Anda di halaman 1dari 17

MEMBACA DAN SASTRA ANAK

Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah martikualistik

Disusun Oleh :
Nama : Vika Lorenza
NIM : 2088201042
Dosen Pengampu : Suryani, M.Pd

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NURUL HUDA SUKARAJA
OKU TIMUR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya sehingga
makalah ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing yang selalu memberikan
motivasi, dukungan, dan membantu dalam pembuatan makalah ini. Kepada
teman-teman kelompok dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah
ini yang turut memberikan ide-ide. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua yang ingin menambah pengetahuan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca.

Belitang, September 2020

Penyusun,
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................. i
Kata Pengantar................................................................................................. ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii

BAB I  PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................
1.3. Tujuan Pembahasan............................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Membaca dan Sastra..........................................................
2.2. Sastra Sebagai Landasan Pengembangan Membaca...........................
2.3. Pemanfaatan Bahan Ajar Sastra Bagi Penumbuhkembangan.............
Kemampuan Berbahasa......................................................................
2.4. Pengajaran Sastra Indonesia................................................................

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan..........................................................................................
3.2. Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang
penting didalam dunia pendidikan. Seperti dalam kehidupan sehari-hari kita
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, kita
harus mempelajari ilmu pendidikan tentang bahasa dan sastra Indonesia. Agar
kita dapat belajar dan mengetahui bagaimana cara kita menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
Terutama bagi pendidik, pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
dirasakan memang sangat penting. Karena seorang pendidik memberikan
pengajaran kepada anak-anak didiknya, harus bisa menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Apabila seorang pendidik mengunakan
bahasa yang kurang baik, maka akan dicontoh oleh anak-anak didiknya.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Membaca dan Sastra?
2. Apa itu Sastra Sebagai Landasan Pengembangan Membaca?
3. Apa itu pemanfaatan Bahan Ajar Sastra Bagi Penumbuhkembangan
Kemampuan Berbahasa?
4. Apa itu pengajaran Sastra Indonesia?

1.3. Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami tentang
membaca dan sastra anak, dan apa saja yang menjadi tujuan membaca dan
sastra anak.
II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Membaca dan Sastra
Secara keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan
menggunakan pikiran juga perasaan, serta membina persatuan dan kesatuan
bangsa. Di SD, khususnya di kelas 1 dan 2 diutamakan pengembangan
kemampuan berbahasa Indonesia sederhana melalui membaca, menulis,
mengarang dan imla (dikte) dengan menggunakan bahasa Indonesia baku.
Untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar menggunakan
bahasa, dalam kegiatan kegiatan belajar di kelas 1 dan 2 diberikan
pengetahuan sederhana tentang lingkungan alam dan sosial.
Menurut Spodek dan Saracho, membeca merupakan proses
mendapatkan makna dari barang cetak. Ada dua cara yang ditempuh dalam
membaca untuk memperoleh makna dari barang cetak yaitu :
1. Langsung, yakni menghubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan
maknanya.
2. Tidak langsung, yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan
menghubungkannya dengan makna.
3. Kaitan Membaca dan Sastra
Sastra berfungsi menghibur dan sekaligus mendidik, sehingga
paling sedikit yang diperoleh dari sastra yaitu memahami kebutuhan akan
kepuasan pribadi dan pengembangan kemampuan bahasa. Kepuasan
pribadi anak-anak setelah membaca karya sastra sangat penting, artinya
selain mereka diminta menguasai keterampilan membaca selanjutnya
karya sastra juga berfungsi mengembangkan wawasan.
Dalam fungsi karya sastra dalam mengembangkan kemampuan
berbahasa dapat disebut sebagai nilai pendidikan. Banyak hasil
pendidikan yang menunjukan keefektipan karya sastra dalam
mengembangkan kemahiran berbahasan. Misalnya: Sorolski dkk,
menemukan bahwa buku bergambar yang baik dapat merangsang
peningkatan pikiran dan perasaan anak secara lisan.
2.2. Sastra anak-anak dan pengembangan keberwacanaan
Keberwacanaan adalah kemampuan membaca dan menulis dalam
menunaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan dunia kerja dan kehidupan
diluar sekolah (Tompkins, 1991:81). Pengembangan membaca dan menulis
telah diamanatkan di dalam kurikulum Pendidikan Dasar khususnya
pendiikan dasar yang diselenggarakan di SD.
Pelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi, mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui
kegiatan membeca dan menulis (Kurikulum Pendidikan Tahun 1994).
Pengembangan keberwacanaan dapat dilaksanakan melalui pemanpaatan ini
anak-anak sebagai media pembelajaran membaca dan menulis. Pemanpaatan
ini didasarkan pada asumsi bahwa sastra dapat mengembangkan bahasa,
sastra dapat mengembangkan bahasa anak (Huck, 1987: Ellis, 1989)
Istilah keberwacanaan merupakan terjemahan “Literacy” dari bahasa
Inggris. Semula, literacy diartikan sebagai pengetahuan tentang cara
membaca (keberaksaraan) tetapi kemudian karena tujuan yang diharapkan
bukan sekedar mengenal aksara atau tulisan. Para guru memperkrnalkan
komputer pada anak SD dan mengembangkan keberwacanaan komputer
(computer literacy).
Bagaimanapun, keberwacanaan adalah suatu alat atau sarana yang
dipakai untuk belajar tentang dunia dan untuk berperan penuh dalam
masyarakat.

2.3. Awal keberwacanaan


Keberwacanaan adalah proses yang dimulai sebelum pendidikan dasar
berlanjut kemasa dewasa. Keberwacanaan dilakukan pada anak berumur 5
tahun atau pada saat memasuki taman kanak-kanak. Sebagai “persiapan”
untuk pembelajaran membaca dan menulis yang akan dimulai secara formal
pada tingkat pertama.
Imflikasi dari hal ini adalah bahwa dalam perkembangan anak-anak
ada saat-saat yang tepat untuk mengajari mereka membaca. Persfektif tentang
cara anak menjadi anak itulah yang disebut awal keberwacanaan (emergency
literacy).
Berdasarkan keberwacanaan ditentukan oleh 4 komponen, atau 4
elemen umum yaitu:
1. Pesan tekstual (textual intent)
2. Daya tawar (negotiability)
3. Bahasa digunakan untuk meningkatkan bahasa (language use to tinetune
language)
4. Pengambilan risik (risk takinag)
5. Fungsi sastra anak-anak dalam pengembangan keberwacanaan
Pada bagian awal tulisan ini dikemikakan bahwa keberwacanaan
mnengacu pada kemampuan membaca dan menulis. Terkait dengan dua
kemampuan inilah fungsi sastra anak-anak dalam pengembangan
keberwacanaan dijelaskan dengan memanfaatkan informasi (Huck, 1987: 15-
16) menyimak cerita dapat memperkenalkan anak pada pola-pola bahasa dan
mengembangkan kosakata serta maknanya, peran membaca juga cukup
signifikan dalam pengembangan menulis.
Smith mengetakan pengembangan komposisi dalam menulis tidak
dapat dikembangkan dalam menulis saja tetapi menuntut aktifitas membaca
dan kegemaran membaca. Hanya dari bahasa tulis orang lain anak-anak dapat
mengamati dan memahami konvesi serta gagasan secara bersama-sama
(Huck, 1987).

2.4. Sastra Sebagai Landasan Pengembangan Membaca


Program pembelajaran sastra yang berlandaskan sastra menggunakan
berbagai endekatan dan strategi untuk membentu keterampilan berbahasa.
Pembelajaran bersifat terpadu yang sudah diterapkan dalam situasi kelas yang
bagaimanapun. Jadwal membaca tiap hari dapat digabarkan dengan cara,
yaitu waktu dua jam dipandang sudah sesuai karena keterampilan
berkomunikasi dalam bidang membaca, menulis, menyimak dan berbicara
diajarkan secara terpadu.
Guru memerlukan waktu khusus untuk mengajarkan keterampilan-
keterampilan tertentu kepada kelompok anak atau seluruh anak di kelas.
Dalam keseluruhan program pembelajaran bahasa kegiatan terarah kadang-
kadang berwujud pembelajaran strategi membaca. Misalnya murid
menanggapi ilustrasi cerita, membuat ilustrasi hasil karya sastra sendiri,
mendemonstrasikan peristiwa dan sebagainya.

2.5. Kegiatan Bebas


Anak-anak perlu sekali diberikan kesempatan untuk memprakarsai
kegiatan-kegiatan mereka sendiri dan bertanggung jawab untuk
melaksanakannya. Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk
membuat keputusan, mengatasi masalah, dan bertanggung jawab atas
kegiatan belajar, mereka sendiri dapat mempersiapkan anak-anak menghadapi
tuntutan dunia kerja dalam kehidupan yang sebenarnya.

2.6. Kegiatan murid-guru


Diadakan diskusi antara murid dan guru untuk menolng anak-anak
yang memerlukan peningkatan dalam hal keterampilan khusus atau
pemahaman. Melalui diskusi-diskusi, murid dengan guru dapat
mengumpulkan informasi penting mengenai minat anak, sikap terhadap
kegiatan membaca dan perkembangan dalam keterampilan membaca dan
keterampilan berpikir.
Diskusi murid dan guru tersebut hendaknya mengandung hal-hal berikut:
1. Diskusi dapat difokuskan pada unsur-unsur bacaan, konsep atau
permasalahan yang ada dalam bacaan pengarang atau jenis karya sastra.
2. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuju pada hal-hal tertentu
sehingga murid yang bersangkutan terlihat dalam kegiatan berpikir tingkat
tinggi (menganalisis, mensintesa dan mengevaluasi).
3. Membaca nyaring bagian bacaannya dipilih sendiri oleh murid yaitu
bagian yang dia sukai.
4. Diskusi difokuskan pada proses pemilihan kegiatan, rencana untuk
mengatasi hambatan penyelesaian tugas.
5. Saran untuk kegiatan membaca selanjutnga dan petunjuk mengenai
pengembangan ketermpilan.
6. Karakteristik sastra sebagai bahan ajar kemampuan berbahasa
Sebagai bahasa ajar, sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh
bahan bahasa ajar yang lain, yaitu bahasa, struktur teks, isi pesan, asfek
kejiwaan yang ditumbuhkembangkan dan strategi perangkapan isi teks yang
diperlukan.
Bahasa teks sastra berciri kontatif atau kiasan, dilihat dari aspek
semantis yang dikandungnya, bersifat informal bila dilihat dari segi
bahasanya, banyak mengandumg majas, dan menonjolkan ciri wacana narasi
dan deskrifsi. Dilihat dari isi, teks sastra mengandung pesan-pesan
kemanusiaan, pesan-pesan ini bersifat tidak langsung. Dilihat dari struktur
teksnya, teks sastra mengandung karakter/tokoh, alur, peristiwa, setting, dan
sudut penceritaan. Aspek kejiwaan meliputi daya nalar, kepekaan emosi, daya
imajinasi, perluasan wawasan dan daya kreasi. Daya nalar ditumbuh
kembangkan melalui pemahaman dan penghayatan terhadap permasalahan
kemanusiaan dan lingkungan hidup. Emosi ditumbuh kembangkan melalui
penghayatan karakter tokoh dan peristiwa-peristiwa kehidupan.
Daya imajinasi ditumbuh kembangkan melalui kegiatan berpikir
asosiatif yakni mengasasikan peristiwa yang disuguhkan dalam teks sastra
yang dibacanya dengan peristiwa sehari-hari. Daya kreasi ditumbuh
kembangkan melalui kegiatan berpikir divergen (yang diarahkan untuk
menumbuh kembangkan kebersamaan dan kemampuan anak mengemukakan
pendapat), kegiatan berpikir rekreatif, dan kegiatan kreatif. Wawasan yang
dimaksudkan disini adalah berkembangnya wawasan anak yang diakibatkan
oleh aktifitas belajar yang telah dilakukannya.
Pembaca sastra memerlukan strategi baca yang berbeda dengan
strategi membaca teks-teks nonsastra, itu disebabkan oleh bahasa sastra
bersifat konotatif/kias, yang berarti pesan disajikan oleh pengarang secara
terselubung. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, yaitu nilai
keindahan dan nilai moral akan meresap dan berkembang dalam diri anak
secara alami.
Karya sastra dapat menolong anak-anak memahami dunia mereka,
membentuk sikap-sikap yang positif, dan menyadari hubungan dengan
manusia. Lewat karya sastra anak-anak dapat mempelajari dan memaknai
dunia mereka misalnya dengan membaca karya sastra yang melukiskan
seorang anak yang sering menolong sehingga disayang oleh gurunya dan
teman-temanya, anak akan mengerti bahwa mereka harus bersukap seperti itu
agar banyak yang sayang.

2.7. Pemanfaatan Bahan Ajar Sastra Bagi Penumbuhan kembangan


Kemampuan Berbahasa
Pengajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk menyiapkan agar
anak mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Pengajaran yang demikian pada hakekatnya adalah pengajaran yang
dimaksudkan untuk membentuk kompetensi komunikasi. Kompetensi ini
memiliki empat unsur pokok yaitu pengetahuan dan penguasaan kaidah
tatabahasa baik fonologi, morfologi, sintaksis maupun sematik. Pengajaran
apresiasi sastra dengan bahan bahan ajar sastranya, berfungsi sebagai wahana
penbentukan kompetensi komunikasi khusus kepada anak. Kompetensi yang
dimaksud disini adalah kompetensi komunikasi sastra dan kompetensi
komunikasi bahasa yang lain yang berarah emotif-imajinatif. Pengajaran
bahasa dengan bahan ajar sastra mengajak anak untuk memahami
karakteristik bahasa sastra sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia, dan
karakteristik komunikasi sastra sebagai salah satu bentuk komunikasi tulis
bahasa Indonesia. Karakteristik komunikasi astra antara lain:
1. komunikasi ini bersifat tidak langsung
2. kehadiran penulis tidak dapat menggantikan kedudukan teks sastra yang
ditulisnya
3. konteks komunikasi sastra berdimensi ganda
4. ada jarak antara realitas dalam teks dalam realitas kehidupan nyata dan
antara teks sastra dengan penulisnya.
Pengajaran sastra dewasa ini dibagi dua golongan besar yaitu:
1. Pengajaran tentang sastra, pengajaran tentang sastra berisi teori-teori
sastra.
2. pengajaran sastra beranggapan bahwa untuk mengapresiasi karya sastra
siswa harus langsung dikenalkan dan diakrabkan dengan karya sastra.
Kegiatan mengenal meliputi melihat, mendengar, menyimak, dan
membaca. Kegiatan memahami meliputi kegiatan menafsirkan, mengartikan,
memproposikan, mencari hubungan, menemukan pola, menarik kesimpulan
dan menggeneralisasi.

2.8. Kedudukan pengajaran sastra dalam kurikulum 1994, dalam kurikulum


1994, tujuan dibagi atas:
 Tujuan umum pengajaran, yakni tujuan yang harus dicapai oleh
pengajaran bahasa dan sastra Indonesia.
 Tujuan khusus pemahaman, yakni tujuan agarsiswa menguasai dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan reseptif.
 Tujuan khusus penggunaan, yakni tujuan agar siswa menguasai dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan produktif.
Kemampuan apresiasi sastra tidak hanya untuk meningkatkan
kemampuan apresiasi itu sendiri, memahami dan dapat mengapresiasi karya
sastra Indonesia serta dapat mengkomunikasikan secara lisan dan tulisan.
Tetapi juga pengajaran lewat sastra, pengajaran sastra yang digunakan
sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan
mengembangkan kepribadian.
1. Pengembangan Pembelajaran Membaca Berdasarkan Karya Sastra
2. Pendekatan untuk meningkatkan Keterampilan Membaca
Menurut teori Schema, sering membaca buku dengan jumlah banyak
memungkinkan anak mengembangkan pengetahuan, selanjutnya
memudahkan mereka juga dapat bervariasi bacaannya. Mereka akan
memiliki apresiasi terhadap karya sastra dan kemungkinannya mereka
menjadi pembaca sepanjang hidupnya (North, 1989: 426). Murid-murid perlu
diberi kesempatan untuk membaca karya sastra yang mereka pilih sendiri, di
samping kegiatan membaca dengan pengarahan guru. Pendekatan-
pendekatan yang dapat diterapkan antara lain membaca dalam hati dalam
waktu yang relatif lama tanpa diganggu, kelompok membaca.
1. Model Pegembangan Keberwacanaan Melalui Sastra
2. Model perencanaan pengembangan
Komponen-komponen pembelajaran yang perlu direncanakan
meliputi tujuan pembelajaran, bentuk dan sifat pembelajaran, bahan
pembelajaran serta prosedur pembelajaran (Norton & Norton, 1994:7).
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat menemukannya dari tujuan
umum pengajaran. Bentuk prmbelajaran dibedakan atas pembelajaran
klasikal kelompok dan individu. Agar epektif dibutuhkan kerjasama antara
murid dan guru meliputi kelompok kecil dan individu. Aktivitas ini
dibedakan menjadi aktivitas jangka pendek, jangka lama, dan aktivitas pojok
belajar. Bahan pembelajaran meliputi nama-nama buku, referensi, gambar-
gambar pendukung media.

2.9. Strategi pengembangan


Beberapa strategi pengembangan dengan teknik utama latihan yang
didasarkan pada uraian Johnson (1987) dalam Literacy Through Literature,
untuk mendukung agar penerapan strategi bisa dilakukan diperlukan buku-
buku sederhana dan menarik agar anak mudah juga tertantang membacanya.
Dalam memilih dan mengembangkan latihan, peran guru adalah menjamin
tersedianya bahan, yaitu menyajikan cerita secara lisan dan melalui latihan
membimbing dan memberikan bimbingan individu pada siswa yang berusaha
menerapkan latihan pada buku latihannya.
2.10. Jenis strategi diantaranya yaitu:
1. Teknik Cloze
2. Ringkasan Model Burgs (RBM)
RBM dikembangkan dari prosedur klos yang sudah lajim melalui dua
cara; pertama siswa belajar melalui ringkasan bukan dengan teks asli,
kedua kata-kata terpilih digantikan kata kosong awal kata, RBM juga
disajikan sebagai permainan. Agar aplikasi ini tetap mengembangkan
keterampilan anak perlu prosedur klos yang terbimbing sebagaimana
contoh berikut:
3. Tangga cerita (story ladders)
Tangga cerita diciptakan dengan membuat ringkasan cerita yang bagian
akhir kalimatnya dihapus. Anak ditugaskan mengkreasikan sendiri
lanjutannya tapi bukan kalimat aslinya. Anak akan senang memprediksi
cerita sebelum membaca dan merevisinya setelah membaca.
4. Teknik Skala
Skala penilaian dikembangkan dengan daftar pasangan kata yang
berlawanan seperti, baik/jahat, hangat/dingin, cepat/lambat dan
berat/ringan. Selanjutnya anak diminta menilai tokoh cerita dengan
skala yang dibuat oleh guru. Latihan ini dapat membantu siswa yang
berekspresi dalam tulisan.

2.11. Pengajaran Sastra Indonesia


Pengajaran sastra Indonesia merupakan suatu sistem yang didalamnya
mengandung beberapa komponen, maka problematik yang ada dalam
pembelajaran sastra di SD dapat bersumber pada komponen-komponen
berikut ini :
1. Tujuan
Sejak kurikulum SD 1975, kurikulum SD 1984, maupun kurikulum SD
1994 seperti sekarang. Pelajaran sastra Indonesia selalu dimasukan kedalam
pengajaran bahasa Indonesia, khususnya di SD. Fungsi pelajaran bahasa
Indonesia adalah:
1) Pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa
2) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan bahasa Indonesia dalam
rangka pelestarian dan pengembangan budaya
3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan bahasa Indoneia untuk
meraih dan mengembangkan ilmu pengetehuan teknologi dan eni.
Tujuan megenai sastra yaitu:
(1) Siswa mampu mengenal dan mampu membedakan bentuk-bentuk
puisi, prosa dan drama.
(2) Siswa mampu membedakan ragam bahasa sastra dan ragam bahasa
lainnya.
Isi materi pelajaran
 materi pelajaran harus relevan terhadap tujuan intruksional yang
harus dipakai
 materi pelakaran haru sesuai taraf kesulitannya dengan
kemampuan siswa
 materi pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa
 materi pelajaran harus membantu untuk melihat diri secara aktif,
baik dengan berpikir atau dengan mengadakan kegiatan
 msteri pelajaran harus sesuai dngan prosedur didaktik yang
diikuti
 materi pelajaran harus sesuai dengan media pengajaran yang
tersedia
Dengan demikian apabila peran guru dan penilaian isi materi
pelajaran itu menyediakan bacaan yang bermutu, memberi kebenasan
kepada anak untuk memilih bacaan yang disukainya.

2. Guru
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan proses
pengajaran satra di kelas, guru dituntut mempu melaksanakan tugasnya
secara propesional. Guru harus memiliki 10 kopetensi yaitu:
1) Kemampuan menguasai bahan materi bidang study.
2) Kemampuan mengelola program belajar mengajar.
3) Kemampuan mengelola kelas.
4) Kemampuan menggunakan media dan sumber.
5) Penguasaan landasan-landasan pendidikan.
6) Kemampuan mengelola interaksi belajar megajar.
7) Kemampuan menilai kemampuan siswa.
8) Pengenalan fungsi dan program layanan dan bimbingan dan konseling
di sekolah.
9) Pengenalan dan penyelenggaraan admisistrasi sekolah.
10) Pemahaman prinsip-prinsip dan penafsiran hasil-hasil penelitian guna
keperluan pengajaran.

3. Siswa
Siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran
sastra. Dalam pengajaran siswa di SD, problem yang berkaitan dengan
siswa yang dapat di identifikasi antara lain motivasi minat belajar sastra,
serta lingkungan belajar siswa. Timbulnya motivasi dan minat siswa
belajar yang rendah tidak terlepas dari faktor lingkungan siswa, karena
lingkungan merupakan sarana yang sangat mempengaruhi dalam belajar
sastra.

4. Bentuk kegiatan belajar mengajar


Kean & Personke (1976:341) mengarahkan bahwa sebaiknya
disekolah dasar, sastra jangan dipandang sebagai suatu subjek yang harus
di ajak terapi sebagai suatu wahana untuk mendapatkan pengalaman, yang
menyenangkan, menyedihkan, lucu, menakutkan dan lainnya.

5. Sarana dan prasarana


Sarana dan prasarana merupakan komponen pengajaran yang tak kalah
penting. Perpustakaan dan kelengkapan koleksi buku-buku sastra sangat
menunjang kelancaran pengajaran sastra. Demikian pula media dan alat-
alat pengajaran yang lengkap sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran sastra
III. PENUTUP
Kesimpulan
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia mempunyai arti yang cukup penting. Poin yamg lebih
penting ladi di dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terutama
adalah membaca. Karena ketika kita duduk dibangku SD, hal pertama yang
harus kita pelajari adalah membaca, kemudian kita akan dapat menulis juga
menghitung serta merangkai berbagai macam kalimat. Jika begitu kita akan
dapat membacakan karya-karya sastra. Sastra juga sarana yng diberikan untuk
mengembangkan kreatifitas anak di dalam pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Rofi Uddin Ahmad dan Zuhri, Darmiyanti. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dikelas Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktoran Jendral Pendidikan Tinggi

Tyok. 2008. Membaca dan Sastra Anak.


http:/www.balipast.com/balipastcetak/2004/12/12/apresiasi.html

Anda mungkin juga menyukai