Landasan Dan Tujuan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
Landasan Dan Tujuan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
TERBENTUKNYA JATI DIRI BANGSA INDONESIA MELALUI SUATU PROSES SEJARAH YG PANJANG SEJAK
JAMAN KERAJAAN KUTAI, SRI WIJAYA, MAJAPAHIT DI BAWAH HAYAM WURUK DGN PATIH GAJAH
MADA, MENGEMUKAKAN BAHWA RAJA MENJALANKAN DENGAN SETIA KELIMA PANTANGAN JUGA
DLM UPACARA DAN PENOBATAN DIINGATKAN. PANTANGAN TSB ADALAH :
DLM SEJARAH SEBAGAI DASAR FALSAFAH NEGARA RI MENGALAMI INTERPRETASI DAN MANIPULASI
POLITIK DEMI KOKOH DAN TEGAKNYA KEKUASAAN. KETETAPAN SIDANG ISTIMEWA MPR
NO.XVIII/MPR/1998, PENCABUTAN P4 DAN PANCASILA SATU SATUNYA ASAS ORSOSPOL DI INDO.
Selanjutnya istilah Pancasila masuk dalam kasanah kesusastraan Jawa kuno pada zaman Majapahit di
bawah Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Istilah pancasila terdapat dalam buku keropak Negara
Kertagama yang berupa syair pujian ditulis oleh pujangga istana bernama Mpu Prapanca selesai
pada tahun 1365, yakni pada sarga 53 bait 2 yang berbunyi sebagai berikut :
Yatnanggegwani pancasyila kertasangska rabhisakaka krama artinya : Raja menjalankan dengan setia
kelima pantangan (pancasila) itu begitu pula upacara-pacara adat dan penobatanpenobatan.
Selain terdapat dalam buku Negara Kertagama yang masih dalam jaman Majapahit istilah pancasila
juga terdapat dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular. Dalam buku Sutasoma ini istilah
pancasila disamping mempunyai arti berbatu sendi yang lima (dalam bahasa sansekerta) juga
mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima, pancasila krama, yaitu :
Demikianlah perkembangan istilah Pancasila dari bahasa sansekerta menjadi Bahasa Jawa kuno yang
artinya tetap sama dengan yang terdapat di jaman Majapahit.
Sesudah Majapahit runtuh dan Islam tersebar ke seluruh Indonesia maka sisa-sisa dari pengaruh
ajaran moral Budha yaitu pancasila masih terdapat juga dan dikenal masyarakat Jawa sibagai lima
larangan (pantangan, wewaler, pamali) dan isinya agak lain yaitu yang disebut " Ma Lima" yaitu lima
larangan yang dimulai dari kata "ma". Larangan tersebut adalah :
Lima larangan moral atau "Ma Lima" ini dalam masyarakat Jawa masih dikenal dan masih juga
menjadi pedoman moral, tetapi namanya bukan Pancasila, tetapi tetap "Ma Lima".
Pada jaman ORBA pernah terjadi penolakan terhadap mata kuliah Pendidikan Pancasila (sejak 1998)
dianggap berkaitan dengan ORBA, proses indoktrinasi? Bagi generasi muda menimbulkan reaksi
penolakan (negatif).
Tetapi MK. Substansinya tetap penting, karena konsep negara bangsa semakin bergeser ke
borderless. Karena itu sebagai negara bangsa yang bermartabat manusiawi kita harus
mempertahankannya (bandingkan dengan negara-negara yang mengesampingkan kemanusiaan).
Karena itu justru Pendidikan Pancasila menjadi lebih penting lagi. (Prof Arief Sidartha)
Kondisi bangsa, negara dan masyarakat yang dilanda krisis dan disintegrasi juga membuat Pend.
Pancasila lebih penting
Mari kita hayati apakah pendidikan Pancasila ini memang diperlukan dalam konteks recovery
jangka panjang bangsa Indonesia?
Sejak lahirnya era reformasi secara terang benderang nilai-nilai luhur Pancasila yang seharusnya
dipakai sebagai kompas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mulai diabaikan, baik dalam
tatanan supra struktur politik, maupun infra struktur politik.
2. LANDASAN KULTURAL
PANCASILA TUMBUH DARI ADAT ISTIADAT, BUDAYA, AGAMA SERTA KEPUSTAKAAN INDONESIA
- KEKELUARGAAN
- KERJA SAMA
- SABAR
• Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan nilai-
nilai yang tumbuh dalam kehidupan bangsa Indonesia.
• Nilai-nilai yang dirumuskan dalam Pancasila merupakan hasil pemikiran konseptual dari
tokoh bangsa Indonesia seperti: Soekarno, Drs. Mohammad. Hatta, Mr. Muhammad Yamin,
Prof. Mr. Dr. Supomo, dan tokoh lainnya.
• Pancasila mengandung nilai-nilai yang terbuka untuk masuknya nilai-nilai baru yang positip,
baik dari dalam maupun dari luar negeri
• - KERAKYATAN
• - KEBANGSAAN
• - KEMANUSIAAN
• - KETUHANAN
3. LANDASAN YURIDIS
PANCASILA SEBAGAI DASAR FALSAFAH NKRI MAKA BERKAITAN DENGAN ATURAN HUKUM
SECARA YURIDIS. UTK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PANCASILA:
(2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk utk memeluk agamanya masing-masing
dan utk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya )
Ps. 37; kurikulum setiap jenis, jalur & jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan kepribadian
(Agama, Kewarganegaraan, Bahasa)
Ps. 1; bahwa mata kuliah Pendidikan Kepribadian yg mencakup unsur Filsafat Pancasila, Agama &
Kewarganegaraan
Edmonson
• Cabang ilmu politik yang membahas hak dan kewajiban warga dari sebuah negara.
Mansoer
• Merupakan hasil dari sintesis antara civics education, democracy education serta citizenship
yg berlandaskan pada Filsafat Pancasila serta mengandung identitas nasional Indonesia serta
materi muatan tentang bela negara.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu. Kewarganegaraan dalam arti yuridis
dan sosiologis :
• Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-
orang dengan negara.
• Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum, melainkan
ditandai ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan
sejarah, dan ikatan perasaan.
• Kewarganegaraan dalam arti materiil menunjukkan pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban negara.
1. UU No. 20 / 2003 ( Sisten pendidikan Nasional) kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa.
2. PP No. 19 / 2005 (Standar Nasional Pendidikan) kurikulum tingkat satuan Pendidikan Tinggi
wajib memuat MK. Pendidikan Agama, PKn dan Bahasa Indonesia serta Bahasa Inggris.
4. UUD 1945
1. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan aspirasi
Bangsa Indonesia tentang kemerdekaanya).
3. Pasal 27 ayat (3), hak dan kewajiban warga negara dalam upaya bela negara.
4. Pasal 30 ayat (1), hak dan kewajiban warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
4. LANDASAN FILOSOFIS
Pengertian Filofosis.
Filosofis, berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata
philein/philos yang artinya cinta dan sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu,
kebenaran.
Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami
hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan.
Untuk mencapai dan menemukan kebenaran tersebut, masing-masing filosof memiliki karakteristik
yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Demikian pula kajian yang dijadikan obyek telaahan
akan berbeda selaras dengan cara pandang terhadap hakikat segala sesuatu.
Landasan Filosofis
• Hakikat manusia sebagai warga negara senantiasa diukur dari segi kemanfaatannya, yakni
dari apa yang bisa ia berikan kepada bangsa dan negaranya.
Landasan Sosiologis
• Memperhatikan situasi dan cara hidup sehari-hari orang Indonesia saat ini yang telah pudar
identitas aslinya, tergerus oleh faham globalisasi.
• Bangsa Indonesia yang dulu dikenal sebagai bangsa yang religius, toleransi, ramah, gotong
royong, nasionalis dan memiliki solidaritas sosial, saat ini lebih dekat kepada bentuk-bentuk
kekerasan dan individualistik.
• Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila secara filosofis dan obyektif
merupakan filosofi bangsa Indonesia yang telah tumbuh, hidup dan berkembang jauh
sebelum berdirinya negara Republik Indonesia.
Oleh karena itu, sebagai konsekuensi logisnya menjadi kewajiban moral segenap bangsa Indonesia
untuk dapat merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari baik kehidupan bermasyarakat maupun
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai dasar filsafat negara, maka Pancasila harus menjadi sunber bagi setiap tindakan para
penyelenggara negara dan menjiwai setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
HAKEKAT NEGARA
TUJUAN NEGARA
KEDUDUKAN NEGARA
PENYELENGGARAAN NEGARA
• Nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila merupakan filosofi bangsa Indonesia
sebelum mendirikan negara Republik Indonesia.
• Nilai-nilai itu:
• Pancasila sebagai dasar filsafat negara menjadi sumber bagi segala tindakan para
penyelenggara negara, menjadi jiwa dari perundang-undangan.
• Pancasila sebagai sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan
nasional dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan keamanan.
a. TUJUAN NASIONAL
• MENUMBUHKAN JIWA PATRIOTIK & CINTA TANAH AIR, MENGHARGAI JASA PAHLAWAN
SERTA BERORIENTASI KE MASA DEPAN.
a) DAPAT MEMAHAMI & MAMPU MELAKSANAKAN JIWA PANCASILA DAN UUD 45 DALAM
KEHIDUPANNYA SEBAGAI WARGA NEGARA INDONESIA.
b) MENGUASAI PENGETAHUAN/PEMAHAMAN TENTANG BERAGAM MASALAH DASAR
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BANGSA DAN BERNEGARA YANG HENDAK DIATASI
DENGAN PENERAPAN PEMIKIRAN YANG BERLANDASKAN PANCASILA & UUD 1945
c) MEMUPUK SIKAP & PRILAKU YANG SESUAI DENGAN NILAI/NORMA PANCASILA SEHINGGA
MAMPU MENANGGAPI PERUBAHAN YANG TERJADI DALAM RANGKA KETERPADUAN IPTEKS
DAN PEMBANGUNAN
PENDIDIKAN PANCASILA YANG BERHASIL AKAN MEMBUAHKAN SIKAP DAN MENTAL BERSIFAT
CERDAS, BERTANGGUNGJAWAB PARA MAHASISWA DENGAN PRILAKU:
KEADILAN SOSIAL.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan Kep. Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000, tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan mencakup:
• Tujuan Umum Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa
mengenai hubungan antara warga Negara dengan Negara serta PPBN agar menjadi warga
negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
• Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara
santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai WNI terdidik dan
bertanggungjawab.
3. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa