Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGANTAR

Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum

janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut

WHO , aborsi berarti keluarnya janin dengan berat badan <500 gram atau

usia kehamilan <20 minggu. Mengingat penanganan bayi baru lahir

berbeda-beda di berbagai Negara, usia kehamilan seperti pada definisi

abortus dapat berbeda- beda pula. Dinegara maju oleh karena teknologi

ilmu kedokteran yang canggih, keguguran saat ini diartikan sebagai

keluarnya hasil konsepsi ketika usia kehamilan <20 minggu atau berat

janin <400 gram1.

Abortus habitualis digunakan kalau seorang wanita mengalami tiga

kali atau lebih abortus spontan yang terjadi berturut-turut. Sedangkan

pengertian abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa

intervensi medis maupun mekanis.3

Angka kejadian abortus sulit ditentukan karena terkadang seorang

wanita dapat mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil dan

tidak menunjukkan gejala yang hebat sehingga hanya dianggap sebagai

menstruasi yang terlambat (siklus memanjang). Insidens abortus kriminalis

sulit ditentukan karena biasanya tidak dilaporkan. Klasifikasi abortus

menurut waktu abortus dapat dikelompokkan sebagai abortus dini, dan

abortus lanjut. Abortus dini bila terjadi pada Trimester pertama (kurang

1
dari 12 minggu ) dan abortus lanjut bila terjadi 12-24 minggu (trimester

kedua) , menurut kejadian abortus dikelompokkan sebagai abortus

spontan, abortus buatan1.

Angka kejadian abortus dilaporkan oleh rumah sakit sebagai rasio

jumlah abortus terhadap jumlah kelahiran hidup. Di amerika serikat, angka

kejadian abortus, secara nasional berkisar antara 10-20 % sementara di RS

Hasan Sadikin Bandung, Indonesia, angka kejadian abortus berkisar antara

18-19 %. Kebanyakan abortus terjadi ketika usia kehamilan <12 minggu;

hanya sekitar 4 % abortus yang terjadi pada trimester kedua dan hanya

sekitar 5 % abortus yang terjadi setelah bunyi jantung janin dapat

ditemukan1.

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor.

Umumnya abortus didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat

meningkatkan terjadinya abortus antara lain faktor janin, faktor maternal

dan faktor eksternal. Umumnya abortus spontan dapat terjadi segera

setelah kematian janin, diikuti oleh perdarahan kedalam desidua basalis.

Oleh karena kejadian abortus yang sulit di indentifikasi sejak awal maka

penting untuk kita mengetahui apa saja faktor-faktor resiko kejadian

abortus.

Laporan kasus mengenai aborsi ini dianggap menarik oleh penulis

karena penulis ingin mengetahui hubungan antara terjadinya abortus pada

kehamilan dan infeksi virus rubella, sehingga kejadian abortus dapat

dicegah terutama berhubungan dengan abortus yang disebabkan oleh

2
infeksi. Bagaimana dengan diagnosis dan terapi yang diberikan pada

pasien ini, sesuai atau tidak.

BAB II
LAPORAN KASUS

I. ANAMNESA
A. Identitas Penderita

Nama : Ny. R

Umur : 22 tahun (5 Juli 1995)

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dok IX

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

No RM : 422243

Tanggal Masuk : 06 Maret 2018

Jam Masuk : 17.00 wit

HPHT : 16/10/2017

TP : 23/07/2018

UK : 19 minggu (USG dr. Daniel tanggal 06 maret

2018)

B. Keluhan Utama : Pasien Kiriman dari Praktek dr. Daniel Sp.OG dengan

Diagnosa G3P0A2+Missed Abortion (abortion Tertunda).

3
C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD kebidanan RSUD Dok II jayapura pada tanggal

06 maret 2018 pukul 17.50 WIT membawa pengantar dari praktek dr. Daniel

Sp.OG dengan diagnosa G3P0A2 gravida 19 minggu+Missed abortion.

Pasien mengaku keluar flek-flek disertai dengan keluarnya gumpalan darah

sejak ±1hari SMRS yang disertai pula dengan nyeri perut sejak 1 hari

sebelumnya, gerak janin dirasakan negatif. Menurut pasien perdarahan

ditandai dengan keluarnya flek-flek yang semakin sering dan bertambah

banyak kemudian keluar darah gumpalan. Pasien mengaku perdarahan

dialami secara tiba-tiba tanpa ada riwayat jatuh sebelumnya. Pada Satu hari

sebelum keluar flek-flek pasien merasakan nyeri perut bagian bawah yang

tidak tertahankan.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Sakit Jantung : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Alergi obat/makanan : Disangkal

Riwayat penyakit Ginekologi : Abortus 2x

Riwayat operasi :-

4
E. Riwayat Obstetri

II. RiwayatKehamilan G3P0A2


No Jenis Usia Penolong Tindakan

Persalinanan Kehamilan

I Abortus 3 bulan (2016) Dokter Obat-obatan

I Abortus 1 Bulan (2017) Dokter Kurtase

III Hamil ini

A.

Riwayat ANC : tidak ada

B. Riwayat Haid

Menarche : 15 tahun

Siklus menstruasi : Teratur 28 hari

Lama menstruasi : 3-4 hari

HPHT : 16 Oktober 2017

TP : 23 Juli 2018

C. Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali, belum sah, usia pernikahandengan suami sekarang 2 tahun.

D. Riwayat KB : Tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

Tanggal 06 Maret 2018

Keadaan Umum : baik, compos mentis

BB: 44 Kg TB : 149 cm

5
Tanda vital :

T : 110/80mmHg Rr : 22 x/ menit

N : 98x/menit S : 36,5 0C

Kepala

Mata : Conjungtiva subnemis (-/-), Sclera Ikterik (-/-)

THT : Tonsil tidak membesar, pharing hiperemis (-)

Leher : Gld. thyroid tidak membesar, limfonodi tidak membesar

Thorax : Glandula mammae hipertrofi (-), areola mammae hiperpigmentasi (-)

Pulmo

Inspeksi : simetris

Palpasi : Fremitus raba kanan =kiri

Perkusi : Sonor / sonor

Auskultasi : SD vesikuler (+/+), RBK basal paru (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (-)

Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Palpasi : Supel, nyeri tekan (+ ), hepar tidak membesar, lien tidak

membesar.

6
Perkusi :Timpani pada daerah bawah processus xyphoideus, redup

pada daerah uterus

Genital : Keluar darah disertai gumpalan darah

Ekstremitas : Oedema

- -

+ +

Akral dingin

- -

- -

B. Status Ginekologis

a.Pemeriksaan Luar

Abdomen

• Inspekulo : portio licin,lunak, OUE tertutup, fluxus ada sedikit valsava (-)

• Pemeriksaan Dalam

Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan, tampak sisa-sisa darah di vagina dan vulva

Portio :lunak, fluxus ada sedikit tumor(-), Laserasi (-).

7
Pembukaan : OUE tertutup, belum ada pembukaan.

Corpus Uteri : antefleksi, lebih kecil dari usia kehamilan,

lembek padat nyeri tekan ada.

Kiri Uterus : Dalam batas normal

Kanan Uterus : Dalam batas normal

Parametrium Kanan/Kiri : Dalam batas normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan rutin Darah Lengkap, DDR, CTBT

Tanggal 06 Februari 2018


Lab Darah
Hb : 12,4 g/dl
Hct : 34,4 %
WBC : 13.05 mm3
PLT : 342 mm3
CT :11’1’’
BT :26’09”
GLU-H : 77 mg/dl
DDR : negatif
Golda :O
USG : G3P0A2 Gravida 19 minggu + Missed Abortion (Praktek dr.
Daniel,Sp.OG pada tanggal06/03/2018)
V. RESUME

Pasien Ny. R usia 22 tahun membawa pengantar dari dr. Daniel Sp.OG

dengan diagnosa G3P0A2 gravida 19 minggu+Missed abortion. HPHT :

16/10/2017 TP: 23/07/2018. telah keluar flek-flek dan gumpalan darah sejak

kemarin yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah. Pemeriksaan fisik

8
abdomen : nyeri tekan (+), vagina : keluar darah (+). Inspekulo :Perdarahan dari

kavum uteri, OUE tertutup tidak teraba jaringan dan tidak berbau. Pemeriksaan

dalam ditemukan Perdarahan dari kavum uteri, OUE tertutup tidak teraba jaringan

dan tidak berbau dan pemeriksaan luar nyeri tekan abdomen Pemeriksaan

laboratorium Hb: 12,4 g/dl Hct: 34,4 % WBC: 13.05 mm3

VI. DIAGNOSIS
G3P0A2 Gravida 19 minggu+Mised abortion

VII. RENCANA TERAPI


Lapor dr. Daniel H. Usmani Sp.OG

Instruksi:

1. Anamnesa

2. Cek Laboratorium

3. Rencana pemasangan Folley Cateter 50 cc

4. Rencana Terapi Gastrol 1/8 tab (/ 6 jam)

5. Alih rawat ke VK

VIII. FOLLOW UP
Tanggal : 06/03/2018 Jam 17.00 Wit
S : Pasien kiriman dari praktek dr. Daniel
Sp.OG dengan Diagnosa G3P0A2 gravida
19 minggu +missed abortion

O : KU : Baik, Kes : CM
TD : 110/70 mmHg
N : 98 x/menit

9
S : 36,5°C
RR : 22 x/m
St. Gen : Dalam Batas Normal
A : G3P0A2 gravida 19 minggu + missed
abortion
P : 1. Anamnesa
2. Cek Laboratorium
3. Rencana pemasangan Folley Cateter 50
cc
4. Rencana Terapi Gastrol 1/8 tab (/ 6 jam)
5. Alih rawat ke VK

Tanggal : 06/03/2018 Jam 18.30 WIT (VK)


S : Pasien tiba di VK dari IGD
O : KU : Baik, Kes : CM
TD : 130/ 80mmHg
N : 70 x/menit
S : 36,5°C
RR : 22 x/m
St. Gen : Dalam Batas Normal

A : G3P0A2 gravida 19 minggu + missed abortion


P : 1. Observasi KU,TTV
2. Terpasang folley kateter ±50 cc
3. Terapi gastrul 1/8 tablet/vaginam
4. Antibiotik amoxicillin

10
Laporan Partus

1. Pukul 06.00 WIT Lahir Janin dalam keadaan masih terbungkus selaput

ketuban

2. Dilakukan injeksi oksitosin 1 ampul IM.

3. Perdarahan ±10 cc

4. Kontraksi Uterus Baik

Observasi 2 jam Post Partum

Jam 07.00 WIT. TD : 110/70 mmHg N:80x/m R:20x/m

Tanggal : 07/03/2018 Jam 08.00 WIT


S : Pasien mengatakan perut masih mules-mules.

11
O : KU : Baik, Kes : CM
TD : 110/ 70mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,5°C
RR : 22 x/m
St. Gen : Dalam Batas Normal

A : P0A3 Post partum+ missed abortion


P : 1. Observasi KU,TTV,Perdarahan
2. Terapi oral Lanjut
3. Rencana USG konfirmasi
4. Rencana Kuretase

12
LAPORAN KURETASE

Pada tanggal 07 Maret 2018 Jam 10.00 WIT

1. Dilakukan aseptic didaerah vulva dan vagina, dengan posisi pasien litotomy diatas meja

operasi dalam pengaruh anestesi TIVA

2. Kandung kemih dikosongkan

3. Pasang duk steril

4. Dipasang speculum bawah dan dibantu oleh asisten

5. Speculum sims atas dipasang

6. Portio diidentifikasi dan dijepit dengan tenakulum arah jam 12

7. Sondasi dilakukan, didapatkan uterus antefleksi

8. Dilakukan kuretase tajam secara sistematis dan hati-hati dengan sendok kuret no 6, kesan

bersih

9. Berhasil keluar jaringan sisa kehamilan sebanyak ± 20 cc, perdarahan 5 cc

10. Setelah diyakini tidak terdapat jaringan, kuret dihentikan

11. Operasi selesai

13
Tanggal : 07/03/2018 Jam 11.00 WIT
S : -
O : KU : Baik, Kes : CM
TD : 120/ 60mmHg
N : 69x/menit
S : 36,5°C
RR : 19 x/m
St. Gen : Dalam Batas Normal

A : P0A3 Post kuretase+ abortus habitualis


P : 1. Observasi KU,TTV,perdarahan
2. Terapi oral Lanjut
3. Rencana boleh Pulang Besok

14
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab abortus habitualis yang

terjadi pada kasus ini ?

Istilah abortus habitualis digunakan kalau seorang wanita mengalami tiga kali

atau lebih abortus spontan yang terjadi berturut-turut. Sedangkan pengertian

abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun

mekanis.1

Penyebab abortus habitualis lebih dari satu (multipel) dan sering terdapat

lebih dari satu faktor yang terlibat. Penyebab abortus berulang yang diketahui

yakni:3

15
1). Kelainan Zygote: kelainan genetik (kromosomal)

Agar bisa terjadi kehamilan, dan kehamilan itu dapat berlangsung

terus dengan selamat, perlu adanya penyatuan antara spermatozoon yang

normal dengan ovum yang normal pula. Kelainan genetik pada suami atau

isteri dapat menjadi sebab kelainan pada zigot dengan akibat terjadinya

abortus. Dapat dikatakan bahwa kelainan kromosomal yang dapat memegang

peranan dalam abortus berturut-turut, jarang terdapat. Dalam hubungan ini

dianjurkan untuk menetapkan kariotipe pasangan suami isteri, apabila terjadi

sedikit-sedikitnya abortus berturut-turut 3 kali, atau janin yang dilahirkan

menderita cacat.

Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan kromosom sehingga sulit

untuk menentukan etiologinya apakah disebabkan oleh kelainan kromosom.

2). Gangguan Hormonal

Pada wanita dengan abortus habitualis, ditemukan bahwa fungsi glandula

tiroidea kurang sempurna. Hubungan peningkatan antibodi antitiroid dengan

abortus berulang masih diperdebatkan karena beberapa penelitian

menunjukkan hasil yang berlawanan. Luteal phase deficiency (LPD) adalah

gangguan fase luteal. Gangguan ini bisa menyebabkan disfungsi tuba dengan

akibat transpor ovum terlalu cepat, mobilitas uterus yang berlebihan, dan

kesukaran nidasi karena endometrium tidak dipersiapkan dengan baik.

Penderita dengan LPD mempunyai karakteristik siklus haid yang pendek,

interval post ovulatoar kurang dari 14 hari dan infertil sekunder dengan

recurrent early losses.

16
Pada kasus ini etiologi gangguan hormonal tidak dapat ditegakkan karena

tidak dilakukan pemeriksaan Glandula Tiroid. Dan dari anamnsesis riwayat

menstruasi yang ada pada pasien ini yaitu teratur maka dapat dikatakan tidak

terjadi gangguan Luteal phase deficiency (LPD). Namun kemungkinan untuk

terjadi gangguan ini ada sehingga perlu pemeriksaan lanjutan.

3). Autoimmune Disorder

Penyakit pembuluh darah kolagen lupus eritematosus sistemik (SLE)

dapat menyebabkan abortus, kemungkinan disebabkan oleh adanya gangguan

aliran darah. APS dikenal juga dengan nama Hughes syndrome merupakan

penyakit autoimun yang pada dekade akhir ini makin dikenal sebagai salah

satu penyebab abortus berulang. Tipe APS ada dua, yakni (primer) bila tidak

disertai dengan penyakit pokok yang mendasari dan (sekunder) bila APS ini

berhubungan dengan adanya SLE, penyakit autoimun lain, infeksi dan

neoplasma.

Berdasarkan teori dan penelitian yang ada bahwa penyakit Lupus telah

menjadi penyebab abortus maka, tidak menutup kemungkinan pasien ini bisa

mengalami gangguan autoimun. Untuk menegakkan etiologi abortus

habitualis adalah SLE maka kita perlu mengetahui pathogenesisnya.

Pathogenesis terjadinya yaitu pada individu dengan presdiposisi genetic

terhadap SLE, timbul gangguan toleransi sel T terhadap self-antigen.

Akibatnya, terbentuk suatu sel T yang autoreaktif dan menginduksi sel B

untuk memproduksi autoantibodi. Pemicu gangguan toleransi ini diduga

berupa hormone seks (peniningkatan estrogen ditambah dengan aktivitas

17
androgen yang tidak adekuat), sinar Ultraviolet, obat-obatan dan infeksi

tertentu (retrovirus, DNA bakteri, endoktoksin).

Auto antibody yang terbentuk menyerang nucleus, sitoplasma,

permukaaan sel IgG, maupun faktor koagulasi (self molecules). Antibody

spesifik yang ditemukan pada penderita LES adalah ANA (anti nuclear

antibody), anti ds- DNA (Anti-double stranded DNA) dan anti-sm antibody.

Ikatan auto antibody ini dengan antigennya akan membentuk kompleks imun

yang beredar ke seluruh tubuh dan diluar kemampuan fagosit mononuclear.

Adanya deposit kompleks imun akan memicu aktifasi system komplemen

yang kemudian mengaktifkan respon inflamasi dengan gangguan organ

terkait.3Pada pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

4).Kelainan pada serviks dan uterus

Abortus juga dapat disebabkan oleh kelainan anatomik bawaan, laserasi

uterus yang luas, serviks inkompeten yang membuka tanpa rasa nyeri,

sehingga ketuban menonjol dan pecah. Di mioma uteri submukus terjadi

gangguan implantasi ovum yang dibuahi atau gangguan pertumbuhan dalam

kavum uteri.

Kelainan bawaan dapat menjadi sebab abortus habitualis, antara lain

hipoplasia uteri, uterus subseptus, uterus bikornis, dan sebagainya. Akan

tetapi pada kelainan bawaan seperti uterus bikornis, sebagian besar kehamilan

dapat berlangsung terus dengan baik. Walaupun pada abortus habitualis perlu

diselidiki histerosalpingografi, apakah ada kelainan bawaan, perlu diperiksa

18
pula apakah tidak ada sebab lain dari abortus habitualis, sebelum menganggap

kelainan bawaan uterus tersebut sebagai sebabnya.

Pada pasien ini perlu pemeriksaan ginekologi untuk menilai bentuk

uterusnya apakah ada kelainan atau tidak, dan pada kasus ini berdasarkan

pemeriksaan ginekologi yang ada menunjukkan tidak ada kelainan uterus, dan

tidak ditemukan mioma pada pemeriksaan USG. Evaluasi lebih lanjut

diperlukan pada ibu ini.

5). Faktor Psikologis

Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus berulang dan keadaan

mental, akan tetapi masih belum jelas penyebabnya. Yang peka terhadap

terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional, dan

sangat mengkhawatirkan risiko kehamilan.

Pada kasus ini ibu mengatakan sangat kuatir dengan kehamilannya,

karena riwayat aborsi sebelumnya. Ibu lebih berhati-hati dalam menjaga

kehamilannya. Namun, apakah penyebab abortus pada ibu ini adalah

gangguan psikologis tidak dapat dipastikan.

6). Gangguan Nutrisi

Berbagai penyakit seperti anemia berat, penyakit menahun dan lain-lain

dapat mempengaruhi gizi ibu sehingga mengganggu persediaan berbagai zat

makanan untuk janin yang sedang tumbuh. Teori bahwa nutrisi pada ibu hamil

sangat penting dalam menunjang kehidupan janin, telah ada sejak dulu

semakin berkembang. Ibu yang kekurangan nutrisi pada saat hamil baik

nutrisi makro maupun mikro dapat menyebabkan janin tidak mendapatkan

19
asupan makanan atau nutrisi melalui darah ibu yang masuk ke plasenta, dan

jika berlangsung secara terus-menerus maka janin tidak berkembang dan bisa

mati.

7) .Penyakit infeksi

Infeksi Toksoplasma, virus Rubela, Cytomegalo dan herpes merupakan

penyakit infeksi parasit dan virus yang selalu dicurigai sebagai penyebab

abortus melalui mekanisme terjadinya plasentitis. Mycoplasma, Lysteria dan

Chlamydia juga merupakan agen yang infeksius dan dapat menyebabkan

abortus habitualis.

Rubeola atau campak adalah infeksi yang sangat menular dan jika

menjadi epidemik, wanita yang tidak di vaksinasi memperlihatkan

peningkatan resiko mengalami pneumonia, diare berat disertai gangguan hasil

akhir kehamilan (abortus).3

Kerusakan janin disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya oleh

kerusakan sel akibat virus rubella dan akibat pembelahan sel oleh virus.

Infeksi plasenta terjadi selama viremia ibu, menyebabkan daerah (area)

nekrosis yang tersebar secara fokal di epitel vili korealis dan sel endotel

kapiler. Sel ini mengalami deskuamasi ke dalam lumen pembuluh darah,

menunjukkan (indikasikan) bahwa virus rubella dialihkan (transfer) ke dalam

peredaran (sirkulasi) janin sebagai emboli sel endotel yang terinfeksi. Hal ini

selanjutnya mengakibatkan infeksi dan kerusakan organ janin. Selama

kehamilan muda mekanisme pertahanan janin belum matang dan gambaran

20
khas embriopati pada awal kehamilan adalah terjadinya nekrosis seluler tanpa

disertai tanda peradangan.3

Sel yang terinfeksi virus rubella memiliki umur yang pendek. Organ

janin dan bayi yang terinfeksi memiliki jumlah sel yang lebih rendah daripada

bayi yang sehat. Virus rubella juga dapat memacu terjadinya kerusakan

dengan cara apoptosis. Jika infeksi maternal terjadi setelah trimester pertama

kehamilan, kekerapan (frekuensi) dan beratnya derajat kerusakan janin

menurun secara tiba-tiba (drastis). Perbedaan ini terjadi karena janin

terlindung oleh perkembangan melaju (progresif) tanggap (respon) imun

janin, baik yang bersifat humoral maupun seluler, dan adanya antibodi

maternal yang dialihkan (transfer) secara pasif.3

Pemeriksaan yang dianjurkan pada pasien ini yaitu pemeriksaan TORCH

yaitu pemeriksaan antobodi IgG dan IgM untuk mengidentifikasi apakah ibu

terinfeksi virus atau tidak, dan menentukan jenisnya akut maupu kronik.

21
3.2. Apakah Diagnosis dan Penatalaksanaan pada kasus ini tepat ?

3.3.1 Diagnosis

Menurut WHO diagnosis Abortus adalah janin yang mati dalam

rahim dengan berat janin kurang dari 500 gram pada usia kehamilan 20

minggu atau kurang.

Pada kasus ini ini telah missed abortion yaitu kehilangan buah

kehamilan pada usia kurang dari 20 minggu dan telah terjadi kematian

janin kurang dari 8 minggu. Diagnosa yang ditegakkan adalah Abortus

Habitualis.

3.3.2 Pengelolaan

Abortus habitualis bergantung pada etiologi. Pada kelainan anatomi

misalnya, inkompetensi serviks, dapat dilakukan operasi shirodkar atau

Mcdonald. Penatalaksanaan abortus habitualis tidak diberikan pada kasus

ini karena etiologi belum diketahui dengan pasti. Penyebab abortus

habitualis untuk sebagian besar tidak diketahui. Oleh karena itu,

penanganannya terdiri atas: memperbaiki keadaan umum, pemberian

makanan yang sempurna, anjuran istirahat cukup banyak, larangan koitus

dan olah raga. Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid,

dan lainnya mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis. Risiko

perdarahan pervaginam yang hebat maka perlu diperhatikan adanya tanda-

tanda syok dan hemodinamik yang tidak stabil serta tanda-tanda vital. Jika

pasien hipotensi, diberikan secara intravena-bolus salin normal (NS) untuk

22
stabilisasi hemodinamik, memberikan oksigen, dan mengirim jaringan

yang ada, ke rumah sakit untuk diperiksa1.

Tatalaksana yang diberikan pada kasus ini adalah tatalaksana missed

abortion . observasi keadaan Umum, tanda-tanda vital. Pemasangan folley

kateter ±50 cc untuk induksi persalinan. Pemberian Gastrul 1/8 tablet dan

pemberian antibiotic amoxicillin. Terapi oral diberikan untuk

memperbaiki keadaan umum dari pasien.

23
3.3. Kesimpulan

1. Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi tiga kali atau lebih abortus

spontan yang terjadi berturut-turut.

2. Etiologi dari abotus habitualis adalah kelainan zigot, gangguan hormonal,

ganguan nutrisi, penyakit infeksi, autoimun disorder, kelainan servik dan

uterus, dan faktor psikologis.

3. Patofisiologi terjadinya abortus mulai dari terlepasnya sebagian atau

seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin

kekurangan nutrisi dan O2. Bagian yang terlepas dianggap benda asing,

sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi.

4. Gambaran klinis abortus habitualis adalah kontraksi uterus, perdarahan

uterus, dilatasi servix, dan presentasi atau ekspulsi seluruh atau sebagian

hasil konsepsi

5. Etilogi pasti pada kasus ini tidak dapat diketahui, karena pemeriksaan

penunjang yang tidak mendukung.

24
Daftar Pustaka

1. Krisnadi R,Sofie dan Anwar D.Anita., 2012. Keguguran (Abortus). Obstetri

Patologi Edisi 3.Jakarta, EGC : 1-11

2. Soewarto .,2012. Kematian januin. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo

Edisi 4. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: 733-735.

3. Cunningham F.G. et.all. 2014. Abortus . Obstetri Williams Edisi 23. Volume 2

.EGC: 226-236, 1281-1283

4. Dorland W.A.N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta : EGC

pp. 1776

25

Anda mungkin juga menyukai