Anda di halaman 1dari 45

a.

BAB V
b. PENDEKATAN TEKNIK,
c. METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
d.
5

5.1 PENDEKATAN TEKNIK


Dalam merencanakan study ini penyedia jasa akan melakukan pendekatan teknis yang
membutuhkan integrasi diberbagai bidang dan tingkat keahlian yang benar dan
berkualitas (qualifed), dengan mengutamakan penggunaan produk dalam negeri dalam
perencanaanya.

5.1.1 Maksud
Maksud pelaksanaan pekerjaan adalah untuk mewujudkan prasarana bandar
udara yang sesuai dengan ketentuan teknis operasional yang memenuhi
persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan serta pembangunan
bandar udara yang efektif dan efisien.

5.1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan pekerjaan studi ini adalah diperolehnya Dokumen
Pekerjaan Perpanjangan Landas Pacu dari 2.450 M X 45 M menjadi 2.650 M
X 45 M termasuk marking dan runway strip dan Pekerjaan Pengembangan
Terminal Penumpang di Bandar Udara Komodo - Labuan Bajo sebagai acuan
untuk pelaksanaan pembangunan fasilitas Sisi Darat dan Sisi Udara yang
mencakup seluruh kebutuhan fasilitas penerbangan dan fasilitas penunjang
penerbangan dengan mempertimbangkan aspek teknis, aspek keselamatan
operasi penerbangan dan lain sebagainya.

5.1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai pada Perpanjangan Landas Pacu dari 2.450
M X 45 M menjadi 2.650 M X 45 M termasuk marking dan runway strip dan

29
Pekerjaan Pengembangan Terminal Penumpang di Bandar Udara Komodo -
Labuan Bajo adalah:

1. Pembangunan / pengembangan prasarana Bandar Udara Komodo –


Labuan Bajo dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan profesional;
2. Hasil pembangunan / pengembangan prasarana Bandar Udara Komodo –
Labuan Bajo dapat memenuhi ketentuan standar teknis operasional dan
peraturan – peraturan keselamatan dan keamanan penerbangan serta
pelayanan jasa Bandar Udara;
3. Pembangunan / pengembangan prasarana Bandar Udara Komodo –
Labuan Bajo dapat memenuhi kaidah-kaidah legalitas, transparansi,
akuntabel, adil, dan bermanfaat secara optimal.

5.2 PENDEKATAN TERHADAP MASALAH


Perencanaan suatu bandar udara merupakan suatu pekerjaan kompleks yang
membutuhkan integrasi dari berbagai bidang dan tingkat keahlian yang benar-benar
qualified karena ketatnya acuan standar dan peraturan yang dibakukan secara
internasional, Adapun pendekatan masalah dalam Perpanjangan Landas Pacu dari 2.450
M X 45 M menjadi 2.650 M X 45 M termasuk marking dan runway strip dan Pekerjaan
Pengembangan Terminal Penumpang di Bandar Udara Komodo - Labuan Bajo terlihat
pada Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan di bawah ini :

30
Mulai

Pengumpulan Data

Analisa Data dan Perhitungan


Pekerjaan Sisi Udara dan Sisi Darat

Persiapan Dokumen Lelang

Selesai

Gambar 5. 1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Sisi Udara dan Sisi Darat

31
5.3 LINGKUP PEKERJAAN
Sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat yang telah digariskan dalam Kerangka
Acuan Kerja, lingkup Perpanjangan Landas Pacu dari 2.450 M X 45 M menjadi 2.650
M X 45 M termasuk marking dan runway strip dan Pekerjaan Pengembangan Terminal
Penumpang di Bandar Udara Komodo - Labuan Bajo yang mencakup perancangan
fasilitas-fasilitas sarana dan prasarana berdasarkan Rencana Induk terakhir hingga tahap
ultimate. Yang termasuk lingkup kerja tersebut, adalah:
A. Inventarisasi dan kompilasi data sekunder yang diperlukan untuk pelaksana
pekeraan Perpanjangan Landas Pacu dari 2.450 M X 45 M menjadi 2.650 M X 45
M termasuk marking dan runway strip dan Pekerjaan Pengembangan Terminal
Penumpang di Bandar Udara Komodo - Labuan Bajo:
1. Hasil studi / pekerjaan Pembuatan Rencana Induk Bandar Udara terakhir.
2. Hasil studi / pekerjaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
serta Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) Bandar Udara.
3. Data topografi dan fisiografi (peta situasi bandar udara).
4. Data utilitas (kapasitas dan jaringan).
5. Data hasil penyelidikan tanah (soil investigation).
6. Data temperatur dan kelembaban udara tiap bulan salam satu tahun penuh dari
BMKG.
7. Harga satuan barang dan jasa setempat
8. Data hidrologi dan klimatologi.
9. Dan data-data lainnya yang diperlukan

B. Kajian awal terhadap faktor-faktor terkait dengan pegembangan Bandar udara dengan
menyusun pra Rencana seperti program rusng dan konsep ruang, perkiraan biaya.

C. Survey lapangan (lokasi bandar udara), meliputi:


1. Pemetaan topografi
2. Situasi bangunan eksisting bandar udara
3. Penyelidikan tanah

32
D. Analisis data dan informasi berdasarkan hasil investarisasi data dan informasi serta
survey lapangan.
E. Analisis dan studi Perpanjangan Landas Pacu dari 2.450 M X 45 M menjadi 2.650 M
X 45 M termasuk marking dan runway strip mencakup hal-hal berikut:
1. Pekerjaan pendahuluan
2. Rancangan Teknik Terinci (RTT) Sisi Udara
3. Sistem fasilitas alat bantu pendaratan (visual aid), navigasi dan komunikasi
penerbangan.
4. Sistem drainasi
5. Sistem jaringan listrik di fasilitas sisi udara
6. Sistem fasilitas penunjang lainnya
7. Penyusunan dokumen pelanggan sesuai dengan peraturan yang berlaku
F. Analisis dan penyusunan pekerjaan Pengembangan Terminal Penumpang mencakup
hal-hal sebagai berikut:
1. Rencana struktur
2. Rencana arsitektur
3. Rencana sistem mekanikal dan elektrikal
4. Rencana utilitas
5. Rencana biaya
6. Gambar-gambar detail arsitektur, struktur, ME, dan utilitas yang sudah disetujui
7. Rincian volume pelaksanaan , rencana anggaran, biaya pekerjaan\
8. Laporan akhir perencanaan

5.4 LATAR BELAKANG STUDI


Bandar Udara Komodo di Labuan Bajo adalah Bandar Udara Strategis yang banyak di
kunjungan oleh wisatawan baik dalam Negeri Maupun Luar Negeri yang dari dan
menuju ke Labuan Bajo.
Dengan semakin bertambah jumlah penumpang yang berkunjung ke kota Labuan Bajo
melalui Bandara Komada Labuan Bajo dan Gedung Terminal Bandara Merupakan pintu
masuk bagi wisatawan yang datang maupun keluar dari Labuan Bajo yang melewati
Bandara Komodo Labuan Bajo sehingga perlu di lakukan Pekerjaan Penataan Interior

33
Terminal Penumpang untuk memberikan rasa aman dan nyamanan bagi setiap
penumpang pada saat berada di dalam Gedung Terminal. Dan juga dengan
meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo, beberapa maskapai
mengajukan penambahan penerbangan untuk pesawat yang Narrow body sehingga
dapat mengakomodir banyaknya wisatan yang ingin terbang ke Labuan Bajo. Saat ini
panjang landasan pacu eksisting ada 2450 M x 45 M dimana hanya bisa didarati
pesawat terbesar yaitu Boeing 737-800NG.

Sesuai dengan rencana perpanjangan Landasan Pacu samapi 2.750 M x 45 M sesuai


master plan tahun 2019, pada tahun 2020 telah di laksankan kegiatan perpanjangan
landasan pacu sepanjang 200 M x 45 M menjadi 2.450 M x 45 M dan untuk memenuhi
Master Plan tersebut diharapkan pada tahun 2021 bisa dilaksanakan kegiatan
perpanjangan landasan pacu 200 M x 45 M, sehingga pesawat dengan kapasitas muatan
lebih banyak penumpang bisa mendarat di Bandar Udara Komodo Labuan Bajo.
Pekerjaan Perpanjangan Landasan Pacu telah dilakukan sejak Tahun 2000 dengan
rincian sebagai berikut:

Tahun Dimensi Runway Pesawat


2000 1400 M x 30 M ATR 72
2003 1650 M x 30 M ATR 72
2007 1850 M x 30 M ATR 72
2013 2150 M x 30 M BAE 146
- 2150 M x 45 M Boeing 737-800NG, Airbus
2015
- 2250 M x 45 M A320
Boeing 737-900ER ultimate
2020 2450 M x 45 M
sesuai masterplan Tahun 2014
Boeing A300-SERIES sesuai
Rencana 2021 2750 M x 45 M
masterplan Tahun 2019

5.5 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI


Bandar Udara Komodo - Labuan Bajo (IATA: LBJ, ICAO: WATO) adalah Bandar
udara

34
domestik yang terletak di, Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Indonesia.
Bandara ini terletak di Pulau Flores. Panjang landasan pacu (runway) Bandara Komodo
berukuran 2450 x 45 meter merupakan salah satu bandar udara yang berada dikawasan
yang sedang berkembang di wilayah Indonesia Bagian Tengah, mempunyai peran
strategis dalam mendukung upaya peningkatan peran angkutan udara dalam kaitan
pembangunan daerah khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.
Pesawat yang beroperasi di Bandar Udara Komodo di Labuan Bajo adalah pesawat
sejenis ATR-72 milik PT. Wings Air, PT. Trans Nusa dan PT. Garuda Indonesia, CRJ
100 Milik PT. Garuda Indonesia melayani Rute CGK-LBJ, Boeing 737-500 Milik PT.
Nam Air dengan Rute DPS-LBJ, A.320 milik Citilink Indonesia dengan Rute CGK-
LBJ, A.320 milik PT. Air Asia dengan Rute DPS - LBJ serta A.320 Milik: PT. Batik
AIR dengan Rute SUB-LBJ dan CGK-LBJ.
Untuk mengakomodir peningkatan jumlah penumpang dan pergerakan pesawat dan
berdasarkan konsep pengembangan dalam Rencana Induk maka perlu dilakukan
perpanjangan landas pacu.
Terminal Penumpang Bandar Udara Komodo - Labuan Bajo saat ini memiliki luas 9687
m2 yang terdiri dari 2 lantai dan 1 basement. Dengan luasan existing demikian dan
jumlah jam sibuk yang didapatkan dari data penumpang per tahun maka kepadatan
penumpang per meter persegi adalah 10.7m2/php. Sejalan dengan pengembangan
kapasitas Sisi Udara, dengan demikian fasilitas Sisi Darat khususnya Terminal
Penumpang perlu dilakukan penyesuaian terhadap kapasitas dan pelayanan. Diharapkan
dengan adanya penyesuaian ini maka kepadatan penumpang dapat berkurang sehingga
kenyamanan penumpang meningkat.
Labuan Bajo sebagai salah satu Kawasan Destinasi Pariwisata Super Premium,
menjadikan fungsi Terminal Penumpang adalah sebagai etalase atau media promosi
pariwisata. Dengan demikian wujud kearifan local setempat dan kebudayaan yang
menjadi ciri khas perlu ditampilkan secara maksimal di dalam konsep desain Interior
dan Arsitektur Terminal Penumpang.

Kondisi sekarng (Exsisting) Bandar Udara Komodo di Labuan Bajo saat ini memiliki
klasifikasi Bandar Udara (Aerodrome Code) 4C dengan panjang Landas Pacu 2450m X

35
45 m yang memiliki PCN 55 F/C/Y/T, berikut adalah data Bandar Udara Komodo di
Labuan Bajo :
1. Bangunan Terminal : 9687 m2
2. Gedung Operasional :
- Gedung Kantor : 100 m2
- Gedung administrasi : 385 m2
- Gedung Operasional : 385 m2
- Gedung PKP-PK (lama) : 148 m2
- Gedung PKP-PK (baru) : 744 m2
- Gedung Genset : 120 m2
- Gedung Tower : 150 m2
3. Landas Pacu : 2250 m x 45 m
4. Koordinat (ARP) : 08.29 12,40 LS dan 119.53 14,44 BT
5. Elevasi : 212 Feet (±67 m) msl
6. Arah landas pacu : 17 dan 35
7. Kekuatan : PCN 55 F/C/X/T
8. Airport Refference Code : 4C
9. Runway strip : 2430 m x 150 m
10. Shoulder : 2 (2430 m x 60 m)
11. Overrun : 60 x 30 m
12. Taxiway Alpha : 95 x 23 m
13. Taxiway Bravo : 450 x 23 m
14. Apron : 310 x 100 m
15. Runway Classification : Non-Instrument
16. Pelayanan LLU : ADC
17. Kelas Bandar Udara : Kelas II
18. Klasifikasi Operasi : Visual (Non Precision)
19. Meteorologi : Ada
20. Kode : ICAO – WATO, IATA - LBJ

36
5.6 DASAR/ACUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Dasar / acuan peraturan perundang-undangan dalam penyusunan dan pelaksanaan
pekerjaan ini mengacu pada :
A. Undang-undang
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
B. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan
Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4075);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4146);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan
Pelestarian Lingkungan Hidup;
4. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
C. Keputusan Menteri dan Keputusan dan Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara
1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 22 Tahun 2002, tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil (CASR);
2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 24 Tahun 2002, tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil (CASR);
3. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2002, tentang
Penyelenggaraan Bandar Udara Umum ;
4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 2005, tentang
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03~7046~2004 mengenai
Terminal Penumpang Bandar Udara sebagai Standar Wajib;
5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2005, tentang
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03~7046~2004 mengenai

37
Perancangan Fasilitas Bagi Pengguna Khusus di Bandar Udara sebagai standar
wajib;
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;
7. Keputusan Menteri Nomor 39 Tahun 2019, tentang Tatanan Kebandarudaraan
Nasioal;
8. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/347/XII/ 1999
tentang Standar Rancangan Bangun dan / atau Rekayasa Fasilitas dan Peralatan
Bandar Udara ;
9. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/113/VI/2002
tentang Kriteria Penempatan Fasilitas Elektronik dan Listrik Penerbangan ;
10. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/77/VI/2005
tentang Persyaratan teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara;
11. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/80/VI/2005
tentang Pedoman Teknis Spesifikasi Peralatan Sisi Udara dan Sisi Darat Bandar
Udara;
12. Standard dan Spesifikasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan RI yang relevan.
D. Referensi Teknis Nasional
1. Standard dan Spesifikasi dari Direktorat Jenderal Perhubungan, Kementerian
Perhubungan;
2. Standar Nasional Indonesia (SNI) ;
3. Standar Industri Indonesia (SII) ;
4. Peraturan dan Standar lain yang relevan ;
E. Standar Internasional
1. Standarisasi teknis perencanaan Bandar udara yang dikeluarkan oleh ICAO
(International Civil Aviation Organization) meliputi Annex s/d Annex 18, Edisi
Terakhir beserta manualnya yang terdiri dari :
a. Airport Planning Manual (Doc 9184), terdiri dari :
 Part 1 – Master Planning
 Part 2 – Land Use and Environment Control
 Part 3 – Guidelines for Consultant / Construction Services

38
b. AerodromeDesign Manual (Doc 9157), terdiri dari :
 Part 1 – Runways
 Part 2 – Taxiways, Approns and Holding Bays
 Part 3 – Pavements
 Part 4 – Visual Aids
 Part 5 – Electrical Systems
 Part 6 – Frangibility

c. Airport Services Manual ( Doc 9137), terdiri dari :


 Part 1 – Rescue and Fire Fighting
 Part 2 – Pavement Surface Conditions
 Part 3 – Bird Control and Reductions
 Part 4 – Removal of Disable Aircraft
 Part 5 – Control of Obstacles
 Part 6 – Airport Emergency Planning
 Part 7 – Airport Operational Services
 Part 8 – Airport Maintenance Practices
2. FAA Advisory Circular Nomor 150/5320-6F, “Airport Pavement and
Evaluation”;
3. FAA Advisory Circular Nomor 150/5320-C, “Surface Drainage Design” ;
4. Standard Critical Aircraft Design yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat;
5. American Standard Testing Material (ASTM) ;
6. AASHTO dan standard lainnya yang relevan dengan jenis pekerjaan ;
7. IATA – Airport Development Reference Manual
8. Dan Standard lainnya yang relevan

5.7 SUMBER DANA


Sumber dana yang akan digunakan sebagai pembiayaan pekerjaan ini berasal dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Kementerian Perhubungan Tahun
Anggaran 2021.

39
5.8 HASIL / PRODUK YANG DIHARAPKAN
Hasil/produk yang diharapkan dari pelaksanaan pekerjaan Perpanjangan Landas Pacu
dari 2.450 M X 45 M menjadi 2.650 M X 45 M termasuk marking dan runway strip
adalah Dokumen Perpanjangan Landas Pacu dari 2.450 M X 45 M menjadi 2.650 M X
45 M termasuk marking dan runway strip yang terdiri dari:
1. Laporan
2. Gambar-gambar detail desain;
3. Spesifikasi teknis
4. Bill of quantity dan Engineer Estimate lengkap dengan volume, analisa harga
satuan, harga material, peralatan, dan upah;
5. Metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan di atas terlebih dahulu dilakukan asistensi ke Tim
Direktorat Bandar Udara Kementerian Perhubungan yang ditunjuk sebelum konsultan
dapat melanjutkan tahapan pekerjaan.

5.9 ANALISA DAN PENYUSUNUNAN


Pekerjaan Perpanjangan Landas Pacu dari 2.450 M X 45 M menjadi 2.650 M X 45 M
termasuk marking dan runway strip yang dilakukan oleh pihak penyedia jasa akan
memperhatikan standar/ spesifikasi teknis yang ada dengan diseertai
perhitungan/asumsi yang dapat diterima.
5.9.1 Rancangan Perpanjangan Landas Pacu dari 2.450 M X 45 M menjadi
2.650 M X 45 M termasuk marking dan runway strip
Analisa-analisa yang ada dalam konsep perpanjangan runway antara lain:
a. Pekerjaan Pendahuluan, meliputi :
1. Data perencanaan
2. Analisa pekerjaan tanah
 Penyiapan dan pembersihan lahan.
 Rencana ketinggian rencana (levelling)
 Volume galian dan timbunan.
 Sumber material

b. Rancangan Teknik Terinci Fasilitas Sisi Udara

40
1. Analisa dan Perancangan Runway
 Analisa panjang runway
 Perencanaan turning area
 Geometrik profil memanjang dan melintang runway
2. Analisa dan Perancangan Declare Distance
 LDA, TORA, ASDA dan TODA
3. Analisa dan Perancangan Runway Strip
 Analisa dan perencanaan shoulder, stopway, clearway
 Analisa dan perencanaan RESA
4. Analisa dan Perancangan Marka dan Rambu
 Persyaratan teknis marka dan rambu
 Marka di daerah pergerakan pesawat udara
5. Analisa Drainase termasuk sub drainase, gorong-gorong, box culvert
dan tanggul jika diperlukan Perencanaan sistem drainase
 Kebutuhan prasarana drainase
 Tata letak jaringan drainase
 Konstruksi jaringan drainase
6. Analisa Cable duct, Man Hole dan Power house/Sub Station

c. Rancangan Teknik Terinci Sistem Navigasi Udara


1. Radio Air Navigation System
2. Air Traffic Control Facilities
3. Aeronautical Telecommunication Facilities
4. Meteorological Facilities
5. Airfield Lighting System

Setelah menganalisa semua data dan diperoleh hasil maka produk yang akan
dihasilkan berupa dokumen tender dan juga produk-produk lainnya, seperti
laporan perencanaan, rencana kerja dan syarat-syarat, dokumen prakualifikasi,
spesifikasi teknis dan engineering estimate.

41
5.9.2 Inventarisasi Data Dan Informasi
Inventarisasi dan kompilasi data sekunder yang diperlukan untuk pelaksana
pekerjaan ini meliputi:
1. Data Harga satuan daerah setempat
Harga bahan bangunan dan unit pekerjaan konstruksi
2. Data Topografi, Fisiografi dan Meteorologi sebagai berikut:
 Peta Situasi lokasi bandar udara
 Peta Topografi lokasi bandar udara
 Data Kondisi tanah hasil penyelidikan tanah di lokasi bandar udara
 Data curah hujan,temperatur dan tekanan udara
 Data sungai (dimensi sungai) serta data banjir eksisting (jika ada)
 Data Sumber Material/Quarry yang ada di lokasi
 Data Peralatan yang berada di sekitar lokasi termasuk (AMPdan BP)
3. Dokumen/hasil studi yang terkait:
Hasil studi dan perencanaan yang terkait jika ada
Dalam hal ini konsultan diharuskan mendapatkan data-data seperti yang
diperlukan diatas, selain itu ada data-data primer yang metode pelaksanaannya
terdapat pada uraian berikut ini.

5.9.3 Rancangan Pengembangan Terminal Penumpang


Pekerjaan Rancangan tersebut merupakan kegiatan yang bertujuan
mendapatkan hasil rancangan terpadu yang dapat diaplikasikan pada
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan arahan yang tersebut dalam KAK.
Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini adalah:
1. Rencana Induk Bandar Udara
2. Dasar-dasar perancangan bangunan sesuai kelas bandaranya
3. Dasar-dasar perancangan bangunan secara keseluruhan yang memiliki
hubungan antara fungsi, bentuk, struktur pemahaman mendalam terhadap
bahan-bahan dan metoda konstruksi, hubungannya dengan konteks lokasi.
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan dalam Rancangan Teknik
Terinci meliputi hal-hal di bawah ini:
a. Pekerjaan Persiapan

42
Yang dimaksud dengan pekerjaan Persiapan adalah pekerjaan pendahuluan
yang dilakukan guna memudahkan pelaksanaan pekerjaan selanjutnya,
yaitu berupa:
1. Penyusunan Program Kerja
2. Penyusunan Perlengkapan dan Organisasi Kerja
3. Penyusunan Personil Tenaga Ahli
4. Penyusunan Detil Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
5. Menyiapkan Check List data dan form-form penelitian yang diperlukan
untuk pengumpulan data dan informasi

b. Pengumpulan Data
Data yang dimaksud adalah data sekunder, yang diperoleh melalui
lapangan atau sumber – sumber lainnya. Dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Hasil Rencana Induk Bandar Udara berupa:
 Hasil forecast
 Rencana Tata Letak
 Rencana kapasitas ruang dan peralatan
2. Pengumpulan data lapangan eksisting tentang arsitektur setempat,
kapasitas dan jaringan infrastruktur bandara dan kota (jalan, drainase,
listrik, air bersih, dan sebagainya), tetumbuhan lokal yang ada (asli
maupun didatangkan), dan lain – lain.
3. Hasil studi literatur lainnya yang terkait.

c. Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data, baik data sekunder
maupun data primer. Data sekunder diambil dari instansi-instansi terkait di
lapangan, sehingga disebut survey instansional, sedangkan data primer
terdiri dari survey orientasi, survey topografi dan survey penyelidikan
tanah.Secara rinci rencana survey yang akan dilakukan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Orientasi Lapangan

43
Orientasi lapangan dimaksudkan untuk memberi pemahaman visual
bagi Perancang akan kondisi-kondisi eksisting di lapangan.
2. Survey Instansional
Pengambilan data dari instansi terkait yang merupakan bahan atau
catatan yang bersifat historis dan merupakan catatan kebijaksanaan
baik dari Pemerintah Daerah maupun dari hasil penelitian dan data
potensi ataupun kegiatan yang telah dilakukan. Instansi yang perlu
dikunjungi meliputi:
 Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
 Badan Pertanahan Nasional (BPN)
 Instansi lainya yang terkait

5.10 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.10.1 Persiapan Pekerjaan
Persiapan pekerjaan yang dilakukan meliputi :
1. Inventarisasi dan kompilasi data sekunder yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini meliputi :
a. Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik yang ada, meliputi :
 Jaringan prasarana transportasi dan rencana pengembangannya.
 Jaringan utilitas dan rencana pengembangannya.
b. Data Sosial dan Ekonomi Wilayah, meliputi :
 Harga bahan bangunan dan unit pekerjaan konstruksi.
c. Data Topografi, Fisiografi dan Meteorologi yang mengacu kepada
survey terdahulu yang telah dilakukan, berupa :
 Peta Situasi lokasi bandar udara
 Peta Topografi lokasi bandar udara
 Peta Meteorologi lokasi bandar udara
 Data Kondisi tanah hasil penyelidikan tanah di lokasi bandar udara
 Data Klimatologi di sekitar lokasi bandar udara
d. Dokumen / hasil studi yang terkait :
 Hasil studi dan perencanaan yang terkait

44
 Standar Perencanaan bandar udara
 Peraturan terkait mengenai kebandarudaraan
2. Data Primer yang diperlukan meliputi :
A. Pengukuran Topografi
Pengukuran Topografi dimaksudkan untuk memetakan keadaan dan
situasi bandar udara dengan ketelitian yang dapat dipertanggung
jawabkan, sesuai dengan cakupan studi yang dilaksanakan, meliputi:
a. Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan dimaksudkan untuk pengenalan lebih jauh
tentang kondisi areal survey, mengumpulkan berbagai informasi
tentang keadaan lapangan yang akan disurvey beserta perubahan-
perubahan yang ditemui di lapangan sebagai masukan dalam
penyempurnaan peta rencana kerja.
b. Pemasangan Patok Tetap (Benchmark)
Jumlah Bench Mark (BM) yang akan dipasang dengan notasi yang
telah disepakati bersama dan dipasang pada lokasi yang sesuai
dengan rencana perletakkan BM yang telah ditentukan di atas peta
dasar.
BM berukuran umumnya (1,00 x 0,30 x 0,30)m3 dibuat dari
campuran beton, diberi kerangka besi ditengah-tengahnya,
dipasangi baut kuningan dan diberi nomor/kode pengenal yang
dibuat dari marmer.
Bench Mark ditanam 0,75 m sehingga bagian yang berada di atas
permukaan tanah 0,25 m. BM ditanam di tempat yang aman dan
mudah dicari dan dipasang sesuai dengan tempat yang telah
direncanakan pada tahap persiapan.

c. Pengukuran Koordinat (Kerangka Dasar Horisontal)


Pengukuran koordinat titik Bench Mark (BM) dilakukan dengan
menggunakan peralatan Global Possitioning System (GPS)
Geodetic yang diikatkan pada titik-titik kerangka dasar horizontal
nasional terdekat atau Bench Mark (BM) eksisting yang telah

45
ditetapkan oleh Bakosurtanal, BPN atau instansi lainnya yang dapat
dipertanggungjawabkan akurasi datanya.
d. Pengamatan Azimuth
Pengamatan Azimuth dilakukan dengan menggunakan Global
Possition System (GPS) Geodetik yang diikatkan pada titik-titik
kerangka dasar horizontal nasional terdekat atau Bench Mark (BM)
eksisting yang telah ditetapkan oleh Bakosurtanal, BPN atau
instansi lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan akurasi datanya
melalui pengamatan sekurang-kurangnya 1 jam.

e. Kerangka Dasar Vertikal/Sipat datar, meliputi:


(1) Pengukuran Sipat Datar Utama
Titik referensi tinggi ditentukan terhadap Titik Tinggi Nasional
(TTG) atau titik – titik lain yang ketinggiannya dalam sistem
nasional / MSL (Mean Sea Level).
Jalur pengukuran sipat datar primer akan mengikuti jalur
pengukuran poligon primer kecuali bila ditemui daerah yang
terjal atau gunung sehingga tidak memungkinkan dilakukan
pengaturan waterpass, maka akan menggunakan cara
trigonometris.
Adapun spesifikasi teknis pengukurannya, yaitu:
 Alat Sipat Datar yang digunakan adalah Automatic Level
Arde 2, seperti Wild NAK – 2. Zeiss – Ni.
 Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon utama.
 Pembacaan dilakukan terhadap 3 (tiga) benang (atas,
tengah, bawah).
 Minimal 2 (dua) kali dalam setiap minggu alat harus dicek
kesalahan garis bidik (kolimasi).
 Jumlah slog perseksi harus genap.
 Pada waktu pembidikan akan diusahakan agar jarak
belakang ( DB ) sama dengan jarak muka ( DM ) apabila ∑

46
db ≠∑ dm hasil hitungan beda tinggi perlu dikorelasi
terhadap faktor koreksi garis bidik.
 Jarak pembacaan dari alat waterpass ke rambu maksimum
50 meter.
 Pengukuran perseksi dilakukan pergi dan pulang.
 Rambu harus diberi alas atau straatpot, kecuali pada patok
kayu atau BM.
 Dalam pengukuran sipat datar, rambu – rambu harus
digunakan secara selang – seling sehingga rambu yang
diamati pada titik awal akan menjadi rambu titik akhir pada
setiap seksi.
 Tinggi patok kayu dan BM dari permukaan tanah harus
diukur.
 Kesalahan penutup maksimum 8√D mm dimana : D adalah
jarak dalam km.

(2) Pengukuran Sipat Datar Cabang (sekunder)


Jalur Pengukuran Sipat Datar Cabang akan mengikuti jalur
Pengukuran Poligon Cabang.
Adapun spesifikasi teknis pengukurannya sebagai berikut:
 Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon cabang
(sekunder) dan menggunakan alat ukur Automatic Orde
(WILD NAK – 1, Sokkisa S – 3 A).
 Pengukuran perseksi dilakukan untuk arah pergi saja dan
dilakukan dengan double stand dengan pembacaan rambu
lengkap (BT, BA, BB).
 Toleransi salah penutup beda tinggi ( T )
T = ( 15√D ) mm
D = Jarak antara 2 (dua) titik kerangka dasar vertikal dalam
satuan kilometer.
Ketentuan lain sama seperti pada Sipat Datar Utama

47
(3) Pengukuran Situasi
Pengukuran dan pemetaan situasi dilakukan dengan metode
tachimetri terhadap semua detail bangunan fasilitas yang ada.
Guna untuk mendapatkan detail situasi yang dilengkapi dengan
garis-garis kontur ketinggian semua kenampakan yang ada, baik
yang alamiah maupun buatan manusia harus diukur dengan
teliti dan benar. Alat yang digunakan adalah Theodolith Wild T-
O.

B. Penyelidikan Tanah
Dalam melaksanakan penyelidikan tanah mengikuti standar American
Society for Testing and Materials (ASTM). Adapun metodologi
tergantung pada penyelidikan yang dilakukan yaitu : Hand Boring
Test, Sondir Test, Water Content, Specific Gravity, Atterberg Limits,
Grain Size Analysis, Consolidation Test, California Bearing Rasio
(CBR), dan Permeability Test.
Pekerjaan penyelidikan tanah yang dilakukan meliputi pengambilan
sample di lapangan dan pengujian di laboratorium untuk mendapatkan
data kondisi / karakteristik tanah terutama pada areal rencana
pembangunan fasilitas bandar udara.

Pekerjaan di Lapangan
Untuk pekerjaan di lapangan meliputi :
a. Sondir, dilakukan sampai kedalaman 20 meter atau sampai
ditemukan tanah keras yang dinyatakan dalam tegangan konus qc >
150 kg/cm2.
b. Bor mesin, dilakukan sampai kedalaman 20 meter atau sampai
lapisan tanah keras yang didefinisikan dari hasil pembacaan SPT >
50. SPT dilakukan setiap 1,5 meter, jika SPT telah mencapai > 50,
maka pengeboran akan dihentikan meskipun belum mencapai 20
meter atau jika SPT tidak pernah mencapai > 50, pengeboran
dihentikan pada kedalaman 20 meter dari permukaan tanah. Pada

48
saat boring, dilakukan pula pengambilan sample undisturbed (tidak
terganggu) dengan menggunakan tabung samplepada setiap
penggantian tanah.
c. Testpit
d. Pengambilan sample pada lokasi sumber material (quarry)

Pekerjaan di Laboratorium
Dengan diperolehnya sample tanah maka test laboratorium yang
dilakukan adalah :
a. Atterberg limits
b. Specific gravity dan water content
c. Modified proctor dan CBR laboratorium (soaked dan un soaked)
d. Consolidation test
e. Direct shear test
f. Analisa saringan/Hidrometer
g. Unconfined.
Pemeriksaan untuk tanah timbunan dari quarry, maka test laboratorium
yang dilakukan adalah:
- Sub Base Course dan Base Course
o Kadar air
o Specific gravity
o Atterberg limit
o Soundness Test
o Abrasion Test
o Analisa saringan / hidrometer
o Modified proctor
o Soaked CBR
o Sand Equivalent
o Berat isi

- Material campuran Aspal Beton

49
o Kadar air
o Specific gravity
o Atterberg limit
o Soundness Test
o Abrasion Test
o Analisa saringan / hidrometer
o Modified proctor
o Soaked CBR
o Sand Equivalent
o Berat isi
o Marshal Test

- Pemeriksaan untuk material konstruksi dari quarry, maka test


laboratorium yang dilakukan adalah:
o Soundness Test
o Abrasion Test
o Grading Limit/Sieve Analyze
o Clay Lump
o Soaked CBR

3. Lokasi Quarry
Penyelidikan yang dilakukan pada lokasi quarry yaitu penyelidikan quality
material berupa tanah, batu dan sebagainya.
Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan-bahan material, maka perlu
adanya survey lapangan untuk mencari sumber material yang memenuhi
spesifikasi yang dipersyaratkan dan telah diuji di laboratorium. Untuk itu
kemudahan aksesibilitas dan ketersediaan material menjadi pertimbangan
tersendiri untuk menjamin agar proyek tetap efisien.
Kebutuhan material yang digunakan sebagai bahan timbunan runway harus
memenuhi syarat. Material yang berupa batu pecah dapat digunakan

50
sebagai bahan perkerasan, lapis pondasi serta bahan bangunan. Semua
bahan material harus dites sesuai dengan persyaratan teknis.

5.10.2 Penyelidikan Hidrologi dan Klimatologi


Penyelidikan Hidrologi dimaksudkan untuk mendapatkan data intensitas curah
hujan, debit banjir dan sebagainya guna perencanaan drainase dan desain
konstruksi landasan. Data hidrologi harus diambil yang terbaru dan aktual
dalam kurun waktu yang memadai, termasuk data air tanah permukaan apabila
dipandang perlu.
Penyelidikan Klimatologi dimaksudkan untuk mendapatkan data-data
cuaca/iklim, angin guna menentukan arah landasan yang sesuai.

5.10.3 Perencanaan Pekerjaan Tanah dan Grading


Pelaksanaan Pekerjaan tanah yang dilakukan mengacu dan mengikuti
peraturan-peraturan yang standar yang berlaku dan kaidah-kaidah yang umum
diterapkan, antara lain :
 Penggalian dan Penimbunan, catatan ke-3 yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga.
 Konstruksi Pondasi Jalan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan
Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga.
 Standar dan Spesifikasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan RI.
 Kajian Teknis yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Sebelum pekerjaan tanah dilaksanakan perlu dilakukan survey pengukuran
kondisi topografi sehingga dapat dibuat profil rencana yang akan menentukan
volume galian dan timbunan. Penyelidikan tanah dilaksanakan untuk
mengetahui kondisi tanah, daya dukung dan nilai kepadatannya.
Grading area pada daerah pergerakan pesawat terbang antara lain strip landas
pacu, strip landas hubung merupakan daerah tanah yang diratakan dan
dipadatkan serta ditanami rumput, daerah tersebut mempunyai kemiringan
yang bervariasi. Permukaan grading area harus mampu mengalirkan air ke
saluran-saluran pembuangan (drainage), agar tidak terjadi genangan air

51
(ponding) pada grading area. Pada perencanaan ketinggian permukaan
(levelling) bandar udara ini dibuat berdasarkan perbandingan volume galian
dan volume timbunan pada pekerjaan tanah sedikit berbeda, sehingga harga
konstruksi untuk pekerjaan galian ataupun timbunan menjadi kecil.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan levelling pada bandar
udara ini adalah sebagai berikut:
 Kondisi landas pacu (runway) maupun prasarana lainnya harus dalam
posisi tidak tergenang air, terutama pada saat musim hujan.
 Memperhatikan permukaan tanah asli (eksisting) terkait dengan elevasi
terendah dan tertinggi.
 Elevasi muka air banjir maksimum pada outlet drainase bandar udara
harus berdasarkan pengamatan langsung di lapangan.
 Untuk memperkecil volume timbunan dan kemudahan drainase, maka
kemiringan yang digunakan pada permukaan perkerasan landas pacu
(runway) kemiringan 1,0% dan kemiringan strip landas pacu dibuat
bervariasi.
Yang dimaksud dengan perencanaan galian dan timbunan adalah pekerjaan
tanah yang dilakukan sebelum melaksanakan pekerjaan sipil fasilitas sisi
udara. Gambar di bawah berikut menunjukan metode perhitungan galian dan
timbunan tanah.
Langkah pertama untuk menghitung volume timbunan dibuat dengan
menggunakan garis elevasi tanah asli dan garis elevasi ketinggian yang
ditentukan pada potongan- memanjang dan potongan melintang.
Jika 2 jenis bahan berbeda dipergunakan untuk satu timbunan dan satu lagi
untuk lapis tanah dasar (mempergunakan bahan-bahan pilihan), maka
perhitungan potongan melintang untuk lapis tanah dasar .
Contoh : pada bidang A, B1, A2, B2, A3, B3.
Luasnya mempunyai satuan m, yang dapat dihitung menurut ilmuukur datar
atau menurut matematik.

Untuk menghitung volume ruang antara 2 penampang (misalnya A1 dan A2),


dipergunakan sebagai berikut :

52
V = A1 + A2 x D
2
D = Jarak penampang (m)
V = Volume ( m)
A1 = Luas penampang ( m²)

Pekerjaan ini tergantung dari berapa kedalaman dan berapa lebar yang
diperlukan. Gambaran dari tiap potongan melintang eksisting dan rencana ini
terdapat pada setiap kelipatan 10 meter.
Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan-bahan material, maka perlu adanya
survey lapangan untuk mencari sumber material yang memenuhi spesifikasi
yang dipersyaratkan dan telah diuji di laboratorium. Untuk itu kemudahan
aksesibilitas dan ketersediaan material menjadi pertimbangan tersendiri untuk
menjamin agar proyek tetap efisien.

5.11 PERENCANAAN FASILITAS SISI UDARA


5.11.1 Perencanaan Perpanjangan Landas Pacu (Runway)
Dalam merencanakan fasilitas sisi udara didasarkan pada standar perencanaan
Bandar udara yang dikeluarkan oleh ICAO, FAA dan IATA serta standar yang
telah dikeluarkan oleh Direktorat Teknik Bandara dan kaidah-kaidah yang
umum diterapkan, antara lain :
- ICAO Annex-14, Aerodrome Design and Operations Vol-I, Edisi VIII, Juli
2018

Panjang runway sangat ditentukan oleh beberapa faktor berikut :


- Karakteristik critical aircraft yang akan landing atau take-off

- Cuaca, terutama angin dan temperatur

- Karakteristik runway seperti kondisi permukaan dan slope.

- Faktor lokasi dari bandar udara, seperti elevasi dan jarak rute penerbangan

53
Dalam penentuan lebar runway yang dibutuhkan untuk setiap tahapan ditentukan
berdasarkan Annex 14, ICAO, 2018 pada Tabel 5-1 berikut.

Tabel 5- 1 Runway & Runway Strips Specification


Code Number
Item
1 2 3 4
Width of Runway
Code Letter A 18 m 23 m 30 m -
Code Letter B 18 m 23 m 30 m -
Code Letter C 23 m 30 m 30 m 45 m
Code Letter D - - 45 m 45 m
Code Letter E - - - 45 m
Width of runway plus Where the code letter is D or E, the
shoulders over-all width of the runway and its
shoulders shall not less than 60 m
Runway
Max Longitudinal Slope 1.5% 1.5% 1.25% 1.25%
Max effective gradient 2% 2% 1% 1%
Max longitudinal slope 2% 2% 1.5% 1.5%
change
Max transverse slope 2% where the code letter is A or B;
and 1.5% where the code letter is C,
D or E
Width of Runway strip
Precision and non-precision 150 m 150 300 m 300 m
runway m
Non-instrument runway 60 m 80 m 150 m 150 m
Strip
Max longitudinal Slope 2% 2% 1.75% 1.5%
Max transverse slope 3% 3% 2.5% 2.5%
Sumber : Aerodromes, Annex 14, Volume VIII, Aerodrome Design and Operations, July 2018

54
5.11.2 Perencanaan Struktur Perkerasan
Perencanaan perkerasan runway, taxiway dan apron, menggunakan standar
peraturan sebagai berikut :
 International Standard and Recommended Practices, Aerodromes, Annex
14, Volume I Aerodrome Design and Operations, Second Edition, July
2018, International Civil Aviation Organization (ICAO)
 Advisory Circular AC 150/5320-6F Airport Pavement Design and
Evaluation, Federal Aviation Administration
Perencanaan konstruksi perkerasan dapat dibedakan antara perencanaan untuk
perkerasan baru dan untuk peningkatan (perkerasan lama yang sudah pernah
diperkeras).
Adapun metode perencanaan struktur perkerasan dapat dilihat pada gambar
berikut:

EVALUASI DATA PESAWAT RENCANA


dan FORECAST
DAYA DUKUNG
TANAH DASAR

PERTIMBANGAN PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN


KONSTRUKSI DAN 1. PERKERASAN LENTUR
2. PERKERASAN KAKU
PEMELIHARAAN

LINGKUNGAN

PERBANDINGAN IMPLEMENTASI

MATERIAL PERENCANAAN PERENCANAAN

PERKERASAN

Gambar 5.1 Bagan Alir Perencanaan Perkerasan Baru

55
Ada beberapa parameter yang mempengaruhi tebal konstruksi struktur
perkerasan lentur (flexible pavement) Landasan Pacu yaitu :
Dalam perencanaan Struktur Perkerasan dalam Perencanaan Bandara Komodo
ini akan melihat beberapa data yaitu : data kondisi tanah dasar, data pesawat
rencana, data perkiraan lalulintas angkutan udara dan kondisi material yang
berada di lokasi, baik untuk perencanaan struktur perkerasan lentur (flexible
pavement) atau struktur perkerasan kaku (Rigid pavement).
Dalam merencanakan tebal perkerasan bandar udara, terdapat besaran-
besaran dan parameter terkait seperti :
a. Umur Rencana
Desain atau perencanaan struktur perkerasan didasari dengan rencana
pengembangan yang akan terjadi di bandar udara untuk periode beberapa
tahun kedepan.

b. Pesawat Rencana
Susunan roda pesawat juga mempengaruhi analisa struktur perkerasan.
c. Prakiraan Pergerakan Pesawat
Untuk pergerakan pesawat dilihat berdasarkan prakiraan dari hasil kajian
rencana induk (masterplan).
d. Jenis Perkerasan
Jenis perkerasan yang direncanakan untuk fasilitas sisi udara adalah jenis
Perkerasan Lentur (Flexible Pavement). Pada perkerasan lentur (Flexible
Pavement), lapisan-lapisan perkerasannya terdiri dari:
- Lapisan Permukaan (Surface)

- Lapisan Base Course

- Lapisan Sub Base Course


e. Menentukan Ekivalen Annual Departure Rencana
Di dalam menentukan ketebalan perkerasan, terlebih dahulu harus
ditentukan “critical aircraft” yaitu jenis pesawat yang mempunyai beban
MTOW maksimum.
.

56
5.11.3 Perencanaan Marka Dan Rambu
Perencanaan marka perpanjangan runway menggunakan standar-standar
sebagai berikut:
- International Standards and Recommended Practices, Aerodromes, Annex
14, Volume VIII Aerodrome Design and Operations, Fourth Edition, July
2018, International Civil Aviation Organization (ICAO)
- KP 326 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis dan Operasional Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil-Bagian 139 (Manual of Standard CASR –
Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodrome)

5.11.4 Perencanaan Sistem Drainase


Drainase lapangan udara bertujuan untuk mempertahankan daya dukung tanah
dengan mengurangi masuknya air dan menjaga agar landasan pacu (runway)
dan bahu landasan pacu (shoulder) tidak digenangi air yang dapat
membahayakan penerbangan.
Prinsip dalam perencanaan drainase adalah membuang luapan air hujan
secepatnya. Arah dan jaringan drainase untuk bandar udara direncanakan
mengikuti kemiringan topografi yang ada yaitu ke arah tenggara, namun tetap
mempertimbangkan penyebaran debit air lebih merata.
Sistem drainase kawasan Bandar Udara dikembangkan berdasarkan
pertimbangan - pertimbangan sebagai berikut ini :
 Memanfaatkan saluran alam atau buatan yang sudah ada seoptimal
mungkin dan tidak melakukan perubahan terlalu jauh dari kondisi yang
ada.
 Penetapan tata letak (layout sistem) kawasan yang dikembangkan
diusahakan mengikuti tata ruang, sistem blok /persil ataupun atau jaringan
jalan yang telah ada dalam kawasan ini.
 Sistem dan prasarana drainase yang dikembangkan untuk menghindari
sejauh mungkin terjadinya suatu sistem yang membutuhkan biaya operasi
dan pemeliharaan yang tinggi.

57
Dalam perencanaan drainase digunakan standar–standar sebagai berikut :
 Standar Airport Drainage Advisory Circular AC No.150/5320-5,
Departement of Transportation FAA.

5.11.5 Perencanaan Navigasi Penerbangan


Perencanaan fasilitas Navigasi, Telekomunikasi Penerbangan, Peralatan Bantu
Pendaratan dan Meteorologi didasarkan pada kebutuhan dan prakiraan lalu
lintas udara, tipe pesawat terbang yang landing dan take-off, serta frekuensi
penerbangan di bandar udara serta tingkat pelayanan navigasi penerbangannya.
Pelayanan navigasi penerbangan yang akan diselenggarakan di Bandar Udara
harus memenuhi standard dan rekomendasi dari Organisasi Penerbangan Sipil
Internasional / International Civil Aviation Organization (ICAO).
Peralatan fasilitas elektrik yang akan dipasang bukan merupakan prototype
dari pabrik pembuat dan diproduk dengan desain serta memanfaatkan
kemajuan teknologi mutakhir pada saat dilakukan tender, memiliki kualitas
yang tinggi dan memenuhi standard dan rekomendasi ICAO.
Disamping itu peralatan juga harus ditropikalisasi dan seluruh komponennya
adalah fully solid state serta tidak ada komponen bergerak agar diperoleh
reabilitas yang tinggi dan service ability sesuai standard ICAO. Untuk
mendukung target tersebut diatas, disamping MTBF yang tinggi
dipersyaratkan juga semua peralatan keselamatan penerbangan yang dipasang
dengan konfigurasi ganda (dual system) yaitu satu sistem sebagai peralatan
utama (main equipment dan yang lain sebagai cadangan (standby equipment),
sehingga bilamana peralatan utama mengalami kerusakan, secara otomatis
pemanduan navigasi bagi pesawat udara diberikan dari peralatan cadangan,
maka ketersediaan (availibilitas) sistem pemanduan navigasi tidak terganggu.
Semua material dan peralatan termasuk suku cadang dipasang sesuai dengan
standard dan rekomendasi pabrik pembuat, dipasang oleh teknisi yang ahli dan
berpengalaman tentang pemasangan dan perawatan peralatan navigasi udara
serta telah mengikuti pelatihan di pabrik pembuat.

58
5.12 PERENCANAAN FASILITAS SISI DARAT
5.12.1 UMUM
a. Mengevaluasi kembali perhitungan forecast penumpang sebagai dasar
perhitungan untuk menghitung space area requipment dari fasilitas yang
akan direncanakan.
b. Menyempurnakan rancangan dasar yang telah dipresentasikan oleh Tim
Leader pada saat evaluasi teknis.
c. Pembuatan Rancangan Teknik dan Basic Design untuk setiap komponen
fasilitas Bandar udara yang akan dibangun dalam gambar desain sesuai
dengan program ruang yang telah ditentukan.
d. Membuat perhitungan konstruksi masing-masing pekerjaan dengan
perhitungan dan faktor keamanan tertentu, sebagai dasar pembuatan desain
konstruksi bangunan.
e. Menyusun gambar desain sebagai dokumen tender masing-masing
kelompok pekerjaan sebagai acuan pembangunan oleh kontraktor
pelaksana.
f. Menyusun spesifikasi teknis, yang memuat antara lain ketentuan umum
pelaksanaan pekerjaan, bahan konstruksi, tata cara pelaksanaan konstruksi.
g. Menyusun Rencana Anggaran Biaya pelaksanaan pekerjaan dan
menyiapkan dokumen “bill of quantity”.
h. Menyusun rencana kerja dan syarat-syarat, yaitu dokumen yang diperlukan
sebagai pedoman untuk proses pengadaan pelaksanaan pekerjaan
i. Menyusun waktu pelaksanaan, lengkap dengan detail pentahapan
pelaksanaan konstruksi, sehingga pelaksanaan pekerjaan secara
keseluruhan tidak menganggu operasional Bandara.
j. Membantu dalam pelaksanaan Aanwitjzing Tender Pekerjaan.
k. Melaksanakan pengawasan berkala pada tahap konstruksi termasuk
penyesuaian desain apabila terjadi perubahan.
l. Melaksanakan koordinasi secara berkala selama masa konstruksi, baik
dilokasi pekerjaan maupun di kantor pusat.
m. Melakukan revisi gambar dan perubahan pekerjaan (apabila diperlukan).

59
n. Pekerjaan Pengukuran dan Pembuatan Peta Topografi:
o. Pekerjaan meliputi pengukuran lahan dan penyiapan pembuatan Peta
Topografi di daerah rencana berupa antara lain:
 Gambar/peta ukur ketinggian tanah
 Laporan Pengukuran
 Foto-foto dokumentasi.

5.12.2 MENYUSUN PROGRAM


a. Menyempurnakan Rancangan dasar yang telah dipresentasikan oleh Tim
Leader pada saat evaluasi teknis.
b. Pembuatan Rancangan Teknik Terinci dan Basic Design untuk setiap
komponen fasilitas bandar udara yang akan dibangun dalam gambar desain
sesuai dengan program ruang yang telah ditentukan.
c. Membuat perhitungan konstruksi masing-masing pekerjaan dengan
perhitungan dan faktor keamanan tertentu, sebagai dasar pembuatan desain
konstruksi bangunan.
d. Menyusun gambar desain sebagai dokumen tender masing-masing
kelompok pekerjaan sebagai acuan pembangunan oleh kontraktor
pelaksana.
e. Menyusun spesifikasi teknis yang memuat antara lain ketentuan umum
pelaksanaan pekerjaan, bahan konstruksi, tata cara pelaksanaan konstruksi.
f. Menyusun Rencana Anggaran Biaya pelaksanaan pekerjaan dan
menyiapkan dokumen “bill of quantity”.
g. Menyusun rencana kerja dan syarat-syarat, yaitu dokumen yang diperlukan
sebagai pedoman untuk proses pengadaan pelaksanaan pekerjaan.
h. Menyusun waktu pelaksanaan pekerjaan, lengkap dengan detail pentahapan
pelaksanaan konstruksi, sehingga pelaksanaan pekerjaan secara
keseluruhan tidak menganggu operasional bandara.
i. Membantu dalam pelaksanaan Aanwitjzing Tender Pekerjaan.
j. Melaksanakan pengawasan berkala pada tahap konstruksi termasuk
penyesuaian desain apabila terjasi perubahan.

60
k. Melaksanakan koordinasi secara berkala selama masa konstruksi, baik
dilokasi pekerjaan maupun di kantor pusat.
l. Melakukan revisi gambar dan perubahan pekerjaan (apabila diperlukan)

5.12.3 KONSEP DAN FILOSOFI DESAIN


1. PRINSIP DISAIN
Secara umum prinsip disain dan konsep Rancangan Teknik Terinci (RTT)
Fasilitas Sisi Darat akan membahas tentang:
 Konsep Arsitektur
Konsep ini akan membahas tentang layout bangunan, bentuk bangunan,
kebutuhan ruang, hubungan ruang dan sirkulasi ruang pada bangunan
sisi darat.
 Konsep Pendukung Arsitektur
Meliputi konsep struktur bangunan, konsep mekanikal/elektrikal,
konsep lansekap dan konsep infrastruktur kawasan. Masing-masing
konsep ini akan dibahas pada sub bab tersendiri.

how do we work
Service &
Operation

KOMODO design
AIRPORT direction

how do we look
design style INDONESIA

61
Bangunan Terminal Penumpang

2. TATA LETAK BANGUNAN


Berdasarkan Master Plan, tata letak bangunan terminal penumpang dibuat
tegak lurus dengan arah sumbu utama jalan masuk ke area bandar udara,
sehingga menjadi vocal point bagi semua bangunan yang ada di dalam
kawasan.
Hal ini juga dipertegas dengan letak bidang tangkap awal atau point of
interest di depan terminal yaitu lahan open space yang difungsikan sebagai
lahan parkir bagi penumpang dan pengantar/penjemput.
 Bentuk Bangunan
 Program Kebutuhan Ruang
- Kerb keberangkatan

- Hall keberangkatan

- Lobby keberangkatan

- Ruang tunggu keberangkatan

- Hall kedatangan

- Lobby kedatangan

- Kerb kedatangan

3. STRUKTUR SISTEM
A. Umum
Perancangan struktur suatu gedung dibuat dengan mempertimbangkan
beberapa aspek agar dicapai suatu hasil yang optimal dan sesuai dengan
harapan semua pihak utamanya Pemberi Tugas. Selama perancangan
perlu dilakukan koordinasi serta diskusi antara pihak-pihak yang
terlibat yaitu Pemberi Tugas, Pengguna, Perencana Arsitektur, Struktur,
MEP, Interior dan lain-lain. Konsep perancangan struktur ini
menjelaskan secara garis besar tentang perencanaan struktur proyek ini

62
agar diperoleh hasil disain yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan
oleh Peraturan yang berlaku saat ini.
B. Data Dan Informasi Proyek
Proyek ini merupakan gedung terminal dan bangunan2 penunjang
dibandara yang merupakan bangunan maksimum2 lantai dengan
bentang pendek.
Atap bangunan menggunakan rangka baja dengan bentang sesuai
perencanaan.
C. Peraturan Yang Digunakan
Perencanaan struktur gedung ini mengacu pada peraturan-peraturan
yang berlaku di Indonesia saat ini, yaitu:
Peraturan Judul Disebut
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
SNI 03-2847-2002 SNI Beton
Gedung
Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan
SNI 03-1729-2002 SNI Baja
Gedung
Standar Perencanaan Tahan Gempa Untuk Struktur
SNI 03-1726-2002 SNI Gempa
Gedung
Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan
SKBI 1.3.53.1987 SNI Beban
Gedung

Selain peraturan di atas, perencanaan ini juga akan mengacu pada


peraturan internasional utamanya berhubungan dengan struktur bentang
besar (mega structures).

4. MATERIAL STRUKTUR
Material struktur yang umum digunakan adalah beton bertulang atau
konstruksi baja.
Pilihan utama dan banyak digunakan untuk material struktur adalah beton
bertulang. Jika bentang balok cukup besar dan ketinggian lantai terbatas,
maka beton pratekan adalah alternatif yang dapat dipilih. Beton bertulang
yang digunakan harus menggunakan beton readymix agar kualitasnya
dapat lebih terjaga. Mutu beton K300 sudah dapat diproduksi dengan

63
mudah. Sedangkan beton K400 digunakan untuk beton pratekan. Besi
beton yang digunakan adalah besi beton ulir BJTD40. Jenis pondasi akan
ditentukan setelah diketahui kondisi tanah di lokasi proyek ini. Jika daya
dukung izin tanah cukup baik, maka dapat dipilih pondasi lajur terbuat dari
beton bertulang. Sedangkan jika lapisan tanah atas kurang baik, dapat
dipilih pondasi dalam yang jenisnya akan ditentukan kemudian. Material
pendukung atap digunakan baja dengan mutu standar yang dapat diperoleh
di pasaran. Pelindung baja dari kebakaran adalah vermiculite cement,
dengan daya tahan minimal adalah dua jam. Waterproofing diusulkan
menggunakan tipe integral kristalin yang dapat mempercepat waktu
pelaksanaan dan memudahkan pengawasan.

5. SISTEM STRUKTUR
Sistem struktur untuk kedua gedung yang terpisah ini, secara teknis hampir
serupa, sehingga pada konsep ini digabungkan.
a. Sistem Struktur Pondasi
Struktur pondasi berfungsi untuk menyalurkan seluruh beban yang
berasal dari struktur atas ke lapisan tanah keras. Struktur pondasi harus
bersifat elastis dan memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan dengan
struktur atas. Hal ini dirancang untuk menjamin bahwa pondasi lebih
kuat dibandingkan dengan elemen struktur yang didukungnya.
b. Sistem Struktur Atas
Bangunan ini sangat besar dan panjang, sehingga di dalam
perencanaannya harus diberi pemisah (seismic joint/dilatasi).
c. Sistem Struktur Atap
Atap ditumpu oleh kolom-kolom dengan jarak yang jauh satu terhadap
lainnya, sehingga bentang penumpu atap menjadi besar. Sistem struktur
atap dirancang menggunakan struktur rangka batang 3 dimensi (ruang)
pada kedua arah utama

6. PEMBEBANAN

64
a. Beban Mati Nominal (D)
b. Beban Hidup Nominal (L)
c. Beban Gempa Nominal (E)
o Respons Spektrum Gempa Rencana
o Waktu Getar Alami Fundamental (T1)
o Faktor Keutamaan (Ig)
o Faktor Reduksi Gempa (R)
o Arah Pembebanan Gempa
o Analisa Ragam Spektrum Respons
o Gaya Geser Dasar Akibat Respons Dinamik, Vdin dan V1
o Eksentrisitas Rencana (ed)
d. Beban Angin (W)
Beban angin bekerja pada permukaan bidang suatu gedung yang tegak
lurus terhadap arah beban angin
e. Kombinasi Beban (U)
Berdasarkan SNI Beton, kombinasi beban yang digunakan untuk
menghitung kekuatan elemen struktur adalah:
Beban Gravitasi U = 1.4 D
U = 1.2 D + 1.6 Lr

B. Grav + B. Gempa U = 1.2 D + 1.0 Lr ± 1.0 Ex ± 0.3 Ey


U = 1.2 D + 1.0 Lr ± 0.3 Ex ± 1.0 Ey
U = 0.9 D ± 1.0 Ex ± 0.3 Ey
U = 0.9 D ± 0.3 Ex ± 1.0 Ey
Kombinasi beban tersebut dipakai untuk menentukan tulangan perlu
baik untuk tulangan lentur, geser maupun torsi. Kombinasi yang
berhubungan dengan beban khusus akan disampaikan pada perhitungan
detail.

7. SIMPANGAN ANTAR TINGKAT


SNI Gempa mensyaratkan kondisi sebagai berikut:
a. Simpangan Antar Tingkat (Kinerja Batas Layan)

65
b. Simpangan Antar Tingkat (Kinerja Batas Ultimit)

5.13 SISTEM MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL


5.13.1 Sistem Ventilasi Dan Tata Udara
1. Kondisi Perencanaan:
Relative Kepadatan
Temperatur Fresh Air
Ruang Humidity (% Penghuni
(oC dB) (CFM/prs)
RH) (ft2/person)
Area Kedatangan 24.0o+ 1oC 55% + 10 % 30 ft2/prs 5
Area Keberangkatan 24.0o+ 1oC 55% + 10 % 50 ft2/prs 5
Komersial Dalam 24.0 + 1 C
o o
55% + 10 % 50 ft /prs
2
5
Komersial Umum (AC) 24.0 + 1 C
o o
55% + 10 % 25 ft /prs
2
5
Koridor 25.0o+ 1oC 55% + 10 % 25 ft2/prs 5

2. Sistem Distribusi Air Dingin


Sistem pemipaan juga dilengkapi dengan “sistem by pass” di header
dengan memasang “pressure differential valve”, yang akan mengatur aliran
balik dari header supply ke header return.

3. Sistem Distribusi Udara


Seleksi AHU akan didasarkan pada perbedaan temperatur in/out 44oF –
54oF. AHU yang digunakan adalah double skin tebal 25 mm, dengan tipe
floor standing ataupun ceiling mounted.

5.13.2 Sistem Air Bersih


Kebutuhan Air Bersih diperkirakan akan memerlukan air bersih 400 m3/hari.

5.13.3 Sistem Pemadam Kebakaran


Sistem Pemadam Kebakaran akan terdiri dari hidrant dalam dan luar serta
sprinkler. Untuk ruang server dan ruang kontrol jika diperlukan akan
disediakan sistem FM 200.

66
5.13.4 Sistem Elekronika Bandara
Sistem Elektonika Bandara terdiri dari:
1. Sistem Fire Alarm
2. Sound System/Public Address System (PA)
3. PABX System
4. Security System
5. Building Automation System
6. Flight Information Display System (FIDS)

5.14 OUTPUT PERENCANAAN


Kegiatan perencanaan ini menghasilkan beberapa dokumen sebagai berikut:
a. Laporan Pendahuluan;
b. Laporan Perhitungan Daftar Kuantitas Pekerjaan/Bahan (Bill of Quantity) dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB);
c. Laporan Topografi;
d. Laporan Penyelidikan Tanah;
e. Laporan Desain dan Perhitungan Struktur Perkerasan;
f. Gambar Detail Pekerjaan Sipil dan Elektrikal (ukuran A3); termasuk layout dan
potongannya;
g. Rencana Kerja dan Syarat (RKS), TOC dan Spesifikasi Teknis: termasuk Daftar
Peralatan pekerjaan fisik, form penilaian teknis, jadwal pentahapan pelaksanaan
pembangunan yang mencakup seluruh kegiatan konstruksi.
h. Laporan Akhir
Laporan ini berisi hasil pekerjaan perencanaan mulai dari pelaksanaan awal
pekerjaan sampai dengan akhir pelaksanaan pekerjaan termasuk dokumentasi
pelaksanaan pekerjaan perencanaan.
i. Softcopy

5.15 ORGANISASI DAN PERSONIL


Pelaksanaan Perpanjangan Landas Pacu dari 2.450 M X 45 M menjadi 2.650 M X 45 M
termasuk marking dan runway strip dan Pekerjaan Pengembangan Terminal Penumpang

67
di Bandar Udara Komodo - Labuan Bajo terkait dengan instansi – instansi, baik
Kementerian Perhubungan ataupun instansi lainnya yang menggunakan jasa
penerbangan.
Untuk itu perlu susunan organisasi yang jelas dalam rangka menetapkan garis komando
dan garis koordinasi antar instansi dengan konsultan pelaksana, sehingga diharapkan
tidak akan terjadi simpang siur pengurusan ataupun jalur kewenangannya.
Struktur organisasi proyek dapat dilihat pada Gambar berikut :

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
SATUAN KERJA
BANDAR UDARA KOMODO Garis Komando
GarisKonsultasi

PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN DIREKTORAT BANDAR
UDARA

KELOMPOK PENDAMPING
KONSULTAN (TIM TEKNIS)

Gambar 5. 2 Struktur Organisasi Proyek

68
5.16 KEBUTUHAN DAN PERSYARATAN TENAGA
Persyaratan tenaga jasa konsultansi yang diusulkan harus mengacu kepada persyaratan
nasional yang ditentukan oleh Bappenas. Adapun kebutuhan tenaga untuk layanan jasa
konsultansi dengan kualifikasi keahlian dan pengalaman profesional dalam bidangnya
masing-masing adalah sebagai berikut :
1. Team Leader , berpendidikan S2 Teknik Sipil/S2 Teknik Arsitektur dan
berpengalaman sesuai bidang tugasnya sekurang-kurangnya selama > 10 tahun;
2. Tenaga Ahli Arsitek, berpendidikan S1 Teknik Arsitektur. Memiliki pengalaman
minimal selama > 8 tahun sesuai bidang tugasnya;
3. Airport Planner, berpendidikan S1 Teknik Arsitektur/S1 Teknik Sipil. Memiliki
pengalaman minimal selama > 8 tahun sesuai bidang tugasnya;
4. Tenaga Ahli Struktur, berpendidikan S1 Teknik Sipil. Memiliki pengalaman
minimal selama > 8 tahun sesuai bidang tugasnya;
5. Tenaga Ahli Interior, berpendidikan S1 Teknik Arsitektur. Memiliki pengalaman
minimal selama > 8 tahun sesuai bidang tugasnya;
6. Tenaga Ahli Mekanikal, berpendidikan S1 Teknik Mekanikal. Memiliki
pengalaman minimal selama > 8 tahun sesuai bidang tugasnya;
7. Tenaga Ahli Elektrikal, berpendidikan S1 Teknik Elektro. Memiliki pengalaman
minimal selama > 8 tahun sesuai bidang tugasnya;
8. Tenaga Ahli Landscape, berpendidikan S1 Teknik Arsitektur Landscape. Memiliki
pengalaman minimal selama > 6 tahun sesuai bidang tugasnya;

5.17 TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN TENAGA AHLI DAN


TENAGA PENDUKUNG
Tenaga ahli yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan meliputi tenaga profesional
lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah terakreditasi.
Persyaratan tenaga jasa konsultansi yang diusulkan mengacu kepada persyaratan
nasional yang ditentukan oleh Bappenas dan sebagaimana yang telah ditentukan di
dalam Kerangka Acuan Kerja. Adapun kebutuhan tenaga ahli untuk Pekerjaan

30
Perpanjangan Landas Pacu dari 2.450 M X 45 M menjadi 2.650 M X 45 M termasuk
marking dan runway strip, adalah sebagai berikut:
1. Team Leader
Tugas : Koordinator, mengorganisir, dan mengendalikan kegiatan
pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan proyek baik dalam bidang
administratif, keuangan, perencanaan, teknis dan lain-lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan.
Tanggung jawab : Bertanggung jawab atas kelancaran dan ketertiban pelaksanaan
pekerjaan, mutu (sesuai dengan persyaratan dan ketentuan
yang berlaku dan penyelesaian secara tepat waktu).
Kewajiban : Memimpinan pelaksanaan proyek dan perencana di bidang
bandar udara
2. Ahli Arsitektur
Tugas : Merancang tata letak dan bentuk bangunan terminal dengan
mempertimbangkan fungsi dan nilai artistik bangunan,
Merancang zoning kebutuhan ruangan dengan
mempertimbangkan aliran dan volume pergerakan serta fungsi
yang melekat pada bangunan terminal bandara, Merancang dan
merencanakan denah bangunan dengan mengacu pada konsep
zoning, Merancang gambar detail dari setiap elemen bangunan
sebagai penjabaran dari tata letak dan denah bangunan,
Menentukan bahan konstruksi yang dipakai untuk ekspose dan
nilai artistik. sesuai dengan pedoman yang ada di dalam
Kerangka Acuan Kerja (Term Of Reference).
Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada Team Leader atas hasil analisa dan
kajian perencanaan serta detailnya.
Fungsi : Ahli dalam mendesain bangunan serta gambar detailnya.

3. Airport Planner
Tugas : Menganalisa dan merencanakan struktur infratstruktur pada
daerah sisi udara (Landasan Pacu, Landas Hubung, Landas

31
Parkir) serta Menyusun gambar profil potongan
memanjang/melintang runway,taxiway, apron dan prasarana
jalan sisi udara dan sisi darat , menghitung volume galian atau
timbunan tanah sebagai masukan kepada quantity
surveyor/cost estimator untuk perhitungan bill of quantity
sesuai dengan pedoman yang ada di dalam Kerangka Acuan
Kerja (Term Of Reference).
Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada Team Leader atas hasil analisa dan
kajian perhitungan serta detailnya.
Kewajiban : Mendesain dan menghitung konstruksi perencanaan struktur
perkerasan di landasan pacu, taxiway, apron dan jalan serta
gambar detailnya.

4. Ahli Sipil Struktur


Tugas : Menganalisa struktur konstruksi dan pondasi bangunan
terminal, Menghitung kekuatan struktur konstruksi bangunan
terminal berdasarkan ketentuan yang berlaku, Menyusun
gambar detail konstruksi bangunan terminal lengkap dengan
spesifikasi bahan konstruksi , Menyusun item pekerjaan sipil
sebagai masukan kepada quantity surveyor/cost estimator
untuk perhitungan bill of quantity sesuai dengan pedoman
yang ada di dalam Kerangka Acuan Kerja (Term Of
Reference).
Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada Team Leader atas hasil analisa dan
kajian perhitungan serta detailnya.
Kewajiban : Mendesain dan menghitung konstruksi perencanaan struktur
pada bangunan serta gambar detailnya.

5. Ahli Interior
Tugas : Mendesain tata letak di dalam sebuah ruang dengan
mempertimbangkan bentuk ruangan dan fungsi.

32
Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada Team Leader atas hasil
perencanaannya
Fungsi : Ahli dalam mendesain tata letak

6. Ahli Mekanikal
Tugas : Mengindentifikasi kebutuhan sistem mekanikal untuk
pengoperasian terminal dan bangunan lainnya dibandara dan
fasilitas penunjangnya baik di sisi darat maupun di sisi udara
Menganalisa dan merancang semua sistem dan istalasi
mekanikal yang tepat serta sesuai kebutuhan. Merencanakan
gambar detail jaringan instalasi mekanikal. Menghitung harga
satuan pekerjaan untuk instalasi mekanikal, Memberikan
bahan masukan kepada quantity surveyor/cost estimator
mengenai item pekerjaan dan estimasi biayanya Menganalisis
kebutuhan peralatan mekanikal yang berkaitan dengan
pengoperasian Bandar Udara.
Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada Team Leader atas hasil analisa
peralatan Mekanikal Fasilitas Sisi Udara dan fasilitas sisi darat
yang berkaitan dengan pengoperasian Bandar Udara
Fungsi : Menganalisis dan merencanakan konsep mekanikal-elektrikal
di Bandar Udara

7. Ahli Elektrikal
Tugas : Mengindentifikasi kebutuhan sistem elektrikal untuk
pengoperasian terminal dan bangunan lainnya dibandara dan
fasilitas penunjangnya baik di sisi darat maupun di sisi udara
Menganalisa dan merancang semua sistem dan istalasi
elektrikal yang tepat serta sesuai kebutuhan. Merencanakan
gambar detail jaringan instalasi elektrikal, Menghitung harga
satuan pekerjaan untuk instalasi elektrikal, Menyusun

33
spesifikasi teknis seluruh sistem dan jaringan instalasi
elektrikal yang akan dipakai, Memberikan bahan masukan
untuk ahli teknik elektrikal berkaitan dengan kebutuhan power
supply dalam rangka pengoperasian instalasi elektrikal,
Memberikan bahan masukan kepada quantity surveyor/cost
estimator mengenai item pekerjaan dan estimasi biayanya
Menganalisis kebutuhan peralatan elektrikal yang berkaitan
dengan pengoperasian Bandar Udara.
Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada Team Leader atas hasil analisa
peralatan Elektrikal Fasilitas Sisi Udara dan fasilitas sisi darat
yang berkaitan dengan pengoperasian Bandar Udara
Fungsi : Menganalisis dan merencanakan konsep elektrikal di Bandar
Udara

8. Ahli Arsitektur Landscape


Tugas : Membuat rancangan tanaman dan bangunan taman.
Tanggung jawab : Bertanggung jawab kepada Team Leader atas hasil
perencanaannya
Fungsi : Ahli dalam mendesain tata letak

34

Anda mungkin juga menyukai