323 846 2 PB
323 846 2 PB
9
Journal of Tropical Animal Production Open Acces Freely available online
Vol 18, No. 2 pp. 59-68, Desember 2017
ABSTRACT
Data were collected from April to Mei 2017 in Singosari National Artificial Insemination
Center. The purpose of this research was to examined the correlation between scrotal
circumference with semen volume, sperm concentration and motility on the Bali cattle bull.
Material were 39 heads of Bali Bulls in the age 3-13 years old. The method used was case study
is direct measured of scrotal circumference and used secondary data for semen volume, sperm
concentration and motility on the Bali bull. Result showed that the average of scrotal
circumference was 30.10 cm, semen volume was 5.99 ml, sperm concentration was 1033.76
million/ml and sperm motility was 69.74%. Scrotal circumference had very significant effect
(P<0.01) among the semen volume, sperm concentration and motility. The correlation coefficient
(r) between scrotal circumference and semen volume 0.63, scrotal circumference and sperm
concentration 0.60 and scrotal circumference and sperm motility 0.23. Conclusion were that scrotal
circumference had a positive correlation with semen volume, sperm concentration and motility on
the Bali bull.
cara memilih pejantan yang memiliki bobot waktu pengujian serta seleksi menjadi tidak
badan sesuai dengan standar pada tingkatan praktis, sehingga untuk mengetahui kualitas
umur tertentu ataupun pejantan yang memiliki semen pejantan yang baik diperlukan teknik
bobot badan lebih tinggi dari rata-rata normal lain yaitu dengan melalui besar kecilnya
bobot badan pejatan. Seleksi pejantan yang ukuran skrotum yang diperkirakan memiliki
biasa dilakukan pada peternakan rakyat hubungan yang positif terhadap kualitas
umumnya berdasarkan kondisi tubuh, libido semen pejantan sapi Bali.
ataupun kondisi alat kelamin. Sedangkan Skrotum merupakan pembungkus testis yang
seleksi pejantan yang dilakukan di BBIB merupakan tempat spermatozoa diproduksi.
Singosari, yaitu melalui uji performan. Lingkar skrotum mencerminkan ukuran dari
Performan ternak yang baik akan diwariskan testis dan menyatakan banyaknya jaringan
kepada anaknya, sehingga seleksi berdasarkan atau tubuli seminiferi yang berfungsi untuk
performan ternak menjadi sangat penting. Uji memproduksi spermatozoa. Soeroso dan
performan meliputi pengukuran bobot badan, Duma (2006), menyatakan bahwa berat testis
panjang badan, tinggi gumba, lingkar dada, memiliki korelasi yang tinggi dengan ukuran
libido, kualitas semen serta kesehatan dan skrotum pada sapi Bali. Berdasarkan uraian di
penyakit (Susilawati, 2013). atas, perlu dilakukan penelitian untuk
Selain itu, salah satu kriteria untuk mengetahui adanya korelasi antara lingkar
menentukan keunggulan sapi pejantan adalah skrotum sebagai ukuran testis secara tidak
didasarkan pada kualitas semen yaitu volume, langsung terhadap kualitas dan kuantitas
konsentrasi dan motilitas yang berhubungan semen pejantan sapi Bali. Sehingga nantinya
langsung dengan sistem pengenceran pada pelaksanaan seleksi terhadap kualitas semen
saat pelaksanaan IB (Salisbury and yang dimiliki pejantan dapat dilakukan hanya
Vandemark, 1985). Adapun faktor-faktor dengan melalui ukuran lingkar skrotum
yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas sebagai standar dalam seleksi yang digunakan
semen pejantan diantaranya genetik, umur, untuk mengetahui kualitas semen pada
pakan, frekuensi ejakulasi, libido, faktor fisik, pejantan sapi Bali secara tidak langsung.
pengangkutan, besar skrotum dan
kesehatan/penyakit (Ismaya, 2014). Penilaian METODE PENELITIAN
semen pasca penampungan, harus segera Penelitian ini dilakukan pada bulan
dilakukan untuk menghindari kontaminasi April-Mei 2017 di BBIB Singosari, Malang.
terhadap semen dan mengetahui kualitas Penelitian ini menggunakan pejantan sapi Bali
makroskopis semen yang meliputi volume, berjumlah 39 ekor yang berumur 3-13 tahun
pH, warna, bau dan konsistensi spermatozoa. dan bobot badan antara 367-768 kg dengan
Penilaian terhadap kualitas mikroskopis kondisi tubuh sehat serta alat kelamin normal.
semen dilakukan di laboratorium apabila Pemeliharaan pejantan dilakukan secara
tempat penampungan dan laboratorium intensif dan penampungan semen pejantan
berjarak dekat. Namun apabila jarak tempat sapi Bali dilaksanakan sebanyak 1-2 kali
penampungan semen dan laboratorium dalam seminggu. Pakan yang diberikan berupa
pengujian jauh, maka penilaian kualitas rumput gajah (80,5%), silase (9%), hay
mikroskopis semen diperlukan mikroskop (brachiaria decumbens) (1,2%), dan
sederhana yang harus dibawa di lokasi konsentrat (9,3%) serta air minum diberikan
penampungan. Kerumitan prosedur tahapan secara ad-libitum. Pemberian pakan dilakukan
pelaksanaan seleksi tersebut merupakan suatu pada pagi dan sore hari.
kendala karena menyebabkan pelaksanaan
seleksi tidak efisien karena membutuhkan
Keterangan:
r = koefisien korelasi
n = jumlah ternak
x = variabel bebas
y = variabel terikat
Interprestasi nilai koefisien korelasi menurut Sugiyono (2005).
Tabel 2. Ukuran lingkar skrotum, volume semen, konsentrasi dan motilitas spermatozoa
Variabel X ± SB KK (%) Kisaran
Lingkar Skrotum (LS) (cm) 30,10 ± 1,75 5,84 26 – 33
Volume Semen (VS) (ml) 5,99 ± 1,88 31,47 2,6 – 9,6
Konsentrasi Spermatozoa (KS) (juta/ml) 1.033,76 ± 299,68 28,98 399 – 1.672
Motilitas Spermatozoa (MS) (%) 69,74 ± 3,61 5,19 60 – 75
Ukuran lingkar skrotum terbesar Nilai rata-rata lingkar skrotum juga lebih
didapatkan pada umur 12-13 tahun yaitu 33 rendah dari penelitian Ningrum dkk. (2008)
cm dan terkecil pada umur 4 tahun yaitu 26 pada sapi Simmental berkisar antara
cm. Nilai rata-rata lingkar skrotum pada sapi 33,75±0,82 cm sampai 39,01±0,73 cm. Hal ini
Bali sesuai dengan penelitian Soeroso dan dimungkinkan akibat adanya perbedaan antara
Duma (2006) bahwa sapi Bali pada kisaran ukuran tubuh pada breed sapi Bali, sapi Sumba
umur 2-3,5 tahun memiliki ukuran lingkar Ongol dan sapi bangsa taurus. Menurut
skrotum terkecil yaitu 26 cm dan terbesar 46 Kuswahyuni (2008) bahwa ukuran lingkar
cm. Nilai rata-rata lingkar skrotum sapi Bali skrotum relatif berbeda menurut bangsa dan
lebih besar dari penelitian Ratnawati dan bobot badannya. Bangsa taurus cenderung
Affandhy (2013) bahwa nilai rata-rata ukuran memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari
lingkar skrotum sapi Bali didapatkan sebesar bangsa indicus, dengan demikian terdapat
22,1±2,7 cm. Hal ini dimungkinkan oleh umur perbedaan pada ukuran testis.
pejantan sapi Bali yang diteliti sudah Volume semen dan konsentrasi
mengalami masa dewasa kelamin dan dewasa spermatozoa tertinggi pada penelitian ini
tubuh serta sudah tercapainya bobot dewasa didapatkan pada pejantan berumur 7 tahun
rata-rata sapi Bali. Selain itu pejantan yang yaitu sebesar 9,6 ml dan 1.672 juta/ml,
diteliti merupakan pejantan yang dipelihara sedangkan umur >4 tahun didapatkan
dengan tujuan produksi semen sehingga persentase motilitas spermatozoa 65-75%.
merupakan pejantan yang lolos proses seleksi Volume semen, konsentrasi dan motilitas
khususnya pada seleksi kriteria ukuran alat terendah didapatkan pada pejantan yang
kelamin. Menurut pendapat Wijono (1998) berumur 4 tahun yaitu sebesar 2,6 ml, 399
bahwa perbaikan kondisi badan atau tampilan juta/ml dan 60%. Nilai rataan volume semen,
bobot badan akan memberikan respon konsentrasi dan motilitas spermatozoa sapi
terhadap peningkatan produksi semen Bali sesuai dengan pendapat Lindsay et al.
disamping pembesaran dari ukuran skrotum (1982) bahwa ciri-ciri semen dan jumlah
dan persentase abnormalitas spermatozoa spermatozoa yang diproduksi pada sapi yaitu
akan semakin menurun dengan semakin memiliki volume semen berkisar 5 (2-10) ml,
bertambah baiknya bobot badan/kondisi badan konsentrasi spermatozoa 600-1.500 juta/ml
ternak. Ismaya (2014) juga menambahkan dan motilitas spermatozoa 50%. Disisi lain
bahwa besar skrotum berkorelasi positif nilai rataan volume semen, konsentrasi dan
terhadap besar atau bobot tubuh ternak, motilitas spermatozoa sapi Bali yang
sedangkan berat skrotum sangat berkorelasi didapatkan lebih rendah dari penelitian
dengan besar testis. Ditambahkan Rokhana Setyani dkk. (2017) yaitu rataan volume
(2008) yang menyatakan bahwa pada pejantan semen, konsentrasi dan motilitas spermatozoa
sapi Madura yang berumur ±3 tahun telah pada sapi Bali secara berturut-turut sebesar
mencapai kematangan seksual. 7,79 ml, 1.367 juta/ml dan 89,17%. Hal ini
Nilai rata-rata lingkar skrotum sapi Bali juga ditandai dengan nilai koefisien
relatif sama dengan hasil penelitian Said, keragaman pada volume semen dan
Agung, Putra, Anwar, Wulandari and Sudiro konsentrasi spermatozoa sapi Bali di BBIB
(2016) yaitu pada sapi pejantan Sumba Ongol Singosari mempunyai nilai >15% yang
memiliki rataan lingkar skrotum sebesar 27,86 menunjukkan bahwa hasil volume dan
cm sampai dengan 30,46. Akan tetapi lebih konsentrasi spermatozoa pada sampel yang
rendah dari penelitian Prayogo dkk. (2013) diteliti beragam. Keberagaman hasil ini
pada sapi Limousin dan Simmental yaitu kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi bobot
sebesar 36,57 ± 2,20 cm dan 40,58 ± 2,11 cm. badan sapi Bali di BBIB Singosari yang
berbeda-beda, umur yang beragam maupun Nilai rataan volume semen, konsentrasi
libido pejantan saat ditampung. Akan tetapi dan motilitas spermatozoa lebih tinggi dari
nilai KK pada motilitas spermatozoa penelitian Ratnawati dan Affandhy (2013)
didapatkan nilai <15% yang artinya seragam bahwa rataan volume semen, konsentrasi dan
sehingga kemungkinan selain kondisi motilitas spermatozoa sapi Bali secara
lingkungan, intensitas penampungan juga berturut-turut sebesar 3,1±1,3 ml; 630±432,5
mempengaruhi kualitas semen lebih rendah. juta/ml; 55±36,6 %. Hal ini dimungkinkan
Wijono (1998) menyatakan bahwa tinggi oleh pengaruh umur yang berbeda pada sapi
rendahnya libido merupakan faktor yang dapat Bali yang diteliti dan manajemen pejantan sapi
digunakan untuk menunjukkan efisiensi Bali (pakan, pemeliharaan, kesehatan, dll)
seekor pejantan sebagai pemacek yang baik pada BBIB Singosari yang difokuskan untuk
dan mempunyai fertilitas yang tinggi. produksi semen. Ismaya (2014), menjelaskan
Ditambahkan Rokhana (2008) yang bahwa umur sangat berpengaruh terhadap
menyatakan bahwa semakin tinggi libido volume/besarnya testis. Semakin tua umurnya
(nafsu kawin) akan memberi kesempatan semakin besar testis dan tinggi kadar
kepada penis untuk meningkatkan testosteron, oleh karena itu semakin
ketegangannya, sehingga akan berpengaruh meningkat produksi spermatozoa dan
terhadap peningkatan jumlah spermatozoa kualitasnya. Ditambahkan Ratnawati,
yang dihasilkan saat ejakulasi. Affandhy, Pratiwi dan Prihandini (2008)
Perbedaan volume semen pada sapi bahwa kondisi pakan sangat mendukung
jantan juga disebabkan karena faktor umur fungsi reproduksi pada sapi Bali khususnya
yaitu sapi jantan muda memiliki volume dan pada kualitas semennya. Pakan yang kaya
konsentrasi semen yang lebih rendah akan protein dapat meningkatkan kualitas
dibandingkan sapi jantan dewasa. Menurut semen pada pejantan sapi Bali.
Aisah, Isnaini dan Wahyuningsih (2017)
menjelaskan bahwa rendahnya volume semen, Korelasi dan regresi antara lingkar
konsentrasi dan motilitas spermatozoa skrotum dengan volume semen,
disebabkan curah hujan tinggi dan intensitas konsentrasi dan motilitas spermatozoa
cahaya rendah menghambat produksi hormon Berdasarkan hasil penelitian yang
FSH dan menghambat proses spermatogenesis dilakukan menunjukkan bahwa korelasi antara
didalam testis. Penjelasan Kuswahyuni (2008) lingkar skrotum dengan volume semen,
yang menyatakan bahwa banyaknya ejakulasi konsentrasi dan motilitas spermatozoa sapi
mempengaruhi volume semen, frekuensi Bali di BBIB Singosari disajikan pada Tabel
penampungan dan ejakulasi yang terlalu 3. Persamaan regresi antara ukuran lingkar
sering akan menurunkan jumlah dan kualitas skrotum dengan volume semen, kosentrasi dan
semen. motilitas spermatozoa sapi Bali dapat dilihat
pada Tabel 4. Dari tabel tersebut didapatkan
bahwa antara lingkar skrotum dengan volume
semen memiliki keeratan hubungan yang lebih
tinggi sehingga dapat digunakan untuk
memprediksi volume semen pada sapi Bali
lebih akurat.
Tabel 3. Koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (r2) antara lingkar skrotum dengan
volume semen, konsentrasi dan motilitas spermatozoa sapi Bali
Variabel r r2
Volume Semen 0,63 0,39
Konsentrasi Spermatozoa 0,60 0,36
Motilitas Spermatozoa 0,23 0,05
Tabel 4. Persamaan regresi antara lingkar skrotum dengan volume semen, konsentrasi dan
motilitas spermatozoa sapi Bali
Variabel Persamaan Regresi (Y) Keterangan
Volume semen Y = -14,31 + 0,67 X P < 0,01
Konsentrasi Spermatozoa Y = -2.064,03 + 102,91 X P < 0,01
Motilitas Spermatozoa Y = 55,59 + 0,47 X P < 0,01
Korelasi Antara Lingkar Skrotum dan yang lain. Menurut Khairi (2016) menyatakan
Volume Semen bahwa bobot badan sapi pejantan berbanding
Berdasarkan hasil analisis data yang lurus dengan besarnya testis, ukuran testis
telah disajikan pada Tabel 5, didapatkan nilai yang besar mempunyai tubuli seminiferi yang
koefisien korelasi (r) antara lingkar skrotum lebih banyak sehingga akan meningkatkan
dengan volume semen yaitu 0,63. Nilai ini jumlah spermatozoa yang didukung dengan
menunjukkan bahwa antara lingkar skrotum jumlah seminal plasma yang juga lebih
dengan volume semen memiliki korelasi yang banyak. Ningrum dkk. (2008) menjelaskan
positif dan menjawab hipotesis penelitian bahwa pejantan dengan ukuran skrotum yang
yang pertama. Sifat korelasi antara lingkar besar akan menghasilkan spermatozoa lebih
skrotum dengan volume semen sapi Bali banyak dibandingkan dengan pejantan dengan
termasuk kategori korelasi yang kuat. Nilai ukuran skrotum yang kecil meskipun dalam
positif koefisien korelasi antara lingkar kondisi yang sama-sama sehat. Hubungan
skrotum dengan volume semen sapi Bali lingkar skrotum dan volume semen dijelaskan
sesuai dengan pendapat Latif et al. (2009) oleh Perry and Patterson (2001) yang
yang menjelaskan bahwa lingkar skrotum menyatakan bahwa pengukuran lingkar
dengan volume semen memiliki korelasi skrotum merupakan cara memperkirakan
positif yang signifikan dengan nilai koefisien jumlah jaringan testis yang berhubungan
korelasi sebesar 0,72. Sarder (2005) juga langsung dengan kualitas dan kuantitas semen.
menyampaikan hasil yang sama bahwa lingkar Nilai koefisien korelasi antara lingkar
skrotum pada sapi mempunyai korelasi positif skrotum dan volume semen sapi Bali ternyata
dengan volume semen. lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian
Hal ini berarti semakin besar ukuran Prayogo dkk. (2013) yang menjelaskan bahwa
skrotum berbanding lurus dengan semakin ukuran lingkar skrotum tidak berpengaruh
tingginya volume semen yang dihasilkan. nyata terhadap volume semen pada sapi
Nilai koefisien determinasi (r2) antara lingkar Limousin dan Simmental dengan nilai
skrotum dengan volume semen sapi Bali koefisien korelasinya sebesar 0,11. Nilai
sebesar 0,39 yang artinya lingkar skrotum koefisien korelasi antara lingkar skrotum dan
mempengaruhi volume semen sebesar 39%, volume sapi Bali juga lebih tinggi dari
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor penelitian Wijono (1998) yang menjelaskan
saat mulai terjadi aktivitas organ reproduksi Nilai koefisien korelasi antara ukuran
jantan yang berupa aktivitas proses lingkar skrotum dengan motilitas spermatozoa
pembentukan spermatozoa, juga merangsang sapi Bali sesuai dengan hasil penelitian yang
dalam memproduksi cairan kelenjar aksesoris. dilakukan Prayogo dkk. (2013) bahwa
Wijono (1998) menyatakan bahwa tinggi hubungan antara lingkar skrotum tidak
rendahnya libido sebagai salah satu faktor perpengaruh nyata terhadap motilitas
yang dapat digunakan untuk menunjukkan spermatozoa dengan nilai koefisien korelasi
efisiensi seekor pejantan sebagai pemacek sebesar 0,34. Ukuran lingkar skrotum ternyata
yang baik dan mempunyai fertilitas yang memiliki hubungan yang lemah terhadap
tinggi. motilitas spermatozoa karena besarnya lingkar
Berdasarkan hasil analisa data skrotum berbanding lurus dengan ukuran
didapatkan persamaan garis regresi yang tubuli seminiferi yang meningkatkan jumlah
sangat nyata antara lingkar skrotum dengan spermatozoa yang didukung dengan jumlah
konsentrasi spermatozoa sapi Bali y = - seminal plasma yang juga berjumlah banyak
2.064,03 + 102,91x. Interprestasi dari hasil dan adanya pengaruh dari kondisi lingkungan
regresi dapat dinyatakan bahwa peningkatan penampungan yang memiliki suhu relatif
ukuran lingkar skrotum satu satuan (cm) akan rendah. Menurut Khairi (2016) yang
meningkatkan konsentrasi spermatozoa menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang
sebesar 102,91 juta/ml. berada pada suhu rendah dan curah hujan
tinggi menyebabkan menurunnya motilitas
Korelasi Antara Lingkar Skrotum dan akibat perubahan musim dan lamanya
Motilitas spermatozoa penyinaran dapat menghambat produksi FSH
Berdasarkan hasil analisis data seperti yang menghambat proses spermatogenesis
yang disajikan pada Tabel 3, didapatkan nilai oleh testis. Selain itu motilitas spermatozoa
koefisien korelasi antara lingkar skrotum juga dipengaruhi oleh kontaminasi benda
dengan motilitas spermatozoa sapi Bali asing yang masuk ke dalam semen yang
sebesar 0,23. Nilai koefisien korelasi ini ditampung pada saat penampungan serta
menjawab hipotesis penelitian yang ketiga beberapa pejantan sapi Bali yang sudah lama
bahwa terdapat korelasi positif antara lingkar tidak dilakukan penampungan semennya.
skrotum dengan motilitas spermatozoa pada Hasil ini diperkuat oleh pendapat Ismaya
sapi Bali. Sifat korelasi antara lingkar skrotum (2014) yang menyatakan bahwa urin dan
dengan motilitas spermatozoa termasuk kotoran yang mencemari spermatozoa yang
kategori nilai korelasi yang lemah. Hal ini dapat menurunkan motilitas selain itu ejakulat
dimungkinkan karena lingkar skrotum tidak pertama sesudah istirahat yang lama
berbanding lurus dengan motilitas menyebabkan banyak sel spermatozoa yang
spermatozoa melainkan berbanding lurus mati dan menurunkan persentase motilitas
dengan produksi spermatozoa. Nilai koefisien spermatozoa.
determinasi (r2) antara lingkar skrotum Berdasarkan hasil analisis data
terhadap motilitas spermatozoa sebesar 0,05 didapatkan persamaan garis regresi yang
yang artinya ukuran lingkar skrotum sangat nyata antara lingkar skrotum dengan
mempengaruhi motilitas spermatozoa sebesar motilitas spermatozoa sapi Bali y = 55,59 +
5% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor yang 0,47x. Interprestasi dari hasil regresi dapat
lain. dinyatakan bahwa peningkatan ukuran lingkar
skrotum satu satuan (cm) akan meningkatkan
motilitas spermatozoa sebesar 0,47%.