Anda di halaman 1dari 17

HERMENEUTIKA p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439

VOL. 6, NO. 1, FEBRUARI 2022 http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)


DI KAWASAN PESISIR KOTA CIREBON

Yogi Genovan1 ; Endang Sutrisno 2; Ratu Mawar Kartina3; dan Alip Rahman4
1
Mahasiswa Program Hukum Fakultas Hukum Universitas Swadaya Gunung Jati
fakultashukum.ugj@gmail.com
2
Dosen Program Hukum Fakultas Hukum Universitas Swadaya Gunung Jati
endangsutrisno94@gmail.com
3
Dosen Program Hukum Fakultas Hukum Universitas Swadaya Gunung Jati
ratumawar86@gmail.com
4
Dosen Program Hukum Fakultas Hukum Universitas Swadaya Gunung Jati
aliprahman8@gmail.com

DOI: http://dx.doi.org/10.33603/hermeneutika.v3i2
Diterima: 20 Januari 2022; Direvisi: 10 Februari 2022; Dipublikasikan: 28 Februari 2022

Abstrak: Kawasan Pesisir Kota Cirebon harus mampu dicegah untuk terjadinya kerusakan
lingkungan, dan melalui kebijakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis diharapkan dapat
menjadi pendorong dalam upaya-upaya membangun lingkungan menjadi lebih baik dengan
kebijakan, rencana dan program yang dapat menjadi solusi untuk pencegahan kerusakan
lingkungan, permasalahan yang timbul yaitu implementasi kebijakan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis serta peran Pemerintah Daerah untuk mewujudkan taraf perbaikan
lingkungan hidup yang baik, dengan metode penelitian yuridis empiris menganalisis
ketentuan aturan hukum dalam produk peraturan tertulis dan penerapannya di masyarakat.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis di kawasan pesisir Kota Cirebon tercantum dalam
berbagai aturan di tingkat lokalitas, hanya tidak membahas secara detail tentang penerapan
lingkungan hidup di Kawasan Pesisir Kota Cirebon serta kesadaran hukum masyarakat
menjadi persoalan tersendiri untuk merumuskan dan membangun lingkungan hidup yang
baik, hal ini sangat dibutuhkan mengingat peran Pemerintah Daerah melalui kebijakan,
perencanaan serta program-program berbasis go green untuk Kawasan Pesisir Kota
Cirebon, tetap harus mengikutsertakan keterlibatan masyarakat secara genuine sebagai
faktor penting dalam membangun lingkungan hidup. Titik berat kebijakan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis diharapkan dapat membantu memperbaiki kondisi kawasan
pantai Kota Cirebon sehingga tercipta lingkungan yang hijau untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.

Kata kunci: Kajian Lingkungan Hidup Strategis; Peran Pemerintah Daerah; Kesadaran
Hukum Masyarakat; Kawasan Pesisir Kota Cirebon.

I. PENDAHULUAN baik, Negara memiliki tanggung jawab


Kualitas lingkungan hidup yang dalam mengatur pengelolaan lingkungan
merosot merupakan suatu hubungan hidup yang baik sebagai usaha
kausalitas yang menjadi dasar dari berkelanjutan berwawasan lingkungan
pengelolaan lingkungan hidup yang kurang hidup dan manfaat bagi rakyatnya dalam
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

rangka pembangunan tetapi hal tersebut tumbuh menjadi keadilan yang


2
disalahgunakan atas tindakan-tindakan proporsionalitas .
yang kurang bertanggung jawab dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis
masalah perumusan pengambilan (KLHS) hanya terintegrasi dengan
Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) instrumen tata ruang dalam ketentuan
pembangunan sehingga menyebabkan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 32
kondisi yang tidak ramah lingkungan1. Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan lingkungan hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
menjadi satu kesinambungan dari suatu menentukan bahwa Pemerintah wajib
pembangunan berkelanjutan yang akan membuat Kajian Lingkungan Hidup
dirasakan lintas generasi,sesuai dengan Strategis (KLHS) dalam pembangunan
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun suatu wilayah dan/atau Kebijakan,
2009 tentang Perlindungan dan Rencana dan Program (KRP) serta wajib
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup
menyatakan bahwa perlindungan dan Strategis (KLHS) ke dalam penyusunan
pengelolaan lingkungan hidup menjadi atau evaluasi Rencana Tata Ruang
suatu kausalitas dengan kelestarian Wilayah (RTRW).
sehingga menciptakan keadilan bagi Rencana Pembangunan Jangka
masyarakat. Panjang (RPJP), dan Rencana
Pelestarian lingkungan hidup dalam Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota,
2009 tentang Perlindungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Pengelolaan Lingkungan Hidup (KLHS) merupakan salah satu pusat
menyimpulkan dua hal. Pertama, Undang- pengendalian lingkungan serta menjaga
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang setiap masyarakat atas lingkungan yang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan baik3. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Hidup mengakui pembangunan (KLHS) dalam penerapannya belum
berkelanjutan merupakan suatu bagian dari mendapatkan posisi sentral atas
hukum lingkungan. Dan kedua, Undang- pembangunan berkelanjutan berwawasan
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang lingkungan serta menjadi poros pada setiap
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan pengambilan kebijakan khususnya
Hidup menambahkan keadilan dalam satu kawasan pesisir Kota Cirebon4.
generasi, di samping generasi lain. Pemberlakuan instrumen Kajian
Pembangunan berkelanjutan menjadi suatu Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
bagian yang dimasukan dalam pengaturan membuktikan bahwa instrumen-instrumen
Konstitusi Pasal 33 Ayat(4) Undang pencegahan yang sebelumnya ada tidak
Undang Dasar Negara Republik Indonesia mampu mencegah dan mengatasi
Tahun 1945. Kajian Lingkungan Hidup permasalahan lingkungan hidup yang
Strategis (KLHS) menempati posisi sentral timbul khususnya daerah kawasan pesisir
dalam sistem hukum perlindungan dan Kota Cirebon. Instrumen-instrumen yang
pengelolaan lingkungan hidup sebagai ada sebelum Kajian Lingkungan Hidup
pengaruh utama pembangunan
berkelanjutan serta alat keadilan bagi
2
masyarakat untuk mendapatkan kadilan Ibid, hlm.49.
3
I Gusti Ayu Jatiana Manik Wedanti, Kajian
atas lingkungan yang layak sehingga Lingkungan Hidup Strategis Sebagai Bentuk
Integrasi Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah, Jurnal
Hukum, Vol. 5, No. 3 : 526 - 542 ,2016, hlm.535.
1 4
Widodo B dkk, KLHS untuk Pembangunan Endang Sutrisno, Budaya Hukum dalam
Daerah yang Berkelanjutan, Jurnal Sains dan Melindungi Pencemaran Lingkungan, Cirebon,
Teknologi Lingkungan, Vol.4,2012, hlm.48. Swagati Press, 2007, hlm.11.
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
178 Vol. 6, No. 1, Februari 2022
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

Strategis (KLHS) pada pokoknya dependent on Fish resources,


berorientasi pada kegiatan individu seperti environmental conditions, facilities and
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak infrastructure, business certainty, access
Lingkungan Hidup) dan Izin. Sedangkan to capital, science, technology, and
masalah-masalah lingkungan hidup dapat information so that they need protection
timbul karena kebijakan makro Pemerintah and empowerment. This condition is the
atau program-program yang tidak sejalan most basic reason for formulating the
dengan konsep pembangunan policy so that this law is made6. Kajian
berkelanjutan5. Kebijakan yang diambil Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) harus
dalam prosesnya menunjukan bahwa berjalan sesuai sehingga kesejahteraan
ketidakpastian kesenjangan informasi dan nelayan, petani garam, dan masyarakat
kendala kognitif merupakan fenomena pesisir yang memiliki kesejahteraan yang
umum yang melatarbelakangi kegagalan rendah bisa mendapatkan kesejahteraan
dalam pengambilan kebijakan untuk yang diharapkan sehingga ada peningkatan
pembangunan berkelanjutan, dalam hal ini ekonomi7. Pemerintah memiliki kewajiban
ketidakpastian dalam memperkirakan untuk pemenuhan kesehjateraan yang
pengambilan keputusan tersebut menjadi layak bagi masyarakat di kawasan pesisir
dampak bagi lingkungan hidup yang rusak. tetapi hal tersebut harus didukung pula dari
Kajian Lingkungan Hidup Strategis masyarakat di kawasan pesisir, karena jika
(KLHS) bukan hanya mencakup bagian tidak didukung dari masyarakat maka akan
dari daratan saja, melainkan mencakup terjadi seolah Pemerintah mengabaikan
wilayah pesisir pantai, pada dasarnya kondisi di wilayah pesisir yang seharusnya
pesisir pantai menjadi salah satu sumber masyarakat pesisir mendapatkan
daya alam melimpah, namun belakangan lingkungan yang baik.
pesisir pantai menjadi rentan eksploitasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis
dan kemerosotan lingkungan. Hal tersebut (KLHS) yang telah tercantum dalam
dapat dirasakan di kawasan pesisir Kota Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Cirebon karena adanya pencemaran akibat tentang Perlindungan dan Pengelolaan
dari sampah berupa sampah plastik Lingkungan Hidup dirasa penerapannya
ataupun sampah rumah tangga. tidak maksimal karena dapat dilihat dari
Kawasan pesisir, dengan masyarakat kondisi dan kesadaran masyarakat yang
yang dikenal bermata pencaharian sebagai kesejahteraannya baik itu dalam
nelayan tidak memberikan kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, lingkungan sangat
bahwa kawasan pesisir memiliki potensi kurang masalah-masalah sosial yang
yang tinggi, sebagaimana legal provisions muncul membuat penetrasi hukum
of Law No.7 of 2016 concerning menjadi begitu tebal, hasil dalam tuntutan
Protection and Empowerment of untuk melakukan perubahan dan
Fishermen, Fish Farmers and Salt perkembangan hukum itu sendiri dan
Farmers as an effort made by the hubungannya dengan masalah sosial
Government to improve the welfare of the lainnya juga akan menjadi semakin
community, especially fishermen, fish
farmers and salt farmers in a targeted, 6
Endang Sutrisno, Relations Between Legal
planned and sustainable manner. In one Culture and Economic Emporwerment among
element, "weighing" in the consideration Marginalized Group of Farmers, Journal of Legal,
of the law explicitly states that Fishermen, Ethical and Regulatory Issues Volume 22, Issue
Fish Farmers and Salt Farmers are very 3,2019, hlm.3.
7
Endang Sutrisno, Implementasi Pengelolaan
Sumber Daya Pesisir Berbasis Pengelolaan
5
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Wilayah Pesisir Secara Terpadu untuk
Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2011, Kesejahteraan Nelayan, Jurnal Dinamika Hukum
hlm.88. Vol.14 No.1 Januari 2014, hlm.2.
Yogi Genovan, dkk
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Di Kawasan Pesisir Kota Cirebon 179
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

intensif8. Pengambilan kebijakan yang keberlanjutan lingkungan hidup.11


tepat membuat lingkungan hidup Lingkungan hidup yang diperkirakan
masyarakat menjadi semakin baik, dan timbul dari suatu Kebijakan, Rencana dan
harus diperhatikan pula masalah budaya Program (KRP) dan alternatif-
hukum dalam pembentukan Kajian alternatifnya termasuk persiapan laporan
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ini. terhadap temuan-temuan yang berguna
Hal ini disebabkan hukum memasuki untuk membuat keputusan publik yang
seluruh aspek kehidupan manusia 9. bertanggungjawab menjadi suatu bagian
Lingkungan hidup yang terdegradasi dari evaluasi. Kajian Lingkungan Hidup
diakibatkan dari proses pengambilan Strategis (KLHS) sebagai instrumen utama
keputusan sehingga kualitas hidup dapat dilihat pada pengaturannya dalam
menurun. Oleh karena itu, upaya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
penanggulangan degradasi kualitas tentang Perlindungan dan Pengelolaan
lingkungan hidup harus dimulai dari Lingkungan Hidup pada ketentuan Pasal
proses pengambilan keputusan untuk 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
pembangunan, sebagai suatu instrumen tentang Perlindungan dan Pengelolaan
pengelolaan lingkungan hidup, Lingkungan Hidup yaitu Instrumen
implementasi Kajian Lingkungan Hidup pencegahan pencemaran dan/atau
Strategis (KLHS) adalah pada proses kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:
pengambilan keputusan, perencanaan a. KLHS;
pembangunan10. Pertanyaannya b. Tata Ruang;
menyangkut bagaimanakah kebijakan c. Baku Mutu Lingkungan Hidup;
Kajian Lingkungan Hidup Strategis d. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan
(KLHS) ini dapat dilaksanakan untuk Hidup;
membangun lingkungan hidup yang lebih e. Amdal;
baik di kawasan pesisir Kota Cirebon, f. UKL-UPL;
berkaitan dengan norma hukum Undang- g. Perizinan;
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang h. Instrumen Ekonomi Lingkungan
Perlindungan dan Pengelolaan Hidup;
Lingkungan Hidup. i. Peraturan Perundang-Undangan
Berbasis Lingkungan Hidup;
Landasan Teori j. Anggaran Berbasis Lingkungan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis Hidup;
(KLHS) merupakan kajian yang dilakukan k. Analisis Risiko Lingkungan Hidup;
sejak perumusan Kebijakan, Rencana dan l. Audit Lingkungan Hidup; dan
Program (KRP) yang dalam kajiannya m. Instrumen Lain Sesuai Dengan
dilakukan telaah terhadap perkiraan Kebutuhan Dan/Atau Perkembangan
dampak lingkungan dari Ilmu Pengetahuan.
Kebijakan,Rencana dan Program (KRP). Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Telaah tersebut memuat pertimbangan- (KLHS) adalah suatu kajian yang dapat
pertimbangan aspek sosial, ekonomi dan menjamin dipertimbangkannya sejak dini
aspek lingkungan hidup dalam proses
pengambilan keputusan di aras Kebijakan,
8
Rencana dan Program (KRP).Bila
Ibid, hlm.3.
9 pertimbangan lingkungan hidup yang
Endang Sutrisno, Rekonstruksi Budaya Hukum
Masyarakat Nelayan untuk Membangun dimaksud dikaji di tahap proyek,
Kesejahteraan Nelayan: Studi Kritis Terhadap
Pemaknaan Hukum. Yogyakarta, Genta Press,2013,
11
hlm.114. Muhammad Akib, Hukum Lingkungan:
10
I Gusti Ayu Jatiana Manik Wedanti, Op.Cit, Perspektif Global Dan Nasional, Jakarta, Raja
hlm.527. Grafindo Persada, 2014, hlm.108.
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
180 Vol. 6, No. 1, Februari 2022
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

sebagaimana dikenal sebagai AMDAL, Pembangunan yang


maka kajian tersebut tidak tergolong mengintegrasikan lingkungan hidup,
sebagai yang bersifat strategik. Sejalan sosial, ekonomi ke dalam strategi dan
dengan pengertian tersebut, pendekatan proses pembangunan untuk menjamin
strategis dalam Kebijakan, Rencana dan keutuhan lingkungan hidup, kesejahteraan
Program (KRP) dengan demikian dan mutu hidup generasi sekarang dan
bukanlah untuk mencari tahu apa yang generasi mendatang khususnya kawasan
akan terjadi di masa depan, melainkan pesisir yang luput dari perhatian
untuk merencanakan dan mengendalikan Pemerintah Daerah.
langkah-langkah yang akan ditempuh Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang
sedemikian rupa sehingga terbangun tau Nomor 32 Tahun 2009 yang menyatakan
terbentuk rute untuk menuju masa depan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah
yang diinginkan. Kebijakan, Rencana dan wajib membuat Kajian Lingkungan Hidup
Program (KRP), walau atribut yang Strategis (KLHS) dengan tujuan untuk
membedakan ketiga istilah seringkali tidak memastikan bahwa prinsip pembangunan
jelas, namun secara generik perbedaannya berkelanjutan telah menjadi dasar dan
adalah12: terintegrasi dalam pembangunan suatu
1. Kebijakan (Policy): arah yang hendak wilayah dan/atau Kebijakan, Rencana dan
ditempuh (road-map) berdasarkan Program (KRP).
tujuan yang digariskan, penetapan Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang
prioritas, garis besar aturan dan Nomor 32 Tahun 2009 membatasi konteks
mekanisme untuk wajib menyelenggarakan Kajian
mengimplementasikan tujuan. Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);
2. Rencana (Plan): desain, prioritas, opsi, yaitu dalam penyusunan atau evaluasi:
sarana dan langkah-langkah yang akan a. Rencana tata ruang wilayah (RTRW)
ditempuh berdasarkan arah kebijakan beserta rencana rinciannya, Rencana
dengan mempertimbangkan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP),
ketersediaan dan kesesuaian sumber dan Rencana Pembangunan Jangka
daya. Menengah (RPJM) Nasional, Provinsi,
3. Program (Programme): serangkaian dan Kabupaten/ Kota; dan
komitmen, pengorganisasian aktivitas b. Kebijakan, rencana, dan/atau program
atau sarana yang akan yang berpotensi menimbulkan dampak
diimplementasikan pada jangka waktu dan/atau risiko lingkungan hidup.
tertentu dengan berlandaskan pada Mencermati konteks wajib bagi
kebijakan dan rencana yang telah Pemerintah dan Pemerintah Daerah
digariskan. sebagaimana dimaksudkan oleh Pasal 15
Kajian Lingkungan Hidup Strategis ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
(KLHS) di Indonesia dalam Undang- 2009 tentang Perlindungan dan
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut,
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan maka setidaknya terdapat kriteria sebagai
Hidup tidak terlepas dari kebutuhan negara berikut: pertama, penyelenggaraan Kajian
Indonesia untuk menanggulangi dan Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
mencegah bencana lingkungan hidup. wajib bagi rancangan/usulan kebijakan
Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
12
Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian (RPJM) Nasional; dan kedua,
Negara Lingkungan Hidup, Draft Pedoman Umum
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, Kementerian
rancangan/usulan Kebijakan, Rencana dan
Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Jakarta, Program (KRP) yang potensial berdampak
2011, hlm.2 dan/atau risiko lingkungan.
Yogi Genovan, dkk
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Di Kawasan Pesisir Kota Cirebon 181
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

Pedoman pengendalian pemanfaatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


ruang dan pembangunan sebagai berikut 13: Hidup yaitu sebagai salah satu instrumen
1. Pedoman pengendalian pemanfaatan pencegahan pencemaran dan perusakan
ruang didasarkan pada arahan-arahan lingkungan hidup. Mengingat “ruang”
yang tercantum dalam Rencama Tata merupakan bagian yang penting dari
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan lingkungan hidup maka perlindungan dan
Kabupaten/Kota, Rencana Teknik pelaksanaannya pun ditentukan oleh
Ruang Kota (RTRK), Rencana Detail pelaksanaan penataan ruang 14.
Tata Ruang Kota (RDTRK), dan Perencanaan tata ruang menjadi hal
Rencana Tata Bangunan Lingkungan yang penting maka setiap wilayah
(RTBL); Provinsi, Kota/ Kabupaten harus
2. Pengendalian pemanfaatan ruang mempunyai aturan yang akan menjadi
meliputi sistem kegiatan, pemanfaatan pedoman dalam penataan ruang dan
ruang publik dan privat, ketentuan menjadi acuan dalam pelaksaanaan
teknis bangunan, berbagai sektor pembangunan. Rencana Tata Ruang
kegiatan, sistem prasarana wilayah Wilayah (RTRW) Kota Cirebon diatur
serta fasilitas dan utilitas kawasan; dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
3. Pengendalian pemanfaatan ruang 2012 tentang Rencana Tata Ruang
dilaksanakan melalui kegiatan Wilayah Kota Cirebon Tahun 2011-2031,
perijinan, pengawasan dan penertiban Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
terhadap pemanfaatan ruang. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
4. Apabila mekanisme pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
pemanfaatan ruang dan pembangunan 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
tidak memenuhi ketentuan yang Penyusunan, Pengendalian dan
ditetapkan maka akan dilakukan pemanfaatan ruang wilayah, Undang-
penertiban dengan (1) pencabutan ijin, Undang RI. Nomor 26 Tahun 2007 Pasal 2
atau (2) pembongkaran dan atau (3) Penataan Tata Ruang diselenggarakan
pengenaan denda progresif/ berasaskan: keterpaduan, keserasian,
disintensif. keselarasan, dan keseimbangan;
Kajian Lingkungan Hidup Strategis keberlanjutan; keberdayagunaan dan
(KLHS) merupakan bagian dari tata ruang keberhasilgunaan, keterbukaan,
yang menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 kebersamaan dan kemitraan, pelindung
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 kepentingan umum, kepastian hukum dan
tentang Penataan Ruang ialah wujud keadilan, dan akuntabilitas. Kebijakan
struktur ruang dan pola ruang. Penataan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
ruang menurut Pasal 1 angka 5 Undang- yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana
Penataan Ruang ialah suatu sistem proses Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut
perencanaan tata ruang, pemanfaatan perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata
ruang, dan pengendalian pemanfaatan Ruang Wilayah Kota (RTRWK).
ruang. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
Tata ruang juga diatur dalam 2012 tentang Rencana Tata Ruang
ketentuan Pasal 14 huruf b Undang- Wilayah Kota Cirebon Tahun 2011-2031
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang yang mencakup semua bidang, sehinggga
instansi yang mempunyai peran teknis
13 Darmawati-Choirul Saleh-Imam Hanafi, dalam implementasi kebijakan Peraturan
Implementasi Kebijakan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) dalam Perspektif 14
Hasni, Hukum Penataan Ruang dan
Pembangunan Berkelanjutan, Jurnal Ilmu Penatagunaan Tanah dalam Konteks UUPA-
Sosial Ilmu Politik, Vol. 4, No. 2,2015, UUPR-UUPPLH, Jakarta, Raja Grafindo
hlm.380. Persada,2013, hlm.391.
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
182 Vol. 6, No. 1, Februari 2022
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

Daerah Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemerintah dan Pemerintah Daerah


Rencana Tata Ruang Wilayah Kota wajib menyusun setiap Rencana Tata
Cirebon Tahun 2011-2031 Kota Cirebon Ruang Wilayah yang harus disertai
berperan untuk malakukan koordinasi rinciannya dalam Rencana Pembangunan
dengan semua pihak agar komunikasi tidak Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
hanya satu arah, pelaksanaanya tidak Rencana Pembangunan Jangka Panjang
berdasarkan keatas dan kebawah, akan (RPJP),dan Rencana Pembangunan Jangka
tetapi melalui komunikasi semua orang Menengah (RPJM) Nasional.
dilibatkan sehingga implementasi Pemberlakuan instrumen Kajian
kebijakan mempunyai hasil yang lebih Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
baik dan tepat sasaran. membuktikan bahwa instrumen-instrumen
Rencana Tata Ruang Wilayah pencegahan yang sebelumnya ada tidak
(RTRW) dibuat untuk meningkatkan mampu mencegah dan mengatasi
keamanan, kenyamanan, peningkatan permasalahan lingkungan hidup yang
produktivitas dan menciptakan timbul. Instrumen-instrumen yang ada
keharmonisan antar lingkungan alam. sebelum Kajian Lingkungan Hidup
Secara umum Kota Cirebon mengalami Strategis (KLHS) pada pokoknya
perkembangan cukup pesat pada kawasan berorientasi pada kegiatan individu seperti
perkotaannya, namun di sisi lain sebagai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
issue berkembang, masih adanya potensi Lingkungan Hidup) dan Izin. Sedangkan
sumberdaya alam yang belum masalah-masalah lingkungan hidup dapat
termanfaatkan secara optimal, sehingga timbul karena kebijakan makro Pemerintah
belum dapat mendukung upaya atau program-program yang tidak sejalan
pengembangan wilayah secara maksimal. 15 dengan konsep pembangunan
Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) berkelanjutan17.
diatas mengharuskan Pemerintah dan Kebijakan yang tidak memikirkan
Pemerintah Daerah wajib membuat Kajian dampak lingkungan membuat lingkungan
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) tercemar,sehingga membuat masyarakat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa tidak merasakan adanya keadilan hal
prinsip pembangunan berkelanjutan telah tersebut telah melanggar konstitusi
menjadi dasar dan terintegrasi dalam menurut Pasal 28H ayat (1) dan Pasal 33
pembangunan suatu wilayah dan/atau ayat (4) Undang Undang Dasar Negara RI
Kebijakan, Rencana dan Program (KRP). Tahun 1945 yang merupakan ketentuan
Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) kunci tentang diaturnya norma mengenai
kawasan perkotaan, peraturan zonasi lingkungan di dalam Konstitusi Indonesia.
merupakan pengaturan lebih lanjut untuk Secara berturut-turut, kedua pasal tersebut,
pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam mengatur Pasal 28H Ayat(1) bahwa setiap
pola pemanfaatan ruang suatu wilayah. orang berhak hidup sejahtera lahir dan
Peraturan Zonasi ini dapat menjadi rujukan batin,bertempat tinggal, dan mendapatkan
untuk menyusun Rencana Teknik Ruang lingkungan hidup yang baik dan sehat
Kota (RTRK) atau Rencana Tata serta berhak memperoleh pelayanan
Bangunan Lingkungan (RTBL)16. kesehatan. Dan Pasal 33 Ayat(4) bahwa
perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
15
Ruslan Wirosoedarmo-Jhohanes Bambang prinsip kebersamaan, efisiensi
Rahadi Widiatmono-Yoni Widyoseno, Rencana berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
Tata Ruang Wilayah (RTRW) berdasarkan Daya
Dukung Lingkungan Berbasis Kemampuan Lahan,
Agritech, Vol. 34, No. 4, November 2014, hlm.464. Ruang (RDTR) di Wilayah Peri-Urban, Mataram,
16
Anindyakusuma Hapsari, Kesesuaian Perubahan 2015, hlm.58.
17
Penggunaan Lahan dengan Rencana Detail Tata Takdir Rahmadi, Op.Cit, hlm.88.
Yogi Genovan, dkk
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Di Kawasan Pesisir Kota Cirebon 183
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

lingkungan, kemandirian, serta dengan membuktikan bahwa instrumen-instrumen


menjaga keseimbangan kemajuan dan pencegahan yang sebelumnya ada tidak
kesatuan ekonomi nasional. mampu mencegah dan mengatasi
permasalahan lingkungan hidup yang
II. METODE PENELITIAN timbul. Instrumen-instrumen yang ada
Pendekatan penelitian yang sebelum Kajian Lingkungan Hidup
digunakan yuridis empiris difokuskan Strategis (KLHS) pada pokoknya
untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah berorientasi pada kegiatan individu seperti
atau norma-norma serta aturan-aturan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
dalam hukum positif, bertujuan untuk Lingkungan Hidup) dan Izin.
mempelajari penerapan norma-norma atau Permasalahan lingkungan hidup dapat
kaedah hukum yang dilakukan dalam timbul karena kebijakan makro pemerintah
praktik hukum, terutama dalam penerapan atau program program pemerintah yang
kebijakan Kajian Lingkungan Hidup tidak sejalan dengan konsep pembangunan
Strategis (KLHS) yang dibuat oleh berkelanjutan. 19 kebijakan rencana atau
Pemerintah Daerah penelitian ini program yang dibentuk oleh pemerintah
merupakan penelitian lapangan dan dapat menjadi sumber dari terjadinya
kepustakaan atau studi dokumen yang masalah lingkungan hidup.
dilakukan atau ditujukan hanya pada Konsep Kajian Lingkungan Hidup
peraturan-peraturan yang tertulis serta Strategis (KLHS) dalam Undang-Undang
penerapannya. Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hidup diatur dalam Pasal 1 angka 10
Membicarakan keberadaan hukum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
sebagai sistem atau jalinan nilai-nilai tentang Perlindungan dan Pengelolaan
sudah lama menjadi pusat perhatian para Lingkungan Hidup ditentukan bahwa
filosof kuno menyangkut pertentangan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
antara madzhab hukum kodrat/ alam (lex (KLHS) adalah rangkaian analisis yang
naturalis) dengan madzhab positivisme sistematis, menyeluruh dan partisipasif
hukum (lex humana) yaitu dalam untuk memastikan bahwa prinsip
upayanya menemukan keadilan yang pembangunan berkelanjutan telah menjadi
mutlak (in search for absolute justice). Hal dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
ini menunjukkan keberadaan hukum suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana
diukur oleh muatan ada tidaknya nilai, dan/atau program. Pengaturan Kajian
khususnya nilai keadilan. Hukum tidak Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
dapat diterima sebagai hukum apabila dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
didalamnya tidak memuat adanya unsur 2009 tentang Perlindungan dan
keadilan18. Dalam regulasi lingkungan Pengelolaan Lingkungan Hidup terdapat
hidup-pun harus diakomodir persoalan dalam 5 pasal yaitu pada Pasal 14, Pasal
keadilan ini, tertutama berkaitan dengan 15, Pasal 16, Pasal 17 dan Pasal 18
Kajian Lingkungan Hidup Strategis Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
(KLHS) ini sehingga ada kebijakan- tentang Perlindungan dan Pengelolaan
kebijakan yang dirmuskan berpihak Lingkungan Hidup.
kepada kepentingan lingkungan hidup. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) bersama dengan AMDAL yang
(KLHS) yang berlaku di Indonesia terdapat di dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
18
Endang Sutrisno, Bunga Rampai Hukum &
Globalisasi Edisi 2, Bogor: Penerbit In-Media,
19
2014, hlm.21-22. Takdir Rahmadi, Op.Cit, hlm.88.
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
184 Vol. 6, No. 1, Februari 2022
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

melakukan upaya kelola lingkungan- sasaran .21


upaya pemantauan lingkungan (UKL- Penyelenggaraan kriteria Kajian
UPL), dan instrumen lain diorganisasikan Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
dalam kelompok upaya pengendalian, harus memenuhi syarat sebagai berikut:
khususnya dalam rangka sebagai pertama, penyelenggaraan Kajian
instrumen pencegahan pencemaran Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib bagi rancangan/usulan kebijakan
(Pasal 14 UUPPLH). Undang-Undang Rencana tata ruang wilayah (RTRW),
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka
Hidup menempatkan Kajian Lingkungan Menengah (RPJM); dan kedua,
Hidup Strategis (KLHS) secara flksibel, rancangan/usulan Kebijakan, Rencana dan
dalam arti terhadap Kebijakan, Rencana Program (KRP) yang potensial berdampak
dan Program (KRP) tertentu Kajian dan/ atau risiko lingkungan.
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Ketentuan Pasal 15 ayat (2) Undang
bersifat wajib, dan terhadap Kebijakan, Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Rencana dan Program (KRP) tertentu yang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
lain bersifat wajib ketika memenuhi Hidup (PPLH),membatasi konteks wajib
kualifiasi melalui proses penapisan menyelenggarakan Kajian Lingkungan
(screening).20 Hidup Strategis (KLHS); yaitu dalam
Aspek hukum dalam ketentuan penyusunan atau evaluasi:
Pasal 15 ayat (1) Undang Undang Nomor a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan beserta rencana rinciannya, Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pembangunan Jangka Panjang (RPJP),
(PPLH),yang menyatakan bahwa : dan Rencana Pembangunan Jangka
“Pemerintah dan Pemerintah Daerah Menengah (RPJM) nasional, provinsi,
wajib membuat KLHS dengan tujuan dan kabupaten/kota;
untuk memastikan bahwa prinsip b. Kebijakan, rencana, dan/atau program
pembangunan berkelanjutan telah menjadi yang berpotensi menimbulkan dampak
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan dan/atau risiko lingkungan hidup.
suatu wilayah dan/atau KRP.” Mencermati konteks wajib bagi
Secara umum perbedaan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
kebijakan, rencana dan program sebagai Ketersediaan sumber daya alam
objek Kajian Lingkungan Hidup Strategis secara kuantitas, ataupun kualitas tidak
(KLHS) antara lain: merata, sedangkan kegiatan
1. Kebijakan adalah arah atau tindakan pembangunanyang melibatkan kebijakan
yang diambil oleh pemerintah atau rencana dan program membutuhkan
pemerintah daerah untuk mencapai sumber daya alam yang semakin
tujuan. meningkat. Kegiatan pembangunan juga
2. Rencana adalah hasil suatu proses mengandung resiko terjadinya pencemaran
untuk menentukan tindakan masa dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini
depan yang tepat melalui urutan dapat mengakibatkan daya dukung, daya
pilihan dengan memperhitungkan tampung dan produktivitas lingkungan
sumber daya yang tersedia.
3. Program adalah instrumen kebijakan
yang berisi satu atau lebih kegiatan
yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah/ lembaga untuk mencapai 21
Ferry Indarto, Kajian Lingkungan Hidup
Strategis dalam Perencanaan Pembangunan,
20
Ibid,Hlm.89 Malang, 2017, hlm.3.
Yogi Genovan, dkk
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Di Kawasan Pesisir Kota Cirebon 185
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

hidup menurun yang pada akhirnya 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
menjadi beban nasional22. Kajian Lingkungan Hidup Strategis diatur
Pelaksanaan Kajian Lingkungan untuk segala Kebijakan,Rencana,dan
Hidup Strategis (KLHS) sebagaimana Program (KRP) yang dibuat oleh
dimaksud tersebut, Pasal 15 ayat (3) pemerintah daerah harus sesuai dengan
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 pembangunan berkelanjutan yang sesuai
tentang Perlindungan dan Pengelolaan dengan Pasal 2 ayat 1 dan 2 Peraturan
Lingkungan Hidup (PPLH) Pemerintah No.46 Tahun 2016 tentang
,menguraikannya sebagai tahapan yang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
meliputi: Lingkungan Hidup Strategis yaitu :
a. Pengkajian pengaruh Kebijakan, (1). Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Rencana dan Program (KRP) Daerah wajib membuat KLHS untuk
terhadap kondisi lingkungan hidup di memastikan bahwa prinsip
suatu wilayah; Pembangunan Berkelanjutan telah
b. Perumusan alternatif penyempurnaan menjadi dasar dan terintegrasi dalam
Kebijakan, Rencana dan Program pembangunan suatu wilayah dan/atau
(KRP); Kebijakan, Rencana, dan/atau
c. Rekomendasi perbaikan untuk Program.
pengambilan Kebijakan, Rencana dan (2). KLHS sebagaimana dimaksud pada
Program (KRP) yang ayat (1) wajib dilaksanakan ke dalam
mengintegrasikan prinsip penyusunan atau evaluasi:
pembangunan berkelanjutan. a. Rencana tata ruang wilayah beserta
Adapun kajian-kajian Kajian rencana rincinya, RPJP nasional,
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJP daerah, RPJM nasional, dan
diatur dalam ketentuan Pasal 16 Undang- RPJM daerah; dan
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang b. Kebijakan, Rencana, dan/atau
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Program yang berpotensi
Hidup disebutkan beberapa kajiannya menimbulkan dampak dan/atau
antara lain: risiko Lingkungan Hidup.”
a. Kapasitas daya dukung dan daya Pemerintah daerah dalam Pembuatan
tampung lingkungan hidup untuk dan pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup
pembangunan; Strategis (KLHS), uraian dalam Pasal 6
b. Perkiraan mengenai dampak dan risiko sampai dengan Pasal 16 Peraturan
lingkungan hidup; Pemerintah No.46 Tahun 2016 tentang
c. Kinerja layanan/jasa ekosistem; Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
d. Efisiensi pemanfaatan sumber daya Lingkungan Hidup Strategis yaitu pada
alam; kementerian/lembaga pemerintah
e. Tingkat kerentanan dan kapasitas nonkementerian, pemerintahan daerah
adaptasi terhadap perubahan iklim; provinsi, dan pemerintahan daerah
Tingkat ketahanan dan potensi kabupaten/kota diatur oleh menteri/kepala
keanekaragaman hayati. lembaga pemerintah nonkementerian,
Pelaksanaan Kajian Lingkungan gubernur, dan bupati/wali kota sesuai
Hidup Strategis (KLHS) telah diatur dalam dengan kewenangannya beserta
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun kebijakannya yang mana hal tersebut harus
sesuai dengan pembangunan
22
Endang Sutrisno, Implikasi Usaha Penambang berkelanjutan.
Galian C Terhadap Degradasi Kualitas Mutu Pemerintah Kota Cirebon menyadari
Lingkungan Hidup Sungai (Studi Kasus Kecamatan bahwa potensi permasalahan lingkungan
Palasah Kabupaten Majalengka), Jurnal Hukum hidup dimasa yang akan datang tentu akan
Bisnis Bonum Commune Volume 3 Nomor 1
semakin kompleks, maka dari itu
Februari 2020, hlm.7.
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
186 Vol. 6, No. 1, Februari 2022
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

diperlukan suatu instrument manajemen instrumen lingkungan hidup;


lingkungan yang konprehensif. h. Memfasilitasi permasalahan
Program manajemen lingkungan penyelesaian sengketa;
adalah suatu kerangka kerja dari kegiatan i. Melakukan pembinaan dan pengawasan
menyeluruh yang digunakan untuk ketaatan penanggung jawab usaha
memenuhi kebijakan lingkungan, dan/atau kegiatan terhadap ketentuan
kesesuaian dengan ketentuan lingkungan perizinan lingkungan dan peraturan
dan perbaikan terus menerus maka perihal perundangundangan;
kebijakan daerah Kota Cirebon dalam j. Melaksanakan standar pelayanan
pengelolaan lingkungan hidup sudah diatur minimal;
dalam hal perlindungan dan k. Melaksanakan kebijakan mengenai
pengelolaannya lebih spesifik dalam perubahan tata cara pengakuan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 keberadaan masyarakat hukum adat,
tentang Perlindungan dan Pengelolaan serta kearifan lokal, dan hak masyarakat
Lingkungan Hidup (PPLH).23 hukum adat yang terkait dengan
Ketentuan Pasal 63 ayat 3 Undang perlindungan hukum dan pengelolaan
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang lingkungan hidup pada tingkat
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan kabupaten/kota dan provinsi;
Hidup (PPLH) dari huruf a hingga p l. Mengelola informasi lingkungan hidup
menguraikan tugas dan wewenang yang tingkat kabupaten/kota;
harus dilakukan oleh Pemerintah Kota m. Mengembangkan dan melaksanakan
Cirebon dalam perlindungan dan kebijakan sistem informasi lingkungan
pengelolaan lingkungan hidup yaitu hidup tingkat kabupaten/kota;
sebagai berikut24: n. Memberikan pendidikan, pelatihan,
a. Menetapkan kebijakan perlindungan pembinaan, dan penghargaan;
dan pengelolaan lingkungan hidup o. Menerbitkan izin lingkungan pada
tingkat kabupaten/kota; tingkat kabupaten/kota; dan
b. Menetapkan dan melaksanakan Kajian p. Melakukan penegakan hukum
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) lingkungan hidup pada tingkat
tingkat kabupaten/kota; kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan Pemerintah daerah Kota Cirebon
kebijakan mengenai Rencana dalam upaya pengelolaan lingkungan
Perlindungan dan Pengelolaan menjadi bagian penting dari sistem
Lingkungan Hidup kabupaten / kota; manajemen lingkungan yang harus
d. Menetapkan dan melaksanakan diperhatikan oleh pemerintah daerah agar
kebijakan mengenai Analisis Dampak tidak hanya berfokus pada pembangunan
Lingkungan (amdal) dan UKL-UPL; ekonomi semata, tetapi juga perlu
e. Menyelenggarakan inventarisasi memperhatikan kerusakan yang
sumber daya alam dan emisi gas rumah ditimbulkan terhadap lingkungan demi
kaca pada tingkat kabupaten/kota; tercapainya tujuan pembangunan yang
f. Mengembang dan melaksanakan kerja berkelanjutan. Keberhasilan dalam
sama dan kemitraan; penyusunan Peraturan Daerah yang baik di
g. Mengembangkan dan menerapkan bidang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sangatlah tergantung
23
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan pada komitmen yang kuat baik dari
Lingkungan Hidup Daerah Kota Cirebon Tahun Pemerintah Daerah. 25
2017, Pemerintah Daerah Kota Cirebon, hlm.1.
24
Risno Mina, Kewenangan Pemerintah
25
Kabupaten Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Jurnal Yustisiabel Volume I Lingkungan Hidup Daerah Kota Cirebon Tahun
Nomor I April 2017,Luwuk, hlm.7. 2017, Pemerintah Daerah Kota Cirebon, hlm.2.
Yogi Genovan, dkk
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Di Kawasan Pesisir Kota Cirebon 187
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

Upaya pemerintah daerah diharapkan Pemerintah maupun masyarakat.


dapat menjadi pedoman dalam hal Dengan kondisi yang ada saat ini,
pengelolaan lingkungan. Penataan pemilahan dan pengurangan sampah
lingkungan hidup tidak hanya menjadi sejak dari sumbernya (antara lain
tugas dan tanggung jawab Pemerintah rumah tangga) masih kurang
Daerah saja, tetapi juga menjadi tugas dan memadai. Untuk mendukung dan
tanggung jawab dari masyarakat dan pihak meningkatkan peran serta masyarakat
swasta yang memiliki usaha berdampak dalam pengelolaan sampah,
pada lingkungan. Perda dianggap penting Pemerintah Kota Cirebon
karena dapat digunakan sebagai instrumen memfasilitasi prasarana Tempat
pengawasan pelaksanaan pembangunan. Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Rancangan Peraturan Daerah ini tidak atau (TPS 3R) dan Bank Sampah di
hanya sekedar mencantumkan kembali tingkat RW. Penyelenggaraan Tempat
norma-norma dari Undang-undang Pengolahan Sampah (TPS) 3R
diatasnya, akan tetapi mencerminkan Berbasis Masyarakat merupakan
pengaturan yang dibutuhkan oleh pendekatan pengelolaan persampahan
ekosistem lingkungan hidup di wilayah yang melibatkan peran aktif dan
masing-masing, sehingga Peraturan pemberdayaan kapasitas masyarakat.
Daerah ini merupakan salah satu peraturan Pendekatan ini lebih ditekankan
perundang-undangan yang tersusun kepada metoda pengurangan sampah
dengan baik dan komprehensif. yang lebih arif dan ramah lingkungan.
Perencanaan yang komprehensif Pengurangan sampah dengan metoda
melalui Kajian Lingkungan Hidup 3R berbasis masyarakat ini lebih
Strategis (KLHS) sebagai rangkaian menekankan kepada cara
analisis yang sistematis, menyeluruh, dan pengurangan, pemanfaatan dan
partisipatif untuk memastikan bahwa pengolahan sejak dari sumbernya
prinsip pembangunan berkelanjutan telah (rumah tangga). Untuk melakukan ini
menjadi dasar dan terintegrasi dalam tentu diperlukan kesadaran dan peran
pembangunan daerah suatu wilayah dan aktif masyarakat.
atau kebijakan, rencana, dan atau program 2. Pesisir Kota Cirebon banyak
selanjutnya akan diterapkan rencana ditumbuhi oleh tanaman mangrove,
perlindungan dan pengelolaan lingkungan baik tanaman jenis api-api maupun
hidup untuk menyelaraskan kebijakan bakau. Namun saat ini kondisi tersebut
pemerintah daerah dalam lingkungan di beberapa wilayah pesisir telah
hidup26. berubah sebagian menjadi tambak
Isu prioritas yang terdapat di Kota ikan atau rumah rumah penduduk dan
Cirebon menjadi salah satu hal yang dipenuhi oleh sampah. Hal ini
diupayakan oleh pemerintah daerah dalam memperburuk dampak rob di daerah
pengelolaan lingkungan hidup diantaranya pesisir ini. Semua sampah yang
pengendalian sampah yang semakin hari dibuang masyarakat bersebaran
semakin kompleks terlebih di pesisir Kota mengikuti arus rob masuk ke rumah
Cirebon,serta pengendalian banjir, terdapat warga. Kondisi tersebut menimbulkan
beberapa upaya pemerintah daerah Kota kompleksitas masalah termasuk
Cirebon dalam pengelolaan lingkungan masalah sosial dan kesehatan. Selain
hidup27: itu, kondisi perubahan iklim juga
1. Pengurangan sampah yang merupakan mengganggu ekosistem laut tentunya
tanggung jawab dari semua pihak baik dapat memperburuk kehidupan
ekonomi para nelayan yang
26
menggantungkan kehidupan pada
Ibid, hlm.28.
27 penangkapan ikan laut. Demikian
Loc.Cit.
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
188 Vol. 6, No. 1, Februari 2022
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

pula, rusaknya hutan mangrove dapat dan/atau kegiatan yang telah melampaui
meningkatkan kerentanan masyarakat daya dukung dan daya tampung
pesisir atas risiko badai dan lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi
gelombang tinggi. Kerusakan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
mangrove juga akan mengakibatkan 17 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
semakin berkurangnya biota laut yang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
ada di sekitar hutan itu sendiri. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Dampak perubahan iklim pun Hidup29.
dirasakan oleh warga Kesunean Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Selatan dengan terjadinya kenaikan wajib menyusun setiap Rencana Tata
muka air laut (rob) yang semakin Ruang Wilayah yang harus disertai
sering. Mula-mula air laut menerjang rinciannya dalam Rencana Pembangunan
kawasan mangrove, ketika mangrove Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
sudah mulai berkurang jumlahnya , Rencana Pembangunan Jangka Panjang
maka air lautpun menghempas tambak (RPJP),dan Rencana Pembangunan Jangka
ikan dan merembes ke rumahrumah Menengah (RPJM) Nasional. Kajian
warga. Jalan-jalan lingkungan menjadi Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) harus
becek, lantai rumah berair, dan mendetail tentang bagian mana yang
jamban-jamban mulai tidak nyaman menjadi titik fokus permasalahan
dipakai. lingkungan hidup karena Kajian
Berbagai macam upaya telah Lingkungan Hidup Strategis menjadi
dilakukan terkait mitigasi dan adaptasi bagian jika daya dukung dan daya
perubahan iklim diantaranya Pengendalian tampung melebihi kapasitas lingkungan
kekeringan, banjir, dan longsor upaya hidup maka instrumen ini bekerja sebagai
pemanenan air hujan melalui pembuatan pengendali kerusakan lingkungan dan
lubang penampung air 17 unit selama 2-4 peringatan dari segala pengambilan
tahun, selain itu terdapat kolam/ tambak kebijakan,rencana dan program yang
ikan sebnayak 17 unit,Pembuatan diambil pemerintah daerah. Kerusakan
peresapan air melalui lubang resapan lingkungan yang terjadi di kawasan pesisir
biopori (LRB) sejumlah 20 unit pada tahun Kota Cirebon merupakan bagian dari hal
2013, namun belum sepenuhnya mengatasi yang terpenting untuk terciptanya solusi
permasalahan. LRB tersebut tidak efektif detail pengembalian lingkungan hidup
karena ternyata kondisi tanah jenuh tidak dengan keikutsertaan berbagai lini yaitu
bisa meresapkan air,Pembangunan tanggul masyarakat juga pemerintah daerah yang
di sepanjang pinggir sungai/kali Kesunean memberikan sosialisasi tentang
dengan panjang ± 500 m pada Tahun kebijakan,rencana,dan program yang akan
2012,Sebagian warga meninggikan lantai di terapkan oleh pemerintah daerah
dari permukaan dan saluran drainase agar sehingga tercipta lingkungan yang baik.
rumahnya tidak tergenang oleh air rob28. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Hasil Kajian Lingkungan Hidup (KLHS) sebagai instrumen baru di Kota
Strategis (KLHS) menjadi dasar bagi Cirebon telah tercantum dalam Rencana
Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) Pembangunan Jangka Menengah Daerah
dalam suatu wilayah, dan apabila hasil (RPJMD) Kota Cirebon,melalui .
Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup
(KLHS) menyatakan bahwa daya dukung Strategis (KLHS) yang wajib dibuat dapat
dan daya tampung sudah terlampaui,
Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) 29
Widodo B - Ribut L,Donan W, KLHS untuk
wajib diperbaiki serta di atas segala usaha Pembangunan Daerah yang Berkelanjutan, Jurnal
Sains Dan Teknologi Lingkungan, Volume 4,
28
Loc.Cit. Nomor 1, Januari 2012,Hlm.48
Yogi Genovan, dkk
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Di Kawasan Pesisir Kota Cirebon 189
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

melalui tahap diinisiasi oleh pemerintah ini harus menjadikan perusakan


derah dan selanjutnya dikoordinasikan lingkungan sebagai daya pendorong dalam
oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH). mengurangi kerusakan lingkungan Upaya
Dinas Lingkungan Hidup Kota Cirebon perlindungan lingkungan yang dilakukan
dapat merencanakan Kajian Lingkungan oleh Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Hidup Strategis (KLHS) untuk kawasan (KLHS) ,dilakukan dengan perbaikan
pesisir Kota Cirebon berdasarkan bakumutu lingkungan, baik berupa kualitas
homogenitas sifat fisik dan keterkaitan isu. lingkungan (ambient) maupun kualitas
Beberapa titik kawasan pesisir Kota buangan atau limbah(effluent) rumah
Cirebon mempunyai ciri kekumuhan dan tangga yang dalam hal ini sampah rumah
ketidaksejahteraan terhadap materi,padahal tangga. Kondisi lingkungan yang tercemar
Produk hukum mengenai lingkungan di daerah pesisir dan daerah lain memilikki
hidup hingga penataan ruang maupun perbedaan satu sama lain tergantung dari
otonomi daerah sudah ada sehingga tingkat pencemaran ini, Pengelolaan
seharusnya penataan penggunaan kawasan lingkungan hidup dan sumber daya alam
pesisir melalui instrumen Kajian yang menjadi bagian dari Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dapat Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) akan
dilakukan dengan baik dan menjadi memperoleh hasil untuk keberlanjutan
lingkungan yang tidak kumuh. 30 pembangunan dan perekonomian
31
Pengelolaan sumber daya alam nasional .
masih belum memberikan nilai Kompleksitas Kajian Lingkungan
yang cukup berarti bagi peningkatan Hidup Strategis (KLHS) mencakup lintas
kesejahteraan masyarakat.Kebijakan wilayah, lintas sektor, dan lintas
pemerintah yang disusun dalam Rencana kelembagaan. Untuk mengurai atau
ataupun Program yang pada dasarnya mencari benang merah dalam rangka
sebagai bagian dari Kajian Lingkungan menentukan solusi permasalahan,
Hidup Strategis (KLHS) menemui jalan diperlukan langkah yang sifatnya
yang sulit dalam pengendalian sumber prioritatif dan memiliki cakupan
daya alam dan pemanfaatan pengambilan komprehensif dan holistik. Langkah
kebijakan yang kurang tepat serta respon tersebut merupakan representasi dari
dari setiap lapisan masyarakat yang pelingkupan isu-isu yang ada. Pelingkupan
seharusnya mengendalikan sumber daya isu yang dilakukan diarahkan pada
tersebut. Degradasi sumber daya alam bagaimana kebijakan yang seharusnya
sebagian besar disebabkan oleh diputuskan untuk meminimalisasi isu
menguatnya krisis persepsi yang utama tersebut. Pelingkupan isu di
bersumber pada paradigma pengelolaan Kawasan Pesisir Kota Cirebon antara lain
sumber daya alam yang berorientasi pada adalah:
pertumbuhan ekonomi jangka pendek dan a. Abrasi di pesisir pantai;
terlalu memanjakan kepentingan manusia b. Kurang optimalnya penataan dan
menjadi salah satu penghambat dalam pengendalian ruang;
pengendalian pencemaran. c. Belum ada kebijakan khusus untuk
Kajian Lingkungan Hidup Strategis pengelolaan kawasan pesisir Kota
(KLHS) yang dilakukan secara berjenjang Cirebon;
untuk memperoleh hasil yang maksimal d. Timbunan sampah yang membuat
dalam pengendalian pencemaran dalam hal daerah tersebut tercemar;
e. Kurangnya monitoring pencemaran air
30
Endang Sutrisno,Implementasi Pengelolaan
Sumber Daya Pesisir Berbasis Pengelolaan
31
Wilayah Pesisir Secara Terpadu Untuk Desni Bram, Politik Hukum Pengelolaan
Kesejahteraan Nelayan, Jurnal Dinamika Hukum Lingkungan Hidup, Setara Press, Malang, 2013,
Vol.14 No.1 Januari 2014, hlm.3. hlm.3.
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
190 Vol. 6, No. 1, Februari 2022
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

laut; yang diperlukan untuk melakukan


f. Kesadaran sosial dan budaya terhadap tinjauan pada skala proyek/kegiatan
lingkungan kurang dan belum tergerak serta menyelidiki identifikasi
masif. pendahulu mengenai ruang lingkup
Kajian Lingkungan Hidup Strategis dampak potensial dan kebutuhan
(KLHS) yang diharapkan menjadi salah informasi
satu jalan keluar untuk pengendalian 3. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
pencemaran belum bekerja secara (KLHS) harus mampu
semestinta padahal dapat dilihat dalam mengintegrasikan aspek lingkungan ke
Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang No.32 dalam pengambilan keputusan khusus
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan yang bersifat sektoral.
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Pesisir Kota Cirebon
menegaskan Ayat(1) Pemerintah dan banyak memilikki potensi yang dapat
pemerintah daerah wajib membuat KLHS dikembangkan salah satunya dari sektor
untuk memastikan bahwa prinsip usaha perikanan yang dapat dikembangkan
pembangunan berkelanjutan telah menjadi melalui pengembangan teknologi yang ada
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan sehingga menambah pendapatan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, masyarakat pesisir yang bekerja sebagai
dan/atau program. nelayan pelibatan negara melalui
Konsep Kajian Lingkungan Hidup pemerintah daerah dengan melakukan
Strategis (KLHS) yang dilakukan harus pemberdayaan kepada nelayan yang
membantu mencapai perlindungan nantinya mendapatkan hasil menaikkan
terhadap lingkungan dan pembangunan taraf hidup masyarakat, meningkatnya
berkelanjutan melalu peringatan dini efek penerimaan dan devisa negara, mendorong
kumulatif kebijakan rencana dan program perluasan dan kesempatan kerja 33.
yang nantinya kawasan pesisir Kota Pengendalian pencemaran
Cirebon dengan sumberdaya yang ada lingkungan harus mendayagunakan dan
dapat digunakan maksimal dengan menghasilgunakan peran serta masyarakat
memperhatikan aspek lingkungan32. dalam lingkungan hidup, menurut
Konsep yang dapat dilakukan untuk Koesnadi Hardjasoemantri perlu dipenuhi
mencapai kesejahteraan dan perlindungan persyaratan, pertama, pemimpin eksekutif
terhadap hak asasi manusia yang mencapai yang terbuka. Kedua, peraturan yang
keadilan. Beberapa hal tersebut yaitu : akomodatif. Ketiga, Masyarakat yang
1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis sadar lingkungan. Keempat, lembaga
(KLHS) membantu mencapai swadaya masyarakat yang tanggap.Kelima,
perlindungan lingkungan dan ketepatan informasi berkaitan dengan tepat
pembangunan berkelanjutan melalui dalam waktu, lengkap dan dapat dipahami.
pengambilan kebijakan rencana dan Keenam, keterpaduan antar yang bersifat
program yang memperhatikan vertikal dan horizontal, baik di daerah
pembangunan berkelanjutan maupun pusat34.
berwawasan lingkungan. Keterlibatan masyarakat Kota
2. Kajian Lingkungan Hidup Strategis Cirebon dapat berupa pemberian saran dan
(KLHS) berperan memperkuat amdal pendapat terhadap langkah perlindungan
dengan mengurangi waktu dan upaya dan pengelolaan lingkungan hidup antar
masyakat dengan saling mengingatkan
32
Endang Sutrisno, Implementasi Pengelolaan
33
Sumber Daya Pesisir Berbasis Pengelolaan Ibid, hlm.9.
34
Wilayah Pesisir Secara Terpadu Untuk Absori, Peran Serta Masyarakat dalam
Kesejahteraan Nelayan, Jurnal Dinamika Hukum Pembuatan Amdal, Jurnal Jurisprudence, Vol. 1,
Vol.14 No.1 Januari 2014, hlm.4. No. 2, September 2004, hlm. 198-199.
Yogi Genovan, dkk
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Di Kawasan Pesisir Kota Cirebon 191
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

untuk tidak membuang sampah berada di pekarangan rumahnya.h di


sembarangan,kawasan pesisir Kota kawasan kesunean Kota Cirebon37.
Cirebon memlikki keterlibatan dalam
pengendalian pengelolaan lingkungan agar IV. SIMPULAN
tidak rusak diantaranya dalam Penerapan Kajian Lingkungan Hidup
Pengendalian vektor penyakit terkait iklim Strategis (KLHS) di kawasan pesisir Kota
di daerah pesisir Kota Cirebon Cirebon dihadapkan kepada masalah
diantaranya demam berdarah, diare dan pencemaran lingkungan dalam posisi
lainnya sudah berjalan dengan baik. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Setelah adanya perbaikan lingkungan dan (KLHS) sebagai dasar dari awal instrumen
keaktifan warga dalam kegiatan pos yandu. pengendalian pencemaran lingkungan
Kader pos yandu selalu aktif dalam diharapkan dalam menyusun kebijakan
melakukan sosialisasi jentik nyamuk, rencana dan program dapat berjalan baik,
memasukan ikan dalam kolam/pot upaya dalam penerapan Kajian
tanaman rumah dengan sirkulasi udara Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) telah
yang baik dan pola hidup bersih sehat35. dilakukan oleh masyarakat dan Pemerintah
Penyediaan bank sampah oleh Daerah sehingga tercipta lingkungan yang
pemerintah daerah Kota Cirebon sebagai baik. Peran pemerintah daerah dalam
bentuk dari upaya pengelolaan lingkungan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
hidup membuat warga semakin semangat (KLHS) berkaitan dengan pengembangan
berpartisipasi dalam melakukan tata ruang menjadi hal yang saling
pemilahan, pewadahan dan pengumpulan mendukung dalam penataan ulang
sampah. Pemilahan tersebut dilakukan kawasan pesisir Kota Cirebon. Hal
oleh warga dengan menggunakan kantung tersebut dapat dilihat dari peranan Kajian
bekas yang digantung di depan rumah Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang
masing-masing. Selain bank sampah, digunakan sebagai tindakan strategis
anggota bank sampah pun melakukan dalam menuntun pengambilan upaya
pengomposan skala RW. Sampah-sampah kebijakan pencegahan kerusakan
organik yang sering dikompos adalah lingkungan, yang keberlanjutan dalam
sampah organik dari dapur, sedangkan perencanaan kebijakan, rencana dan
sampah dedaunan dari pohon relatif tidak program Rencana Tata Ruang Wilayah
banyak, karena areal penghijauan tidak (RTRW) yang berlaku secara
banyak juga. Apabila ada kegiatan kerja berkesinambungan.
bakti , barulah menghasilkan sampah
dedaunan yang cukup banyak36. DAFTAR PUSTAKA
Usaha pemanfaatan sampah non Buku-Buku:
organik oleh masyarakat kawasan pesisir Anindyakusuma Hapsari, 2015,
Kota Cirebon lainnya adalah produksi bros Kesesuaian Perubahan Penggunaan
untuk souvenir dari sampah dan lain lain. Lahan dengan Rencana Detail Tata
Pemanfaatan Kompos Kompos yang Ruang (RDTR) di Wilayah Peri-
dihasilkan digunakan untuk pemupukan Urban, Mataram, 2015.
urban farming(kebun dan pembibitan) Desni Bram, 2013, Politik Hukum
serta terdapat 10 KK yang menggunakan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
pupuk komposnya untuk tanaman yang Setara Press, Malang.
Endang Sutrisno, 2007, Budaya Hukum
dalam Melindungi Pencemaran
Lingkungan, Swagati Press, Cirebon.
35
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Cirebon Tahun
2017, Op.Cit, hlm.138-139.
36 37
Ibid, hlm.139. Loc.Cit.
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
192 Vol. 6, No. 1, Februari 2022
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

Endang Sutrisno, 2013, Rekonstruksi Endang Sutrisno, Implikasi Usaha


Budaya Hukum Masyarakat Nelayan Penambang Galian C Terhadap
untuk Membangun Kesejahteraan Degradasi Kualitas Mutu
Nelayan: Studi Kritis Terhadap Lingkungan Hidup Sungai (Studi
Pemaknaan Hukum, Genta Press, Kasus Kecamatan Palasah
Yogyakarta. Kabupaten Majalengka), Jurnal
Endang Sutrisno, 2014, Bunga Rampai Hukum Bisnis Bonum Commune
Hukum & Globalisasi Edisi 2, In- Volume 3 Nomor 1 Februari 2020,
Media, Bogor. hlm.7.
Ferry Indarto, 2017, Kajian Lingkungan I Gusti Ayu Jatiana Manik Wedanti,
Hidup Strategis dalam Perencanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Pembangunan, Malang. Sebagai Bentuk Integrasi Prinsip
Hasni, 2013, Hukum Penataan Ruang dan Pembangunan Berkelanjutan dalam
Penatagunaan Tanah dalam Konteks Perencanaan Tata Ruang Wilayah,
UUPA-UUPR-UUPPLH, Raja Jurnal Hukum, Vol. 5, No. 3 : 526 -
Grafindo Persada, Jakarta. 542 ,2016, hlm.535.
Muhammad Akib, 2014, Hukum Ruslan Wirosoedarmo-Jhohanes Bambang
Lingkungan: Perspektif Global dan Rahadi Widiatmono-Yoni
Nasional, Raja Grafindo Persada, Widyoseno, Rencana Tata Ruang
Jakarta. Wilayah (RTRW) berdasarkan Daya
Takdir Rahmadi, 2011, Hukum Dukung Lingkungan Berbasis
Lingkungan di Indonesia, Raja Kemampuan Lahan, Jurnal Agritech,
Grafindo Persada, Jakarta. Vol. 34, No. 4, November 2014,
hlm.464.
Jurnal Nasional-Jurnal Internasional: Risno Mina, Kewenangan Pemerintah
Absori, Peran Serta Masyarakat Dalam Kabupaten dalam Perlindungan dan
Pembuatan AMDAL, Jurnal Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Jurisprudence, Vol. 1, No. 2, Jurnal Yustisiabel Volume I Nomor I
September 2004, hlm. 198-199. April 2017, Luwuk, hlm.7.
Darmawati-Choirul Saleh-Imam Hanafi, Widodo B - Ribut L,Donan W, KLHS
Implementasi Kebijakan Rencana untuk Pembangunan Daerah yang
Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam Berkelanjutan, Jurnal Sains Dan
Perspektif Pembangunan Teknologi Lingkungan, Volume 4,
Berkelanjutan, Jurnal Ilmu Sosial Nomor 1, Januari 2012, hlm.48.
Ilmu Politik, Vol. 4, No. 2,2015,
hlm.380. Sumber-Sumber Lain:
Endang Sutrisno, Relations Between Deputi Bidang Tata Lingkungan
Legal Culture and Economic Kementerian Negara Lingkungan
Emporwerment among Marginalized Hidup, Draft Pedoman Umum
Group of Farmers, Journal of Legal, Kajian Lingkungan Hidup Strategis,
Ethical and Regulatory Issues Kementerian Lingkungan Hidup
Volume 22, Issue 3,2019, hlm.3. Republik Indonesia, Jakarta, 2011,
Endang Sutrisno, Implementasi hlm.2
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan
Berbasis Pengelolaan Wilayah Lingkungan Hidup Daerah Kota
Pesisir Secara Terpadu untuk Cirebon Tahun 2017, Pemerintah
Kesejahteraan Nelayan, Jurnal Daerah Kota Cirebon, hlm.1.
Dinamika Hukum Vol.14 No.1
Januari 2014, hlm.2.

Yogi Genovan, dkk


Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Di Kawasan Pesisir Kota Cirebon 193

Anda mungkin juga menyukai