Anda di halaman 1dari 62

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH PADA MATERI RUKUN ISLAM MELALUI


PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTIONING SISWA
KELAS I MIS ISHLAHIYAH PANIPAHAN KECAMATAN PASIR LIMAU KAPAS
KABUPATEN ROKAN HILIR

Oleh

LENI MARLINA, S.Pd.I

1435 H/2023 M
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................1
B. Definisi Istilah..........................................................................4
C. Rumusan Masalah....................................................................4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................4

BAB II KAJIAN TEORI.............................................................................6


A. Kerangka Teoretis...................................................................6
B. Kerangka Berpikir...................................................................12
C. Penelitian yang Relevan..........................................................13
D. Indikator Keberhasilan............................................................14
E. Hipotesis Tindakan..................................................................15

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................16


A. Subjek dan Objek Penelitian....................................................16
B. Tempat Penelitian....................................................................16
C. Rancangan Penelitian...............................................................16
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................19
E. Teknik Analisis Data...............................................................20
BAB IV HASIL PENELITIAN....................................................................35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................59
BAB VI DAFTAR PUSTAKA......................................................................61
BAB I
PENDAHULIAN

A. Latar Belakang Masalah

Persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia sampai saat ini adalah rendahnya

mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar.

Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut terus dilakukan. Upaya sentralnya

berporos pada pembaruan kurikulum pendidikan. Ini terbukti dengan adanya perubahan dari

KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) menjadi KURTILAS (Kurikulum Dua Ribu Tiga

Belas). Kurikulum Dua Ribu Tiga Belas dikembangkan berdasarkan beberapa karakteristik atau

ciri utama. Misalnya berfokus pada tiga ciri utama, yaitu (1) berpusat pada siswa, (2)

memberikan mata pelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual, dan (3)

mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.1

Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi

sentral dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, siswa sebagai pihak yang

ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa

itu akan menjadi faktor penentu, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu

yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Jadi dalam proses pembelajaran yang

diperhatikan pertama kali adalah siswa atau anak didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya,

baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan,

bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung,

semua itu harus disesuaikan dengan keadaan/karakteristik siswa. Itulah sebabnya siswa atau anak

didik menjadi subjek belajar. Proses kegiatan belajar mengajar memerlukan metode yang tepat
1
agar tujuan pendidikan nasional t ersebut dapat tercapai. Metode belajar yang tepat akan

memungkinkan seorang siswa menguasai ilmu dengan lebih mudah dan lebih cepat sesuai dengan

kapasitas tenaga dan pikiran yang dikeluarkan. Dengan kata lain, metode belajar yang tepat

1
Masnur Musllich. KURTILAS Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual. Jakarta: Bumi Aksara.
2007, hlm. 20
tersebut akan memungkinkan siswa belajar lebih efektif dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Termasuk di dalamnya meningkatkan hasil belajar Fiqih.

Pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu bagian dari

Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi pandangan

hidup ( Way of life ).

Materi yang sifatnya memberikan bimbingan terhadap siswa agar dapat memahami,

menghayati, dan mengamalkan pelaksanaan syariat tersebut, yang kemudian menjadi dasar

pandangan dalam kehidupan baik yang menyangkut masalah pribadi, keluarga, masyarakat, dan

lingkungannya. Demikian juga halnya dengan mata pelajaran Fiqih yang memiliki fungsi dan

peranan untuk mendorong tumbuhnya kesadaran beribadah kepada Allah SWT, membentuk

kebiasaan melaksanakan syari’at Islam dengan ikhlas dan melaksanakan tuntunan akhlak yang

mulia, juga mendorong tumbuhnya kesadaran mensyukuri nikmat Allah dengan mengolah dan

memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidup, serta merupakan pelaksanaan ketentuan-

ketentuan syari’at yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.2

Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan MIS Ishlahiyah Panipahan

Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir yang membelajari tentang hukum islam.

Berdasarkan survey yang peneliti lakukan di MIS Ishlahiyah Panipahan Kecamatan Pasir Limau

Kapas Kabupaten Rokan Hilir, pada dasarnya guru senantiasa melakukan upaya dalam

meningkatkan hasil belajar siswa, karena secara moral itu merupakan tanggung jawab guru dan

lembaga sekolah. Adapun upaya tersebut yaitu :

1. Menyusun silaus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

2. Guru menyusun Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM).

3. Menyusun program semester dan tahun.

4. Menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah dan penugasan

5. Melaksanakan pembelajaran dengan tepat waktu.

Depag RI, DirJen Kelembagaan Agama Islam, Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta,
2

Depag, 2004, hlm. 48


Berdarkan penjelsan di atas, bahwa pelaksanaan pembelajaran Fiqih di MIS Ishlahiyah

Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir telah terformat dan terencana

sedemikian rupa. Namun, berdasarkan hasil tes awal yang penelii lakukan lakukan pada siswa

kelas I MIS Ishlahiyah Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir,

ditemui gejala sebagai berikut :

1. Ketika dilakukan tes tertlis sebagian siswa memperoleh nilai dibawah Kreteria

Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan yaitu 70. Dari 24 orang siswa hanya 5 orang

saja yang memperoleh nilah di atas KKM

2. Sebanyak 60% dari 24 siswa tidak bisa menjawab soal latihan yang diberikan oleh

guru.

3. Hanya sekitar 5 orang siswa saja yang dapat menjawab pertanyaan guru ketika

pembelajaran di kelas.

Berdasarkan gejala di atas, peneliti menganalisa bahwa masih rendahnya hasil belajar

Fiqih siswa. Salah satu usaha guru yang akan dilakukan adalah dengan penerapan strategi

pembelajaran Questioning. Oleh sebab itu, Peneliti tertarik ingin melakukan suatu penelitian

tindakan sebagai upaya dalam melakukan perbaikan terhadap hasil belajar Fiqih siswa dengan

judul: “Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Pada Materi Rukun Islam Melalui Penerapan Strategi

Pembelajaran Questioning Siswa Kelas I MIS Ishlahiyah Panipahan Kecamatan Pasir Limau

Kapas Kabupaten Rokan Hilir.

B. Definisi Istilah

1. Penerapan adalah proses, cara menerapkan sesuatu3. Dalam hal ini adalah cara menerapkan

strategi pembelajaran Questioning untuk meningkatkan hasil belajar Fiqih.

2. Strategi pembelajaran Questioning merupakan salah satu strategi guru dalam mengajar

dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa.4

3
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007, hlm. 1198
4
David A. Methoods For Teaching. Yogyakarta: Pustakan Belajar. 2009, hlm. 172
3. Hasil belajar adalah merpaka tingkat kerbehasilan siswa mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam sebuah program evaluasi.5

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang hendak dirumuskan

dalam penelitian ini adalah : Apakah Penerapan Strategi Pembelajaran Questioning Dapat

Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Pada materi Rukun Islam Siswa Kelas I MIS Ishlahiyah

Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah hasil belajar Fiqih pada materi Rukun Islam siswa kelas I MIS Ishlahiyah

Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir dapat ditingkatkan melalui

penerapan strategi pembelajaran Questioning.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Siswa

Untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Fiqih Siswa Kelas I MIS Ishlahiyah

Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir pada mata pelajaran

Fiqih

b. Guru

1) Dengan adanya penelitian ini menjadi pedoman bagi guru untuk memilih metode

pemebelajaran yang tepat dalam proses pemebelajaran.

2) Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah pengambilan tindakan

perbaikan selanjutnya.

5
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rodakarya. 2007, hlm. 141
c. Sekolah :

1) Meningkatkan prestasi sekolah yang dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar

siswa.

2) Meningkatkan produktivitas sekolah melalui peningkatan kualitas pembelajaran.

d. Peneliti

1) Penelitian ini merupakan salah satu usaha untuk memperdalam dan memperluas ilmu

pengetahuan penulis.

2) Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah pengambilan tindakan

perbaikan selanjutnya, terutama bagi guru sebagai pendidik dalam meningkatkan

hasil belajar siswa.

3) Sebagai bahan penelitian lebih lanjut bagi pihak yang terkait, di masa mendatang,

terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran.

4) Sebagai salah satu syarat attau tugas PPG


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teoretis

1. Strategi Pembelajaran Questioning

Situasi dan kondisi yang baik ketika seorang guru memberikan pelajaran di dalam kelas

adalah adanya suasana kelas yang hidup tetapi terkendali: yaini adanya suara-suararesponse

(tanggapan-tanggapan) dari murid yang bersifat positif secara bersama-sama maupun seorang

demi seorang secara tertib (tidak ribut yang kacau balau).6 Oleh sebab itu sistem mengajar itu

harus bersifat komunikatif antara guru dengan murid, keterangan-keterangan guru itu dapat

dipahami mereka dan mereka merasa terikat dengan pelajaran-pelajaran yang disajikan oleh

guru itu.

Pengatahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. Questioning

(bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis kontektual. Bertanya dalam pembelajaran

dipandanga sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan

berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan begian penting dari melaksanakan

pembelajaran yang bebasis unkuiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang

sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.7

Berdasarkan penjelasan pendapat di atas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa

Questioning adalah salah satu strategi belajar mengajar dengan cara guru mengajukanberbagai

pertanyaan kepada siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.

Hampir seluruh semua aktivitas belajar, dapat menerapkan Questioning, antara siswa dengan

siswa, antara guru dengan siswa dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga dikemukakan ketika

siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan

sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam

6
Tayar Yusuf. Ilmu Praktek Mengajar. Bandung: Al ma’rif. 2002, hlm. 65
7
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. 2011, hlm. 115
kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu

akam menumbuhkan dorongan untuk bertanya. 8

Adapun langkah-langkah dalam penerapan strategi pembelajaran Questioning adalah :

1) Guru memberikan penjelasan tentang gagasan-gagasan pokok dari materi pelajaran.

2) Guru memberikan pertanyaan kepada semua siswa di kelas.

3) Guru memberikan selang waktu kepada siswa untuk menyampaikan jawabannya

4) Guru meminta siswa untuk memberikan penjelasan tentang pertanyaan yang diberikan

oleh guru.

5) Guru menggilirkan pertanyaan kepada setiap siswa.9

2. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Questioning

a. Kelebihan strategi pembelajaran Questioning yaitu : 10

1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademik

2) Mengecek pemahaman siswa

3) Membangkitkan respons kepada siswa

4) Mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa

5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki siswa

6) Membangkitkan lebih bangyak lagi pertanyaa dari siswa

7) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

b. Kelemahan strategi pembelajaran Questioning yaitu :11

1) Strategi pembelajaran ini hanya bisa dilaksanakan pada kelas tertentu, seperti kelas 3,4

dan sebagaiya

2) Membutuhkan pemahaman yang mendalam bagi siswa untuk menjawab pertanyaan guru

3) Dibutuhkan keterampilan seorang guru dalam melaksakan strategi ini agar pembelajaran

berjalan dengan efektif dan efesien

8
Ibid. hlm. 115
9
Marno. Op. Cit. hlm. 126
10
Triano. Op. Cit. hlm. 115
11
Ibid. Hlm. 115
4) Pelakasanaan strategi ini membutuhkan variasi dalam pelaksanaannya misalnya hadiah,

pujian dan sebagainya, karena jika tidak siswa akan mudah bosan mengiktui

pembelajaran.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu

aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para

pakar pendidikan tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. 12

Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa

penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang/mendesain pengajaran secara tepat

dan penuh arti. Setiap belajar mengajar keberhasilannya diukur dari berapa jauh hasil belajar

yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya. Artinya seberapa jauh hasil belajar

dimiliki siswa. Tipe hasil belajar harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan

instruksional), sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses belajar mengajar.13

Robertus Angkowo menjelaskan hasil belajar merupakan suatu aktivitas mental dan

psikis yang berlansung dalam interaksi aktif dengan lingkungan demi menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai, sikap. Perubahan itu

bersifat relatif konstan dan berbekas.14

Aunurrahman menjelaskan hasil belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. 15

Hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.16 Berdasarkan teori ini

dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

12
Agus Suprijono. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yagyakarta: Pustaka Pelajar. 2009,
hlm. 7-6
13
Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2009, hlm. 45
14
Robertus Angkowo. Optimalisasi Media Pembelajaran Mempengaruhi Motivasi, Hasil Belajar dan
Kepribadian. Jakarta: PT. Grasindo. 2007, hlm. 48
15
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. 2009, hlm. 35
16
Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Citpa. 2008, hlm. 13
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Paul Suparno dalam Sardiman mengemukakan beberapa prinsip dalam hasil belajar

yaitu:

a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat,
dengar, rasakan dan alami.
b. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan
pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan,
tetapi perkembangan itu sendiri.
d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan,
motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari17

Dengan berpegang kepada prinsip tersebut maka akan tercipta suasana belajar dan

pembelajaran yang kondusif bagi tercapainya hasil belajar yang sesuai dengan potensi dan

cita-cita siswa serta kurikulum. Dengan demikian upaya pendidikan untuk menjadikan siswa

sebagai manusia seutuhnya akan tercapai melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang

diselenggarakan guru. Tentang ini Engku Muhammad Syafei, yang juga pelopor Pendidikan

Nasional Indonesia, mengingatkan “Jadilah Engkau jadi Engkau”. Artinya guru dan sekolah

harus berfungsi mengasah kecerdasan dan akal budi siswa, bukan membentuk manusia lain

dari dirinya sendiri. 18

Selanjunya hasil belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam

proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena aspek

ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran

pencapaian hasil belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah mengikuti pembelajaran

atau tes yang dilaksanakan oleh guru di kelas. Sehubungan dengan penelitian ini maka hasil

17
Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Persada. 2004, Edisi
Revisi, hlm. 38
18
Abdorrahkman Gintings. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniro. 2008, hlm. 15
belajar yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melaksanakan metode

pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam pencapaian hasil belajar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar

tersebut yang secara garis besar dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor internal

(berasal dari dalam diri), dan faktor eksternal (berasal dari luar diri. Slameto mengemukakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan

menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor

yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Yang termasuk dalam faktor intern seperti,

faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern yang

berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu, faktor

keluarga, faktor sekolah (organisasi) dan faktor masyarakat.19

Selanjutnya Muhibbin Syah juga menambahkan bahwa secara global factor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni :

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi stategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan mempelajari

materi-materi pelajaran.20.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, jelaslah bahwa faktor yang mempengaruhi dalam arti

menghambat atau mendukung proses belajar, secara garis besar dapat dikelompokkan dalam

dua faktor, yaitu faktor intern (dari dalam diri subjek belajar) dan faktor ekstern (dari luar diri

subjek belajar).

B. Kerangka Berfikir

19
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2003, hlm. 54-60
20
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2008, hlm. 144
Strategi pembelajaran Questioning merupakan strategi pembelajaran yang berbasis

kontektual. Bertanya dalam proses pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing dan menilai kemampuan siswa, selain itu bertanya dapat

mempermudakan seorang guru untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan siswa.

Selanjutnya bertanya dalam proses pembelajaran bagi siswa, adalah merupakan kegiatan

yang sangat penting dari melaksanakan pembelajaran yang bebasis unkuiry, yaitu menggali

informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek

yang belum diketahuinya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan strategi

Questioning dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.

Kemudian strategi Questioning juga dapat mempermudah guru untuk memulai pembelajaran

dengan terlebih dahulu mengetahuan pengetahuan awal siswa, dengan demikian strategi

Questioning sangat dimungkinkan dapat meningkatkan Hasil belajar Fiqih pada materi Jinayah

siswa kelas I MIS Ishlahiyah Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir.

C. Penelitian Yang Relevan


Berdasarkan pengetahuan peneliti, setelah mambaca dan memahami dari berbagai sumber

yaitu pustakan Universitas Islam Riau, peneliti dapat mengambil sebuah karya ilmiah yang

relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan oleh Sri Wulandari pada tahun 2009 dengan

judul : Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Siswa Kelas I

Fiqih MIS Ishlahiyah Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat relevansi antara

penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Leni Marlina, S.Pd.I

yaitu sama-sama menggunakan metode tanya jawab dalam proses pembelajaran. Sedangkan yang

menjadi perbedaannya adalah tujuannya. Adapun hasil penelitian saudari Leni Marlina, S.Pd.I

diperoleh rata-rata klasikal motivasi belajar siswa 89%. 21

D. Indikator Keberhasilan

Sri Wulandari. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Siswa Kelas IV SD
21

Agama Islam MIS Rumbio Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. Skripsi UIR. 2009
1. Indikator Kinerja

a. Aktivitas Guru

1) Guru memberikan penjelasan tentang gagasan-gagasan pokok dari materi pelajaran.

2) Guru memberikan pertanyaan kepada semua siswa di kelas.

3) Guru memberikan selang waktu kepada siswa untuk menyampaikan jawabannya

4) Guru meminta siswa untuk memberikan penjelasan tentang pertanyaan yang

diberikan oleh guru.

5) Guru menggilirkan pertanyaan kepada setiap siswa.

b. Aktivitas Siswa

1) Siswa memperhatikan penjelasan guru

2) Siswa mencatat mendengarkan atau pertanyaan yang diberikan guru

3) Siswa diberikan selang waktu untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan

oleh guru

4) Siswa memberikan jawaban kepada guru

5) Siswa secara bergantian menjawab pertanyaan guru sesuai dengan arahan guru

2. Indikator Hasil Belajar Siswa

a. Hasil belajar siswa secara individu

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa yang pada mata pelajaran

FIQIH mencapai kereteria ketutasan minimal yaitu 70.

b. Hasil belajar siswa secara klasikal

Adapun yang menjadi indikator keberhasilan belajar siswa pada pelajaran Fiqih

secara klasikal yaitu apabila hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 75%.22.

E. Hipotesis Tindakan

22
Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008, hlm. 257
Berdasarkan uraian kerangka teoretis di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah

“Penerpan Strategi Pembelajaran Questioning dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih Jinayah

siswa kelas I MIS Ishlahiyah Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir”
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek dan Objek Penelitian

Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I MIS Ishlahiyah Panipahan

Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir tahun pelajaran 2020-2021 dengan jumlah

siswa sebanyak 24 orang. Sedangkan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah Penerapan

Strategi Pembelajaran Questioning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I MIS

Ishlahiyah Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir Pada Mata

Pelajaran Fiqih.

B. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MIS Ishlahiyah Panipahan Kecamatan Pasir

Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir. Adapun waktu penelitian ini dilakukan bulan Juli 2023.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Adapun setiap siklus dilakukan dalam 2 kali pertemuan.

Hal ini dimaksudkan agar siswa dan guru dapat beradaptasi dengan strategi pembelajaran yang

diteliti. Sehingga hasil penelitian tindakan kelas dapat dimanfaatkan dalam proses belajar

mengajar selanjutnya.

Agar penelitian tindakan kelas ini berhasil dengan baik tanpa hambatan yang mengganggu

kelancaran penelitian, peneliti menyusun tahapan-tahapan yang dilalui dalam penelitian tindakan

kelas, dan dapat dilihat daur siklus penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Arikunto, sebagai

berikut :

Refleksi awal

Perencan 17
aan

Refleksi SIKLUS I
pelaksanaan

Pengamatan
SIKLUS II Pelaksanaan
Refleksi Perencanaan

Pengamatan

Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas23

1. Perencanaan/Persiapan Tindakan

Perencanaan merupakan persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan.

Adapun yang akan dipersiapkan yaitu:

a. Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan langkah-langkah penerapan Strategi

Pembelajaran Questioning.

b. Menyiapkan format pengamatan atau lembar observasi terhadap aktivitas yang dilakukan

guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan Strategi Pembelajaran

Questioning.

c. Meminta kesediaan teman sejawat untuk menjadi observer dalam pelaksanaan

pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam penerapan Strategi Pembelajaran Questioning. dalam mata pelajaran Fiqih ada

beberapa langkah-langkah yang akan di lalui, yaitu sebagai berikut :

a. Guru memberikan penjelasan tentang gagasan-gagasan pokok dari materi pelajaran.

b. Guru memberikan pertanyaan kepada semua siswa di kelas.

c. Guru memberikan selang waktu kepada siswa untuk menyampaikan jawabannya

d. Guru meminta siswa untuk memberikan penjelasan tentang pertanyaan yang diberikan

oleh guru.

e. Guru menggilirkan pertanyaan kepada setiap siswa.

23
Suharsimi Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta. 2007, hlm 16.
3. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian. 24 atau obsevasi yang dilakukan dalam penelitian ini

dilakukan oleh guru kelas I yang telah bersedia menjadi observer dalam penelitian ini dengan

menggunakan format pengamatan yang telah disediakan. Aspek-aspek yang diamati antara

lain:

a. Aktivitas guru dalam menerapkan Strategi Pembelajaran Questioning yang dilakukan

dengan menggunakan lembaran aktivitas guru

b. Aktivitas siswa selama proses perbaikan pembelajaran dengan mengunakan Strategi

Pembelajaran Questioning yang dilakukan dengan menggunakan lembaran observasi

aktivitas siswa.

4. Refleksi

Setelah perbaikan pembelajaran dilaksanakan, guru dan observer melakukan diskusi

dan menganalisa hasil dari proses pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga diketahui

keberhasilan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil dari analisa data

tersebut dijadikan sebagai landasan untuk siklus berikutnya, sehingga antara siklus I dan

siklus berikutnya ada kesinambungan dan diharapkan kelemahan pada siklus yang pertama

sebagai dasar perbaikan pada siklus yang berikutnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan data kualitatif dan data kuantitatif. Data

Kualitatif Yaitu data yang mendeskrfikan peristiwa yang telah diamati untuk memperoleh hasil

kesimpulan, misalnya observasi tentang hasil tes. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan

secara langsung kepada objek penelitian. Sedangkan yang kedua data kuantitatif adalah data

yang berwujud angka-angka hasil perhitungan dapat di proses dengan cara di jumlahkan dan

dibandingkan sehingga dapat diperoleh persentase.

1. Observasi

24
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2004, hlm. 158
Adapun yang diobservasi atau kegunaan observasi dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui aktivitas guru selama pembelajaran dengan Strategi Pembelajaran

Questioning.

b. Untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran melalui Strategi Pembelajaran

Questioning.

2. Tes Hasil Belajar dilaksanakan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa

3. Dokumentasi, untuk memperolehh data-data yang perkaita dengan penelitian

E. Teknik Analisi Data

Setelah data terkumpul melalui observasi, data tersebut diolah dengan menggunakan rumus

persentase25, yaitu sebagai berikut :

F
p x 100%
N

Keterangan:

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya

individu) P = Angka persentase

100% = Bilangan Tetap

Dalam menentukan kriteria penilaian tentang hasil penelitian aktivitas guru dan siswa

selama proses pembelajaran dengan penerapan Strategi Pembelajaran Questioning, maka

dilakukan pengelompokkan atas 4 kriteria penilaian yaitu baik, cukup, kurang baik dan tidak

baik, Adapun kriteria persentase tersebut yaitu sebagai berikut:

1. 76% - 100% tergolong baik

2. 56% – 75% tergolong cukup baik

3. 40% – 55% tergolong kurang baik

4. 40% kebawah tergolong tidak baik”.26

25
Anas Sudjono. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004, hlm. 43
26
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2002, hlm.
246
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. PROFIL MADRASAH IBTIDAIYAH ISHLAHIYAH
PANIPAHAN ROKAN HILIR
Madrasah Ibtidaiyah Ishlahiyah Paipahan Rokan Hilir didirikan oleh Faqih
Muhammad Yunus pada tanggal 18 Agustus 1990 yang diresmikan oleh Drs. ADNAN
YUS, Lc dengan No Piagam 03/c-IV/1980 dengan Nomor Statistik terbaru Madrasah 13
12 14 03 0003, NPSN 69725472, Akreditasi A dengan Nilai 92 . Madarasah Ibtidaiyah
Ishlahiyah Panipahan darat kecamatan pasir limau kapas kabupaten rokan hilir Propinsi
Riau.
Madrasah Ibtidaiyah Ishlahiyah Panipahan Rokan Hilir merupakan salah satu
Madrasah yang adadi dalam lingkungan Yayasan Madrasah Ishlahiyah Panipahan dari
5 Lembaga Madrasah dan Sekolah dimulai dari jenjang MDA sampai MA.
B. KEADAAN DAN POTENSI SEKOLAHSARANA PRASARANA
1). TANAH DAN HALAMAN
Tanah Madrasah Ibtidaiyah Ishlahiyah Paipahan Rokan Hilir merupakan milik Pondok
Pesantren Hubbulwathan yang sebahagian merupakan tanah wakaf. Luas areal
seluruhnya 15.340 M2 Keadaan Tanah Madrasah Ibtidaiyah Ishlahiyah Paipahan Rokan
Hilir
Status : Wakaf dan Milik Pontren HW

Luas Tanah : 15.340 M2

Luas Bangunan : 5.024 M2

Luas Lapangan Olah Raga : 1.200M2

Luas tanah yang terpakai : 5.366 M2

Yang belum digunakan : 3.750 M2


2). GEDUNG MADRASAH

Gedung Madrasah pada umumnya pada kondisi baik. Jumlah ruang kelas untuk
menunjang proses kegiatan belajar mengajar memadai. Ruang kelas terdiri dari 6 kelas
mulai dari Kelas 1,2,3,4,5 dan 6
Keadaan Gedung Madrasah Ibtidaiyah Ishlahiyah Paipahan Rokan
Hilir
Luas Bangunan : 5.024 M2

Ruang Kepala Sekolah : 1 = 20 M2 Kondisi baik


Ruang TU dan Kurikulum : 1 = 12 M2 Kondisi baik
Ruang Guru : 1 = 25 M2 Kondisi baik
Ruang Kelas : 6 = 72 M2 Kondisi baik

Lab. Komputer : 1 = 48 M2 Kondisi baik


Ruang Perpustakaan : 1 = 64 M2 Kondisi baik
Masjid : 1 = 500 M2 Kondisi baik
Kantin : 1 = 24 M2 Kondisi baik
Asrama Santri : 2 = 200 M2 Kondisi baik
WC Guru :1= 4 M2 Kondisi baik

WC Siswa : 1 = 24 M2 Kondisi baik

C. VISI DAN MISI MADRASAH

MISI

MENJADIKAN MIS ISHLAHIYAH PANIPAHAN SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN


DAN PELATIHAN DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN LULUSAN BERWAWASAN
KEUNGGULAN DAN MAMPU BERSAING DALAM MENANGKAP PELUANG
DENGAN BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA

VISI
1. MENINGAKTKAN KEUNGGULAN SISWA DALAM IT.
2. MENINGAKTKAN KEUNGGULAN SISWA DALAM BERWAWASAN
KEISLAMAN
3. MENINGKATKAN KUALITAS HASIL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SERTA PEMBINAAN SISWA DALAM PENGEMBANGAN DIRINYA DI
MADRASAH.
4. MENCETAK SISWA YANG AKTIF DALAM PELAKSANAAN ILMU
KEISLAMAN
5. MENTRANFORMASIKAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN KEPADA WARGA
MADRASAH.
D. ANGGARAN MADRASAH
Anggaran Madrasah berasal dari dana pemerintah dan dana yang dihimpun dari
masyarakat peserta didik. Setiap peserta didik dikenakan biaya Rp. 80.000 s/d Rp.
100.000,- perbulan
Tahun Pemerintah SPP

Pelajaran ( Rupiah ) ( Rupiah )


2003/2004 Rp. 20.025.000,- Rp. 35.000,-

2004/2005 Rp. 20.025.000,- Rp. 35.000,-

2005/2006 Rp. 20.025.000,- Rp. 40.000,-

2006/2007 Rp. 27.000.000,- Rp. 40.000,-

2007/2008 Rp. 27.000.000,- Rp. 40.000,-

2008/2009 Rp. 27.000.000,- Rp. 45.000,-

2009/2010 Rp. 27.000.000,- Rp. 50.000,-

2010/2011 Rp. 19.800.000,- Rp. 60.000,-

2011/2012 Rp. 19.800.000,- Rp. 60.000,-

2012/2013 Rp. 19.800.000,- Rp. 80.000,-

2013/2014 Rp. 30.000.000,- Rp. 80.000,-

2014/2015 Rp. 71.000.000,- Rp. 100.000,-

2015/2016 Rp. 88.000.000,- Rp. 110.000,-

E. PERSONIL MADRASAH
Madrasah Ibtidaiyah Ishlahiyah Paipahan Rokan Hilir didirikan pada tahun 1980.
Pimpinan sekolah yang pernah bertugas di Madrasah ini sejak awal berdirinya samai
sekarang adalah :
NAMA PERIODE BERTUGAS
1. MUSTAFA, S.Pd 1980 – 1987

2. YUSMIDAR, S.Pd 1987 - 1992

3. BURHANUDDIN, S.Pd 1992 – 1996

4. LISDAWATI, S.Pd 1996 – 2002

5. IDA LAILA, S.Pd 2002 – 2009

6. JAMILAH, S.Pd Agustus 2009 - Juli 2013

7. SAMSUL BAHRI, S.Pd Juli 2013 – 2019


8. LENI MARLINA, S.Pd.I 2008-Sekarang
9. LINDAWATI, S.Pd 2008-Sekarang
10. UDIANI, S.KOM 2019-Sekarang
11. RINALDI, S.Pd 2008-Sekarang
12. NURMALASARI, S.Pd 1998-Sekarang
13. NURAINI, S.Ag 2020-Sekarang
14. MARATHON SOLEHAH, S.Pd 2020-Sekarang
15. NAZRAH, S.Pd.I 2008-Sekarang

Jumlah Personal Madrasah tahun pelajaran 2022/2023 ada sebanyak 15 orang,


terdiridari Guru Non PNS 15 orang

E. HASIL PENELITIAN
Pada bab ini dibahas tentang hasil-hasil penelitian setelah pelaksanaan pembelajaran
inquiry pada siswa kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Ishlahiyah Paipahan Rokan Hilir
sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa hasil penelitian akan
dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu hasil dan pembahasan akan
diuraikan berdasarkan data kuantitatif (data prestasi belajar ) dan data kualitatif (data
opservasi) dengan menggunakan statistik deskriktif.
A. Paparan Data Siklus I
1. Perencanaan
a. Peneliti melakukan diskusi awal dengan guru mata pelajaran untuk membahas

permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini setelah menelaah

kurikulum fiqih MIS Kelas 1.

b. Mengembangkan silabus yang sesuai dengan materipelajaran yangakan diajarkan.

c. Menyusun dan mengembangkan rencana pembelajaran.

d. Membuat instrumen pedoman observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di

kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung

e. Membuat instrumen tes akhir siklus 1 untuk mengetahui hasil perkembangan siswa

setelah pembelajaran inquiry.

B. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus 1 berdasarkan hasil diskusi observasi diperoleh bahwapenelitian pada:

1). Pertemuan I

Pertemuan pertama guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam


dan memperkenalkan diri seacara singkat kepada siswa. Setelah itu guru mulai

mengakbrakan diri dengan menanyakan kesiapan para siswa mengikuti pelajaran

fiqih dan melakukan diskusi kecil dengan siswa tentang pengalaman serta kesan

dan perasan mereka pada saat mengikuti pelajaran fiqih selama ini. Kemudian

guru mulai menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberi motivasi kepada

parasiswa agar lebih bersemangat mengikuti pelajaran.

Memasuki kegiatan inti guru mulai menjelaskan materi pelajaran tentang

pengertian puasa dan berusaha meibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

hal ini dilakukan oleh guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran yaitu

denan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran

kepada siswa atau memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya kepada guru

tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Namun dalam kegiatan ini guru

mengalami sedikit hambatan karena siswa terlihat takut dan malu dalam

mengemukakan pendapatnya. Hal ini disebakan karena selama ini dalam proses

pembelajaran siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru, dan

dengan patuh siswa mempelajari urutan yang ditetapkan oleh guru dan kurang

sekali ,mendapat kesempatan untuk menyatukanpendapat, sehingga mereka belum mampu

merangkai kata untuk mengungkap apa yang mereka ketahui dan pahami tentang materi

yang diajarkan oleh guru karena sistem otoriterisme dan domnasi guru dalam

pembelajaran yang membuat siswa kaku dalam proses pembelajaran.

Namun hal ini tidak dijadikan oleh guru sebagai penghalang untuk menjalankan

tujuan yang ingin dicapainya yaitu mengaktifkan siswa dalam pemelajaran dan

meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian guru selalu memberikan ransangan

berupa pertanyaan yang berkitan dengan materi pelajaran namun menarik perhatian siswa.

Cara yang dilakukan oleh guru untuk menarik perhatian siswa yaitu guru mengaitkan

materi pelajaran, dalam hal ini adalah nilai sosial dengan keadaan yang ering parasiswa

jumpai dalam kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh

guru yang menarik perhatian siswa adalah ketika guru menanyakan pendapat para siswa
tentang nilai sosial yang sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari mereka

kemudian mencocokannya dengan teori atau penjelasan yang diberikan oleh guru pada

saat pembahasan materi.

Usaha guru untuk mengaktifkan dan menarik perhatian siswa dalam pembelajaran

mulai menunjukkan perubahan positif, dimana siswa sudah mulai memberanikan diri

dalam menegemukakan pendapatnya tentang apa yang mereka ketahui tentang nilai sosial

yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dari jumlah total 20 orang siswa, yang hadir pada pertemuan ini hanya 18 orang

siswa. Siswa yang menyimak arahan dan penjelasan gurusekitar 15 dari total siswa yang

hadir pada saat itu, siswa yang melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran

(main-main, ribut, dll) berjumlah 3 orang. Siswa yang aktif dalam pemelajaran 10 orang,

dan yang mengajukan tanggapan berjumlah 4 orang, dari pertemuan pertama ini jumlah

siswa yang butuh bimbingan guru berjumlah 6 orang, dan yang masih pasif 6 sekitar

orang.

2). PERTEMUAN II
Pertemuan kedua berlangsung lebih baik dibandingkan pada pertemuan
sebelumnya, dimana siswa terlihat masih ragu dan takut ketika guru mulai
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi puasa namun
selama proses pembelajaran pertemuan kedua ini berlangsung guru selalu
memberikan ransangan dan latihan kepada para siswa dengan mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang sering mereka jumpai dalam kehidupan
sehari-hari mereka, membuat siswa lebih rileks dalam mengikuti pelajaran dan mulai
membangkitkan rasa percaya diri dalam mengemukakan apa yang mereka ketahui
dan pahami tentang materi puasa yang sering mereka lakukan dalam bulan suci
ramadhan.
Hal inilah yang kemudian memberikan rasa ketertarian para siswa untuk
mengikuti materi pelajaran fiqih, karena menurut mereka selama ini mereka hanya
diberikan penjelasan sesuai apa yang ada di buku teks atau apa yang dijelaskan
oleh guru mereka tanpa dilibatkan secara aktif dalam mencari dan menemukan sebuah
masalah. Namun setelah siswa diaktifkan dalam pembelajaran gairah belajar mereka
mulai hidup kembali, karena menurut para siswa, mereka diajak dan dilibatkan
langsung dalam proses pembelajaran yang dulunya mereka hanya sebagai opendengar
pasif, namun seteah model pembelajaran yang ditetapkan oleh guru yaitu model
pembelajaran inquiry melatih kemampuan para siswa mengemukakan pendapat,
berfikir kritis dan memecahkan masalah yang mampu membangkitkan kembali
semangat mereka untuk mengikuti pembelajaran karena mereka merasa mendapatkan
kepuasanya dalam pembelajaran.
3). PERTEMUAN III
Pada pertemuan ini guru memberikan evaluasi atau ulangan sebagai tes akhir
siklus 1. Sebelum lembar soal dibagikan kepada siswa, guru memberikan motivasi
kepada siswa dan menyakinkan bahwa siswa mampu menjawab soal yang diberikan.
Seteah itu, embar soal dibagikan kepada siswa dan siswa muai mengerjakan soal
tersebut.
Sebagian besar isi soal yang diberikan oleh guru meminta pendapat dan solusi
tentang permasalahan yang berkaitan dengan materi latar belakang materi pausa ,
serta hukum-hukum puasa. Isi soal yang sebagian besar meminta pendapat saran serta
solusi masing-masing individu siswa adalah agar siswa berlatih mengungkapkan
pendapat baik secara tertulis maupun lisan.
Dari hasil pembahasan soal yang dilakukan secara bersama-sama ternyata
masih banyak siwa yang belum mampu mencari masalh dengan baik. Olehnya itu, guru
memberikan arahan kepada siswa lebih mempersiapkan diri dalam mengikuti proses
pemelajaran, diadakan tindakan lanjut yaitu pada siklus II.
C. Aktivitas Belajar Siswa
Deskripsi hasil opservasi aktifitas siswa selama proses belajar mengajar
berlangsung adalah sebagi berikut :
Aktifitas Siswa Selama proses pembelajaran Berlangsung padaSiklus I

No Kompotensi yang Siklus I


diamati
1 Banyaknya siswa yang 1 2 3 Rata-rata %
ahdir pada saat proses
pembelajarn 18 18 19 18,3 91,5
berlangsung
2 Siswa yang 15 17 18 16,66 83
memperhatiakn
Penjeasan guru
3 Siswa yang 3 2 2 2,33 11,7
melakukan kegiatan
lain pada saat
pembahasan materi
pembelajaran
4 Siswa yang aktif 10 13 15 12,3 61,5
dalam proses
pembelajaran.
5 Siswa yang aktif daam 4 5 7 6 30
mempersentasekan hasil
pembelajarn kelompok
6 Siswa yang mengajukan 4 3 5 3,33 16,7
pendapat
7 Siswa yang masih butuh 6 7 5 7 35
bimbingan
Berdasarkan tabel 3 diperoleh data bahwa siklus I dari 28 siswa. Siswa

yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 91,5%, yang menyimak

penjelasan guru atau pengarahan guru 83%, yang melakukan aktifitas negatif

selama proses pembelajaran (main-main, ribut,dll) mencapai 11, 7%, siswa yang

aktif dalam pembelajaran 61,5%, yang mempersentaekan materi dan berbicara di

depan kelas mencapai 30%, yang mengajukan tanggapan mencapai 16,7%, yang

masih perlu bim,bimbingan mencapai 40%, dan yang masih pasif dalam

pembelajaran mencapai 35% siswa.

Pada siklus ini dilaksanakan prestasi tes belajar yang berbentuk ulangan

harian setelah selesai penyajian materi untuk siklus I. Adapun hasil analisis skor

prestasi belajar setelah diterapkan model pembelajaran mencari dan menemukan

(inquiry) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel statistik skor prestasi tes siswa pada


siklus I
Statistik

Objek 20

Skor Ideal 100

Skor Rata-rata 53,21

Skor Tertinggi 80

Skor Terendah 40

Rentang Skor 40

Standar defiasi 12,71


Dari tabel diatas menunjukkan bahwa skor rata-rata prestasi belajar fiqih

setelah diterapkan pembelajaran inquiry pada siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah

Ishlahiyah Paipahan Rokan Hilir pada siklus I adalah 53,21, dari skor ideal yang

mungkin dicapai adalah 100. Sedangkan secara individual skor yang dicapai

siswa pada pertemuan ini tersebut dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah 40

dari skor tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan skor terendah mungkin

dicapai 0, dengan skor rentang skor 40.

. Hasil Prestasi Siswa

Dari hasil belajar sioklus I diperoleh melalui ulangan harian yang

dilaksanakan setelah tiga kali pertemuan belajar mengajar,.

Adapun sistribusi, frekuensi dan persentase pretasi

belajar fiqihsebagai berikut :

Tabel 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Prestasi Siklus I

Interval Kategori Frekuensi Persentase %

0-34 Sangat renah 0 0

35-54 Rendah 8 10

55-64 Sedang 5 55

68 Tinggi 7 35

85-100 Sangat Tinggi 0 0

Jumlah 28 100
Berdasarkan tabel 5 diatas, dapat dikemukakan bahwa pada

siklu pertama ini menunjukkan bahwa 20 siswa kelas XI Madrasah

Aliyah Hubbulwathan yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran
inquiry secara umum penguasaan siswa terhadap materi Jinayat.

siklus I belum sepenuhnya maksimal. Hal ini terlihat bahwa siswa

memperoleh nilai p[ada kategori sangat rendah 0 orang dengan

persentase 10%, siswa yang berada pada kategori rendah 8 orang

dengan persentase 10%, siswa yang berada pada kategoru sedang 5

orang dengan persentase 55%, sedangkan siswa yang berada pada

kategori tertinggi 5 orang dengan persentase 35% dan sangat tinggi

tidak ada, data prestasi belajar ini menjadi salah satu bahan refleksi

unuk pelaksanaan siklus II

Berdasarkan data prestasi belajar dari siklus I akan mengalami

peningkatan walaupun masih ada siswa sebagian yang masih butuh

bimbingan guru.
e. Hasil Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil opservasi yang menjadi rekaman pelaksanaan

tindakan siklus I dapat dipaparkan perubahan-perubahan sikap yang terjadi

didalam realisasi tindakan yang ada terhadap proses aktivitas belajar di

kelas selama kegiatan erlangsung. Sejak pertemuan pada minggu pertama

sikap siswa masih menunjang kurang antusias dalam mengikuti pelajaran

bahkan sebagian besar merasa berat dengan membaca dan bersosialisasi

dengan teman-teman kelompoknya.

Namun setelah kegiatan berlangsung sampai minggu terakhir

siklus I sudah nampak perubahan yang terjadi, hal ini ditunjukkan

dengan minimnya siswa melakukan kegiatan yang tidak

berhubungan dengan
kegiatan proses belajar mengajar.

Kendala utama dalam pelaksanaan siklus I karena kurangnya

minat siswa dalam membaca dan kurangnya proses sosialisasi dengan

teman- temannya. Oleh karena itu perlu upaya selanjutnya untuk

memperbaikinya. Namun diakhir siklus ini interaksi siswa mulai

meningkat terhadap penggunaan model pembelajaran inquiry

Hasil refleksi tersebut menjadi dasar acuan dilanjutkan pelakanaan

tindakan ke II siklus II dengan mengupayakan perbaikan melalui

pembelajaran dengan model inquiry, menekankan kepada siswa

menggunakan pembelajaran yang telah dibaca untuk memecahkanmasalah-

masalah yang ada dengan berinteraksi dan saling percaya, terbuka dan rileks

diantara angota kelompok dan memberi kesempatan kepada sisa untuk

memperoleh dan memebri masukan diantara mereka untuk

mengembangkan pengetahuan.

2. Paparan data Siklus Kedua

a. Tahap perencanaan

Pada saat pembelajaran dimulai pada siklus II kegiatan

guru dalamperencanaan adalah sebagai berikut:

1) Peneliti akan mempersiapkan alat peraga untuk

dipersentase kan pada saat pembelajaran seputar materi jinayat.

2) Mengabsen kehadiran siswa sekaligus membagi siswa


menjadi beberapa kelompok

3) Memberikan refleksi dengan meningkatkan siswa tentangmateri


sebelumnya melalui beberapa pertanyaan

4) Menjbarkan tujuan pembeljaran pada siswa

5) Memberi penjelasan materi tentang materi puasa

6) Mengarahkan siswa untuk merangkum meteri dan bekerja

kelompok untuk mencari sebuah masalah

7) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

sesuai dengan hasi penjelasan dan rangkumanyang teah dikerjakan

bersama-sama

8) Memberikan pertanyaan kepada siswa seputar materi yang telah

dibahas sebelumnya agar siswa termotivasi untuk belajar.

9) Memerintahkan salah satu siswa untuk mempersentasekan hasil

masalah yang ditemukan

10) Memberikan keimpulan hasil diskusi dan materi pelajaran.

11)Pemberian tugas pada masing-masing siswa sebagai bahan

refleksi

b. Pelaksanaan Pembelajaran oleh Peneliti pada Siklus II

Pada siklus II berdasarkan hasil diskusi dengan observasi

diperolehbahwa openelitian pada siklus II ini adalah

sebagai berikut:
Pertemuan ke I

Pertemuan pertama pada suklus II ini guru menjelaskan materi

peljaran tentang faktor-faktor yang membatlkan puasa. Dimana siswa

diaktifkan dalam pembelajaran dengan cara berfikir untuk mencari

sebuah permasalahan dan siswa ditekankan untuk mencari solusi dari

yang dipeetanyakan atau dari msalah yang ia temukan seputar materi

fiqih yang membahaa didalamnya tentang meteri puasa. Dalam

pertemuan pertama
siklus II ini, siswa terlihat jauh lebih siap dibandingkan dengan pada

pertemuan siklus I yang lalu, hal ini terbukti dengan semakian beragamnya

koentar dan pendapat siswa yang mereka utarakan

Dari jumlah total 20 siswa, yang hadir pada pertemuan


ini sekitar

18 orang siswa. Dalam kegiatan awal guru memberikan apresiasi dan motivasi

kepada siswa cukup baik., ini dilihat dari siswa yang memperhatikan guru.

PERTEMUAN II

Dalam pertemuan kali ini guru menjelaskan materi pembelajarn tentang

Macam macam jinayat Untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa

memahami penjelasan guru, guru kemudian secara spontan menunjuk salah

satu siswa untuk menunjukkan salah satu contoh jinayat yang wajib dipahami.

Pada pertemuan ke II siklus II INI memberi bukti bahwa guru berhasil

membangkitkan minat serta gairah belajar siswa., hal ini diihat dari kesiapan

siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran.


Pada pertemuan ke II dari jumlah total 20 siswa, yang hadir pada

pertemuan ini sekitar 19 orang siswa pada kegiatan awal ketua kelas

menyiapkan kelas dan guru melakukan pengecekan siswa dengan

mengabsen. Kemudian guru memerikan apresasi dan motivasi kepada

siswa cukup baik, ini dilihat dari siswa yang memperhatikan guru.

Siswa yang menyimak arahan dan penjelasan guru sekitar 19 orang

dari total siswa yang hadir

PERTEMUAN III

Dari jumlah total 20 siswa,yang hadir pada pertemuan ini

lengkapdalam kegiatan awal guru memberikan apresiasi dan

motivasi kepadasiswa
cukup baik, ini dilihat siswa yang memperhatikan guru. Semua siswa atau

20 orang siswa menyimak arahan dan penjelasan guru pada saat itu, siswa

yang melakukan aktivitas negatif selama prosespembelajaran (main-main,

ribut dll) sudah tidak ada lagi. Siswa yang aktif dalam pembelajaran 17

0rang, pada saat mempersentasekan masalah yang ditemukan di depan

kelas dengan benar sekitar 15 orang, dan yang mengajukan tanggapan

berjumlah 13 orang, dipertemuan ini jumlah siswa yang butuh bimbingan

guru berjumlah 2 orang, an yang masih pasif berjumkah 2 orang.

PERTEMUAN IV

Pada pertemuan ini dilakukan evaluasi atau ulangan sebagai tes siklus

ke II. Guru berharap pada evaluasi atu halangan yang dilaksanakan

pada akhir pertemuan siklus II ini menunjukkan pencapain hasil

prestasi yangmaksimal. Dilihat dari rangkaian pertemuan

sebelumnya, menunjukkan perubahan positif.

a. Aktifitas Belajar Siswa

Deskripsi hasil observasi siswa selama proses belajar

mengajarberangsung sebagai berikut :

Aktivitas siswa selama Proses Pembelajaran Berlangsung padasiklus

II
Tabel 8 Keaktifan Siswa pada Siklus II

No Kompotensi yang Siklus II


diamati

1 Banyaknya siswa yang 1 2 3 Rata-rata %


ahdir pada saat proses
pembelajarn 27 27 28 19,3 96,5
berlangsung
2 Siswa yang 26 27 28 27 95
memperhatiakn
Penjeasan guru

3 Siswa yang melakukan 4 1 - 0,6 3,3


kegiatan lain pada saat
pembahasan materi
pembelajaran
4 Siswa yang aktif dalam 2O 16 20 13,3 66,5
proses pembelajaran.

5 Siswa yang mengajukan 7 10 15 10,6 53


pendapatterkait materi
yang diajarkan

6 Siswa yang menjawab 10 10 6 5,3 26,5


pertanyaan berupa
kesimpulan dari materi

yang diajrkan

7 Siswa yang masih 7 7 2 5,3 26,5


butuh bimbingan

8 Siswa yang masih pasif 5 3 2 3,3 16,5

Tabel 6 diatas, diperoleh data bahwa siklus II dri 20 siswa, siswa yang

hadir pada aat kegiatan pembelajaran sebanyak 96,5%. Siswa yag

menyimak penjelasan guru atu pengarahan guru 95%. siswa yang

melakukan aktivitas negatif selama proses p[embelajaran (ribut,main-main

dll) mencapai 3,3%. Siswa yang aktif dalam pembelajran 66,5%. Siswa yang

mempesentasekan materi yang ditemukan dan berbicara dengan benar

didepan kelas mencapai 26,5%. Siswa yang masih perlu bimbimbngan

mencapi 26,5% dan yang masih pasif dalam pembeljaran mencapi 16,5%.

Pada siklus ini dilaksanakan hasil tes belajar yang berbentuk ulangan harian

setelahj selesai penyajian materi untuk siklus II. Adapun hasil analisis skor
prestasi belajar siswa setelah diterpkan model pembelajaran inquiry dapat

dilihat pada tabel 7 berikut :


Tabel 9 Statistik Skor Prestasi Tes Siswa Pada Siklus I
Statistik
Statistik Nilai Statistik
Objek 20

Skor Ideal 100

Skor Rata-rata 53,21

Skor Tertinggi 90

Skor Terendah 70

Rentang Skor 20

Standar defiasi 4,87

Dari tabel 7 diatas, menunjukkan bahwa skor rata-rata prestasibelajar

fiqih setelah diterapkan pembelajaran inquiry pada siswa kelas XI Madrasah

Aliyah HUbbulwathan 53,21 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100.

Sedagkan secara individual skor yang dicapai siswa pada penerapan ini

terbesar dengan skor tertinggi 90 dan skor terendah 70 dari skor tertinggi

yang mungkin dicapai 100 dan skor terendah yang mungkin dicapai 0, dan

rentang skor 28

c. Hasil Prestasi Belajar Siswa

Data hasil pretasi belajar siswa siklus II diperoleh melalui

ulangan harian yang dilaksanakan setelah tiga kali

pertemuan belajajar mengajar. Adapun distribusi frekuensi


dan persentase prestasi belajar fiqih siswa dapat dilihat

sebagai berikut :

Tabel 10 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Prestasi Belajar Siklus II

Interval Kategori Frekuensi Persentase %


0-34 Sangat renah 0 0

35-54 Rendah 0 0

55-64 Sedang 0 0

68 Tinggi 0 95

85-100 Sangat Tinggi 19 5

Jumlah 1 5

Berdasarkan tabel 8 diatas, dapat dikemukakan bahwa

pada siklus II ini menunjukkan bahwa dari 28 siswa kelas XI

Madrasah Aliyah Guppi Kindang, tak seorangpun yang

tingkat prestasi beljarnya berada pada kategori sangat

rendah, rendah dan sedang, sekitar 27 orang atau 95%

nilainya berada pada kategori tinggi, dan 1 orang atau 5%

nilainya berada pada kategori sangat tinggi. Hasil opservasi

mengenai aktivitas siswa menunjukkan adanya peningkatan

dari siklus I ke siklus II menjadi lebih baik.

Untuk melihat persentase ketuntasan belajar siswa kelas XI Madrasah

Aliyah Guppi Kindang setelah diterapkan model pembelajaran mencari dan

menemukan (inquiry) pada siklus I dan siklus II dapat di ihat pada tabel 9

Tabel 11 Deskripsi Ketuntasan Prestasi Belajar


Fiqih Siswa
No Skor

Siklus Subjek

Ideal Tertinggi Terendah Rentang Rata-


Skor rata

1 I 20 100 80 40 40 53,21

2 II 20 100 90 70 20 77,3

Berdasarkan tabek 9 diatas, dapat dikemukakan bahwa terjadi

peningkatan prestasi belajar fiqih melalui model pembelajaran inquiry

siswa kelas XI Madrasah Aliyah Guppi Kindang dari siklus I yang tuntas 10

siswa atau 35% denagn nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 53,21 dan

pada siklus II meningkat 28 atau 100% dengan nilai rata-rata sebesar 77,3

Hal ini juga sempat diamati oleh peneliti padasiklus II ini

adalah uasana belajhaf dan rasa kebersa,maan yang tumbuh

dan berkembang diantara anggota kelompok memungkinkan

siswa untuk mengerti dan memahami

Peningkatan baik keaktivan, kehadiran maupun prestasi belajar siswa

pada siklus II, terjadi setelah diadakan perbaikan baik dianggap tidak

terlaksana secara maksimal pada siklus sebelumnya yang diperoleh pada

hasil opservasi selama proses pembelajaran berlangsung.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan pada siklus II

pelaksanaan proses pembelajaran inquiry berjalan lebih baik


lagi dibandingkan dengan siklus sebelumnya, ini

menunjukkan bahwa perubahan dari siklus I ke siklus II

selalu mengarah ke hal-hal yang telah direncanakan sesuai

dengan langkah-langkah yang telah disiapkan pada produser

penelitian.
d. Hasil Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan tindakan pada

siklus II dapatdipaparkan pada perubahan-perubahan sikap

teejadi dalam realisasitindakan tehadap proses aktivitas

belajar di kelas dalam kegiatanberlangsung. Sikap siswa

sudah menunjukkan antusias dalam mengikutipelajaran

bahkan sebagian siswa senang melakukan diskusi kelompok

mengenai masalah yang ditemukan karena dapat

meningkatakan motivasi untuk berpikir

Frekuensi kehadiran siswa selama mengikuti proses belajar mengajar

sampai akhir pertemuan siklus II menggambarkan bahwa minat dan

motivasi belajar siswa mengalami peningkatan.

C. Pembahasan hasil Penelitian

Dari hasil analisis kualitatif terlihat bahwa pada dasarnya

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

inquiry pada materi jinayat dapat memberikan perubahan kepada siswa.

Pada siklus I selama kegiatan pemelajaran berlangsung, terlihat

bahwa siswa sedikit termotivasi untuk mengikuti pembelajaran

Karena modelpembelajaran yang diberikan tergolong baru dan

unikmenurut pandangan mereka, meski siswa merasa canggung

dengan model pembelajaran yang diberikan. Sehingga seolah-olah


siklus I ini orientasinya siswa mengenal model pembelajaran yang

ditetapkan dan guru mengenal karakter ondividu dan karakter kelas

siswa, setelah diadakan refleksi siklus I, maka dilakukan kegiatan

perbaikan demi peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus II,

terlihat bahwa motivasi siswa sudah meningkat.


Distribusi frekuensi dan persentase skor prestasi belajar siswa kelas

XI Madrasah Aliyah Guppi Kindang pada tes awal dan setelah proes

pembelajaran pada siklus I dan siklus II

Disamping terjadinya peningkatan prestasi belajar sosiolofi

siswa selama berlangsungnya penelitian dari siklus I dan siklus II,

tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada siswa. Perubahan

tersebut merupakan kualitatif yang diperoleh dari lemar opservasi

pada setiappertemuan yang dicatat guru selama penelitian.

Perubahan-perubahanyang dimaksud adalah:

1. Persentase kehadiran siswa pada siklus I sebesar 91,5%, padasiklus II

meningkat menjadi 96,6%

2. Menyimak penjelasan guru atau pengerahan guru pada suklus I

sebesar 83% pada siklus II meningkat menjadi 95%

3. Persentase siswa yang melakukan aktivitas negatif selama proses

pembelajaran (Min-main, ribut dll) pada saat pembelajaran berlangsung

pada siklus I sebesar 11,7% pada siklus II menurun menjadi 3,3%

4. Siswa yang aktif dalam pemelajaran pada siklus I sebesar 61,5%

pada siklus II meningkat menjadi 66,5% .

5. Siswa yang mampu mempersentasekan masalah yang

ditemukan dan berbicara dengan benar di depan kelas pada siklus I

sebesar 305 pada siklus II menngkat menjadi 53%


6. Siswa yang mengajukan tanggapan pada siklus I sebesar 16,7%

pada siklus II meningkat menjadi 26,5%


7. Siswa yang masih perlu bimbingan guru pada siklus I sebesar 40%

pada sikluas II menurun menjadi 26,5%.

8. Siswa yang masi pasif pada siklus I sebesar 35% pada siklus II

menurun menjadi 16,5%

Hal ini juga sempat diamati oleh peneliti pada siklus II adalah

suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang

diantara kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan

memahami pembelajaran.

1. Analisis refleksi siswa

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari lembar respon siswa,

makadapatdisimpulkan sebagai berikut:

a. Tanggapan siswa tentang pelajaran fiqih

Sebagian besar siswa senang pelajaran fiqih, sehingga

siswa merasa bahwa fiqih adalah pelajaran yang sangat

penting untuk dikuasai karena berguna bagi kehidupan

sehari-hari. Adapun siswa yang beranggapan bahwa

belajar fiqih dapat mengasah otak dan melatih siswa

untuk berpikir memecahkan masalah.

b. Tanggapan siswa tentang pemelajaran inquiry Untuk hal ini siswa

menanggapi secara positif, mereka menganggap bahwa model

pembelajaran inquiry mengajarkan mereka untuk lebih

mengembangkan lagi keterampilan berpikirnya dalam mencari dan


menemukan sendiri dari solusi yang dipertanyakan.

c. Tanggapan siswa tentang pemelajaran inquiry Untuk hal ini siswa

menanggapi secara positif, mereka menganggap bahwa model

pembelajaran inquiry mengajarkan mereka untuk lebih


58
mengembangkan lagi keterampilan berpikirnya dalam mencari danmenemukan sendiri dari solusi yang dipertanyakan.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) pada Siswa kelas 1 MI Ishlahiyah Panipahan Tahun
Pelajaran 2022/2023 dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu :
(1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Berdasarkan pembahasan
dan Hasil Penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Pembelajaran Rukun Islam dengan
menggunakan metode Bermain pada siswa kelas 1 dirasa dapat meningkatkan proses skor dari
siklus I sebesar (2,62) atau (87,33%) peningkatan rata-rata perolehan skor dari siklus I sebesar (
2,98) atau (99,33%) dimana meningkat sebesar (0,36) atau ( 12%).

B. Implikasi

Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses
pembelajaran tergantung pada beberapa factor. Faktor-faktor tersebut bias berasal dari pihak guru,
alat atau media bahkan metode pembelajaran yang digunakan.
Kemampuan guru dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi supaya siswa
lebih antusias dan mapu berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta teknik yang di gunakan
oleh guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi supaya siswa lebih antusisas dan mapu
berpartisifasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Faktor sari siswa yaitu, minant dan motivasi dalam
mengikuti proses pembelajaran, ketersediaan alat/media pembelajaran yang menarik dapat membantu
siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga akan diperoleh hasil belajar optimal.
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa, dengan pengguanaan
metode bermain dapat meningkatkan proses pembelajaran Rukun Islam. Penelitian in dapt digunakan
sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin merubah atau meningkatkan kualitas proses
pembelajaran Rukun Islam dengan menggunakan metodee bermain dirasa sangat efektif karena usia
Madrasah Ibtidaiyah. Anak cenderung masih suka bermain, dan model-model bermain juga banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari – hari.
60
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal antara lain sebagi berikut :
1. Guru Fiqih, hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas
pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan
kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya mau membuka diri untuk menerima
berbagai bentuk masukan, saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajar.
Serta guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan metode yang sesuai dengan
tingkat kemauan siswa supaya pembelajaran lebih bervariasi dan tidak monoton menggunakan
paradigm lama shingga anak tidak bosan
2. Bagi Siswa, agar supaya selalu focus dalam mengikuti pelajaran supaya hasil lebih optimal.
3. Bagi Sekolah, hendaknya berusaha, menyediakan fasilitas yang dapat mendukug kelancaran
kegiatan belajar mengajar Fiqih
61
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudjono. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004

Abdorrahkman Gintings. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniro. 2008

Arni Fajar. Portofolio dalam Pelajaran FIQIH. Bandung: PT. Remaja Karya. 2002

Agus Suprijono. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yagyakarta: Pustaka Pelajar.
2009

Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2009

David A. Jacobsen. Methods For Teaching. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2009

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2004

Marno. Strategi dan Metode Pengajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Media. 2010

Masnur Muslich. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual. Jakarta: Bumi Aksara.
2007

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rodakarya. 2007

. Psikologi Belajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2008

Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008

Robertus Angkowo. Optimalisasi Media Pembelajaran Mempengaruhi Motivasi, Hasil Belajar dan
Kepribadian. Jakarta: PT. Grasindo. 2007

Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004,
Edisi Revisi

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta 2003

Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2009

Suharsimi Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta. 2007

. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2002

Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Citpa. 2008

Tayar Yusuf. Ilmu Praktek Mengajar. Bandung: Alma’rif. 2002


62
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. 2011

PTK INI TELAH DI SEMINARKAN DI MADRASAH


Mengetahui :

Anda mungkin juga menyukai