Laporan Pendahuluan Operasi Odondectomy
Laporan Pendahuluan Operasi Odondectomy
Laporan Pendahuluan Operasi Odondectomy
DISUSUN OLEH :
NAMA : Muhammad Zulhaq Nuru Aqsha Soamole
NIM : 200106106
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
( …………………………………………….. ) ( …………………………………………….. )
Etiologi
Menurut Bisharas, faktor yang dapat menyebabkan impaksi, yaitu:
Faktor primer → trauma pada gigi sulung, benih gigi rotasi, tanggal prematur gigi sulung, dan erupsi
gigi kaninus dalam celah pada kasus celah langit-langit.
Faktor sekunder → faktor selain faktor primer
Penyebabnya dapat juga dibagi berdasarkan faktor local, sistemik, dan stimulasi otot, sebagai berikut:
Faktor local, yaitu:
- Sebab prenatal
- Sebab post natal
Posisi Impaksi Gigi Menurut Pell & Gregory Berdasarkan Relasi Antar Gigi
Posisi Impaksi Gigi Berdasarkan Sumbu Panjang Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah Menurut George Winter
Menurut Archer
Archer memberikan klasifikasi untuk impaksi yang terjadi di rahang atas. Klasifikasi ini
sebetulnya mirip dengan klasifikasi Pell & Gregory. Bedanya, klasifikasi ini berlaku untuk gigi atas.
Kelas A : Bagian terendah molar ketiga setinggi bidang oklusal molar kedua.
Kelas B : Bagian terendah molar ketiga di atas bidang oklusal gigi molar kedua tapi masih di bawah
garis servikal molar kedua.
Kelas C : Bagian terendah molar ketiga lebih tinggi dari garis servikal molar kedua.
Klasifikasi untuk impaksi kaninus rahang atas diantaranya:
1. Kelas I : Kaninus terletak di palatum.
2. Kelas II : Di bukal.
3. Kelas III : Di daerah palatum dan bukal/labial.
4. Kelas IV : Prosesus alveolaris.
5. Kelas V : Daerah tidak bergigi.
Penanganan
Pemeriksaan posisi gigi dibutuhkan dengan menggunakan foto panoramik. Kalsifikasi gigi
geraham bungsu terjadi mulai umur 9 tahun dan mahkota gigi selesai terbentuk umur 12-15 tahun.
Jadi gigi geraham bungsu sudah dapat dilihat melalui rontgen pada umur 12-15 tahun walaupun gigi
tersebut belum tumbuh.
Dengan demikian pencabutan gigi geraham bungsu yang impaksi dapat dilakukan antara
umur 12-18 tahun atau setelah gigi molar / geraham kedua tumbuh. Tentu saja sebagai persiapannya
dilakukan rontgen foto sebelum dilakukan pencabutan. Pencabutan gigi geraham bungsu pada usia 12-
18 tahun dikenal dengan pencabutan preventif dan ini sangat dianjurkan mengingat pada usia tersebut
akar gigi masih pendek sehingga memudahkan operasi dan mempercepat waktu penyembuhan dan
menghindari terkenanya saraf pada rahang. Setelah operasi gigi geraham bungsu pasien akan
mengalami pembengkakan 3-4 hari yang merupakan reaksi normal dari tubuh untuk penyembuhan.
Pasien tidak perlu khawatir karena pembengkakan yang tidak disertai demam bukan merupakan gejala
infeksi dan pembengkakan ini akan hilang tanpa meninggalkan bekas. Pasien yang menjalani operasi
gigi geraham bungsu cukup mendapat antibiotika, analgetik / penahan sakit, dan obat anti inflamasi /
anti radang. Selama pembengkakan pasien dapat makan makanan lunak, melakukan aktivitas sehari-
hari seperti sekolah, atau bekerja tetapi tidak diperkenankan untuk olah raga terlebih dahulu. Setelah
satu minggu benang jahitan dapat dibuka dan obat sudah dapat dihentikan. Dengan demikian
pencabutan gigi geraham bungsu merupakan tindakan yang bijaksana sebab mencegah komplikasi
yang lebih buruk dan kekhawatiran akan efek operasi tidak akan terjadi sebab dilakukan pada usia
yang tepat.
Komplikasi
1. Pericoronitis.
Posisi gigi yang belum erupsi sempurna akan memudahkan makanan, debris dan bakteri
terjebak di bawah gusi yang di bawahnya terdapat gigi bungsu sehingga menyebabkan infeksi
pada gusi yang disebut pericoronitis. Jika tidak segera ditangani infeksi tersebut akan
menyebar ke tenggorokan atau leher.
2. Crowding gigi/berjejal.
Gigi impaksi dapat mendorong gigi-gigi lain di depannya sehingga bergerak dan berubah
posisi.
3. Gigi berlubang.
Posisi gigi impaksi sulit dijangkau sehingga sulit dibersihkan dan menjadi berlubang.
4. Merusak gigi depannya.
Tidak hanya gigi impaksinya saja yang berlubang tetapi gigi di depannya juga berlubang
karena sulit dibersihkan.
5. Infeksi pada tulang sekitarnya.
6. Kista.
Para ahli menyatakan bahwa 50% kasus kista berhubungan dengan gigi geraham impaksi
pada rahang bawah. Mahkota gigi impaksi tumbuh dalam suatu selaput. Jika selaput tersebut
menetap dalam tulang rahang akan terisi oleh cairan yang akhirnya membentuk kista yang
dapat merusak tulang, gigi, dan saraf.
7. Tumor / Karsinoma.
OPERCULITIS
Definisi
Merupakan peradangan sebagian kecil gusi yang terdapat di oklusal gigi, biasanya terdapat pada gigi
molar tiga bawah.
Epidemiologi
Operkulitis paling sering terjadi pada erupsi gigi molar ketiga yang biasa terjadi pada akhir masa
remaja atau pada awal usia 20 tahun.
Patofisiologi
Operkulitis terjadi karena tidak sempurnanya resorpsi jaringan lunak di atas gigi sehingga membentuk
kantung gigi yang menyebabkan makanan dapat terselip dan menimbulkan proses inflamasi.
Gejala
Pada operkulitis biasanya tidak disertai gejala, pasien hanya merasakan nyeri pada struktur gigi yang
terlibat tanpa disertai dengan pembengkakan
Terapi
Terapi yang dapat dilakukan adalah menenangkan proses infeksi. Bila ruangan tidak cukup untuk
erupsi gigi maka dilakukan ekstraksi gigi. Bila ruangan cukup untuk erupsi, maka dapat dilakukan
operkulektomy.
Prognosis
Prognosis penyakit operkulitis biasanya baik. Kebanyakan faktor lokal dapat diobati dengan obat-
obatan dari golongan antibiotik jika disebabkan oleh infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Dwipayanti Adisti dkk: Komplikasi post odentektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi, Vol.
58, No.2 hal. 20-24, Surabaya. PDGI 2009
Kamus Kedokteran Dorland edisi ke 20. Jakarta: EGC.
Mansjoer Arif, dkk: Kapita Selekta Kedokteran. Editor Arif Mansjoer, dkk, Edisi 3, Volume 1,
Jakarta: Media Aesculapius FKUI. 2000.
Topazian et al. Oral and Maxillofacial Infection. 4th ed. Philadelphia: Saunders. 2002.
Newman, dkk. Carranza’s Clinical Periodontology. 10th ed. Saunders Elsevier. 2006.