Anda di halaman 1dari 39

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PEMETAAN TOPOGRAFI


ACARA VI: PENGENALAN UAV/DRONE

LAPORAN

OLEH :
FERA FEBRYANTI POMBELO
D061221025

GOWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi digital, sistem fotogrametri telah

mengalami perkembangan dari sistem fotogrametrianalog berkembang menjadi

sistem fotogrametri analitik dan kemudian yang termutakhir adalah sistem

fotogrametri digital. Perkembangan sistem fotogrametri berdampak pada

berkembangnya alat restitusi yang digunakan dari alat restitusi analog dan analitik

seperti analog/analitik stereo plotter dimana proses pekerjaannya dilakukan oleh

manusia, berganti menjadi alat restitusi otomatis dimana proses pekerjaannya

dikerjakan secara otomatis menggunakan komputer.

Dalam melakukan pengambilan data fotogrametri tentunya dibutuhkan alat

yang canggih, untuk mendapatkan data yang efektif dan efisien oleh karena itu

pemetaan ini menggunakan drone yang biasa disebut pesawat tanpa awak. Drone

adalah wahana yang dilengkapi sistem pengendali terbang melalui gelombang,

navigasi presisi Ground Positioning System (GPS), dan elektronik kontrol

penerbangan sehingga mampu terbang sesuai perencanaan terbang (autopilot). Drone

biasanya juga dilengkapi dengan peralatan kamera resolusi tinggi dapat melakukan

pemotretan foto udara. Penggunaan drone menghasilkan gambar/citra dengan

resosuli spasial yang besar, tidak terkendala awan, karena pengoperasiaannya pada

ketinggian di bawah awan, Melalui drone, skala kedetailan data menjadi sangat

tinggi dan proses pengumpulan datanya menjadi lebih mudah.


1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum acara Pengenalan fotogrametri menggunakan

Drone adalah agar peserta dapat mengetahui jenis-jenis drone dan fungsinya dalam

dunia pemetaan foto udara. Sedangkan tujuan dari praktikum acara ini adalah :

1. Peserta dapat mengetahui jenis-jenis Drone yang dapat digunakan untuk

pemetaan foto udara.

2. Peserta dapat mengetahui cara penerbangan Drone yang baik dan benar.

3. Peserta dapat mengetahui aplikasi android/ios yang mendukung

pengoperasian penerbangan Drone..

4. Peserta dapat mengetahui pengambilan foto udara yang baik dan benar

5. Peserta dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari pemetaan foto udara

menggunakan Drone.

1.3 Waktu dan Lokasi Pratikum

Adapun kegiatan pratikum Pengenalan Drone ini dilaksanakan pada hari

Sabtu, 12 November 2022 yang dimulai pada pukul 07.00 WITA dengan cuaca

cerah, yang bertempat di Bukit Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa,

Sulawesi Selatan.

1.4 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam acara ini adalah :

1. 1 unit drone

2. Baling - baling

3. Remote control

4. Charger battery
5. Charger remote control

6. SD card

7. Smartphone

8. Laptop

9. Software DJI GO 4

10. Tas phantom

11. Windmeter

12. Dokumen

1.5 Prosedur Pratikum

1.5.1 Cara Menerbangkan Drone

Dalam pengoprasian Drone beberapa hal yang perlu dipastikan yaitu drone

dalam keadaan hidup dan sudah dikalibrasi kemudian pesawat drone telah terkoneksi

dengan remote control dan aplikasi pada android/ios.

1. Menyalakan Mesin

Untuk menyalakan mesin,anda dapat menarik kedua tuas kemudian ke dalam

atau keluar secara bersamaan.

2. Mematikan Mesin

Untuk mematikan mesin, Anda cukup menarik dan menahan tuas gas ke

bawah.

1.5.2 Cara Pengoprasian Drone

Adapun cara pengeoprasian Drone yaitu :

1. Pasang beterei pada frone

2. Klink button power dua kali sampai bunyi


3. Nyalakan remote klik dua kali,kali kedua tahan selama tiga detik

4. Untuk menaikan drone klik dua kali button dengan cepat

5. Sebelum pasang gimbal matikan terlebih dahulu biar listrik tidak mengalir

6. Buka penutup gimbal,pasang gimbal, lihat garis putih dan pasangkan gimbal

7. Pasangkan baling-balingnya sesuai warna

8. Setelah dipasang kunci propeller pada motor hingga pas

9. Aktifkan drone dan remote kontrol

1.5.3 Teknik Pengoperasian Drone

Adapun teknik pengoperasian drone adalah :

1. Baca guideline/buku petunjuk drone yang anda gunakan.

2. Pahami lokasi/areal terbang.

3. Lakukan prosedur standar sebelum pengoperasian (kalibrasi kompas, gps,

pahami spesifikasi drone).

4. Usahakan sebisa mungkin drone masih tetap terjangkauan pandangan mata.

5. Hindari zona larangan terbang.

6. Utamakan keselamatan masyarakat dari pilot (pengguna).

Dengan menggunakan drone, pekerjaan survei udara dengan tujuan pemetaan

dan fotogrametri dapat dilakukan secara lebih mudah,murah,serta cepat.drone yang

dapat terbang rendah akan menghasilkan resolusi peta citra yang tinggi (GSD hingga

5cm/pixel), serta bentuknya yang ringkas membuatnya mudah diterangkan dimana

saja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Drone

Gambar 2.1 Drone

Drone merupakan pesawat tanpa pilot. Pesawat ini dikendalikan secara

otomatis melalui program komputer yang dirancang, atau melalui kendali jarak jauh

dari pilot yang terdapat di dataran atau di kendaraan lainnya. Awalnya UAV

merupakan pesawat yang dikendalikan jarak jauh, namun sistem otomatis kini mulai

banyak diterapkan.Drone, yang lebih dikenal Unmanned Aerial Vehicle (UAV)

awalnya dikembangkan untuk kebutuhan militer. Menurut sejarahnya, ide

pengembangan pesawat tanpa pilot sudah ada sejak 22 Agustus 1849. Waktu itu,

Austria berusaha menyerang kota Venesia di Italia dengan menggunakan balon tak

berawak yang penuh akan bahan peledak. Cara kerja drone sederhana ini tidak

sepenuhnya berhasil. Beberapa balon mengenai sasaran, tetapi ada pula yang terjebak

angin dan berubah arah. Perkembangan teknologi membuat drone juga mulai banyak

diterapkan untuk kebutuhan sipil, terutama di bidang bisnis, industri dan logistik.

Amazon memulai persaingan industri ini melalui peluncuran layanan Amazon Prime
Air. Pengangkutan barang menjadi lebih cepat, lebih praktis, minim human error, dan

mampu menjangkau lokasi terpencil (Bahar, Emirul. 2017).

2.2 Sejarah Drone

Drone atau yang sering dikenal dengan UAV memiliki dua sisi pandang dari

para akademisi secara positif dan negatif. Hal ini dapat dilihat dari perkembangannya

sejak sebelum Perang Dunia I. Dimulai pada tahun 1849, Austria mengembangkan

sebuah balon terbang tanpa awak yang digunakan untuk aksi menyerang Italia

dengan mengebom Kota Venesia. Purnomo menjelaskan bahwa balon yang diisi oleh

bom tersebut dilepas dari kapal Austria yang dikendalikan menggunakan

elektromagnet melalui kabel tembaga. Sayangnya, beberapa balon yang diterbangkan

berbalik menyerang pihak Austria akibat cuaca yang tidak menentu dan di luar

prediksi. Peristiwa yang dialami Austria ini menunjukkan peluang keberhasilan

sekaligus risiko di luar dugaan, dan sekaligus menunjukkan kepeloporan negara itu

dalam hal mengembangkan wahana tanpa awak pertama di dunia dan selanjutnya

mengilhami pengembangan drone lebih jauh. Pada tahun 1861, balon udara tersebut

digunakan oleh kubu konfederasi dan union dalam perang sipil Amerika sebagai

pemantauan jarak jauh. Selama Perang Dunia I pengembangan pesawat tanpa awak

semakin pesat yang salah satunya dikembangkan menjadi pesawat sayap tetap dan

nirkabel jaringan atau bantuan dari radio sederhana (Firmansyah, Puspitasari. 2021).

Di zaman Mesir kuno, dikenal adanya Khensu yaitu Dewa bersayap sejak

1.000 tahun sebelum Masehi, demikian pula Chaerubim, banteng bersayap dengan

kepala manusia dari Assyria. Di dalam mitologi Yunani, nama Icarus yang dikenal

bisa terbang, namun karena terbang terlalu dekat dengan matahari menyebabkan
sayapnya meleleh dan jatuh ke laut. Sedangkan di dalam cerita 1.001 malam, dikenal

adanya karpet terbang atau the flying carpet. Di dalam cerita pewayangan, dikenal

pula tokoh Gatot Kaca, seorang ksatria yang gagah berani dan bisa terbang. Dalam

cerita Mahabrata, Keluarga Pandawa yang terdiri dari 5 bersaudara yaitu Yudistira,

Bima, Arjuna dan si kembar Nakula dan Sadewa. Gatot Kaca adalah anak Bima,

ksatria ke-2 yang dikenal sebagai ksatria yang teguh pada pendiriannya dengan

postur tubuh yang tinggi besar karena gagah berani dan bisa terbang. Demikian pula

dalam mitologi Yunani kuno, dikenal adanya Dewa Icarus yang memiliki sayap dan

dapat terbang mengarungi angkasa. Upaya manusia untuk bisa terbang terus berlanjut

pada abad pertengahan masa setelah kelahiran Nabi Isa, tercatat antara lain Bladud,

Raja Inggris pada tahun 863 SM mengalami patah leher pada waktu berupaya untuk

terbang dengan menggunakan sayap yang terbuat dari bulu burung. Demikian pula

Oliver, seorang Paderi dari Malnesury pada tahun 1065, menyiapkan sepasang sayap

untuk bisa terbang, namun gagal dan ia menemui kematiannya. Seorang Philosop dan

sekaligus seorang ilmuwan Inggris, Roger Bacon pada abad ke13 mengatakan bahwa

pada dasarnya manusia akan bisa mewujudkan cita-citanya untuk dapat terbang,

namun kiranya Tuhan belum memberikan ilmunya untuk bisa melaksanakan cita-cita

itu. Pada awal abad ke-16, Leonardo da Vinci (1452 - 1519) seorang jenius dari

Italia, merupakan ilmuwan terkemuka pada masa Renaissance yang pertama kali

mempelajari anatomi burung dan menyelidiki bagaimana burung bisa terbang. Dialah

yang pertama kali menulis teori tentang mekanisme terbang pada tahun 1505. Ia juga

merancang mesin terbang yang didasarkan pada struktur sayap kelelawar. Kontribusi

besar pertama terhadap evolusi Drone yaitu penemuan mekanisme mesin yang bisa
terbang terjadi pada masa Pythagoras dan dikaitkan dengan Archytas dari Tarantas,

Italia selatan. Dia menerapkan serangkaian konsep geometrical, dengan demikian

terciptalah UAV pertama pada 425 SM, berupa mesin berbentuk burung yang dapat

terbang menggunakan sistem mesin yang diletakkan di bagian perutnya. Pada tahun

400 SM, Cina telah mendokumentasikan gagasan tentang sebuah perangkat yang

mencapai penerbangan vertikal. Leonardo da Vinci pada tahun 1483, merancang

sebuah pesawat terbang yang mampu naik secara vertical, berdasarkan pertimbangan

dari beberapa ahli sebagai gambaran helikopter di masa kini. Pada tahun 1508 da

Vinci melanjutkan merancang sebuah baling-baling mesin yang mengandung

mekanisme poros engkol ganda menggunakan kabel. Kemudian pada tahun 1754,

Mikhail Lomonosov merancang sebuah pendorong aksial, lalu pada 1783, George

Cayley merancang sebuah gerbong convertaplane yang masih dalam bentuk gagasan

karena pengukur sistem tenaga penggerak pada saat yang sama hanya tersedia untuk

lokomotif uap. Pada tahun 1840, Horatio Phillips merancang sebuah mesin yang

mampu menempuh rute penerbangan vertikal. Mesin ini mengandung ketel kecil

untuk menghasilkan uap. Kemudian tahun 1860 Ponton d’Amecourt menerbangkan

model helikopter yang lebih kecil dengan menggunakan uap. Pada tanggal 5 Juni

1783, Montgolfier bersaudara dari Perancis melakukan percobaan penggunaan

pertama balon udara yang berdiameter 35 kaki dan diisi dengan udara panas, berhasil

mengudara setinggi 6000 kaki (1800m) dan terbang secara horisontal sejauh 7500

kaki. Pada percobaan-percobaan selanjutnya tepatnya pada tanggal 19 September

1783, balon udara berhasil mengangkut seekor domba, seekor ayam dan seekor

bebek, dan merupakan awal dari mesin terbang pertama yang dibuat oleh manusia
yang bisa dikembangkan untuk transportasi udara. Historiografi Drone di dunia

militer dimulai tahun 1849. Tahun 1849 merupakan kali pertama penggunaan

kendaraan tempur udara tanpa awak yakni saat Austria menyerang kota Venice

menggunakan 200 balon tanpa pilot yang terisi bom serta dilengkapi oleh perangkat

waktu. Kemudian pada tahun 1900, Nikola Tesla (1856-1943) menghadirkan konsep

kontrol balon nirkabel dan pada tahun 1915 terjadi pertempuran udara kendaraan

udara nirawak. Sejarah tertulis tentang Drone atau kendaraan tanpa awak yang

dikembangkan untuk keperluan militer oleh negara Jerman pada saat pecahnya

Perang Dunia ke-I. Pemakaian balon udara sebagai pesawat pembom berhasil

dieksekusi dengan baik pada tanggal 8 September 1915 untuk menjatuhkan bom di

atas kota London. Pada tahun 1916, terjadi upaya untuk menggunakan kendaraan

udara nirawak yang dikenal dengan sebutan “target udara” oleh Archiband

Montgomery Low (1888-1956), target dikendalikan dari darat oleh HewittSperry

secara otomatis yang terintentegrasi dalam kontrol jarak jauh terhadap pesawat

nirawak. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan “bom melayang”. Pada November

1917 pesawat Bug Kettering dikenal juga sebagai “Kettering Aerial Torpedo”

terbang dalam mode otomatis sebagai representasi dari pasukan Amerika Serikat,

Pengembangan Bug Kettering dimulai pada April 2017 di Daytoh, Ohio setelah

angkatan darat AS meminta Charles F Kettering untuk merancang bom tanpa awak

dengan jangkauan 40 mil. Akhirnya Kettering bersedia mengumpulkan timnya,

termasuk didalamnya Orville Wright. Pada tahun 1917, setelah konversi pesawat

perang terjadi, Tipe standar E-1 dikukuhkan untuk Drone. Pada Juni 1944, Jerman

menggunakan Drone tipe Fi-103 selama Perang Dunia II, yang diketahui sebagai
rudal jelajah. Setelah sekutu mendarat di Normandia, Jerman melepaskan Bom udara

V-1 ke London. Pada akhir perang dunia ke-2, hamper 10.000 senjata telah

diluncurkan untuk Inggris, Senjata itu adalah bom tanpa pilot pertama yang

digunakan untuk perang. Pada bulan Oktober 1944, misi tempur pertama dan

penggunaan UAV dilakukan dari pulau Balla, Jepang. Diledakkan oleh 10 bom di

atas kapal TDR-1 yang dibuat oleh Interstate Aircraft Company di Los Angeles milik

Angkatan laut AS. Lalu pada tahun 1944 diadakan proyek Aphrodite, sebuah

program yang mengkonversi US B-17 dan PBY-4Y menjadi Drone yang terbang

dengan membawa bom. Proyek ini kemudian digunakan untuk uji nuklir dalam misi

klasik bernama “dirty”. Selama perang dingin, pesawat pengintai tak berawak mulai

memainkan peran penting dalam mengatur taktik dan strategi militer. Setelah perang

Yom Kippur pada tahun 1973 industri Tadiran Israel mengembangkan Mastiff UAV

untuk membantu pasukan darat memberikan informasi lewat pandangan udara.

Industri pesawat Israel mulai menguji pesawat tak berawak mereka sendiri, Drone

yang dihasilkan bernama IAI Scout yang digunakan selama perang Lebanon pada

tahun 1982. Scouts digunakan sebagai pengintai pasukan Hezbollah di Lembah

Bekaa, Israel juga menggunakan Drone sebagai umpan untuk memicu sistem anti

pesawat Hizbullah serta membuka jalur aman untuk pesawat berawak. Pada tahun

1986, Industri pesawat Terbang Israel bekerja sama dengan AAI Corporation

mengembangkan RQ-2 Pioneer, sebuah pesawat pengintai modern pertama yang

digunakan oleh militer Amerika; AS menggunakan pesawat pengintai ini dalam

perang teluk pertama dan mempertahankannya hingga 2007. Pada bulan April 1946,

pesawat tanpa awak terbang pertama kali untuk melakukan penelitian ilmiah. Jenis
Drone yang digunakan dalam proyek ini yaitu Northrop P-61 Black Widow,

berfungsi untuk mengumpulkan data cuaca dan angin di wilayah Amerika Serikat.

Pada 1951, mesin jet pertama kali digunakan, proyek ini diberi nama Teledyne Ryan

Firebee tipe I. Kemudian pada tahun 1955, terjadi penerbangan pertama pesawat

tanpa awak untuk mengintai pesawat radio. Northrop SD-1 Falconer, kemudian

digunakan oleh Angkatan tentara Amerika Serikat dan perusahaan Inggris,

Beechcraft. Pada tahun 1959, penerbangan tak berawak diberi nama UAV

((Unmanned Aerial Vehicle), saat ini populer dengan sebutan Drone. Kemudian pada

Tahun 1960, dilakukan peluncuran program UAV dengan nama kode “Red Wagon”,

lalu pada bulan Agustus tahun yang sama terjadi penerbangan pertama helikopter

Gyrodine QH-50A tanpa awak di Maryland. Pada bulan Agustus 1964, Angkatan

Laut AS dan Angkatan Laut Vietnam Utara terlibat konflik Drone di Teluk Tonkin

AS. Sejak 1964 hingga jatuhnya Saigon pada tahun 1975, Strategic Reconnaissance

Wing 100 3435 meluncurkan Drone untuk melakukan pengintaian di Vietnam Utara

akan tetapi dalam misi ini mereka kehilangan 554 kendaraan udara tak berawak.

Drone gaya modern pertama kali muncul pada tahun 1980-an, ketika insinyur Israel

mengembangkan model yang dilengkapi dengan kamera video. AS segera

mengadopsi teknologi serupa dengan membuat pesawat tak berawak yang

dikendalikan dari jarak jauh untuk merekam tentara irak pada masa perang teluk

pertama. Drone Predator ditemukan oleh insinyur kedirgantaraan Israel bernama

Abraham “Abe” Karem yang meningkat penggunaannya selama perang Afghanistan

dan Irak karena kemampuannya untuk berkeliaran di daerah-daerah sasaran dalam

jangka waktu yang lama. Militer Amerika juga menggunakan Drone yang lebih kecil
dengan tipe RQ-Raven untuk memberikan pandangan bagi prajurit atas bahaya yang

akan terjadi (Noor,2020).

Pada tahun 1849, rancangan pesawat tanpa pilot sudah direncanakan

pengembangannya untuk kebutuhan militer. Pertama kali di gagas oleh Negara

Austria untuk menerbangkan banyak balon tak berawak yang dibekali dengan

bahan peledak untuk menhancurkan kota Venesia di Italia. Hanya beberapa balon

saja yang tepat sasaran, sebagian yang lain justru terjebak oleh angin dan

sebaliknya malah berubah arah. Bisa dikatakan penggunaan Drone sederhana ini

tidak sepenuhnya berhasil dan menimbulkan keinginan untuk menciptakan

pesawat nirawak yang dapat diterbangkan lebih mudah dan lebih ringan oleh

Santos-Dumont pada tahun 1899 dan Zeppelin 1900-1909, serta pesawat

nirawak yang dapat dikontrol dari jarak jauh oleh Otto Lilienthal 1890-1896,

terus dikembangkan secara pesat pada saat Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

Kendaraan udara tanpa awak memiliki banyak sebutan lain sepanjang sejarah,

yaitu; Drone, UAV (Unmanned Aerial Vehicle), RPV (Remotely Piloted Vehicle),

UCAV (Uninhabited Combat Aerial Vehicle), UCAV/S (Uhinhabited Combat

Aircraft Vehicles/System), RPA (Remotely Piloted Aircraft), RPH (Remotely

Piloted Helicopter), Aerial Robotics, dan MAV (Micro Aerial Vehicle).

Berbeda dengan ide asal penciptaan Drone yang dirancang untuk keperluan

militer, kini seiring dengan perkembangan zaman, Drone sudah mulai dipakai

dalam berbagai hal seperti kebutuhan umum, bisnis, industri dan logistik.

Dalam dunia industri sipil, penggunaan Drone telah digunakan untuk berbagai

keperluan seperti pengawasan Infrastruktur fisik (areal pabrik, pelabuhan, dan


jaringan listrik), pengiriman paket berupa barang, pemadam kebakaran di

wilayah hutan, penjelajahan untuk mancari lokasi tambang, pemetaan daerah

pertanian, pemetaan wilayah hutan, dan pemetaan daerah industri (Basyuni,

Amelia dkk,2021).

2.3 Jenis - Jenis Drone

1. Drone Fixed Wing

Gambar 2.2 Drone Fixed Wing

Drone Fixed Wing merupakan jenis Drone yang menggunakan motor sebagai

penggerak, dan juga mengandalkan sayap untuk bertahan terbang di udara.

Penggunaan sayap meningkatkan efisiensi energi yang dikeluarkan oleh motor

penggerak, sehingga dapat menghasilkan daya tahan terbang yang lebih lama. Jenis

Drone ini dapat bertahan terbang hingga empat jam sebelum daya/ baterai diisi ulang

kembali. Lebih jauh, Drone tersebut dapat mencakup wilayah perekaman yang lebih

luas. Meskipun demikian, Drone jenis fixed wing memiliki kekurangan yaitu

membutuhkan landasan yang sesuai untuk pendaratannya. Pemilihan lokasi landasan

yang kurang tepat menyebabkan resiko kerusakan baik untuk kamera yang dibawa

maupun Drone itu sendiri. Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengurangi
resiko kerusakan pada jenis fixed wing, antara lain adalah menggunakan parasut

untuk mengurangi kecepatan Drone ketika akan mendarat sehingga dapat

memperkecil resiko benturan yang keras serta tidak membutuhkan landasan yang

panjang. Akan tetapi metode tersebut memiliki kekurangan, karena Drone menjadi

tidak stabil jika terkena hempasan angin yang cukup kuat. Cara lain untuk

mengurangi resiko benturan yang keras adalah menggunakan jaring untuk

menangkap Drone ketika mendarat. Hanya saja metode ini kurang efisien karena

membutuhkan peralatan jaring yang cukup besar. V jenis fixed wing dalam

penerapannya sudah banyak digunakan untuk beberapa kajian spasial atau pemetaan

di wilayah pesisir. memanfaatkan jenis fixed-wing untuk memetakan habitat pada

wilayah nursery ground ikan Karang jenis sparidae. Drone jenis fixed wing dalam

aplikasinya untuk pemetaan pesisir dapat menghasilkan data DEM (Digital Elevation

Model) dengan akurasi yang cukup baik. Menghasilkan akurasi X, Y, Z untuk

pembuatan DEM menggunakan data hasil perekaman Drone jenis fixed-wing melalui

perhitungan RMSE masing-masing sebesar ± 0,018m, ± 0,013m, dan ± 0,034m.

Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan Drone jenis fixed wing sangat

potensial untuk terapan pemetaan skala besar/detail, karena dapat dilakukan secara

cepat, murah, serta memiliki akurasi yang baik (Prayudha,2018).


2. Drone Rotary Wing

Gambar 2.3 Drone Rotary Wing

Rotary Wing mengandalkan kerja rotor sebagai penggerak dan sekaligus juga

untuk mempertahankan ketinggian atau terbang di udara. Drone jenis ini lebih

mudah untuk melakukan pendaratan dan terbang kembali, karena tidak

membutuhkan landasan yang panjang. Meskipun demikian, jenis tersebut tidak

efisien dalam penggunaan daya karena rotor bekerja keras untuk melayangkan

Drone. Oleh karena itu, tidak memungkinkan untuk melakukan perekaman pada

wilayah yang luas. Kelebihan dari Drone jenis penggerak rotor ini adalah terletak

pada kualitas hasil perekaman yang lebih baik daripada Drone jenis fixed-wing. Hal

tersebut dikarenakan Drone jenis rotor bergerak lebih stabil dan lambat dibandingkan

dengan jenis fixed-wing. menegaskan dalam kajiannya bahwa Drone jenis penggerak

rotor menghasilkan resolusi spasial yang lebih baik dibandingkan dengan Drone

jenis fixed wing karena sifat pergerakannya yang lebih stabil dan lambat (Dwi, 2022).
3. Quadcopter

Gambar 2.4 Quadcopter

Modelnya menggunakan 4 baling-baling dalam formasi persegi yang

semuanya berfungsi untuk mengangkat dan membelokkan drone (Dwi, 2022).

4. GPS Drone

Gambar 2.5 GPS Drone

GPS Drone merupakan drone yang selalu terhubung dengan sinyal GPS dari

satelit. Keistimewaannya, drone ini bisa kembali ke titik keberangkatan tanpa perlu

kita kendalikan. Drone bisa kembali ke titik awal saat mulai kehabisan baterai atau

sudah di luar area kendali remote control (Dwi, 2022).


6. RTF Drone

Gambar 2.6 RTF Drone

RTF merupakan singkatan dari Ready to Fly. Jadi Anda tak akan banyak

menemukan kesulitan untuk menerbangkan Drone ini. Keluarkan dari dalam boks,

charge baterai sampai penuh, dan Anda pun bisa segera menerbangkannya.

Mengendalikan RTF drone pun relatif mudah, karena memang dirancang untuk para

pemula. Bentuknya cenderung mirip dengan quadcopter dalam ukuran kecil

sehingga memudahkan mereka yang baru belajar mengendalikan drone (Dwi, 2022).

7. Trick Drone

Gambar 2.7 Trick Drone

Jenis ini tidak hanya bisa bergerak naik-turun atau belok kanan-kiri saja. Tapi

bisa melakukan sejumlah trik seperti berputar ke atas dan manuver-manuver menarik
lainnya. Ukurannya tak terlalu besar, panjangnya sekitar 26 cm saja. Beratnya pun

hanya beberapa puluh gram. Dilengkapi dengan alat kendali yang cukup user

friendly bagi para pemula di dunia drone. Umumnya sudah dilengkapi dengan

kamera kecil. Tapi kualitas rekamannya belum HD (Dwi, 2022).

8. Helicopter Drone

Gambar 2.8 Helicopter Drone

Helicopter Drone hanya menggunakan satu mesin saja. Seperti yang biasa

ada dalam sebuah helikopter. Penggunaan satu mesin rotor justru membuat jenis

drone ini lebih mudah untuk dibuat melayang tetap di satu titik. Menerbangkan

drone ini relatif lebih mudah dibanding drone dengan empat baling-baling. Begitu

pula saat akan menurunkannya. Dilengkapi dengan landing bar di bagian bawah

drone yang sama persis dengan yang ada di helikopter. Drone ini memiliki bagian

depan, sehingga bisa memastikan ke arah mana drone ini akan bergerak secara benar.

Untuk urusan kecepatan, drone ini kurang bisa diandalkan (Dwi, 2022).
9. Photography Drone

Gambar 2.9 Photography Drone

Drone ini didesain agar dapat melayang di tempat dengan stabil. Alat kendali

selalu dilengkapi dengan satu tombol khusus. Tombol ini terkoneksi

dengan shutter di kamera yang menggantung di bawah drone. Tombol ini punya

fungsi sebagai remote shutter. Drone ini juga dilengkapi dengan wifi sehingga dapat

melihat secara langsung objek yang ditangkap lensa kamera sebelum menjadikannya

sebuah foto. Dapat melihat objek tersebut melalui layar ponsel atau tablet yang

terkoneksi dengan drone melalui jaringan wifi (Dwi, 2022).

10. Racing Drone

Gambar 2.10 Racing Drone

Bentuknya didesain ramping tapi mampu bertahan menghadapi tekanan angin

saat berada di atas. Drone ini lebih mengutamakan kecepatan. kecepatan drone ini
bisa mencapai 70-80 km/jam. Agar tidak terjadi bentrokan, setiap drone dipastikan

punya frekuensi sinyal yang berbeda. Ini menjadi poin penting karena dalam setiap

balapan pasti ada beberapa drone yang terbang secara bersamaan (Dwi, 2022).

11. Endurance Drone

Gambar 2.11 Endurance Drone

Drone ini memang didesain untuk terbang tinggi, bisa mencapai ribuan meter

dari permukaan tanah. Tak hanya itu, drone ini pun bisa dipakai selama berjam-jam

sebelum harus diisi ulang kembali baterainya. Jenis ini umum dipakai oleh militer

atau lembaga lain yang butuh memetakan sebuah wilayah yang luas. Tidak

sembarang orang bisa menerbangkan drone ini. Karena hanya mereka yang memiliki

izin saja yang bisa menerbangkan sesuatu hingga lebih dari 400 kaki di atas

permukaan (Dwi, 2022).


2.4 Bagian – Bagian Drone

1. Flight Controller

Gambar 2.4 Flight Controller

Flight Controller adalah pusat saraf dari drone. Sistem kontrol penerbangan

pesawat tidak berawak ini banyak dan beragam. Dari GPS diaktifkan sistem autopilot

dan diterbangkan melalui cara link telemetri untuk sistem stabilisasi dasar

menggunakan hardware kelas radio kontrol, dan ada sebuah program open source.

Flight controller pada saat ini memiliki banyak sensor yang tersedia GPS, sensor

tekanan udara, sensor kecepatan udara. Perangkat utama perhitungan penerbangan

masih gyroscope, ditambah dengan accelerometer. Sesuai namanya, Accelerometer

sensor yang digunakan untuk mengukur percepatan suatu objek. Accelometer

mengukur percepatan dynamic dan static. Pengukuran dinamik adalah pengukuran

percepatan pada objek bergerak, sedangkan pengukuran static adalah pengukuran

terhadap gravitasi bumi. Untuk mengukur sudut kemiringan (tilt). Di situlah

gyroscope sebagai tingkat ukuran. Gyroscope adalah perangkat untuk mengukur atau

mempertahankan orientasi, dengan prinsip ketetapan momentum sudut.


Mekanismenya adalah sebuah roda berputar dengan piringan didalamya yang tetap

stabil. Gyroscope sering digunakan pada robot atau heli dan alat-alat cangggih

lainnya.

2. Brushless DC Motor (BLDC)

Gambar 2.5 Brushless DC Motor

Brushless DC Motor adalah suatu jenis motor sinkron. Artinya medan magnet

yang dihasilkan oleh stator dan medan magnet rotor berputar di frekuensi dan

kecepatan yang sama. BLDC motor tidak mengalami slip, tidak seperti yang terjadi

pada motor induksi biasa. BLDC motor menghasilkan torsi maksimal saat putaran

awal, selanjutnya torsi akan menurun seiring dengan bertambahnya kecepatan motor.

BLDC Motor merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi

listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk memutar

impellerpompa, fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat bahan, dan

lain - lain. Digunakan di industri mapun di rumah, seperti: mixer, bor listrik, kipas

angin (Tri, Sutrisno.2002).

Motor ini terdiri dari empat bagian utama, yaitu: rotor, stator, hall sensor, dan

rangkaian kontrol. Stator suatu BLDC motor terdiri dari tumpukan baja laminasi

dengan lilitan ditempatkan di slot. Secara kebiasaan, stator menyerupai motor


induksi, tetapi lilitannya dibuat sedikit berbeda. Kebanyakan BLDC motor

mempunyai tiga gulungan stator yang dihubungkan secara bintang. MasingMasing

ini lilitan dibangun dengan banyak coil saling behubungan untuk membentuk suatu

lilitan. Satu atau lebih coil ditempatkan dalam slot dan mereka saling behubungan

untuk membuat suatu lilitan. Masing-Masing ini lilitan dibagibagikan diatas batas

luar stator untuk membentuk suatu bilangan genap kutub. 11 Ada dua jenis gulungan

stator: bentuk trapesium dan motor sinusoidal. Pembedaan ini dibuat atas dasar

interkoneksi coil di dalam gulungan stator untuk memberikan tipe yang berbeda

terhadap Back Electromotive Force (EMF) terdapat dua macam koneksi gulungan

yang digunakan pada stator motor BLDC, yaitu koneksi bintang dan segitiga.

3. Teknologi Pengendali (Remote Control)

Gambar 2.6 Remote Control

Teknologi Pengendali (Remote Control) adalah sebuah alat elektronik yang

digunakan untuk mengoperasikan sebuah mesin dari jarak jauh. Istilah remote

control juga sering disingkat menjadi "remote" saja. Remote juga sering kali

mengacu pada istilah "controller, donker, doofer, zapper, click-buzz, box, flipper,

zippity, clicker, atau changer". Pada umumnya, pengendali jarak jauh digunakan
untuk memberikan perintah dari kejauhan kepada televisi atau barangbarang

elektronik lainnya seperti sistem stereo dan pemutar DVD. Remote control untuk

perangkat-perangkat ini biasanya berupa benda kecil nirkabel yang dipegang dalam

tangan dengan sederetan tombol untuk menyesuaikan berbagai setting, seperti

misalnya saluran televisi, nomor trek, dan volume suara. Pada kebanyakan piranti

modern dengan kontrol seperti ini, remote controlnya memiliki segala kontrol fungsi

sementara perangkat yang dikendalikan itu sendiri hanya mempunyai sedikit kontrol

utama yang mendasar. Kebanyakan remote berkomunikasi dengan perangkatnya

masing-masing melalui sinyal-sinyal infra merah dan beberapa saja melalui sinyal

radio. Remote control biasanya menggunakan baterai AAA yang kecil atau AA

sebagai catu dayanya. (Halkis:2008).

4. Baterai Lithium Polymer

Gambar 2.7 Baterai LiPo

Baterai Lithium Polymer atau biasa disebut dengan LiPo merupakan salah

satu jenis baterai yang sering digunakan dalam dunia RC. Utamanya untuk RC tipe

pesawat dan helikopter. Baterai LiPo tidak menggunakan cairan sebagai elektrolit

melainkan menggunakan elektrolit polimer kering yang berbentuk seperti lapisan


plastik film tipis. Lapisan film ini disusun berlapis-lapis diantara anoda dan katoda

yang mengakibatkan pertukaran ion. Dengan metode ini baterai LiPo dapat dibuat

dalam berbagai bentuk dan ukuran. Diluar dari kelebihan arsitektur baterai LiPo,

terdapat juga kekurangan yaitu lemahnya aliran pertukaran ion yang terjadi melalui

elektrolit polimer kering. Hal ini menyebabkan penurunan pada charging dan

discharging rate. Masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan 15 memanaskan baterai

sehingga menyebabkan pertukaran ion menjadi lebih cepat, namun metode ini

dianggap tidak dapat untuk diaplikasikan pada keadaan sehari-hari. Seandainya para

ilmuwan dapat memecahkan masalah ini maka risiko keamanan pada batera jenis

lithium akan sangat berkurang. (Barmawi:1-3). Pada setiap paket baterai LiPo selain

tegangan ada label yang disimbolkan dengan “S”. Disini “S” berarti sel yang dimiliki

sebuah paket baterai (battery pack). Sementara bilangan yang berada didepan simbol

menandakan jumlah sel dan biasanya berkisar antara 2-6S (meskipun kadang ada

yang mencapai 10S). Sumber daya yang biasa digunakan untuk quadcopter.

Ukurannya sendiri beragam namun biasanya menggunakan ukuran Lipo 3s, 4s.

5. Frame

Gambar 2.8 Frame Drone


Frame merupakan tempat untuk meletakkan komponen lain dari drone, frame

adalah badan dari drone. Desain pada drone haruslah proporsional karena jika tidak

drone akan terbang tidak stabil, akibat beban yang tidak seimbang. Seain itu tata

letak komponen juga harus dipikirkan untuk membuat quadcopter lebih rapih dalam

instal peralatan. Dalam membuat frame untuk bahan aluminium, jika jatuh dari

ketinggian bisa menyebabkan bengkok tapi mudah untuk diperbaiki. Sedangkan jika

menggunakan akrilik, bahan ini rawan pecah namun mudah untuk dibuat karena

sudah banyak jasa laser cutting untuk akrilik (Sudjadi, 2009).

6. ESC (Electronic Speed Controller)

Gambar 2.9 Electronic Speed Controller

ESC (Electronic Speed Controller) adalah sebuah Modul Rangkaian

Electronic yang fungsinya mengatur putaran pada motor sesuai ampere yang di

butuhkan oleh motor bisa dibilang ESC yang dimaksud disini bekerja dan hanya bisa

digunakan untuk Motor Jenis AC (3 fasa connector) sedang untuk Dinamo DC bisa

tanpa menggunakan ESC dan bisa juga dengan ESC 2 fasa dan cukup 2 kutub catu

daya + dan - (2 fasa connector). (Shenzhen: 1-3). Jika dilihat dari fungsinya, kerja

ESC untuk copter dan quadcopter ini bekerja dipengaruhi oleh 2 faktor:
a. Kuat arus (Ampere) untuk di berikan motor untuk mengontrol Speed

Ampere ESC harus lebih besar dari pada motor/minimal A.ESC=A.Motor

esc minimal harus sama atau lebih besar ampere nya dari motor. Misal

motor anda mampu menyedot arus maksimal 30a, esc anda harus minimal

30a atau lebih besar. kalau ESC ampere nya lebih kecil dari motor nya,

daya kerja ESC akan semakin lebih besar untuk menyupply arus untuk

diberikan ke motor, dan bisa mengakibatkan ESC cepat panas dan

terbakar, terlebih motor itu tidak bergerak bebas/dalam keadaan memutar

beban.

b. Di pengaruhi oleh bobot quadcopter jika beban (bobot heli) semakin

berat,kalau bisa Ampere ESC diberikan nilai yg besar, ini sangat

mempengaruhi.

7. Kamera

Gambar 2.10 Kamera

Jika penggunaan drone difungsikan untuk mengambil video shooting, maka

harus ada kamera yang melekat pada badan drone. Biasanya, kamera yang digunakan

untuk tujuan fotografi atau videografi menggunakan drone adalah kamera GoPro

yang berkualitas. Namun, bisa juga menggunakan kamera mirrorless yang bisa

menghasilkan gambar lebih berkualitas.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Aplikasi Pemetaan Drone

Pix4Dcapture adalah aplikasi untuk merencanakan misi yang bisa didapatkan

secara gratis. Aplikasi ini bisa dipakai di Android dan iOS. Pix4Dcapture sangat

mudah digunakan, interface nya lebih sederhana, sehingga membingungkan.

Walaupun gratis, aplikasi ini bisa digunakan untuk kegiatan professional. Drone ini

bisa menjawab hampir semua kebutuhan surveyor, beberapa tipe misi yang bisa

digunakan adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Aplikasi DJI

Pix4Dcapture menyediakan 5 (lima) pilihan misi terbang yaitu Polygon

mission, Grid 2D, Double Grid 3D, Circular mission dan Free flight mission. Untuk

pemetaan dengan output peta 2D disarankan menggunakan Polygon mission, Grid

20, sedangkan untuk pemetaan 3 dimensi disarankan menggunakan Double Grid 3D

dikombinasikan Circular mission.


3.1.2 Cara Menerbangkan Drone

Adapun tata caranya adalah sebagai berikut :

1. Nyalakan Drone ( Lampu Drone akan berkedip), lalu nyalakan

transmitter/remot (Akan terdengar suara “Tit”).

2. Menghubungkan Drone dan Transmitter dengan cara mengaraahkan Joy

Stick kiri ke atas lalu ke bawah sehingga lampu Drone akan berhenti berkedip

3. Pastikan Trimming diposisi 0 semua.

4. Nyalakan Propeller (Baling-baling), caranya adalah nyalakan Joy Stick ke

atas (utara) dan ke bawah (selatan) dan dengarkan apakah adar suara

mencurigakan misalnya dari gear atau rotor.

5. Kalibasi giro, giro adalah usaha Drone agar tidak miring dan terjatuh ketika

terkena angin, jadi tetap stabil. Cara kalibrasi Drone adalah dengan menarik

kedua joy stick ke arah pojok kanan bawah secara bersamaan atau bisa juga

ke arah pojok kiri bawah secara bersamaan, maka akan ditandai dengan

lampu Drone yang berkedip-kedip.

6. Gunaan mode penerbangan low jika anda masih pemula, agar sensitivitas

transmitter tidak terlalu tinggi.

7. Terbangkan Drone dengan mengarahkan joy stick kiri ke atas lalu arahkan joy

stick kanan ke depan.

8. Biarkan melayang stabil (overing) terlebih dahulu dan rasakan kondisi angin,

kestabilan, dan berat.

9. Testing maju dulu, overing lagi tahan di sana, baru kembali mundur, tahan

lagi.
10. Bisa tes melakukan flip dengan jarak ketinggian Drone dari permukaan

adalah 3 meter agar aman tidak terbentur.

3.1.3 Cara Mendaratkan Drone

Adapun tata caranya adalah sebagai berikut :

1. Posisikaan Drone tidak terlalu dekat dengan pilot

2. Tentukan tempat landing yang datar, lalu arahkan joy stick kiri ke arah bawah

secara perlahan

3. Untuk menghentikan baling-baling caranya adalah dengan menahan joy stick

kiri ke arah bawah sekitar 3 detik

4. Jika anda sudah ahli bisa menggunakan cara dekatkan Drone ke arah anda

secara perlahan, lalu pegang kaki Drone (tangkap) dan arahkan joy stick kiri

ke bawah.

Gambar 3.2 Foto Udara Hasil Praktikum

3.2 Pembahasan

3.2.1 Pembahasan Hasil Foto Udara Yang di dapatkan

Pada gambar 3.2 merupakan hasil foto udara menggunakan Drone DJI

Inspire 1 di area Bukit Samata tepatnya di depan Kampus Universitas Negeri


Alauddin, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, pada 12 November 2022 lalu. Ada

beberapa gambar atau foto udara yang dihasilkan dari ketinggian kurang lebih 150

mdpl. Dari foto udara tersebut dapat dilihat bahwa ada foto yang memiliki daerah

terjal, ada juga foto yang landai serta ada juga foto yang jika dilihat memiliki

permukaan datar.

3.2.2 Manfaat Drone Dalam Dunia Pemetaan

1. Pemanfaatan Drone Untuk Pemetaan Bencana

Data hasil pengolahan Drone seperti DEM (DSM dan DTM) dan ortofoto

dapat bermanfaat untuk berbagai bidang aplikasi, salah satunya dalam bidang

kebencanaan. Dalam bidang kebencanaan sendiri, penggunaan Drone tidak hanya

bermanfaat pada saat setelah bencana (tanggap darurat, rehabilitas dan rekonstruksi)

tetapi pada saat pra bencana (mitigasi). Berikut ini disajikan beberapa contoh aplikasi

pemetaan berbasis Drone dalam penanganan bencana, dengan lokasi studi di sekitar

Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang pada bulan September 2018 mengalami bencana

Gempa bumi, Tsunami dan Likulfaksi.

2. Pemetaan Kerusakan Bangunan/Pemukiman

Salah satu kemanfaatan utama data ortofoto dari survel UAV adalah untuk

pemetaan kerusakan infrastruktur dan permukiman pasca bencana. Kebutuhan data

dan informasi jumlah rumah rusak adalah salah satu data dasar (baseline data) yang

dapat bermanfaat dalam kegiatan tanggap darurat dan rehabilitasi rekonstruksi.

Ketersediaan Ortofoto dapat mempercepat proses pendataan rumah

rusak/hilang/roboh, terlebih apabila dilengkapi dengan ketersediaan citra

satelit/ortofoto kondisi sebelum bencana.


3. Pemetaan Area Longsor Jalan

Untuk studi kasus bencana tanah longsor/gerakan tanah, ortofoto hasil UAV

dapat dimanfaatkan untuk pemetaan area terdampak longsor, bidang longsor, dan

infrastruktur terdampak longsor. Sementara hasil DTM dan DSM dapat digunakan

untuk memperkirakan antara lain volume material longsor, estimasi volume galian

dan timbunan (cut and fill).

4. Analisis Kebun

Drone bisa membantu Anda dalam melakukan persiapan sebelum musim

tanam. Anda bisa menggunakan perangkat ini untuk mengetahui kondisi kebun

secara menyeluruh. Drone juga memiliki kemampuan dalam melakukan pemetaan

kondisi kebun secara 3 dimensi. Selanjutnya, data tersebut dapat digunakan untuk

analisis kondisi lahan. Hasil analisis dapat dipakai untuk menentukan pola

penanaman bibit yang maksimal.

5. Penanaman

Keberadaan drone juga bisa Anda manfaatkan untuk melakukan penanaman

bibit. Cara penanaman bibit menggunakan drone memungkinkan proses penanaman

berlangsung dengan lebih cepat. Drone tidak hanya punya kemampuan untuk

menembakkan bibit ke permukaan tanah, tetapi juga pemupukan. Pada waktu yang

sama, keberadaannya juga berguna untuk mengurangi biaya untuk ongkos

penanaman mencapai 85 persen.

6. Penyemprotan Tanaman

Anda juga bisa memanfaatkan drone untuk aktivitas penyemprotan tanaman

di kebun. Drone terbaru memiliki beragam fitur yang memungkinkan penyemprotan


bisa dilakukan secara efektif dan maksimal. Dapat juga dijumpai drone untuk

pertanian yang disertai dengan kemampuan mengeluarkan suara ultrasonik ataupun

laser yang berguna dalam mengenali struktur kondisi lahan. Fitur ini memungkinkan

drone dapat melakukan penyemprotan secara lancar tanpa terjadi tabrakan. Selain itu,

fitur tersebut juga dapat dimanfaatkan dalam melakukan pemindaian permukaan

tanah. Selanjutnya, hasil pemindaian bisa menjadi data awal untuk menentukan

jumlah cairan yang perlu disemprotkan. Semua itu dapat dilakukan secara real-time

dengan jangkauan yang luas.

7. Kekurangan dan Kelebihan Drone

Adapun kekurangan dan kelebihan dari penggunaan Drone dalam pemeteaan

adalah:

a. Kekurangan

1) Bila dilakukan di tempat umum dapat mengganggu penerbangan

pesawat komersial dan militer.

2) Ada oknum yang menyalahgunakan sehingga terjadi hal yang kurang

baik.

3) Harganya mahal dan waktu untuk pengamatan tidak lama.

4) Bahan bakar sedikit.

5) Rawan rusak apabila digunakan di atas lautan karena bentuknya yang

kecil.

b. Kelebihan

1) Bentuknya yang kecil dan mudah dibuat

2) Harga lebih ekonomis atau biayanya lebih murah


3) Sebagai pesawat penyerang, pengintai atau mata-mata, dapat

digunakan sebagai patroli perbatasan

4) Melihat luas lahan dan kontur, ini memudahkan perencanaan

pembangunan lahan

5) Memantau luas lahan dan kebakaran hutan, membuat peta tambang

bidang pertambangan

6) Pemantauan dan pengawasan lalu lintas.

7) Sistem navigasi dengan kamera yang canggih.

8) Bersifat portable sehingga bisa digunakan dimanapun berada.

9) Tidak memerlukan pilot untuk menerbangkan pesawat tersebut.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini yaitu :

1. Adapun jenis-jenis Drone adalah sebagai berikut :

a. Drone jenis Fixed Wing, Drone jenis ini menggunakan sayap untuk

terbang, drone jenis Fixed Wing ini sendiri memiliki beberapa bentuk dan

ukuran, bergantung pada kegunaannya masing masing. Drone jenis Fixed

Wing ini bisa ditenagai baterai dan bisa juga menggunakan bahan bakar.

b. Rotary wing drone, adalah drone yang menggunakan baling-baling

(Propellers) nya untuk terbang, drone jenis ini biasa dikenal dengan nama

Multicopter atau Multirotor.

2. Adapun cara penerbangan Drone yang baik dan benar adalah pasang beterei

pada frone, klik button power dua kali sampai bunyi, nyalakan remote klik

dua kali,kali kedua tahan selama tiga detik, untuk menaikan drone klik dua

kali button dengan cepat, sebelum pasang gimbal matikan terlebih dahulu biar

listrik tidak mengalir, buka penutup gimbal,pasang gimbal, lihat garis putih

dan pasangkan gimbal, pasangkan baling-balingnya sesuai warna, setelah

dipasang kunci propeller pada motor hingga pas, aktifkan drone dan remote

kontrol.

3. Adapun aplikasi android/ios yang dapat di gunakan untuk pengoperasian

penerbangan drone yaitu DJI GO,ArcGIS, Ctrl+DJI, Pix4Dcapture, Agisoft.

4. Metode fotogrametri dibagi tiga jenis cara pengambilan foto udara yaitu:
a. Foto udara tegak (vertical photograph), adalah foto udara hasil

pemotretan dimana sumbu kamera sejajar dengan garis arah gaya berat. Jika

sumbu kamera pada saat pemotretan dalam posisi tegak, maka bidang negatif

foto sejajar dengan permukaan tanah.

b. Foto udara miring (low oblique photograph), merupakan foto udara

hasil pemotretan dimana sumbu kamera membentuk sudut dengan garis arah

gaya berat.

c. Foto udara sangat miring (high oblique photograph), adalah foto

udara hasil pemotretan dimana sumbu kamera membentuk sudut dengan garis

arah gaya berat, sedemikian rupa sehingga horison tampak pada foto ini.

5. Kelebihan dan kekurangan drone secara umum drone memiliki kelebihan

banyak melalui perkembangan teknologi drone digunakan untuk

Photogrametri, videogrametri melalui foto dan video udara. Dan kekurangan

drone secara umum dilihat dari perkembangannya, drone juga terbilang alat

yang mahal.

4.2 Saran

4.2.1 Saran Untuk Laboatorium

Adapun saran untuk laboratorium antara lain :

1. Penambahan alat-alat lapangan.

2. Pemeriksaan alat-alat lapangan

3. Kebersihan alat tetap diperhatikan.

4.2.2 Saran Untuk Asisten

Adapun saran untuk asisten yaitu :


1. Tetap sabar mengajar praktikan.

2. Tetap memperhatikan pratikan.

3. Selalu memberikan arahan yang terbaik untuk praktikan.


DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Emirul. 2017. Drone dan Dasar-Dasarnya. Jakarta: Modul Drone Hal 4-19

Dwi, A. (1-5). Jenis Drone . 11 Jenis Drone yang Mungkin Belum Anda Ketahui.

Firmansyah, Puspitasari. 2021. Pemanfaatan Drone sebagai Bagian dari Kontra

Terorisme: Tinjauan pada Regulasi dan Prosedur Tetap Pengamanan.

Halaman 43-58

Noor, F. (2020). Historiografi drone: Dari militer hingga sinema. Universitas

Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Indonesia, 4, 185-205.

Prayudha, B. (2018). Defenisi dan Jenis Jenis Drone. Potensi Pemanfaatan Drone.

153, 44-52.

Anda mungkin juga menyukai