensi dengan jenis obat calcium chanel blockers.
Pembesaran gingiva secara klinis tampak sebagai nodula yang padat akibat
pertumbuhan berlebihan gingival dan terlihat pada aspek bukal atau fasial dan
lingual atau palatal dari margin gingival. Kondisi pembesaran gingival
diperparah dengan kondisi kebersihan mulut pasien. Namun pada skenario
tidak dijelaskan pasien mengonsumsi jenis obat hipertensi yang dikonsumsi
sehingga dapat dikatakan gingivitis yang dialami pasien hanya diinduksi
dental biofilm. Hal ini dapat dilihat dari dari oral hygiene pasien yang buruk.
Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang cermat dapat membantu
mendiagnosis kasus ini karena jika gingivitis tersebut diinduksi obat maka ada
modifikasi pada rencana perawatan yang dilakukan.1,2
 Kurangi stress dan cemas
Stress dan cemas dapat meningkatkan tekanan darah. Dokter sebaiknya
berkata jujur mengenai penyakit yang diderita pasien dan menciptakan
hubungan yang baik dengan pasien agar pasien tidak stress/cemas sehingga
rencana perawatan berjalan dengan baik. Pemberian sedatif peroral
(benzodiazepine 5 mg malam sebelum tidur, dan 1 jam sebelum tindakan
perawatan) cukup membantu mengurangi stress. Penggunaan sedasi dengan
Nitrous Oxide (N2O) dapat menurunkan tekanan darah sistole dan diastole
sampai 10-15 mmHg kira-kira 10 menit setelah pemberian dan selanjutnya
dapat dilakukan anestesi lokal dengan atau tanpa vasokonstriktor.1,2
 Penggunaan bahan anestesi
Pada kasus dikatakan gigi 25, 24 karies media. Karies media adalah
karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin. Pada
saat preparasi kavitas pada kasus karies media seringkali pasien merasa
nyeri/ngilu sehingga perlu di-anestesi. Anestesi lokal merupakan pemilihan
terbaik untuk pasien dengan hipertensi dibanding anestesi umum. Pemberian
anestesi harus pelan dan penyuntikan intravaskular harus dihindari. Bahan
vasokonstriktor yang menjadi kontra indikasi pasien hipertensi adalah
noradrenalin dan levonordefrin, karena akan meningkatkan tekanan darah
secara dramatis, akibat merangsang reseptor β1 lebih banyak dan sedikit
aktivitas di reseptor β2. Adrenalin lebih aman digunakan untuk pasien dengan
hipertensi (konsentrasi 1:80.000-1:200.000), karena tidak akan meningkatkan
tekanan darah secara dramatis akibat perangsangan pada reseptor β1 dan β2
yang hampir sama, selain itu waktu paruh adrenalin kurang lebih 1 menit dan
akan dieliminasi kira-kira 10 menit, oleh karena itu pengaruhnya cenderung
hanya sesaat. Felypressin adalah satu-satunya vasokonstriktor
nonsimpatometik yang tidak memiliki efek pada dan mungkin lebih aman
untuk pasien-pasien hipertiroid, hipertensi, namun kemampuan mengontrol
hemostasis rendah.10,11
Penggunaan bahan vasokonstriktor dalam bahan anestesi lokal pada
pasien hipertensi masih merupakan suatu perdebatan, meskipun sudah ada
bukti-bukti penelitian bahwa penggunaan bahan anestesi lokal yang
mengandung vasokonstriktor khususnya adrenalin dalam dosis yang
dianjurkan, yaitu dosis maksimal 0,2 mg untuk pasien sehat tiap kali
kunjungan dan 0,04 mg direkomendasikan untuk pasien dengan hipertensi.
Lidocaine comp 2% dengan kadar adrenalin 0,025 mg per ampul dapat
diberikan untuk pasien dengan hipertensi maksimal dosis sebanyak 1,5
ampul.1,2
 Tekanan darah
American society of anaesthesiologists (ASA) mengklasifikasikan
status risiko pasien menjadi: ASA I, ASA II, ASA III, dan ASA IV. Untuk
pasien ASA I, dengan tekanan darah normal 120/80 – 130/89 mmHg, tidak
ada penyakit sistemik), perawatan gigi rutin dapat diberikan. Pasien ASA II,
dengan hipertensi tahap 1, dengan tekanan darah 140/90- 159/99, stabil secara
medis, tidak ada pembatasan aktivitas fisik, perlu pemantauan tekanan darah
setelah anestesi lokal yang mengandung adrenalin, perawatan gigi rutin bisa
dilakukan. Pasien hipertensi tahap 2, dengan tekanan darah 160/100-179/109
mmHg, tidak stabil secara medis dan toleransi aktivitas fisik terbatas (ASA
III), perlu pembatasan vasokonstriktor dalam anestesi lokal yang digunakan.
Pasien hipertensi tahap 2, dengan tekanan darah 180/110-209/119 mmHg,
tidak stabil secara medis dan aktivitas fisik sangat terbatas (ASA IV), berisiko
untuk perawatan dengan anestesi lokal yang mengandung vasokonstriktor
hanya perawatan gigi darurat nonstressful yang dapat diberikan. Pasien
hipertensi tahap 2, dengan tekanan darah 210/120 mmHg atau lebih tidak
dapat menerima stress fisik maupun emosional, biasanya pasien hipertensi
yang langsung mengancam kehidupan (ASA IV), semua tindakan dental
darurat harus dipertimbangkan bahwa terapi gigi memang benar-benar
menguntungkan dibanding komplikasi yang timbul akibat hipertensinya.1,2
Tabel perawatan gigi pada pasien hipertensi1,2
 Memperhatikan tanda dan gejala krisis hipertensi dalam perawatan gigi
Beberapa gejala dan tanda krisis hipertensi serta perawatan :
Lemas Kepala dinaikkan
Wajah kemerahan Pemberian oxygen (6 liter per menit)
Sakit kepala Pemberian nitroglycerin (0,4 mg)
sublongual/spray
Pusing
Tinnitus Aktifkan medical emergency
Tekanan darah.180/110 mmHg Monitor tanda vital
Perubahan status mental
Sakit pada dada

1. Anindita L, Aris AK, Arcadia SJ. Laporan Kasus: Manifestasi oral penderita
hipertensi berupa gingival enlargement. Stomatognatic (J.K.G Unej) 2020; 17(2): 54.
2. BM FKG UGM. Pengelolaan pasien hipertensi untuk perawatan di bidang kedokteran
gigi. Maj Ked Gi 2008; 15(1):75-80.

C. Setelah dilakukan preprosthetic treatment, dokter gigi akan memberikan dua


alternative jenis gigi tiruan yangsesuai dengan kondisi pasien GTSL Akrilik dan GTSL
Kerangka Logam

1. Tentukan gigi penyangga yang berfungsi sebagai penahan langsung dan jelaskan
alasannya !

Untuk gigi penyangga yang berfungsi sebagai penahan langsung adalah gigi 25, 13 dan 17.
Gigi penyangga yang berfungsi sebagai penahan yaitu sebagai retensi pada gigi tiruan
sebagian lepasan. Penentuan gigi yang digunakan sebagai gigi penyangga juga perlu
memperhatikan beberapa kondisi.1 Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh gigi penyangga
yaitu :2

-Gigi penyangga sehat

- Dekat dengan daerah gigi yang akan diganti/daerah edentulus

-Tidak karies, gigi dan jaringan pendukung gigi tersebut masih baik dan kuat
- Tidak mengganggu estetis

-Akar gigi kuat

- Memilih akar yang panjang dan letak dalam lengkung rahang baik

- Gigi harus vital atau tidak mengalami perawatan

-Tidak elongasi, migrasi, mobility

- Tilting max 5°

- Sesuai garis fulcrum

🡪 Alasan penentuan gigi penyangga 25, 13, 17 tersebut berdasarkan syarat :

Gigi penyangga 25 : karena dekat dengan daerah edentulous, pada kasus gigi tersebut karies
media, namun masih dapat dilakukan restorasi, karena karies media merupakan karies pada
daerah dentin tetapi belum mengenai pulpa, dan kemungkinan untuk diselamatkan masih
sangat besar sehingga gigi tersebut masih bisa dikatakan sehat.

Gigi penyangga 13 : karena syarat dari gigi penyangga ialah tidak menggangu estetik,
sehingga factor estetik menjadi pertimbangan karena merupakan gigi anterior. Pada kasus,
gigi 13, setelah dilakukan scalling karena telah terbentuk poket relative. Poket relative adalah
poket yang terbentuk karena pembesaran gingivatanpa kerusakan jaringan perio dontal
dibawahnya, maka gigi ini menjadi indikasi untuk menjadi gigi penyangga.

Gigi penyangga 17 : karena merupakan gigi molar, yang mana syarat gigi penyangga ialah
gigi harus kuat, jika dibandingkan dengan gigi 14 gigi 17 lebih kuat. Pada kasus dikatakan
gigi 17 sedikit miring ke mesial sebanyak 5° yang mana hal tersebut masih bisa memenuhi
persyaratan sebagai gigi penyangga jadi dapat dilakukan tilting terlebih dahulu sebelum
dijadikan gigi penyangga. Pada 17 setelah dilakukan scalling karena telah terbentuk poket
relative. Poket relative adalah poket yang terbentuk karena pembesaran gingivatanpa
kerusakan jaringan perio dontal dibawahnya, maka gigi ini menjadi indikasi untuk menjadi
gigi penyangga.

Alasan penentuan gigi penyangga 25, 13, 17 berdasarkan klasifikasi miller, cummer, luas
daerah edentulous dan estetis :3
Fulkrum line : garis yang menghubungkan satu cangkolan dengan cangkolan lainnya.
Berdasarkan klasifikasi cummer, fulkrum line dapat berbentuk diagonal, diametrik, segitiga
dan segiempat. Pada kasus ini berbentuk segitiga sehingga mendukung stabilitas gigi tiruan.
Berdasarkan klasifikasi cummer, fulkrum line dapat berbentuk diagonal, diametrik, segitiga
dan segiempat. Pada skenario di atas, fulkrum line yang digunakan berbentuk segitiga supaya
GTSL yang akan dipasang lebih stabil. Jika hanya gigi 25 dan gigi 17 yang menjadi gigi
penyangga, GTSL akan goyang ke daerah edentulus di bagian anterior (insisivus).

Berdasarkan estetis : Gigi penyangga anterior biasanya dipertimbangkan faktor estetik agar
tidak tampak, tanpa mengabaikan fungsi retensinya.1 Pemilihan gigi penyangga tanpa
menggangu estetis (pada gigi insisivus) lebih diutamakan sehingga sebagai penyangga dapat
dilakukan pada gigi 13.

SUMBER:

Dhaurmautama M, Machmud E,Rasyid AF. Pengaruh pemilihan gigi penyangga terhadap


desain cengkeram rangka logam. Dentofasial J,2012 ; 11(2) : 84.

Wahyuni S. [Bahan Ajar] Perawatan Pendahuluan Pada GTSL Dharmautama. Fakultas


Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. 2022

Haslinda dkk. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Medan: USU Press, 2022.

2. Tentukan perencanaan desain cangkolan dan jelaskan alasannya !

3. Tentukan arah pasang dan arah lepas (kemiringan model) yang terbaik untuk
pasien tersebut!

Arah pasang dan arah lepas GTSL merupakan arah dimana restorasi harus
dimasukkan dan dilepas darigigi penyangga, yang biasanya sejajar dengan tangkai
vertikal surveyor sewaktu model disurvei. Atau arah dimana suatu restorasi harus
dimasukkan dan dibuka dari gigi penyangga.Faktor-faktor pertimbangan dalam
menentukan arah pasang adalah guilding plane, daerah retentif, interference, dan
estetik. Sebelum menentukan arah pasang dan arah lepas pada gigi tiruan sebagian
lepasan yang akan dibuatkan pada pasien, maka dilakukan pencetakan model kerja
terlebih dahulu. Kemudian, cetakan negatif diisi dengan gips stone untuk
mendapatkan cetakan positif dan kemudian di boxing. Selanjutnya, model kerja
diletakkan pada surveyor untuk dilakukan survei model. Surveying model kerja
dilakukan untuk mengetahui pathway of insertion (arah pasang), pathway of
removement (arah lepas), dan area gigi yang undercut. Adapun prosedurnya adalah
sebagai berikut:1
 Model dipasangkan pada meja survei
 Pertama, analisa model pada posisi zero position dengan menggunakan
analyzying rod
 Analyzying rod diletakkan pada permukaan-permukaan proksimal gigi
penyangga yang dianalisa dan dinilai guiding plane, interference, retentive,
dan esthetic. Apabila tidak ditemukan daerah undercut (analizying rod sejajar
proksimal gigi), maka disimpulkan ada guiding plane, tidak ada interference,
dan ada estetik
 Kemudian lakukan tilting secara anterior dan posterior. Apabila perlu, lakukan
tilting posterior kiri dan kanan. Pada saat setiap posisi tilting, analisa semua
permukaan-permukaan proksimal gigi penyangga dengan analyzing rod sama
seperti sebelumnya
 Sebelum melakukan analisa pada posisi tlting posterior kiri dan kanan,
dilakukan tripoding terlebih dahulu setelah tilting posterior
 Setelah itu, bandingkan di antara semua posisi tadi, posisi mana yang lebih
menguntungkan dengan mencari guiding plane yang banyak yang juga akan
memberikan estetik yang lebih baik
 Apabila diperlukan, lakukan blocking out pada daerah undercut yang tidak
menguntungkan menggunakan gips plaster, kemudian kelebihan blocking out
dihilangkan menggunakan wax trimmer. Hindari melakukan blocking out pada
gigi anterior.1
Pada kasus ini, pasien mengalami kehilangan gigi rahang atas, yaitu pada gigi-
gigi 27, 26, 11, 12, 15, 16. Selain itu juga ditemukan gigi 13 dan 17 yang miring ke
mesial sebesar 5 derajat. Maka, posisi yang kemungkinan paling menguntungkan bagi
pasien dengan guiding plane terbanyak adalah posisi tilting posterior. Hal ini karena
undercut akibat gigi 13 dan 17 yang miring dapat hilang ketika dilakukan tilting
posterior dan juga adanya kehilangan pada gigi anterior (gigi 11 dan 12), sehingga
tilting anterior sebaiknya dihindari dengan alasan guiding plane yang kurang baik
dan kurang estetik. Oleh karena itu, arah pasang yang dapat dilakukan pada pasien
adalah dengan memasangkan gigi tiruan dari arah anterior terlebih dahulu kemudian
posterior. Sedangkan, arah lepasnya berbalik dengan arah pasang yaitu dari posterior
kemudian anterior.1
Referensi:
1. Sari R, Sultan F. Perawatan edentulous klas I Applegate Kennedy dengan gigi tiruan
sebagian lepasan resin akrilik. JIKG 2021; 4(2): 35-39.

4. Gambarkan Desain lengkap GTSL Akrilik dan GTSL Kerangka Logam


a. Klasifikasi Kennedy
b. Dukungan
c. Retainer
d. Konektor
e. Arah pasang

a. Klasifikasi Kennedy : Kennedy Klas 2 Modifikasi 2


Klasifikasi Klas II mod 2 unilateral free end dengan 2 daerah edentulous.
Dikatakan free end karena gigi 27, 26 telah hilang dan M3 tidak di hitung
dalam klasifikasi. 2 daerah edentulous adalah kehilangan gigi pada daerah 11,
12, dan daerah 15, 16
b. Dukungan Gigi 25 (Gigi dan Mukosa) dan Gigi 14 & 17 (Gigi)
Kasus free end memerlukan basis dukungan gigi dan jaringan/kombinasi/ free
end saddle. Basis ini merupakan basis yang bagian distalnya tidak dibatasi
oleh gigi asli. Bagian basis yang berdekagtan dengan gigi penyangga akan
didukung oleh gigi penyangga melalui sandaran oklusal sedangkan bagian
distal akan didukung oleh tulang alveolar dan mukosa yang berasa dibawah
basis gtsl. Sedangkan untuk perluasan basis nya perlu diperluas menutupi
palatum sampai ke tuberositas dan hamular notch. Bagian posterior nya
sampai kebatas mukosa bergerak dan tidak bergerak. Bagian bukal sampai
tidak mengganggu pergerakan frenulum. Sedangkan untuk bagian modifikasi
yaitu gigi 11, 12, dan 15, 16 adalah dengan dukungan gigi. Dukungan gigi/
bounded saddle merupakan basis yang dibatasi gigi dengan gigi.
c. Retainer
Retainer yang digunakan jika menggunakan gtsl akrilik adalah cangkolan 3
jari pada 17, 25. Bentuk cangkolan ini sederhana, efektif, dan kuat sehingga
cangkolan ini sering dipakai. Cangkolan ini memenuhi semua persyaratan
suatu cangkolan karena mempunyai lengan retentive, resiprokal, sandaran
oklusal. Serta C-clasp pada gigi 13.
d. Konektor : plat basis akrilik
Konektor pada gtsl akrilik adalah kontektor mayor adalah plat palatal penuh,
Bentuk plat palatal dapat menutupi daerah langit-langit/ palatum lebih luas
dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Penempatan plat palatal terletak di
depan daerah posterior palatal seal dan digunakan pada kondisi kehilangan
lebih dari 6 gigi sehingga daerah palatum seluruhnya dimanfaatkan sebagai
dukungan untuk mendapat kekakuan yang cukup.
e. Arah pasang
Arah pasang untuk gtsl pasien ini ditentukan dari arah tilting pada saat pen-
surveyan, pada saat mensurvey arah tilting yang paling pas untuk mengurangi
undercut nya adalah tilting posterior. Hal ini dikarenakan gigi 13 dan 17
migrasi ke mesial sebesar 5o dan menghindari blocking anterior. arah pasang
jika tilting posterior memberi arah masuk gigi tiruan dari anterior ke posterior
A. GTSL kerangka logam
a. Klasifikasi Kennedy : Kennedy Klas 2 Modifikasi 2
Klasifikasi Klas II mod 2 unilateral free end dengan 2 daerah edentulous.
Dikatakan free end karena gigi 27, 26 telah hilang dan M3 tidak di hitung
dalam klasifikasi. 2 daerah edentulous adalah kehilangan gigi pada daerah 11,
12, dan daerah 15, 16
b. Dukungan Gigi 25 (Gigi dan Mukosa) dan Gigi 14 & 17 (Gigi)
Kasus free end memerlukan basis dukungan gigi dan jaringan/kombinasi/ free
end saddle. Basis ini merupakan basis yang bagian distalnya tidak dibatasi
oleh gigi asli. Bagian basis yang berdekagtan dengan gigi penyangga akan
didukung oleh gigi penyangga melalui sandaran oklusal sedangkan bagian
distal akan didukung oleh tulang alveolar dan mukosa yang berasa dibawah
basis gtsl. Sedangkan untuk perluasan basis nya perlu diperluas menutupi
palatum sampai ke tuberositas dan hamular notch. Bagian posterior nya
sampai kebatas mukosa bergerak dan tidak bergerak. Bagian bukal sampai
tidak mengganggu pergerakan frenulum. Sedangkan untuk bagian modifikasi
yaitu gigi 11, 12, dan 15, 16 adalah dengan dukungan gigi. Dukungan gigi/
bounded saddle merupakan basis yang dibatasi gigi dengan gigi.
c. Retainer
Retainer yang digunakan jika memakai GTKL adalah retainer ekstra koronal,
merupakan retainer yang melekat pada permukaan gigi penyangga, yaitu
cangkolan /clasp retainer dapat berupa suprabulge / sirkumferensial atau
infrabulge / tipe bar. Ring clasp pada gigi 17 karena gigi molar tersebu berdiri
sendiri, akers pada gigi 25. T-bar clasp pada gigi 13 karena
mempertimbangkan faktor estetik.
d. Konektor
Jika menggunakan GTKL maka konektor yang digunakan adalah konektor
antero posterior palatal strap palatum dalam keadaan terbuka sehingga
stabilitas cukup baik dan faktor pengecapan lebih baik. Selain itu karena pada
kasus ini kondisi OHI-S pasien buruk, maka lebih direkomendsikan untuk
menggunakan antero posterior palatal strap palatum agar lebih mudah untuk
menjaga kebersihan rongga mulut.
e. Arah pasang
Arah pasang untuk gtsl pasien ini ditentukan dari arah tilting pada saat pen-
surveyan, pada saat mensurvey arah tilting yang paling pas untuk mengurangi
undercut nya adalah tilting posterior. Hal ini dikarenakan gigi 13 dan 17
migrasi ke mesial sebesar 5o dan menghindari blocking anterior. arah pasang
jika tilting posterior memberi arah masuk gigi tiruan dari anterior ke posterior
Wardhana, G., Baehaqi, M., Amalina, R., 2015, Pengaruh Kehilangan Gigi
Posterior terhadap Kualitas Hidup Individu Lanjut Usia Studi Terhadap
Individu Lanjut Usia d Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading dan Panti
Wredha Harapan Ibu Semarang, Odonto Dent J, 2(1):41.
Anusavice., Kenneth J, 2003, Philip’s Science Of Dental Materials, 11th ED,
Elsevier.
Tamin HZ, Wahyuni S, Ritonga PWU. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan: 23-37

Anda mungkin juga menyukai