Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH GEOGRAFI TANAH

Dosen Pengampu :

Irma Lusi Nugraheni, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 3:

1) Tika Wahyuni 2213034040

2) Mentari 2213034048

3) Laila Fitria Ramadhani 2213034053

4) Sabila Zeliana Putri 2213034063

5) Jenny Saputri 2213034071

6) Habsy Nurul Hidayat 2213034072

7) Nisa Syaifa Rahma 2213034074

8) Muhammad Rafi 2213034075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya akar sebagai penopang tumbuhnya tanaman dan
penyuplai kebutuhan air dan udara. Tanah juga secara kimiawi berfungsi sebagai
gudang dan penyuplai haa atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana
dan unsur-unsur esensial). Tanah merupakan tubuh alam yang dihasilkan dari
berbagai proses dan faktor pembentuk yang berbeda. Karena itu tanah mempunyai
karakteristik yang berbeda. Demikian akan memerlukan manajemen yang berbeda
pula untuk tetap menjaga keberlanjutan fungsi-fungsi tanah tersebut.

Sifat tanah yang berbeda mengakibatkan setiap tanaman mempunyai respon yang
berbeda pula. Sifat tanah baik fisik, kimia maupun biologi, sangat penting dalam
hubungannya dengan kesuburan tanah yang menunjang pertumbuhan tanaman.
Kesuburan tanah memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi dan
produktivitas tanaman. Kesuburan tanah juga dapat dilihat secara langsung pada
keadaan pertumbuhan tanaman yang menjadi salah satu indikator terjadinya
defisiensi hara (Anonim, 2013). Salah satu sifat tanah yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu sifat kimia tanah.

Komponen kimia tanah antara lain pH tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan
basa, unsur hara baik makro maupun mikro, kandungan bahan organik.
Poewowidodo, 1992, menjelaskan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keseimbangan hara dalam tanah. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti
unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro tersusun atas N, P, K, Ca, Mg, S,
CHO sedangkan unsur hara mikro tersusun atas Fe, Mn, Mo, B, Zn, Cu, Cl, Na,
Co. Ini merupakan nutrisi bagi tanaman yang harus tersedia dalam tanah sesuai
peruntukannya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa memahami tentang 10 sifat kimia tanah
2. Mahasiswa memahami dan mengetahui persebaran jenis tanah melaui peta
3. Mahasiswa mengetahui kondisi fisik tanah tersebut
4. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis tanaman pada suatu wilayah yang diteliti

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil yaitu memudahkan pembaca untuk memahami sifat
kimia tanah, persebaran jenis tanah, kondisi fisik pada suatu tanah, dan jenis-jenis
tanaman yang diteliti.
METODOLOGI

1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Mei 2023 bertempat di Hajimena,
Kec. Natar, Lampung Selatan.

2. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, buku, bolpoin, meteran,
linggis, sekop, plastik dan ponsel.

3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang terdapat pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
 Menentukan lahan yang akan diamati dengan 5 titik berbeda, yaitu lahan
dengan luas 3.600 m2
 Menggali tanah pada tanaman yang akan diteliti dengan kedalaman 15 cm
 Mengambil tanah untuk digunakan sebagai sampel percobaan dan penelitian
 Menentukan titik koordinat tanah tersebut
 Mengambil foto daun, buah, galian kedalaman tanah, dan proses kegiatan
 Merekam dan mencatat informasi yang disampaikan oleh narasumber/pemilik
tanah
 Gambar Lokasi Penelitian
Bapak Sukadi berusia 73 tahun, seorang petani asal Hajimena. Memiliki lahan seluas
kurang lebih 3.600 m2. Lahan tersebut awalnya merupakan areal persawahan yang
kemudian di alih fungsikan menjadi areal perkebunan. Karena pada awalnya, lahan
tersebut memiliki sumber air yang tidak bisa mengering, sehingga bapak Sukadi
membuatkan aliran air, dan akhirnya bisa dialih fungsikan menjadi perkebunan.
Komoditas yang bapak Sumadi tanam saat ini adalah sayur-sayuran antara lain,
gambas/oyong, cabai rawit dompol, dan kacang panjang.
1) Komoditas Gambas/Oyong
Gambas atau dikenal pula dengan nama oyong merupakan salah satu jenis sayuran
yang termasuk dalam famili Cucurbitaceae yang mudah tumbuh. Cucurbitaceae
adalah tumbuhan suku labu-labuan yang banyak ditemukan di seluruh wilayah Asia
dan Amerika Serikat. Namun yang paling melekat dengan sayuran ini adalah wilayah
Asia dan Afrika Tropis. Tanaman oyong adalah tanaman merambat yang mempunyai
5 sudut batang yang tidak berkayu dan mempunyai sulur. Daun pada tanaman oyong
berbentuk sedikit membulat berwarna hijau pucat dan berdiameter sekitar 15-20 cm
yang memiliki 5-7 sudut. Tulang daun sangat terlihat. Buah dari tanaman oyong
berbentuk sedikit oval dengan bagian ujung mengecil. Buah berwarna cokelat
kekuningan pucat dengan panjang 4-10 cm dan lebar 2-4 cm. Pada bagian luar
ditutupi oleh 8-10 tulang buah yang menonjol membujur sejajar pertumbuhan buah
oyong. Buah dibagi menjadi 3 bagian. Bagian dalam adalah bagian berserat dan
mudah dipisahkan dari bagian luarnya. Buah terasa pahit. Biji buah oyong terletak di
dalam buah, panjang 0,6-0,8cm dan tebal 0,5-0,6 cm berwarna putih dan berbentuk
oval (Vijayasanthi et al, 2017). Dan untuk produktivitas gambas yang dimiliki oleh
bapak Sukadi sudah dapat dipanen pada usia 35 hari dan bisa menghasilkan 1-1,2
ton/400 m2.

2) Komoditas Cabai Rawit Dompol


Cabai rawit dompol merupakan jenis cabai rawit yang ditemukan pada tahun 1999
oleh Prof. Dr. KRM. H. Gembong Danudiningrat yang merupakan seorang peneliti
sekaligus pemilik perusahaan CV Pendawa Kencana Multifarm, Sleman Yogyakarta.
Cabai rawit dompol memiliki karakteristik yang hampir sama dengan cabai rawit pada
umumnya, akan tetapi produktivitasnya lebih tinggi dan lebih tahan akan hama.
Sedangkan untuk produktivitas cabai sendiri dapat dihitung dengan satuan kilogram.
Untuk satu batang cabai besar dapat menghasilkan 1,2-8 ton per batang, dan sudah
dapat dipanen pada usia 3 bulan.

3) Komoditas kacang panjang

Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi dalam bentuk segar
maupun diolah menjadi sayur, memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap
(protein,lemak,karbohidrat,kalsium,fosfor,besi,vitamin B dan C). Tanaman kacang
panjang (Vigna sinensis L.) sudah lama dibudidayakan oleh orang Indonesia.
Sebenarnya kacang panjang berasal dari India dan Afrika. Kemudian menyebar
penanamanya ke daerah-daerah Asia Tropika hingga ke Indonesia. Untuk kacang
panjang yang ditanam oleh bapak Sukadi sudah dapat dipanen pada usia 40 hari, dan
dapat menghasilkan 1-1,2 ton/400 m2.

Bapak Sukadi mengatakan bahwa, apa yang ditanam itu harus disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman tersebut. Contohnya adalah media (pH tanah dalam kondisi
normal) yang diukur menggunakan alat pH meter, air, pupuk yang tercukupi, serta
hama dan penyakit yang harus diatasi. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk
organik (kandang), dan pupuk kimia. Sebelum diberikan dolomit, pH pada lahan
tersebut masih di bawah standar. Dolomit merupakan jenis batuan kapur yang juga
dapat memberi manfaat bagi tanah dan tanaman, adapun manfaat pupuk dolomit
untuk kesuburan tanah dan tanaman adalah sebagai berikut : Memberikan nutrisi yang
berharga bagi tanaman. Membantu mengubah pH tanah sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Rata-rata pH sebelum direkayasa atau diperbaharui adalah 5-5,5, sedangkan
rata-rata pH yang diperlukan adalah 6,5-7. pH tanah adalah tingkat keasaman dan
kebasaan suatu tanah pertanian yang ditunjukkan dengan skala angka 0-14. Tanah
dikatakan netral ketika berada pada angka 7, tanaman dapat tumbuh subur pada tanah
dengan tingkat pH kisaran angka 6,5-7,5. Cara untuk dapat mengetahui tingkat pH
tanah adalah dengan melakukan pengukuran secara manual menggunakan kertas
lakmus atau kunyit. Untuk mengetahui lebih akurat tingkat pH tanah dapat
menggunakan alat seperti pH tester atau pH meter.

Gambar : Pupuk Dolomit

Sumber Irigasi
Untuk sumber irigasi pada lahan perkebunan bapak Sukadi menggunakan sumur bor,
yang sudah dapat memenuhi kebutuhan sumber air pada lahan 1 hektare tersebut.
Sistemnya adalah dengan menggunakan selang yang dialirkan pada saluran irigasi
pada perkebunan tersebut.

Gambar : Sumur Bor Sebagai Sumber Irigasi

Dengan lahan seluas kurang lebih 9x4 = 3.600 m2 selama kurun waktu 6 bulan, bapak
Sukadi mendapatkan penghasilan kurang lebih 70 juta. Sistem lahan perkebunan
tersebut menggunakan sistem tumpang sari. Jadi akan diselingi dengan tanaman
gambas dan juga cabai. Untuk nutrisi pada tanah yang menggunakan sistem tumpang
sari harus benar-benar di perhatikan, agar nutrisi tersebut dapat tercukupi untuk kedua
jenis tanaman tersebut. Pada tanaman cabai, bapak Sukadi tidak menjualnya sebagai
sayuran, melainkan dijual sebagai benih. Caranya adalah dengan menunggu cabai
tersebut hingga kemerahan, kemudian diperam selama dua malam setelah itu baru
kemudian di giling.

Dalam proses penjualan cabai sebagai sayuran, bapak Sukadi telah bermitra atau
bekerja sama dengan PT. Perkiraan harga satu kilogram cabai yang dibeli oleh PT
tersebut adalah 75 ribu rupiah. Harga cabai lebih menguntungkan jika dijual kepada
PT ketimbang di pasaran. Karena pada saat ini, harga cabai di pasar sedang dalam
kondisi turun, yaitu antara harga 15-25 ribu rupiah/kilogram. Ketika bapak Sukadi
bekerja sama dengan PT, harga beli sudah dapat diketahui sebelum masa tanam,
sehingga tidak mempengaruhi pada saat itu haga cabai sedang naik atau turun.
Perjanjian atau kontrak kerja sama antara bapak Sukadi dengan PT tersebut diperbarui
setiap ganti tanaman. Karena tidak selalu yang di tanam adalah jenis tanaman yang
sama, namun bisa juga berbeda jenis. Awal bisa bermitra dengan PT adalah
dikarenakan pernah ada petugas yang melakukan sosialisasi dengan masyarakat di
desa tersebut.

Berikut beberapa PT yang pernah bekerja sama dengan Bapak Sukadi, yaitu :
1) PT Tanindo
2) PT Lesindo Jakarta
3) PT Panah Merah
4) PT Yusid Jember

Selama masa tanam, bapak Sukadi mengakui belum pernah mengalami gagal panen.
Tetapi bapak Sukadi mengakui jika pernah mengalami penurunan produksi. Hal yang
menyebabkan penurunan produksi adalah karena faktor cuaca, curah hujan yang
terlalu tinggi, dan kandungan air dalam tanah. Sebelum ditanami dengan tanaman
palawija, bapak Sukadi pernah menanam padi. Namun bapak Sukadi mengakui jika
keuntungan yang didapatkan palawija jauh lebih menguntungkan daripada padi
dengan perbandingan 10 kali lipat. Harapan bapak Sukadi adalah sampai bulan
Desember 2023, penghasilan yang didapatkan bisa mencapai 120 juta. Sistem pekerja
di lingkungan masyarakat sekitar bapak Sukadi, adalah sekitar 12 orang pekerja
dengan pembayaran harian. Pekerja wanita diberikan upah 80 ribu. Sedangkan pekerja
pria diberikan upah sebesar 125 ribu.
HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN BAPAK SUKADI

Hama yang biasa menyerang tanaman adalah hama tugau dan trips, merupakan hama
yang paling sering menyerang cabai. Sedangkan pada sayuran gambas, hama yang
biasa menyerang adalah lalat buah, yang membuat buah menjadi kekuningan. Dan
bapak Sukadi biasanya menggunakan fungisida, yaitu untuk membasmi jamur dan
tungau. Menurut Tjahjadi (1989) mengemukakan bahwa hama adalah organisme
merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Thrips dan Tungau
merupakan hama yang sering kali terdapat pada tanaman cabai. Thrips menyerang
tanaman dengan menghisap cairan permukaan bawah daun (terutama daun-daun
muda), sedangkan tungau menyerang dengan cara menghisap cairan daun yang ada
pada jaringan mesofil sampai jaringan tersebut rusak.

1) Tungau

Tungau ada dua jenis tungau yang umum menyerang tanaman tomat, yaitu tungau
merah (Tetranicus sp) dan tungau kuning (Polyohagotarsonemus latus). Gejala
serangan ditandai dengan adanya warna tembaga dibawah permukaan daun, tepi daun
mengeriting, daun melengkung ke bawah seperti sendok terbalik, tunas daun, bunga
gugur, gejala serangannya adalah hama tungau sembunyi di balik daun, terutama daun
muda. Tungau menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan  daun di balik
jaringan metofil hingga jaringan rusak sehingga klorofil pun rusak dan menghambat
proses fotosintesis. Daun jadi melengkung ke bawah dan ukuran daun mengecil. Daun
yang terserang berwarna kecoklatan. Selain menyerang pucuk daun rontok, hama ini
juga mengakibatkan kerontokan bunga.Tanaman inang dari hama tungau lebih dari 57
jenis tanaman, seperti tomat, cabai, kacang panjang, dan lain-lain.
2) Trips

Sumber : Kangtani.com

Trips (Trips sp.) Panjang tubuh serangga dewasa 8 sampai 9 mm. Nimfa trips tidak
bersayap, sedangkan serangga dewasa bersayap seperti jumbai (sisir bersisi dua).
Gejala serangan ditandai dengan adanya warna keperakan-perakan pada bagian
bawah daun, daun mengeriting atau keriput, Hama thrips menyerang bagian daun
muda atau pucuk daun dengan cara menghisap cairan daun cabe sehingga muncul
bercak kuning di atas permukaan daun dan perlahan meluas sampai seluruh
permukaan daun, bentuk daun menjadi kecil, melengkung ke atas, kaku, keriting,
bahkan sebagian menjadi rontok. Tanaman inangnya antara lain bawang merah,
buncis, cabai, kacang panjang, kentang, labu, mentimun, oyong, paria, semangka,
tomat, terung, dan lain-lain.

3) Lalat buah

Sumber : https://www.greeners.co/flora-fauna/lalat-buah-si-cerah-penyuka-buah/

Lalat buah adalah hama yang banyak merusak tanaman buah dan sayur, tanaman yang
terkena serangan lalat buah memiliki daya rusak hampir 50% sehingga dapat
mengganggu hasil panen. Sifat khas lalat buah adalah  dapat bertelur di dalam buah.
Larva (belatung) yang menetas dari telur tersebut akan merusak daging buah,
sehingga buah menjadi busuk dan gugur. Hal ini disebabkan karena stadia yang
merusak adalah larva yang menyerang langsung pada buah tanaman. Dari banyak
penelitian di temukan bahwa lalat buah menyukai warna kuning. Hal ini diperkirakan
karena pada umunya lalat menggunakan isarat visual untuk menemukan inangnya dari
hasil penelitian meenunjukan perangkap yang berwarna kuning lebih banyak
memerangkap lalat buah dalam jumlah yang tinggi. Dan warna yang tidak di sukai
oleh lalat buah adalah warna biru, jika dalam ilmu pengendalian lalat buah warna biru
tidak di sarankan untuk di gunakan dalam penanganan. Lalat buah akan aktif saat
musim hujan, proses pembusukan akan semakin cepat jika diiringi serangan jamur.
Saat aplikasi pestisida perlu dilakukan dengan aplikasi ke tanah untuk membunuh
pupa yang berkembang di tanah. Dengan karakteristiknya yang banyak inang, lalat
buah sulit dikendalikan.

Pada lahan tersebut yang menjadi perhatian kami adalah rerumputan dibiarkan saja
dan tidak dicabut atau dibasmi. Ternyata bapak Sukadi memiliki alasan tersendiri.
Alasannya adalah jika rerumputan tersebut dibasmi, maka hama-hama atau hewan-
hewan perusak tanaman akan langsung menyerang pada tanaman yang bapak Sukadi
tanam. Sedangkan, jika rerumputan tersebut dibiarkan saja, maka hama-hama tersebut
akan menyerang rumput tersebut dan menjadikannya sebagai tempat tinggal.
Sehingga tanaman bapak Sukadi dapat terhindari dari kerusakan akibat hama
tanaman.
BAB 2

KAJIAN LITERATUR

2.1 Sifat Kimia Tanah

Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah
umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Bahan aktif dari tanah yang berperan dalam
menerap dan mempertukarkan ion adalah bahan yang berada dalam bentuk koloidal, yaitu liat
dan bahan organik. Kedua bahan koloidal ini berperan langsung atau tidak langsung dalam
mengatur dan menyediakan hara bagi tanaman. Pertumbuhan tanaman di pengaruhi oleh
macam-macam faktor antara lain : sinar matahari, suhu, udara, air dan unsur-unsur hara tanah
(N, P, K, dan lain-lain) (Hardjowigeno, 2003).

A. Reaksi Tanah (pH)


Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH (potensial hidrogen) menunjukkan banyaknya konsentrasi ion unsur (H+ ) di
dalam tanah. makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah maka semakin masam tanah
tersebut. Selain ion H+ ditemukan pula ion OH- , yang jumlahnya berbanding terbalik
dengan banyaknya H+ (Hardjowigeno, 2007). Pentingnya pH tanah menentukan
mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, umumnya unsur hara mudah
diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut
kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air, menunjukkan kemungkinan adanya
unsur-unsur beracun dan mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Bakteri,
jamur yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman akan berkembang baik pada pH > 5,5
apabila pH tanah terlalu rendah maka akan terhambat aktivitasnya (Hardjowigeno,
2007).
Kebanyakan tanaman toleran terhadap pH tanah yang ekstrim rendah atau tinggi,
asalkan dalam tanah tersebut tersedia hara yang cukup. Beberapa unsur hara tidak
tersedia pada pH ekstrim, dan beberapa unsur lainnya berada pada tingkat meracun.
Unsur hara yang dapat dipengaruhi oleh pH antara lain : a) kalsium dan magnesium
ditukar, b) aluminium dan unsur mikro, c) ketersediaan fosfor, d) perharaan yang
berkaitan dengan aktivitas jasad mikro (Susanto, 2005).
Tabel Batasan Kisaran Nilai pH

No. Nilai pH Kategori


1. < 4,4 Sangat masam (ekstrim)
2. 4,5-5,0 Sangat masam
3. 5,1-6,5 Asam
4. 6,6-7,3 Netral
5. 7,4-8,4 Alkalin
6. 8,8-9,0 Sangat alkalin
7. > 9,1 Sangat alkalin (ekstrim)
Sumber: Pusat Penelitian Tanah (1983).

B. C-Organik
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang,
dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh
tanaman tanpa mencemari tanah dan air (Hanafiah, 2005). Kandungan bahan organik
pada masing-masing horizon merupakan petunjuk besarnya akumulasi bahan organik
dalam keadaan lingkungan yang berbeda. Komponen bahan organik yang penting
adalah C dan N. Kandungan bahan organik ditemukan secara tidak langsung yaitu
dengan mengalikan kadar C dengan suatu faktor yang umumnya sebagai berikut :
kandungan bahan organik = C x 1,724. Bila jumlah C-organik dalam tanah dapat
diketahui maka kandungan bahan organik tanah juga dapat dihitung. Kandungan
bahan organik merupakan salah satu indikator tingkat kesuburan tanah (Susanto,
2005). C-organik tanah menunjukkan kadar bahan organik yang terkandung didalam
tanah. Tanah-tanah gambut biasanya mempunyai tingkat kadar C-organik yang lebih
tinggi dibandingkan tanah mineral. Kadar C-organik mengindifikasi tingkat
kematangan gambut. Gambut dari jenis fibrik tingkat kadar C-organiknya akan lebih
tinggi dibandingkan dengan saprik dan hemis (Soewandita, 2008).
Tabel Kriteria Kandungan Nilai C-Organik Pada Tanah

No. Nilai C-Organik (%) Kategori


1. <1 Sangat rendah
2. 1-2 Rendah
3. 2-3 Sedang
4. 3-5 Tinggi
5. >5 Sangat tinggi
Sumber : Pusat Penelitian Tanah (1983).

C. N-total
Unsur hara N merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5% bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah, 2005).
Menurut Hardjowigeno (2003), nitrogen dalam tanah berasal dari : a) bahan organik
tanah yaitu bahan organik halus dan bahan organik kasar, b) pengikatan oleh
mikroorganisme dari N udara, c) pupuk, dan d) air hujan. Sumber N berasal dari
atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah
sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada
tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga
membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses sproses dekomposisi
oleh aktifitas jasad renik tanah. Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan
oleh tanaman atau mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara
2000 – 4000 kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang
3% dari jumlah tersebut (Hardjowigeno, 2003). Manfaat dari Nitrogen adalah untuk
memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam
pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain (Susanto,
2005). Kadar nitrogen tanah biasanya sebagai indikator basis untuk menentukan dosis
pemupukan urea. Fungsi N adalah memperbaiki sifat negatif tanaman. Tanaman yang
tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau, gejala kekurangan N,
tanaman tumbuhan kerdil dan daun-daun rontok dan gugur.
Tabel Kriteria Nilai Kandungan N-total Tanah

No. Nilai N-total (%) Kategori


1. < 0,1 Sangat rendah
2. 0,1-0,2 Rendah
3. 0,21-0,5 Sedang
4. 0,51-0,75 Tinggi
5. > 0,75 Sangat tinggi
Sumber : Pusat Penelitian Tanah (1983).

D. P-tersedia
Unsur hara P merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam
pertumbuhan tanaman. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor ditemukan
sebagai fosfat dalam beberapa mineral, tanaman dan merupakan unsur pokok dari
protoplasma. Fosfor terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Sumber fosfor alami dalam
air berasal dari pelepasan mineral-mineral dan biji-bijian (Sutedjo, 2008).
Ketersediaan fosfor didalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi yang paling
penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah, fosfor akan bereaksi dengan ion
besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang
sukar larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber pH
tinggi, fosfor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk ion kalsium
fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan
demikian, tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan fosfat tidak akan berpengaruh
bagi pertumbuhan tanaman (Sutedjo, 2008).

Tabel Kriteria Nilai Kandungan P-tersedia Tanah

No. Nilai P-tersedia (%) Kategori


1. < 4,4 Sangat rendah
2. 4,5-6,6 Rendah
3. 7,0-11,0 Sedang
4. 11,4-15,3 Tinggi
5. > 15,3 Sangat tinggi
Sumber : LPT (1983)

E. Kalium
Kalium merupakan unsur hara yang ketiga setelah nitrogen dan fosfor yang diserap
oleh tanaman dalam bentuk ion K+ . Muatan positif dari kalium akan membantu
menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif nitrat, fosfat, atau
unsur lainnya. Ketersediaan kalium dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman
yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya
penambahan dari kaliumnya (Sutedjo, 2008). Unsur K rata-rata menyusun 1,0%
bagian tanaman. Unsur ini berperan berbeda dibanding N, S, dan P karena sedikit
berfungsi sebagai penyusun komponen tanaman, seperti protoplasma, lemak, seluosa,
tetapi terutama berfungsi dalam pengaturan mekanisme (bersifat katalitik dan
katalisator) seperti fotosintesis, translokasi karbohidrat, sintesis protein dan lain-lain
(Hanafiah, 2005).

Tabel Kriteria Nilai Kandungan Kalium dalam Tanah

No. Nilai K-HCI 25% Ppm Kategori


1. < 10 Sangat rendah
2. 10-20 Rendah
3. 21-40 Sedang
4. 41-60 Tinggi
5. > 60 Sangat tinggi
Sumber : Pusat Penelitian Tanah (1983).

F. Kapasitas Tukar Kation


Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, Mg+ , K+ , N2+ , N4+ , H+ , Al3+
dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau
dijerap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat
dijerap oleh tanah per satuan berat tanah (biasanya per 100g) dinamakan kapasitas
tukar kation (KTK). Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut
sukar tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yng terdapat
dalam larutan tanah. Hal tersebut dinamakan pertukaran kation. Jenis-jenis kation
yang umum ditemukan dalam kompleks jerapan tanah (Hardjowigeno, 2007).
Tabel Kriteria Nilai Kandungan KTK

No. KTK (Me/100g) Kategori


1. <5 Sangat rendah
2. 5-16 Rendah
3. 17-24 Sedang
4. 25-40 Tinggi
5. > 40 Sangat tinggi
Sumber :Pusat Penelitian Tanah (1983).

G. Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa dengan pH tanah sangat berkaitan erat, umumnya tanah dengan pH
rendah cenderung membuat tanah semakin masam, sehingga kejenuhan basa lebih
rendah sedangkan jika pH tanah tinggi maka kejenuhan basanya akan tinggi. Pada
tanah dengan kejenuhan basa yang rendah, sebagian besar kompleks serapan tanahnya
diisi dengan kation asam seperti Al+++ dan H+ . Tanah dengan kation asam yang
berlebih, akan menjadi racun bagi tanaman. Kondisi ini umumnya terlihat pada
tanahtanah masam (Hardjowigeno, 2015). Kejenuhan basa yang rendah dan reaksi
tanah masam biasanya menunjukkan kesuburan tanah yang rendah karena mengurangi
ketersediaan unsur hara (Sembiring et al. 2015) Menurut Suastika et al. (2014) tanah
yang subur dapat dikatakan jika memiliki kejenuhan basa >80%, tanah cukup subur
jika memiliki kejenuhan basa 50-80%, dan tanah tidak subur jika memiliki kejenuhan
basa 80% akan membebaskan kation basa dan memungkinkan pertukarannya lebih
mudah dibandingkan tanah dengan kejenuhan basa 50%.

H. Kalsium
Kalsium merupakan unsur hara makro sekunder yang diserap tanaman dalam bentuk
Ca2+. Ketersediaan kalsium didapatkan sebaran kelas rendah, sedang dan tinggi
dengan kelas rendah-tinggi (2-20 me 100 g -1). Keberadaan unsur ini berfungsi
sebagai proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk
air, dan juga meningkatkan daya tahan atau kekebalan tanaman terhadap penyakit.
Jika unsur hara ini lebih banyak dalam tanah maka suatu tanaman yang di tanam
sangat subur dan tidak menggunakan pupuk buatan atau

I. Natrium
Natrium merupakan unsur hara mikro yang diserap tanaman dalam bentuk Na+.
Menurut Utami (2004) menyatakan bahwa kadar normal Natrium dalam tanah yaitu
0,03 me 100-1 . Natrium dapat berpengaruh baik secara positif maupun negatif
terhadap pertumbuhan tanaman. Kelebihan Na pada tanah akan menyebabkan tanah
terdispersi sehingga mudah tererosi (Djajadi dan Murdiyati, 2000).

J. Magnesium
Magnesium (Mg) merupakan unsur hara makro sekunder yang diserap tanaman dalam
bentuk Mg2+. Ketersediaan Mg tinggi-sangat tinggi (2,1 sampai >8 me 100 g -1 ).
Unsur ini berperan dalam berbagai metabolisme enzim dalam tanaman. Kekurangan
akan unsur tersebut akan memunculkan tanda-tanda defisiensi dan pengurangan
produksi tanaman. Keberadaan unsur ini dalam tanah berasal dari mineral penyusun
tanah. Keberadaan unsur ini dalam tanah selain memenuhi kebutuhan tanaman juga
mempengaruhi keberadaan unsur lainnya terutama unsur hara mikro.

TABEL 10 SIFAT KIMIA TANAH DAN PEMBAHASANNYA


Hasil yang didapatkan pada praktikum lapangan adalah sebagai berikut:

No Gambar Titik Keterangan


.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

NO Titik Koordinat Pengambilan Waktu Komoditas


Sample Tanaman
1 105.241745 -5.335262 09:11 WIB Cabe Rawit
2 105.241883 -5.335204 09:28 WIB Gambas/Oyong
3 105.241325 -5.335625 09:42 WIB Kacang Panjang
4 105.241728 -5.335644 09:58 WIB Gambas/Oyong
5 105.241669 -5.335430 10:04 WIB Cabe Rawit
Dari data tersebut dapat dilustrasikan dalam denah berikut
Dari peta diatas yang bersumber data dari Food and Agriculture Organization of the
United Nations kita dapat mengetahui bahwa kabupaten Lampung Selatan dominan
memiliki tanah berjenis Chromic Luvisols.
Tanah Chromic Luvisols adalah salah satu dari ribuan jenis tanah yang
diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri fisik, kimia, dan morfologi mereka. Tanah ini
termasuk dalam kelompok tanah Luvisols, yang umumnya ditemukan di daerah
beriklim sedang hingga tropis.

Ciri-ciri utama Tanah Chromic Luvisols adalah


adanya akumulasi bahan organik dan lempung
di lapisan permukaan tanah (horizon A), serta
adanya perubahan warna dan struktur pada
horison bawah (horizon B). Horison B pada
tanah ini memiliki warna coklat kemerahan atau oranye tua, yang disebabkan oleh
adanya oksida besi atau aluminium.
Tanah Chromic Luvisols biasanya terbentuk dari bahan induk yang kaya mineral
seperti lempung, pasir, dan debu, yang telah mengalami proses pendegradasian dan
pengendapan selama ribuan tahun. Tanah ini umumnya ditemukan di daerah dengan
vegetasi hutan hujan tropis atau hutan musim tropis, di mana proses-proses alami
seperti perkolasi air dan aktivitas biologis mempengaruhi pembentukan tanah.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Angraini, W., Amrin, A., & Bahrizal, B. (2012). Analisis Silikon (Si) dan Magnesium (Mg)
dalam Tanah Lempung di Kabupaten Tanah Datar Secara Spektrofotometri Serapan
Atom. Periodic, 1(2), 63–66.

Dwy Fitria, A., Tanah, J., Pertanian, F., Brawijaya, U., Veteran, J., Penelitian Tanaman
Pemanis dan Serat, B., Raya Karangploso Km, J., Box, P., & Korespondensi, P. (2018).
KETERKAITAN KETERSEDIAAN UNSUR HARA Ca, Mg, DANNa DENGAN
PRODUKSI DAN MUTU TEMBAKAU KEMLOKO DI KABUPATEN. Jurnal Tanah
Dan Sumberdaya Lahan, 5(2), 2549–9793.

Hermita Putri, O., Rahayu Utami, S., & Kurniawan, S. (2019). SIFAT KIMIA TANAH
PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI UB FOREST. Jurnal Tanah Dan
Sumberdaya Lahan, 06(01), 1075–1081.

Husni, M. R., Sufardi, S., & Khalil, M. (2016). Evaluasi Status Kesuburan Pada Beberapa
Jenis Tanah Di Lahan Kering Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pertanian, 1(1), 147–154.

MUNANDAR, M. A. (1994). Pendirian Unit Bisnis Pembenihan Cabai Rawit Dompol di CV


Pendawa Kencana Multifarm Sleman Yogyakarta. Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents, 135(4), 1–2.

Novitasari, A., Suntari, R., & Cahyono, P. (2019). PENGARUH DOSIS BERBAGAI
SUMBER PUPUK KALSIUM TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN
NANAS DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE LAMPUNG. Jurnal Tanah Dan
Sumberdaya Lahan, 06(01), 1065–1074.

Nurmin, N., Sabang, S. M., & Said, I. (2018). Penentuan Kadar Natrium (Na) dan Kalium
(K) dalam Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Berdasarkan Tingkat
Kematangannya. Jurnal Akademika Kimia, 7(3), 115.

Sanjaya, T. P., Syamsiyah, J., Ariyanto, D. P., & Komariah. (2014). Pelindian Unsur Kalium
(K) dan Natrium (Na) Material Vulkanik Hasil Erupsi Gunung Merapi 2010. Jurnal
Ilmu Pertanian, 39(2), 87–95.
Supriyadi, S. (2009). STATUS UNSUR-UNSUR BASA (Ca2+ , Mg2+, K+, and Na+) DI
LAHAN KERING MADURA Slamet. Agrovigor, 2(1979 5777), 35–41.

Yohanes Rusmanta, Frans A. Asmuruf, L. A. (2018). Pengaruh Perladangan Tradisional


Terhadap Ketersediaan Unsur - Unsur Hara (Na, K, Ca, Dan Mg) dalam Tanah di
Kampung Wananuk Distrik Yalengga Kabupaten Jayawijaya. Jurnal Kimia, 2(1), 10–
14.

Cybex. (2021, Februari 10). Manfaat Pupuk Dolomit Untuk Kesuburan Tanah Dan Tanaman.
Retrieved Mei 20, 2023

FAO/UNESCO. (2023). FAO Soil Portal. Retrieved Mei 18, 2023, from FAO/UNESCO Soil
Map of the World.

Kompas, S. (2022, Juli 18). Pengertian pH Meter dan Prinsip Kerjanya. Retrieved Mei 20,
2023

Ngawi, D. K. (2023, Maret 3). Hubungan Ketersediaan Unsur Hara Dengan pH Tanah.
Retrieved Mei 20, 2023

Ramadhan, P. (2020). Makalah sifat kimia tanah. Retrieved Mei 20, 2023, from Studocu.

Anda mungkin juga menyukai