CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Hasanuddin University Repository

DISERTASI

EFEKTIFITAS ABATISASI DAN FOGGING

SERTA KETERKAITAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP
DENSITAS LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH ENDEMIS
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MAKASSAR

ERNIWATI IBRAHIM
P0200311418

PASCASARJANAPROGRAM STUDI S3 KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
 ABSTRACT

Dengue Fever is an acute infectious disease caused by the dengue virus and
transmitted through the bite of Aedesaegypti. Indonesia is one country that is still at risk
of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), for up to 2010 about 70% of districts / cities are
still categorized as endemic, (DG P2PL MoH, 2011).This study aimed to analyze the
effectiveness of interventions abatezation and fogging on the density of larvae in the
endemic area of Makassar. Type this research is the quasi experiment with a
prospective approach. The samples were 200 houses selected by proportional random
sampling. The results showed that abatezation and Fogging effectively improve Figures
Free Flick (ABJ) and lower Larva Density Index (House Index) of 8.6%, although the
percentage is lower compared to simply abatezation. In the village who do not
abatezation and fogging decreased and increased significantly in Figures Free Flick
(ABJ) and the House Index (HI), amounting to 16.6%.
Further research is needed deep and ongoing to further examine the impact of
implementation of abatezation and fogging, good for people's health and the health of
the environment.

Keywords: DBD; abatezation; fogging; ABJ; House Index.

ii
 ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi akut yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Indonesia termasuk salah satu Negara yang masih berisiko terhadap
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), karena sampai dengan tahun 2010
sekitar 70% kabupaten /kota masih termasuk kategori endemis DBD, (Ditjen
P2PL Kemenkes, 2011).
PenelitianinibertujuanuntukMenganalisisefektifitasintervensiabatisasidan
fogging terhadap densitas larva di wilayah endemis DBD Kota Makassar.Jenis
peneltian ini adalah Eksperimental semu (Quasi Experiment) dengan
pendekatan prospektif. Sampel penelitian adalah 200 rumah penduduk yang
dipilih secara proportional random sampling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Abatisasi dan Fogging efektif meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ)
dan menurunkan Indeks Kepadatan Larva (House Indeks) sebesar 8.6%,
meskipun persentasenya lebih rendah dibandingkan dengan hanya melakukan
abatisasi. Pada Kelurahan yang tidak dilakukan abatisasi dan fogging terjadi
penurunan dan peningkatanse cara signifikan pada Angka Bebas Jentik (ABJ)
dan House Indeks (HI) , yaitu sebesar 16.6%.

Selanjutnya masih diperlukan riset yang mendalam dan berkelanjutan

untuk menelaah lebih jauh dampak dari pelaksaanaan abatisasi dan fogging,baik
terhadap kesehatan masyarakat maupun terhadap kesehatan lingkungan.

( Kata kunci: DBD, abatisasi, fogging, ABJ, House Indeks)

iii
 DAFTAR PUSTAKA

A.N. Clements, 1992. The Biology Of Mosquitoes, Development, Nutrition, and

Reproduction, vol. 1.pg, 74-150. London school of Higiene and Tropical
Medicine. Chapman & Hall

Agus setyobudi. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik

nyamuk di daerah endemik dbd di kelurahan sananwetan kecamatan
sananwetan kota blitar [onine] http://journal.unsil.ac.id/jurnal/prosiding/9/930-
agus_30.pdf.pdf[diakses, 21 mei 2013]
Ananya Bar dan J Andrew,2012. Seasonal Prevalence of Aedes aegypti Larvae in
Agra. Research in Zoology 2012, 2(3): 15-18 , DOI:
10.5923/j.zoology.20120203.02
www.sapub.org/global/showpaperpdf.aspx?doi=10.5923/j.zoology...
[Akses, 19 Mei 2013]

Anonim, 2013 http://www.sumbarsehat.com/2013/09/efektifitas-fogging-dalam-

pemberantasan.html

Arman. 2008. Analisis faktor–faktor yang berhubungan dengan kontainer indeks jentik
nyamuk aedes aegypti di kota makassar. Jurnal kesehatan masyarakat madani,
issn.1979-228x,vol.01 : 02.

Arsunan, A.A. 2013. Epidemiologi Demam Berdarah di Indonesia. Masagena

BPress, Makassar, Indonesia

____________, 2013 Analisis Faktor Lingkungan dan Gerakan PSN terhadap Densitas
Larva Nyamuk Aedes Aegypti di wilayah Endemis DBD Makassar ,
Aryani, Nina., dkk. 2008. Proporsi dan Dinamika Larva Aedes, Anopheles, dan Culex
yang ditemukan di Denpasar. Bali: Jurnal Veteriner. Vol.9, N0.1: 41-44.

Asiah, Siti., dkk. 2009. Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Rambutan (Nephelium
lappaceum L.) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti Instar
III.Jurnal kesehatan. Vol.2, No.2: 103-114.

Bannet KE, et al, 2002. Variation in Vector Competence for Dengue 2 Virus among 24
Collection of Aedes Aegypti from Mexico and The United States, Am J Trop
Med Hyg 67: 85-92.

Basker P, PichaiKannan, 2013. Study on Entomological Surveillance and

itsSignificance during a Dengue Outbreak in theDistrict of Tirunelveli in Tamil
Nadu, India

iv
Bautista,J.R, 2011. Pathogenecity of Bacillus thuringiensis against the dengue vector
Aedes aegypti larvae. Journal of Microbiology Research Vol. 5(31), pp. 5787-
5789. [online] at http://www.academicjournals.org/AJMR .

Beni Raharjo MI, 2015. Belajar ArcGis DEkstop 10, Geosiana Press

BP, Irfansyah, 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Densitas Jentik Aedes aegypti
Di Kelurahan Banta-Bantaeng Kecamatan Rappocini Kota Makassar. [online]
Danis-Lozano R, Rodríguez, M, 2002, Gender-related family head schooling and
Aedes aegypti larval breeding risk in Southern Mexico . Journal of salud
Publica de Mexico/ vol 44, no.3 (237-242)
Dean T. Jamison & W. Henry Mosley. 1993. Dengue Disease Control Priorities in
Development Countries - Oxford Medical Publication.

Ditjen P2PL Kemenkes. 2011. Kebjakan Nasional Pengendalian DBD.

Dinkes Kota Makassar. P2PL, 2012. Data Penderita DBD di Kota Makassar.

Djunaidi, D, 2006. Epidemiologi, Imunopatologi, Patogenesis, Diagnosis dan

Penatalaksanaannya (DBD).Jakarta : Rineka Cipta.
Dungern, P, Von &Briegel Hans., 2001. Protein catabolism in mo6squitoes: ureotely
and uricotely in larval and imaginal Aedes aegypti . Journal of Insect Physiology
47 elmu.umm.ac.id/file.php/1/jurnal/J-g/.../Vol47.Issue2.../1014.pdf...[Akses, 19
Mei 2013]
Fathi., dkk. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan perilaku Terhadap Penularan Demam
Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesling. Vol.2, No. 1:1-10.

Hasyimi,M, 2004. Pengamatan Tempat Perindukan Aedes Aegypti Pada Tempat

Penampungan Air Rumah Tangga Pada Mayarakat Pengguna Air Olahan.
[online]
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/view/1328[diakases 20
mei 2013]

Hawley, W, A., 1985. The Effect Of Larval Density On Adult Longevity Of A Mosquito,
Aedes Sierrensis: Epidemiological Consequences. Journal of Animal
Ecologywww.mr4.org/.../2.3%20Modifying%20Fecundity,%20Longevity,%20a[Ak
ses, 19 Mei 2013]
Héctor, G & Janine, R. 2009. Dengue in the americas: challenges for Prevention and
control. Http :www.scielo.br/pdf/csp/v25s1/03.pdf
Hidayat, M. Choirul., dkk. 1997. Pengaruh pH Air Perindukan Terhadap Pertumbuhan
dan perkembangan Aedes aegypti Pra Dewasa. Cerminan Dunia Kedokteran
No.119.1997: 47-49.

v
Indrawati, Agustin. 2011. Uji Patogenisitas Zoospora Kapang Legenidium Giganteum
Terhadap Larva Instar-2 Nyamuk Aedes aegypti Skala Laboraturium. [online]
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet/article/view/2360 [diakses 19 mei 2013]

Jamal, Z, A & Abuldahab, F., 2012. Physiological Studies on the Aedes eagypti larvae
Culicidae, Diptera. Life Science Journal.
www.lifesciencesite.com/lsj/life0901/122_8680life0901_844_849.pdf

Jennings CD, Phommasack B, Sourignadeth B, Kay BH: Aedes aegypti

control in the Lao People’s Democratic Republic, with reference to
copepods. Am J Trop Med Hyg 1995, 53:324–330.

Karunaratne ,Weeraratne T.C, 2013, Insecticide resistance and, efficacy of space

spraying and larviciding in the control of dengue vectors Aedes aegypti and
Aedes albopictus in Sri Lanka, Journal of Pesticide Biochemistry and
Physiology 107 (152-158).

Kurniawati R, Martiana Wati D, Ariyanto Y, 2015. Analisis Spasial Sebaran Kasus

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Jember Tahun 2014, Bagian
Epidemiologi dan Biostatistia Kependudukan FKM Uneiversitas Jember, Artikel
Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa

Langat, Bernard K., et all. 2012. Larvicidal effect of Mundulea Sericea (Leguminosaea)
plant extract against Aedes aegypti (L.)(Diptera:culicidae). Kenya: African
Journal of Pharmacology and Therapeutics Vol.1 N0.3 (106-109).

Laerciana, Vieira, Adriano, etc. 2013. Infection of aedes aegypti (diptera: culicidae)
Larvae and adults by the entomopathogenic Fungus metarhizium anisopliae
(metschn.) Sorokin. British microbiology research journal 3(3): 309-317, 2013
[online] www.sciencedomain.org/download.php?...vieira3...

L.P. Lounibos, 2002. Does temperature affect the outcome of larval competition
between Aedes aegypti and Aedes
albopictus.[online]http://www.sove.org/Society_for_Vector_Ecology/Journal/Ent
ries/2002/6/1_Volume_27,_Number_1_files/Lounibosetal.pdf

Marhamah , 2016. Pemetaan Densitas Larva Aedes Aegypti berdasarkan pelaksanaan

3 M di daerah Endemis dan Non Endemis Kecamatan Rappocini Kota
Makassar, skripsi, dipublikasikan, FKM Unhas,

Maria, Elosia, Nicolas, etc. 2004. Susceptibility of aedes aegypti larvae to the
Insecticide temephos in the federal district, Brazil.http:
www.scielo.br/pdf/rsp/v38n5/en_21748.pdf

Mardihusodo SJ, 2005. Manajemen Pengendalian Vektor Dengue.Dalam symposium

Dengue Control Update. Yogyakarta, Pusat Kedokteran Tropis UGM.
vi
Mayxay¸ M, Cui W, 2013, Dengue in peri-urban Pak-Ngum district, Vientiane capital of
Laos: a community survey on knowledge, attitudes and practices, Journal of
BMC Public Health 13;434 (2-8)

Minarni, E, dkk., 2013. Daya larvasida ekstrak etil asetat daun kemuning (Murraya
Paniculata (L) jack) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Medikal
Veterinaria, Vol. 7, No. jurnalkedokteranhewan.com/.../9._DAYA_LARVASI...

Moehammadi, Noer. 2005. Potensi Biolarvasida Ekstrak Herba Agertum conyzoides

Linn.Dan Daun Saccopetalum horsfieldii Benn. Terhadap Larva Nyamuk Aedes
aegypti L.Surabaya: Berk. Penel. Hayati: 2005: 10 (1-4).

Morais, S.M., et all. 2007. Chemical composition and Larvicidal Activity of Essential Oils
from Piper Species. Brazil: Biochemical Systematics and Ecology 35: 670-675

Muliati, 2002, Evaluasi Program Pengendalian Vektor DBD Di Puskesmas Caile

Kecamatan Ujung Bulu Kab. Bulukumba Periode 1999-2001

Noor, 2008.Epidemiologi.Edisi Revisi,Rineka Cipta Press. Makassar

Nomitasari, Dessy, 2012. Perbedaan Praktik PSN 3M Plus Di Kelurahan Percontohan

dan Non Percontohan Program Pemantaun Jentik Rutin Kota Semarang.
[online] http://pei-pusat.org/jurnal/wp-content/uploads/2012/08/5.-Lintang-
Dian.pdf [diakses 19 mei 2013 ]

Novak R, 1992, The Asian Tigers Mosquito: Ades Albopictus, Wing Beats3.5

Nugrahaningsi, Mardiyani, 2010. Hubungan Faktor Lingkungan Dan Perilaku

Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Penular Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Utara. [online]

Oktaviani, N., 2009. Faktor - Faktor yang Berpengaruh Terhadap Densitas Larva
Nyamuk Aedes aegypti di Kota Pekalongan. Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Pekalongan journal.unikal.ac.id/index.php/kesehatan/article/.../33

Purnama SG, Baskoro T, 2012 Maya Index dan Kepadatan Larva Aedes aegypti
terhadap Infeksi Dengue, Jurnal Kesehatan, Makara, V0l 16, N0. 2 (57-64)

Resoati ken, Yunita, 2007.Prilaku 3M, Abatisasi Dan Keberadaan Jentik Aedes
Hubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue. [online]

Respati, Yunita Ken., dan Keman, Soedjadjadi. 2007. Perilaku 3M, Abatisasi dan
keberadaan jentik Aedes hubungannya dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue. Surabaya: Jurnal Kesling. Vol.3, No.2 jan 2007 (107-118).

vii
Rosidi Rahman, dkk, 2006.Hubungan Faktor PSN DBD dengan Angka Bebas Jentik
(ABJ) diKec. Sumber Jaya Kabupaten Majalengka Jawa Barat,

Saleeza. S.N.R., Rashid Y N & Azirun, M, S., 2011. Mosquitoes Larval Breeding Habitat
in Urban and Suburban Areas, Peninsular Malaysia.
www.waset.org/journals/waset/v58/v58-116.pdf...[Akses ,19 Mei2013]

Salim, Milana, 2011. Efektivitas Malathion Dalam Pengendalian Vektor DBD Dan Uji
Kerentangan Larva Aedes aegypti Terhadap Temephos Di Kota
Palembang.[online]
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/75 [diakses 19
mei 2013]

Samarawickrema, et al, 1993.The Relative Importance and Distribution of Aedes

Polynensiensis and Aedes Aegypti Larval in Samoa, Medical and Vetenary
Entomology 7 (27-36)

Sanchez, L., Vanlerberghe, V., María., etc. Aedes aegypti larval indices and Risk for
dengue epidemics. 2006. [online] wwwnc.cdc.gov/eid/article/12/5/.../05-0866.pdf

Sang G Purnama, Tri Baskoro, 2012.Maya Indeks dan Kepadatan Larva Aedes
Aegyptiterhadap Infeksi Dengue.

Sari, P., Martini, Ginanjar P. 2012. Hubungan kepadatan jentik aedes sp dan praktik
psn dengan kejadian dbd di sekolah tingkat dasar di kota semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 413 - 422
[online] online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Sayono, S, Q., & Mifbakhuddin. 2011. Pertumbuhan larva aedes aegypti pada air
tercemar. Jurnal kesehatan masyarakat indonesia vol 7 no 1 tahun 2011
[online] jurnal.unimus.ac.id › home › vol 7, no 1 (2011)
Shinta, 2007.Status Kerentangan Populasi Larva Aedes aegypti Terhadap Temephos
Di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) Di DKI Jakarta. [online]
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=68464&idc=24
[diakses 19 mei 2013]

Soedartho, 1996.Penyakit - penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta, Penerbit, Widya

Medika

Srifugdee S, Inmoung Y, Junggoth R, 2010. Impact of Climate Change on Dengue

Haemorragic Fever Epidemic, Journal ofApplied Sciences 5; 4 (260-262).

viii
Sudibyo, A, dkk., 2012. Kepadatan Populasi Larva Aedes aegypti Pada Musim Hujan Di
Kelurahan Petemon, Surabaya.
biologi.fst.unair.ac.id/.../JURNAL-KEPADATAN-POP

Sukri, N. C., et al. 2003. Transmisson of Epidemic Dengue Hemmorhagic Fever in

Easternmost Indonesia.The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene,
68(5):63-67.

Supriyanto, H. 2011. Hubungan antara pengetahuan, sikap, praktek keluargaTentang

pemberantasan sarang nyamuk (psn) dengan Kejadian demam berdarah
dengue di wilayah kerja Puskesmas tlogosari wetan kota semarang. Http
:eprints.undip.ac.id/33304
Sutherland DJ, 2001. Larval Habitat. New Jersey Agriculture Experiment Station
Publication. (www.cci.rutgers.edu/-insect/hjmos.htm)

Suyasa, I.N. Gede., et all. 2008. Hubungan factor lingkungan dan PerilakuMasyarakat
dengan keberadaan vector DBD di wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar
Selatan.Denpasar: Ecotrophic. 3(1) :1-6.

Syarifah. N.,et all.2007. Ovitrap Ratio of Aedes aegypti Larvae Collected inside and
outside Houses in a Community Survey to Prevent Dengue Outbreak, Bandung,
Indonesia, 2007. Bandung: Proc ASEAN congr Trop Med Parasitol.2008;3:116-
20

Tennyson, Samuel., et all. 2012. Bioefficacy of Botanical insecticides against the

Dengue and chikungunya Vector Aedes aegypti (L.) (Diptera: Culicidae). India:
Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine (2012)51842-51844.

Thennozhi V, et all, 2007. Natural Vertical Transmission of Dengue Virus in Ae

Albopictus in Kemala a houtheren Indian state, J of Jap Enchephalities Virus

Tsuda, Y.,et al. 2002. An Ecological Survey of Dengue Vector Mosquitos in Central Lao
PDR.Southeast Asian J Trop Med Public Health,33(1):63-67.

Umniyati R, 2004. Prelimenari Investigation The Transovarial Trnsmission of Dengue

Virus in the population of Ae Aegypti in the well. Duisampaikan npada seminar
Hari Nyamuk IV, 21 Agustus 2004. Surabaya.

Veriswan, I, 2006. Perbandingan efektivitas abate dengan papain dalam menghambat

pertumbuhan larva aedes aegypti. Artikel ilmiah.Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang.
eprints.undip.ac.id/21279/

ix
Widagdo, Laksmono, 2008. Kepadatan Jentik Aedes aegypti Sebagai Indikator
Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus) Di Kelurahan Srondol
Wetan, Semarang.
[online]http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/ead246ab2a3f2206ed8e1deb
7dff8ad289b6059a.pdf [diakses 20 mei 2013]

Wan-Norafikah, et al, 2010, Permethrin resistance in Aedes aegypti (Linnaeus)

collected from Kuala Lumpur, Malaysia. Journal of Asia-Pacific Entomology 13
(175-182).

World Health Organization (WHO), 2004. Panduan Lengkap Pencegahan dan

Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue, haemorrhagic fever
in South-East Asia Region : report of WHO consultation. New Delhi:
Regional office fo South-East Asia

Wongkoon S, Jaroensutasinee M, PW. (2007). Development sites of Aedes Aegyptiand

Ae Albopictus in Nikhon si Thammarat, Thailand, Dengue Bull; 31:141-152

Widyastuti, U & Yuniarti. 2009. Pengendalian jentik aedes aegypti Menggunakan

mesocydops aspericornis melaluiPartisipasimasyarakat. Media peneliti dan
pengembang.Kesehat.Volume xix tahun 2009, suplemenll [online]
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/mpk/article/download/.../1691.

Wulandari T,dkk,2006. Perbedaan antara house indeks yang melibatkan pemeriksaan

sumur dengan yang tidak melibatkan pemeriksaan sumur pada survei vektor
dengue di dusun Pepe, Bantul, Yogyakarta, Jurnal Kedokteran YArsi (1) : 034-
037 (2006)
Yudhastuti, R &Vidiyani, A. 2005. Hubungan kondisi lingkungan, kontainer, Dan perilaku
masyarakat dengan keberadaan jentik nyamuk aedes aegypti di daerah
endemis demam berdarah dengue surabaya. Jurnal kesehatan lingkungan,
vol.1, 171 no.2 [online] http://journal.unair.ac.id/filerpdf/kesling-1-2-08.pdf

Yunita K.R, & Soedjajadi K., 2007.Perilaku 3M, abatisasi dan keberadaan jentik aedes
hubungannya dengan kejadian demam berdarah dengue.Jurnal kesehatan
lingkungan, vol.3, no.2. journal.lib.unair.ac.id/index.php/JKL/article/.../625

Zuhriyah L, Tunggul Satoto TB, Kusnanto H, 2016, Inorganic Waste Management in

Decreasing Maya Indesx And Entomology Index of Mosquito Larvae. Jurnal
Kesehatan MAsyarakat, 12; 1 (43-51)