Book Osce Objective Structured Clinical Exam 1
Book Osce Objective Structured Clinical Exam 1
Clinical Examination
61 Sistitis (4) ............................................. 126 96 Otitis Media Akut (4) ........................... 201
62 Gonorrhoeae (3A) ................................ 128 97 Otitis Eksterna Akut (4) ....................... 203
63 Glomerulonephritis Akut (3A) ............. 130 98 Rhinosinusitis (4) ................................. 205
64 Nephrolitiasis (3A) ............................... 132 99 Epistaksis (4) ........................................ 207
65 Benign Prostate Hyperplasia (2) .......... 134 100 Laringitis (4) ....................................... 209
66 Acute Kidney Injury (2) ........................ 136 101 Faringitis (4) ...................................... 211
67 Keganasan Prostat (2) .......................... 138 102 Tonsilitis (4) ....................................... 213
68 Gagal Ginjal Kronik (2) ......................... 141 Kontributor : Yoshua Sardjiman (2011)
Kontributor : Krisna Lalwani (2011)
Endocrine System
Sistem Indra - Mata Moduli .
Ilmu Psikiatri
1
hipotensi, dengan adanya kulit • RUJUK (dilakukan pada derajat 2-4)
dingin dan lembab serta gelisah. Grade 2 : infuse kristaloid 1500 +
• Derajat IV (20x(BB-20)) misalkan hasilnya
Syok hebat dengan tekanan darah 3000cc/hari
atau nadi tidak terdeteksi. 1 kolf : 500cc
3000cc / 500cc = 6 kolf/hari
Anamnesis 24 jam dibagi 6 kolf = 4jam/kolf
• Tanyakan riwayat demam, mual
muntah, pusing, ikterik • Terapi simptomatik
• Tanyakan riwayat keluarga dan sosi- o Paracetamol – demam, tidak
al tentang kegiatan 3M, fogging, ju- diberikan pada pasien deng-
mantik, abate an gangguan hati atau hepa-
• Demam terus menerus atau hilang titis. Dapat diganti dengan
timbul? (untuk membedakan aspirin atau ibuprofen
dengan malaria)
• Sudah berapa lama demamnya? R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
(biasanya 3-5 hari, kalau sudah lebih S 3 dd tab I
dari 7 hari biasanya demam tifoid) ------------------------------------------ (sign)
*Note: tidak diberikan apabila terdapat
Pemeriksaan Fisik peningkatan enzim AST dan ALT
• Demam tinggi akut
• Perdarahan (minimal tes bendung Non-medikamentosa
positif) • Rawat dirumah sakit
• Hepatomegali
• Cairan dalam rongga pleura Edukasi
• Pemeriksaan Rumple-Leed Istirahat dahulu 2-5 hari, makanan
• Syok (Hanya pada derajat 4 /DSS) lunak, banyak minum sampai air seni
menjadi banyak atau sering, bila terasa
Pemeriksaan Penunjang kondisi semakin memburuk, segera kembali
• Darah lengkap ke rumah sakit, perhatikan hygiene rumah
Trombosit (<100.000 sel per mm3) dan lakukan 3M.
Hematokrit (meningkat >20%)
Hemoglobin dan PCV (meningkat
>20%)
Leukosit (mungkin normal,
leukopeni, atau leukositosis)
• NS-1 (+) ! hanya bisa dilakukan jika
demam baru 1-3 hari, diatas 3 hari
periksa IgM dan IgG
• Rontgen Thorax (Melihat adanya
efusi pleura)
Diagnosis Banding
• Demam dengue
• Demam chikungunya
• Demam tifoid
Medikamentosa
2
002
Leptospirosis SKDI 4
Infeksi dan Imunitas – Nathania Hosea
Diagnosis Banding
• Malaria
• Hepatitis virus
Medikamentosa
• Doksisiklin (golongan tetrasiklin –
bekerja secara bakteriostatik
dengan mencegah sintesa protein
mikroorganisme, broad spectrum)
• Terapi simptomatik
Paracetamol – demam
Domperidon (antagonis dopamin
yang mempunyai kerja anti emetik)
– mual muntah
4
003
Demam Typhoid SKDI 4
Infeksi dan Imunitas – Nathania Hosea
Diagnosis Banding
• Demam berdarah dengue
• Malaria
• Hepatitis A
Medika mentosa
• Siprofloksasin (golongan fluorokui-
nolon - bekerja dengan cara mem-
6
004
Malaria SKDI 4
Infeksi dan Imunitas – Nathania Hosea
7
• Tanyakan riwayat sosial ekonomi rikan bersama atau setelah pembe-
(kebersihan hygiene rumah) rian klorokin, sedangkan pada Plas-
modium falciparum diberikan 3 sam-
Pemeriksaan Fisik pai 5 hari saja untuk sterilisasi
• Demam yang khas • Artesunat (golongan artemisin –
• Konjungtiva atau telapak tangan skizontozid darah yang sangat poten
pucat terhadap semua spesies plasmodi-
• Hepatomegali um, onset kerja cepat, dapat mema-
• Splenomegali tikan bentuk aseksual plasmodium
pada semua stadium. Bekerja deng-
Pemeriksaan Penunjang an menghambat enzim yang berpe-
• Darah rutin ran dalam masuknya kalsium ke
Hemoglobin (<5 gr/dL) dalam membran parasit yaitu enzim
Hematokrit (<15 %) adenosine trifosfatase)
• Glukosa darah (<45 mg/dL) • Klorokuin (golongan aminokuinolon
• Sediaan darah tebal (falciparum – bekerja pada fase eritrosit dan
terdapat cincin, eritrosit normal, tidak efektif pada fase hepatis)
vivax eritrosit membesar) Hari pertama 600 mg, disusul 300
• SGOT/SGPT meningkat mg setelah 6 jam.
• Urinalisis (black water fever pada Hari kedua dan ketiga masing-
malaria falciparum – hemoglobinuri) masing 300 mg atau dosis
disederhanakan menjadi 2 x 300
Diagnosis Banding mg/hari. Dosis total 1500 mg.
• Leptospirosis Diminum sampai hari ke-4
• Hepatitis virus • Terapi simptomatik
Parasetamol - demam
• Demam tifoid
• Demam berdarah dengue
Plasmodium falciparum
R/ Amodiakuin tab 200 mg No. XII
Medikamentosa
S 4 dd tab I
• Kombinasi amodiakuin + artesunat +
-------------------------------------------- (sign)
primakuin (artesunat dan amodia-
R/ Artesunat tab 20 mg No. XII
kuin untuk membunuh parasit stadi-
S 4 dd tab I
um aseksual, primakuin untuk mem-
-------------------------------------------- (sign)
bunuh gametosit dalam darah)
Plasmodium vivax
• Amodiakuin (golongan amino-
R/ Primakuin tab 15 mg No. XIV
kuinolon – skizontizid darah yang
S 1 dd tab I
membasmi parasit fase eritrosit)
----------------------------------------- (sign)
4 x 200 mg hari pertama, disusul 2 x
R/ Klorokuin tab 100 mg
200 mg pada 2 hari berikutnya.
S uc
• Pada plasmodium vivax ditam-
----------------------------------------- (sign)
bahkan primakuin (golongan amino-
kuinolon – bersifat skizon-tosida ja-
Non-medikamentosa
ringan, gametopsida, dan sporontisi-
• Mencegah gigitan nyamuk (tidur
da. Digunakan untuk mencegah re-
menggunakan kelambu, menutup
laps , khusus untuk infeksi eritrosit
jendela ketika tidur, mengoleskan
berulang akibat plasmodium yang
lotion pencegah gigitan nyamuk)
tersembunyi di jaringan hati) 15
mg/hari selama 14 hari hari dibe-
8
• Kontrol perkembangan nyamuk
(3M, memelihara ikan untuk mem-
bunuh larva nyamuk, menaburkan
insektisida)
• Membunuh nyamuk dewasa (me-
nyemprot ruangan dengan insektisi-
da sebelum tidur, fogging)
Edukasi
Minum obat teratur, mencegah gi-
gitan nyamuk, menjaga kebersihan rumah,
jika gejala bertambah segera kembali. Klo-
rokuin diminum selama 4 hari.
Antibiotik profilaksis
Doksisiklin tab 100 mg – s 1 dd tab I
diminum sehari sebelum pergi ke daerah
endemis, selama di daerah endemis, dan 1
minggu setelah pulang.
Klorokuin tab 100 mg – pada pasien hamil
karena doksisiklin ada efek teratogenik.
9
005
Askariasis SKDI 4
Infeksi dan Imunitas – Nathania Hosea
Medikamentosa
• Albendazol (golongan antihelmintik
– cara kerja dengan mengganggu
metabolisme energi yaitu dengan
menghambat reduktase fumarat,
blokade terhadap reduktase fuma-
rat akan menghambat sel intestinum
cacing untuk melakukan penyerapan
energi mitokondrial yang berupa
ATP (Adenosin Tri Phosphat)
Non-medikamentosa
• Penanganan limbah sebaik mungkin
agar tidak mencemari air sumur,
sayur, dan buah
• Pembuatan kompos dari tinja babi
dengan suhu 50oC atau lebih tinggi
dapat mematikan telur cacing
• Makanan yang jatuh di tanah harus
di cuci terlebih dahulu
11
006
Ankylostomiasis SKDI 4
Infeksi dan Imunitas – Nathania Hosea
Diagnosis Banding
• Diare cair akut ec Shigellosis
• Diare cair akut ec Salmonellosis
• Diare cair akut ec Taeniasis
• Diare cair akut ec Ascariasis
• Diare cair akut ec Fascioliasis
Medikamentosa
• Albendazol (golongan antihelmintik
– cara kerja dengan mengganggu
metabolisme energi yaitu dengan
menghambat reduktase fumarate,
blockade terhadap reduktase
fumarate akan menghambat sel
intestinum cacing untuk melakukan
penyerapan energi mitokondrial
yang berupa ATP (Adenosin Tri
Phosphat).
Non-medikamentosa
• Penanganan limbah sebaik mungkin
agar tidak mencemari air sumur,
sayur, dan buah
• Jangan bermain di tempat yang
banyak mengandung tinja babi
• Kondisi rumah dan lingkungan dijaga
agar tetap bersih dan tidak lembab
• Penggunaan alas kaki
13
007
Kejang Demam SKDI 4
Pediatri – Ling ling
Edukasi
• Jangan menekan/menahan gerakan
kejang yang sedang terjadi
• Jangan memasukkan jari atau alat-
alat ke dalam mulut anak
15
008
Pertussis SKDI 4
Pediatri – Ling ling
• Hepatitis B
• Polio
• BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
• DPT
• Campak
17
Hepatitis B Polio BCG DPT Campak
Vaksin Kekebalan Kekebalan Memberikan Kekebalan Kekebalan aktif
aktif aktif kekebalan aktif aktif terhadap
terhadap terhadap terhadap TBC terhadap campak
penyakit poliomielitis difteri,
Hepatitis B pertussis,
dan tetanus
Pemberian Intramuskul 2 tetes (0,1 Intradermal/ Intramuskula Subkutan
ar di ml) langsung intrakutan di r di
m.deltoideu ke mulut (di m.deltoideus anterolateral
s, Indonesia kanan paha
anterolatera vaksin Sabin)
l paha
Waktu Bulan ke 0 Bulan ke 0, <3 bulan, kalau Bulan ke 2, Anak usia 9
pemberian (12 jam bulan ke 2, lebih dari >3 bulan bulan ke 4, bulan
setelah lahir bulan ke 4, harus uji bulan ke 6
), kedua bulan ke 6 tuberculin
bulan ke 1,
ketiga bulan
ke 6
Sediaan 0,5 ml 0,1 ml <1tahun 0,05 0,5 ml 0,5 ml
>1tahun 0,10
Kontraindikasi Anak dalam Diare berat, Pasien Umur diatas Demam,
kondisi sakit defisiensi imunokompromise 7 tahun, defisiensi
berat, anak imun, mual , sedang demam, imun, alergi
dengan muntah, menggunakan riwayat protein telur,
alergi ragi HIV, steroid, uji ensefalopati hipersensitifita
penyakit tuberculin > 5mm, (kejang) s terhadap
kanker/ anak yg menderita terhadap kanamisin dan
keganasan tuberkulosis penggunaan eritromisin
DPT (karena
sebelumnya, didalam vaksin
terdapat
kanamisin
sulfat 100mcg
dan eritromisin
30 mcg),
wanita hamil
KIPI Efek lokal Kelumpuhan Reaksi lokal 1-2 Demam, Demam, ruam
yaitu nyeri , kejang- mgg setelah nyeri, anak kulit, diare,
pada kejang penyuntikan menangis konjungtivitis
tempat (jarang berupa indurasi tanpa sebab,
suntikan, sekali) dan eritema di bengkak
demam tempat suntikan lokal, abses
ringan, lesu, Reaksi regional steril, syok,
letih, berupa kejang
perasaan pembesaran
tidak enak kelenjar aksilla
pada atau servikal. Jika
saluran dosis terlalu
cerna banyak dapat
menyebabkan
limfadenitis
18
supurativa yang
menyembuh
dalam 2-6 bulan
EDUKASI tentang BUKAN INDIKASI KONTRA bagi orang tua untuk semua vaksin secara
umum :
1. Anak dengan demam ringan
2. Anak dengan pilek ringan
3. Ibu sedang menyusui
Terutama untuk vaksin polio. Anak yang minum ASI, boleh segera diberikan vaksin
polio, jika setelah ditetes vaksin, dalam 10 menit dimuntahkan, vaksin dapat diberikan
lagi 1 hari setelahnya
4. Sedang dalam terapi Antibiotik
5. Sedang dalam terapi Steroid
Anak yang sedang dalam terapi Steroid, bukan indikasi kontra untuk menerima vaksin,
namun pemberian vaksin harus ditunda setelah 1 bulan pengobatan steroid
6. Riwayat Epilepsi pada keluarga
Anak dengan riwayat epilepsi pada keluarga bukanlah indikasi kontra dalam
pemberian vaksin DPT, namun menjadi indikasi kontra jika terjadi kejang setelah
pemberian pertama
19
010
Denver dan Antropometri Tambahan
Pediatri – Ling ling
Gambar 1. denver
1. Anamnesis Singkat : Nama, usia, pekerjaan, alamat, keluhan utama (misalnya keluhan
belum bisa berjalan), riwayat kehamilan (prematur atau tidak, kalau iya berapa lama
prematurnya)
2. Informed Consent : Baik bu, sekarang saya akan mulai memeriksa perkembangan anak
ibu dengan sebuah tes yang dinamakan Denver. Jadi nanti saya akan menanyakan
beberapa hal hingga meminta beberapa hal untuk anak ibu lakukan untuk menentukan
perkembangan anak ibu. Apakah ibu bersedia ?
3. Pemeriksaan Denver :
• Isi form Denver (nama anak, tanggal lahir anak, dan tanggal pemeriksaan)
• Tentukan usia anak (konversi bila perlu)
Syarat usia : (lama)
1. <8 hari : dibulatkan kebawah
2. 8-22 hari : dibulatkan ketengah (1/2), contoh : 15,5 bulan
3. 23-30 hari : dibulatkan keatas (bulan)
Syarat usia : (baru)
1. <14 hari : dibulatkan kebawah
2. >15 hari : dibulatkan keatas
20
Contoh :
- Anak lahir pada 8 Mei 2014, tanggal pemeriksaan 12 Desember 2014
Tanggal periksa 14 12 12
Tanggal lahir 14 5 8
7 4
Jadi usia anaknya adalah 7 bulan 4 hari dibulatkan menjadi 7 bulan
12
0 32
Tanggal periksa 14 1 2
Tanggal lahir 13 1 11
0 11 21
Premature 3 21
minggu
11 0
21
• Menjelaskan hasil pemeriksaan Denver dan rencana selanjutnya kepada
ibu pasien
- Normal: Edukasi pasien untuk terus melatih anaknya dan datang tiap 6
bulan sekali untuk diperiksa
- Suspect: Latih di rumah selama 2 minggu kemudian lakukan uji ulang
Denver II
• KeteranganTambahan :
25 50 75 90
A B C D
1. L " Lulus "sebelum usia tapi lulus berarti normal, termasuk advance items
2. G "Gagal" Normal kalau sebelum waktunya ( garis A )
Normal karena ,<75% anak pada usia tersebut bisa melakukan (garis B)
Caution, karena 90% anak pada usia tersebut bisa melakukan (garis C)
Delay, karena>90% anak pada usia tersebut bisa melakukan (garis D)
3. Kalau R (refusal) >2 " Untestable
4. No opportunity "kalau anaknya tidak pernah dilatih. Sama dengan Gagal
Penafsiran:
1. Normal: Semua item L atau hanya 1 C!
2. Suspect: >1 C! dan/atau >= 1 D!
3. Untestable: banyak atau terlalu banyak item R
22
Gambar 2. Kurva berat badan dan tinggi badan
• Pada kurva akan terlihat 7 kurva dengan pola yang sama. Tiap kurva tersebut mewakili
persentil yang berbeda : 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, dan 95th. Persentil 50th
menunjukkan rata-rata nilai pada umur tersebut.
• Jika berat badan seorang anak berumur 4 tahun berada pada persentil 60th, berarti ia
berada pada kurva di antara 50th dan 75th. Ini artinya juga 40% dari anak-anak sebayanya
memiliki berat di atas anak tersebut, dan 60% lainnya memiliki berat di bawah anak
tersebut.
Pengukuran antropometri bayi dan anak
23
• Melakukan pengukuran berat badan anak (<2tahun)
Syarat alat ukur:
o Terletak pada bidang yang datar dan keras
o Keadaan tanpa beban menunjukkan angka 0
Hal yang penting:
o Pakaian bayi seminimalis mungkin
o Membaca dengan ketelitian 0,1 kg.
24
UMT -2
DDI
Gout Arthritis 011 ①
SKDI 4
Muskuloskeletal dan Rheumatologi – Christian Adiputra
26
012
Fraktur SKDI 3B
Muskuloskeletal dan Rheumatologi – Christian Adiputra
Fraktur terbuka
Terdapat derajat fraktur pada fraktur
terbuka yaitu :
- I: luka kecil, bersih, pin point atau
kurang dari 1 cm. Cedera jaringan
lunak minimal tanpa remuk. Fraktur
yang terjadi bukan fraktur kominutif
- II: luka panjang >1cm, tanpa
hilangnya kulit penutup luka. Cedera
jaringan lunak tidak banyak. Remuk
dann komunion yang terjadi sedang.
- III: laserasi luas, kerusakan kulit dan
jaringan lunak yang hebat, hingga
kerusakan vaskuler
Penatalaksanaan pada fraktur ter-
buka sesuai derajat diatas. Fraktur terbuka
harus diberikan antibiotik dalam 3 jam sete-
lah trauma. Antibiotik yang digunakan ada-
lah Amoxiclav atau Sefuroksim. Bisa juga
diberikan Klindamisin.
Setelah dilakukan manajemen awal, fraktur
harus dirujuk ke bagian bedah ortopedi.
Medikamentosa
• Amoxiclav (Penisilin, Amino)
• Tramadol (Opioid)
• Anti Tetanus Serum pada luka
terbuka
Non-medikamentosa
• Rujuk
Edukasi
- Jangan digerakkan
28
013
Arthritis Sepsis SKDI 3B
Muskuloskeletal dan Rheumatologi – Christian Adiputra
29
trum luas seperti Penisilin G, Kloksasilin, 4. Infeksi berkembang ke jaringan
Klindamisin. Bila pada pewarnaan Gram lunak sekitarnya
ditemukan bakteri Gram positif, antibiotik • Rujuk
yang digunakan adalah Vankomisin. Bila
ditemukan basil gram negatif, terutama Edukasi
pada pasien dengan daya tahan tubuh yang • Antibiotiknya dihabiskan
menurun, harus diberikan golongan amino- • Sendinya jangan terlalu banyak
glikosida atau penisilin anti pseudomonas digerakan
atau Sefalosporin generasi ketiga. Bila • Rujuk ke bagian penyakit dalam
didapatkan bakteri gram negatif pada orang subspesialis rheumatologi
muda sehat, maka pilihan antibiotik adalah
Penisilin atau Seftriakson.
Setelah diberikan terapi antibiotik, harus
dirujuk ke bagian penyakit dalam subspe-
sialis rheumatologi.
Medikamentosa
• Amoksisilin (Penisilin)
• Seftriakson (Sefalosporin generasi 3)
• Paracetamol (Anti-piretik)
• Natrium diklofenak (NSAID)
Non-medikamentosa
• Joint drainage harus dilakukan
dengan baik, baik dengan aspirasi
jarum, artroskopi atau artrotomi.
• Tindakan bedah harus dipertim-
bangkan dalam keadaan sebagai
berikut :
1. Infeksi coxae pada anak-anak
2. Sendi-sendi yang sulit dilakukan
joint drainage secara adekuat
baik secara aspirasi jarum
maupun letak anatomiknya
3. Bersamaan dengan osteomye-
litis
30
014
Osteomyelitis SKDI 3B
Muskuloskeletal dan Rheumatologi – Christian Adiputra
31
Diagnosis Banding R/ Natrium diklofenak 45 mg tab no X
• Acute suppurative arthritis S 1 dd tab I
• Streptococcal necrotizing myositis ------------------------------------------- (sign)
• Acute rheumatism R/ Domperidon 20 mg tab no X
• Sickle cell crisis S 2 dd tab I
• Gaucher’s disease ------------------------------------------- (sign)
Medikamentosa
• Seftriakson (Sefalosporin generasi 3)
• Klindamisin (Antibiotik)
• Paracetamol (Antipiretik)
• Natrium Diklofenak (NSAID)
• Domperidon (Antiemetik)
32
UMT -2
DD 2
Osteoarthritis 015
SKDI 3A
①
Muskuloskeletal dan Rheumatologi – Christian Adiputra
Diagnosis Banding
• Rheumatoid Artritis
• Spondilitis ankilosing
• Artritis gout
• Pseudogout
Medikamentosa
• Diklofenak (NSAID)
• Prednisone (Kortikosteroid)
Non-medikamentosa
• Edukasi pada pasien dan keluarga
mengenai penyakit
• Fisioterapi dan rehabilitasi untuk
mengurangi rasa sakit
• Menghindari obesitas
• Mengurangi aktivitas sendi
• Terapi bedah apa bila farmakologis
tidak berhasil
Edukasi
• Istirahatkan sendi, jangan kerja ter-
lalu berat
• Jaga berat badan agar tidak obesitas
• Obat diminum sewaktu sakit
34
SMT -2
Medikamentosa
• Metotrexat (MTX) (DMARDs) " jika
pasien tidak mampu jangan diberi-
kan
• Sulfasalazin (DMARDs)
• Piroksikam (NSAID)
• Prednisone (Kortikosteroid)
36
017
Osteoporosis SKDI 3A
Muskuloskeletal dan Rheumatologi – Christian Adiputra
37
Kontraindikasi: Ca payudara, Ca 2. Sebelum minum alendronate posisi
endometrium, hiperplasia endome- tubuh harus tegak, setelah diminum
trium, kehamilan, perdarahan ute- tidak boleh berbaring selama 30
rus disfungsional, hipertensi tidak menit untuk mencegah regurgitasi
terkontrol, thrombosis, ca ovarium, 3. Menjaga asupan kalsium 1000-1500
dengan gangguan hati. mg/hari, diberikan suplemen bila
2. SERM (Selective Estrogen Receptor perlu
Mobile) 4. Berhenti merokok, minum alkohol
Raloksifen. Termasuk golongan anti serta mengangkat benda berat
estrogen yang memiliki efek seperti 5. Membatasi asupan natrium sampai
estrogen pada tulang dan lipid, 3g/hari untuk meningkatkan rearb-
namun tanpa efek perangsangan sorbsi Ca di ginjal
endometrium dan sel glandula 6. Konsumsi susu
mammae. Dosis 60mg/hari PO. Kon-
traindikasi penggunaan raloksifen
adalah kehamilan
3. Bifosfonat (Alendronate)
4. Kalsium karbonat 500 mg 2-3 kali/
hari
Medikamentosa
• Raloksifen (SERM)
• Kalsium karbonat (Antasid)
• Alendronate (bifosfonat)
• Vitamin D
R/ Alendronate 10 mg Tab no X
S 1 dd tab 1
-----------------------------------------------(sign)
R/ Raloxifene 60 mg tab no X
S 1 dd tab 1
-----------------------------------------------(sign)
R/ Ca carbonate 500 mg tab no XX
S 3 dd tab 1
-----------------------------------------------(sign)
R/ Vitamin D 25 mcg tab no X
S 1 dd tab 1
-----------------------------------------------(sign)
Non-medikamentosa
• Latihan fisik dan rehabilitasi
• Terapi bedah sesuai dengan lokasi
fraktur porotik (RUJUK)
Edukasi
1. Anjuran aktivitas fisik yang teratur
untuk mengurangi resiko jatuh
38
018
Dermatitis Kontak Iritan (DKI) SKDI 4
Skin and Integument – Samsu Buntoro
40
019
Varicella SKDI 4
Skin and Integument – Samsu Buntoro
Resep anak:
Anak :
R/ Acyclovir tab 400 mg No XX
S 4 dd tab 1
--------------------------------(sign)
R/Paracetamol tab 500 mg No V
S 3 dd tab 1/2
--------------------------------(sign)
R/ Calamine lotion fl No I
S prn
--------------------------------(sign)
Resep dewasa:
R/ Acyclovir tab 800 mg No XX
S 4 dd tab 1
--------------------------------(sign)
R/Paracetamol tab 500 mg No X
S 3 dd tab 1
--------------------------------(sign)
R/ Calamine lotion fl No I
S prn
--------------------------------(sign)
Non-medikamentosa
• Mandi dengan larutan Kalium
Permanganas 2x/hari
Edukasi
• Minum obat secara teratur
• Tetap mandi minimal 2x/hari meng-
gunakan larutan Kalium Permanga-
nas untuk menjaga kebersih-an tu-
buh terutama kulit
• Jangan digaruk karena bisa terjadi
infeksi. Bila gatal, gunakan Calamine
untuk mengurangi rasa gatal
• Penyakit ini menular, jadi sebaiknya
istirahat di rumah untuk menghin-
dari kontak langsung dengan indivi-
du lain
42
020
Campak SKDI 4
Skin and Integument – Samsu Buntoro
Non-medikamentosa
• Vaksin campak pada usia 9 bulan
atau MMR pada 15 bulan
Edukasi
• Gunakan masker bila keluar rumah
• Luka jangan digaruk
• Peralatan pribadi jangan dipakai
bersama-sama dengan orang lain
44
021
Morbus Hansen SKDI 4
Skin and Integument – Budiman Atmaja
Epidemiologi
Jumlah orang yang menderita kusta
semakin lama semakin menurun. Kebanyak-
an yang terkena kusta ini adalah masyarakat
sosial ekonomi rendah. Frekuensi umur
tertinggi orang yang menderita kusta adalah
25-35 tahun.
Anamnesis
Patofisiologi dan Patogenesis Singkat • Keluhan utama dan sejak kapan?
M. leprae mempunyai patogenitas • Bila KU merupakan lesi, tanyakan
dan daya invasi yang rendah, sebab warna, apakah gatal, bersisik, baal?
penderita yang mengandung kuman lebih • Apakah berkeringat?
banyak belum tentu memberikan gejala • Apakah ada orang sekitar yang
yang lebih berat, bahkan dapat sebaliknya. menderita penyakit serupa?
Ketidakseimbangan antara derajat infeksi
dengan derajat penyakit, tidak lain dise- Pemeriksaan Fisik
babkan oleh respons imun yang berbeda, • Efloresensi: makula hipopigmentasi
yang menggugah timbulnya reaksi granulo- • Tes sensasi nyeri dan raba tidak
ma setempat atau menyeluruh yang dapat terasa (anesthesia)
sembuh sendiri atau progresif. Penyakit ini • Tidak dapat membedakan sensasi
merupakan penyakit imunologik, gejala suhu dengan tabung reaksi
klinis sebanding dengan tingkat reaksi • Tanda Gunawan: Gores daerah
selulernya. Rasa baal pada pasien disebab- tengah lesi kearah kulit normal
kan karena kerusakan saraf (sensorik, moto- dengan pensil tinta. Goresan pada
rik, otonom). kulit normal akan lebih tebal bila
dibandingkan dengan bagian tengah
Manifestasi Klinis lesi tandanya positif.
Khas manifestasi klinis dari morbus
hansen ini adalah 5A (alopesia, akromia, Pemeriksaan Penunjang
atrofi, anestesia, anhidrosis). Lesi khas pada • Pemeriksaan bakterioskopik (kero-
morbus Hansen ini adalah macula hipo- kan jaringan kulit) dengan pewarna-
pigmentasi. an BTA (Ziehl-Neelsen)
45
• Pemeriksaan histopatologik: Adanya Non-medikamentosa
makrofag. Apabila tipe tuberkuloid • Fisioterapi
maka ditemukan tuberkel, apabil • Terapi psikologik
tipe lepromatosa maka ditemukan
subepidermal clear zone. Edukasi
• Pemeriksaan serologi (Uji MLPA, • Pengobatan dengan rifampicin akan
ELISA, ML dipstick test, ML flow test) membuat urin berwarna merah
• Minta pasien untuk minum obat
Diagnosis Banding secara teratur tanpa putus
• Dermatofitosis • Menggunakan alat pelindung diri
• Tinea Vesikolor pada tempat yang membahayakan
• Pitiriasis rosea karena sensasi nyeri pasien yang hi-
• Pitiriasis alba lang (contoh: menggunakan sandal,
• Dermatitis Seboroik sarung tangan, kacamata)
• Psoriasis • Jangan melakukan kontak lama
dengan orang lain, akan menular
Protokol dan Algoritma Tatalaksana • Cari pekerjaan sesuai cacat tubuh
Terapi dengan antimikroba kombi-
nasi yaitu dapson, rifampicin, dan klofazi-
min untuk tipe multibasilar. Terapi kombi-
nasi dengan dapson dan rifampicin untuk
tipe pausibasilar. Setelah 24 bulan terapi,
dilakukan pemeriksaan lagi. Syarat peng-
hentian kombinasi antimikroba ini adalah
bakterioskopis negatif.
Medikamentosa
• Diamino Difenil Sulfon/DDS/Dapson
(antimikroba golongan sulfon)
• Rifampicin (antimikroba golongan
sulfon, diberikan tiap awal bulan
terapi)
• Klofazimin (antimikroba golongan
sulfon)
Iter 11x
R/ Dapson tab. 100mg No. XXX
S 1 dd tab 1.
---------------------------------- (sign)
Iter 11x
R/ Rifampicin tab. 600mg No. I
S 1 dd tab 1.
---------------------------------- (sign)
Iter 11x
R/ Klofazimin tab. 50mg No. XXX
S 1 dd tab I
---------------------------------- (sign)
46
022
Tinea SKDI 4
Skin and Integument – Budiman Atmaja
Medikamentosa
• Mikonazole (Antijamur turunan
imidazol yang mempunyai spektrum
anti jamur yang lebar)
• Itrakonazole (Antijamur turunan
triazol yang mempunyai spektrum
anti jamur yang lebar)
Non-medikamentosa
• Edukasi pasien
Edukasi
• Keringkan bagian tubuh sampai
kering
• Bila lesi pada daerah rawan lembab
misalnya pada jari-jari kaki yang
disebabkan oleh pemakaian sepatu,
dapat menggunakan sandal. Apabila
pemakaian sepatu merupakan tun-
tutan pekerjaan, pasien dianjurkan
menggunakan bedak anti jamur.
• Mandi 2 kali sehari
• Jangan ganti-ganti handuk
• Jangan digaruk
48
023
Kandidiasis Kutis SKDI 4
Skin and Integument – Giovanni Reynaldo
50
024
Pitiriasis Versikolor SKDI 4
Skin and Integument – Giovanni Reynaldo
Medikamentosa
• Mikonazol (merupakan turunan
imidazol sintetik yang relatif stabil,
mempunya spektrum antijamur
yang lebar terhadap jamur
dermatofit. Mikonazol masuk ke
dalam sel jamur dan menyebabkan
kerusakan dinding sel sehingga
permeabilitas terhadap berbagai zat
intrasel meningkat).
Mikonazol menghambat aktivitas
jamur trichophyton, epidermophy-
ton, microsporum, candida, dan ma-
lassezia furfur.
• Ketokonazol (merupakan turunan
imidazol sintetik dengan struktur
mirip mikonazol dan klotrimazol,
ketokonazol aktif sebagai antijamur
baik sistemik maupun nonsistemik,
ketokonazol merupakan anti-jamur
sistemik peroral yang penyerapan-
nya bervariasi antar individu)
Edukasi
Pengobatan harus dilakukan dengan
rajin , jaga kebersihan kulit agar proses
penyembuhan berlangsung dengan cepat,
tetap jaga pola hidup baik sehingga
ketahanan tubuh menjadi maksimal dan
menunjang proses penyembuhan. Kontrol
setelah dua minggu pengobatan. Pengobat-
an akan dilakukan apabila pada kontrol
setelah dua minggu pengobatan, masih
52
025
Skabies SKDI 4
Skin and Integument – Krisna Lalwani
Epidemiologi
Penelitian di U.K. wanita dengan Anamnesis
risiko relatif 1 · 24 (P <0 · 001) terhadap laki- • Gatal? Dimana? Sejak kapan?
laki. Kelompok usia 10-19 tahun memiliki • Ada keluarga atau rekan yang meng-
tingkat tertinggi kutu (dengan tingkat 4 · 55 alami hal tersebut? Apakah tidur
per 1000 dan 5 · 92 per 1000 untuk pria dan berkelompok?
wanita). Kelompok usia menengah memiliki • Mandi berapa kali/hari? Pakai han-
tingkat kutu terkecil. duk atau pakaian bersama?
• Tempat tidur sering dibersihkan ?
Patofisiologi dan Patogenesis Singkat
Cara penularan dari infeksi dapat Pemeriksaan Fisik
disebabkan karena kontak langsung (kulit • Pakai Loop!
dan kulit) dan kontaktidak langsung (melalui
• Pemeriksaan fisik kulit lengkap (ja-
benda seperti handuk, sprei, dan
ngan lupa sebutin lesi primer dan
sebagainya). Kelainan kulit yang terjadi
sekunder): terlihat erosi, ekskoriasi
pada scabies disebabkan karena garukan
dan krusta akibat garukan.
akibat gatal dan tungau skabies itu sendiri.
• Periksa tempat-tempat predileksi,
Gatal pada skabies dapat terjadi akibat
cari gambaran terowongan yang
53
berupa papul atau kunikulus, cari ----------------------------------(sign)
tungau. R/ Mupirocin cream 2% tb No 1
S ue 3 dd 1
Pemeriksaan Penunjang ----------------------------------(sign)
• Test Tinta Terowongan (TTT) dengan R/ Hydrocortisone cream 1% tb No 1
tetracycline test (dilihat pakai wood S ue 2 dd 1
light menjadi berwarna hijau): hasil ----------------------------------(sign)
positif (+)
• Pemeriksaan papul dengan biopsi Edukasi
eksisional (H.E) menggunakan mik- • Pengobatan bersamaan dengan se-
roskop cahaya kelompok orang yang terkena. Pe-
makaian obat secara teratur sesuai
Kriteria Diagnostik petunjuk
• 2/4 tanda kardinal (tungau paling • Seprai dicuci dengan menggunakan
diagnostik) air panas, kasur dijemur (secara ber-
Tungau ditemukan dengan cara: samaan dengan teman sekamar)
• Temukan terowongan dan • Jangan digaruk agar tidak infeksi
cari ujung terowongan beru- sekunder
pa papul. Pada papul terse- • Menjaga kebersihan diri (mandi
but dilakukan pencongkelan min2x/hari,dll)
dengan jarum dan letakkan • Tidak menggunakan pakaian atau
pencongkelan dengan jarum handuk atau alat mandi bersamaan
diatas kaca objek. Lihat
dengan mikroskop
• Menyikat lesi dengan sikat
• Membuat biopsi irisan
dengan cara lesi dijepit dua
jari dan dibuat irisan tipis.
• Membuat biopsi eksisional
dengan H.E
Diagnosis Banding
• Prurigo
• Pedikulosis korporis
• Dermatitis
Medikamentosa
• Permethrin cream 5% : dipakai
seluruh badan pada malam hari
sebelum tidur (jangan kena air),
diamkan semalaman, cuci keesokan
hari, dapat diulang 7 hari
• Mupirocin (antibiotik) cream 2%
• Hydrokortison (kortikosteroid)
cream 1%
R/ Permethrin cream 5% 10 gr tb No 1
S.u.e.q.h.s
54
026
Herpes Simpleks SKDI 4
Skin and Integument – Yoshua Sardjiman
Edukasi
Lesi jangan digaruk, istirahat yang
cukup dan banyak minum air.
57
028
Dermatitis Kontak Alergik SKDI 3B
Skin and Integument – Alfonso Tjakra
Diagnosis Banding
• Dermatitis Kontak Iritan Kronik
• Dermatitis Atopik
• Dermatitis Numularis
• Dermatitis Seboroik
• Psoriasis
Medikamentosa
• Hidrokortison cream 0.2% (adreno-
corticosteroid untuk efek antiinfla-
matori akibat kandungan mineralo-
kortikoid dan glukokortikoid)
• Prednison (glukokortikosteroid un-
tuk efek antiinflamatori sedang dan
mencegah inflamasi dengan me-
ngontrol sintesis protein, migrasi
dari PMN dan fibroblas, menurun-
kan permeabilitas kapiler dan men-
stabilkan lisosom)
Non-medikamentosa
• Luka basah dikompres dengan
larutan Natrium Klorida
Edukasi
Hindari paparan kulit dengan
alergen. Apabila tidak memungkinkan, da-
59
029
Psoriasis (Dermatosis Eritoskuamosa) SKDI 3A
Skin and Integument – Alfonso Tjakra
60
untuk dewasa, 250 untuk pelajar, penyinaran dengan PUVA serta pemberian
100 untuk bawah lima tahun) antimetabolit Metotreksat dengan dosis 7.5
• Pola lipid dan gula darah (Me- mg satu minggu sekali per oral.
nyingkirkan sindroma metabolik)
• Ureum/Kreatinin (Untuk konsiderasi Edukasi
penggunaan terapi sistemik) Mata kering dapat menjadi salah
satu manifestasi, maka dianjurkan
Diagnosis Banding tersedianya artificial tears pada pasien
• Dermatofitosis untuk mencegah terjadinya penyakit mata
• Sifilis Psoriasiformis secondarypsoriasis. Kontrol secara rutin 2
• Dermatitis Seboroik minggu hingga satu bulan sekali dianjurkan.
Medikamentosa
• Triamsinolon Asetonid (menurun-
kan reaksi inflamasi dengan mene-
kan migrasi dari PMN dan membalik-
an permeabilitas kapiler)
• Prednison (glukokortikosteroid un-
tuk efek antiinflamatori sedang dan
mencegah inflamasi dengan me-
ngontrol sintesis protein, migrasi
dari PMN dan fibroblas, menurun-
kan permeabilitas kapiler dan men-
stabilkan lisosom)
Non-medikamentosa
Rujuk ke dokter spesialis yang ber-
sangkutan untuk terapi lebih lanjut. Terapi
lebih lanjut yang dapat digunakan adalah
61
030
Gastroesofageal Refluks Disease (GERD) SKDI 4
Digestive System – Stacy Vania
Lampiran 1. Alur tatalaksana GERD dan GERD-Q Konfirmatif untuk GERD apabila diatas 8
63
031
Gastritis SKDI 4
Digestive System – Stacy Vania
65
032
Disentri Basiler dan Disentri Amuba SKDI 4A
Digestive System – Stacy Vania
68
033
Diare Cair Akut SKDI 4
Digestive System – Stacy Vania
69
Pengobatan antibiotik empirik tidak dapat menghambat pertumbuhan
dianjurkan pada kasus ringan atau diduga dari berbagai enteropatogen, me-
infeksi virus. Penyulit terpenting pada diare ngurangi keluhan, mencegah diare
akut adalah dehidrasi sehingga rehidrasi akibat antibiotik, mengatasi intole-
sangat penting. ransi laktosa selain itu sudah ter-
1. Lakukan penanganan dehidrasi bukti mengurangi lamanya diare cair
jenis cairan akut.
oral : bila skor< 3 dan tidak ada syok
parental : IV kristaloid (RL atau NaCl Medikamentosa
0,9% dll) • Obat antidiare untuk menghentikan
tahap 1: rehidrasi inisial (2 jam) diare seperti attapulgit (dewasa: 2
berdasarkan skor kapsul tiap buang air besar max 12
kap sehari, anak: 1 kapsul tiap buang
air max 6 kap sehari) dan loperamid
(hati-hati konstipasi)
• Obat antimikroba : Siprofloksasin
Tabel skor Daldiyono (shigella, salmonella atau E.coli) dan
Rasa haus dan muntah 1 metronidazol (amoebiasis dan
TD Sistolik 60-90 1 giardiasis).
TD Sistolik <60 2 • Oralit untuk mengatasi diarenya
Frek nadi >120/menit 1 (dws : 3 jam pertama 4 gelas,
Kesadaran apati 1 selanjutnya tiap mencret 2 gelas)
Somnolen, sopor, koma 2
Frek napas >30/menit 1 R/ Siprofloksasin tab 500mg No.XV
Facies cholerica 2 S 2 dd tab I p.c
Vox cholerica 2 ----------------------------------(sign)
Turgor kulit menurun 1 R/Metronidazol tab 500mg no.XV
Washer’s woman hand 1 S 3 dd tab 1 a.c
Ekstremitas dingin 1 ---------------------------------- (sign)
Sianosis 2 R/ Attapulgit tab 650mg no.XX
Usia 50-60 -1 S.prn
Usia 60 tahun keatas -2 ---------------------------------- (sign)
Tahap 2 : tergantung kehilangan R/ Oralit sachet no.XX
cairan pada tahap 1 S.prn
Tahap 3 : berdasarkan kehilangan ---------------------------------- (sign)
cairan melalui tinja berikutnya *Metronidazole merupakan pilihan
2. Diet
• Tidak puasa Edukasi
• Hindari minum mengandung 1. Lihat tatalaksana diet
gas 2. Istirahat dan makan yang teratur
• Hindari kafein dan alkohol 3. Bila semakin parah dan kesadaran
• Pilih makanan yang mudah makin menurun segera bawa ke
dicerna dokter
• Hindari susu sapi (defisien
lactase transien)
3. Obat antidiare
4. Obat anti mikroba
5. Probiotik
70
034
Appendisitis SKDI 3B
Digestive System – Stacy Vania
71
035
Peritonitis SKDI 3B
Digestive System – Stacy Vania
Non-medikamentosa
Eksisi dan sutured closure (tindakan
bedah bukan terapi utama peritonitis)
Edukasi
Rujuk dokter bedah setelah diagno-
sis peritonitis ditegakan.
73
036
Ulkus Gaster dan Duodenum SKDI 3A
Digestive System – Stacy Vania
74
Protokol Tatalaksana Edukasi
1. Diet tidak merangsang • Berhentikan NSAID, bila tidak bisa
2. Hindari rokok dan alkohol pilih NSAID selektif penghambat
3. Hindari NSAID, pilih golongan inhibi- COX2
tor COX-2 selektif • Makan sedikit-sedikit tapi sering
4. Obat menurunkan asam lambung • Snack diantara waktu makan
5. Obat eradikasi HP • Hindari makanan yang menyebab-
6. Obat prokinetik untuk memperce- kan rasa tidak enak dilambung (ba-
pat pengosongan lambung seperti wang, timun, kopi, sayur mentah)
metoklopramid atau domperidon • Hindari bahan yang mengiritasi
7. Sitoprotektor (sucralfat 3x1g, (alkohol, nikotin, NSAID, pedas)
rebamipide 3x100mg, teprenone
3x50mg)
Medikamentosa
• PPI (menurunkan asam lambung):
omeprazol 2 x 20 mg, atau lansopra-
zol 2 x 30 mg, atau pantoprazol 2 x
40 mg, dosis maintenance diberikan
dosis tunggal 1x pada pagi hari.
• H2 blocker (menurunkan asam
lambung): ranitidin 2x150 mg,
maintenance 1x 150mg pada malam
hari.
• Obat eradikasi HP : PPI+ Amoksisilin
+klaritromisin +/- Bismuth.
• Ranitidin (H2-Blocker)
75
037
Dispepsia Fungsional SKDI 3A
Digestive System – Stacy Vania
76
S 3 dd tab I a.c
---------------------------------- (sign)
R/ Setralin tab 25mg no.X
S 1 dd tab I
---------------------------------- (sign)
Non-medikamentosa
Diet hindari makanan pencetus
Edukasi
• Makan sedikit-sedikit tapi sering
• Terdapat snack diantara waktu makan
• Hindari makanan yang menyebabkan
rasa tidak enak dilambung (bawang,
timun, kopi, sayur mentah)
• Hindari bahan yang mengiritasi (alkohol,
nikotin, NSAID, pedas)
77
038
Kolitis Ulserativa SKDI 1
Digestive System – Stacy Vania
Medikamentosa
• Sulfasalazine: anti inflamasi, peng-
hambat siklooksigenasi dan lipooksi-
genasi, B-sel dan beberapa sitokin
proinflamasi (untuk mencapai remi-
si digunakan 2-4gram sehari dan
dilanjutkan dosis pemeliharaan).
• Kortikosteroid (prednisone 0,25-
0,75mg/kgbb/hari, metilpredniso-
lon 48mg/hari atau budesonide
9mg/hari).
• Imunomodulator untuk mengham-
bat sintesis asam nukleat, mening-
katkan efek anti proliferasi pada
limfosit dan menginduksi apoptosis
sel (6-mercaptopurine 50 mg pero-
ral, azathioprine 50 mg atau 1-
2,5mg/kgbb. Selain itu MTX
(25mg/minggu selama 12 minggu)
juga dapat digunakan jika tdk ada
respon terhadap 6-mercaptopurine
maupun azathioprine.
Edukasi
• Tidak puasa
• Hindari minum mengandung gas
• Hindari kafein dan alkohol
• Pilih makanan yang mudah dicerna
• Bila ada dehidrasi obati dengan
oralit
• Berikan asupan besi untuk
mengobati anemia
79
039
Hepatitis A SKDI 4
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
Medikamentosa
• Acetaminophen (antipiretik dan
analgesik)
• Domperidone (antiemesis - specific
dopamine blocker)
• Aminofluid (cairan maintenance
untuk pasien rawat inap yang berisi
elektrolit, glukosa, asam amino pada
pasien rawat inap dengan nutrisi
asupan oral inadekuat)
• Kolestiramin (resin pengganti anion
yang bersifat asam kuat untuk
mengikat asam empedu diperguna-
kan untuk mengurangi gatal akibat
asam empedu berlebihan pada sir-
kulasi tubuh)
Non-medikamentosa
• Istirahat total, bed rest
• Makan dan minum yang cukup, tidak
ada larangan diet
81
040
Hemmorhoid SKDI 4
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
Medikamentosa
• Acetaminophen (analgesik)
• Bisacodyl (laksatif)
Non-medikamentosa
• Modifikasi diet
• Rujuk spesialis bedah (pada kasus
hemorroid grade 2 dengan keluhan
berat, grade 3-4)
Edukasi
• Banyak makan makanan berserat
seperti sayuran, buah-buahan, gan-
dum (utk memperbaiki defekasi)
• Kurangi makan makanan pedas
• Banyak minum air
• Kalo gatal jangan digaruk-garuk
nanti berdarah
• Jangan duduk terlalu lama ketika
BAB dan saat bekerja
• Jaga kebersihan daerah anorektal
83
041
Kolesistitis SKDI 3B
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
84
Non-medikamentosa Edukasi
• Rawat inap, istirahat total, puasa Kurangi konsumsi alkohol. Apabila
untuk persiapan pra-operatif obesitas turunkan berat badan. Kebanyakan
• Fase akut (<72 jam) rujuk untuk kasus dapat sembuh spontan, maka
dilakukan kolesistektomi (tatalaksa- diperlukan banyak istirahat.
na utama)
Cairan bebas
Penebalan dinding
Pericholecystic fluid
85
042
Kolangitis dan Koledokolitiasis SKDI 3B/2
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
ManifestasiKlinis
Charcot Triad, yang terdiri dari de-
mam, ikterus, nyeri abdomen kuadran ka- • Endoscopic Retrograde Cholangio-
nan atas dan Reynold’s Pentad yang terdiri panctreatography(Menentukan
dari Charcot Triad dan shock serta perge- letak sumbatan oleh batu empedu)
seran status mental. Munculnya Reynold’s • CBC (Leukositosis)
Pentad pada pasien menunjukkan infeksi • Hiperbilirubinemia (> 1,9 mg/dl)
serius. Akan tetapi, koledokolitiasis tidak • Peningkatan alkali fosfatase (>147
menimbulkan gejala demam, melainkan IU/L)
terbatas pada tanda-tanda stasis bilier • Kultur cairan empedu (Hampir selalu
seperti jaundice dan tinja warna dempul di- positif adanya infeksi bakteri pada
akibatkan tidak meliputi infeksi aktif seperti seluruh pasien)
pada kolangitis.
Diagnosis Banding
Anamnesis • Kolesistitis
• Keluhan utama biasa berupa nyeri • Pankreatitis
abdomen kuadran kanan atas, de- • Hepatitis viral
mam, dan jaundice. • Abses hati
• Tanyakan mengenai riwayat pernah
menderita batu empedu terutama Protokol dan Algoritma Tatalaksana
pada koledokolitiasis (kasus rekuren • Beri antibiotik broad spectrum (si-
dan merupakan faktor risiko utama) profloksasin cukup efektif)
86
• Pada fase akut pasien dirawat inap
• Pada koledokolitiasis dianjurkan un-
tuk ekstraksi batu dengan ERCP
Medikamentosa
• Siprofloxacin (fluorokuinolon gene-
rasi 2 – antibiotik broad spectrum)
• Meperidine (opioid – analgesik, ha-
nya diberikan pada kasus koledokoli-
tiasis, tidak pada cholangitis)
• Acetaminophen (antipiretik)
Non-medikamentosa
• Anjurkan konsultasi ke bagian
spesialis gastroenterologi, untuk di-
lakukan tindakan drainase bilier.
• Sedangkan untuk koledokolitiasis
dianjurkan dilakukan tindakan ope-
ratif yakni ERCP untuk dilakukan ko-
ledokolitotomi, atau laparoskopi.
Sedangkan untuk kasus yang remi-
ten, dapat dianjurkan untuk dilaku-
kan kolesistektomi.
• Dokter umum hanya melakukan
persiapan pra-operatif seperti
menganjurkan puasa dan menjaga
keseimbangan cairan tubuh pasien.
Edukasi
Tidak ada yang spesifik, anjurkan
pasien untuk banyak istirahat dan habiskan
antibiotik. Apabila kolangitis kambuh, suruh
pasien untuk datang berobat lagi. Sedang-
kan untuk koledokolitiasis dianjur-kan un-
tuk banyak berolahraga, kurangi makan
berlemak, apabila obesitas turunkan berat
badan secara perlahan-lahan.
87
043
Hepatitis B SKDI 3A
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
88
IgM anti-HBc (+) Non-medikamentosa
• Rawat inap, bed rest
Hepatitis B Kronik: • Diet rendah garam
HbsAg (+) >6 bulan • Diet tinggi protein
Total anti-Hbc (+) ! gabungan IgM dan IgG
anti-Hbc Edukasi
Modifikasi diet rendah garam, tinggi
Diagnosis Banding protein. Selama pemberian terapi, perlu pe-
• Hepatitis C meriksaan serum AST/ALT ulang untuk
• Hepatitis A evaluasi.
• Sirosis hati
• Hepatitis alkoholik
• Hepatitis autoimun
89
044
Hepatitis C SKDI 2
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
90
• USG abdomen, biopsi hati (untuk R/ Ribavirin tab 1000 mg no. X
melihat derajat nekroinflamasi dan S 1 dd tab 1
fibrosis pada kasus kronik/sirosis) -------------------------------------------------(sign)
• Serum ALT dan AST meningkat. Pada
fase kronik AST meningkat >10x Non-medikamentosa
(normal 10-40 IU/L) • Selama terapi dilakukan pemantau-
• Kontraindikasi terapi interferon: an HCV RNA pada minggu ke-4, 12,
• Hb <10 g/dl dan 24.
• Leukosit < 2500/µL
• Trombosit < 100000/µL Edukasi
Pasien diminta beristirahat dan
Kriteria Diagnostik hindari alkohol. Hindari penggunaan pisau
• Anti-HCV (+), HCV RNA (+). Hepatitis cukur, sikat gigi, gunting kuku, dan barang-
C akut/kronik, lihat gejala klinis barang pribadi lain yang digunakan
• Anti-HCV (+), HCV RNA (-). Resolusi bersama-sama karena bisa infeksius.
dari infeksi HCV
• Anti-HCV (-), HCV RNA (+). Infeksi
akut awal, atau HCV kronik pada
pasien immunocompromised, atau
pemeriksaan HCV RNA positif palsu
• Anti-HCV (-), HCV RNA (-). Tidak ada
infeksi HCV
Diagnosis Banding
• Hepatitis autoimun
• Hepatitis B kronik
• Hepatitis alkoholik
Medikamentosa
• Pegylated-interferon alfa (immuno-
modulator – antiviral) injeksi subku-
tan 1x seminggu
• Ribavirin (analog nukleosida –
menginhibisi sintesis RNA virus)
91
045
Sirosis Hepatis SKDI 2
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
Medikamentosa Edukasi
• Hepatitis B: peg-interferon alfa Sesuai dengan tatalaksana non
• Hepatitis C: peg-interferon alfa dan medikamentosa. Pasien disarankan untuk
Ribavirin konsul ke bagian penyakit dalam.
93
046
Kolelitiasis SKDI 2
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
Manifestasi Klinis
Khasnya adalah terdapat kolik bilier
yakni nyeri abdomen kuadran kanan atas • Darah lengkap (untuk menyingkir-
dan epigastrium, dapat menjalar ke skapula kan diagnosis banding infeksi pada
kanan atau bahu. Terjadi secara episodik, kandung empedu)
remiten, mendadak. Berlangsung 15 menit-
5jam, rasa nyeri meningkat perlahan selama Diagnosis Banding
10-20 menit. Hilang perlahan dengan sen- • Kolesistitis
dirinya serta dapat disertai mual dan • Pankreatitis
muntah. Kolik dicetuskan setelah makan • Appendisitis
makanan berlemak, dan sering terjadi pada • Tumor duktus biliaris
malam hari. Rasa nyeri tidak berkurang • Gastritis
dengan penggunaan antasida, emesis,
defekasi, atau perubahan posisi. Protokol dan Algoritma Tatalaksana
Pilihan utama adalah intervensi
Anamnesis dengan bedah/tindakan invasif minimal.
• Tanyakan sifat nyeri sesuai manifes- Batu dgn ukuran kecil (<1cm) dapat
tasi klinis dibantu lisis dengan pemberian obat asam
• Terutama tanya kapan timbulnya, ursodeoksikolat. Lama terapi 6 bulan.
apakah timbul setelah makan yang
berlemak
94
Medikamentosa
• Asam ursodeoksikolat (mengurangi
absorbsi kolesterol dan lisis batu
kolesterol – biasa pada orang barat)
Non-medikamentosa
• Apabila medikasi tidak berhasil,
rujuk utk dilakukan tindakan bedah
(kolesistektomi).
• Dokter umum hanya melakukan per-
siapan pra-operatif.
Edukasi
Banyak berolahraga, kurangi makan
berlemak, apabila obesitas turunkan berat
badan secara perlahan-lahan.
95
047
Pneumonia SKDI 4
Respiratory System – Alfonso Tjakra
Edukasi
Anjuran menghindari agen-agen
pencetus pada pasien dengan faktor risiko
dan terpredisposisi seperti menghindari
merokok dan gaya hidup sehat. Disamping
itu juga dianjurkan hidrasi yang kuat dan
tidak menahan refleks batuk. Sputum juga
tidak dianjurkan untuk ditelan kembali.
Penggunaan masker, dan perbaikan ling-
kungan seperti kelembaban, ventilasi udara
dan pembersihan debu juga dianjurkan).
Medikamentosa
• Azithromycin (macrolide)
• Levofloxacin (fluoroquinolon)
• Acetaminophen (antipiretik)
97
048
Asthma Bronchiale SKDI 4
Respiratory System – Alfonso Tjakra
98
Medikamentosa R/ Asetilsistein sol 20% fl no. I
• Albuterol Sulfat (agonis beta 2) S i.m.m.
• Budesonid (kortikosteroid) ----------------------------------(sign)
• Asetilsistein (mukolitik – dikontra-
indikasikan pada serangan akut) Non-medikamentosa
• Terapi oksigen
R/ Albuterol Sulfat puff 90mcg fl no. I
S 4 dd puff II Edukasi
----------------------------------(sign) Hindari alergen dan kapan pemberi-
R/ Budesonid puff 180mcg fl no. I an obat inhalasi seperti salbutamol saat
S 2 dd puff II gejala akut terjadi serta kontrol rutin.
----------------------------------(sign)
Lampiran 1. Pemeriksaan fisik pada asma, PF ditambah dengan Head to toe dan PF Jantung
Serangan Ringan Serangan Sedang Serangan Berat
Setelah berbicara Saat istirahat
Setelah aktivitas fisik
Aktivitas Memilih untuk Membungkuk -
Dapat berbaring
duduk tripod
Berbicara Normal Frase Kata
Sulit bernapas Tidak ada kesulitan Ada kesulitan Ada kesulitan
Kondisi umum Gelisah (+) / (-) Gelisah Gelisah
Respiratory Rate Meningkat Meningkat >30 kali/menit
Otot asesori Tidak digunakan Digunakan Digunakan
Frekuensi nadi <100 kali/menit 100-120 kali/menit >120 kali/menit
Tidak ada Ada Ada
Pulsus Paradoksus
<10 mmHg 10-25 mmHg >25 mmHg
Wheezing akhir eksp Wheezing insp-eksp Wheezing insp-eksp
Auskultasi
Dengan stetoskop Tanpa stetoskop Tanpa stetoskop
Lampiran 2. Derajat beratnya asma dan terapi rawat jalan yang diberikan
Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru
<1 kali/minggu
VEP >80% prediksi
Intermiten Tanpa gejala penyerta <2 kali/bulan
Variabilitas <20%
Eksaserbasi ringan
1 kali/bulan hingga 1 kali/minggu VEP >80% prediksi
Persisten ringan >2 kali/bulan
Eksaserbasi mengganggu aktivitas Variabilitas 20-30%
Gejala setiap hari
VEP 60-80% prediksi
Persisten sedang Eksaserbasi mengganggu aktivitas >1 kali/minggu
Variabilitas >30%
Butuh reliever setiap hari
Gejala setiap hari
VEP <60% prediksi
Persisten berat Eksaserbasi sering dan menggang- Sering
Variabilitas >30%
gu aktivitas (aktivitas terbatas)
Untuk derajat intermiten : Agonis β-dua kerja cepat
Untuk derajat persisten ringan : Intermiten + KSI dosis rendah
Untuk derajat intermiten : Persisten ringan + ABKP (ABKP)
Untuk derajat intermiten : Intermiten + KSI dosis tinggi + ABKP dan/atau KSO
KSI: Kortikosteroid inhalasi; ABKP: Agonis β-2 kerja panjang; KSO: Kortikosteroid oral
99
049
Tuberkulosis SKDI 4
Respiratory System – Alfonso Tjakra
100
Lama pengobatan 18 bulan setelah konversi
biakan dilakukan 2 kali dengan jarak 30 hari.
Medikamentosa
• Rifampisin (DNA-dependent RNA
polimerase inhibitor)
Kavitasi Tuberculosis Miliar
• Isoniazid (bakterisidal dengan
• Diff count (Peningkatan limfosit dan menghambat biosintesis dinding sel)
shifting to the left) • Pyrazinamid (bakteriostatik-sidal)
• CBC (Anemia normokrom normo- • Ethambutol (mengganggu produksi
siter, ↑ LED, ↑ GGT) metabolit bakteri)
• Tes Takahashi (Titer 1/128)
• Tuberkulin (Diameter efloresensi 0-5 Iter 5x
mm negatif, 6-9 mm meragukan, 10- R/ Rifampisin tab 300 mg no. LX
15 mm positif, lebih dari 15 mm S 1 dd tab II
positif kuat) ----------------------------------(sign)
Iter 5x
Kriteria Diagnostik R/ Isoniazid tab 300 mg no. XXX
TB paru dengan BTA (+) hanya S 1 dd tab I
ditegakkan apabila sputum dan foto toraks ----------------------------------(sign)
keduanya konfirmatif. Apabila masih mera- Iter 1x
gukan, dilihat dari foto toraks lama, apabila R/ Pyrazinamid tab 500 mg no. LX
menetap berarti bekas TB, apabila membu- S 1 dd tab II
ruk berarti TB paru infeksi baru. Apabila ----------------------------------(sign)
tidak ada foto toraks lama, maka dilakukan Iter 1x
pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan R/ Ethambutol tab 400 mg no. LX
dan terapi untuk pneumoni tanpa regimen S 1 dd tab II
OAT. Kemudian dilakukan evaluasi foto 1-2 ----------------------------------(sign)
bulan, apabila perburukan maka bukan TB,
apabila perbaikan berarti TB paru. Non-medikamentosa
• Plombage (operasi untuk menanga-
Diagnosis Banding ni kavitasi yang terjadi pada tuber-
• Pneumonia fungus kulosis sekunder)
• Bronkiektasis
• Non-small cell lung cancer Edukasi
• Keganasan mediastinum Minum obat secara teratur tanpa
putus tengah jalan. Kontrol rutin setiap satu
Protokol dan Algoritma Tatalaksana bulan untuk melihat perkembangan penya-
Kategori I (pasien baru dengan BTA (+), kit dengan pemeriksaan foto toraks ulang
pasien dengan BTA (-) foto toraks (+) dan setiap bulannya. Pemantauan efek samping
pasien TB ekstra paru) : 2RHZE/4RH dari penggunaan obat-obatan anti tuberku-
Kategori II (pasien kambuh, pasien gagal losis. Jauhi lingkungan TB dan gunakan mas-
dan pasien default) : 2RHZES/1RHZE/5RHE ker apabila sudah terkena. Jelaskan efek
Kategori III (pasien anak) : 2RHZ/4RH samping obat, seperti urin merah, penurun-
Kategori IV (Multi Drug Resistence) : 4 obat an pendengaran sementara, peningkatan
yang masih sensitif, 2 dari lini 2 (kanamisin, enzim hati dan lainnya. Kontrol dan cek
kapreomisin, levofloksasin, etionamid, si- sputum SPS dalam 2 bulan post-terapi.
kloserin dan PAS) ditambah dengan ZE.
101
050
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) SKDI 3B
Respiratory System – Alfonso Tjakra
102
Protokol dan Algoritma Tatalaksana R/ Formoterol puff 12mcg fl no. I
Kelompok A (VEP1 ≥ 80%) : β2-agonis kerja S 2 dd puff I
singkat dan antikolinergik kerja cepat ----------------------------------(sign)
Kelompok B (50% ≤ VEP1 < 80%) : β2-agonis R/ Ipratropium Bromida puff 17mcg fl no. I
kerja lama dan antikolinergik kerja lama S 4 dd puff II
Kelompok C (30% ≤ VEP1 ≤ 50%) : KSI dan ----------------------------------(sign)
β2-agonis kerja lama R/ Tiotropium Bromida puff 18mcg fl no. I
Kelompok D (VEP1 < 30%) : KSI dan β2- S 2 dd puff I
agonis kerja lama + antikolinergik kerja lama ----------------------------------(sign)
R/ Budesonid puff 180mcg fl no. I
Medikamentosa S 2 dd puff II
• Salbutamol (β2-agonis kerja singkat) ----------------------------------(sign)
• Formoterol (β2-agonis kerja lama)
• Ipatropium (antichol kerja lama) Edukasi
• Tiotropium (antichol kerja lama) Pada pasien kelompok A hingga D
• Budesonid (kortikosteroid) dilakukan smoking cessation (konseling dan
terapi pengganti nikotin), sedangkan untuk
R/ Salbutamol puff 90mcg fl no. I kelompok pasien B hingga D dilakukan reha-
S 4 dd puff II bilitasi pulmonal.
----------------------------------(sign)
103
051
Cor Pulmonale Akut dan Kronis SKDI 3B/A
Respiratory System – Alfonso Tjakra
R/ Spironolakton 125mg
m.f.l.a. pulv. dtd. no X
S tdd pulv I
----------------------------------(sign)
R/ Nifedipine tab 30mg no. XX
S 2 dd tab I
----------------------------------(sign)
R/ Epoprostenol inj 0.5mg vial no. II
p-pulmonale S i.m.m.
----------------------------------(sign)
R/ Warfarin tab 5mg no. X
S 1 dd tab I
Ratio R/S >1 ----------------------------------(sign)
Non-medikamentosa
• Terapi oksigen (PaO2 <55 mmHg)
• Phlebotomy (Untuk polisitemia
vera)
• Pulmonary embolectomy (Untuk cor
pulmonale akut e.c. emboli)
Ratio R/S <1 • Single-lung, double-lung, atau heart-
• Echocardiography (Overload ventri- lung transplantation
kel kanan dan dilatasi ventrikel ka- • Rujukan ke dokter spesialis terkait
nan pada kasus akut dan kondisi or-
ganik katup) Edukasi
• Studi gambaran Tromboemboli Pul- Anjuran kontrol berkala secara rutin
monar dan CT-Scan (melihat adanya dan tidak melakukan aktivitas yang merang-
emboli paru untuk kasus akut) sang terjadinya sesak serta berhenti mero-
kok dan kegiatan yang dapat mengeksa-
serbasi COPD lainnya.
105
052
Bronkiektasis SKDI 3A
Respiratory System – Alfonso Tjakra
107
053
Keganasan Paru SKDI 2
Respiratory System – Alfonso Tjakra
108
Diagnosis Banding
• Tuberkulosis
• Keganasan mediastinum
• Pneumonia bakterialis
• Tumor sel karsinoid
109
Lampiran 2. Stadium kanker paru beserta prinsip tatalaksananya
Stadium TNM Prinsip Tatalaksana
0 TisN0M0 Observasi
Nodul soliter T1 Observasi. CT-Scan (risiko kanker rendah) atau PET-scan, CT-
scan dengan kontrask, biopsi jarum halus di-lanjutkan dengan
VATS dan potong beku (risiko kanker tinggi). Jika tidak ada
perubahan ukuran dalam 2 tahun terakhir maka tumormasih
tergolong jinak.
IA T1a-T1bN0M0 Pembedahan saja
IB T2aN0M0
IIA T1a-T2aN1M0 atau
T2bN0M0
IIB T2bN1M0 atau
T3N0M0
Pembedahan dilanjutkan dengan adjuvan kemoterapi
IIIA T1a-T3N2M0 atau
T3N1M0 atau
T4N0-1M0
IIIB T3N2M0 atau
T1a-T4N3M0
IV Semua T dan N dengan Kemoterapi paliatif
M1a atau M1b
110
054
Hipertensi Essensial SKDI 4
Cardiovascular System – Jefri
112
055
Angina Pektoris Stabil SKDI 3B
Cardiovascular System – Jefri
113
• Elektrokardiografi (perbesaran jan- S I dd tab I
tung, tanda iskemik, tanda infark ----------------------------------(sign)
sebelumnya & aritmia) R/ Aspirin tab 75 mg No. XXX
S I dd tab I
----------------------------------(sign)
Non-medikamentosa
• Target Indeks massa tubuh (IMT)
18,5 – 24,9 kg/m2
• Berhenti merokok
• Manajemen diabetes & dislipidemia
Edukasi
Nitrogliserin sublingual tablet dikonsum-
si apabila terdapat gejala atau sebagai pro-
Note: Gambaran EKG Q patologis inferior lama filaksis sebelum beraktivitas berat. Infor-
menandakan pasien pernah mengalami infark masi tentang penyakit, terapi & prognosis
miokard sebelumnya. Gambaran LBBB (Left lalu RUJUK!
Bundle Branch Block) juga dapat menjadi pertanda
adanya kerusakan miokard sebelumnya.
Kriteria Diagnostik
Angina pektoris stabil berdurasi 2 –
10 menit dan hilang saat istirahat atau
pemberian nitrat.
Diagnosis Banding
• Unstable Angina & NSTEMI
• Infark miokard akut
• Spasme esofageal
Medikamentosa
• Nitrogliserin sublingual (Nitrat)
• Bisoprolol (B-Blocker selective B1)
• Aspirin (antiplatelet)
• Amlodipin (Calcium channel
blocker)
115
Protokol dan Algoritma Tatalaksana R/ Aspirin tab 75 mg No. II
Lihat lampiran 1. S I dd tab II
----------------------------------(sign)
Medikamentosa
• Aspirin (Antiplatelet) Edukasi
• Klopidogrel (Antiagregasi) RUJUK!! ke rumah sakit dengan fasilitas
• Heparin (Antikoagulan) Coronary Intensive Care.
• B-Blocker Note: Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan
• ACE-inhibitor suatu kasus emergensi oleh karena itu harus
• *Alteplase (Trombolitik) diterapkan ABCDE (Airway, Breathing, Circula-
tion, Disability & Exposure). Tatalaksana SKA di
Note: Medikamentosa di atas merupakan tera- luar rumah sakit pada umumnya adalah MONA
pi definitif & BUKAN emergensi. (Morfin, Oksigen, Nitrat, & Aspirin)*lihat bab
UAP/NSTEMI ± *Trombolitik (sesuai indikasi,
kontraindikasi, serta waktu ekspektasi dari
PCI/Percutaneus Coronary Intervention) *lihat
bagan algoritma
116
Unstable Angina Pectoris (UAP) &
057
Non ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI) SKDI 3B
Cardiovascular System – Jefri
Epidemiologi
Setiap tahun di Amerika Serikat,
kurang lebih 1 juta pasien rawat inap karena
UA/NSTEMI, dibandingkan dengan acute
STEMI yang berkisar 300 ribu pasien tiap
tahunnya. Note: T inversi pada V1-3
Manifestasi Klinis
Gejala klinis UAP/NSTEMI sama
seperti angina pektoris stabil namun tidak
membaik saat istirahat atau pemberian
nitrat dan bersifat crescendo. Diaforesis,
pucat, ekstrimitas dingin dapat ditemukan
pada kasus NSTEMI (iskemik luas).
Kriteria Diagnostik
Diagnostik dari UAP/NSTEMI berda-
sarkan klinis anamnesis dan pemeriksaan
fisik, EKG, enzim jantung, & stress testing.
Diagnosis Banding
• Stable Angina
• STEMI
Medikamentosa
• Nitrogliserin sublingual (Nitrat)
• Metoprolol (B-Blocker)
• Aspirin (Antiplatelet)
• Klopidogrel (Antiagregasi)
Note: Terapi medika-
• Heparin (Antikoagulan)
mentosa definitif harus
dibedakan dengan tera-
R/ Nitrogliserin tab 0,6 mg no. VI
pi emergensi. Penting-
Sue
----------------------------------(sign) nya mengetahui indikasi
R/ Aspirin tab 75 mg No. II dan kontraindikasi pada
S I dd tab II terapi sindrom koroner
----------------------------------(sign) akut dapat menjadi per-
R/ Metoprolol tab 25 mg No. I timbangan pemilihan
S I dd tab I terapi serta dosis obat.
----------------------------------(sign) (cpnth: B bloker diberi-
R/ Morfin sulfat inj 5 mg vial no. I kan sampai target heart
S i.m.m. rate 50 – 60 beat per
----------------------------------(sign) minute dan kontraindi-
kasi pada pasien deng-
Edukasi an sinus bradikardi <60
RUJUK!! ke rumah sakit dengan fasilitas beat per minute)
Coronary Intensive Care.
118
058
Gagal Jantung SKDI 3B
Cardiovascular System – Jefri
119
• EKG (hipertrofi ventrikel & tanda • Acute Respiratory Distress Syndro-
miokard infark) me (ARDS)
• Chest X-ray (Cardiomegaly & Pulmo- • *Dyspnea akibat penyakit paru lain.
nary Edema)
• Echocardiography (Cardiomegaly, Protokol dan Algoritma Tatalaksana
Ejection Fraction & kondisi katup) GAGAL JANTUNG KRONIK
• BNP (> 100 pg/ml)
• Exercise Test
Medikamentosa
Note: Gambaran EKG Gagal Jantung Kiri • Furosemid (Diuretik)
(Pergeseran aksis ke kiri + Hipertrofi ventrikel • Captopril (ACE Inhibitor)
kiri) dengan ST elevasi non-spesifik • Carvedilol (B-Blocker)
• Digoksin (Inotropik positif)
Note:
121
059
Pyelonephritis SKDI 4
Urinary System – Krisna Lalwani
Non-medikamentosa
• Asupan cairan yang banyak
• Penggantian kateter yang teratur
pada pasien yang menggunakannya
• Pencegahan ISK rekuren: jaga keber-
sihan dan higiene daerah uretra dan
sekitarnya
Edukasi
Setelah terapi inisial, sarankan pasi-
en untuk rawat inap untuk terapi lanjutan
dan monitoring.
123
060
Urethritis SKDI 4
Urinary System – Krisna Lalwani
125
061
Sistitis SKDI 4
Urinary System – Krisna Lalwani
126
Medikamentosa
• DOC: Kotrimoksazol (sulfonamide)
kombinasi dari sulfamethoxazole
dan trimethoprime = menghambat
masuknya molekul PABA ke dalam
molekul Asam folat dan reaksi
reduksi dari Asam dihidrofolat
menjadi Tetrahidrofolat
• Siprofloksasin (Sintetik golongan
quinolone yang bekerja dengan
menghambat DNA-girase): untuk
infeksi yang disebabkan oleh kuman
patogen
• Amoxicillin pada ibu hamil karena
obat-obatan golongan sulfonamid
dan fluorokuinolon teratogenik pa-
da janin terutama pada masa awal
kehamilan.
Non-medikamentosa
• Asupan cairan yang banyak
• Penggantian kateter yang teratur
pada pasien yang menggunakannya
Edukasi
Jaga kebersihan dan higiene daerah
genitalia dan sekitarnya untuk cegah
rekurensi.
127
062
Gonorrhoeae SKDI 3A
Urinary System – Krisna Lalwani
Keluhan/gejala?
129
063
Glomerulonephritis Akut SKDI 3A
Urinary System – Krisna Lalwani
Definisi Singkat
Glomerulonefritis (GN) merupakan
penyakit autoimun dimana terjadi proses
inflamasi dan proliferasi sel glomerulus de-
ngan manifestasi klinis dan pola histopato-
logik yang multipel. Glomerulonefritis me-
rupakan penyebab utama terjadinya gagal
ginjal tahap akhir.
Diagnosis Banding
• Sindrom nefrotik
• IgA nefropati
• Glomerulonefritis kronik (komplikasi
GNA karena tidak mendapat pengo-
batan secara cepat)
Medikamentosa
• Captopril: merupakan golongan ACE
inhibitor dan sekarang merupakan
obat yang paling baik digunakan
untuk hipertensi
• Furosemid: merupakan obat
diuretik untuk mengurangi edema
Edukasi
Penyakit ini merupakan penyakit
remisi spontan, akan tetapi pasien dian-
jurkan untuk kontrol rutin. Terapi yang dibe-
rikan meliputi terapi simptomatis. Tidak
dianjurkan mengkonsumsi banyak garam
karena dapat menyebabkan edema tungkai
hingga generalisata dan dilarang mengkon-
sumsi garam hingga edema mereda.
131
064
Nephrolithiasis SKDI 3A
Urinary System – Krisna Lalwani
Non-medikamentosa
• Meningkatkan masukan cairan
• Masukan cairan terutama pada malam
hari akan meningkatkan aliran kemih
• Hindari masukan minuman bersoda le-
bih dari 1 liter per minggu
• Kurangi masukan protein (sebesar 1g/kg
berat badan/hari)
• Membatas masukan natrium. Diet natri-
um rendah (80-100 meq/hari)
• Masukan kalsium. Pembatasan masu-
kan kalsium tidak dianjurkan, karena pe-
nurunan kalsium intestinal bebas akan
menimbulkan peningkatan absorbsi ok-
salat oleh pencernaan
Edukasi
Diperlukan perawatan di rumah
sakit. Pengobatan rawat jalan meliputi
analgetik berupa NSAIDs.
133
065
Benign Prostate Hyperplasia (BPH) SKDI 2
Urinary System – Krisna Lalwani
134
Kriteria Diagnostik
• PSA > 4 mcg/ml = BPH
• PSA > 10 mcg/ml = Diduga keras
keganasan, maka protokol dilanjut-
kan dengan biopsi
Diagnosis Banding
• Keganasan Prostat
• ISK (Prostitis)
Medikamentosa
• Finasteride: 5-α-reduktase mence-
gah perubahan testosteron menjadi
DHT
• Tamsulosin: Alfa blocker mengu-
rangi kontraksi kelenjar prostat
Non-medikamentosa
• Kateter (untuk mengosongkan kan-
dung kemih akibat perasaan tidak
lampias)
Edukasi
Rujuk ke bagian urologi untuk pe-
nanganan lebih lanjut.
135
066
Acute Kidney Injury (AKI) SKDI 2
Urinary System – Krisna Lalwani
137
067
Keganasan Prostat SKDI 2
Urinary System – Krisna Lalwani
139
Lampiran 2. Pengelompokan stadium kanker prostat menurut AJCC
140
068
Gagal Ginjal Kronik SKDI 2
Urinary System – Krisna Lalwani
141
jal), pemeriksaan histologi, pencitra- digunakan untuk hipertensi diguna-
an, atau riwayat transplantasi ginjal kan untuk pencegahan komplikasi
Gangguan fungsi ginjal dengan laju filtrasi kardiovaskular.
glomerulus < 60mg/menit/1.73 m2.
R/ Captopril 25mg tab no. X
Diagnosis Banding S 3 dd tab I
• Gagal ginjal akut ------------------------------------(sign)
142
069
Diabetes Mellitus Tipe 2 SKDI 4
Endocrine System – Giovanni Reynaldo
143
• Pemeriksaan HbA1c >6,5% (ADA Edukasi
2012) Minum obat secara teratur, rajin
berolahraga, jaga pola makan dan hidup
Diagnosis Banding sehat serta hindari merokok dan konsumsi
• Latent Autoimmune Diabetes of alkohol.
Adult (LADA)
• KetoAsidosis Diabetes (KAD)
• Maturity Onset Diabetes of The
Young (MODY)
• Diabetes Mellitus Tipe-1
Medikamentosa
• Metformin (meningkatkan sensi-
tivitas terhadap insulin)
• Glibenclamid (Sulfonilurea - pemicu
sekresi insulin)
• Acarbose (penghambat Glukosidase
Alfa - bersama makan suapan
pertama)
Non-medikamentosa
• Perilaku hidup sehat
• Olahraga intensitas sedang minimal
150 menit/minggu
• Sesuaikan berat badan dengan
standar berat badan ideal menurut
Broca
144
070
Dislipidemia SKDI 4
Endocrine System – Giovanni Reynaldo
Medikamentosa
• Simvastatin (golongan statin, KI
pada penyakit hati aktif)
146
071
Kaki Diabetik SKDI 4
Endocrine System – Giovanni Reynaldo
149
072
Ketoasidosis Diabetikum SKDI 3B
Endocrine System – Giovanni Reynaldo
Tatalaksana KAD
Rujuk ke rumah sakit untuk
dilakukan rehidrasi serta pemberian insulin
sesuai dengan protokol yang berlaku.
Edukasi
Pasien segera dibawa kerumah sakit
untuk dilakukan penanganan lebih lanjut,
edukasi dilakukan kepada keluarga jika ting-
kat kesadaran pasien sudah tidak memung-
kinkan untuk dilakukan anamnesis dan edu-
kasi.
151
073
Addison’s Disease SKDI 3B
Endocrine System – Giovanni Reynaldo
Edukasi
Memberitahu pasien mengenai
perlunya terapi seumur hidup, dan
dimungkinkan untuk terjadinya peningkat-
an dosis, dianjurkan untuk tetap menjaga
Pemeriksaan Penunjang pola hidup sehat agar terhindar dari infeksi
• Kortisol Serum (<20mcg/dl) – dalam lainnya.
keadaan stress berat dan stelah
stimulasi ACTH
• Tes Adrenocorticotropic Hormone
(penyuntikan ACTH 250mcg IV, lalu
ambil serum kortisol 30-60 menit,
peningkatan dibawah 9mcg/dl dapat
di diagnosa insufisiensi adrenal)
• Kultur darah (infeksi merupakan
salah satu faktor etiologis krisis ad-
renal akut)
• Elektrolit (Asidosis Metabolik, Hi-
perkalemi, hiponatremi)
• EKG (Pemanjangan Interval QT, ge-
lombang T negative yang dalam)
• CT Scan (Perdarahan, atropi, gang-
guan infiltrasi, berkurangnya glan-
dula adrenal pada pasien autoimun,
pembesaran glandula pada pasien
infeksi)
• Hipoglikemi
• Peningkatan BUN dan kreatinin
(Hipovolemia dan penurunan Glo-
merular filtration rate)
153
074
Graves’ Disease / Diffuse Toxic Goiter SKDI 3A
Endocrine System – Giovanni Reynaldo
Diagnosis Banding
• Goiter Multinoduler toksik
• Pheochromocytoma (peningkatan
metabolisme tubuh)
• Anxiety Disorder
• TSH secreting tumor
• Silent Thyroiditis
• Carsinoma tiroid
Medikamentosa
• Propiltiourasil (golongan tionamid)
• Metimazol (golongan imidazol)
• Propanolol (beta-blocker)
155
075
Plummer Disease / Toxic Multinodular Goiter SKDI 3A
Endocrine System – Giovanni Reynaldo
Manifestasi Klinis
Manifestasi tirotoksikosis antara lain
berupa hiperaktivitas, iritabilitas, disforia, • Penurunan TSH (<0.34µIU/ml)
tidak tahan terhadap udara panas, berke- • Triiodotironin total - T3 ( >135ng/dl)
ringat berlebihan, palpitasi, lelah, penurun- • Tiroksin total - T4 (>11.7µg/dl)
an berat badan, diare, poliuria, oligomeno- • Peningkatan FT4 (>1.7ng/dl)
rea dan penurunan libido serta berbagai
• USG Tiroid
gejala sistemik lainnya.
• EKG
• Anti-Thyroid Peroxidase Antibodies/
Anamnesis
Anti-TPO antibody (Negatif)
• Sering berkeringat, badan terasa
• Pemeriksaan Scintigraphy
panas dan nyaman pada udara
dingin
156
mengalami relaps setelah pengoba-
tan obat antitiroid. Dikontraindika-
sikan pada ibu hamil dan menyusui).
Edukasi
Obat diminum secara teratur se-
hingga mendapatkan efek yang maksimal,
rajin berolahraga, jaga pola hidup sehat
hindari rokok, alkohol, dan kafein yang
dapat mengakibatkan peningkatan metabo-
lisme tubuh, dan jika keadaan memburuk
tolong kembali ke dokter untuk ditinjau
ulang.
Diagnosis Banding
• Graves’ Disease
• Nontoxic Goiter
• Carsinoma tiroid
• TSH secreting tumor
Medikamentosa
• Propiltiourasil (golongan tionamid)
• Metimazol (golongan imidazol)
• Propanolol (beta-blocker)
Non-medikamentosa
• Tindakan bedah (dipertimbangkan
pada pasien yang sudah menjalani
pengobatan dengan obat antitiroid
namun mengalami relaps).
• Terapi RadioIodin (untuk menghan-
curkan sel-sel tiroid secara progresif,
dapat dipertimbangkan sebagai te-
rapi lini pertama maupun sebagai
terapi lini kedua pada pasien yang
157
076
Tetanus SKDI 4
Ilmu Penyakit Saraf – Erick Thambrin
160
078
Migraine SKDI 4
Ilmu Penyakit Saraf – Erick Thambrin
R/ Sumatriptan 6 mg fl no. I
S i.m.m.
---------------------------------------(sign)
Non-medikamentosa
Kompres hangat atau kompres dingin, relak-
sasi, cognitive-behavioural therapy.
163
079
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) SKDI 4
Ilmu Penyakit Saraf – Elcha Leonard
164
• Labirinitis Akuta sisi kanan selama 10 detik kemudian
• Neuritis Vestibularis kembali dalam posisi tegak dan lakukan hal
yang sama dengan arah sebaliknya.
Protokol dan Algoritma Tatalaksana
Edukasi
Setelah dilakukan CRP (canalith
repositioning procedure) dapat terjadi
dizziness yang residual hingga 3 bulan perta-
ma. Beberapa ahli menganjurkan untuk pa-
sien tidur dengan elevasi menggunakan sa-
tu atau dua bantal atau tidak tidur disisi teli-
Medikamentosa nga yang diterapi, dan menghindari aktivi-
• Vestibular supresan dapat diberikan tas yang memerlukan gerakan mendongak,
sebagai upaya untuk meringankan geja- menunduk dan rotasi kepala (seperti bere-
la pasien namun tentunya bukan seba- nang gaya bebas) untuk mecegah adanya
gai terapi definitive atau terapi kausatif. debris yang kembali masuk ke area telinga
Vestibular supresan yang diberikan da- yang sensitif sebelum debris terabsorb.
pat berupa meclizine atau betahistin. Apabila terjadi keluhan yang makin mening-
kat setelah dilakukan CRP maka pasien ha-
R/ Meclizine hydrochloride tab 25 mg No. X rus kembali ke dokter.
S. 3 dd tab I
-------------------------------------------------- (sign) Prognosis
Prognosis setelah dilakukan CRP biasanya
Non-medikamentosa bagus. Remisi dapat terjadi spontan dalam
Brand-Daroft Manuever dimana 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak
pasien duduk tegak, miringkan kepala 45˚ terjadi. Dengan sekali pengobatan tingkat
ke kiri kemudian berbaring dengan cepat ke rekurensi sekitar 10-25%
165
080
Meningitis SKDI 4
Ilmu Penyakit Saraf – Elcha Leonard
168
081
Myasthenia Gravis SKDI 4
Ilmu Penyakit Saraf – Elcha Leonard
Medikamentosa
• Pyridostigmin (inhibitor kolinesterase)
• Prednisone (kortikosteroid)
• Siklosporin (alkilating agent) – untuk
kasus MG refrakter
170
082
Bell’s Palsy SKDI 4
Ilmu Penyakit Saraf – Erick Thambrin
Kriteria Diagnostik
Diagnosis dikatakan Bell’s palsy jika
memenuhi gejala klinis sebagai berikut:
• Onset tiba-tiba (biasanya pada malam
hari atau setelah bangun tidur)
• Kelemahan otot unilateral pada 24-72
jam pertama
• Baal atau nyeri (gangguan sensorik) di
sekitar telinga
• Penurunan taste lidah (ageusia)
• Hipersensitif terhadap suara
(hyperacusis karena stapedius palsy)
Medikamentosa
• Steroid prednison 60-80 mg/hari tablet Gambar 1. Bell’s palsy (kiri) dan stroke (kanan)
PO selama 1 minggu. Harus diberikan
dalam 72 jam pertama setelah onset.
Te-rapi dengan antivirus saja atau
dikombi-nasikan dengan steroid tidak
menunjuk-kan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan terapi hanya
dengan prednison.
172
083
Stroke Iskemik SKDI 3B
Ilmu Penyakit Saraf – Erick Thambrin
173
• Hipertensi: Labetalol atau nikardipin IV,
monitor hingga konstan 170-200 mmHg
• Enteric coated aspirin 325 mg/hari
dianjurkan dalam 48 jam pertama onset
stroke untuk menurunkan resiko se-
rangan stroke iskemik berulang.
• Warfarin (target INR 2.0-3.0) diberikan
Gambar 1. Infark besar right-middle cerebral artery. jika terdapat fibrilasi atrium & penyebab
(A) CT scan non kontras, (B) MRI diffusion-weighted.
kardioemboli lainnya.
Diagnosis Banding
R/ Aspirin tab salut enterik 81 mg No. X
• Stroke hemoragik (intraserebral)
S 2 dd tab I
• Kejang dengan postictal paralysis
------------------------------------------------------ (sign)
• Migrain dengan hemiparesis R/ Labetalol inj 4 cc 20 mg fl no. I
• Sinkop S i.m.m
• Hipoglikemi dan hiperglikemi ------------------------------------------------------ (sign)
• Hiperkalsemi R/ Warfarin tab 2 mg No. X
• Ensefalopati hipertensi S 1 dd tab I
• Gangguan konversi ------------------------------------------------------ (sign)
• Tumor intrakranial
• Epilepsi (Todd’s palsy) Non-medikamentosa
• Ensefalopati Wernicke’s • Endovaskular intervention, dilakukan
• Ensefalopati hepatikum pada pasien yang tidak memungkinkan
mendapat rtPA, pasien dengan terapi
Protokol dan Algoritma Tatalaksana rtPA namun gagal merekanalisasi arteri
Stroke terjadi secara akut, sehingga yang teroklusi. rtPA biasanya gagal
dibutuhkan penanganan yang cepat. Terapi merekanalisasi pada oklusi pembuluh
harus dilakukan sedini mungkin. Jaga airway darah besar (a. cerebri media, a. carotis
dan breathing. Cegah dan turunkan demam, interna, a. basilaris) karena terbentuk
monitor irama jantung selama 48 jam, bekuan darah yang besar.
pastikan tidak ada perdarahan, monitor • Setiap pasien stroke harus dirawat pada
kadar gula darah (<220 mg/dL), elektrolit, unit stroke atau unit penanganan inten-
tekanan darah (hanya diturunkan apabila sif. Apabila sudah stabil, harus sece-
sistol > 220 mmHg dan jika pasien akan patnya dilakukan rehabilitasi fisioterapi.
mendapat terapi rtPA) dan jaga agar pasien • Rujuk pasien ke dokter spesialis terkait
tidak dehidrasi.
Edukasi
Medikamentosa Berhenti merokok, kontrol tekanan
• rtPA IV (trombolisis) 0.9 mg/kg, maksi- darah/diabetes/hiperlipidemia, gunakan al-
mum 90 mg, 10% diberikan bolus dalam kohol sekadarnya/tidak sama sekali, olah-
1 menit, 90% diberikan dalam 1 jam. raga rutin, pertahankan pikiran positif, jaga
Diberikan saat onset stroke < 3 jam berat badan, obat antiplatelet, ACE inhibi-
(disetujui FDA). Tidak boleh dikombinasi tor/ARB, statin, terapi homosistinemia
dengan antitrombosis lain dalam 24 jam dengan vitamin B6, vitamin B12 dan asam
• Pertahankan volume cairan intravasku- folat, obat antikoagulan jika dicurigai stroke
lar: beri infus cairan isotonik. kardioemboli.
• Oedema otak berikan mannitol
174
084
Stroke Hemoragik SKDI 3B
Ilmu Penyakit Saraf – Erick Thambrin
Medikamentosa
Lorazepam (antikonvulsan, berda-
sarkan penelitian Randomized Controlled
Trials (RCT) Lorazepam 0,1 mg/kg merupa-
kan obat terbanyak yang berhasil menghen-
tikan kejang sebanyak 65 persen).
Edukasi
Pada pasien dengan dugaan status
epileptikus akibat epilepsi maka perlu die-
dukasikan kepada pasien untuk meminum
obat antikonvulsan secara teratur dan tidak
melakukan penghentian tiba-tiba.
179
086
Epilepsi SKDI 3A
Ilmu Penyakit Saraf – Elcha Leonard
181
pasien yang tidak sadar 20-30 menit terapi, maka OAE pertama dosisnya
setelah serangan kejang) diturunkan secara perlahan. Adapun
• Pemeriksaan darah lengkap, kadar penambahan OAE ketiga baru diberikan
elektrolit darah, glukosa darah, kalsium, setelah terbukti bangkitan tidak terkon-
magnesium, fungsi ginjal, tes toksiko- trol dengan pemberian OAE pertama
logi, fungsi hati dan kedua. Penghentian dilakukan seca-
• ABG (untuk menemukan abnormalitas ra bertahap.
pada keseimbangan asam basa)
Pada kejang bangkitan umum dan kejang
• CT Scan (pada pasien dengan dugaan
tidak terklasifikasikan dianjurkan untuk di-
lesi struktural)
berikan asam valproate dikarenakan
memiliki efek yang lebih baik dibandingkan
Kriteria Diagnostik
lamotrigin. Pada kasus kejang petit mal
• Serangan kejang berulang lebih dari 1 tidak boleh diberikan antikonvulsan karba-
kali tanpa provokasi dapat disertai de- mazepin atau gabapentine karena dapat
ngan atau tanpa gangguan kesadaran memicu serangan kejang berulang.
• Adanya abnormalitas EEG pada saat
serangan kejang (ictal) R/ Asam valproate tab 250 mg No. X
• Dapat mengalami aura yaitu suatu S. 1 dd tab I
sensasi tanda sebelum serangan epilep- --------------------------------------------- (sign)
si parsial (Aura dapat berupa perasaan
tidak enak, melihat sesuatu, men cium Non-medikamentosa
bau-bauan tak enak, mendengar suara Dilakukan terapi sosial dan reha-
gemuruh, mengecap sesuatu, sakit ke- bilitasi vokasional untuk memulihkan fungsi
pala dan sebagainya) kehidupan normal pasien karena pasien
umumnya takut jika terjadi kejang kembali.
Diagnosis Banding
• Psychogenic seizure / Non epsy seizure Edukasi
(NES) Pada pasien epilepsi perlu diedu-
• Hipokalsemia berat kasikan kepada pasien untuk meminum
obat antikonvulsan secara teratur dan tidak
Protokol dan Algoritma Tatalaksana melakukan penghentian tiba-tiba dan hin-
Tujuan utama dari terapi epilepsi dari hal-hal yang beresiko memicu serangan
adalah tercapainya kualitas hidup penderita epilepsi seperti olahraga dan aktivitas berat
yang optimal, dengan cara menghentikan berlebih.
bangkitan, mengurangi frekuensi bangkitan,
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Medikamentosa
• Antikonvulsan
Dimulai dengan monoterapi. Pemberian
obat dimulai dari dosis rendah dan
dinaikan secara bertahap sampai
dengan dosis efektif tercapai atau
timbul efek samping obat. Apabila de-
ngan penggunakan OAE dosis maksi-
mum tidak dapat mengontrol bangki-
tan, maka ditambahkan OAE kedua
dimana bila sudah mencapai dosis
182
087
Parkinson SKDI 3A
Ilmu Penyakit Saraf – Erick Thambrin
Kriteria Diagnostik
(TRAP): Tremor, Rigiditas, Akinesia
atau bradikinesia atau hipokinesia, serta
Postural instability.
Diatas 70 tahun
R/ levodopa 100 mg tab no. X
S 3 dd ac tab I
---------------------------------------------- (sign)
R/ carbidopa 25 mg tab no. X
S 3 dd ac tab I
---------------------------------------------- (sign)
R/ amantadine 100 mg tab no. X
185
088
Gangguan Somatoform SKDI 4
Behaviour Science – Budiman Atmaja
186
Etiologi dan Faktor Risiko Gangguan b. Tidak mau menerima nasehat atau
Hipokondiasis dukungan penjelasan dari dokter
• Toleransi yang lebih rendah terhadap bahwa tidak ditemukan penyakit
ketidaknyamanan fisik atau abnormalitas fisik yang melan-
• Permintaan masuk dalam kondisi sakit dasi keluhan-keluhannya.
karena menghadapi masalah yang tam-
paknya tidak dapat diselesaikan. Diagnosis Banding Gangguan
• Karena kekecewaan, penolakan, dan Hipokondriasis
kehilangan membuat pasien mengeks- Sama seperti gangguan somatisasi.
presikan kemarahan dengan meminta
tolong orang lain lalu menolaknya.
Protokol dan Algoritma Tatalaksana Soma-
Epidemiologi Gangguan Hipokondriasis toform
Prevalensi 6 bulan hipokondriasis Penggabungan pendekatan psikote-
sebanyak 4-6% di populasi klinik medis rapeutik dan farmakoterapeutik.
umum, tetapi mungkin dapat setinggi 15%.
Laki-laki dan perempuan jumlahnya setara. Medikamentosa Somatoform
Lazim timbul di usia 20-30 tahun. • Fluoxetin (Antidepresan golongan
SSRI)
Patofisiologi Gangguan Hipokondriasis • Sertralin (Antidepresan golongan
Sama seperti gangguan somatisasi SSRI)
187
089
Insomnia Non-organik SKDI 4
Behaviour Science – Budiman Atmaja
Diagnosis Banding
• Epilepsi dan psikosis yang diinduksi
oleh obat-obatan
• Keadaan paranoid involusional
• Paranoia
Medikamentosa
• Haloperidol (Antipsikotik potensi
tinggi)
• Rizperidone (Antipsikotik potensi
rendah)
• Quetiapine (Antipsikotik potensi
rendah)
Non-medikamentosa
• Rawat inap
• Pelatihan keterampilan sosial
• Terapi berorientasi keluarga: me-
ngurangi masalah pasien di dalam
keluarga. Susun strategi mengatasi
masalah bersama keluarga.
Edukasi
Minta minum obat dengan teratur,
minta keluarga mendampingi pasien dan
membuat situasi stress pasien berkurang.
191
091
Gangguan Mood (Manik dan Depresi) SKDI 3A
Behaviour Science – Budiman Atmaja
193
• Ditambah sekurang-kurangnya 2 ga, kecuali pada taraf yang sangat
dari gejala lainnya (a sampai g). terbatas.
• Tidak boleh ada gejala berat
diantaranya. Kriteria Diagnostik Depresi Berat dengan
• Lamanya seluruh episode berlang- Gejala Psikotik (PPDGJ III)
sung sekurang-kurangnya sekitar 2 • Episode depresi berat yang
minggu. memenuhi kriteria diatas
• Hanya sedikit kesulitan dalam pe- • Disertai waham, halusinasi, atau
kerjaan dan kegiatan sosial yang stupor depresif. Waham biasanya
biasa dilakukannya. melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan, atau malapetaka yang
Kriteria Diagnostik mengancam, dan pasien merasa
Depresi Sedang (PPDGJ III) bertanggung jawab atas hal itu.
• Sekurang-kurangnya harus ada 2 Halusinasi auditorik atau olfatorik
dari 3 gejala utama depresi seperti biasanya berupa suara yang
tersebut diatas. menghina atau menuduh, atau bau
• Ditambah sekurang-kurangnya 3 kotoran atau daging membusuk.
(dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya.
• Lamanya seluruh episode Diagnosis Banding Depresi
berlangsung sekurang-kurangnya • Gangguan afektif bipolar episode
sekitar 2 minggu. kini depresi
• Menghadapi kesulitan nyata untuk • Skizofrenia
meneruskan kegiatan sosial, peker- • Gangguan somatoform
jaan, dan urusan rumah tangga.
Protokol dan Algoritma Tatalaksana
Kriteria Diagnostik Depresi Berat tanpa Depresi
Gejala Psikotik (PPDGJ III) Sama seperti manik
• 3 gejala utama depresi harus ada.
• Ditambah sekurang-kurangnya 4 da- Medimamentosa
ri gejala lainnya, dan beberapa dian- • Fluoxetin (Antidepresan golongan
taranya harus berintensitas berat. SSRI)
• Bila ada gejala penting (misalnya • Sertralin (Antidepresan golongan
agitasi atau retardasi psikomotor) SSRI)
yang mencolok, maka pasien mung-
kin tidak mau atau tidak mampu R/ Fluoxetin tab 20 mg No. X
untuk melaporkan banyak gejalanya S 1 dd tab I o.n.
secara rinci. ------------------------------------------- (sign)
• Episode depresif biasanya harus R/ Sertralin tab 50 mg No. X
berlangsung sekurang-kurangnya 2 S 1 dd tab I o.n.
minggu, akan tetapi jika gejala amat ------------------------------------------- (sign)
berat dan beronset sangat cepat, *note: Pilih salah satu obat apabila terda-
maka masih dibenarkan untuk me- pat dua obat pada satu golongan yang sama
negakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu. Non-medikamentosa
• Sangat tidak mungkin pasien akan Sama seperti manik
mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tang- Edukasi
Sama seperti manik
194
092
Gangguan Bipolar SKDI 3A
Behaviour Science – Budiman Atmaja
195
093
Gangguan Cemas Menyeluruh SKDI 3A
Behaviour Science – Budiman Atmaja
Medikamentosa
• Clobazam (Antiansietas golongan
benzodiazepine)
• Sertralin (Antidepresan golongan
SSRI)
• Diazepam(Antiansietas golongan
benzodiazepine)
Non-medikamentosa
• Relaksasi
Edukasi
Relaksasikan diri, minta dukungan
keluarga dan orang sekitar, berikan nasehat
sesuaikan dengan stressor.
197
094
Gangguan Cemas Panik SKDI 3A
Behaviour Science – Budiman Atmaja
Non-medikamentosa
• Terapi perilaku dan kognitif: ins-
truksi mengenai keyakinan salah pa-
sien dan informasi mengenai se-
rangan panik.
• Relaksasi
• Latihan Pernapasan (mengendalikan
hiperventilasi)
Edukasi
Relaksasikan diri, minta dukungan
keluarga dan orang sekitar, berikan nasehat
sesuaikan dengan stressor.
199
095
Gangguan Stres Pasca Trauma SKDI 3A
Behaviour Science – Budiman Atmaja
200
096
Otitis Media Akut SKDI 4
Sistem Indra (THT) – Yoshua
201
Stadium Supurasi: Dekongestan, Antibiotik, • Timpanosentesis (pungsi pada mem-
Analgesik, Miringotomi (tidak dilakukan jika bran timpani untuk memperoleh
antibiotik sudah adekuat) sekret yang akan dipakai dalam
Stadium Perforasi: Obat cuci telinga H2O2 pemeriksaan mikrobiologi)
3% selama 3-5 hari, Antibiotik 7-10 hari Indikasi: keadaan klinis buruk,
hingga membran timpani menutup otalgia hebat, tidak respon terhadap
Stadium Resolusi: Antibiotik hingga 3 antibiotik, terdapat komplikasi su-
minggu puratif, pasien immunocompromise
Medikamentosa Edukasi
• Pseudoephedrine (Dekongestan – • Menjaga kebersihan telinga dengan
membuka kembali tuba untuk cara mencuci telinga dengan obat
menghilangkan tekanan negatif) yang diberikan
• Amoksisilin (Antibiotik - eradikasi • Istirahat yang cukup
kuman, drug of choice, bisa ditam- • Hindari bepergian dengan pesawat
bah asam klavulanat) terbang untuk sementara
• Lignocaine (Analgesik/Anestesi lokal
- mengurangi rasa nyeri)
• H2O2 3% (Obat cuci telinga)
Non-medikamentosa
• Miringotomi (insisi pars tensa
membran timpani kuadran posterior
inferior memakai pisau khusus kecil
dan steril dengan bius umum dan
mikroskop, untuk drainase sekret
dan mempercepat penutupan luka
insisi)
Indikasi: komplikasi OMA berat,
keadaan klinis buruk, tidak respons
dengan antibiotik, pasien immuno-
compromise
202
097
Otitis Eksterna Akut SKDI 4
Sistem Indra (THT) – Yoshua Sardjiman
Medikamentosa
• Otozambon (Polymyxin B sulfate
10.000 IU + Neomycin sulfate 3390
IU + Betamethasone 1mg + Lidoca-
ine HCl 40mg)
• Ungu Gentian (Antiseptik -
digunakan untuk membersihkan
telinga)
Non-medikamentosa
• Debridement liang telinga
• Insisi dan drainase furunkel
Edukasi
• Menjaga kebersihan telinga dengan
cara mencuci telinga dengan obat
yang diberikan
• Istirahat yang cukup
• Hindari bepergian dengan pesawat
terbang untuk sementara
• Mengurangi aktivitas berenang
untuk sementara
204
098
Rhinosinusitis SKDI 4
Sistem Indra (THT) – Yoshua Sardjiman
205
• Tidak membaik setelah 5 hari dan minggu. Jika ada perbaikan, lanjutkan
persisten >10 hari: Rhinosinusitis terapi. jika tidak ada perbaikan, sebaiknya
non-viral akut (Rhinosinusitis bakte- pasien dirujuk ke dokter spesialis THT.
rialis akut)
• Durasi <12 minggu: Rhinosinusitis Medikamentosa
akut (2 gejala mayor / 1 gejala mayor • Pseudoephedrine (Dekongestan –
+ >2 gejala minor) mempersempit pembuluh darah
Gejala mayor: ingus purulen, post nasal)
nasal drip purulen, batuk • Flutikason propionat
Gejala minor: sakit kepala, nyeri (Kortikosteroid - meredakan reaksi
wajah, halitosis, demam, edema radang)
periorbita, nyeri gigi, nyeri telinga, • Amoksisilin (Antibiotik - eradikasi
nyeri tenggorok, wheezing kuman, drug of choice, bisa
• Durasi >12 minggu: Rhinosinusitis ditambah asam klavulanat)
kronis (>2gejala mayor / 1 gejala
mayor + 2 gejala minor) R/ Pseudoephedrine oral drops 75mg/0.8mL fl 10mL No. I
Gejala mayor: nyeri wajah, kongesti S 3 dd gtt nasal XVI
nasal/obstruksi nasal, ingus purulen, ---------------------------------------------------(sign)
hiposmia/anosmia, batuk R/ Flutikason propionat nasal spray 50mcg/dose fl No. I
Gejala minor: nyeri kepala, demam, S 1 dd nasal spray II
halitosis, nyeri gigi, gangguan pada ---------------------------------------------------(sign)
telinga R/ Amoksisilin tab 500mg No. XXX
S 3 dd tab I
Diagnosis Banding ---------------------------------------------------(sign)
• Influenza R/ Amoxiclav tab 625mg No. XXX
• Benda asing pada hidung S 3 dd tab I
• Sinonasal polyposis ---------------------------------------------------(sign)
• Abses gigi
Non-medikamentosa
Protokol dan Algoritma Tatalaksana • Rujukan ke dokter spesialis THT
1. Common Cold: diberikan pengobatan
simptomatis berupa dekongestan selama Edukasi
14 hari. Bila tidak ada perbaikan, sebaiknya • Memakai masker saat pergi keluar
pasien dirujuk ke dokter spesialis THT. rumah
2. Rhinosinusitis akut non-viral: Gejala • Mengatur suhu ruangan agar tidak
sedang (tanpa demam >38oC dan nyeri terlalu dingin
hebat) diberikan steroid inhalasi untuk • Mengurangi aktivitas berenang
meredakan gejala akut. Gejala berat untuk sementara
diberikan steroid inhalasi ditambah dengan • Istirahat yang cukup
antibiotik Amoksisilin. Jika ada perbaikan
dalam 48 jam, terapi dilanjutkan hingga 7-
14 hari. Namun bila tidak ada perbaikan
setelah 14 hari, sebaiknya pasien dirujuk ke
dokter spesialis THT.
3. Rhinosinusitis kronis: Jika endoskopi tidak
tersedia, diberikan steroid inhalasi, obat
cuci hidung (NaCl 0.9%) dan antihistamin
jika alergi. Terapi dievaluasi selama 4
206
099
Epistaksis SKDI 4
Sistem Indra (THT) – Yoshua Sardjiman
207
Protokol dan Algoritma Tatalaksana • Jika masih terdapat perdarahan,
1. Epistaksis Anterior tambahkan tampon anterior ke
• Pasien duduk tegak condong ke cavum nasi
depan, posisi kepala terangkat te- • Kedua benang yang sudah keluar di
tapi tidak hiperekstensi untuk men- hidung diikat pada sebuah gulungan
cegah aspirasi kain kasa di depan nares anterior
• Lakukan penekanan langsung • Seutas benang yang keluar dari
dengan jari pada kedua cuping mulut diikat secara longgar pada pipi
hidung ke arah septum (lokasi Plexus pasien. Setelah 2-3 hari, tampon
Kiesselbach) selama 10-15 menit ditarik keluar melalui benang ini
• Bila perdarahan masih berlanjut, • Jika perdarahan berat, dapat digu-
pasang tampon adrenaline yang nakan dua kateter masing-masing di
dibuat dengan kassa steril yang cavum nasi kanan dan kiri. Epistaksis
diteteskan dengan epinefrin 0.5% posterior dapat mengakibatkan per-
1:10.000 ditambah lidokain 2% darahan masif, bahkan hingga syok
sebanyak 1-2 buah selama 10-15 hipovolemik bila tidak ditangani
menit segera
• Bila perdarahan masih berlanjut,
pertimbangkan prosedur kauterisasi Edukasi
dengan AgNO3 25-30% atau Agar epistaksis tidak terulang
elektrokauter kembali, pasien diberitahu agar tidak meng-
• Bila perdarahan masih berlanjut, goyang-goyangkan atau menggosok hidung
pasang tampon anterior sebanyak 2- dan tetap menjaga letak kepala agar lebih
4 buah dengan pelumas vaselin atau tinggi dari jantung.
salep antibiotik selama 2x24 jam
sambil melakukan pemeriksaan
penunjang untuk mencari penyebab
epistaksis
2. Epistaksis Posterior
• Pada epistaksis posterior dilakukan
pemasangan tampon Bellocq.
Tampon ini dipakai apabila tampon
anterior tidak dapat menghentikan
perdarahan. Kontraindikasi pemasa-
ngan tampon Bellocq adalah adanya
trauma wajah
• Pada perdarahan satu sisi, masuk-
kan tampon ke lubang hidung hingga
tampak orofaring lalu tarik keluar
mulut. Pada ujung kateter di mulut,
ikatkan dua utas benang tampon
Bellocq. Tarik kembali kateter mela-
lui hidung hingga dua utas benang
tersebut tampak dan dapat ditarik.
• Dorong tampon dengan bantuan jari
telunjuk agar dapat melewati pala-
tum mole ke nasofaring
208
100
Laringitis SKDI 4
Sistem Indra (THT) – Yoshua Sardjiman
Edukasi
• Istirahatkan pita suara selama 2-3
hari
• Hindari berbisik karena menyebab-
kan hiperfungsi laring
• Hindari merokok, makanan pedas,
minum es
210
101
Faringitis SKDI 4
Sistem Indra (THT) – Yoshua Sardjiman
Medikamentosa
• Amoksisilin (antibiotik - efektif,
aman, spektrum sempit, dan harga
murah)
• Cefadroxil (antibiotik Cephalosporin
generasi I - digunakan apabila pasien
alergi golongan penisilin)
• Nistatin (antifungal - digunakan
untuk Faringitis Fungal)
• Ibuprofen (analgesik + antipiretik -
simptomatik mengurangi rasa nyeri
dan menurunkan demam)
Non-medikamentosa
• Kompres dingin di leher dapat
membantu mengurangi nyeri
212
102
Tonsilitis SKDI 4
Sistem Indra (THT) – Yoshua Sardjiman
213
• Dexamethasone (kortikosteroid -
simptomatik meredakan inflamasi)
Non-medikamentosa
• Obat kumur untuk menjaga higieni-
tas mulut
• Hidrasi dan asupan kalori yang
adekuat
Edukasi
• Istirahat yang cukup dan minum air
yang banyak
• Hindari makanan pedas dan goreng-
gorengan
• Jaga kebersihan mulut
214
103
Konjungtivitis SKDI 4
Sistem Indra (Mata) – Eiffel
216
104
Hordeolum SKDI 4
Sistem Indra (Mata) – Eiffel
Anamnesis Edukasi
• Anamnesis mata lengkap Jaga kebersihan tangan,jangan me-
• Benjolan? Nyeri? Sejak kapan? ngucek mata. Pemberian salep antibiotik di-
• Merah? Penurunan visus? lakukan setiap 3 jam. Apabila tidak ada per-
• Bengkak/tidak? Sekret/tidak? baikan selama 2 hari, datang ke dokter
• Berair/tidak? Riwayat trauma? kembali.
Pemeriksaan Fisik
• PF mata lengkap
• Bengkak pada kelopak
• Bisa menonjol ke kulit atau kon-
jungtiva (hordeolum interna)
• Menonjol kearah kulit (hordeolum
eksterna)
Pemeriksaan Penunjang
• Kultur pus (biasanya S.aureus)
217
105
Gangguan Refraksi SKDI 4
Sistem Indra (Mata) – Alfonso Tjakra
219
106
Glaukoma Akut SKDI 3B
Sistem Indra (Mata) – Eiffel
Pemeriksaan Fisik
• PF mata lengkap
• Pemeriksaan lapang pandang
• Penilaian diskus optikus
• Funduskopi
• Tonometri digital
Pemeriksaan Penunjang
• Tes provokasi steroid
• Tes provokasi air minum
• Gonioskopi
• Shallow Test
220
Diagnosis Banding S 3 dd tab I
• Iritis Akut -----------------------------------(sign)
• Konjungtivitis Akut *note: Dianggap mata yang terkena serang-
an adalah mata kanan
Protokol dan Algoritma Tatalaksana
Tatalaksana Awal Non-medikamentosa
Pasien diposisikan pada posisi supi- Terapi bedah seperti gonioplasti
nasi untuk menarik lensa tertarik oleh gravi- atau pembedahan insisional pada sinekie
tasi menuju posterior. Kemudian berikan a- anterior periferal.
setazolamid 500mg IV apabila TIO>50 mm-
Hg atau oral apabila <50 mmHg. Apabila di- Edukasi
berikan IV dapat diadisi dengan oral. Alter- Minum obat sesuai ketentuan, da-
natif obat lain yang dapat diberikan adalah tang ke dokter kembali apabila tidak ada
mannitol 20% 1-2 g/KgBB. Berikan apraklo- perbaikan, nyeri bertambah dan penurunan
nidin 1%, timolol 0.5%, prednison 1% atau visus ulangan.
deksametason 0.1% pada mata yang meng-
alami serangan. Pilokarpin 2-4% satu tetes
diberikan pada mata yang mengalami se-
rangan, diulangi setelah setengah jam dan
satu tetes pilokarpin 1% sebagai profilaksis
pada mata kontralateral. Serta diberikan a-
nalgesik dan antiemetik.
Tatalaksana Lanjutan
• Pilokarpin 2% (agonis parasimpatik)
4 kali/hari pada mata yang sakit dan
1% 4 kali/hari pada mata yang sehat
• Prednisolon 1% (steroid topikal) 4
kali/hari apabila mata mengalami
peradangan akut
• Timolol 0.5% (beta-bloker topikal) 2
kali/hari dan/atau asetazolamid (di-
uretik karbonik anhidrase inhibitor)
250mg 4 kali/hari mungkin dibutuh-
kan sesuai respons terapi.
R/ Pilokarpin ED 2 % fl no I
S 4 dd gtt I OD
-----------------------------------(sign)
R/ Pilokarpin ED 1 % fl no I
S 4 dd gtt I OS
-----------------------------------(sign)
R/ Prednisolon ED 1% 10 ml fl no I
S 4 dd gtt I OD
-----------------------------------(sign)
R/ Timolol ED 0.5% 10 ml fl no I
S 2 dd gtt I OD
-----------------------------------(sign)
R/ Asetazolamid tab 250 mg no X
221
107
Chalazion SKDI 3A
Sistem Indra (Mata) – Eiffel
Diagnosis Banding
• Hordeolum
• Blefaritis
Medikamentosa
Manifestasi Klinis
• Erythromicin (antibiotika golongan
Gejala berupa benjolan pada kelopak,
makrolid dan efektif baik untuk
tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan
kuman gram (+) dan (-) berkaitan
adanya pseudoptosis. Awalnya dapat
dengan ribosom 50s bakteri dan
berupa radang ringan disertai nyeri tekan
menghalangi translokasi molekul
yang mirip hordeolum dibedakan dari
peptidil-tRNA)
222
• Triamsinolon (golongan kortikoste-
roid bekerja menghambat migrasi
leukosit polimorfonuklear dan me-
nurunkan permeabilitas pembuluh
darah kapiler,sehingga menekan re-
aksi radang)
Algoritma Tatalaksana
Penyuntikan steroid intralesi untuk
lesi kecil (dipastikan jika tidak ada infeksi);
tindakan ini dikombinasikan dengan tinda-
kan bedah pada kasus-kasus yang sulit. In-
jeksi 0,2 – 2 ml triamsinolon 5 mg/ml secara
langsung ke pusat kalazion, injeksi kedua
mungkin diperlukan.
Non-medikamentosa
• Kompres air hangat 15 menit (4 x
sehari)! konservatif
• Eksisi bedah
Edukasi
Jaga kebersihan tangan. Rujuk untuk
melakukan eksisi bedah apabila tidak ada
perbaikan (biasanya lebih dari 50% mem-
baik pada pengobatan konservatif).
223
108
Keratitis SKDI 3A
Sistem Indra (Mata) – Eiffel
Diagnosis Banding
• Konjungtivitis
• Uveitis
• Keratokonjungtivitis
Lampiran 1. Gejala klinis terkait etiologi
224
Jenis Keratitis Infektif
Gejala Klinis Subjektif
Bakterial Herpes Viral Zoster Viral Fungal Akantamuba
Lensa kontak
Kelelahan fisik
Anamnesa riwayat Gejala lunak dan tidak
Trauma dan gangguan Steroid lama
khas berulang respon dengan
nutrisi
terapi
Lensa kontak
Anamnesa riwayat Trauma lama tidak dicuci,
Ada atau tidak + +
trauma tambahan dipakai lama dan
higienitas buruk
Masa inkubasi 1 minggu 1-2 minggu 4-14 hari 5-20 hari 1 minggu
Kronis, rekuren
Akut, tidak
Sifat infeksi Akut Akut rekuren Kronis dan sering
rekuren
eksaserbasi
Vesikula Lelah, nyeri
Fase prodromal - - -
palpebra dematom
Lengket,
Lengket Lengket
Sekret kelopak Cair serosa Cair serosa
mukopurulen mukopurulen
menempel
Sedang hingga Berat hingga
Rasa nyeri pada mata Kurang Kurang Sangat berat
berat sangat berat
225
109
Katarak SKDI 2
Sistem Indra (Mata) – Giovanni Reynaldo
Pemeriksaan Penunjang
• Gula Darah Sewaktu (mencari pe-
nyebab katarak)
• Pemeriksaan slit lamp
Diagnosis Banding
• Katarak matur / Imatur
• Katarak Traumatik
• Katarak Komplikata
Note: Kekeruhan pada lensa
• Glaukoma (jika visus menurun de-
ditunjukan pada gambar
ngan cepat)
Tatalaksana Penyakit
Penatalaksanaan Utama melalui tindakan
bedah:
1. Ekstraksi Katarak IntraKapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan
seluruh lensa bersama kapsul, pembe-
dahan ini dikontraindikasikan pada pasi-
en usia dibawah 40 tahun dan sudah ja-
rang digunakan karena mengakibatkan
beberapa penyulit.
2. Phacoemulsification
Pada teknik pembedahan ini lensa mata
tidak dikeluarkan secara utuh tetapi
dihancurkan terlebih dahulu dengan
gelombang ultrasound, luka yang ditim-
bulkan juga sangat kecil sehingga meto- Teknik melakukan phacoemulsification
de ini yang paling banyak digunakan dilanjutkan dengan implantasi
saat ini. lensa intraokular
Edukasi
Segera datang ke tempat yg telah
diberikan sesuai dengan surat rujukan ke
dokter spesialis mata untuk dilakukan tin-
dakan bedah.
227