Anda di halaman 1dari 10

DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS POLDA SULSEL

KOMBES POL HELMI KWARTA KUSUMA PUTRA R., S.IK., M.H


DASAR

a. Undang - Undang No : 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara R I;


b. Undang - Undang No : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba;
c. Undang - Undang No : 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Undang - Undang No : 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba;
d. Undang - Undang No : 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
e. Surat Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Dirjen Minerba Kementerian
ESDM R I No : 278.Und/MB.04/DBM.PU/2023 tanggal 21 Juni 2023 Perihal Narasumber
Pembinaan Pertambangan Mineral.
PENDAHULUAN
Permasalahan pertambangan illegal / pertambangan tanpa izin (PETI) sesungguhnya
merupakan suatu hal yang sangat kompleks, karena tidak hanya terkait dengan aspek
penegakan hukum / yuridis, tetapi juga terkait aspek ekonomis, sosiologis dan kultur.

PETI adalah kegiatan memproduksi mineral dan batubara yang dilakukan oleh
masyarakat atau perusahaan tanpa memiliki izin, tidak menggunakan prinsip
pertambangan yang baik, serta memiliki dampak negatif bagi lingkungan hidup,
ekonomi, dan sosial.

Kegiatan ini juga memicu terjadinya konflik yang menggangu stabilitas Kamtibmas,
selain itu, PETI juga mengabaikan kewajiban - kewajibannya, baik terhadap Negara
maupun terhadap masyarakat sekitar.

Kegiatan pertambangan tanpa izin (PETI) disejumlah daerah yang berada di Prov.
Sulawesi Selatan kembali marak terjadi. Aktivitas tambang ilegal ini kian meningkat
dipicu harga komoditas minerba yang terus menguat dan meningkatknya kegiatan
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang terus meningkat dan
berkembang menyebabkan adanya peningkatan permintaan material tambang.
Menyikapi hal ini, Polda Sulsel telah melakukan tindakan preemtif, preventif, dan
represif yang bertujuan untuk menertibkan pelaku tambang illegal dan pengendalian
bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang bekerja tidak sesuai dengan
aturan serta melakukan penegakan hukum bagi pelaku pertambangan illegal /
pertambangan tanpa izin.

Pertambangan Tanpa Izin (PETI) terus menjadi perhatian Polda Sulsel dan
Pemerintah Prov. Sulsel, sehingga diperlukan upaya bersama dan dukungan
seluruh pihak untuk mendorong penanganan PETI beserta dampak yang
ditimbulkan.
UPAYA YG TELAH DILAKUKAN OLEH POLDA SULSEL
DALAM MENGATASI PETI DI PROV. SULSEL

PREEMTIF PREVENTIF REPRESIF

Strategi Preemtif dilakukan Strategi Preventif dilakukan Strategi Represif dilakukan


oleh Polda Sulsel besama dengan melakukan kegiatan dengan mendahulukan pen
Dinas ESDM Prov. Sulsel Patroli dan operasi rutin dekatan kearifan lokal. Pene
untuk melakukan inventarisasi dilokasi kegiatan pertam gakan hukum sebagai upaya
pertambangan tanpa izin, bangan dan pertambangan terakhir terhadap pelaku yg
memberikan himbauan dan illegal untuk mengawasi rantai berpotensi menimbulkan kor
sosialisasi kpd masy ttg kegiatan pengolahan pertam ban jiwa, dampak lingkungan,
dampak lingkungan yg timbul bangan mulai dari izin, pro dan kerugian terhadap
dari kegiatan PETI serta duksi hingga distribusi, guna kekayaan negara.
mengarahkan masy untuk meminimalisir terjadinya ke
mengurus IUP. giatan PETI.
Dlm kurun waktu thn 2019-2023 Polda Sulsel
(Telah dilakukan di Kab. Bone, tlh melakukan penegakkan hkm terhap pelaku
PETI sebanyak 29 kss dan sebagian besar
Kab. Lutra, Kab. Pinranng dan melakukan PETI komoditas tanah urug, batuan
Kab. Bulukumba). dan sirtu.
Banyaknya permintaan / kebutuhan komoditas Minerba
terkait dengan meningkatnya pembangunan saat ini

Harga komoditas Minerba yang semakin menjanjikan,


sehingga masyarakat dan investor ingin mendapatkan
profit atau keuntungan yang besar.

FAKTOR
PENYEBAB Kurangnya pengawasan dan adanya pembiaran dari
TERJADINYA pihak - pihak yang berwenang.
PETI

Kurangnya fasilitas perizinan.

Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap peraturan


/ perundang - undangan yang berlaku dibidang
pertambangan,
❑ Melakukan Penambangan (Operasi Produksi) Tanpa Izin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP-OP).

❑ Melakukan Penambangan diluar Konsesi atau Wilayah Izin


Usaha Pertambangan / WIUP.

❑ Melakukan Penambangan terhadap material / komoditas


diluar yang tercantum dalam IUP-OP.

❑ Memanfaatkan masyarakat untuk melakukan kegiatan


MODUS penambangan sehingga apabila ditertibkan dapat
OPERANDI menimbulkan Konflik antara Petugas dengan Masyarakat.
PETI
❑ Tidak dilaksanakannya Kegiatan Pasca Tambang.

❑ Menjual hasil tambang di pelabuhan untuk menyulitkan


petugas dalam membedakan hasil Tambang llegal dan Legal.

❑ Ketidaksesuaian antara dokumen Rencana Kerja dan


Anggaran Biaya (RKAB), hasil eksplorasi, dokumen ekspor,
dengan fakta di lapangan.

❑ Memalsukan Dokumen Perizinan, Surat Keterangan Asal


Barang (SKAB), dan pemalsuan lainnya.
❑ Dampak sosial kegiatan PETI antara lain menghambat
pembangunan daerah karena tidak sesuai RTRW.
D
A ❑ PETI berdampak bagi perekonomian negara karena berpotensi
M menurunkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan
P penerimaan pajak.
A
K ❑ Pada umumnya lahan bekas PETI dengan metode tambang
terbuka yang sudah tidak beroperasi meninggalkan void dan
genangan air sehingga lahan tersebut tidak dapat lagi
P dimanfaatkan dengan baik.
E
T
I ❑ Dari sisi lingkungan, PETI akan menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup, merusak hutan apabila berada didalam
kawasan hutan, dapat menimbulkan bencana alam,
mengganggu produktivitas lahan pertanian dan perkebunan,
serta dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
SANKSI HUKUM

❑ Dari sisi regulasi, PETI melanggar Undang - Undang Nomor : 3 Tahun 2021 tentang
Perubahan atas Undang - Undang Nomor : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara :

- Pada Pasal 158, dijelaskan bahwa setiap orang yang melakukan penambangan
tanpa izin dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak
Rp100.000.000.000.

- Pasal 160, dijelaskan bahwa setiap orang yang memiliki IUP pada tahap eksplorasi,
tetapi melakukan kegiatan operasi produksi, dipidana penjara paling lama 5
tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000.000.

❑ Selain Pasal – Pasal tersebut di atas, diatur juga bagi orang yang menampung,
memanfaatkan, melakukan pengolahan dan/atau pemurnian, pengembangan dan/atau
pemanfaatan pengangkutan, penjualan mineral dan/atau batubara yang tidak berasal dari
pemegang IUP, IUPK, IPR, SIPB atau izin lainnya akan dipidana dengan pidana penjara,
sebagaimana diatur dalam Pasal 161 dengan sanksi pidana penjara paling lama 5 tahun
dan denda paling banyak Rp100.000.000.000.
DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS POLDA SULSEL

SEKIAN & TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai