Anda di halaman 1dari 34

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

SURAT PENCATATAN
CIPTAAN
Dalam rangka pelindungan ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta, dengan ini menerangkan:

Nomor dan tanggal permohonan : EC00202358209, 24 Juli 2023

Pencipta
Nama : Kahar, SKM., MKM, Muhamad Iqbal, SST., MKM dkk
Alamat : Bukit Sejahtera II Blok A.2 No. 6 RT.003 RW. 008 Kel. Sudiang Kec.
Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan, 90242
Kewarganegaraan : Indonesia

Pemegang Hak Cipta


Nama : Kahar, SKM., MKM, Muhamad Iqbal, SST., MKM dkk
Alamat : Bukit Sejahtera II Blok A.2 No. 6 RT.003 RW. 008 Kel. Sudiang Kec.
Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan, 90242
Kewarganegaraan : Indonesia
Jenis Ciptaan : Modul
Judul Ciptaan : Pelatihan Pembuatan Eco Enzym
Tanggal dan tempat diumumkan untuk pertama kali : 24 Juli 2023, di Bandung
di wilayah Indonesia atau di luar wilayah Indonesia
Jangka waktu pelindungan : Berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh
puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1
Januari tahun berikutnya.
Nomor pencatatan : 000491149

adalah benar berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Pemohon.


Surat Pencatatan Hak Cipta atau produk Hak terkait ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta.
a.n. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
Direktur Hak Cipta dan Desain Industri

Anggoro Dasananto
NIP. 196412081991031002
LAMPIRAN PENCIPTA

No Nama Alamat
1 Kahar, SKM., MKM Bukit Sejahtera II Blok A.2 No. 6 RT.003 RW. 008 Kel. Sudiang Kec. Biringkanaya
Perum Puri Fajar Blok A.5 No. 19 RT.003 RW.009 Kel. Cibeber Kec. Cimahi
2 Muhamad Iqbal, SST., MKM
Selatan
Jln. Rancabentang RT.003 RW. 012 Gg. Muslimin Kel. Cibeureum Kec. Cimahi
3 Ade Kamaludin, STr.Kes
Selatan

LAMPIRAN PEMEGANG

No Nama Alamat
1 Kahar, SKM., MKM Bukit Sejahtera II Blok A.2 No. 6 RT.003 RW. 008 Kel. Sudiang Kec. Biringkanaya
Perum Puri Fajar Blok A.5 No. 19 RT.003 RW.009 Kel. Cibeber Kec. Cimahi
2 Muhamad Iqbal, SST., MKM
Selatan
Jln. Rancabentang RT.003 RW. 012 Gg. Muslimin Kel. Cibeureum Kec. Cimahi
3 Ade Kamaludin, STr.Kes
Selatan

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


Modul Pelatihan
Pembuatan Eco
Enzym
Disusun Oleh:
Kahar, SKM., MKL
Muhamad Iqbal, SST., MKM
Ade Kamaludin, STr. Kes
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke-Hadirat Allah SWT Yang Maha Suci lagi Maha

Tinggi, karena atas berkat rahmat dan hidayahnya-Nya penulis dapat menyelesaikan modul

dengan judul “ECO ENZYM”. Sebagai seorang manusia, penulis tentunya tidak luput dari

kesalahan dan kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf kepada pembaca apabila

terdapat kesalahan baik dari segi penulisan, sumber, maupun isi yang sekiranya kurang

berkenan dihati para pembaca . Penulis sangat menerima saran-saran untuk perbaikan modul

ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita

semua Aamiin.

Cimahi, Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
PENGERTIAN SAMPAH ..................................................................................... 1
JENIS-JENIS SAMPAH ...................................................................................... 3
KARAKTERISTIK SAMPAH................................................................................. 5
SUMBER-SUMBER SAMPAH ............................................................................. 6
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBUNAN SAMPAH .................. 7
PENGELOLAAN SAMPAH ................................................................................. 8
SEJARAH ECO ENZYM ...................................................................................... 14
PENGERTIAN ECO ENZYM .............................................................................. 15
MANFAAT ECO ENZYM ..................................................................................... 16
PRINSIP PEMBUATAN ECO ENZYM ................................................................ 18
CARA PEMBUATAN ECO ENZYM ..................................................................... 20
INDIKATOR KEBERHASILAN DALAM PEMBUATAN ECO ENZYM .................. 22
KANDUNGAN N P K PADA ECO ENZYM .......................................................... 23
UNSUR HARA MAKRO ...................................................................................... 25
CATATAN PENTING DALAM PEMBUATAN ECO ENZYM ................................ 27
DAFTAR PUSTAKA

ii
PENGERTIAN SAMPAH
Sampah secara umum dapat diartikan sebagai bahan buangan yang tidak

disenangi dan tidak diinginkan orang, dimana sebagian besar merupakan bahan atau

sisa yang sudah tidak dipergunakan lagi dan jika tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Definisi sampah menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1)

adalah: “Sampah adalah sisa-sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam

yang berbentuk padat”.

Definisi menurut Sidik Wasito, yaitu : “Sampah adalah zat padat atau semi padat

yang terbuang atau sudah tidak berguna lagi baik yang dapat membusuk maupun

yang tidak dapat membusuk kecuali zat padat buangan atau kotoran manusia”.

Dengan demikian, maka sampah dapat diartikan sebagai benda yang tidak diperlukan

lagi, baik yang berbentuk padat atau semi padat sebagai hasil dari aktivitas manusia

yang secara ekonomi tidak mempunyai harga atau tidak mempunyai manfaat.

Sampah merupakan bahan buangan dari kegiatan rumah tangga, komersial,

industri atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia lainnya. Sampah juga

merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai

(Purwendro & Nurhidayat, 2006).

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan

bersifat padat. Sampah ada yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah

membusuk. Sampah yang mudah membusuk terdiri dari zat-zat organik seperti

sayuran, sisa daging, daun dan lain sebagainya, sedangkan yang tidak mudah

membusuk berupa plastik, kertas, karet, logam, abu sisa pembakaran dan lain

sebagainya. Sampah organik atau sampah basah merupakan sampah yang mudah

terurai secara alam seperti kulit buah, kertas, sisa makanan dan sisa sayuran.

1
Sampah organik kering merupakan sampah yang kandungan airnya sedang seperti

kertas, dan dedaunan. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang sulit

terurai oleh alam seperti plastik, karet, logam dan besi. Sampah juga dikatakan

berpengaruh terhadap lingkungan dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek fisik,

aspek kimia dan aspek biologis (Sarudji, 2010).

Sampah merupakan bahan buangan dari kegiatan rumah tangga, komersial,

industri atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia lainnya. Sampah juga

merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai

(Purwendro & Nurhidayat, 2006).

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan

bersifat padat. Sampah ada yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah

membusuk. Sampah yang mudah membusuk terdiri dari zat-zat organik seperti

sayuran, sisa daging, daun dan lain sebagainya, sedangkan yang tidak mudah

membusuk berupa plastik, kertas, karet, logam, abu sisa pembakaran dan lain

sebagainya.

Sampah organik atau sampah basah merupakan sampah yang mudah terurai

secara alam seperti kulit buah, kertas, sisa makanan dan sisa sayuran. Sampah

organik kering merupakan sampah yang kandungan airnya sedang seperti kertas, dan

dedaunan. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang sulit terurai oleh

alam seperti plastik, karet, logam dan besi. Sampah juga dikatakan berpengaruh

terhadap lingkungan dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek kimia dan

aspek biologis (Sarudji, 2010).

2
JENIS-JENIS SAMPAH
Jenis- jenis sampah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Sampah Basah (garbage), yaitu sejenis sampah yang terdiri dari barang-barang

yang mudah membusuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap, contohnya

sayursayuran, sisa makanan, buah-buahan dan lain sebagainya yang berasal dari

rumah tangga, rumah makan, pasar, pertanian dan lain-lain. Disebut sampah

organik dan umumnya mudah terurai oleh seleksi alam atau campur tangan

manusia.

2. Sampah Kering (rubbish), terdiri dari sampah yang dapat dibakar dan tidak dapat

dibakar. Sampah yang mudah terbakar umumnya zat-zat organik misalnya kertas,

kayu, kardus, karet dan sebagainya. Sampah yang tidak mudah terbakar sebagian

besar berupa zat anorganik misalnya logam, gelas, kaleng yang berasal dari

rumah tangga, perkantoran, pusat perdagangan dan lain-lain.

3. Abu (ashes), yang termasuk sampah ini adalah sisa-sisa dari pembakaran atau

bahan yang terbakar, bisa berasal dari rumah, kantor, pabrik, industri.

4. Sampah jalanan (street sweeting), seperti kertas, daundaun, plastik.

5. Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai-bangkai binatang akibat penyakit,

alam dan kecelakaan.

6. Sampah campuran, yaitu sampah yang berasal dari daerah pemukiman terdiri dari

garbage, ashes, rubbish.

7. Sampah industri, terdiri dari sampah padat dari industri, pengolahan hasil bumi

atau timbunan dan industri lainnya.

8. Sampah dari daerah pembangunan (construction wastes), yaitu sampah yang

berasal dari pembangun gedung atau bangunan- bangunan lain, seperti batu-bata

beton, asbes, papan dan lain-lain.

3
9. Sampah hasil penghancuran Gedung (demolition Waste), adalah sampah yang

berasal dari penghancuran dan perombakan bangunan atau gedung.

10. Sampah khusus, yaitu sampah-sampah yang memerlukan penanganan khusus

misalnya sampah beracun dan berbahaya misalnya sampah radioaktif, kaleng cat,

film bekas, sampah infeksius, misalnya bangkai hewan yang terinfeksi penyakit

dan dibiarkan, dan lain-lain.

4
KARAKTERISTIK SAMPAH
1. Garbage merupakan kategori sampah sisa- sisa dari sayur- mayur ataupun

potongan hewan hasil dari restoran, rumah tangga, hotel dan seluruhnya yang

mudah membusuk.

2. Rubbish merupakan pengolahan yang tidak bisa ataupun tidak mudah membusuk.

Contoh yang mudah dibakar misalnya sobekan sisa kain, kayu,dan kertas.

kemudian yang tidak mudah dibakar misalnya kaca, logam, kaleng, besi dll.

3. Ashes merupakan salah satu tipe abu ataupun hasil pembakaran baik dari rumah

tangga ataupun industri.

4. Street sweeping merupakan sampah hasil dari pembersihan jalanan semacam

daun- daunan dari pepohonan, kertas, kotoran, dll.

5. Bangai Dead Animal merupakan tipe sampah hasil dari hewan yang mati sebab

alam, musibah ataupun penyakit.

6. Abandoned vehicle merupakan sampah dari bangkai kendaraan seperti becak,

motor, sepeda dan lain- lain. (Fauzia Ernisa, 2007).

5
SUMBER-SUMBER SAMPAH
Sumber-sumber sampah diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori antara lain:

1. Pemukiman penduduk Sampah ini terdiri dari sampah hasil kegiatan rumah tangga

seperti hasil pengolahan makanan, dari halaman, dan lainlain

2. Daerah Perdagangan Sampah dari pusat perdagangan atau pasar biasanya terdiri

dari kardus-kardus yang besar, kertas, plastik dan lain-lain.

3. Industri Sampah yang berasal dari daerah industri termasuk sampah yang berasal

dari pembangunan industri tersebut dan dari segala proses yang terjadi di dalam

industri.

4. Pertanian Sampah ini berupa sampah hasil perkebunan atau pertanian misalnya

jerami, sisa sayuran, dan lain-lain.

5. Tempat-tempat Umum Contohnya sampah dari tempat hiburan, sekolah,

tempattempat ibadah dan lain-lain.

6. Jalan dan Taman.

7. Pembangunan dan pemugaran gedung.

8. Rumah sakit dan Laboratorium

6
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TIMBUNAN SAMPAH
Timbunan sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

1. Kepadatan, kegiatan dan jumlah penduduk. Suatu daerah yang berpenduduk lebih

banyak akan menghasilkan sampah lebih banyak apabila dibandingkan dengan

daerah yang berpenduduk sedikit, demikian pula jenis dan jumlahnya. Pembuatan

Kompos Takakura 12/MI-5C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi

Inti.

2. Geografi, faktor geografi memberikan pengaruh terhadap timbulan sampah,

umpamanya sampah di daerah pegunungan akan berbeda dengan sampah

dengan daerah pantai.

3. Iklim dan Musim. Timbulan sampah dinegara beriklim empat musim, pada musim

dingin akan berbeda dengan pada musim gugur. Sementara di Indonesia timbunan

sampah biasanya tergantung pada musim panen buah-buahan.

4. Sosial Ekonomi dan Budaya. Sosial ekonomi dan budaya suatu masyarakat

menyangkut taraf hidup, selera, kebiasaan, tingkat pendidikan dan sebagainya

akan mempengaruhi timbulan sampah.

5. Teknologi. Sampah dipengaruhi teknologi, dengan teknologi sampah bisa didaur

ulang sehingga timbulannya akan berkurang, contoh lainnya adalah incenerator.

Penggunaan teknologi tinggi akan mempengaruhi jumlah timbulan sampah.

6. Sumber atau asal Sampah. Timbulan sampah yang berasal dari pemukiman akan

berbeda dengan sampah yang berasal dari rumah sakit atau laboratorium.

7
PENGELOLAAN SAMPAH
Pengelolaan Sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan

yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah 13 (Kementrian Lingkungan

Hidup, 2007).

Menurut UU no 18 Tahun 2008 didefinisikan pengelolaan sampah adalah kegiatan

yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan

penanganan sampah. Berpijak dari kondisi timbulan sampah, untuk mencegah

masalah sampah harus dilihat dari titik mana dari mata rantai pembuangan sampah

tersebut dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan sehingga sampah yang

masuk ke TPA hanya berupa sampah yang tidak dapat didaur ulang kembali.

Salah satu caranya adalah dengan mendaur ulang sampah non organik dan

membuat kompos untuk sampah organik untuk mengurangi volume sampah yang di

hasilkan di rumah tangga setiap harinya (Puspitowati, Jati, Muatain, 2011).

Menurut Chandra, Budiman (2006) pengelolaan sampah disuatu daerah akan

membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Banyak

masalah-masalah yang ditimbulkan oleh sampah, diantaranya yaitu pencemaran

udara, karena baunya yang tidak sedap, kesan jijik, mengganggu nilai estetika,

pencemaran air yaitu apabila membuang sampah sembarangan, misalnya di sungai,

maka akan membuat air menjadi kotor dan berbau.

Teknik pengelolaan sampah dapat dimulai dari sumber sampah sampai pada

tempat pembuangan akhir sampah. Tujuan pengelolaan sampah untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai

sumber daya (UU No 8 Pasal 4 tahun 2008).

Upaya yang dapat ditempuh dalam tujuan pengelolaan sampah:

1. Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis.

8
2. Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi

lingkungan hidup.

Untuk itu manusia sebisa mungkin harus bisa mengurangi penggunaan sampah

yang dihasilkan tidak terlalu banyak dan mengurangi volume sampah di TPA. 14 Ada

beberapa metode dalam pengelolaan sampah yang dikenal dengan 3R yaitu:

A. Reduce (mengurangi sampah) Reduce (mengurangi sampah) berarti mengurangi

segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Reduksi atau disebut juga

mengurangi sampah merupakan langkah pertama untuk mencegah penimbulan

sampah di TPA. Menurut Suyono dan Budiman (2010) Reduksi (mengurangi

sampah) dapat dilakukan beberapa proses yaitu:

a. Reduksi volume sampah secara mekanik. Dilakukan pemadatan pada dump truck

yang dilengkapi alat pemadat sehingga volume sampah jauh berkurang dan

volume yang diangkut menjadi lebih banyak.

b. Reduksi volume sampah secara pembakaran. Proses ini dapat dilakukan oleh

sekelompok masyarakat dengan catatan memilki ruang atau area terbuka cukup

luas. Pembakaran dilakukan dengan menggunakan suatu unit instalasi incinerator

sederhana. Syaratnya sampah harus dipisah antara yang dapat terbakar dan tidak

dapat dibakar serta plastik. Plastik jangan ikut dalam proses pembakaran karena

zat yang dihasilkan akan membahayakan kesehatan.

c. Reduksi sampah secara kimiawi. Cara ini disebut pyrolysis yaitu pemanasan tanpa

oksigen pada suatu reaktor. Umunya zat organik tidak tahan terhadap panas

sehingga dengan pemanasan tanpa oksigen ini akan memecah struktur zat

organik tersebut (kondensasi) menjadi gas, cair dan padat.

Ada beberapa manfaat besar reduksi dalam upaya:

9
a. Penyelamatan Sumber Daya Alam, limbah yang masuk ke alam memiliki sebuah

daur hidup (life cycle) dimana tidak semua bahan dapat terdegradasi di alam

terutama dalam tanah. Contohnya sampah 15 plastik, bisa ratusan tahun sampah

ini terurai dalam tanah. Berbeda sekali dengan sampah organik yang bisa cepat

terurai dalam tanah.

b. Mengurangi Limbah Beracun, hal ini sangat penting artinya, sebuah tindakan

dimana memilih atau menggunakan zat tidak beracun atau memiliki kadar racun

yang rendah. Contohnya dengan mengurangi pestisida dalam mengatasi masalah

hama pada tumbuhan. Saat ini banyak sekali tanaman organik yang tidak

menggunakan pestisida, tetapi memanfaatkan predator serangga dan diversifikasi

tanaman pada satu wilayah.

c. Mengurangi Biaya, dari semua tindakan reduksi harus bisa berdampak kepada

pengurangan biaya. Tidak ada artinya melakukan reduksi limbah tetapi disisi lain

biyaya produksi semakin mahal bahkan menyebabkan overhead yang semakin

besar. Reduksi limbah setidaknya harus berdampak pada efisiensi ekonomis,

kegiatan bisnis, sekolah, dan yang terpenting adalah konsumen.

B. Reuse (menggunakan kembali)

Reuse (mengunakan kembali) yaitu pemanfaatan kembali sampah secara lansung

tampa melalui proses daur ulang (Suyono dan Budiman, 2010). Contohnya seperti

kertas-kertas berwarna-warni dari majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk bungkus

kado yang menarik, pemanfaatan botol bekas untuk dijadikan wadah cairan misalnya

spritus, minyak cat.

Menggunakan kembali barang bekas adalah wujud cinta lingkungan, bukan berarti

menghina. Syarat reuse adalah barang yang digunakan kembali bukan barang yang

disposable (Sekali pakai, buang), barang yang dipergunakan kembali merupakan

10
barang yang lebih tahan lama, hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang

sebelum menjadi sampah dan sampah plastik yang digunakan bukan berupa

kemasan makanan, tidak direkomendasikan untuk dipergunakan kembali karena 16

risiko zat plastik yang berdifusi kedalam makanan. (Kuncoro Sejati, 2009).

Timbulan sampah yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya

pertambahan populasi penduduk adalah sesuatu hal yang harus ditangani secara

serius. Salah satu cara mereduksi timbulan sampah yang ada dilingkungan adalah

dengan daur ulang barang-barang layak daur. Pemilahan sampah merupakan

gagasan perilaku baru yang tidak mudah diadopsi oleh masyarakat. Meski demikian

bukan bearti ide mengenai pemilahan sampah mustahil untuk direalisasikan (Benno

dan Murdeani, 2006).

Sebelum sampah digunakan kembali, dilakukan proses pembersihan dan

pengelompokkan sampah menurut jenis. Sampah yang digunakan sampah

nonorganik seperti kertas, plastik, korang dll. Pengelolaan sampah dengan cara reuse

dapat dilakukan dengan beberapa peoses yaitu :

a. Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau

berulang-ulang.

b. Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama

atau fungsi lainnya.

c. Sampah yang dipilih dikelompokan menurut jenisnya.

d. Lakukan pebersihan sampah.

e. Sampah yang telah dipilih dan dibersihkan kemudian dimanfaatkan kembali baik

untuk fungsi yang sama atau fungsi yang berbeda.

Pengelolaan sampah dapat menberikan manfaat dan kurugian. Untuk mengetahui

manfaat dan kerugian dari reuse yaitu:

11
1. Manfaat penggunaan kembali

a. Menghemat gas rumah kaca, menjaga sumber daya alam dan menghemat

energi lebih.

b. Mengalihkan unsur beracun seperti timbal, kadmium dan merkuri dari tempat

pembuangan sampah.

c. Menghemat bahan mentah dan energi sepanjang barang yang dipergunakan

kembali menggantikan barang baru yang dapa diproduksi industri.

d. Mengurangi kebutuhan akan tempat sampah

e. Dapat memberikan lapangan pekerjaan yang berkelanjutan.

2. Kerugian penggunaan kembali.

a. Terkadang membutuhkan proses pembersihan dan transportasi, yang

mengorbankan lingkungan juga.

b. Beberapa barang mungkin berbahaya jika dipakai kembali, misalnya sampah

plastik.

C. Recycling (mendaur ulang)

Recycling (mendaur ulang) adalah pemanfaatan bahan buangan untuk di proses

kembali menjadi barang yang sama atau menjadi bentuk lain (Suyono dan Budiman,

2010).

Mendaur ulang diartikan mengubah sampah menjadi produk baru, khususnya

untuk barang-barang yang tidak dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama.

Menurut Purwendro dan Nurhidayat (2006) recycling ialah pemanfaatan kembali

sampah-sampah yang masih dapat diolah. Material yang dapat didaur ulang

diantaranya:

1. Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi baik yang putih bening maupun

yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal. 18

12
2. Kertas, terutama kertas bekas kantor, koran, majalah, dan kardus.

3. Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi

rangka beton.

4. Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jeringen, ember. Pengelolaan sampah

secara daur ulang merupakan salah satu cara yang efektif, dengan syarat sampah

yang digunakan adalah sampah yang dapat didaur ulang, memiliki nilai ekonomi

yang tinggi, tidak mengunakan jenis kertas berlapis minyak atau plastik, untuk

sampah nonorganik dilakukan proses pembersihan terlebih dahulu sebelum didaur

ulang, dan pemilihan atau pengelompokkan sampah menurut jenis sampah

(Purwendro dan Nurhidayat, 2006).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bentuk merupakan gambaran dari

sebuah bentuk, wujud, tampilan, atau penggolong kata bagi sebuah benda. Dalam

seni dan perancangan, istilah bentuk sering kali digunakan untuk struktur formal

sebuah pekerjaan yaitu dengan cara menyusun dan mengkoordinasi unsur-unsur dan

bagi dari sebuah komposisi. Pada umumnya bentuk dapat dibendakan menjadi 2

golongan yaitu :

1. Bentuk beraturan Bentuk beraturan ini merupakan bentuk satu sama lainnya saling

tersusun secara rapi dan konsisten. Pada umunya bentuk beraturan ini bersifat

stabil, dan sistematis. Contoh: bola, kerucut, dan kubus.

2. Bentuk tak beraturan Bentuk tak beraturan ini merupakan bentuk yang tidak

tersusun secara rapi dan hubungan yang tak serupa.

13
SEJARAH ECO ENZYM
Pada tahun 2003, seorang doctor dari Thailand menerima penghargaan dari

FAO (Lembaga dari PBB yang mengurus soal pangan dunia) regional Thailand untuk

penemuannya yang bernama eco-enzyme. Dalam Bahasa Indonesia dapat disebut

ekoenzim. Penemuan ini merupakan suatu upaya yang dilakukan Dr. Rosukon

Poompanvong bagi lingkungan dengan membantu para petani setempat untuk

memperoleh hasil panen yang lebih baik sekaligus ramah lingkingan. Ekoenzim

memiliki manfaat yang berlipat ganda. Dengan memanfaatkan sampah organic

sebagai bahan bakunya, kemudia dicampur dengan gula dan air, proses

fermentasinya menghasilkan gas O3 (ozon) dan hasil akhirnya adalah cairan

pembersih serta pupuk yang ramah lingkungan (Megah et al., 2018).

Eco enzyme atau dalam bahasa indonesia disebut sebagai eko enzim

merupakan larutan yang diperoleh dari proses fermentasi zat sisa organik, gula, dan

air. Cairan eco enzyme mempunyai warna coklat gelap serta memiliki aroma

asam/segar yang cukup kuat. Berawal dari penemuan oleh Dr. Rosukon

Poompanvong, seorang peneliti dan pengawas lingkungan dari Thailand inovasi eco

enzyme ini memberikan kontribusi yang cukup besar untuk lingkungan. Beliau juga

adalah seorang pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand (Organic Agriculture

Association of Thailand) yang telah bekerjasama dengan para petani di Thailand

bahkan juga di Eropa yang telah berhasil menghasilkan sebuah produk pertanian yang

bermutu dan ramah lingkungan.

14
PENGERTIAN ECO ENZYM
Eco-enzyme adalah ekstrak cairan yang dihasilkan dari fermentasi sisa

sayuran dan buah-buahan dengan substrat gula merah atau molase. Prinsip proses

pembuatan ecoenzyme sendiri sebenarnya mirip proses pembuatan kompos, namun

ditambahkan air sebagai media pertumbuhan sehingga produk akhir yang diperoleh

berupa cairan yang lebih disukai karena lebih mudah digunakan dan mempunyai

banyak manfaat (Junaidi et al., 2021).

Eco Enzyme adalah larutan zat organik kompleks yang diproduksi dari proses

fermentasi sisa bahan organik, gula, dan air. Cairan Eco Enzyme berwarna coklat

gelap dan memiliki aroma yang asam atau segar yang kuat. Selain itu, Eco Enzyme

juga dihasilkan dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran,

gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Komposisi sampah yaitu 54%

berasal dari sampah organik. Manfaat Eco Enzyme untuk pertanian yaitu sebagai

pupuk tanaman, filter udara, herbisida dan pestisida alami (Hemalatha, 2020).

Keistimewaan eco-enzyme dibandingkan dengan pembuatan kompos adalah

tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada proses

pembuatan kompos, bahkan produk ini tidak memerlukan bak komposter dengan

spesifikasi tertentu. Wadah yang diperlukan hanya wadah dari plastik dan mempunyai

tutup yang masih rapat. Eco-enzyme umumnya dapat dibuat dari kulit buah dan sisa

sayuran salah satunya yaitu kulit pisang, kulit buah nanas, sayuran kol, sawi putih dan

batang kangkung (Nurhamidah et al., 2021).

15
MANFAAT ECO ENZYM
Pada saat proses fermentasi berlangsung terjadi reaksi:

CO2 + N2O + O2 → O3 + NO3 + CO3

Setelah proses fermentasi ini sempurna, terbentuklah cairan berwarna coklat

gelap. Cairan inilah dapat dimanfaatkan sebagai:

1. Pembersih lantai, cukup efektif untuk membersihkan lantai rumah.

2. Disinfektan, sebagai antibakteri pada bak mandi.

3. Insektisida, dapat digunakan sebagai pembasmi serangga.

4. Cairan pembersih untuk selokan, terutama pada selokan kecil sebagai saluran

pembuangan air kotor.

5. Dapat juga dijadikan sebagai pupuk organik.

6. Mampu memacu pertumbuhan tanaman dan akar, secara tidak langsung mampu

mengusir hama.

7. Membersihkan piring dan peralatan makan.

8. Membersihkan permukaan dapur.

9. Membersihkan toilet.

10. Dapat menyembuhkan luka dan mengurangi alergi atau gatal-gatal.

Pembuatan eco enzyme dapat memberikan pengaruh yang besar bagi

lingkungan secara global ataupun ditinjau dari segi ekonomi. Manfaat bagi lingkungan,

selama proses fermentasi terjadi (hari pertama) akan memperoleh dan melepas suatu

gas O3 yang disebut sebagai ozon. Ozon ini bekerja dibawah lapisan stratosfer yang

dapat mengurangi gas rumah kaca dan logam berat yang terjebak diatmosfer.

Sebagaimana yang diketahui jika satu kandungan pada eco enzyme adalah asam

asetat, yang mampu membunuh kuman, virus dan bakteri. Sedangkan kandungan

enzyme itu sendiri yaitu lipase, tripsin, amylase yang dapat mencegah/membunuh

16
bakteri patogen. Selain itu dihasilkan juga NO3 dan CO3 yang sangat dibutuhkan oleh

tanah sebagai nutrisi. Manfaat dari segi ekonomi yaitu dapat mengurangi konsumsi

untuk membeli cairan pembersih lantai dan pembasmi serangga.

17
PRINSIP PEMBUATAN ECO ENZYM
Prinsip proses pembuatan eco enzyme sebenarnya mirip proses pembuatan

kompos, namun ditambah air sebagai media pertumbuhan sehingga produk akhir

yang diperoleh berupa cairan yang lebih disukai karena lebih mudah digunakan.

Keistimewaan eco enzyme ini adalah tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses

fermentasi seperti pada pembuatan kompos, bahkan produk ini tidak memerlukan bak

komposter dengan spesifikasi tertentu. Botol-botol bekas air mineral maupun bekas

produk lain yang sudah tidak digunakan dapat dimanfaatkan kebali sebagai tangka

fermentasi. Hal ini juga mendukung konsep reuse dalam menyelamatkan lingkungan.

Eco enzyme memiliki banyak manfaat seperti dapat digunakan sebagai growth factor

tanaman, campuran deterjen pembersih lantai, pembersih sisa pestisida, pembersih

kerak dan penurunan suhu radiator mobil (Astuti et al., n.d., 2020).

Enzim dihasilkan melalui fermentasi campuran gula merah, air limbah dapur

atau sayuran segar serta limbah buah. Menurut Tang dan Tong (dalam Astuti et al.,

n.d., 2020) proses tersebut memakan waktu selama 3 bulan. Aplikasi enzim sampah

pada beberapa karakterisitik air limbah telah ditunjukkan dalam beberapa tahun

terakhir. Enzim sampah memainkan peranan penting untuk mencapai degradasi yang

mirip dengan kinerja enzim komersial.

Selama fermentasi karbohidrat diubah menjadi asam volatile dan disamping itu,

asam organik yang ada dalam bahan limbah juga larut ke dalam larutan fermentasi

karena pH enzim sampah bersifat asam di alam. Enzim sampah memiliki kekuatan

tertinggi untuk mengurangi atau menghambat patogen karena sifat asam dari enzim

sampah membantu mengektraksi enzim ekstraseluler dari limbah organik ke dalam

larutan selama fermentasi. Dalam proses fermentasi glukosa dirombak untuk

menghasilkan asam piruvat. Asam piruvat dalam kondisi anaerob akan mengalami

18
penguraian oleh piruvat dekarbosilase menjadi etanol dan karbondioksida, dimana

bakteri Acetobacter akan merubah alkohol menjadi asetaldehid dan air yang

selanjutnya akan diubah menjadi asam astetat (Astuti et al., n.d., 2020)

19
CARA PEMBUATAN ECO ENZYM
Eco enzyme dapat dibuat dengan cara mencampurkan sampah organik berupa

limbah buah dan sayur dengan menambahkan gula dan air dengan perbandingan

3:1:10. Gula yang disarankan untuk pembuatan larutan eco enzyme ini adalah gula

merah. Sedangkan untuk sampah organik disarankan limbah sisa sayur atau buah

dengan keadaan tidak terlalu kering atau masih setengah basah. Pada pemakaian

bahan tersebut harus diperhatikan dengan baik, sebab akan mempengaruhi hasil

akhir dari produk eco enzyme yang telah dibuat.

Proses fermentasi eco enzyme berlangsung selama 3 bulan. Pada bulan

pertama fermentasi, alkohol akan dilepaskan, sehingga akan tercium bau alkohol dari

larutan eco enzyme tersebut. Kemudian pada bulan kedua, mulai tercium bau asam,

dimana bau tersebut merupakan bau asam asetat. Dengan banyaknya senyawa

seperti mineral dan vitamin tersebut akan terus rusak dan secara alami terbentuklah

enzim. Oleh sebab itu, waktu minimum pembuatan eco enzyme ini disarankan adalah

3 bulan. Setelah selesai difermentasi, produk fermentasi ini akan memiliki aktifitas

mikroba yang cukup tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai penghambat

pertumbuhan mikroba tersebut.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair dan Eco Enzyme yaitu:

a. Sampah rumah tangga dari kulit sayur dan buah = 3 kg.

b. Gula merah aren asli atau molase = 1 kg.

c. Air sumur atau air hujan, air PDAM yang sudah didiamkan 5 hari =10 liter

Komposisi bahan yang digunakan sesuai menurut Harahap (2021) dengan

komposisi kulit buah/ sayur 30%, air 60% dan gula merah 10%. Perbandingan

pembuatan Eco Enzyme dapat menyesuaikan berat bahan yang ada atau yang

20
dikumpulkan. Tempat botol air mineral perbandingannya adalah bahan organik 300

gram, gula atau molase 100gram dan air 1 liter.

Adapun cara membuat Eco Enzyme terdiri dari:

a. Gula aren atau molase dimasukkan ke dalam air dan diaduk hingga larut

tercampur

b. Bahan organik dari kulit sayur dan buah diiris halus (disesuaikan tempat).

c. Bahan organik dimasukkan ke dalam campuran air dan gula merah atau molase.

d. Tempat dari campuran bahan organic dan gula merah atau molase ditutup dengan

rapat.

e. Tempat Eco Enzyme yang tertutup rapat harus dibuka tutup (jika menggunakan

wadah yang besar seperti toples plastic kerupuk) dan diaduk, tetapi jika

menggunakan botol mineral cukup sesekali media di goyang.

f. Setelah 3 bulan tercampur, tercium aroma tape yang harum dan segar,

menandakan Eco Enzyme telah berhasil dan dapat digunakan. Jika tercium bau

busuk menyengat dan berubah warna menjadi hitam disertai banyak belatung dan

ulat maka Eco enzyme tidak berhasil.

21
INDIKATOR KEBERHASILAN DALAM
PEMBUATAN ECO ENZYM
Evaluasi, Proses fermentasi dalam pembuatan EE ini dapat dikatakan berhasil

dan dapat dipergunakan dengan hasil yang maksimal jika memenuhi kriteria indikator

dari warna, bau atau aroma serta kandungan gas. Adapun indikatornya antara lain:

a. Warna

Proses fermentasi yang berlangsung selama 3 bulan akan menghasilkan

perubahan warna dari awal proses hingga akhir proses fermentasi. Waktu selama itu

dibutuhkan untuk proses fermentasi dan pembusukan yang terjadi secara alami.

Awalnya airnya jernih, lama-kelamaan akan menjadi keruh dan kecoklatan. Namun

warna ini akan sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tergantung dengan

bahan yang kita gunakan. Bahkan jika bahan yang digunakan sudah sama namun

micro organisme yang berbeda akan menyebabkan warna yang berbeda.

b. Aroma atau bau

Aromanya sesuai dengan bahan (tidak berbau busuk). Jika fermentasi berjalan

dengan baik, larutan fermentasi akan beraroma alkohol setelah 1 bulan, dan beraroma

asam segar seperti cuka setelah 2 bulan.

c. Ada jamur putih.

Kalau jamurnya hitam berarti gagal, dan harus segera memulihkannya dengan

cara menambahkan gula kedalam wadah sesuai takaran semula.

22
KANDUNGAN N P K PADA ECO
ENZYM
Pada pembuatan eco enzyme yang ditambahkan molase dalam

memfermentasi buah-buahan akan menghasilkan asam organik seperti asam sitrat.

pH eco enzyme pada umumnya bersifat asam hal ini disebabkan oleh kandungan

asam organiknya. Kondisi asam yang baik akan memproduksi fitohormon (auxin,

giberlin dan sitokinin) yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif,

generatif dan pematangan buah.48 Dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa eco

enzyme mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan

vegetatif. Berdasarkan hasil analisis laboratorium ilmu tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara tahun 2020, kandungan unsur hara yang terdapat dalam

eco enzyme antara lain K (0,91 ppm), P (6,13 ppm), N (0,05%), C-Organik (0,38%),

dan pH 4,26.

Kualitas unsur hara N, P, dan K dengan hasil sangat rendah dimungkinkan

karena proses fermentasi dari ekoenzim yang masih berlangsung. Larutan ekoenzim

belum stabil setelah tiga bulan masa fermentasi. Pengaruh waktu fermentasi

merupakan faktor penentu dalam pengolahan bahan organik yang digunakan dalam

pembuatan ekoenzim karena fermentasi bertujuan untuk mendegradasi senyawa

organik dengan bantuan mikroorganisme alami yang terdapat dalam kulit buah.

Semakin lama ekoenzim disimpan, maka kandungannya akan semakin baik (Nazim

dan Meera, 2013).

Selain itu, menurut penelitian Arun dan Sivashanmugam (2015), pembuatan

ekoenzim juga dipengaruhi oleh penggunaan jenis gula. Umumnya, gula yang

digunakan untuk membuat ekoenzim adalah gula molase atau gula merah. Namun,

gula yang digunakan pada penelitian ini adalah gula merah sehingga dibutuhkan

23
waktu fermentasi yang lebih lama jika dibandingkan dengan menggunakan gula

molase. Hal ini disebabkan gula molase mengandung mikroorganisme aktif sebagai

sisa dari hasil produksi gula yang membantu mempercepat proses fermentasi.

Seperti halnya mahluk hidup lain, tanaman juga membutuhkan nutrisi yang

cukup untuk kehidupannya. Nutrisi tersebut adalah unsur hara, baik makro maupun

mikro yang dapat mendukung proses produksi dan pertumbuhannya. Sebagian dari

unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dan terdapat pada ekoenzim yaitu Nitrogen

(N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Nitrogen merupakan jenis unsur hara yang penting

untuk memacu pertumbuhan vegetatif, pembentukan protein, klorofil, dan asam

nukleat sehingga harus tersedia untuk tanaman (Rahmah, 2018). Fosfor (P) bagi

tanaman dapat mendorong perkembangan akar, pemunculan bunga, pematangan

buah, pembentukan biji serta berperan penting dalam penyimpanan dan penyaluran

energi ke seluruh sel tanaman (Jalaluddin dan Syafrina, 2017; Suwardiyono dan

Harianingsih, 2017). Kalium (K) berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman

untuk memperbaiki pengangkutan asimilat, mengatur pembukaan dan penutupan

stomata untuk mengurangi konsumsi air, serta meningkatkan kekebalan tanaman

agar terhindar dari serangan hama atau penyakit (Mahdiannoor et al., 2016).

Pada pengabdian masyrakat ini, pemberian ekoenzim berbahan kulit buah

sebagai pupuk organik cair dengan konsentrasi yang berbada mampu menghasilkan

pengaruh yang berbeda dan signifikan terhadap parameter pertumbuhan tanaman

pakcoy yang diamati, seperti tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, dan

biomassa basah tanaman. Hal ini berkaitan dengan perbedaan konsentrasi yang

terdapat pada tiap perlakuan dan kandungan unsur hara di dalamnya. Apabila unsur

hara yng dibutuhkan tanaman tersedia dalam jumlah dan betuk yang sesuai maka

pertumbuhan tanaman akan optimal.

24
UNSUR HARA MAKRO
Unsur hara makro adalah kelompok unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman

dalam jumlah besar. Salah satu zat yang tergolong dalam unsur hara ini yaitu P

(Phosfor), K (Kalium), dan N (Nitrogen). Unsur hara makro memiliki peranan penting

bagi pertumbuhan tanaman yaitu sebagai pertumbuhan vegetatif (pembentukan akar,

batang, dan daun), sebagai agen dalam semua proses metabolisme, sebagai

penyusun klorofil, enzim, hormon dan penggerak dalam proses metabolisme.

1. C-Organik

C-Organik merupakan salah satu unsur hara yang penting bagi kualitas

kompos sebab unsur ini dapat memperbaiki sifat-sifat tanah. C-Organik dapat

berperan penting dalam mempebaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Didalam tanah

unsur ini juga berperan sebagi substrat dan habiat bagi mikroorganisme tanah. Pada

saat proses dekomposisi, mikroorganisme tanah memanfaatkan unsur C-Organik

sebagai sumbe energi. Unsur ini juga mampu menyediakan hara yang dibutuhkan

oleh tanaman, salah satunya unsur N dan P. Dekomposisi dari unsur ini dapat

melepaskan hara seperti N dan P yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh.

2. Nitrogen (N)

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang memiliki peran sangat

besar bagi tanaman yaitu sebagai penyusun zat hijau daun, protein, lemak dan dapat

membantu pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur nitrogen ini diperoleh dari pupuk

kandang, urea (CO(NH2)2), pupuk Za ((NH4)2SO4), dan berbagai jenis pupuk daun.

Indikasi kekurangan unsur ini dapat menyebabkan warna daun berubah warna

menjadi kekuningan atau kuning, pada jaringan daun akan mati, serta dapat membuat

bentuk buah tidak sempurna.

25
3. Fosfor (P)

Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro yang memiliki peran sangat

penting bagi tanaman yaitu sebagai penyusun inti sel lemak dan protein tanaman.

Unsur fosfor ini disuplai dari pupuk kandang, pupuk TSP (Ca(H2PO4)2), dan pupuk

daun yang disemprotkan pada tanaman. Pupuk fosfor berfungsi untuk merangsang

pertumbuhan akar, bunga, dan pematangan buah. Indikasi kekurangan unsur ini

biasanya ditandai dengan memerahnya bagian bawah daun, terutama dibagian tulang

daun, kemudian diikuti daun melengkung dan terpelintir.

4. Kalium (K)

Kalium merupakan salah satu unsur hara makro yang memliki peran penting

bagi tanaman yaitu sebagai penyusun protein dan karbohidrat pada tanaman. Selain

disuplai oleh pupuk kandang, unsur ini diperoleh dari pupuk KCL, kalium sulfat atau

ZK (K2SO4), KNO3 (potassium kalium nitrat), serta pupuk daun. Dalam pertumbuhan

tanaman, unsur ini memliki peran sebagai memperkuat bagian kayu tanaman,

meningkatkan kualitas buah, meningkatkan ketahanan terhadap hama, penyakit,

serta kekeringan. Dampak kekurangan unsur kalium ini dapat menyebabkan pada

ujung daun menguning dan semakin lama akan berubah warna menjadi coklat. Jika

terus dibiarkan daun-daun tersebut akan rontok.

26
CATATAN PENTING DALAM
PEMBUATAN ECO ENZYM
1. Gunakan wadah yang bisa mengembang karena wadah akan terisi gas, maka dari

itu perlu dibuka periodically untuk mengeluarkan gas.

2. Sampah untuk membuat enzim tidak termasuk kertas, logam atau bahan kaca.

3. Hindari makanan berminyak, ikan atau sisa daging (bisa digunakan sebagai bahan

kompos kebun). Untuk membuat enzim berbau segar, tambahkan kulit jeruk/ lemon

atau daun pandan dll.

4. Warna ideal dari enzim eco adalah coklat gelap. Jika berubah menjadi hitam,

tambahkan gula dalam jumlah sama untuk memulai proses fermentasi lagi.

5. Mungkin memiliki lapisan putih, hitam atau coklat di atas enzim, abaikan saja Jika

anda menemukan llalat dan cacing dalam wadah, biarkan dan reaksi kimia enzim

akan melarutkannya secara alami. Manfaat sepenuhnya residu enzim eco:

a. Gunakan Kembali untuk produksi berikutnya dengan menambahkan sampah

segar.

b. Gunakan sebagai pupuk dengan mengeringkan residu, campurkan dan dikubur

dalam tanah.

c. Giling residu, tuangkan ke dalam mangkuk toilet, tambahkan gula merah dan

siram untuk membantu membersihkan kotoran.

6. Eco enzyme tidak akan pernah kadaluwarsa, jangan disimpan di kulkas.

27
DAFTAR PUSTAKA
Abel, Geraldine, Retno Suntari, and Ania Citraresmini. “Pengaruh Biochar Sekam Padi
Dan Kompos Terhadap C-Organik, NTotal, C/N Tanah, Serapan N, Dan
Pertumbuhan Tanaman Jagung Di Ultisol.” Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan 8, no. 2 (June 1, 2021): 451–60.
Andesta, Deny, Andi Rahmad Rahim, Nur Fauziyah, and Siska Ermawati.
“Pemanfaatan Limbah Sampah Rumah Tangga Menjadi Pupuk Organik Di Desa
Banjarmadu” 2 (2020): 9.
Andinata, Yoffi. “Kajian Limbah Buah Dan Sayur Dengan Ilmu Agroteknologi Sebagai
Energi Alternatif Bio Baterai,” 2020, 8.
Anwar, Chairul, A. Jatmiko, M. Mila, I. Irwandani, A. Taher, and P.M. Sari. “The
Development of Multi-Representation Media Based on Instagram on
Temperature and Heat Materials,”Journal of Physics:Conference Series 1572,
no.1 (2020):04
Anwar, Chairul. Hakikat Manusia Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Suka-Press.2019
Anwar, Chairul, Dwi Susanti, Fredi Ganda Putra, Netriwati, Kiki Afandi, Santi
Widyawati. “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Tipe POE dan
Aktifitas Belajar Terhadap Kemampuan Metakognitif”. Jurnal Inomatika, 2.2
(2020): 93- 105
Arihati, Desy Bangkit, Devita Cahyani Nugraheny, Arie Purwa Kusuma, and Niken
Vioreza. “Pemanfaatan Limbah Sayuran Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Pupuk Cair Dan Pupuk Kompos” 2 (2019): 6.
Arisanti, Desi. “Ketersedian Nitrogen Dan C-Organik Pupuk Kompos Asal Kulit Pisang
Goroho Melalui Optimalisasi Uji Kerja Kultur Bal.” Jurnal Vokasi Sains dan
Teknologi 1, no. 1 (November 29, 2021): 1–3.
Astuti, A. P., Tri, E., Maharani, W., (2020) Semarang, U. M., Semarang, U. M.,
Semarang, U. M., & Gula, V. (n.d.). Pengaruh Variasi Gula Terhadap Produksi
Ekoenzim Menggunakan Limbah Buah Dan Sayur. 470–479.
D. Kurniawati, N. Noval, and K. Nastiti, “POTENSI ANTISEPTIK POLIHERBAL DAUN
SIRIH (Piper betle), KULIT JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DAN TANAMAN
BUNDUNG (Actinuscirpus grossus) PADA TINDAKAN KEPERAWATAN DAN
KEBIDANAN,” Din. Kesehat. J. Kebidanan Dan Keperawatan, vol. 11, no. 1, pp.
420–431, 2020, doi: 10.33859/dksm.v11i1.552.
H. KRISNANI et al., “Perubahan Pola Pikir Masyarakat Mengenai Sampah Melalui
Pengolahan Sampah Organik Dan Non Organik Di Desa Genteng, Kecamatan
Sukasari, Kab. Sumedang,” Pros. Penelit. dan Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 4, no.
2, pp. 281–289, 2017, doi: 10.24198/jppm.v4i2.14345.
J. Wahyudi et al., “Emisi Gas Rumah Kaca (Grk) Dari Pembakaran Terbuka Sampah
Rumah Tangga Menggunakan Model Ipcc Greenhouse Gases Emissions From
Municipal Solid Waste Burning Using Ipcc Model,” J. Litbang, vol. XV, no. 1, pp.
65–76, 2019.
Juniartini, N. L. P. (2020). Pengelolaan Sampah Dari Lingkup Terkecil dan
Pemberdayaan Masyarakat sebagai Bentuk Tindakan Peduli Lingkungan.
Jurnal Bali Membangun Bali, 1(1), 27–40.
https://doi.org/10.51172/jbmb.v1i1.106
L. Pranata, I. Kurniawan, S. Indaryati, M. T. Rini, K. Suryani, and E. Yuniarti, “Pelatihan
Pengolahan Sampah Organik Dengan Metode Eco Enzym,” Indones. J.
Community Serv., vol. 1, no. 1, pp. 171–179, 2021, [Online]. Available:
http://ijocs.rcipublisher.org/index.php/ijocs/article/view/23.
Megah, S. I., Dewi, D. S., & Wilany, E. (2018). Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga
Digunakan Untuk Obat Dan Kebersihan. Minda Baharu, 2(1), 50.
https://doi.org/10.33373/jmb.v2i1.2275
Prabekti, Y. S. (2020). Eco-Fermentor: Alternatif Desain Wadah Fermentasi Eco-
Enzyme. Bogor Agricultural University (IPB), 43(1), 7728.
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/44120/2/INTI-
ECOFERMENTOR.pdf
Suryani, A. Mulyadi, and D. Afandi, “Analisis Gangguan Pendengaran Tipe
Sensorineural Pada Pekerja Akibat Kebisingan Di Industri Mebel Kayu Di Kota
Pekanbaru,” J. Ilmu Lingkung., vol. 9, no. 1, pp. 1–11, 2015.
T. W. Prayojana, A. N. Fazri, and B. Saputra, “Dampak Urbanisasi Terhadap
Pemukiman Kumuh (Slum Area),” J. Kependud. dan Pembang. Lingkung., vol.
2, no. 1, pp. 13–22, 2020, [Online]. Available:
http://jkpl.ppj.unp.ac.id/index.php/JKPL/article/view/12/7.
Y. Kurniaty and F. Nararaya, Bani Haji Wahyu, Turawan, Nabila Ranatasya.
Nurmuhamad, “Mengefektifkan Pemisahan Jenis Sampah sebagai Upaya
Pengelolaan Sampah Terpadu di Kota Magelang,” Varia Justicia, vol. 12, no. 1,
p. 140, 2016.

Anda mungkin juga menyukai