Anda di halaman 1dari 5

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap

pemberlakuan klausula hardship dalam mengghadapi Domestic

Market Obligation (DMO) dalam kontrak jual beli batu bara

internasional berdasarkan asas kebebasan berkontrak, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan klausula hardship dalam kontrak jual beli batu bara

internasional dalam menghadapi Domestic Market Obligation

(DMO) di Indonesia dapat digunakan selama kondisi yang menjadi

keadaan sulit atau hardship merupakan perubahan kebijakan

DMO yang dilakukan oleh pemerintah tanpa adanya

pemberitahuan terlebih dahulu sehingga memberikan pengaruh

secara fundamental terhadap keseimbangan kontrak, perubahan

kebijakan DMO batu bara yang kerap terjadi dalam waktu yang

singkat dengan ketentuan berubah-ubah berpotensi memberikan

perubahan fundamental kepada para pihak yang terikat dalam

kontrak jual beli batu bara internasional (Larangan Ekspor bagi

Perusahaan Batu Bara dalam Kebijakan DMO yang termuat pada

Keputusan Menteri ESDM 13 K/HK.021/MEM.B./2022)

menyebabkan tidak dapatnya dilaksanakan prestasi oleh pihak


eksportir dalam hal ini perusahaan tambang batu bara di

Indonesia, maka perubahan kebijakan DMO dapat memenuhi

unsur-unsur hardship yang terdiri dari keadaan yang tidak

terduga, risiko di luar kendali para pihak, perubahaan keadaan

yang terjadi setelah kontrak disepakati, dan nilai pelaksanaan

menjadi sangat tinggi bagi salah satu pihak sehingga tidak dapat

melaksanakan prestasinya.

2. Pemberlakuan klausula hardship di Indonesia dapat dilakukan

dengan mengadopsi instrumen hukum kontrak internasional yang

dapat diadopsi salah satunya adalah UPICC. Prinsip-prinsip yang

termuat dalam UPICC dapat diadopsi oleh pelaku usaha di

Indonesia atas landasan telah diratifikasinya Statute of

International Institute for Unification of Private Law (Indonesia

menjadi anggota ke-63 Unidroit dan meratifikasi melalui Peraturan

Presiden Republik Indonesia nomor 59 tahun 2008), UPICC

sendiri mengenal adanya prinsip hardship yang dapat digunakan

sebagai upaya alternatif dalam menyelamatkan keberlangsungan

kontrak dengan penyelesaian renegosiasi pada saat terjadi

perubahan keadaan yang memengaruhi pelaksanaan kontrak,

sejalan dengan prinsip kebebasan berkontrak di mana para pihak

diberikan kebebasan untuk membuat klausula kontrak, memilih

pilihan hukum, hingga mengadopsi prinsip-prinsip hukum

internasional yang dapat diimplementasikan di dalam kontrak,


maka para pelaku usaha di Indonesia dapat membentuk klausula

hardship di dalam kontrak mereka berdasarkan asas kebebasan

berkontrak dengan mengadopsi prinsip hardship yang dimuat

dalam UPICC dengan adanya penyesuaian-penyesuaian tertentu

berdasarkan kebutuhan para pihak.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah

disampaikan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang

diharapkan dpaat mejadi masukan bagi pihak-pihak sebagai berikut:

1. Diperlukan adanya pembaharuan dalam hukum kontrak di

Indonesia yang dibentuk oleh Pemerintah, karena pengaturan

mengenai hukum kontrak di Indonesia yang saat ini berlaku

bergantung pada KUHPerdata dianggap sudah tidak relevan

dalam menghadapi permasalahan yang dapat timbul dalam

pelaksanaan kontrak khususnya kontrak internasional. Upaya

pembaharuan ini dapat mengadopsi prinsip-prinsip UPICC yang

sebelumnya sudah diratifikasi oleh Indonesia, di mana

pengaturan UPICC yang memiliki pendekatan atas adopsi

kebiasaan yang ada dalam hukum civil law dan common law

sehingga dapat mengadopsi prinsip-prinsip yang kini juga

berlaku dalam kebiasaan pelaksanaan kontrak internasional di

dunia.
2. Untuk mengatasi adanya wanprestasi atau tidak terlaksananya

kinerja prestasi oleh pihak yang terkena dampak dari perubahan

kebijakan DMO di Indonesia, para pihak yang terdiri dari

eksportir dan importir batu bara di Indonesia dapat melakukan

upaya preventif dengan memberlakukan klausula hardship pada

kontrak jual beli batu bara internasional berdasarkan asas

kebebasan berkontrak. Para pihak dapat mengadopsi prinsip-

prinisp dalam UPICC dan melakukan penyesuaian dengan tetap

memerhatikan unsur-unsur seperti: 1) definsi hardship dalam

kontrak, 2) unsur-usnur atau karakteristik hardship, 3) upaya

renegosiasi dalam menghadapi hardship, dan 4) penyelesaian

sengketa terhadap hardship. Hal ini dilakukan guna menghindari

adanya sengketa di kemudian hari karena adanya ketentuan

perubahan kebijakan DMO yang sudah diklasifikan menjadi

hardship dalam kontrak sehingga tidak menimbulkan penafsiran

yang berbeda. Para pihak harus cermat dan berhati-hati dalam

menyusun kontrak jual beli batu bara internasional dengan

memperhatikan perkembangan kebijakan DMO di Indonesia

pada tahap pra-kontraktual, agar pelaksanaan kontrak jual beli

batu bara internasional antara eksportir atau pelaku usaha batu

bara di Indonesia tidak semerta-merta berakhir atau tidak

terlaksana pada saat adanya perubahan kebijakan DMO dan


importir batu bara tidak dirugikan dengan adanya perubahan

kebijakan DMO ini.

Anda mungkin juga menyukai