Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Kebidanan ISSN:.

2721-8864 (Online)
Vol....,No.... ISSN:2338-669X(print)
http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JIK

Pentingnya Imunisasi DPT-HB-HIB


 
Ni Kadek Dwi Suryaningsih
Poltekkes Kemenkes Denpasar, Sarjana Terapan, Jurusan Kebidanan
dwisuryaningsih2701@gmail.com

  ABSTRAK
Sejarah artikel:   Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau
Diterima Bulan , st meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
Revisi Bulan ,
st
suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan
Diterima Bulan , st
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
  sakit ringan. Di Indonesia, imunisasi yang telah diwajibkan
Kata kunci:
oleh pemerintah sebagaimana juga yang telah diwajibkan
Imunisasai, Bayi, Difteri, WHO antara lain; imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, Campak
Pertusis, dan Tetanus dan Polio. Artikel ini menggunakan metode deskriptif yang
menekankan informasi berupa fakta dari analisis data dan
identifikasi data yang membahas secara khusus difokuskan
kepada imunisasi DPT-HB-Hib. Imunisasi DPT-HB-Hib
merupakan salah satu imunisasi yang wajib diberikan pada
bayi. DPT singkatan dari Difteri Pertusis Tetanus, yaitu
vaksin yang terbuat dari toksoid difteri dan tetanus yang
dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah dilemahkan.
Imunisasi ini bermanfaat mencegah infeksi penyakit difteri
dan pertusis atau batuk. Imunisasi dasar DPT pertama
(primary immunization) diberikan paling cepat pada usia 6
minggu. DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada
umur 3 bulan dan DPT-3 pada umur 4 bulan. Ulangan
booster DPT selanjutnya (DPT-4) pada umur 18 bulan dan
DPT-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun. Efek samping
setelah melakukan vaksin yaitu efek samping ringan seperti
deman, kejang, kulit pada bagian suntikan merah dan sakit,
bengkak pada suntikan dan efek samping berat seperti
ensefalopati akut.
   

ABSTRACT
Immunization is an effort to actively induce or increase a person's
Keywords: immunity against a disease so that if one day they are exposed to
Immunizations, Infants, the disease they will not get sick or only experience a mild illness.
Diphtheria, Pertussis, and In Indonesia, immunizations that have been required by the
Tetanus government as well as those that have been required by WHO
include; BCG, DPT, Hepatitis, Measles and Polio immunizations.
This article uses a descriptive method that emphasizes information
in the form of facts from data analysis and data identification
which specifically focuses on DPT-HB-Hib immunization. DPT-
HB-Hib immunization is one of the immunizations that must be
given to infants. DPT stands for Diphtheria Pertussis Tetanus,
which is a vaccine made from purified diphtheria and tetanus
toxoids, as well as attenuated pertussis bacteria. This immunization
is useful to prevent infection with diphtheria and pertussis or
cough. The first DPT basic immunization (primary immunization)
is given at the earliest at the age of 6 weeks. DPT-1 is given at 2
months of age, DPT-2 at 3 months of age and DPT-3 at 4 months
of age. The next DPT booster repetition (DPT-4) at the age of 18

Penerbit: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar 1


Jurnal Ilmiah Kebidanan ISSN:.2721-8864 (Online)
Vol....,No.... ISSN:2338-669X(print)
http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JIK

months and DPT-5 when entering school at the age of 5 years. Side
effects after doing the vaccine are mild side effects such as fever,
convulsions, the skin at the injection site is red and sore, swelling
on the injection and severe side effects such as acute
encephalopathy.

 
 PENDAHULUAN 
Imunisasi sangat penting untuk tubuh seseorang agar kebal dari penyakit. Imunisasi adalah
suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Apabila
kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena system imun
tubuh mempunyai sistem memori daya ingat, ketika vaksin masuk ke dalam tubuh maka dibentuk
antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai pengalaman
(Butarbutar, 2018). Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu tuberculosis, difteri,
pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, meningitis, polio dan campak. Imunisasi dasar lengkap
adalah imunisasi yang diberikan pada anak sebelum berusia 1 tahun yang terdiri dari imunisasi HB 0,
imunisasi BCG, imunisasi DPT-HB-HIB, imunisasi polio, imunisasi IPV dan imunisasi campak
(Kemenkes RI, 2018). Imunisasi dasar lengkap dapat melindungi anak dari wabah penyakit, kecacatan
dan kematian. Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar
dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit. Tujuan umum program imunisasi dasar adalah turunnya angka kesakitan, kecacatan, dan
kematian bayi akibat PD3I sedangkan tujuan khusus dari program imunisasi dasar adalah tercapainya
cakupan imunisasi dasar lengkap ( Sarri, 2018).
Menurut data WHO (World Health Organitation) sekitar 194 negara maju maupun sedang
berkembang tetap melakukan imunisasi rutin pada bayi dan balitanya. Negara maju dengan tingkat
gizi dan lingkungan yang baik tetap melakukan imunisasi rutin pada semua bayinya, karena terbukti
bermanfaat untuk bayi yang diimunisasi dan mencegah penyebaran ke anak sekitarnya. Setiap tahun
sekitar 85-95% bayi di negara-negara maju tersebut mendapat imunisasi rutin, sedangkan sisanya
belum terjangkau imunisasi karena menderita penyakit tertentu, sulitnya akses terhadap layanan
imunisasi, hambatan jarak, geografis, keamanan, sosial ekonomi dan lain-lain (Hartati, 2019).
Sebanyak 65 negara dari 194 anggota WHO, memiliki cakupan imunisasi Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, Pneumonia dan Meningitis (DPT-HBHIB) di bawah target global 90% (Kemenkes RI,
2018). Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan cakupan imunisasi DPT-HB-HIB 3 tingkat
nasional sebesar 61,3 %. Adapun di provinsi Sumatera Barat cakupan imunisasi DPTHB-HIB 3
sebesar 60,2 % (Litbangkes RI, 2018). Kota Padang cakupan imunisasi DPT-HB-HIB 3 sebesar
89,93% dan tidak mencapai target nasional sebesar 92,5%. Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di
dunia meninggal karena berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi (Hartati,
2019). Pada kurun waktu 2015-2019, Indonesia berada di urutan dua negara dengan kejadian difteri
terbesar di dunia yaitu 3.203 kasus setelah India (18.350) kasus. Profil Kesehatan Kota Padang pada
tahun 2018 terdapat dua bayi yang meninggal karena imunisasi DPT-HB-HIB cakupannya yang
rendah. Sedangkan jumlah kasus penyakit pada balita akibat tidak lengkapnya imunisasi DPT-HB-
HIB dasar yaitu difteri sebanyak 14 kasus, Hepatitis B sebanyak 171 kasus, dan penumonia sebanyak
3.967 kasus. Sedangkan jumlah kasus penyakit balita di Lubuk Buaya ditemukan Hepatitis B
sebanyak 14 kasus dan pneumonia sebanyak 76 kasus.
Dalam Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap anak
berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit
yang dapat dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada
setiap bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
42 Tahun 2013 (Kemenkes RI.2017). Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan
prioritas utama, dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak atau balita, tidak hanya
memberikan perlindungan pada anak lainnya, karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat
dan mengurangi penyebaran infeksi. DPT-HB-HIB sebenarnya bukan vaksin baru. Dahulu adalah
vaksin DPT, kemudian ditambah preparatnya dengan vaksin Hepatitis B, menjadi preparat vaksin
DPT- HB Combo. Dengan kejadian angka pneumonia menjadi salah satu penyebab tingginya

Penerbit: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar 2


Jurnal Ilmiah Kebidanan ISSN:.2721-8864 (Online)
Vol....,No.... ISSN:2338-669X(print)
http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JIK

kesakitan dan kematian bayi dan balita, maka preparat DPT/HB ditambah dengan Hib. Vaksinasi
DPT-HB-HIB diberikan sebanyak 4 kali, yaitu 3 kali selama bayi (usia 0-1 tahun) dan 1 kali pada usia
18 – 36 bulan sebagai booster / ulangan. Vaksin DPT-HB-HIB merupakan vaksin DPT-HB ditambah
HIB yang digabung dalam satu kemasan untuk mengurangi jumlah suntikan pada bayi dan dapat
mencegah lima
Faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya
sarana kesehatan, obat-obatan dan faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan. Dukungan keluarga merupakan faktor pendorong kepada ibu untuk 5
melakukan imunisasi DPT-HB-HIB pada anak. Dukungan keluarga dapat berupa saran, informasi,
dukungan emosi, penyediaan fasilitas dan lain-lain. Manfaat keterlibatan keluarga akan meningkatkan
kesehatan/kesejahteraan anggota keluarga termasuk kesehatan anak. Sama halnya dalam pemberian
imunisasi DPT-HBHIB jika dukungan dan peran keluarga diberikan maka ibu terdorong
mengimunisasi anak untuk menjaga kesehatan anak. Jika tidak ada dukungan dan peran keluarga
dalam pemberian imunisasi DPT-HB-HIB, maka status kelengkapan imunisasi DPT-HB-HIB anak
menjadi tidak lengkap dan tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit Difteri, Pertusis,Tetanus,
Hepatitis B, Pneumonia dan Meningitis (Imanah, 2018). Berdasarkan latar belakang tersebut
penyusun secara lebih rinci akan membahas pemberian imunisasi DPT-HB-HIB dasar pada bayi/anak.

METODE
Artikel ini menggunakan metode deskriptif yang menekankan informasi berupa fakta dari
analisis data dan identifikasi data. Komponen dari metode ini ialah mendeskripsikan, menganalisis,
dan menafsirkan temuan dalam istilah yang jelas dan tepat guna menyampaikan kembali informasi-
informasi yang ada pada kajian tertentu dai hasil penelitian.
 
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes RI 12, 2018). Tujuan imunisasi
terutama untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Menurut Permenkes RI (2018), program imunisasi di Indonesia memiliki tujuan
umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Sedangkan, tujuan khusus dari imunisasi ini
diantaranya, tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai target
RPJMN (target tahun 2019 yaitu 93%), tercapainya Universal Child Immunization/UCI
(prosentase minimal 80% bayi yang mendapat IDL disuatu desa/kelurahan) di seluruh
desa/kelurahan, dan tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi.
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunkan angka
kesakitan dan kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi dapat dirasakan
oleh :
1. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit,
mendorong pembentukan keluarga apabila orangtua yakin bahwa anaknya akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
Imunisasi kekebalan tubuh ada 2 macam, yaitu:
a) Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan dengan infeksi virus maupun
bakteri sebagai contoh mikroba. Sistem kekebalan akan membentuk antibodi dan
perlindungan/perlawanan lainnya terhadap mikroba. Imunisasi aktif buatan adalah dimana
mikroba, atau bagian darinya, diinjeksikan kepada seseorang sebelum ia dapat

Penerbit: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar 3


Jurnal Ilmiah Kebidanan ISSN:.2721-8864 (Online)
Vol....,No.... ISSN:2338-669X(print)
http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JIK

melakukannya secara alami. Contoh vaksin hidup yang telah dilemahkan meliputi tampek,
gondongan,rubella, atau kombinasi ketiganya dalam satu vaksin sebagaivaksin MMR,
demam kuning (yellow fever), cacar air (varicella),rotavirus, dan vaksin influenza.
b) Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesa dari sistem kekebalan yang dipindahkan
kepada seseorang, sehingga tubuhnya tidak perlu membuatnya sendiri elemen-elemen
tersebut. Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk imunisasi pasif.Metode imunisasi
ini bekerja sangat cepat, tetapi juga berakhircepat, karena antibodi akan pecah dengan
sendirinya, dan jika takada sel-sel B untuk membuat lebih banyak antibodi, maka
merekaakan hilang. Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, Ketika antibodi-antibodi
dipindahkan dari ibu ke janin selama kehamilan,untuk melindungi janin sebelum dan
sementara waktu sesudah kelahiran. Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui
injeksi dan digunakan jika ada wabah penyakit tertentu
atau penanganan darurat keracunan, seperti pada tetanus. Antibodi-antibodi ini dapat dibuat
menggunakan binatang, dinamai “terapiserum”, meskipun ada kemungkinan besar
terjadinya syok anafilaksis, karena sistem kekebalan yang melawan serum binatang
tersebut. Jadi, antibodi manusia dihasilkan secara in vitromelalui kultur sel dan digunakan
menggantikan antibodi dari binatang, jika tersedia. 

Jenis Penyelenggaraan Imunisasi Program Imunisasi program adalah Imunisasi yang


diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi.
Imunisasi program terdiri dari imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus (Permenkes
RI 12, 2018).
 Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus dan
berkesinambungan yang terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan (Permenkes RI 12,
2018).
1) Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar merupakan imunisasi awal yang diberikan kepada bayi sebelum berusia satu
tahun. Pada kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal.
Setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang
terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio tetes, dan 1
dosis campak/MR (Kemenkes RI, 2018).
2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin terjaganya tingkat
imunitas pada anak baduta, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (Permenkes RI 12,
2017).
a) Imunisasi Lanjutan Pada Anak Baduta merupakan ulangan imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak
yang sudah mendapatkan imunisasi dasar yaitu dengan diberikan 1 dosis DPT-HB-Hib
pada usia 18 bulan dan 1 dosis campak/MR pada usia 24 bulan. Perlindungan optimal dari
pemberian imunisasi lanjutan ini hanya didapatkan apabila anak tersebut telah
mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap (Kemenkes RI, 2018).
b) Imunisasi lanjutan anak sekolah Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia SD
diberikan pada kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diintegrasikan
dengan kegiatan UKS. Imunisasi yang diberikan adalah imunisasi campak, tetanus, dan
difteri. Imunisasi ini diberikan pada kelas 1 (campak dan DT), kelas 2 (Td), dan kelas 5
(Td) (Kemenkes RI, 2018).
c) Imunisasi Pada Wanita Usia Subur Imunisasi yang diberikan pada wanita usia subur
adalah imunisasi tetanus toksoid difteri (Td) yang berada pada kelompok usia 15-39 tahun
baik itu WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil (Kemenkes RI, 2018).
 Imunisasi Tambahan

Penerbit: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar 4


Jurnal Ilmiah Kebidanan ISSN:.2721-8864 (Online)
Vol....,No.... ISSN:2338-669X(print)
http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JIK

Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok
umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis
pada periode waktu tertentu (Kemenkes RI, 2018). C
 Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap
penyakit tertentu pada situasi tertentu seperti persiapan keberangkatan calon jemaah
haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit tertentu,
dan 15 kondisi kejadian luar biasa/wabah penyakit tertentu (Kemenkes RI, 2018).

B. Imunisasi DPT-HB-Hib
Imunisasi DPT-HB-Hib merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya
penyakit difteri, pertusis, tetanus, pneumonia (radang paru), dan meningitis (radang selaput
otak). Efek samping biasanya berupa bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan
disertai demam dapat timbul.
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae
yang ditularkan melalui kontak fisik dan pernafasan. Gejala yang timbul berupa radang
tenggorokan, hilang nafsu makan, demam ringan,dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-
biruan pada tenggorokan dan tonsil. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit difteri
adalah gangguan pernafasan yang berakibat kematian.
Pertusis merupakan penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertusis yang ditularkan melalui percikan ludah (droplet infection) dari batuk atau
bersin. Gejala yang timbul berupa pilek, mata merah, bersin, demam, batuk ringan yang lama
kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk yang cepat dan keras. Komplikasi yang dapat
diakibatkan dari penyakit pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan
kematian.
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan
neurotoksin dan ditularkan melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal
yang timbul berupa kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku
otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek antara 3-28 hari
setelah lahir dan gejala berikutnya berupa kejang yang hebat dan tumbuh menjadi kaku.
Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit tetanus adalah patah tulang akibat kejang,
Pneumonia, infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan
tunggal khusus tetanus, kombinasi DT (diphteri,tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri
terbuat dari toksin kuman diphteri yang telahdilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas
bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan
pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif
ialahtoksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan. Ada tiga kemasan vaksin tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan
kombinasi dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertussis terbuat dari kuman Bordetella pertusis
yang telah dimatikan.
 
C. Jadwal Pemberian Dan Dosis
-Imunisasi dasar DPT (primary immunization) pertama diberikan paling cepat pada usia 6
minggu. DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 3 bulan dan DPT-3 pada
umur 4 bulan. Ulangan booster DPT selanjutnya (DPT-4) pada umur 18 bulan dan DPT-5
pada saat masuk sekolah umur 5 tahun.
-Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg3
-Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º

D. Kontra Indikasi
-Tidak dapat diberikan pada anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat
keturunan atau bukan, seperti epilepsy, menderita kelainan saraf, anak yang sedang

Penerbit: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar 5


Jurnal Ilmiah Kebidanan ISSN:.2721-8864 (Online)
Vol....,No.... ISSN:2338-669X(print)
http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JIK

demam/sakit keras dan yang mudah mendapatkan kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti
eksim atau asma (Maryunani, 2010 : 217-218).
-Tidak dianjurkan pada usia < 2 bulan karena imonogen pertusiss sangat reaktogenik dapat
mengjambat tanggap kebal dalam tubuh
-Riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya
-Ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya
-Keadaan lain dapat dinyatakan sebagai perhatian khusus (precaution)

E. Cara Pemberian
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuscular. Suntikan diberikan
pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc.
Cara memberikan vaksin ini, sebagai berikut :
1. Letakan bayi pada posisi miring diatas pangkuan ibu dengan seluruh kaki telanjang.
2. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.
3. Pegang paha dan ibu jari dan jari telunjuk.
4. Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat.
5. Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke dalam otot.
Untuk mengurangi rasa sakit, suntikan secara perlahan-lahan.

F. Efek Samping Imunisasi DPT


- Demam ringan
- Gelisah
- Kulit pada bagian suntikan menjadi merah dan sakit
- Bengkak pada bagian suntikan
- Kejang disertai demam
- Ensefalopati akut
 
SIMPULAN
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga
remaja tetapi juga pada dewasa. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu TBC
(Tuberculosis),difteri,pertusis,tetanus, polio, influenza, demam tifoid, hepatitis, meningitis, pneumoko
kus, mmr (mumps measles rubella), rotavirus, varisela dan hepatitis A. Imunisasi DPT-HB-Hib
merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, tetanus,
pneumonia (radang paru), dan meningitis (radang selaput otak). Penyelenggaraan imunisasi tertuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 (Kemenkes RI.2017). Imunisasi dasar
DPT (primary immunization) pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. DPT-1 diberikan
pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 3 bulan dan DPT-3 pada umur 4 bulan. Ulangan booster DPT
selanjutnya (DPT-4) pada umur 18 bulan dan DPT-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun. Efek
samping setelah melakukan imunisasi biasanya berupa bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi
suntikan disertai demam dapat timbul.
 
UCAPAN TERIMA KASIH 
Terima kasih kepada dosen pengajar Ibu/Bapak Ni Komang Erny Astiti, SKM., M.Keb, dr.
Anak Agung Made Sucipta, Sp.A yang telah membimbing selama mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak
berlangsung dan terima kasih juga untuk pembaca yang sudah ada keinginan membaca karena artikel
ini sebagain besar bermanfaat.
 

Penerbit: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar 6


Jurnal Ilmiah Kebidanan ISSN:.2721-8864 (Online)
Vol....,No.... ISSN:2338-669X(print)
http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JIK

DAFTAR PUSTAKA 

Adrian, K 2019, Imunisasi DPT : Manfaat dan Efek Sampingnya. Artikel, dilihat 3 Mei 2023
(https://www.alodokter.com/imunisasi-dpt-manfaatdan-efek-sampingnya).
Amanatilla, N 2019, Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, perilaku dan social budaya dengan
penyakit yang berkaitan personal hygiene pada lanjut usia di desa rawa kecamatan pidie
kabupaten pide thun 2019, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamadiyah Aceh,
Banda Aceh dilihat 28 Maret 2021,
(http://repository.unmuha.ac.id/xmlui/handle/123456789/981).
Astuti, H, dan Fitri 2017, Analisi Faktor Pemberian Imunisasi Dasar‟, Jurnal Kebidanan Midwiferia,
vol.3, no.1.
Ayuningtyas, D.W 2019, Faktor-Faktor yang Berhubungan DenganPerilaku Ibu Hamil dalam Atenatal
Care di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang, Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Negeri Semarang.
Azwar, A dan Prihartono, J 2014, Metodologi Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat,
Binarupa Aksara.
Daryanti, E 2019, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid
Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Cilimus Kabupaten Garut Tahun 2019, Universitas
Bhakti Kencana,10–21.
Dinkes Kabupaten Lahat 2020, Laporan Pemantauan Desa Menuju UCI di Puskesmas.
Dinkes Provinsi Sumsel 2019, Rencana Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2019. 56 STIK Bina Husada Palembang
Dinkes Provinsi Sumsel 2019, Imunisasi Merupakan Salah satu Upaya Preventif yang Cost –
Effective, dilihat 2 Mei 2021 (https://dinkes.sumselprov.go.id/2019/07/imunisasi-merupakan-
salah-satuupaya-preventif-yang-cost-effective/).
Hartati, I, Irawan, D, dan Maulida, A 2019, „Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Imunisasi
Dasar Lengkap Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Desa Suka Mulia Kecamatan Rantau Kabupaten
Aceh Tamiang‟, Jurnal Pendidikan Dan Praktik Kesehatan, vol.2, no.1, hh. 41–53, dilihat 4 Mei
2021 (http://stikescnd.ac.id/jurnal/index.php/smart/article/view/23).
Hidayati, N dan Lidiawati, M 2020, „Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Imunisasi Dasar
Lengkap Sesuai Jadwal‟, Jurnal Aceh Medika, vol.4, no.2, hh. 58–64, dilihat 5 Mei 2021,
(http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/acehmedika/article/view/1301).
Kemendikbud 2019, PID 2019, Tingkatkan Cakupan dan Mutu Imunisasi Lengkap. dilihat 02 april
2021 (https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/04/pid-2019-tingkatkancakupan-dan-mutu-
imunisasi-lengkap).
Kemenkes RI 2018, Berikan Anak Imunisasi Rutin Lengkap, dilihat 4 Mei 2021
(https://www.kemkes.go.id/article/view/18043000011/berikan-anakimunisasi-rutin-lengkap-ini-
rinciannya.html).
Kemenkes RI 2019, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, Buku, Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian PPN/Bappenas 2018, Penguatan Pelayanan Kesehatan dasar di Puskesmas, Direktorat
Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Jakarta.
Mahabbah, R.N 2019, Faktor-Faktor ynang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar,
Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Siliwangi Tasik Malaya, dilihat 6 Mei 2021.
(http://repositori.unsil.ac.id/817/3/BAB%20II.pdf).
Puskesmas Bandar Jaya 2019, Profil Puskesmas Bandar Jaya Lahat Tahun 2019, Lahat.
Sari ,D.D 2018, Faktor-Faktor Pada Ibu Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Bayi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Korpri Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung, Skripsi,

Penerbit: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar 7


Jurnal Ilmiah Kebidanan ISSN:.2721-8864 (Online)
Vol....,No.... ISSN:2338-669X(print)
http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JIK

Universitas Lampung Bandar lampung, dilihat 7 Mei 2021


(http://digilib.unila.ac.id/30116/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEM BAHASAN.pdf).

Penerbit: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar 8

Anda mungkin juga menyukai