Anda di halaman 1dari 39

i

LAPORAN KOMPREHENSIF PRAKTIK KLINIK PROFESI

STASE ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA DAN APRAS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN APRAS

DI PUSKESMAS RIMBO BUJANG IX

KABUPATEN TEBO TAHUN 2023

Pembimbing Akademik: Indrie Aulia Rifni, S.Tr.Keb, M.Tr.Keb

Pembimbing Lahan: Noralisa.M.K.M

Disusun oleh:
Nama : Pebbin Kori Sari
NIM : 221004615901112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KEBIDANAN UNIVERSITAS

PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI


ii

TAHUN 2023

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KOMPREHENSIF

PRAKTIK KLINIK PROFESI

STASE ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN APRAS

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Bayi, Balita, dan Apras

Telah Memenuhi Disetujui untuk di laksankan ke tahap Laporan Kasus

Rimbo Ulu, Tanggal 26 Juni 2023

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Indrie Aulia Rifni, S.Tr.Keb, M.Tr.Keb Noralisa. M.K.M


NIDN. 1005079501 NIP. 198203022005012006

ii
ii
iii

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KOMPREHENSIF

PRAKTIK KLINIK PROFESI

STASE ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA DAN APRAS

Laporan Kasus Asuhan Kebidanan pada Bayi, Balita dan Apras

Telah Disahkan untuk didokumentasikan dalam bentuk Laporan

Komprehensif Rimbo Ulu , Tanggal 26 Juni 2023

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Indah Putri Ramadhanti, S.ST.Bd.M.Keb Noralisa. M.K.M


NIDN. 1013058901
NIP.198203022005012006

Mengetahui, Diketahui,

Ka. Prodi Pendidikan Profesi Bidan Koord. Praktik Klinik Profesi

Suci Rahmadheny, S.ST,Bd. M.Keb. Lady Wizia, S.Keb., Bd.


NIDN. 1007049002 NIDN.
iv

iii DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
1. Tujuan Umum 3
2. Tujuan Khusus 4
D. Manfaat 4
BAB II TINJAUAN TEORI 5
A. Balita 5
B. Diare 7
C. Diare Dehidrasi Ringan 11
D. Manajemen Asuhan Kebidanan 14
BAB III TINJAUAN KASUS 21
A. Data Subjektif 21
B. Data Objektif 24
C. Analisis 25
D. Penatalaksanaan 26
BAB IV PEMBAHASAN 27
BAB V PENUTUP 33
A. Kesimpulan 33
B.Saran 34
DAFTAR PUSTAKA

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar dengan konsistensi cair

lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Buang air besar yang

tidak normal dengan frekuensi lebih banyak dari biasanyaakan berakibat

terjadinya dehidrasi dengan gejala seperti tingkat kesadaran menurun, gelisah

dan mukosa bibir kering, yang jika penanganannya tidak dilaksanakan secara

cepat dan tepat akan menyebabkan kematian. Diare disebabkan oleh faktor

infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan (makanan basi, beracun, mentah

(sayuran) dan kurang matang) dan faktor prsikologis (rasa takut dan cemas,

walaupun jarang jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis).

Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena dehidrasi

sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Penyebab

kematian lain adalah disentri, kurang gizi dan infeksi yang serius seperti

pneumonia. Dasar dari semua gangguan transportasi larutan usus akibat

perpindahan air melalui membrane usus berlangsung secara pasif dan hal ini

ditentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium,

klorida dan glukosa, (Ngastiyah, 2012)

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang

seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi.

Survei morbiditasyang dilakukan oleh Departemen Kesehatan daritahun2000

s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens diare naik. Pada tahun 2000Inftant

1
2

Rate (IR) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi

374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan

tahun2010 menjadi 411/1000 penduduk. Berdasarkan penyebab kematian

semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan

proporsi3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan

penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia. Diare juga

merupakan penyebab angka kematian balita (usia 12 – 59 bulan)

terbanyakyaitu sebesar25,2%. Sedangkan pneumonia menyebabkan kematian

balita sebesar 15,5% (Kemenkes RI, 2011).

Diare pada balita dapat berlanjut menjadi diare dehidrasi ringan.

Diaredengan dehidrasi ringan adalah pengeluaran fesesyang tidak normal,

yaituBAB 4-10 kali dengan konsistensi cair dan disertai kehilangan cairan 5%

BB (Susilaningrum, 2013 dan Dewi, 2010), hal ini disebabkan balita

kehilangan cairan<5% BBnya(Depkes RI, 2008). Tanda dan Gejala Diare yang

biasa dialami balita menurut Dewi(2013), yaitu: Cengeng dan gelisah suhu

meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair kadang disertai lender dandarah,

warna tinja lama kelamaan berwarna hijau karena bercampur dengan empedu,

anus lecet, tinja lama kelamaan menjadi asam (karena banyaknyaasam laktat

yang keluar) akhirnya nampak dehidrasi, berat badan menurun,turgor kulit

menurun, mata dan ubun-ubun cekung, selaput lendir dan mulut juga kulit

kering, diare dapat menimbulkan terjadinya komplikasi.

Menurut Dewi (2013), beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan

oleh diare yaitu : Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, renjatan

hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume


3

darah mencapai 15-25% maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah,

hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoniotot, lemah,bradikardi,

perubahan pada elektro kardiagram), introleransi laktosa sekunder, sebagai

akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus

halus,kejang terutama pada dehidrasi hipertonik, malnutrisi energi, protein,

karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.

Bidan berperan dalam memberikan penanganan pada kasus diare

dehidrasi ringan sesuai dengan pedoman penanganan balita sakit dengan kasus

diare dehidrasi ringan yang tercantum dalam bagan Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS) (Depkes RI,2008).

Berdasarkan masalah tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengambil

Asuhan Kebidanan Pada Balita An. “K” dengan Diare Dehidrasi Ringan. Pada

kasus ini diangkat dengan tujuan agar dapat memberikan asuhan kebidanan

yang tepat dan sesuaistandar pelayanan kebidanan pada Askeb Komprehensif

Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah pada kasus

ini adalah Bagaimanakah Penerapan Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik

pada Bayi, Balita dan Apras di Puskesmas Rimbo Bujang IX Kabupaten Tebo

Tahun 2023.

C. Tujuan

1. TujuanUmum

Mampu Menganalisis konsep dasar, serta mampu memberikan dan

melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi, balita dan apras dengan diare
4

di Puskesmas Rimbo Bujang IX Kabupaten Tebo Tahun 2023.

2. TujuanKhusus

a. Mampu menjelaskan konsep dasar pada Balita sakit dengan diare di

Puskesmas Rimbo Bujang IX Kabupaten Tebo Tahun 2023.

b. Mampu menjelaskan tentang asuhan kebidanan pada Balita sakit di

Puskesmas Rimbo Bujang IX Kabupaten Tebo Tahun 2023.

c. Mampu Menjelaskan tentang Diare pada balita di Puskesmas Rimbo

Bujang IX Kabupaten Tebo Tahun 2023

D. Manfaat Laporan

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa tentang

pelaksanaan asuahan kebidananp ada bayi, balita dan apras dengan diare,

sehingga mahasiswa kebidanan bisa mengaplikasikan bagaimana asuhan

kebidanan yang benar bagi bayi, balita dan apras dengan diare.

2. Bagi Instansi

Menjadi bahan masukkan bagi Puskesmas Rimbo Bujang IX untuk

menambah pengetahuan tenaga kesehatan dengan memberikan asuhan

kebidanan pada bayi, balita dan apras dengan diare.

3. Bagi Ibu dan keluarga

Ibu dan Keluarga mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan secara

komprehensif (continuity of care) yang sesuai dengan standar pelayanan

kebidanan dan mengetahui perawatan yang tepat pada pasien bayi, balita

dan apras dengan diare.


5

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Balita

Balita adalah bayi yang berusia 1-5 tahun dengan perkembangan

motoriknya berjalan lebih cepat. Pada masa ini anak bersifat keakuan yang kuat

sehingga sesuatu yang disukainya dianggap miliknya. Dan pada masa

prasekolah anak mulai mengenalcita-cita, belajar, menulis dan mengenal warna

(Susilaningrum dkk,2013).

1. Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Menurut Ridha (2014), tahapan pertumbuhan dan perkembangan balita

meliputi:

a. Umur 10-12 bulan

1) Berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian atas dan

bawah sudah tumbuh

2) Sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama, belajar

berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk sendiri, mulai

belajar akan dengan menggunakan sendok akan tetapi lebih senang

menggunakan tangan, sudah bisa bermain ci...luk...ba..., mulai

senang mencoret coret kertas

3) Visualaculty 20-50 positif, sudah dapat membedakan bentuk

4) Emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada lingkungan yang

sudah diketahuinya, merasa takut pada situasi yang asing, mulai

mengerti akan perintah sederhana, sudah mengerti namanya sendiri,

sudah bisa menyebut abi,ummi

5
6

b. Umur 15 bulan

1) Sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain

2) Sudah bisa memegangi cangkir, memasukkan jari kelubang,

membuka kotak, melempar benda

c. Umur 18 bulan

1) Mulai berlari tetapi masih sering jatuh, menarik narik mainan, mulai

senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan

2) Sudah bisa makan dengan menggunakan sendok, bisa membuka

halaman buku, belajar menyusun balok-balok.

d. Umur 24 bulan

1) Berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap

tahap.

2) Sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, menggunting

sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau cangkir, sudah

dapat menggunakan sendok dengan baik.

e. Umur 36 bulan

1) Sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan

bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga

2) Bisa menggambar lingkaran, mencuci tangannya sendiri, menggosok

gigi.

f. Usia 4 tahun

1) Berjalan berjinjit, melompat, melompat dengan satu kaki,

menangkap bola dan melemparkannya dari atas kepala

2) Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa


7

menggambar garis vertical maupun horizontal, belajar membuka dan

memasang kancing baju.

g. Usia 5 tahun

1) Berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan

melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki

secara bergantian.

2) Menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf, menulis

dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar mengikat tali sepatu.

3) Bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman

sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk

menggunakan alat-alat bermain.

B. Diare
2. Definisi

Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair.Diare dapat

juga didefinisikan sebagai Buang Air Besar (BAB) yang tidak normal dan

berbentuk cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya

(Dewi,2013). Sedangkan menurut Susilaningrum dkk (2013), diare adalah

pengeluaran fases yang tidak normal, yaitu BAB 4-10 kali dengan

konsistensi cair. Jadi dapat disimpulkan bahwa diare adalah pengeluaran

fases yang berbentuk cair dengan frekuensi yang lebih banyak yaitu 4-10

kali.

3. Etiologi

Menurut Dewi (2013), diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor,yaitu:.

a. Infeksi
8

1) Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan

merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi:

- Infeksi bakteri: Vibrio, EColi, Salmonella, Shigellacampylobacter,

Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

- Infeksi virus: Enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie,

poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan sebagainya.

- Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, dan

Strongylodies), protozoa (Entamoebahistolytica, Giardialamblia,

danTrichomonashomonis), serta jamur (Candida albicans).

2) Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,

misalnya otitis media akut(OMA),tonsil ofaringitis, bronko

pneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.

b. Malabsorbsi

1) Karbohidrat: disakarida(intoleransi laktosa, maltose, Dan sukrosa)

serta monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa).

Pada anak dan bayi yang paling berbahayaadalahintoleransi laktosa.

2) Lemak.

3) Protein.

4) Makanan, misalnya makanan basi, beracun, dan alergi.

5) Psikologis,misalnya rasa takut atau cemas.

4. Patogenesis

Menurut Dewi (2013), mekanisme dasar yang menyebabkan

terjadinya diare adalah sebagai berikut:

a. Gangguan osmotic disebabkan makanan atau zat yang tidak dapat


9

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus

meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga

usus, isirongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi disebabkan rangsangan tertentu (misalnyatoksin)

pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit

kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat

peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motalitas usus disebabkan terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltic usus menurun

akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan dalam rongga usus

sehingga akan mengakibatkan diare juga.

4. Tanda dan Gejala Diare

Menurut Dewi (2013), tanda dan gejala diare, yaitu:

a. Cengeng dan gelisah

b. Suhu meningkat

c. Nafsu makan menurun

d. Tinja cair kadang disertai lender dan darah

e. Anus lecet

f. Warna tinja lama kelamaan berwarna hijau karena bercampur dengan

empedu

g. Tinja lama kelamaan menjadi asam (karena banyaknya asam laktat

yang keluar).
10

h. Akhirnya Nampak dehidrasi, berat badan menurun

i. Turgor kulit menurun

j. Mata dan ubun-ubun cekung

k. Selaput lender dan mulut juga kulit kering

5. Komplikasi Diare

Diare dapat menimbulkan terjadinya komplikasi. Menurut Dewi

(2013), beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh diare yaitu:

a. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit yang dibagi menjadi:

- Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB

- Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB

- Dehidrasi berat, apa bila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB

b. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila

penurunan volume darah mencapai 15-25% maka akan menyebabkan

penurunan tekanan darah.

c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektrokar diagram).

d. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase

karena kerusakan vili mukosa, usus halus.

e. Malnutrisienergi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan.

f. Kejang terutama pada dehidrasihi pertonik.

6. Penatalaksanaan Penatalaksanaan diare meliputi:

a. Beri ASI lebih lama pada setiap kali pemberian (bila masih diberi ASI)

(Susilaningrumdkk,2013).
11

b. Jika diberi ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai

tambahan (Susilaningrum,2013).

c. Jika tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan salah satu cairan berikut

ini yaitu oralit, kuah, sayur, airtajin, air matang (Susilaningrum,2013).

d. Ukur suhu tubuh, denyut jantung, dan respirasi setiap jam untuk deteksi

dini terhadap komplikasi (Sondakh,2013).

e. Ajarkan cara membuat dan memberikan oralit dirumah yaitu:

- Satu bungkus oralit masukkan kedalam 200ml (satu gelas) air matang

- Usia sampai tahun berikan 50–100 ml oralit setiap habis berak

- Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok. Bila muntah tunggu

sepuluh menit, kemudian berikan lagi.

f. Lanjutkan pemberian makan sesuai usianya

g. Bila keadaan anak tidak membaik dalam 5 hari atau bahkan memburuk,

maka anjurkan untuk dibawa kerumah sakit. Selama perjalanan

kerumah sakit, oralit tetap diberikan.

C. Diare dengan Dehidrasi Ringan

1. Pengertian

Diare dengan dehidrasi ringan adalah pengeluaran feses yang tidak normal,

yaitu BAB 4-10 kali dengan konsistensi cair dan disertai kehilangan cairan

5% BB (Susilaningrum, 2013 dan Dewi, 2010).

2. Tanda Gejala

Tanda dan gejala pada balita yang mengalami diare dan dehidrasi ringan

yaitu:

- Gelisah, rewel atau mudah marah


12

- Mata cekung

- Haus, minum dengan lahap

- Cubitan kulit, perut kembali lambat (.Depkes RI,2008).

- Nafsu makan menurun

- Suhu meningkat

- Turgot kulit menurun

- Selaput lender dan mulut kering

- Berat badan menurun

- Anus lecet (Dewi,2010

- BAB 4-10 kali konsistensi cair (Susilaningrumdkk,2013).

- Aktivitas anak berkurang (Nursalam,2005).

- Kesadaran composmentis(Matondangdkk,2013).

- Perut mengalami distrensi, kram, dan bising usus meningkat

(Susilaningrumdkk,2013).

3. Komplikasi

Menurut Dewi (2010), komplikasi yang timbul dari diare dengan dehidrasi

ringan yaitu:

a. Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB

b. Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15 BB.

c. Kejang

d. Hipoglikemia

e. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan

f. apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan

menyebabkan penurunan tekanan darah.


13

g. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi

enimlaktosa karena kerusakan vilimukosa usus halus.

h. Malnutrisi energi protein karena selain diare penderita mengalami

kelaparan.

i. Syokhipovo lemikataukea dan berkurangnya volume darah yang

bersikulasi ketubuh.

4. Penanganan

Menurut Sulistyawati (2014), penanganan diare dehidrasi ringan, yaitu:

a. Berikan input jumlah kecil dan sering dari cairan jernih dingin, missal teh

encer, agar-agar, 30-60 ml tiap 30-60 menit

b. Beri penjelasan pada ibu untuk menghindari beberapa hal, yaitu pemberian

cairan yang sangat dingin atau panas, makanan yang mengandung lemak

atau serat, makanan yang mengandung kafein (Susilaningrum dkk,2013).

c. Ukur suhu tubuh, denyut jantung, dan respirasi setiap jam untuk deteksi dini

terhadap komplikasi (Sondakh,2013).

d. Penuhi kebutuhan rasa nyaman bayi (Susilaningrumdkk,2013).

- Baringkan pasien dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat di

atas abdomen.

- Singkirkan pemandangan yang tidak menyenangkan dan bau tidak sedap

dari lingkungan pasien.

e. Beri terapi zink dan cairan serta makanan sesuai rencana terapi B

(DepkesRI,2008). Menurut Susilaningrum (2013), rencana terapi B

meliputi:

- Berikan oralit dan observasi selama 3 jam dngan jumlah 75 ml/kg atau
14

berdasarkan usia anak.

Sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2– 5 tahun


(<6kg) (6-<10kg) (10–<12 kg) (12–19kg)
200–400 ml 400–700 ml 700–900 ml 900–1400 ml

- Ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit

- Lakukan penilaian setelah anak setelah diobservasi 3 jam

f. Jika anak mempunyai klasifikasi berat lain rujuk segera, jika masih bisa

minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan (Depkes RI, 2008).

g. Bila sehat kapan kembali segera(DepkesRI, 2008)

h. Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan (Depkes RI, 2008).

D. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi, Balita dan Apras dengan
diare Di Puskesmas Rimbo Bujang IX Tahun 2023.
1. Langkah I:Pengumpulan data dasar
a. Data subyektif
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), data subyektif adalah data
yang mencangkup identitas pasien.
1) Identitas Pasien
2) Anamnesa
a) KeluhanUtama

b) Riwayat kesehatan
- Imunisasi
- Riwayat penyakit yang lalu
- Riwayat kesehatan sekarang

- Riwayat kesehatan keluarga


c) Riwayat Sosial
d) Pola kebiasaan sehari-hari
- Nutrisi
- Eliminasi
- Aktivitas
15

- Istirahat/tidur
- Personal hygine
b. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda-tanda Vital(TTV)
a) Suhu
b) Nadi
c) Pernafasan
d) BeratBadan
c. Pemeriksaan sistematis
1) Kepala
a) Mata
b) Mulut
2) Perut
3) Kulit
4) Anus
d. Pemeriksaanan topometri

1) Lingkar Kepala

2) Lingkar lengan atas

3) Tinggi badan

4) Berat badan

e. Pemeriksaan tingkat perkembangan

f. Pemeriksaan penunjang

2. Langkah II: Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasiyang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dalam perumusan diagnosis


16

atau masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan

data satu dengan data yang lainnya sehingga tergambar fakta

(Sulistyawati,2012).

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam

lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standard nomenklatur

diagnosa kebidanan (Yulifah dan Surachmindari,2013).

b. Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang

ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis

(Surachmindari,2013). Pada kasus diare dengan dehidrasi ringan terdapat

masalah yaitu pasien tampak gelisah dan rewel karena rasa tidak nyaman

pada perutnya akibatdiare (Susilaningrum,2013).

c. Kebutuhan

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan

keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2014). Pada kasus diare dehidrasi

ringan pasien membutuhkan:

1) Beri kebutuhan rasa nyaman pada balita dengan cara baringkan

pasien dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat di atas

abdomen dan singkirkan pemandangan yang tidak menyenangkan

dan bau tidak sedap dari lingkungan klien.

2) Berikan input jumlah kecil dan sering dari cairan jernih dingin,

missal the encer, agar-agar, 30-60 ml tiap 30-60 menit

3) Beri penjelasan pada ibu untuk menghindari beberapa hal, yaitu


17

pemberian cairan yangsangat dingin atau panas, makanan yang

mengandung lemak atau serat, makanan yang mengandung kafein

(Susilaningrumdkk,2013).

3. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, apabila memungkinkan

dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat

bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi

(Surachmindari, 2013). Pada kasus diare dehidrasi ringan diagnose potensial

yang dapat ditegakkan adalah diare dengan dehidrasi sedang (Dewi, 2010).

4. LangkahIV: Mengidentifikasi Kebutuhan Segera

Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan

segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

berdasarkan kondisi klien. Setelah itu mengidentifikasi perlunya tindakan

segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani

bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi

klien (Surachmindari,2013). Pada kasus diare dengan dehidrasi ringan

tindakan yang dilakukan segera adalah bericairan dan makanan sesuai

rencana terapi Bserta Tablet Zinc(Depkes RI, 2008).

5. Langkah V: Perencanaan

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apayang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan,

tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut, seperti
18

apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan

penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-

masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural, atau masalah

psikologis (Surachmindari,2013). Pada kasus dehidrasi ringan rencana

asuhan yang ditetapkan yaitu:

a. Ukur suhu tubuh, denyut jantung, dan respirasi setiap jam untuk deteksi

dini terhadap komplikasi (Sondakh,2013).

b. Penuhi kebutuhan rasa nyaman bayi (Susilaningrum dkk,2013).

- Baringkan pasien dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat

di atas abdomen.

- Singkirkan pemandangan yang tidak menyenangkan dan bau tidak

sedap dari lingkungan pasien.

c. Beri terapi zink dan cairan serta makanan sesuai rencana terapi B(Depkes

RI, 2008). Menurut Susilaningrum (2013), rencana terapi B meliputi:

- Berikan oralit dan observasi selama 3 jam dngan jumlah 75 ml/kg atau

berdasarkan usia anak.

Sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2– 5 tahun


(<6kg) (6-<10kg) (10–<12 kg) (12–19kg)

200–400 ml 400–700 ml 700–900 ml 900–1400 ml

- Ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit

- Lakukan penilaian setelah anak setelah diobservasi 3 jam.

d. Jika anak mempunyai klasifikasi berat lain rujuk segera, jika masih bisa

minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan

(DepkesRI,2008).
19

e. Beri nasehat kapan kembali segera (DepkesRI,2008).

f. Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan (DepkesRI,2008).

6. Langkah VI: Pelaksanaan rencana asuhan (Implementasi)

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan

pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian

lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain (Surachmindari dan

Yulifah, 2013). Pada kasus diare dehidrasi ringan asuhan yang diberikan

sesuai perencanaan.

7. Langkah VII :Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dariasuhan yang

sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagai mana telah

diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis.Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang sesuai dengan masalah dan diagnosis klien,

juga benar dalam pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi

terhadap hasil asuhan yang telah diberikan, bidan juga dapat melakukan

evaluasi terhadap proses asuhan yang telah diberikan dengan harapan,

hasil evaluasi proses sama dengan hasil evaluasi secara keseluruhan

(Surachmindari, 2013). Pada kasus diare dengan dehidrasi ringan evaluasi

yang diharapkan yaitu:

a) Suhu tubuh, denyut jantung, dan respirasi dalam keadaan normal

serta tidak terjadi komplikasi (Sondakh,2013).

b) Balita dalam keadaan rasa nyaman (Susilaningrum dkk,2013).


20

c) BAB Balita sudah dalam keadaan normal

(Susilaningrum dkk,2013).

d) Ibu bersedia kembali segera (Depkes RI,2008).

e) Ibu bersedia kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan

(Depkes RI,2008).
21

BAB III
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN DIARE
DI PUSKESMAS RIMBO BUJANG IX TAHUN 2023

Tanggal : 20 Juni 2023


Jam : 10.10 WIB
Tempat : Puskesmas Rimbo Bujang IX
Nama Mahasiswa : Pebbin Kori Sari,S.Keb

A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama Anak : An.“K”
Umur : 2 tahun 7 bulan
Anak ke- : Pertama
Jenis Kelamin :
Perempuan
Alamat : Jalan Teratai
Identitas Ibu Identitas Ayah
Nama : Ny.N Nama : Tn.D
Umur : 26 tahun Umur : 30
tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SI Pendidikan : SI
Pekerjaan : Honor Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Teratai Alamat : Jl.
Teratai
2. Anamnesa (Data Subyektif)
a. Alasan datang ke Puskesmas
Ibu mengatakan anaknya buang air besar3-4 kali sehari, badannya
lemes, gelisah, rewel, nafsu makan menurun, dan aktivitas menurun
sejak tadi pagi.
b. Riwayat Kesehatan
1) Imunisasi

21
22

a) BCG : Ibu mengatakan anaknya sudah mendapatkan


imunisasi BCG pada tanggal 13 Oktober 2020
b) DPT1 : Ibu mengatakan anaknya sudah Mendapatkan
imunisasi DPT 1 pada tanggal 13 November 2020
c) DPT2 : Ibu mengatakan anaknya sudah mendapatkan
imunisasi DPT 2 pada tanggal 13 Desember 2020.
d) DPT3 : Ibu mengatakan anaknya sudah mendapatkan
imunisasi DPT 3 pada tanggal 13 Januari 2021.
e) Polio1 : Ibu mengatakan anaknya sudah mendapatkan
imunisasi Polio 1 pada tanggal 13 Oktober 2020.
f) Polio2 : Ibu mengatakan anaknya sudah mendapatkan
imunisasi Polio 2 pada tanggal 13 November 2020
g) Polio3 : Ibu mengatakan anaknya sudah mendapatkan
imunisasi Polio 3 pada tanggal 13 Desember 2020.
h) Polio4 : Ibu mengatakan anaknya sudah mendapatkan
imunisasi Polio 4 pada tanggal 13 Januari 2021
i) Hepatitis B1 : Ibu mengatakan anaknya sudah
mendapatkan imunisasi Hepatitis B1 tanggal 12 September
2020.
j) HepatitisB2 : Ibu mengatakan anaknya belum
mendapatkan imunisasi
k) HepatitisB3 : Ibu mengatakan anaknya belum
mendapatkan imunisasi Hepatitis B3.
l) Campak : Ibu mengatakan anaknya sudah
mendapatkan imunisasi campak tanggal 12 Mei 2021
m) Imunisasilain : Ibu mengatakan anaknya belum
mendapatkan imunisasi lain.
c. Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah mengalami batuk, pilek, dan
panas.
d. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya buang air besar 3-4 kali sehari, badannya
23

lemes, gelisah, rewel, nafsu makan menurun, anus lecet dan


aktivitas menurun sejak tadi pagi.
e. Riwayat penyakit keluarga atau menurun
Ibu mengatakan baik dari pihak ibu atau pihak ayah tidak ada yang
mempunyai penyakit keturunan missal kencing manis, hipertensi,
asma, dan tidak ada yang mempunyai penyakit menular misalkan
hepatitis, TBC, HIV/AIDS.
f. Riwayat Sosial

1) Yang mengasuh
Ibu mengatakan yang mengasuh anaknya yaitu ibu dengan
suami.
2) Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarga lain sangat
baik.
3) Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan anaknya senang bermain dengan teman sebaya.
4) Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, bersih dan rapi
g. Pola kebiasaan sehari-hari (sebelum sakit dan selama sakit)
1) Nutrisi
Sebelum sakit: Ibu mengatakan makanan yang disukai anaknya
nasi dengan sayur sop, telur, dan kerupuk.
Minumnya susu, teh dan air putih dan ibu
mengatakan sebelum sakit makan pagi jam 07.30
WIB, siang jam 12.00WIB, malam jam 18.00
WIB
Selama sakit : Ibu mengatakan sejak tanggal 19 Juni 2023
anaknya tidak mau makan dan hanya minum 1
gelas sehari dan ibu mengatakan makan satu kali
sehari
2) Istirahat/tidur

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur siang 2-3


24

jam dan tidur malam 8 sampai 10 jam


Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur siang tidak
ada 1 jam dan minta digendong, tidur malam
7 sampai 8 jam
3) Mandi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya mandi sehari 2 kali
pagi hari dan sore hari
Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 kali pagi dan
sore hari
4) Aktifitas

Sebelum sakit : Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya sering


bermain dengan teman sebayanya.

Selama sakit : Ibu mengatakan selama sakit ini tidak mau


bermain dan hanya minta digendong.

5) Eliminasi

Sebelum sakit: Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali


konsistensi padat warna kuning, BAK 5 -6 kali
sehari warna jernih kekuningan
Selama sakit: Ibu mengatakan selama sakit anaknya BAB 3- 4
kali sehari, konsistensi cair, BAK 5 kali warna
kuning agak pekat

B. Data Objektif
1) KeadaanUmum : Sedang
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : R : 35x/menit S:370C N:145x/menit
4) BB sebelum sakit : 14 kg
BB selama sakit : 13,5kg
5) Pemeriksaan Sistematik
a) Kepala : Bersih, rambut lurus berwarna hitam, ubun- ubun
cekung
25

b) Muka : Tidak oedema, tidak pucat, simetris

c) Mata : Sklera putih, conjungtiva merah muda, simetris,


matacekung

d) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen

e) Hidung : Simetris, tidak ada polip atau benjolan dan tidak


ada sekret

f) Mulut : Mulut dan lidah kering


g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
pembesaran kelenjar carotis.
h) Dada : Simetris, tidak ada retraksi
i) Perut : Tidak ada benjolan, tidak ada kelainan, bising
usus meningkat serta terjadi distensi dan kalau dicubit
kembalinya lama.

j) Ekstremitas:Simetris, tidak ada oedema, tidak ada kelainan,


baik tangan maupun kaki bisa digerakkan.
k) Anus :Terjadi lecet pada kulit anus dikarenakan
seringnya buang air besar.
6). Pemeriksaan tingkat perkembangan : tidak dilakukan

7). Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan

C. Analisa Data
Tanggal : 20 Juni 2023
Pukul : 10.10 WIB
1. Diagnosa Kebidanan
Balita An. “K”Umur 2 tahun 7 bulan dengan diare dehidrasi ringan
2. Masalah
Pasien tampak gelisah dan rewel karena tidak nyaman pada perutnya
akibat diare
3. Kebutuhan
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
26

D. Pelaksanaan
Tanggal : 20 Juni 2023
Pukul : 10.10WIB

1. Memberikan informasi kepada ibu tentang hasil pemeriksaaan


anaknya
E : ibu mengerti dan telah mengetahui kondisinya saat ini
2. Memenuhi kebutuhan rasa nyaman
a) Membaringkan pasien dalam posisi terlentang dengan bantalan
penghangat di atas abdomen.
b) Menyingkirkan pemandangan yang tidak menyenangkan dan bau
tidak sedap dari lingkungan pasien.
E : Pasien sudah berbaring ditempat tidur
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan obat yaitu : cotri syrup 60 mg
3x11 sendok takar, dia form 500 mg dan B-Complex 36 mg dijadikan
puyer 3x1 diberikan setelah buang air besar.
E : Ibu mengerti dan akan memberi obat sesuai anjuran setelah
sampai dirumah
4. Memberi input jumlah cairan kecil dan sering dari cairan jernih
dingin, missal teh encer, agar-agar, 30-60 ml tiap 30-60menit
E : Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran bidan
5. Memberi penjelasan pada ibu tentang pantangan makanan dan
minuman yaitu pemberian makanan yang mengandung lemak atau
serat, makanan yang mengandung kafein dan minuman yang sangat
dingin atau panas
E : Ibu mengerti tentang pantangan makanan bagi anaknya
6. Memberi anjuran pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 5 hari
jika tidak ada perbaikan
E : Ibu mengerti dan akan membawa anaknya kembali ke puskesmas
jika tidak ada perbaikan
27

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam BAB ini penulis aka membahas kesesuaian dan kesenjangan yang

ditemukan antara teori dan praktek dilapangan, serta kendala-kendala yang

terjadi dilapangan selama melakukan Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan Apras

An. K umur 2 tahun 7 bulan dengan Diare dehidrasi ringan yang dikaji pada

Tanggal 20 Juni 2023 di Puskesmas Rimbo Bujang IX.

Data yang dikumpulkan adalah data yang tepat yaitu data yang relevan

dengan situasi yang sedang ditinjau atau data yang memiliki berhubungan

dengan situasi yang ditinjau. Tehnik pengumpulan data ada tiga, yaitu: observasi,

wawancara, pemeriksaan. Observasi adalah pengumpulan data melalui indra

penglihatan (perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran

(bunyi batuk, bunyi napas), penciuman (bau nafas, bau luka) serta perabaan

(suhu badan, nadi) (Asri dan Clervo, 2012).

Hal yang perlu dikaji pada langkah ini meliputi data subjektif dan

objektif. Data subjektif menurut Susilaningrum dkk (2013), pada kasus diare

dengan dehidrasi ringan pasien buang air besar 4-10 kali konsistensi cair, bayi

gelisah dan rewel, balita sering haus dan banyak minum aktivitas berkurang,

nafsu makan menurun. Menurut Dewi (2010), mata pada kasus balita diare

dehidrasi ringan bentuk kelopak mata balita cekung. Mulut pada kasus balita

dengan diare dehidrasi ringan mulut dan lidah kering. Perut pada kasus balita

dengan diare dehidrasi ringan perut mengalami bising usus. Kulit pada kasus

diare dehidrasi ringan turgor kembali lambat bila cubitan kembali dalam waktu

dua detik dan dilakukan pemeriksaan lab feses dan dilakukan pemeriksaan kultur

27
28

tinja, Ph, leukosit, glukosa dan adanya darah baik secara makroskopi maupun

mikroskopi (Depkes RI, 2008).

Sedangkan pada kasus asuhan kebidanan balita sakit pada An. “K”umur 2

tahun 7 bulan dengan diare dehidrasi ringan didapatkan data subjektif yaitu

alasan datang ke puskesmas. Ibu mengatakan anaknya buang air besar 3-4 kali

sehari, badannya lemes, gelisah, rewel, nafsu makan menurun, dan aktivitas

menurun sejak tadi pagi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kepala ubun-ubun

cekung, mata cekung, mulut dan lidah kering, perut bising usus meningkat serta

terjadi distensi, kalau di cubit kembalinya lama, turgor kulit kembali lambat bila

cubitan kembali dalam waktu dua detik dan tidak dilakukan pemeriksaan

laboratorium.

Pada langkah ini, penulis menemukan adanya kesenjangan, yaitu pada

kasus tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium feses karena tidak tersedianya

fasilitas laboratorium untuk melakukan pemeriksaan tersebut. Menurut

Susilaningrum (2013), pada kasus diare dengan dehidrasi ringan terdapat

masalah yaitu pasien tampak gelisah dan rewel karena rasa tidak nyaman pada

perutnya akibat diare.

Masalah pada kasus An. “K” dengan dehidrasi ringan didapatkan

gangguan masalah pasien tampak gelisah dan rewel karena tidak nyaman pada

perutnya akibat diare. Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan

praktek dilahan. Pada kasus diare dehidrasi ringan pasien membutuhkan: Beri

kebutuhan rasa nyaman pada balita, berikan input jumlah kecil dan sering dari

cairan jernih dingin, beri penjelasan pada ibu untuk menghindari beberapa hal,

yaitu pemberian cairan yang sangat dingin atau panas, makanan yang
29

mengandung lemak atau serat, makanan yang mengandung kafein.

Pada kasus An. “K”didapatkan diagnosa kebidanan yaitu An. “K”umur 2

tahun 7 bulan dengan diare dehidrasi ringan. Masalah yang muncul pada An.

“K” umur 2 tahun 7 bulan adalah pasien tampak gelisah dan rewel karena tidak

nyaman pada perutnya akibat diare. Kebutuhan An. “K” dengan diare dehidrasi

ringan yaitu memberi kebutuhan rasa nyaman pada balita, memberikan input

jumlah kecil dan sering dari cairan jernih dingin, memberi penjelasan pada ibu

untuk menghindari beberapa hal yaitu pemberian cairan yang sangat dingin atau

panas, makanan yang mengandung lemak atau serat, makanan yang mengandung

kafein. Berdasarkan uraian diatas tidak ditemukan adanya kesenjangan antara

teori dan praktek dilahan.

Pada tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi

adanya masalah potensial, melakukan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien diharapakan dapat pula bersiap-

siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi (Asri dan Clervo,

2012:29-30). Menurut Dewi (2010), diagnosa potensial diare dehidrasi ringan

adalah diare dengan dehidrasi sedang. Pada kasus An.“K”diagnose potensial

yang ditegakkan adalah diare dengan dehidrasi sedang tetapi tidak muncul

diagnosa potensial karena sudah mendapatkan antisipasi dan penanganan yang

tepat. Sehingga dalam langkah ketiga ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan praktek.

Pada kasus An. “K” antisipasi yaitu berikan obat yaitu :cotri syrup 60mg

3x1 1 sendok takar, diaform 500mg dan B-Complex 36mg dijadikan puyer 3x1,

diberikan setelah buang air besar.Sehingga pada langkah antisipasi tidak terdapat
30

kesenjangan. Pada kasus dehidrasi ringan rencana asuhan yang ditetapkan yaitu:

ukur suhu tubuh, denyut jantung, dan respirasi setiap jam untuk deteksi dini

terhadap komplikasi (Sondakh, 2013), penuhi kebutuhan rasa nyaman bayi

(Susilaningrum dkk, 2013), Baringkan pasien dalam posisi terlentang dengan

bantalan penghangat diatas abdomen dan singkirkan pemandangan yang tidak

menyenangkan dan bau tidak sedap dari lingkungan pasien, beri terapi zink dan

cairan serta makanan sesuai rencana terapi B (Depkes RI, 2008).

Menurut Susilaningrum (2013),rencana terapi B meliputi: Berikan oralit

dan observasi selama 3 jam dengan jumlah 75 ml/kg atau berdasarkan usia anak,

ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit, lakukan penilaian setelah

anak diobservasi 3 jam, jika anak mempunyai klasifikasi berat lain rujuk segera,

jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan, Beri

nasehat kapan kembali segera, kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan

(Depkes RI,2008).

Sedangkan pada kasus An. “K” umur 2 tahun 7 bulan dengan dehidrasi

ringan rencana yang di buat yaitu ukur suhu tubuh, denyut jantung, dan respirasi

setiap jam untuk deteksi dini terhadap komplikasi, penuhi kebutuhan rasa

nyaman anak, baringkan pasien dalam posisi terlentang dengan bantalan

penghangat di atas abdomen, singkirkan pemandangan yang tidak menyenangkan

dan bau tidak sedap dari lingkungan pasien, Anjurkan ibu untuk berikan obat

yaitu :cotri syrup 60 mg 3x1 1 sendok takar, diaform 500 mg dan B-Complex 36

mg dijadikan puyer 3x1,diberikan setelah buang air besar, beri input jumlah

cairan kecil dansering dari cairan jernih dingin, missal teh encer, agar-agar, 30-

60 mltiap 30-60 menit, beri penjelasan pada ibu tentang pantangan makanan dan
31

minuman yaitu pemberian makanan yang mengandung lemak atau serat,

makananyang mengandung kafein dan minuman yang sangat dingin atau panas,

anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada

perbaikan dan tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang

didapatkan. Dimana rencana asuhan yang teori katakan memiliki kesamaan

dengan kasus yang didapatkan.

Rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah

kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Asuhan yang sudah diberikan,

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi

sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang sesuai dengan masalah

dan diagnosis klien, juga benar dalam pelaksanaannya.

Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah

diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang

telah diberikan dengan harapan, hasil evaluasi proses sama dengan hasil evaluasi

secara keseluruhan (Surachmindari,2013).

Proses evaluasi merupakan langkah dari proses manajemen asuhan

kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan permasalahan atau

kesenjangan pada evaluasi menunjukkan masalah teratasi tanpa adanya

komplikasi. Evaluasi pada kasus An. “K” umur 2 tahun 7 bulan dengan dehidrasi

ringan yaitu ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan anaknya, ibu sudah

memenuhi kebutuhan rasa nyaman bayi, ibu bersedia memberikan obat, ibu

mengerti jika anak mempunyai klasifikasi berat lain rujuk segera, Ibu mengerti

kapan kembali segera, ibu mengerti untuk melakukan kunjungan ulang 5 hari
32

jika tidak ada perbaikan. Sehingga pada langkah evaluasi tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan praktek di lahan.


33

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab ini penulis mengambil suatu kesimpulan dari

laporan kasus yang berjudul Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan

Apras pada An. K umur 2 tahun 7 bulan dengan Diare dehidrasi ringan

Diare adalah pengeluaran fases yang berbentuk cair dengan

frekuensi yang lebih banyak yaitu 4-10 kali.Diare dengan dehidrasi

ringan adalah pengeluaran feses yang tidak normal, yaitu BAB 4-10

kali dengan konsistensi cair dan disertai kehilangan cairan5% BB

(Susilaningrum, 2013 dan Dewi, 2010).

Menurut Dewi (2013), mekanisme dasar yang menyebabkan

terjadinya diarea dalah Gangguan osmotic disebabkan makanan atau

zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic

dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini

akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Penanganan diare dehidrasi ringan, yaitu: Berikan input

jumlah kecil dan sering dari cairan jernih dingin, missal the encer,

agar-agar, 30-60 ml tiap 30-60 menit, Beri penjelasan pada ibu untuk

menghindari beberapa hal, yaitu pemberian cairan yang sangat dingin

atau panas, makanan yang mengandung lemak atauserat, makanan

yang mengandung kafein, Ukur suhu tubuh, denyut jantung, dan

respirasi setiap jam untuk deteksi dini terhadap komplikasi, Penuhi

kebutuhan rasa nyaman bayi, Baringkan pasien dalam posisi

33
34

terlentang dengan bantalan penghangat di atas abdomen, Singkirkan

pemandangan yang tidak menyenangkan dan bau tidak sedap dari

lingkungan pasien, Beri terapi zink dan cairan serta makanan sesuai

rencana terapi B Berikan oralit dan observasi selama 3 jam dengan

jumlah 75 ml/kg atau berdasarkan usia anak, Ajarkan pada ibu cara

membuat dan memberikan oralit, Lakukan penilaian setelah anak

diobservasi 3 jam.

B. Saran

1. Untuk Mahasiswa

Diharapkan bidan tetap menerapkan asuhan kebidanan sesuai

standar yang telah ditetapkan dalam perawatan bayi, balita dan

apras dengan diare secara langsung.

2. Untuk Puskesmas

Diharapkan Puskesmas tetap terus mengambangkan dan

meningkatkan mutu pelayanan pada asuhan kebidanan secara

komprehensif terutama dalam asuhan pada bayi, balita dan apras

dengan diare.

3. Untuk Ibu dan Keluarga

Diharapkan ibu dapat melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan

dirumah dan memberikan terapi sesuai anjuran.


35

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas).


Yogyakarta : Mitra Cendikia
Arikunto, S, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT.RinekaCipta
Bagas,2011.-momsdiary.blogspot.com/2011/06/ubun-ubun-bayi-fontanel
Bickley,L.S,2014. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
Jakarta:EGC
Depkes RI, 2008. Buku Bagan. Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS).
Jakarta:Departemen Kesehatan RI
Dewi, V.N.L, 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Endah, A.P, 2015.Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit An. S Umur 4
Tahun Dengan Diare Dehidrasi Ringan Di BPS WIWIK Ngargoyoso
Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah:STIKes Kusuma Husada Surakarta
Hidayat,A.A,2014. Metode Penelitian Kebidanandan Teknik Analisis Data.
Jakarta:Salemba Medika
Kemenkes RI,2011. Buletin Jendela Data & Informsi Kesehatan. Volume 1
Triwulan 2. jendela_datinkes@depkes.go.id.Diakes tanggal 28 November
2015.
Marmidan Rahardjo,2012. Asuhan Neonatus, Bayi ,Balitadan Anak
Prasekolah.
Yogyakarta: PustakaPelajar Matondang,C.S,2013.Diagnosis Fisis pada
Anak.Jakarta:SagungSeto.
Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam,2009.Prosesdan Dokumentasi Keperawatan.Konsepdan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika
Permenkes NO 1464 /MENKES/PER/X/2010.
Ridha,H.N,2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sondakh,J.J.S,2013. Asuhan Kebidanan Persalinandan Bayi Baru Lahir.
Jakarta:Erlangga.
Susilaningrum dkk,2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :
Salemba Medika
Walyani,E.S,2015.Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.Yogyakarta :
Pustaka Baru
Yulifah dan Surachmindari, 2013.Konsep Kebidanan untuk
Pendidikan Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai