Amal Tidak Kendor 5
Amal Tidak Kendor 5
ِ َّْال َجن
pintu-pintu jannah (ة ُت َأب َْواب
ْ )فُتِّ َح, ditutuplah pintu-pintu neraka (ت ْ ََو ُغلِّق
ِ َّ)َأب َْوابُ الن, dan dibelenggulah setan-setan (ين
ار ُ ت ال َّشيَا ِطِ صفِّ َد
ُ ) َو.
Dalam lafal lain disebutkan: ين ُ اط ِ َ( َوس ُْل ِسلsetan-setan dirantai).
ِ َت ال َّشي
Al-Qadhi ‘Iyadh menuturkan bahwa selama Ramadhan tingkah setan dalam
menggoda manusia berkurang. Beliau menuturkan, “Terbukanya pintu surga
karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan
Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-
bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan
kebaikan daripada melakukan maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki
surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya
setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi maksiat ketika
itu.”
Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa pada bulan Ramadhan, jiwa lebih
condong pada kebaikan dan amal salih. Kecenderungan kepada kebaikan itu
merupakan jalan terbukanya pintu surga. Begitu pula kejelekan pun berkurang
ketika itu yang akibatnya pintu neraka tertutup. Sedangkan setan itu diikat
berarti mereka tidaklah mampu melakukan maksiat sebagaimana ketika tidak
berpuasa. Namun maksiat masih bisa terjadi karena syahwat. Ketika syahwat
itu ditahan, maka setan-setan pun terbelenggu.
Selain itu, masih ada tabiat dari amal yang kadang naik, kadang juga
turun. Itulah sebabnya, hal lain yang harus tetap dijaga selama Ramadhan
adalah semangat untuk terus beramal. Ibarat perlombaan lari, semakin
mendekati garis finish semestinya semakin kencang dan bukan malah semakin
kendor. Demikian pula halnya dengan Ramadhan kita. Semakin mendekati
hari-hari terakhir Ramadhan tugas berat kita adalah menjaga agar semangat
beramal salih tidak kendor.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menguatkan semangat kita untuk mengisi
hari-hari Ramadhan ini dengan amal salih. Selanjutnya, kita selalu berharap agar
setiap amal yang tertunaikan di Ramadhan ini diterima Allah ta’ala. Hal yang paling
diinginkan oleh para salih adalah diterimanya amal. Dari Fudholah bin ‘Ubaid, beliau
mengatakan, “Seandainya aku mengetahui bahwa Allah menerima dariku satu amalan
kebaikan sebesar biji saja, maka itu lebih kusukai daripada dunia dan seisinya, karena
Allah Ta’ala berfirman,
Abdul Aziz bin Abi Rowwad berkata, “Saya menemukan para salaf begitu
semangat untuk melakukan amalan salih. Apabila telah melakukannya, mereka
merasa khawatir apakah amalan mereka diterima ataukah tidak.”