Masa Kanak
Masa Kanak
Sekolah
Posted on Januari 31, 2011 by mangwar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalau kita perhatikan dan mengikuti secara seksama perkembangan seorang anak
dari kecil hingga dewasa atau dari lahir sampai meninggal, ternyata mempunyai
peranan sangat penting dalam kehidupannya.
Anak lahir dengan segala keunikan potensi, yang antara satu dengan yang lainnya
tidaklah sama, bahkan anak kembar sekali pun, maka dari itu pemberian
pendidikan anak usia dini, sangatlah penting diberikan pada masa kanak-kanak
untuk dijadikan bekal dalam memasuki masa sekolah.
Sehingga, masa kanak-kanak merupakan suatu masa yang menarik dan hanya
terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Jadi sangatlah penting
untuk diperhatikan guna gemilangnya masa depan anak, misalnya dengan cara
merangsang pertumbuhan otak anak melalui perhatian kesehatan anak, penyediaan
gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan.
1.2 Tujuan
Setiap kegiatan akan berhasil apabila mempunyai tujuan yang jelas. Sehubungan
dengan hal tersebut, adapun tujuan makalah ini adalah untuk menemukan,
mengembangkan, dan untuk menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan.
Menemukan berarti memperluas dan menggali lebih dalam apa yang sudah ada,
sedangkan menguji kebenaran dilakukan jika sudah ada (dalam, Sutrisno
Hadi,1982:3).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
BAB II
PEMBAHASAN
Masa kanak-kanak adalah suatu masa yang menarik, tidak hanya bagi anak-anak
itu sendiri, namun juga bagi remaja dan orang dewasa. Dalam masa ini, bermain
menjadi kegiatan yang serius (dalam, Bruner). Sedangkan Hurlock sendiri
menggambarkan bahwa masa awal kanak-kanak sering disebut sebagai tahap
mainan karena semua permainan menggunakan mainan. Menjelang akhir masa
awal kanak-kanak, minatnya untuk bermain dengan mainan mulai berkurang dan
ketika ia mencapai usia sekolah mainan-mainan itu dianggap seperti “bayi” dan ia
ingin memainkan permainan-permainan “dewasa”.
Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi menjadi
dua periode yang berbeda. Awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode awal
berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai
tiba saatnya anak matang secara seksual. Dengan demikian awal masa kanak-kanak
dimulai sebagai penutup masa bayi, usia dimana ketergantungan secara praktis
sudah dilewati, diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir disekitar usia
masuk sekolah dasar.
Dalam setiap tahap perkembangan ada ciri-ciri khusus yang ada pada setiap tahap
perkembangan, begitu juga pada saat masa kanak-kanak awal ditandai dengan ciri-
ciri tertentu, ciri itu tercermin dalam sebutan yang biasa diberikan oleh orang tua,
pendidik dan ahli psikologi (dalam Hurlock 1980:108). Sebagian besar orang tua
menganggap awal masa pada kanak-kanak sebagai usia yang mengundang masalah
atau usia sulit, karena pada masa kanak-kanak awal ialah anak-anak sedang
mengembangkan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada
umumnya kurang berhasil. Sedangkan para pendidik menyebut usia awal kanak-
kanak sebagai usia prasekolah, usia prasekolah adalah usia yang belum memasuki
usia sekolah atau masih berada di Taman Kanak-Kanak (TK). Para psikologi
menyebut masa kanak-kanak dengan menggunakan istilah usia kelompok, masa
dimana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi
kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada
waktu mereka masuk kelas satu. Banyak ahli psikologi yang melabelkan awal
masa kanak-kanak sebagi usia menjelajah, sebuah label yang menunjukkan anak
ini mengetahui keadaan lingkungannya. Salah satu cara yang umum dalam
menjelajah lingkungan adalah dengan bertanya, jadi periode ini adalah meniru
pembicaraan dan perilaku orang lain.
Pada masa usia prasekolah ini dapat diperinci menjadi dua masa, yaitu masa vital
dan masa estetik (dalam, Yusuf 2002). Masa vital yaitu individu menggunakan
fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Sedangkan
masa estetik adalah masa perkembangan rasa keindahan.
Setelah masa kanak-kanak ini berakhir, maka seorang anak akan memasuki masa
puber yang bisa terjadi usia yang tidak sama antara anak yang satu dengan yang
lainnya. Masa puber ini berlangsung cukup singkat dan menjadi masa peralihan
antara masa akhir kanak-kanak dan masa awal remaja.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa masa usia dini merupakan periode
emas bagi perkembangan anak dimana 50% perkembangan kecerdasan terjadi pada
usia 0 – 4 tahun, 30% berikutnya hingga usia delapan tahun. Periode emas ini
sekaligus merupakan periode kritis bagi anak dimana perkembangan yang
didapatkan pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pada
periode berikutnya hingga masa dewasanya. Periode ini hanya datang sekali dan
tidak dapat ditunda kehadirannya, sehingga apabila terlewat berarti habislah
peluangnya. Hal inilah nampaknya yang masih banyak disia-siakan oleh sebagian
besar masyarakat. Kurangnya anak usia dini yang mendapatkan layanan
pendidikan disebabkan beberapa faktor diantaranya: (1) kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan pada anak usia dini; (2) masih terbatas dan
tidak meratanya lembaga layanan PAUD yang ada di masyarakat terutama di
pedesaan. Sebagai contoh pertumbuhan TK, KB/RA, dan TPA di perkotaan lebih
pesat dibandingkan di pedesaan; (3) rendahnya dukungan pemerintah dalam
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.
Pada periode kritis ini anak memerlukan berbagai asupan terutama yang mencakup
aspek gizi, kesehatan, dan pendidikan yang merupakan pilar utama pengembangan
anak usia dini, mengingat ketiga aspek ini sangat besar pengaruhnya terhadap
kualitas anak di kemudian hari. Kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan
kesehatan bagi anak lebih tinggi daripada kesadaran akan pentingnya pendidikan.
Padahal penanganan masalah gizi dan kesehatan saja tidak cukup, melainkan harus
dilengkapi pula dengan penanganan pendidikannya sebagai kesatuan yang utuh dan
terpadu.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting dan mendasar sebab
merupakan hulu dalam pengembangan sumber daya manusia. Periode emas
(Golden Period) dalam tumbuh kembang anak hanya terjadi sekali dalam
kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir hingga usia delapan tahun. Akibatnya,
berdampak terhadap kesiapan anak memasuki jenjang persekolahan.
Bermain adalah hak anak yang harus dipenuhi. Bermain bagi seorang anak adalah
saat dimana ia bisa mengekspresikan semua potensi yang ada dalam dirinya.
Dengan demikian, anak yang semasa kecil ha-hak bermainnya tidak dipenuhi
karena berbagai alasan, berarti ia telah kehilangan masa anak-anaknya.
Di dalam bermain seorang anak akan beajar berkomunikasi dengan orang lain (atau
bayangan orang lain), menjelajah lingkungan hidup, belajar bersosialisasi, belajar
kedisiplinan, kejujuran, kerjasama, saling membantu bagi yang membutuhkan,
serta belajar kasih sayang dengan orang lain. Tiada kegiatan paling penting bagi
seorang anak kecuali bermain. Melarang bermain berarti melarang menjadi anak.
Peran Taman bermain menjadi amat penting posisinya, yaitu menjembatasi anak
dalam masa transisi dari masa anak-anak ke dalam masa bersekolah. Tugas guru
adalah menyediakan ruang ekspresi bagi anak. Oleh karena itu Taman Kanak-
kanak akan lebih memiliki arti bagi perkembangan anak apabila banyak memiliki
fasilitas bermain. Mengajarkan kejujuran dan kedisiplinan tidak mungkin hanya
dengan ceramah, dipastikan tidak akan menghasilkan apa-apa. Bermain peran,
adalah metode yang jauh lebih cocok untuk target tersebut.
Demikian pula, selain dari Taman Kanak-Kanak pengajaran perilaku dan budi
pekerti anak juga didapatkan dari sikap keseharian orang tua ketika bergaul dengan
mereka. Bagaimana ia diajarkan untuk memilih kalimat-kalimat yang baik, sikap
sopan santun, kasih sayang terhadap saudara dan orang lain. Mereka diajarkan
untuk memilih cara yang benar ketika memenuhi kebutuhan hidup dan memilih
barang halal yang akan mereka gunakan.
Selain itu orang tua mempunyai tiga peran penting dalam kemajuan anak-anaknya,
yaitu : orang tua sebagai fasilitator yaitu menyediakan lingkungan dan sarana
belajar anak untuk mengembangkan potensinya. Kedua, orang tua sebagai
motivator. Peran ini dilakukan dengan memberikan dorongan dan dukungan bagi
berbagai hal yang menjadi minat seorang anak. Ketiga, orang tua sebagai inisiator,
yaitu contoh atau teladan bagi anak-anaknya.
2.4 Masa Sekolah
Masa Usia Sekolah Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian
bersekolah pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki
sekolah.
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja, yang terbagi ke
dalam 3 bagian yaitu :
Masa ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal
atau dewasa madya, yang intinya pada masa ini merupakan pemantapan pendirian
hidup.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masa kanak-kanak dari usia 0 – 8 tahun disebut masa emas (Golden Age) yang
hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia.
Periode emas ini sekaligus merupakan periode kritis bagi anak dimana anak
memerlukan berbagai asupan terutama yang mencakup aspek gizi, kesehatan, dan
pendidikan yang merupakan pilar utama pengembangan anak usia dini yang besar
pengaruhnya terhadap kualitas anak di kemudian hari. Akibatnya, berdampak
terhadap kesiapan anak memasuki jenjang persekolahan.
Jadi peranan masa kanak-kanak sangatlah penting dalam memasuki masa sekolah,
karena masa kanak-kanak hanya terjadi satu kali dalam kehidupan seseorang.
Saran
Dengan adanya makalah ini kami menyarankan kepada para pembaca agar
makalah ini dapat dijadikan pedoman atau acuan oleh para pembaca supaya lebih
bisa memahami pentingnya peran masa kanak-kanak dalam memasuki masa
sekolah. Serta mengetahui peran orang tua dalam mendidik anaknya pada masa
kanak-kanak guna suksesnya masa depan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Henry N, Siahan. 1986. Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak. Bandung: Angkasa