Anda di halaman 1dari 70

LABORATORIUM UJI TANAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan bahan bangunan yang paling melimpah di dunia dan di beberapa
daerah,tanah tersebut merupakan bahan bangunan pokok yang dapat diperoleh di daerah
setempat.Sebagai contoh tanah tersebut dapat digunakan sebagai bendungan.

Untuk menggunakan bahan tanah seminimum mungkin pada suatu kontruksi kita
harus menimbunya sedemikian rupa sehingga diperoleh kekuatan yang maksimum.Hal
ini dapat dicapai dengan memadatkan tanah tersebut selama proses pengurugan pada
tingkat optimum.

Tanah juga digunakan dalam rancangan bangunan jalan raya dengan fungsi
utamanya untuk menyebarkan beban roda pada permukaan tanah pondasi sehingga
terlindungi dari perubahan bentuk dan beban lebih.

Tanah terdiri dari campuran butir-butir padat yang diantaranya ada rongga-
rongganya.Rongga-rongga tersebut umumnya merupakan campuran antara air dan tanah.
Tanah memiliki kemampuan mampat dari tanah, tekenan tanah vertical akibat berat
sendiri dan kekuatan geser tanah.

Semua bangunan sipil berdiri atau di bangun di atas tanah dan karenanya kestabilan
dan keamanan bangunan tergantung pada kestabilan pondasinya untuk dapat memenuhi
hal tersebut maka di perlukan pengetahuan dasar akan mekanika tanah dan pengetahuan
itu meliputi pembagian jenis dan mekanis bahan bawah permukaan.
Apabila kita membayangkan model lain tentang tanah dengan butir-butir berbentuk
bulatan kita akan mengetahui lebih baik tentang konsep lain mekanika tanah. Yang

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

pertama adalah bulatan-bulatan seragam dan terlihat bahwa ada dua susunan, susunan
“kurang padat” dan susunan “padat”. Susunan kurang padat dapat di jadikan susunan
padat dengan cara di padatkan, yaitu dengan menekannya sehingga jarak-jarak bulatan
tersebut menjadi lebih rapat dengan bantuan fibrasi/ pemadatan. Pemadatan
menghasilkan pengaruh yang lebih bermanfaat karena :
1) Menambah kekuatan geser tanah.
2) Berkurangnya settlement tanah di masa mendatang.
3) Mengurangi permeabilitas tanah.

B. Ruang Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup kegiatan praktikum yang dilakukan adalah praktikum di lapangan
dan di laboratorium yang tentunya bersifat pengetahuan dasar yang meliputi pengenalan
alat-alat uji, jenis alat uji, praktek pengujian, penggambaran, perhitungan, pelaporan
hasil uji dan konsultasi atau finalisasi pelaporan yang di bimbing oleh asisten / instruktur
Laboratorium.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

C. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Praktikum ini dimaksudkan agar para setelah mengikuti praktek di laboratorium
akan lebih mengetahui bagaimana cara melakukan pengujian di lapangan
maupun di laboratorium sebagai kontrol mutu dari suatu bahan yang akan
digunakan pada bangunan sipil.
2. Tujuan
Praktikum laboratorium uji tanah bertujuan untuk membantu memberi
pengetahuan pada mahasiswa tentang penggunaan alat alat laboratorium uji tanah
dan lebih teliti dan benar sehingga kelak para peserta dapat mengoperasikan
peralatan laboratorium sampai dengan pembuatan laporan hasil uji.

D. Metodologi Praktikum
Metodologi praktikum yang digunakan adalah metode :
1. Persiapan peralatan yang akan digunakan didalam melakukan praktikum yang
disesuaikan dengan buku standar pedoman yang ada.
2. Pengujian dilakukan dengan mengikuti prosedur standar pengujian, baik itu di
laboratorium maupun dilapangan.
3. Perhitungan dan penggambaran yang diambil dari data hasil pengujian
berpedoman pada standar standar yang resmi.
4. Studi kepustakaan yang ada pada mahasiswa maupun pada perpustakaan.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

BAB II
PRAKTIKUM LABORATORIUM UJI TANAH

PENGAMBILAN CONTOH DENGAN BOR TANGAN (HANDBOR)


PB – 0106 – 7601
( AASHTO 1 – 89 – 75* )
( AASTMD – 423 – 67* )

A. Tujuan
Pekerjaan pengeboran dilakukan untuk mengambil contoh tanah dari
berbagai kedalaman. Biasanya dilakukan di samping lubang sondir agar didapatkan
korelasi antara kekuatan tanah dan jenis tanah yang dikandungnya.

B. Peralatan
1. Iwan Auger
2. Stang bor
3. Pemutar stang bor
4. Tabung sampel
5. Stick aparat
6. Kunci pipa
7. Palu besar
8. Kaleng (untuk meyimpan sampel)
9. Parafin
10. Kompor
11. Pan
12. Spoon

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

C. Prosedur Percobaan
a. Bersihkan daerah disekitar lubang yang akan dibor.
b. Pasang Auger pada stang bor, lalu pasang pemutar.
c. Tekan Auger kedalam tanah sambil diputar, setelah contoh tanah mengisi
Auger sampai penuh (20 cm) kemudian Auger diangkat dengan hati-hati.
d. Keluarkan contoh tanah dari dalam Auger untuk dibuat deskripsi jenis tanah
dari bahan bahan yang dikandungnya. Simpan dalam kaleng/plastik dan beri
label yang memberikan keterangan titik bor, kedalaman, tanggal pengeboran.
e. Ulangi prosedur (c) dan (d) sampai tercapai kedalaman yang diinginkan.
Contoh tanah tidak asli (distrubed sample) dan hanya digunakan untuk
keperluan dan deskripsi tanah.
f. Untuk mendapatkan contoh tanah asli (Undisturbed sample) digunakan
tabung contoh, Auger yang tadi digunakan sekarang diganti dengan tabung
contoh yang telah disambung dengan stick apparat. Masuknya kedalam
lubang yang telah dibentuk. Bila tanahnya cukup lunak, tabung contoh
ditekan perlahan-lahan sampai masuk sedalam 40 cm kemudian diputar satu
kali untuk mulepaskan/memotong contoh tanah pada dasar tabung kemudian
di angkat. Bila tanahnya cukup keras sehingga tabung tidak dapat ditekan,
digunakan palu untuk memukulnya, lakukan dengan cara perlahan-lahan.
g. Setelah didapatkan contoh tanah asli didalam tanah asli dalam tabung,
lepaskan stick apparat lalu dinding luar tabung dibersihkan. Potonglah kedua
bagian ujung tanah setebal 1 cm kemudian tutup dengan cairan parafin.
Lakukan satu persatu pada waktu menutupnya dengan parafin.
h. Tulislah label yang berisi titik bor, kedalaman, bagian ates/bagian bawah,
tanggal pengambilan contoh dan lain lain sebagainya diluar tabung.
i. Contoh tanah asli sebaiknya dimasukkan kembali kedalam peti pelindung
terutama bila tempat pemeriksaan/laboratorium cukup jauh.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

Catatan :
a) Bersihkan mata bor dan stangnya setiap kali selesai dipakai lalu lumuri
dengan oli secukupnya untuk menghindari karat.
b) Sebelum dipakai, tabung contoh harus kedalam keadaan bersih dan bagian
dalamnya diberi pelumas sehingga tanah bisa masuk maupun keluar dengan
mudah.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
KEKUATAN TANAH DENGAN SONDIR
PB – 0101 – 76

A. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus
dan hambatan lekat tanah, untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta
sifat daya dukung tanah keras serta sifat daya dukung maupun daya lekat setiap
kedalaman.
Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus
yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan
geser tanah terhadap selubung bikonus gaya persatuan penjang.

B. Peralatan
a. Mesin sondir ringan (2 ton) atau mesin sondir berat (10 ton).
b. Seperangkat pipa sondir lengkap dengan batang dalam, sesuai kebutuhan
dengan panjang masing masing 1 meter.
c. Manometer dengan kapasitas untuk sondir ringan 0 sampai 250 kg/cm2.
d. Konus dan Bikonus.
e. 4 (empat) buah angker dengan perlengkapan (angker daun atau spira).
f. Kunci-kunci pipa, alat-alat pembersih, oli, minyak hidrolik (kastrol oli, SAE
10) dll.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

C. Prosedur Pelaksanaan
a. Pasang dan aturlah agar mesin sondir vertikal ditempat yang akan diperiksa
dengan menggunakan angker yang dimasukkan secara kuat ke dalam tanah.
Pengisian minyak hidrolik harus bebas dari gelembung udara.
b. Pasang konus dan bikonus, sesuai kebutuhan pada ujung pipa pertama.
c. Pasang rangkaian pipa pertama beserta konus tersebut pada mesin sondir. P
d. Tekanlah pipa untuk memasukkan konus atau bikonus sampai kedalaman
tertentu, umumnya setiap 20 cm.
e. Apabila dipergunakan bikonus maka penetrasi ini pertama tama akan
menggerakkan ujung konus kebawah sedalam 40 cm, dan bacalah manometer
sebagai perlawanan penetrasi konus (PK). Penekan selanjutnya akan
menggerakkan konus beserta selubung kebawah sedalam 8 cm, bacalah
menometer sebagai hasil jumlah perlawanan (JP) yaitu perlawanan penetrasi
konus dan hambatan lekat (HL).
Apabila dipergunakan konus maka pembacaan manometer hanya dilakukan
pada penekanan pertama.
f) Tekanlah pipa bersama batang sampai kedalaman berikutnya yang akan
diukur. Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

D.Perhitungan
Pekerjaan sondir dihentikan pada keadaan sebagai berikut :
 Untuk sondir ringan pada waktu tekanan manometer tiga kali berturut turut
melebihi 150 kg/cm2 atau kedalaman maksimum 30 meter.
 Untuk sondir berat pada waktu tekanan menometer tiga kali berturut turut
melebihi 500 kg/cm2 atau kedalaman maksimum 50 meter.
1. Hambatan lekat dihitung dengan rumus :
A
HL = ( JP – PK ) -----
B
Keterangan : A = Tahap pembacaan = 20 cm.
B = Faktor alat atau,
Luas Konus _ 10
Luas Torak
2. Jumlah hambatan lekat = JHL = ∑ 1 HL
1
= kedalaman yang dicapai konus.
3. Grafik :
 Perlawanan penetrasi konus terhadap kedalaman.
 Jumlah hambatan lekat terhadap kedalaman.

E. Pelaporan
a. Lokasi titik sondir.
b. Titik nol sondir harus diikat terhadap suatu titik.
c. Laporan grafik :
 Perlawanan penetrasi konus terhadap kedalaman.
 Jumlah hambatan lekat terhadap kedalaman.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

Catatan :
a. Keuntungan yang diperoleh pada penggunaan alat ini adalah :
Baik untuk lapisan tanah lempung.
Dapat dengan cepat menentukan letak lapisan tanah keras.
Dapat memperkirakan perbedaan lapisan tanah.
Dapat dipergunakan untuk menghitung daya dukung lapisan tanah
lempung dengan menggunakan rumus empiris.
b. Kerugian pada penggunaan alat ini adalah :
 Tidak dapat dipergunakan untuk lapisan tanah yang berbutir kasar,
terutama lapisan tanah yang mengandung kerikil atau batu.
 Hasil penyondiran sangat meragukan apabila letak alat.
 3.Setiap penggunaan alat sondir harus dilakukan kalibrasi dan
pemeriksaan perlengkapan :
 Manometer yang akan digunakan masih dalam keadaan baik sesuai
dengan standar yang berlaku.
 Ukuran konus yang akan digunakan harus sesuai dengan ukuran
standar.
 Setiap tahapan pemeriksaan batang akan dimulai jarum manometer
harus menunjukkan angka nol.
 Apabila alat sondir sudah mulai terangkat sedangkan tekanan
menometer belum mencapai 150 kg/cm2 untuk sondir ringan atau 500
kg/cm2 untuk sondir berat, alat sondir diberi pemberat.
 Pada alat sondir yang masih baik batas kapasitas tersebut dapat
dinaikkan menjadi 200 kg/cm2 untuk sondir ringan dan 550 kg/cm2
untuk sondir berat.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
KEPADATAN LAPANGAN DENGAN SAND CONE
PB – 0103 – 76
( AASHTO – 191 – 61* )
( ASTMD – 1556 – 64* )

A. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kepadatan ditempat dari
lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Alat yang diuraikan disini
hanya sebatas untuk tanah yang mengandung butir kasar tidak lebih dari 5 cm.

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
 Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter.
 Corong kalibrasi pasir diameter 16.5.
 Plat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang
bergaris tengah 16,51 cm.
 Peralatan kecil yaitu palu, sendok, kuas, pahat, dan peralatan untuk
mencari kadar air.
 Satu buah timbangan dengan kapasitas 10 kg keteletian sampai 1,0 gram.
 Satu buah timbangan dengan kapasoitas 500 gram ketelitian sampai 0,1
gram.
2. Bahan
Pasir bersih, keras, kering dan bisa mengalir bebas tidak mengandung bahan
pengikat dan bergradasi lewat saringan nomor 10 (2mm) dan tertahan pada
saringan no. 200 (0,075).

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Menentukan isi botol pasir :
 Timbangan alat (botol + corong) = (W1 gram).
 Lertakkan alat dengan botol dibawah, bukalah kran dan isi dengan air
jernih sampai penuh diatas kran. Tutuplah kran dan bersihkan kelebihan air.
 Timbanglah alat yang terisi air = (W2 gram). Berat air = isi botol pasir.
 Lakukan langkah 2 dan 3 tiga kali dan ambil harga rata rata dari ketiga
hasil. Perbedaan masing masing pengukuran tidak boleh lebih dari 3 cm3.
2. Menentukan berat isi pasir :
 Letakkan alat dengan botol dibawah pada dasar yang rata, tutup kran dan
isi corong pelan pelan dengan pasir.
 Bukalah kran, isi botol sampai penuh dan dijaga agar selama pengisian
corong selalu terisi paling sedikit setengahnya.
 Tutup kran, bersihkan kelebihan pasir diatas kran dan timbanglah (W3
gram).
3. Menentukan berat pasir dalam corong :
 Isi botol palan pelan dengan pasir secukupnya dan timbang (W4 gram).
 Letakkan alat dengan corong dibawah pada plat corong, pada dasar yang
rata dan bersih.
 Buka kran pelan pelan sampai pasir berhenti mengalir.
 Tutup kran, dan timbanglah alat berisi sisa pasir (W5 gram).
 Hitunglah berat pasir dalam corong (W4 – W5 gram).
4. Menentukan berat isi tanah :
 Isi botol dengan pasir secukupnya.
 Ratakan permukaan tanah yang akan diperiksa. Letakkan plat corong pada
permukaan yang telah rata tersebut dan kokohkan denganpaku dikeempat
sisinya.
 Galilah lubang sedalam minimal 10 m (tidak melampaui tebal satu hamparan
padat).

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

 Seluruh tanah hasil galian dimasukkan kedalam kaleng yang tertutup yang
telah diketahui beratnya (W9 gram) dan timbang kaleng dan tanah (W8
gram).
 Timbang alat dengan pasir didalamnya (W6 gram).
 Letakkan alat pada tempat, corong kebawah diatas plat corong dan buka kran
pelan pelan sehingga pasir masuk kedalam lubang. Setelah pasir berhenti
mengalir tutup kram kembali dan timbang alat dengan sisa pasir (W7 gram).
 Ambil tanah sedikti dari kaleng untuk penentuan kadar air W%.

D. Perhitungan
Isi botol = Berat air = (W2 – W1) cm
W3 – W1
Berat isi pasir = -------------- gram
W2 – W1
Berat pasir dalam corong = (W4 – W5) gram
Berat pasir dalam lubang = (W6 – W7) – (W4 – W5) W10 gram

Berat Isi Pasir γp =

W8 – W9
Berat isi tanah γ = ------------ gram

γ
Berat isi kering tanah γP = ----------- x 100 % gram/cm3
100 + W

γP lap
Derajat kepadatan dilap D = -------- x 100 %
γP lab

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

E. Pelaporan
D dilaporkan dengan bilangan bulat dan persen.

Catatan :
 Dalam menentukan pemeriksaan ini jangan sampai ada getaran getaran.
 Untuk menentukan kadar air lihat pemeriksaan kadar air tanah.
 Dalam pengisian pasir baik kedalam wadah pasir maupun kedalam lubang,
harus dilakukan dengan pelan pelan agar pasir tidak memadat setempat.
 Penentuan berat isi pasir, dilakukan pada setiap penggantian jenis pasir yang
baru atau apabila pasir tersebut telah lama dipergunakan (kotor).
 Kepadatan maksimum laboratorium harus dikorejsi dengan PB 0209-76.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
SPEEDY MOISTURE CONTENT
( AASHTOT – 216 – 74*)
( ASTMD – 2435 – 70 )

A. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kadar air tanah atau
sample uji yang dilakukan secara tepat dan praktis dilapangan sebagai pekerjaan
Quality control.

B. Peralatan
1. Tabung speedy moisture content yang lengkap dengan bola bola bajanya
2. Neraca speedy
3. Alat pembersih seperti sikat atau kuas
4. Sendok penakar
5. Kotak alat

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Letakkan kotak alat pada posisi yang rata, atur kedudukan neraca pengujian,
sample tanah yang akan diperiksa kadar airnya ditempatkan pada mangkuk
neraca, timbang sampai kedudukan garis merah pada neraca speedy seimbang.
2. Bersihkan tabung speedy dari kotoran yang mungkin tersisa dari pemakaian
sebelumnya, masukkan bola bola baja kedalam tabung speedy. Pemasukkan bola
baja dilakukan dengan keadaan tabung mendatar, hindari terjadi benturan keras
bola terhadap pengukur tekanan.
3. Sample uji tanah yang telah ditimbang masukkan kedalam tabung speedy,
tambahkan bahan absortion yang tersedia dengan menggunakan sendok penakar.
Tutup kunci alat speedy.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

4. Guncang guncangkan tabung speedy tersebut dalam posisi mendatar, arah


guncangan kedepan lalu balas kebelakang, lakukan selama ± 20 menit, atau
sampai jarum penunjuk pada tabung speedy tidak bergerak lagi.
5. Baca posisi penunjukkan jarum pada tabung speedy. Nilai yang tertera pada
tabung merupakan nilai kadar air sample uji.
6. Bersihkan alat yang digunakan, masukkan kedalam kotak alat.

D. Pelaporan
1. Nilai kadar air sample uji.
2. Lokasi pengambilan sample uji.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
DYNAMIC CONE PENETROMETER
DPMJ – 91

A. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR (California
Bearing Ratio) sub grade, sub base atau base course suatu sistem perkerasan,
dilakukan secara tepat dan praktis sebagai pekerjaan Quality control pembuatan
jalan.

B. Peralatan
1. Alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
2. Kantong alat
3. Konus

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Letakkan alat pada posisi titik pengujian secara vertikal 900, bila terjadi
penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan kesalahan pengukuran yang relatif
besar.
2. Baca posisi awal penunjukkan mistar ukur (X0) dalam satuan mm. Penunjukkan
X0 ini tidak perlu tepat pada angka nol, karena nilai X 0 ini akan diperhitungkan
pada nilai penetrasi. Masukkan nilai X0 ini pada format data pada kolom 2
(pembacaan mistar mm), untuk tumbukkan n = 0 kolom ke – 1.
3. Angkat palu penumbuk sampai menyentuh pemegang, lalu lepaskan sehingga
menumbuk landasan penumbuk. Tumbukan ini menyebabkan konus menembus
lapisan material uji.
4. Baca posisi penunjukan mistar ukur X1 setelah terjadi penetrasi. Masukkan nilai
X1 ini pada kolom 2 baris 2 (pembacaan mistar mm).Untuk tumbukan n = 1
masukkan pada kolom 1 baris ke 2.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

5. Ulangi prosedur 3 dan 4berulang kali sampai batas kedalaman yang akan
diperiksa, masukkan data X2, X3, X4, ..... n = n.
6. isilah data kolom ke 3 (penetrasi mm) pada format data yaitu selisih antara nilai
X dan X0.
7. Isilah kolom ke 4 (tumbukan per 25 mm) dengan rumus :
25
XN
Xn – X0
8. Dengan menggunakan grafik, tentukan nilai CBR yang bersangkutan dengan
cara sebagai berikut :
 Angka pada kolom ke 4 dimasukkan dlam skala mendatar.
 Tarik garis vertikal keatas sampai memotong grafik.
 Dari titik perpotongan tersebut, menunjukkan nilai CBR, masukkan pada
kolom ke 5.
 Ambil nilai CBR yang terkecil dari tiap baris kolom ke 5, masukkan, pada
kolom ke 6 sebagai nilai CBR rata rata.

D. Pelaporan
1. Lokasi titik DCP.
2. Kedalaman hasil pemeriksaan DCP dan jumlah tumbukannya.
3. Nilai CBR rata rata.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
KADAR AIR TANAH
PB – 0117 – 70
( ASTMD – 2216 – 71 )

A. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air tanah. Kadar air tanah
adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat
kering tersebut yang dinyatakan dalam persen.

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
 Oven yang suhunya dapat diatur konstan (110 ± 5)0C.
 Cawan yang kedap udara dan tidak berkarat, dengan ukuran yang cukup,
dapat terbuat dari gelas atau logam.
 Neraca, meliputi :
 Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
 Neraca dengan ketelitian 0,1 gram.
 Neraca dengan ketelitian 1 gram.
 Desikator.
2. bahan
Jumlah bahan (benda uji) yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air
tergantung pada ukuran butir maksimum dari contoh yang diperiksa dengan
ketelitian sbb :
Ukuran butir Jumlah benda Ketelitian
maximum Uji maximum
¾ 1000 gram 1 gram
Lewat saringan no.10 100 gram 0,1 gram
Lewat saringan no.40 10 gram 0,01 gram

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Tempatkan benda uji yang mewakili tanah yang diperiksa kedalam cawan yang
bersih, kering dan beratnya diketahui.
2. Cawan dan benda uji ditimbang kemudian beratnya dicatat.
3. Masukkan cawan kedalam oven pengering selama 4 jam atau sampai beratnya
konstan.
4. Cawan ditutup kemudian didinginkan dalam desikator.
5. setelah dingin ditimbang dan beratnya dicatat.

D. Perhitungan
Kadar air dihitung sebagai berikut :
Berat cawan + tanah basah = W1 gram
Berat cawan + tanah kering = W2 gram
Berat cawan kosong = W3 gram
Berat air = (W1 – W2) gram
Berat bahan kering = (W2 – W3) gram
W1 – W2
Kadar air = x 100 %
W2 – W3

E. Pelaporan
Kadar air dilaporkan dalam persen dengan ketelitian satu angka dibelakang koma.
Catatan :
1. Jika tidak terdapat oven pengering, maka pelaksanaan pengeringan dapat
dilakukan dengan cara :
 Bila benda uji yang akan diperiksa kadar airnya tidak mengandung bahan
organik atau bahan yang mudah terbakar maka pengeringan dapat dilakukan
diatas kompor atau dibakar langsung setelah disiram dengan spritus.
Penimbangan dan pengeringan dilakukan berulang ulang sehingga 3 kali
penimbangan terakhir tercapai berat yang konstan.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

 Jika benda uji yang akan diperiksa mengandung bahan yang mudah terbakar,
maka pengeringan tidak boleh dilakukan dengan cara dibakar dengan spritus,
tetapi harus dikeringkan diatas kompor dengan temperatur tidak lebih dari
600 C.
2. Untuk masing masing contoh harus diberi tanda pada cawan, dan tidak boleh
sampai tertukar.
3. Untuk tiap benda uji harus dipakai minimal 2 cawan, sehingga kadar air dapat
diambil rata rata.
4. Agar pengeringan dapat berjalan dengan sempurna, maka susunlah benda uji
sedemikian rupa seningga pengeringan tidak terganggu, serta saluran udara harus
terbuka.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
KADAR LUMPUR TANAH
PB – 0117 – 70
( ASTMD – 2216 – 71 )

A. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar lumpur tanah. Kadar
lumpur tanah adalah perbandingan antara berat lumpur yang terkandung dalam tanah
dengan berat kering tersebut yang dinyatakan dalam persen.

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
a) Saringan No. 200.
b) Bejana Gelas dan Pengaduk.
c) Oven yang suhunya dapat diatur konstan (110 ± 5)°C.
d) Cawan yang kedap udara dan tidak berkarat, dengan
ukuran yang cukup, dapat terbuat dari gelas atau logam.
e) Neraca meliputi :
 Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
 Neraca dengan ketelitian 0,1 gram.
 Neraca dengan ketelitian 1 gram.
f). Desikator.

2. Bahan
Jumlah bahan (benda uji) yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar lumpur
tergantung pada ukuran butir maksimum dari contoh yang diperiksa dengan
ketelitian seperti daftar :

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

Ukuran butir Jumlah benda Ketelitian


maximum Uji Maximum
3/4 1000 gram 1 gram

Lewat Saringan No. 10 100 gram 0,1 gram


Lewat Saringan No. 40 10 gram 0,01 gram

C. Prosedur Pelaksanaan
a) Tempatkan benda uji yang mewakili tanah yang diperiksa
ke dalam cawan yang bersih, kering dan beratnya diketahui.
b) Cawan dan benda uji ditimbang kemudian beratnya
dicatat.
c) Masukkan benda uji kedalam bejana, tuangkan air bersih
ke dalam bejana tersebut sehingga benda uji terendam.
d) Aduk contoh benda uji, sehingga terpisah dari bagian
halus.
e) Tuangkan suspensi yang kelihatan keruh dengan
perlahan-lahan ke dalam saringan.
f) Ulangi langkah 3,4, dan 5 diatas beberapa kali, sehingga
air cucian didalam bejana kelihatan jernih.
g) Bilas butiran-butiran yang tertinggal diatas saringan
sehingga air bilasan tampak jernih.
h) Tampung butiran butiran yang tertinggal diatas saringan
kedalam cawan.
i) Keringkan butiran dalam cawan tersebut kedalam oven
pengering selama 4 jam atau sampai beratnya konstan.
j) Cawan ditutup kemudian didinginkan dalam desikator.
k) Setelah dingin ditimbang dan beratnya dicatat.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

D. Perhitungan
Kadar Lumpur dihitung sebagai berikut :
Berat Cawan + tanah basah = W1 gram
Berat Cawan + tanah kering = W2 gram
Berat Cawan kosong = W3 gram
Berat tanah basah = (W1 – W3) gram
Berat tanah kering = (W2 – W3) gram
(W1–W3) – (W2–W3)
Kadar lumpur = x 100%
W1 – W3

E. Pelaporan
Kadar lumpur dilaporkan dalam persen dengan ketelitian satu angka dibelakang
koma.
Catatan :
1.Jika tidak tedapat oven pengering, maka pelaksanaan pengeringan dapat dilakukan
dengan cara :
Bila benda uji yang akan diperiksa kadar lumpurnya tidak mengandung
bahan yang mudah terbakar, maka pengeringan dapat dilakukan diatas
kompor atau dibakar langsung setelah disiram dengan spritus.
Penimbangan dan pengeringan dilakukan berulang-ulang sehingga, setelah
3 kali penimbangan terakhir tercapai berat yang konstan.
Jika benda uji yang akan diperiksa mengandung bahan yang mudah
terbakar, maka pengeringan tidak boleh dilakukan dengan cara dibakar
dengan spritus, tetapi harus dikeringkan dengan kompor dengan temperatur
tidak lebih dari 600C.
2. Untuk masing-masing contoh harus diberi tanda pada cawan, dan tidak boleh
sampai tertukar.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

3. Untuk tiap benda uji harus dipakai minimal 2 cawan, sehingga kadar lumpur
dapat diambil rata-rata.
4. Agar pengeringan dapat berjalan sempurna, maka susunan bahan uji didalam
oven harus diatur sedemikian rupa sehingga pengeringan tidak terganggu, serta
saluran udara harus terbuka.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
BERAT ISI TANAH
PB – 0111 – 76
(AASHTOT – 99 – 74*)
(ASTMD – 68 – 70 *)

A. Tujuan
Secara umum pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan berat isi yang
merupakan perbandingan berat tanah dengan volumenya dalam gram/cm3.

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
b. Ring berat isi.
c. Jangka sorong.
d. d.Oven yang suhunya dapat diatur konstan (110 ± 5)0 C.
e. Desikator.
2. Bahan
Sebagai benda uji dipergunakan tanah.

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Bersihkan berat isi yang akan dipakai.
2. Ukur diameter dalam dan tingginya dengan menggunakan jangka sorong, hitung
volume ring.
3. Timbang ring tersebut dengan ketelitian 0,01 gram (W1).
4. Masukkan sample tanah kedalam ring langsung dari tabung contoh dengan
menggunakan extruder.
5. Ratakan kedua permukaan tanah danbersihkan sebelah luar ring.
6. Timbang ring dan tanah basah dengan ketelitian 0,01 gram (W2).

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

6. Masukkan ring yang berisi sample tanah kedalam oven pengering sampai
beratnya konstan. Kemudian ring yang berisi sample tanah didinginkan dalam
dedikator.
7. Setelah dingin ditimbang dan beratnya dicatat. Berat tanah
(W3) = (W3 – W1).

D. Perhitungan
Berat isi tanah dihitung sebagai berikut :
W3
Berat isi tanah = (gr / cm3)
V
Dimana : V = Volume (isi wadah) cm3.
W3 = Berat tanah.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
BERAT JENIS TANAH
PB – 0108 – 76
(AASHTOT – 100 – 74)
(ASTMD – 854 – 58)

A. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis tanah yang
mempunyai butiran lewat saringan No. 4 dengan piknometer.
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir tanah dan berat air
suling dengan isi yang sama peda suhu tertentu.

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
a. Piknometer dengan kapasitas minimum 100 ml atau botol ukur dengan
kapasitas minimum 50 ml.
b. Desikator.
c. Oven yang suhunya dapat diatur konstan (110 ± 5)0 C.
d. Bak perendam.
e. Botol berisi air suling.
f. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
g. Pompa hampa udara (vacum, 1 – 1 ½ PK) atau tungku listrik (kookplate).
h. Termometer ukuran 00 – 500 C dengan ketelitian 10 C.
i. Saringan No. 4, No. 10, dan No. 40 dan PAN.

2. Bahan
a. Contoh tanah.
b. Air suling.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Benda Uji
a. Saringlah bahan yang akan diperiksa dengan saringan No. 4 jika ternyata
bahan tersebut terdiri dari butiran yang tertahan pada saringan No. 4, maka
pemeriksaan berat jenis harus dilakukan menurut pemeriksaan PB-0202-76.
Jika bahan yang akan diperiksa mengandung campuran butir yang tertahan
dan lewat dari saringan No. 4 tersebut maka berat jenis butir yang akan
tertahan pada saringan No. 4 diperiksa menurut cara pemeriksaan PB-0202-
76 sedang yang melalui saringan No. 4 diperiksa dengan pemeriksaan PB-
0108-76. Berat jenis bahan adalah harga rata-rata (sebanding dengan
presentase berat kering masing-masing ukuran) yaitu yang dicantumkan pada
pemeriksaan PB-0201-76.
Untuk pemeriksaan berat jenis yang akan dipakai sebagai pambantu untuk
pemeriksaan analisa hidrometer, maka contoh harus dipilih yang melalui
saringan No. 10 atau No. 40. Kemudian pemeriksaan dilakukan dengan
prosedur PB-0108-76.
b. Contoh diperoleh dengan pemisah contoh atau cara perempat dari bahan
yang lewat saringan No. 4 atau No. 10. Benda uji dalam keadaan kering oven
tidak boleh kurang dari 10 gram untuk botol ukur dan 50 gram untuk
piknometer.
c. Keringkan benda uji pada 105 – 1100 C dan dinginkan sesudah itu dalam
desikator.
Atau benda uji dalam keadaan tidak dikeringkan.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Cuci piknometer dengan air suling dan keringkan. Timbang piknometer dan
tutupnya dengan ketelitian 0,01 gram (W1).
b. Masukkan benda uji kedalam piknometer dan timbang bersama tutupnya
dengan ketelitian 0,01 gram (W2).

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

c. Tambahkan air suling sehingga piknometer terisi dua pertiga. Untuk bahan
yang mengandung lempung diamkan benda uji terendam selama paling
sedikit 24 jam.
d. Didihkan isi piknometer dengan hati-hati selama minimal 10 menit, dan
miringkan botol sekali-sekali untuk membantu mempercepat pengeluaran
udara yang tersekap.
e. Didalam hal mempergunakan pompa vacum tekanan udara didalam
piknometer atau botol ukur tidak boleh dibawah 100 mm Hg. Kemudian
isilah piknometer beserta isinya untuk mencapai suhu konstan didalam bejana
air atau dalam kamar. Sesudah suhu konstan tambahkan air suling seperlunya
sampai tanda batas atau sampai penuh. Tutuplah piknometer, keringkan
bagian luarnya dan timbang dengan ketelitian 0,01 gram (W3). Ukur suhu
dari isi piknometer dengan ketelitian 10 C.
f. Bila isi piknometer belum diketahui maka tentukan isinya sebagai berikut.
Kosongkan piknometer dan bersihkan. Isi piknometer dengan air suling yang
suhunya sama dengan suhu pada c dengan kete;itian 1 0 C dan pasang
tutupnya. Keringkan bagian luarnya dan timbang dengan ketelitian 0,01 gram
dan dikoreksi terhadap suhu.
g. Pemeriksaan dilakukan ganda (duplo).

D. Perhitungan
1. Hitung berat jenis contoh dengan rumus dibawah ini :
W2 – W1
Gs = ---------------------------------
(W4 – W1) – (W3 – W2)
Dimana :
W1 = Berat piknometer (gram).
W2 = Berat piknometer dan bahan kering (gram).
W3 = Berat piknometer, bahan dan air (gram).
W4 = Berat piknometer dan air (gram).

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

Apabila hasil dari kedua pemeriksaan berbeda lebih dari 0,03 pemeriksaan harus
diulang.
2. Ambil harga rata-rata dari hasil kedua pemeriksaan tersebut.

E. Pelaporan
Berat jenis dilaporkan dalam dua angka dibelakang koma, sesuai dengan form PB-
0108-76.
Catatan :
1. Kalibrasi Piknometer
a. Piknometer dibersihkan, dikeringkan, ditimbang dan beratnya dicatat (W1).
Piknometer diisi air sulingdan dimasukkan kedalam bejana air pada suhu
250 C tutupnya dipasang. Bagian luar piknometer dikeringkan dan
piknometer beserta isinya ditimbang (W25).
b. Dari nilai (W25) yang ditentukan pada suhu 25 0 C susunlah tabel harga W4
untuk suatu urutan kira-kira antara 180 C sampai 310 C.
Harga W4 dihitung sebagai berikut :

W4 = W25 x K
Dimana :
W4 = Berat piknometer dan air yang telah dikoreksi.
W25 = Berat piknometer dan air pada suhu 250 C.
K = Faktor koreksi (daftar No. 1).
c. Faktor koreksi : K
Suhu : T
2. a. Untuk benda uji kering dioven sesudah ditumbuk dan layak harus
dimasukkan kedalam oven kembali sampai beratnya konstan.
b. Untukl benda uji tanpa pengeringan harus diketahui berat keringnya dengan
perhitungan kadar air

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
KONSISTENSI ATTERBERG
BATAS CAIR (LIQUID LIMIT)
PB – 0109 – 7601
(AASHTOT – 89 – 74*)
(AASTMD – 423 – 66*)

A. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada
keadaan batas cair. Batas cair adalah kadar air batas dimana suatu tanah berubah dari
keadaan cair menjadi keadaan plastis.

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
a. Alat batas cair standar.
b. Alat pembuat alur (grooving tool).
c. Sendok dempul.
d. Pelat kaca ukuran (45 x 45 x 0,9) cm.
e. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
f. Spatula dengan panjang 12,5 cm.
g. Botol tempat air suling.
h. Oven yang suhunya dapat diatur konstan (110 ± 5)0 C.
2. Bahan
a. Contoh tanah.
b. Air suling.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Benda Uji
a. Jenis-jenis tanah yang tidak mengandung batu hampir semua butirannya lebih
halus dari saringan 0,42 mm (No. 40). Dalam hal ini benda uji tidak perlu
disaring dengan saringan 0,42 mm (No. 40).
b. Jenis-jenis tanah yang mengandung batu, atau mengandung banyak butiran
yang lebih kasar dari saringan 0,42 mm (No. 40). Keringkan contoh diudara
sampai bisa disaring. Ambil benda uji yang lewat saringan 0,42 mm (No. 40).
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Letakkan 100 gram benda uji yang sudah dipersiapkan didalam pelat kaca
pengaduk.
b. Benda uji diaduk dengan menggunakan spatula, tambahkan air suling sedikit
demi sedikit, sampai homogen.
c. Setelah contoh menjadi campuran yang merata, ambil sebagian benda uji ini
dan letakkan diatas mangkok alat batas cair, ratakan permukaannya
sedemikian hingga sejajar dengan dasar alat, bagian yang paling tebal harus ±
1 cm.
d. Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok itu,
dengan menggunakan alat pembuat alur (Grooving tool) melalui garis tengah
pemegang mangkok dan simetris. Pada waktu membuat alur grooving tool
harus tegak lurus permukaan mangkok.
e. Putarlah alat sedemikian, sehingga mangkok naik jatuh dengan kecepatan
dua putaran perdetik. Pemutaran ini dilakukan terus sampai dasar alur benda
uji bersinggungan sepanjang kira-kira 1,25 cm dan catat jumlah pukulannya
pada waktu bersinggungan.

f. Ulangi pekerjaan (c) sampai dengan (e) beberapa kali sampai diperoleh
jumlah pukulan yang sama, hal ini untuk meyakinkanapakah pengadukan
contoh sudah betul-betul merata kadar airnya. Jika ternyata pada 3 kali
percobaan telah diperoleh jumlah pukulan ± sama, maka ambillah benda uji

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

langsung dari mangkok pada alur, kemudian masukkan kedalam cawan yang
telah dipersiapkan. Maka periksalah kadar airnya.
g. Kembalikan benda penguji keatas kaca pengaduk, dan mangkok alat batas
cait bersihkan. Benda uji diaduk kembali dengan merubah kadar airnya.
Kemudian ulangi langkah (b) sampai (f) minimal 3 kali berturut-turut dengan
variasi kadar air yang berbeda, sehingga akan diperoleh perbedaan jumlah
pukulan sebesar 8 – 10.

D. Perhitungan
Hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang
bersangkutan kemudian digambarkan dalam bentuk grafik. Jumlah pukulan sebagai
sumbu mendatar dengan skala logaritma, sedang besarnya kadar air sebagai sumbu
tegak dan skala biasa.
Buatlah garis lurus melalui titik- titik itu. Jika ternyata titik-titik yang
diperoleh tidak terletak pada satu garis lurus, maka buatlah garis lurus melalui titik
berat titik-titik tersebut. Tentukan besarnya kadar air pada jumlah pukulan 25 dan
kadar air inilah yang merupakan batas cair (liquid limit) dari benda uji tersebut.

E. Pelaporan
Catatlah pada formulir laboratorium, benda uji yang diperiksa dalam keadaan
asli atau telah kering udara, disaring atau tidak. Hasil dilaporkan sebagai bilangan
bulat.
Catatan :
1. Alat-alat yang akan dipakai harus dulu sebelum dipakai dan harus dalam keadaan
bersih dan kering.
a. Periksa tinggi jatuh mangkok alat batas cair apakah sudah tepat 1,0 cm,
mangkok ini harus bersih, kering dan tidak goyang.
b. Alat pembuat alur harus bersih, kering dan tidak aus.
c. Cawan kadar air yang akan dipakai diberi tanda kemudian ditimbang untuk
menentukan beratnya.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

2. Berapa jenis lempung akan mengalami kesulitan untuk diaduk dan kadang-
kadang jika terlalu banyak atau lama pengadukannya akan berubah sifat. Agar
pengadukan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih cepat, maka adukan
disimpan dulu dan ditutup dengan kain basah atau contoh yang telah disiapkan
direndam dulu selama 24 jam.
3. Beberapa jenis tanah lempung menunjukkan bahwa pada waktu pemukulan
ternyata bersinggungan alur disebabkan karena kedua bagian massa tanah diatas
mangkok bergeser terhadap permukaan mangkok, sehingga jumlah pukulan yang
didapat lebih kecil. Jumlah pukulan yang betul adalah jika proses berimpitnya
dasar alur disebabkan massa tanah seolah-olah mengalir dan bukan karena
bergeser. Kalau ternyata terjadi pergeseran, maka percobaan harus diulangi
beberapa kali dengan kadar air berbeda, dan kalau terjadi pergeseran ini maka
harga batas cair ini tidak dapat diperoleh.
4. Selama berlangsungnya percobaan pada kadar air tertentu, benda uji tidak boleh
dibiarkan mengering atau terjadi perubahan kadar air.
5. Untuk memperoleh hasil yang teliti, maka jumlah pukulan diambil antara 40-30,
30-20, 20-10, sehingga akan diperoleh 3 titik.
6. Alat pembuat alur Casagrande dipergunakan untuk tanah kohesive. Alat pembuat
alur ASTM untuk tanah yang kepasiran.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

BATAS PLASTIS (PLASTIC LIMIT)


PB – 0110 – 76
(AASHTOOT – 90 – 74)
(ASTM D – 424 – 74)

A. Tujuan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan kadar air suatu tanah pada
keadaan batas plastis. Batas plastis adalah kadar air minimum dimana suatu tanah
masih dalam keadaan plastis.

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
a. Pelat kaca 45 x 45 x 0,9 cm.
b. Sendok dempul panjang 12,5 cm.
c. Batang pembanding dengan diameter 3 mm panjang 10 cm.
d. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
e. Botol tempat air suling.
f. Oven yang suhunya dapat diatur konstan (110 ± 5)0 C.
g. Cawan untuk menentukan kadar air 2 buah.
2. Bahan
a. Air suling.
b. Contoh tanah pada kadar air asli.

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Letakkan benda uji diatas pelat kaca, kemudian diaduk sehingga kadar airnya
merata.
2. Setelah kadar air cukup merata, buatlah bola-bola tanah dari benda uji itu seberat
8 gram, kemudian bola-bola tanah itu digeleng-geleng diatas pelat kaca.
Penggeleng dilakukan dengan telapak tangan, dengan kecepatan 80 – 90
gelengan permenit.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

3. Penggelengan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang dengan


diameter 3 mm. Jika pada waktu penggelengan itu ternyata sebelum benda uji
mencapai 3 mm sudah retak, maka benda uji disatukan kembali, ditambah air
sedikit dan diaduk sampai merata. Jika ternyata penggelengan bola-bola bisa
mencapai diameter lebih kecil dari 3 mm tanpa menunjukan retak-retak, maka
contoh perlu dibiarkan beberapa saat diudara, agar kadar airnya berkurang
sedikit.
4. Pengadukan dan penggelengan diulangi terus sampai retakan-retakan itu terjadi
tepat pada saat gelengan mencapai diameter 3 mm.
5. Periksa kadar air batang tanah pada (4) dilakukan ganda, benda uji untuk
pemeriksaan kadar air 5 gram.

D. Perhitungan
Tentukan kadar air rata-rata sebagai harga batas plastis.

E. Pelaporan
1. Hasil dilaporkan sebagai bilangan bulat dalam persen.
2. Catatlah pada formulir.
Benda uji yang diperiksa dalam keadaan asli atau sudah kering udara, disaring
atau tidak.
Catatan :
1. Alat-alat yang akan dipakai harus dalam keadaan bersih dan kering.
2. Untuk lebih cepatnya pemeriksaan, maka pengadukan benda uji
untuk pemeriksaan batas cair dan batas plastis dilakukan sekaligus, setelah
pengadukan merata pisahkan 20 gram benda uji untuk pemeriksaan batas plastis.
3. Indeks plastisitas adalah selisih batas cair dan batas plastis
(Plastisitas Indek = Liquid Limit – Plastic Limit).

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
ANALISA SARINGAN TANAH
PB – 0109 – 7601
(AASHTOT – 89 – 74*)
(AASTMD – 423 – 60*)

A. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
tanah dengan menggunakan saringan.

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
a. Timbangan / neraca dengan ketelitian 0,2 % dari benda uji.
b. Satu set saringan dengan ukuran 1,5” ; 1” ; ¾” ; ⅜” ; No. 4 ; No. 8 ; No. 16 ;
No. 40 ; No. 50 ; No. 100 ; No. 200.
c. Mesin pengguncang saringan.
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ±
5)0 C.
e. Alat pemisah contoh.
f. Talam-talam.
g. Kuas, sikat kuningan, sendok, dan lain-lain.

2. Bahan
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Benda Uji
Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 ± 5)0 C, sampai berat
tetap.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Timbang berat masing-masing saringan.
b. Susun saringan benda uji dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan
paling atas. Saring benda uji kedalam saringan, saringan diguncang dengan
mesing pengguncang selama ± 15 menit.
c. Timbang kembali saringan beserta benda uji yang telah diguncang.

D. Perhitungan
Hitunglah presentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan
terhadap berat total benda uji.

E. Pelaporan
Laporan meliputi :
a. Jumlah presentase melalui masing-masing saringan atau jumlah
presentase diatas masing-masing saringan dalam bilangan bulat.
b. GrafiK akumulatif.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
KEPADATAN STANDAR
PB – 0111 – 76
(AASHTOT – 99 – 74*)
(ASTMD – 68 – 70*)

A. Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menentukan hubungan antara kadar
air dan kepadatan tanah dengan memadatkan didalam cetakan silinder berukuran
tertentu dengan menggunakan alat penumbuk 2,5 kg (5,5 lbs) dan tinggi jatuh 30 cm
(12”).
Pemeriksaan kepadatan dibagi dalam 4 cara sebagai berikut :
Cara A : Cetakan Ø 102 mm (4”) bahan lewat saringan 4,75 mm (No.4).
Cara B : Cetakan Ø 152 mm (6”) bahan lewat saringan 4,75 mm (No.4).
Cara C : Cetakan Ø 102 mm (4”) bahan lewat saringan 19 mm (No.3/4”).
Cara D : Cetakan Ø 152 mm (6”) bahan lewat saringan 19 mm (No.3/4).
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan maka ditetapkan cara A atau D.
B. Peralatan dan Bahan
1. Peralatan
a. Cetakan diameter 102 mm (4”) kapasitas 0,000943 ± 0,000008 m 3 (0,0333 ±
0,0003) cu.ft, dengan diameter dalam 101,6 ± 0,406 mm (4,000” ± 0,016 “)
tinggi 116,43 ± 0,1270 mm (4,584” ± 0,005”).
b. Cetakan diameter 152 mm (6”) kapasitas 0,002124 ± 0,000021 m 3 (0,07500
± 0,00075 cu.ft) dengan diameter dalam 152,4 ± 0,6609 mm (6,000” ±
0,024”) tinggi 116,43 ± 0,1270 mm (4,584” ± 0,005”). Ukuran cetakan harus
sesuai dengan diatas dan terbuat dari logam yang mempunyai dinding teguh.
Cetakan harus dilengkapi dengan leher sambung, terbuat dari bahan yang
sama dengan tinggi lebih kurang 60 mm yang dapat dipasang kuat-kuat dan
dapat dilepaskan. Cetakan-cetakan yang dipergunakan telah lama sehingga

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

tidak memenuhi toleransi diatas, masih dapat dipergunakan bila toleransi


tersebut tidak lebih dari 50 %.
c. Alat penumbuk tangan dari logam yang mempunyai permukaan tumbuk rata,
diameter 50,8 ± 0,127 mm (2,000 ± 0,005”), berat 2,495 ± 0,0009 kg (5,50 ±
0,02 lb) dilengkapi dengan selubung yang bisa mengatur tinggi jatuh secara
bebas setinggi 304,8 ± 1,524 mm (12,00” ± 0,06”).
Selubung harus sedikitnya mempunyai 2 x 4 buah lubang uadar yang
berdiameter tidak lebih kurang dari 9,5 mm (3/8”) dengan poros tegak lurus
satu sama lain berjarak 19 mm dari kedua ujung. Selubung harus cukup
longgar sehingga batang penumbuk dapat jatuh bebas.
Alternatif lain dapat juga dipergunakan alat penumbuk mekanis, dari logam
yang dilengkapi alat pengontrol tinggi jatuh bebas 304,8 ± 1,524 mm (12,00
± 0,06”) dan dapat membagi-bagi tumbukan secara merata diatas permukaan
benda uji.
Alat penumbuk ini harus mempunyai permukaan tumbuk yang rata
berdiameter 50,8 ± 0,127 mm (2,000” ± 0,05”) dan berat 2,4959 ± 0,009 kg
(5,50 ± 0,02 lb).
d. Alat pengeluar contoh.
e. Timbangan kapasitas kira-kira 11,5 kg dengan ketelitian sampai 5 gram.
f. Oven yang suhunya dapat diatur konstan (110 ± 5)0 C.
g. Alat perata dari besi (straight edge) panjang 25 cm, salah satu sisi
memanjang harus tajam dan sisi lain datar (0,01 % dari panjang).

h. Saringan 50 mm (2”), 19 mm (3/4”) dan 4,75 mm (No. 4).


i. Talam, alat pengaduk dan sendok.

2. Bahan
a. Cotoh tanah yang diambil dari lapangan.
b. Air.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Benda Uji
a. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan dalam keadaan lembab
(damp), contoh tersebut dikeringkan dahulu sehingga menjadi gembur. Untuk
pengeringan dapat dilakukan diudara atau digunakan alat pengering lain
dengan suhu 600 C. Kemudian gumpalan-gumpalan tersebut ditumbuk tetapi
butir aslinya tidak pecah.
b. Tanah yang sudah gembur disaring dengan saringan 4,75 mm (No. 4) untuk
cara A dan B, sedangkan untuk pengujian cara C dan D contoh tanah disaring
dengan saringan 19 mm (3/4”).
c. Jumlah contoh yang sesuai untuk masing-masing cara pemeriksaan adalah
sebagai berikut :
Cara A sebanyak 15 kg.
Cara B sebanyak 45 kg.
Cara C sebanyak 35 kg.
Cara D sebanyak 65 kg.
d. Benda uji dibagi menjadi 6 bagian, tiap-tiap bagian dicampur dengan air
yang jumlahnya ditentukan, dan kemudian diaduk sampai merata.
Penambahan air diatur sehingga didapat benda uji sebagai berikut :
 3 contoh dengan kadar air kira-kira dibawah kadar air optimum.
 3 contoh dengan kadar air kira-kira diatas kadar air optimum.
Perbedaan kadar air dari benda uji masing-masing antara 1 – 3 %.
e. Masing-masing benda uji disimpan dalam kantong plastik dan disimpan
selama 12 jam atau sampai kadar air merata.

2. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Cara A :
 Timbang cetakan diameter 102 mm (4”) dan keping alas dengan
ketelitian 5 gram (B1 gram).

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

 Cetakan, leher dan keping alas dijadikan satu, dan tempatkan pada
landasan yang kokoh.
 Ambil salah satu dari 6 contoh, diaduk dan dipadatkan didalam cetakan
dengan cara sebagai berikut :
 Jumlah seluruh tanah harus tepat sehingga tinggi kelebihan tanah
yang diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari 0,5 cm.
 Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk standar 2,5 kg (5,5
pound) dengan tinggi jatuh 30,5 mm (12”). Tanah dipadatkan dalam 3
lapisan yang masing-masing lapisan mempunyai ketinggian yang
sama dengan penumbukan 25 kali untuk masing-masing lapisan.
 Kelebihan tanah dari bagian keliling leher dipotong dengan pisau, dan
lepaskan leher sambung.
 Ratakan permukaan cetakan hingga tidak ada kelebihan tanah.
 Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan ketelitian 5
gram (B2 gram).
 Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan alat
pengeluar benda uji (extruder) dan potong sebagian kecil dari benda uji
pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air. Tentukan kadar
air (W) dari benda uji.

b. Cara B :
 Timbang cetakan diameter 152 mm (6”) dan keping alas dengan
ketelitian 5 gram (B1 gram).
 Cetakan, leher dan keping alas dijadikan satu, dan tempatkan pada
landasan yang kokoh.
 Ambil salah satu dari 6 contoh, diaduk dan dipadatkan didalam cetakan
dengan cara sebagai berikut : jumlah tanah yang digunakan harus tepat
hingga tinggi kelebihan tanah yang diratakan setelah leher dilepas tidak
lebih dari 0,5 cm. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk standar

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

2,5 kg (5,5 pound) dengan tinggi jatuh 30,5 mm (12”). Tanah dipadatkan
dalam 3 lapisan yang masing-masing lapisan mempunyai ketinggian yang
sama dengan penumbukkan 56 kali untuk masing-masing lapisan.
 Kelebihan tanah dari bagian keliling leher dipotong dengan pisau, dan
dilepaskan leher sambung.
 Ratakan permukaan cetakan hingga tidak ada kelebihan tanah.
 Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan ketelitian 5
gram (B2 gram).
 Keluarkan benda uji tersebut dari catakan dengan mempergunakan alat
pengeluar benda uji (extruder) dan potong sebagian kecil dari benda uji
pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air. Tentukan kadar
air (W) dari benda uji.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

c. Cara C :
 Timbang cetakan diameter 102 mm (4”) dan keping alas dengan
ketelitian 5 gram (B1 gram).
 Cetakan, leher dan keping alas dijadikan satu, dan tempatkan pada
landasan yang kokoh.
 Ambil salah satu dari 6 contoh, diaduk dan dipadatkan didalam cetakan
dengan cara sebagai berikut : Jumlah seluruh tanah harus tepat sehingga
tinggi kelebihan tanah yang diratakan setelah leher dilepas tidak lebih
dari 0,5 cm. Pemadata dilakukan dengan alat penumbuk standar 2,5 kg
(5,5 pound) dengan tinggi jatuh 30,5 mm (12”). Tanah dipadatkan dalam
3 lapisan yang masing-masing lapisan mempunyai ketinggian yang sama
dengan penumbukan 25 kali untuk masing-masing lapisan.
 Kelebihan tanah dari bagian keliling leher dipotong dengan pisau, dan
lepaskan leher sambung.
 Ratakan permukaan cetakan hingga tidak ada kelebihan tanah.
 Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan ketelitian 5
gram (B2 gram).
 Keluarkan benda uji tersebut dari catakan dengan mempergunakan alat
pengeluar benda uji (extruder) dan potong sebagian kecil dari benda uji
pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air. Tentukan kadar
air (W) dari benda uji.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

d. Cara D :
 Timbang cetakan diameter 152 mm (6”) dan keping alas dengan
ketelitian 5 gram (B1 gram).
 Cetakan, leher dan keping alas dijadikan satu, dan tempatkan pada
landasan yang kokoh.
 Ambil salah satu dari 6 contoh, diaduk dan dipadatkan didalam cetakan
dengan cara sebagai berikut : Jumlah seluruh tanah harus tepat sehingga
tinggi kelebihan tanah yang diratakan setelah leher dilepas tidak lebih
dari 0,5 cm. Pemadata dilakukan dengan alat penumbuk standar 2,5 kg
(5,5 pound) dengan tinggi jatuh 30,5 mm (12”). Tanah dipadatkan dalam
3 lapisan yang masing-masing lapisan mempunyai ketinggian yang sama
dengan penumbukan 56 kali untuk masing-masing lapisan.
 Kelebihan tanah dari bagian keliling leher dipotong dengan pisau, dan
lepaskan leher sambung.
 Ratakan permukaan cetakan hingga tidak ada kelebihan tanah.
 Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan ketelitian 5
gram (B2 gram).
 Keluarkan benda uji tersebut dari catakan dengan mempergunakan alat
pengeluar benda uji (extruder) dan potong sebagian kecil dari benda uji
pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air. Tentukan kadar
air (W) dari benda uji.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

D. Perhitungan
a. Hitung berat isi basah dengan mempergunakan rumus-rumus berikut:
B2 - B 1
γ = ------------ gram/cm3
V
Dimana :
γ = Berat isi basah (gr/cm3).
B1 = Berat cetakan + keping alas (gram).
B2 = Berat cetakan + keping alas dan benda uji (gram).
V = Isi cetakan (cm3).
b. Hitung berat isi kering dengan mempergunakan rumus berikut :
γ x 100
γd = --------------- gram/cm3
(100 + W)
Dimana :
γd = Berat isi kering (gr/cm3).
W = Kadar air (%).

E. Pelaporan
Gambarkan grafik berat isi tanah kering terhadap kadar air dari hasil
percobaan. Kemudian gambarlan sebuah kurva yang paling mendekati dengan titik-
titk yang digambarkan dan tentukan berat isi maksimum dari kurva tersebut dengan
ketelitian 0,01 gram/cm3.
Kadar air yang sesuai dengan berat isi kering maksimum, ini adalah kadar air
optimum dan harus dicatat dengan ketelitian 0,5 %. Setelah diketahui W opt dan γ d
maksimum gambarlah zero air void line (ZAL) dengan rumus :

GxγW
γ d = ---------------
1+GxW

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

Dimana :
γd = Berat isi kering (gram/cm3).
G = Berat jenis tanah.
γW = Berat isi air (gram/m3).
W = Kadar air (%).

Grafik pemadatan tidak boleh memotong zero air voids line dan pada harga
kadar air yang tinggi menjadi sejajar dengan garis tersebut.

Laporan harus mencantumkan hal-hal sebagai berikut :


a. Cara yang digunakan (cara A, B, C atau D).
b. Bila cara C dan D yang dipergunakan apakah bahan tertahan
saringan 19 mm (3/4”) dibuang atau diganti.
c. Jenis dari permukaan alat tumbuk.

Catatan :
1. Tanah yang telah dipadatkan dapat dipergunakan lagi untuk percobaan bila butir
tanah tidak pecah akibat penumbukan.
2. Untuk cara C dan D bila diinginkan supaya presentase bahan kasar lewat
saringan 50 mm (2”) dan tertahan 4,75 mm (No. 4) dipertahankan sama seperti
keadaan aslinya dilapangan, maka material yang terganti saringan 19 mm (3/4”)
harus diganti sebagai berikut : Bahan yang lewat saringan 50 mm (2”) dan
tertahan saringan 19 mm (3/4”) deganti dengan bahan yang lewat saringan 19
mm (3/4”) tertahan saringan 4,75 mm (No. 4) dengan jumlah yang sama. Bahan
pengganti diambil dari sisa.
3. Untuk tanah yang berbutir halus (lanau dan lempung) petunjuk yang baik guna
mendapatkan kadar air optimum adalah batas plastis. Kadar air optimum untuk
pemadatan modified kira-kira 2 sampai 4% dibawah batas plastis.
4. Alat penumbuk mekanis harus dikalibrasi.
5. Kerataan alat perata harus diperhatikan.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

6. a. Alas untuk meletakan cetakan waktu dilakukan pemadatan dapat dibuat dari
beton dengan berat tidak kurang dari 91 kg, dan diletakan pada dasar yang
relatif stabil.
b. Bila dilapangan dapat dipergunakan lantai beton atau permukaan gorong-
gorong persegi atau lantai jembatan.
7. Volume cetakan harus dikalibrasi menurut cara pemeriksaan berat isi agregat.
8. Cara pemadatan seperti gambar No. 1.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
CBR LABORATORIUM
PB – 0113 – 76
(AASHTOT – 193 – 74*)
(ASTMD – 1883 – 73*)

A. Tujuan
Untuk menentukan CBR (California Bearing Ratio) tanah dan campuran
tanah agregat yang dipadatkan dilaboratorium pada kadar air tertentu.
CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan
standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
a. Mesin penetrasi (loading machine) berkapasitas sekurang-kurangnya 4,45 ton
(10.000 lb) dengan kecepata penetrasi sebesar 1,27 mm permenit.
b. Cetakan logam berbentuk silinder dengan diameter dalam 152,4±0,6609 mm
dengan tinggi 177,8 ± 0,13 mm.
Cetakan harus dilengkapi dengan leher sambung dengan tinggi 50,8 dan
keping alas lobang yang berlubang-lubang dengan tebal 9,35 mm, diameter
lubang tidak lebih dari 1,59 mm.
c. Piringan pemisah dari logam (spacer disk) dengan diameter 150,3 mm dan
tebal 61,4 mm.
d. Alat penumbuk sesuai dengan cara pemeriksaan pamadatan.
e. Alat pengukur pengembangan (swell) yang terdiri dari keping pengembangan
yang berlubang dengan batang pengatur tripod logam dan arloji penunjuk.
f. Keping beban dengan berat 2,27 kg, diameter 194,2 mm dengan lubang
tengah diameter 54,0 mm

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

g. Torak penetrasi dari logam berdiameter 49,5 mm, luas 1935 mm 2 dan
panjang tidak kurang dari 101,6 mm.
h. Satu buah arloji beban dan satu buah arloji pengukur penetrasi.
i. Peralatan seperti talam, alat perata, tempat untuk merendam.
j. Timbangan dengan ketelitian 5 gram.

2. Bahan
a. 6 kg tanah.
b. 6 kg campuran tanah agregat.
c. Air secukupnya.
d. Kertas saring.

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Benda Uji
Benda uji dipersiapkan menurut cara pemeriksaan pemadatan (Standard
Compaction Modified).
a. Ambil contoh kira-kira seberat 5 kg atau lebih untuk tanah dan 5,5 kg untuk
campuran tanah agregat.
b. Kemudian campur bahan tersebut dengan air sampai kadar air optimum atau
kadar air lain yang dikehendaki.
c. Pasang cetakan pada keping alas dan timbang.
Masukkan piringan pemisah (spacer disk) diatas keping alas dan pasang
kertas saring diatasnya.
d. Dapatkan bahan tersebut didalam cetakan sesuai dengan cara standar atau
modified. Bila benda uji akan direndam periksa kadar airnya sebelum
dipadatkan. Bila benda uji tesebut tidak direndam, pemeriksaan kadar air
dilakukan setelah benda uji dikeluarkan dari cetakan.
e. Buka leher sambung dan ratakan dengan alat perata. Tambal lubang-lubang
yang mungkin terjadi pada permukaan karena lepasnya butir-butir kasar

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

dengan bahan yang lebih halus. Keluarkan piringan pemisah, balikkan dan
pasang kembali cetakan berisi benda uji pada keping alas dan timbang.
f. Untuk pemeriksaan CBR langsung, benda uji ini telah siap untuk diperiksa.
Bila dikehendaki CBR yang direndam (soaked CBR) harus dilakukan
langkah sebagai berikut :
 Pasang keping pengembangan diatas benda uji dan kemudian pasang
keping pemberat yang dikehendaki (seberat 4,5 kg) atau sesuai dengan
keadaan beban perkerasan.
 Rendam cetakan beserta beban didalam air sehingga air dapat
meresap dari atas maupun dari bawah.
 Pasang tripod beserta arloji pengukur pengembangan. Catat
pembacaan pertama dan biarkan benda uji selam 96 jam.
 Permukaan air selama perendaman herus tetap (kira-kira 2,5 cm
diatas permukaan benda uji).
Tanah berbutir halus atau berbutir kasar yang dapat melalukan air lebih
cepat dapat direndam dalam waktu yang lebih singkat sampai pembacaan
arloji tetap. Pada akhir perendaman catat pembacaan arloji
pengembangan.
 Keluarkan cetakan dari bak air dan miringkan selama 15 menit
sehingga air bebas mengalir habis. Jagalah agar selama pengeluaran air
permukaan benda uji tidak terganggu.
 Ambil beban dari keping alas, kemudian cetakan beserta isinya
ditimbang. Benda uji CBR yang direndam telah siap untuk diperiksa.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

2. Pemeriksaan CBR
a. Letakkan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat minimal 4,5
kg atau sesuai dengan beban perkerasan.
b. Untuk benda uji yang direndam beban harus sama dengan beban yang
dipergunakan waktu perendaman. Letakkan pertama keping pemberat 2,27
kg untuk mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada bagian
lubang keping pemberat. Pemberat selanjutnya dipasang setelah torak
disentuhkan pada permukaan benda uji.
c. Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji
beban menunjukkan beban permulaan sebesar 4,5 kg. Pembebanan
permulaan ini diperlukan untuk menjamin bidang sentuh yang sempurna
antara torak dan permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan
arloji penetrasi dinolkan.
d. Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati
kecepatan 1,35 mm ; 0,187 mm ; 2,5 mm ; 3,75 mm ; 5 mm ; 7,5 mm 10
mm ; 12,5 mm.
e. Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi
sebelum penetrasi 12,5 mm.
f. Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan atas
benda uji setebal 25,4 mm.
g. Pengambilan benda ujibuntuk kadar air dapat diambil dari seluruh kedalaman
bila diperlukan kadar air rata-rata. Benda uji untuk pemeriksaan kadar air
sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir halus atau sekurang-
kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir kasar.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

D. Perhitungan
1. Pengembangan (swell) adalah perbandingan antara perubahan tinggi selama
perendaman terhadap tinggi benda uji semula dinyatakan dalam persen.
2. Hitung pembebanan dalam kilogram dan gambarkan grafik beban terhadap
penetrasi. Pada beberapa keadaan permulaan dari kurva beban cekung akibat dari
ketidak teraturan atau disebabkan oleh faktor lain. Dalam keadaan ini titik nolnya
harus dikoreksi.
3. Dengan menggunakan harga-harga beban yang sudah dikoreksi pada penetrasi
2,54 mm dan 5,08 mm, hitung harga CBR dengan cara membagi beban standar
masing-masing 70,31 kg/cm2 dan 105,47 kg/cm2 dan kalikan dengan 100 harga
CBR diambil harga peda penetrasi 2,54 mm. Umumnya harga CBR diambil pada
penetrasi 5,08 mm bila harga yang ternyata lebih besar percobaan tersebut
diulangi.
Apabila percobaan ulangan ini masih tetap menghasilkan nilai CBR pada
penetrasi 5,08 mm lebih besar dari nilai CBR pada penetrasi 2,54 mm maka pada
harga CBR diambil harga penetasi 5,08 mm. Bila beban maksimum dicapai pada
penetrasi sebelum 5,08 mm maka harga CBR diambil dari beban maksimum
dengan standar yang sesuai.

E. Pelaporan
Laporan harus mencantumkan hal-hal seperti berikut :
1. Cara yang dipakai untuk mempersiapkan dan memadatkan benda uji menurut
pemadatan (modified).
2. Keadaan benda uji (direndam atau tidak direndam).
3. Berat isi kering benda uji sebelum direndam.
4. Berat isi kering benda uji setelah direndam.
5. Kadar air benda uji (%) sebelum dan sesudah direndam.
6. Kadar air setelah perendaman yang diambil dari lapisan atas benda uji setebal
25,4 mm.
7. Pengembangan (swell) dalam persen.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

8. Harga CBR (direndam atau tidak direndam) dalam persen.


Catatan :
1. Bila dikehendaki harga CBR dapat diperiksa pada kadar air atau berat isi kering
yang berlainan.
2. Untuk menentukan CBR rencana ada beberapa cara diantaranya :
 Cara menurut buku Penetapan Tebal Perkerasan Bina Marga O/PD/BM.
 Cara AASHTO T – 193 – 74.
3. Berat isi kering dihitung dengan kadar air pada waktu perencanaan.
4. Bila dikehendaki nilai CBR pada penetrasi 7,5 mm ; 10,0 mm ; dan 12,5 mm ;
bagi besarnya beban pada penetrasi yang bersangkutan masing-masing dengan
5.700 : 6.900 dan 7.800 pound dan kalikan dengan angka 100.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
KEKUATAN TEKAN BEBAS
(UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH)
PB – 0114 – 76
(AASHTOT – 208 – 70*)
(ASTMD – 2166 – 66*)

A. Tujuan
Menentukan besarnya kekuatan tekan bebas contoh tanah dan batuan yang
bersifat kohesif dalam keadaan asli maupun buatan (remoulded).
Yang dimaksud dengan kekuatan tekan bebas adalah besarnya beban aksial
persatuan luas pada saat benda uji mengalami keruntuhan atau pada saat regangan
mencapai 20 %.

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
a. Mesin tekan bebas (unconfined compressive machine).
b. Alat untuk mengeluarkan contoh (extruder).
c. Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 2 kali diameter.
d. Pisau tipis dan tajam.
e. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram.
f. Pisau kawat.
g. Stopwatch.

2. Bahan
a. Tanah.
b. Kantong plastik.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

C. Benda Uji
1. Benda uji yang dipergunakan berbentuk silinder.
2. Benda uji mempunyai diameter minimal 3,3 cm dan tingginya diambil 2 kali
diameter. Biasanya dipergunakan benda uji dengan diameter 6,8 cm dan
tingginya 13,6 cm.
3. a. Untuk benda uji berdiameter 3,3 cm besar butir maksimum yang terkandung
dalam benda uji harus < 0,1 diameter benda uji.
b. Untuk benda uji berdiameter 6,8 cm besar butir maksimum yang terkandung
dalam benda uji harus < 1/6 diameter benda uji.
c. Jika setelah pemeriksaan ternyata dijumpai butir yang lebih > dari pada
ketentuan diatas, hal ini dicantumkan dalam laporan.

D. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Benda Uji
a. Menyiapkan benda uji asli dari tabung contoh.
 Contoh dikeluarkan dari tabung 1 – 2 cm dengan alat pengeluar contoh,
kemudian dipotong dengan pisau kawat dan diratakan dengan pisau.
 Pasang alat cetak benda uji didepan tabung contoh, keluarkan contoh
dengan alat pengeluar contoh (extruder) sepanjang alat cetak kemudian
dipotong dengan pisau kawat.
 Alat cetak yang berisi benda uji didirikan dengan ujung yang sudah
dibentuk diatas alas yang rata. Kemudian ujung sebelah atas diratakan
dengan pisau.
 Keluarkan benda uji dari alat cetak.
b. Menyiapkan benda uji buatan.
 Benda uji buatan bisa dipersiapkan dari benda uji bekas atau contoh uji
lain yang tidak asli.
 Dalam hal menggunakan benda uji bekas menyiapkan benda uji dari
tabung sample, benda tersebut dimasukkan dalam kantong plastik
kemudian diremas dengan jari sampai merata. Pekerjaan tersebut harus

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah udara masuk, memperoleh


kepadatan merata dan penguapan yang merata. Padatkan benda uji
tersebut pada cetakan.
 Apabila menggunakan benda uji contoh tidak asli lain, benda uji dapat
disiapkan dengan kadar air dan kepadatan yang ditentukan lebih dahulu.
Jika dikehendaki benda uji tersebut dapat dijenuhkan lebih dulu sebelum
diperiksa.
2. Pelaksanaan Peeriksaan
a. Periksa kuat tekan bebas dengan cara mengontrol regangan.
b. Timbang benda uji dengan ketelitian 0,1 gram. Letakan benda uji dalam
mesin tekan bebas secara sentris. Atau mesin diatur sehingga plat atas
menyentuh permukaan benda uji.
c. Atur jarum arloji tegangan pada angka nol. Atur kedudukan arloji regangan
pada angka nol.
d. Pembacaan beban dilakukan pada regangan-regangan 0,5 %, 1%, 2 % dan
seterusnya dengan kecepatan regangan sebesar 0,5 sampai 2 % permenit.
e. Percobaan ini dilakukan terus sampai benda uji mengalami keruntuhan,
keruntuhan ini dapat dilihat dari makin kecilnya beban walaupun regangan
semakin besar.
f. Jika regangan telah mencapai 20 % tetapi benda uji belum runtuh, maka
pekerjaan dihentikan.

E. Perhitungan
a. Besar tegangan aksial dihitung dengan rumus :
ΔL
θ = --------
L0
Dimana :
Θ = Regangan aksial (%).
ΔL = Perubahan panjang benda uji (cm).
L0 = Panjang benda uji semula (cm).

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

b. Luas penampang benda uji rata-rata.

A0
A = -------
L0
Dimana :
L0 = Luas penampang benda uji semula (cm2).
c. Hitung besar tegangan normal dari :
P
Л = ------- (kg/cm2)
A
P = n x β (kg)
Dimana :
n = Pembacaan arloji tegangan.
β = Angka kalibrasi dari cincin penguji (proving ring).

F. Pelaporan
1. Hasil dilaporkan dalam bilangan desimal 1 angka dibelakang koma.
2. Keterangan mengenai benda uji harus dicantumkan sebagai
berikut :
a. Contoh asli atau contoh buatan.
b. Perbandingan tinggi dan diameter.
c. Diskripsi visuil tanah.
d. Kepadatan, kadar air dan derajat kejenuhan.
3. Catat setiap kondisi atau data lain yang dianggap perlu untuk menilai hasil
pemeriksaan.
4. Gambarkan grafik hubungan antara regangan dan tegangan, tegangan sebagai
ordinat dan regangan sebagai absis. Tentukan harga maksimum tegangan atau
harga tegangan pada regangan 20%.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

Catatan :
1. Untuk tanah yang getas kecepatan regangan diambil < 1 % permenit.
2. Besar sensitivitas suatu jenis tanah dapat dihitung dari :
qu
st = ------
qu’
Dimana :
st = Sensitivitas.
qu = Kuat tekan bebas benda uji asli.
qu' = Kuat tekan bebas benda uji buatan dengan berat isi yang sama dengan
benda uji asli.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
KEKUATAN GESER LANGSUNG
(DIRECT SHEAR)
(AASHTOT – 191 – 61*)

A. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kohesi (c) dan sudut geser
tanah (ǿ).

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
a. Alat geser langsung terdiri dari :
 Setang penekan dan pemberi beban.
 Alat penggeser lengkap dengan cincin penguji (proving ring) dan 2 buah
arloji geser (extensiometer).
 Cincin pemeriksaan yang terbagi dua dengan penguncinya terletak dalam
kotak.
 Beban-beban.
 Dua batu pori.
b. Alat pengeluar cotoh dan pisau pemotong.
c. Cincin cetak benda uji.
d. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
e. Stopwatch.
f. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5)0 C.
2. bahan
a. Tanah.
b. Kertas saring.
c. Air.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan benda uji
a. Benda uji tanah dari tabung contoh
Contoh tanah asli dari dalam tabung ujungnya diratakan dan cincin cetak
benda uji ditekan pada ujung tanah tersebut, tanah dikeluarkan secukupnya
untuk tiga benda uji. Pakai bagian yang rata sebagai alas dan ratakan bagian
atasnya.
b. Benda uji asli lainnya
Contoh yang dipergunakan harus cukup besar untuk membuat tiga buah
benda uji. Persiapkan benda uji sehingga tidak terjadi kehilangan kadar air.
Bentuk benda uji dengan cincin cetak. Dalam mempersiapkan benda uji
terutama untuk tanah yang peka harus hati-hati guna menghindarkan
terganggunya struktur asli dari tanah tersebut.
c. Benda uji buatan (dipadatkan)
Contoh tanah harus dipadatkan pada kadar air dan berat isi yang dikehendaki.
Pemadatan dapat langsung dilakukan pada cincin pemeriksaan atau pada
tabung pemadatan.
d. Tebal minimum benda uji kira-kira 1,3 cm tetapi tidak kurang dari 6 kali
diameter butir maksimum.
e. Perbandingan diameter terhadap tebal benda uji minimal 2 : 1. Untuk benda
uji yang berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar perbandingan
lebar dan tebal minimal 2 : 1.
Catatan :
Untuk tanah lembek pembebanan harus diusahakan agar tidak merusakan benda
uji.
2. Prosedur Pelaksanaan
a. Timbang benda uji.
b. Masukkan benda uji kedalam cincin pemeriksaan yang telah terkunci menjadi
satu dan pasanglah batu pori pada bagian atas dan bawah benda uji.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

c. Setang pemeriksaan dipasang vertikal untuk memberi beban normal pada


benda uji dan diatur sehingga beban yang diterima oleh benda uji sama
dengan beban yang diberikan pada setang tersebut.
d. Penggeser benda uji dipasang pada arah mendatar untuk memberi beban
mendatar pada bagian atas cincin pemeriksaan. Atur pembacaan arloji geser
sehingga menunjukan angka nol. Kemudian buka kunci cincin pemeriksaan.
e. Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang diperlukan. Segera
setelah pembebanan pertama diberikan isilah kotak cincin pemeriksaan
dengan air sampai penuh diatas permukaan benda uji, jagalah permukaan ini
supaya tetap selama pemeriksaan.
f. Diamkan benda uji sehingga konsolidasi selesai. Catat proses konsolidasi
tersebut pada waktu-waktu tertentu sesuai cara pemeriksaan konsolidasi PB –
0115 – 76.
g. Seterlah konsolidasi selesai hitung t50 untuk menentukan kecepatan
penggeseran. Konsolidasi dibuat dalam tiga beban yang diperlukan.
Kecepatan penggeseran dapat ditentukan dengan membagi deformasi geser
maksimum dengan 50. Deformasi geser maksimum kira-kira 10 % diameter
asli benda uji.
h. lakukan pemeriksaan sehingga tekanan geser konstan dan becalah arloji geser
setiap 15 detik.
i. Berikan beban normal pada benda uji kedua sebesar dua kali beban normal
pertama dan lakukan langkah-langkah (f), (g), dan (h).
j. Berikan beban normal pada benda uji ketiga sebesar tiga kali beban normal
pertama dan lakukan langkah-langkah (f), (g), dan (h).

D. Perhitungan
a. Hitung gaya geser (P) dengan jalan mengalikan pembacaan arloji geser dengan
angka kalibrasi cincin penguji, dan hitunglah tegangan geser maksimum (T)
yaitu gaya geser maksimum dibagi luas bidang geser.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

P max
T = --------------
A
Dimana :
T = Tegangan geser maksimum (kg/cm2).
P max = Gaya geser maksimum (kg).
A = Luas bidang geser benda uji (cm2).
b. Buatlah grafik hubungan antara tekanan normal (σ) dengan tegangan geser
maksimum (T). Hubungkan ketiga titik yang diperoleh sehingga membentuk
garis lurus yang memotong sumbu vertikal (T) pada harga kohesi (c) dan
memotong sumbu horizontal (σ) dengan sudut-sudut geser tanah (ǿ) sesuai
dengan persamaan:
T = σ tan ǿ

E. Pelaporan
a. Uraian dari jenis alat yang dipakai.
b. Ciri dan uraian dari pada contoh tersebut termasuk asli, buatan, dipadatkan atau
apakah tanah tesebut berstrata.
c. Kadar air, berat isi basah, berat isi kering dan tebal.
d. Semua data-data hasil pemeriksaan termasuk tekanan normal, jarak geser dan
harga tahanan geser dan perubahan tebal dari benda uji.
e. Grafik tegangan geser maksimum terhadap tegangan normal.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

PEMERIKSAAN
KONSOLIDASI
PB – 0115 – 76
(AASHTOT – 216 – 74*)
(ASTM D – 2435 – 70*)

A. Tujuan
Diharapkan dapat melakukan pengujian konsolidasi yang maksudnya untuk
menentukan sifat pemampatan suatu jenis tanah, yaitu sifat-sifat perubahan isi dan
proses keluarnya air dari dalam pori tanah yang diakibatkan adanya perubahan
tekanan vertikal yang bekerja pada tanah tersebut.

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
a. Satu set alat konsolidasi yang terdiri dari alat pembebanan dan sel
konsolidasi.
b. Arloji pengukur (ketelitian 0,01 mm dan panjang gerak tangkai minimal 1,0
cm).
c. Beban-beban.
d. Alat pengeluar contoh dari dalam tabung (extruder).
e. Pemotong yang terdiri dari pisau tipis dan tajam serta pisau kawat.
f. Pemegang cincin contoh.
g. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram.
h. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ±
5)0 C.
i. Stopwatch.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

2. Bahan
a. Tanah.
b. Kertas saring.
c. Air.

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Benda uji dan cincin kemudian ditimbang dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Tempatkan batu pori dibagian atas dan bawah dari cincin sehingga benda uji
yang sudah dilapisi dengan kertas saring terakhir oleh kedua batu pori, masukan
kedalam sel konsolidasi.
3. Pasanglah plat penumpu diatas batu pori.
4. Letakkan sel konsolidasi yang sudah terisi benda uji pada alat konsolidasi
sehingga bagian yang runcing dari plat penumpu menyentu tepat pada alat
pembebanan.
5. Aturlah kedudukan arloji kemudian dibaca dan dicatat.
6. Pasanglah beban pertama sehingga tekanan pada benda uji sebesar 0,25 kg/cm2.
Kemudian arloji dibaca dan dicatat pada 9,6 detik, 15 detik, 21,6 detik, 29,4
detik, 38,4 detik, 1 menit dan seterusnya (sesuai formulir PB – 0115 – 76 A)
setelah beban pertama dipasang. Biarkan beban pertama ini bekerja sampai pada
pembacaan arloji tepat (tidak terjadi penurunan lagi) biasanya 24 jam dianggap
sudah cukup.Sesudah 1 menit sel konsolidasi diisi dengan air.
7. Setelah pembacaan menunjukkan angka yang tepat atau setelah 24 jam catatlah
pembacaan arloji yang terakhir. Kemudian pasang beban yang kedua sebesar
beban yang pertama sehingga tekanan menjadi dua kali. Kemudian baca dan
catatlah arloji (dial) sesuai cara (f) diatas.
8. Lakukan cara (d) dan (g) untuk beban-beban selanjutnya. Beban-beban tersebut
akan menimbulkan tekanan normal terhadap benda uji masing-masing sebesar :
0,25 kg/cm2 ; 0,50 kg/cm2 ; 1,0 kg/cm2 ; 2,0 kg/cm2 ; 4,0 kg/cm2 ; 8,0 kg/cm2 dan
seterusnya.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

9. Besar beban maksimum sebetulnya tergantung kepada kebutuhannya, yaitu


sesuai dengan beban yang akan bekerja terhadap lapisan tanah tersebut.
10. Setelah pembebanan maksimum dan sesudah menunjukkan pembacaan yang
tetap, kurangilah beban dalam 2 (dua) langkah sampai mencapai beban yang
pertama. Misalnya jika dipakai harga-harga tekanan dari 0,25 – 8,0 kg/cm 2, maka
sebaiknya beban dikurangi dari 8,0 kg/cm2 menjadi 2,0 kg/cm2, dan sesudah itu
dari 2,0 kg/cm2 menjadi 0,25 kg/cm2. Pada waktu beban dikurangi, setiap
pembebanan harus dibiarkan bekerja sekurang-kurangnya selama 5 (lima) jam.
Arloji penunjuk hanya perlu dibaca sesudah 5 (lima) yaitu saat sebeluym beban
dikurangi lagi.
11. Segera setelah pembacaan terakhir dicatat, dikeluarkan cincin dan benda uji dari
sel konsolidasi, ambilah batu pori dari permukaan atas dan bawah. Keringkan
permukaan atas dan bawah benda uji.
12. Keluarkan benda uji dari cincin kemudian timbang dan tentukan berat kering dan
kadar airnya.

D. Perhitungan
1. Hitunglah berat tanah basah, berat isi dan kadar air benda uji, sebelum dan
sesudah percobaan serta hitung pula berat tanah keringnya (Bk).
2. Ada dua cara menggambarkan hasil percobaan konsolidasi. Cara pertama adalah
membuat grafik penurunan terhadap tekanan, cara kedua adalah membuat grafik
angka pori terhadap tekanan. Pada kedua cara ini untuk harga-harga tekanan
dipergunakan skala logaritmis. Bila dipakai cara pertama, maka pembacaan
penurunan terakhir pada setiap pembebanan digambarkan pada grafik tekanan
bila dipaki cara kedua, maka dilakukan perhitungan seperti berikut :
a. Menghitung tinggi efektif benda uji :
Bk
Hitung Ht = ----------
A.G

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

Dimana :
Ht = Tinggi efektif benda uji = tinggi butir-butiran tanah (jika dianggap
menjadi satu).
A = Luas benda uji.
G = Berat jenis tanah.
Bk = Berat tanah kering.
b. Hitung besar penurunan total (ΔH) yang terjadi pada setiap pembebanan.
ΔH = Pembacaan arloji pada permulaan percobaan dikurangi pembacaan
arloji sesudah pembeban yang bersangkutan.
c. Hitung angka pori semula (angka pori asli = eo) dengan rumus :
HO - Ht
eo =
Ht
Ho = Tinggi Contoh Semula
e. Hitung perubahan angka pori (Δe) pada setiap pembebanan dari rumus :
ΔH
Δe =
Ht
f. hitung angka pori (e) pada setiap pembebanan dengan rumus :
e = eo - Δe
g. Gambarkanlah harga-harga angka pori ini pada grafik angka pori
terhadap tekanan dengan mempergunakan skala logaritmis untuk tekanan.
3. Hitunglah derajat kejenuhan sebelum dansesudah percobaan dengan rumus
sebagai berikut :
W.G
Sr = -------------
e

Dimana :
Sr = Derajat Kejenuhan.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

W = Kadar Air.
G = Berat Jenis Tanah.
e = Angka Pori.
4. Harga koefisien konsolidasi Cv.
Hitunglah tinggi benda uji rata-rata (Hm) pada setiap pembebanan. Buatlah
grafik pembacaan penurunan terhadap akar pangkat dua dari waktu setiap
pembebanan. Sebagian besar dari grafik ini merupakan geris lurus, dan titik
potong garis ini dengan ordinat (O) dianggap sebagai titik O yang benar. Dari
titik O ditarik garis OA dengan membuat jarak b = 1,15 a. Titik perpotongan
garis OA ini dengan lengkung penurunan adalah adalah harga t90 yaitu waktu
untuk mencapai konsolidasi 90 %. Hitunglah harga koefisien konsolidasi pada
setiap pembebanan dengan rumus :

0,212 Hm2
Cv = ------------------
T90
Dimana :
Cv = Koefisien konsolidasi (cm2/detik).
Hm = Tinggi benda uji rata pada pembebanan yang bersangkutan (cm).
T90 = Waktu untuk mecapai konsolidasi 90 % (detik).
e. Gambar grafik hubungan antara Cv dan beban (skala logaritma).

E. Pelaporan
Pelaporan harus mencantumkan keterangan-keterangan sebagai berikut :
a. Identifikasi (pengenalan) dan deskripsi (uraian) dari benda uji termasuk
apakah asli, buatan atau dipadatkan.
b. Kadar air.
c. Berat isi basah.
d. Derajat kejenuhan.
e. Berat jenis.

Teknik Sipil
LABORATORIUM UJI TANAH

f. Keadaan waktu pemeriksaan (kadar air asli) atau direndam.


g. Grafik hubungan antara angka pori dan log tekanan atau penurunan dan
log tekanan.
h. Grafik koefisien konsolidasi terhadap log tekanan.
i. Bila cara melakukan berbeda termasuk beban khusus.
Catatan :
a. Setiap alat perlu diperhitungkan besar beban untuk mendapatkan tekanan sesuai
dengan 4 h.
b. Untuk memperhitungkan faktor pengaruh alat harus diadakan koreksi terhadap
pengaruh alat dan dapat ditentukan dengan mempergunakan benda uji besi yang
mempunyai ukuran sama dengan ukuran benda uji. Pembebanan dilakukan
seperti biasa. Penurunan yang dibaca pada setiap pembebanan adalah harga
koreksi yang diperlukan.
c. Untuk menjaga supaya tidak terjadi perubahan pada kadar air semula, benda uji
harus segera diperiksa. Benda uji tidak boleh dipasang dan dibiarkan dalam alat
beberapa lama sebelum beban pertama diberikan.
d. Pada permulaan percobaan, batu berpori harus benar-benar rapat pada
permukaan benda uji dan plat penumpu serta alat pembebanan harus rapat satu
sama lainnya. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka pembebanan yang pertama
mungkin diperoleh pembacaan penurunan yang jauh lebih besar dari pada harga
sesungguhnya.
e. Selama percobaan sel konsolidasi harus tetap penuh dengan air.
f. Pada beberapa macam tanah terentu ada kemungkinan bahwa pada pembebanan
yang pertama akan terjadi pengembangan (swelling) setelah sel konsolidasi di isi
air. Bilamana hal ini terjadi, pasanglah segera beban yang kedua dan bacalah
arloji penurunan seperti diatas. Jika pembebanan yang kedua ini masih terjadi
pengembangan, pasanglah beban ketiga, dan seterusnya sampai tidak terjadi
pengembangan lagi.

Teknik Sipil

Anda mungkin juga menyukai