Anda di halaman 1dari 4

Review Film “Contagion”

Film "Contagion" dapat dibandingkan dengan teori surveilans kesehatan masyarakat


melalui tahapan-tahapan surveilans, penyelidikan kasus/epidemiologi, hingga upaya
penanggulangan, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
a. Tahapan Survelains
Pertama-tama, dalam konteks tahapan surveilans, film "Contagion" mencerminkan
tahap pemantauan yang ketat terhadap penyebaran virus yang cepat dan mematikan. Seperti
dalam film, tahap ini melibatkan identifikasi cepat kasus-kasus awal dan pemantauan terus
menerus terhadap penyebaran penyakit. Peraturan Menteri Kesehatan RI juga menekankan
pentingnya pemantauan penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah. Tahap
pemantauan dalam konteks surveilans kesehatan masyarakat mengacu pada langkah awal
dalam mendeteksi dan mengawasi penyakit atau kondisi tertentu. Dalam film "Contagion,"
kita dapat melihat pemantauan yang ketat terhadap penyebaran virus yang cepat dan
mematikan. Misalnya, tim ahli kesehatan dan ilmuwan mencoba untuk mengidentifikasi
kasus-kasus awal dan melacak cara penularan virus tersebut.
Di dunia nyata, hal ini mencerminkan langkah-langkah yang diambil oleh otoritas
kesehatan untuk mendeteksi dini adanya penyakit menular yang berpotensi menjadi wabah.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 juga
menegaskan pentingnya pemantauan terhadap penyakit menular tertentu yang dapat
menimbulkan wabah. Pemantauan ini melibatkan pemantauan kasus, identifikasi pola
penyebaran, dan evaluasi risiko penularan yang lebih luas. Dalam film "Contagion," adegan
di mana seorang pasien pertama kali terinfeksi dan gejalanya muncul merupakan contoh
konkret dari tahap pemantauan ini. Tim ahli kesehatan berusaha untuk mengidentifikasi
gejala yang tidak biasa dan mencari tahu bagaimana pasien tersebut bisa terpapar virus. Hal
ini juga mencerminkan konsep pemantauan yang aktif terhadap penyakit menular yang
mungkin muncul, seperti yang diatur dalam peraturan kesehatan yang relevan.
Pada film, tahap pemantauan virus yang cepat menyebar mencerminkan langkah awal
dalam surveilans kesehatan masyarakat, di mana identifikasi cepat kasus-kasus awal dan
pemantauan terus menerus terhadap penyebaran penyakit menjadi kunci dalam mengatasi
potensi wabah. Hal ini sejalan dengan pentingnya pemantauan yang ditekankan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI. Kemudian, dalam tahap penyelidikan kasus/epidemiologi,
film ini menggambarkan upaya yang intens dalam mengidentifikasi sumber penyakit, rute
penularan, dan faktor risiko. Di sini, parallelnya adalah upaya pihak otoritas dan ahli
kesehatan dalam menentukan asal-usul virus, mengisolasi individu yang terinfeksi, dan
melakukan kontak tracing untuk mengurangi penyebaran. Ini mencerminkan komponen
penyelidikan epidemiologi yang tercakup dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI. Tahap
penyelidikan kasus/epidemiologi dalam konteks surveilans kesehatan masyarakat adalah
langkah lanjutan setelah tahap pemantauan. Pada tahap ini, fokus utamanya adalah untuk
mengumpulkan data dan informasi yang lebih mendalam tentang penyakit atau kondisi yang
diamati, serta mencari tahu tentang penyebabnya, penyebarannya, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
b. Penyelidikan
Dalam film "Contagion," kita melihat upaya yang intens dalam mengidentifikasi
sumber penyakit (asal-usul virus), rute penularan (bagaimana virus menyebar dari satu
individu ke individu lain), dan faktor risiko (apa yang membuat seseorang lebih rentan
terhadap infeksi). Para ahli kesehatan di film tersebut melakukan penyelidikan yang teliti
untuk mengidentifikasi dan memahami virus yang menyebabkan wabah tersebut. Parallelnya
dengan konteks dunia nyata, otoritas kesehatan dan ahli epidemiologi juga melakukan
langkah-langkah serupa sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI. Mereka mencoba
untuk menentukan asal-usul virus atau agen penyebab, mengisolasi individu yang terinfeksi
untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, serta melakukan kontak tracing untuk menemukan
dan memantau individu yang mungkin telah terpapar virus. Hal ini mencerminkan komponen
penyelidikan epidemiologi yang penting dalam rangka memahami dan mengendalikan
penyebaran penyakit menular.
Dalam konteks peraturan tersebut, penyelidikan epidemiologi juga melibatkan analisis
mendalam terhadap pola penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
penularan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana penyakit menular tersebut berperilaku dan bagaimana cara terbaik
mengendalikannya. Dengan demikian, kalimat tersebut menjelaskan bagaimana tahap
penyelidikan kasus/epidemiologi dalam film "Contagion" memiliki paralel dengan komponen
penyelidikan epidemiologi yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI. Dalam
keduanya, upaya untuk mengumpulkan data mendalam, mengidentifikasi sumber penyakit,
dan mengendalikan penyebaran menjadi langkah krusial dalam menangani penyakit menular
yang dapat menimbulkan wabah.
c. Hambatan
Dalam upaya penanggulangan, film "Contagion" menunjukkan respons cepat dari
otoritas dan organisasi kesehatan dalam mengembangkan vaksin dan pengobatan. Hal ini
mencerminkan pentingnya langkah-langkah penanggulangan seperti yang diamanatkan dalam
peraturan tersebut, seperti pengendalian populasi rentan, pelaporan wabah, dan pelaksanaan
tindakan karantina. Namun, dalam kaitannya dengan hambatan atau gangguan, baik dalam
film maupun dalam implementasi dunia nyata, ada berbagai faktor yang dapat menghambat
penanggulangan penyakit menular. Seperti yang ditampilkan dalam film, ada tantangan
seperti penolakan masyarakat terhadap langkah-langkah karantina atau pengobatan, serta
penyebaran informasi yang salah atau hoaks. Di dunia nyata, faktor-faktor serupa dapat
muncul, termasuk resistensi terhadap vaksinasi atau tindakan karantina.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan mengatur kerangka dan langkah-langkah yang harus
diikuti dalam melaksanakan surveilans kesehatan di Indonesia. Peraturan ini dapat
dihubungkan dengan beberapa aspek yang dicerminkan dalam film "Contagion" dan
komponen-komponen yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada tahap pemantauan dalam
"Contagion," di mana upaya ketat pemantauan terhadap penyebaran virus dilakukan, hal ini
sejalan dengan konsep pemantauan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
45 Tahun 2014. Peraturan tersebut menetapkan kerangka kerja dan metode pemantauan
kesehatan yang diperlukan untuk mendeteksi dini potensi masalah kesehatan masyarakat,
termasuk penyakit menular yang berpotensi menjadi wabah. Tahap penyelidikan
kasus/epidemiologi dalam film tersebut juga memiliki kaitan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan tersebut. Peraturan ini memberikan panduan mengenai pelaksanaan surveilans
aktif, termasuk penyelidikan epidemiologi untuk mengidentifikasi penyebab dan penyebaran
penyakit menular. Upaya dalam menentukan sumber penyakit, rute penularan, dan faktor
risiko, yang tergambar dalam film, sesuai dengan pendekatan penyelidikan yang diuraikan
dalam peraturan tersebut.
Sejalan dengan prinsip-prinsip yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 45 Tahun 2014, di mana peraturan tersebut menegaskan pentingnya pelaporan,
penanganan, dan respons cepat terhadap kasus-kasus penyakit menular yang dapat
menimbulkan wabah. Berkaitan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1501/MENKES/PER/X/2010 terdapat kesesuaian dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 45 Tahun 2014 karena keduanya mengatur aspek-aspek penting dalam
penyelenggaraan surveilans kesehatan, termasuk pemantauan, penyelidikan, dan respons
terhadap penyakit menular yang berpotensi menjadi wabah. Secara keseluruhan, film
"Contagion" memberikan gambaran tentang bagaimana tahapan surveilans, penyelidikan
kasus/epidemiologi, dan upaya penanggulangan penyakit menular dapat berlangsung dalam
situasi krisis global. Paralelnya dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI menunjukkan
pentingnya langkah-langkah kesehatan masyarakat yang terkoordinasi dan responsif dalam
menghadapi ancaman penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah.
Daftar Pustaka
Kaunang, W. P., Warong, S. A., Pitoy, C., Ibur, C. A., Monding, Q., Awumbas, S., &
Asumbak, J. P. KONSEP SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT.

Kaunang, W. P. J., Saviola, B. J., Mokalu, J. M., & Wowor, S. T. (2022). Pengumpulan Dan
Pengolahan Data Dalam Sistem Surveilans Kesehatan Masyarakat. Research Gate,(June), 1-
5.

Polak, F., Sumampouw, O. J., & Pinontoan, O. R. (2020). Evaluasi pelaksanaan surveilans
corona virus disease 2019 di Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi Manado tahun
2020. Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine, 1(3), 55-61.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN


2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SURVEILANS KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT MENULAR TERTENTU
YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA PENANGGULANGAN.

Anda mungkin juga menyukai