Retorika 8
Retorika 8
Disusun Oleh
Kelompok 8
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang paling utama pujian serta rasa syukur kita panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang senantiasa memberikan rahmat serta ampunanya untuk kita semua. Shawalat
beriring salam tak lupa kita junjungkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, semoga
senantiasa diberikan syafaat di yaumul hisab nantinya. Ucapan rasa terima kasih kepada segala
pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah kelompok ini dengan judul
“Pembinaan Teknik Berbicara serta Membina Mental Pribadi Sebelum Berpidato” untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Public Relation.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 3
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 4
C. TUJUAN ..................................................................................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 5
1. DEFINISI DAN LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN TEKNIK BERBICARA
SEBELUM BERPIDATO ........................................................................................................... 5
2. HAMBATAN DALAM TEKNIK PEMBICARAAN BERBICARA SEBELUM
BERPIDATO DAN CARA MENGATASINYA DAN CARA MEGATASINYA ................... 8
3. DEFINISI DAN LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN MENTAL PRIBADI SEBELUM
BERPIDATO DAN CARA MENGATASINYA ..................................................................... 10
4. HAMBATAN DAN MEMPERSIAPKAN MENTAL PRIBADI SEBELUM BERPIDATO
DAN CARA MENGATASINYA ............................................................................................. 12
BAB III ..................................................................................................................................... 15
KESIMPULAN......................................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 15
B. SARAN ..................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan berkomunikasi yang sangat
mendasar yang dimiliki oleh manusia. Sejak lahir manusia sudah berkomunikasi
dengan cara menangis saat bayi, selanjutnya kemampuan berkomunikasinya semakin
meningkat seiring dengan waktu. Sebagian besar komunikasi yang dilakukan oleh
manusia berupa komunikasi secara lisan, salah satunya dengan retorika.
Dalam retorika kita bisa mengaplikasikannya dalam kegiatan berbicara di depan
umum atau dengan kegiatan berpidato. Sebagian kita pasti akan panik dan cemas serta
campur aduk terhadap mental pribadi manakala diharuskan untuk berbicara di depan
public atau keramaian yang sudah tentu ada di luar zona nyaman kita. Makalah ini
mencoba menjembatani masalah tersebut dengan menghadirkan definisi serta langkah-
langkah yang mudah agar kita tidak lagi gugup dan nervous ketika berada di atas
panggung atau podium. Makalah ini secara garis besar membantu kita untuk: Bisa
membina mental pribadi dengan standar tingkat formalitas sebuah acara di mana kita
berbicara, Menghilangkan dan melenyapkan rasa gugup kita, Bagaimana bisa
mengontrol mental pribadi dan Mengetahui apa-apa saja yang harus dipersiapkan
sebelum berbicara di depan umum.
Pada dasarnya ketika kita harus tampil di depan umum, maka sepatutnya kita bisa
mempersiapkan diri kita terlebih dahulu, agar audiens pun juga merasa nyaman dengan
apa yang kita sampaikan. Terutama jika mental pribadi bisa di atur dengan baik, maka
suasa kegiatan yang sedang di isi bisa berjalan dengan rasa aman serta nyaman.
3
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Bagi sebagian orang mungkin berpendapat bahwa berbicara itu mudah dan tidak
memerlukan proses. Namun, berbeda pada posisi resmi dengan berbicara di depan banyak
orang seperti pidato, memberikan sambutan, bercerita, dan sebagainya. Berbicara di depan
banyak orang dengan kondisi yang resmi diperlukan proses belajar agar memiliki keterampilan
berbicara yang baik. “To enunciate well, perform professionally, and satisfy an audience, one
should become familiar with the elements of communication and use them in one's
presentations”. Maksudnya bahwa untuk mengucapkan dengan baik, tampil secara profesional,
dan memuaskan audiens, orang harus terbiasa dengan unsur-unsur komunikasi dan
menggunakannya dalam presentasi seseorang. (Parvis, Leo F, 2001).
5
Sedangkan menurut Tarigan (1986:15) berbicara merupakan kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, yang dibuktikan dalam [CITATION wul16 \ l
1057 ]. “Speaking is the uniquely human act or process of sharing and exchanging information,
ideas, and emotions using oral language” (Fisher&Frey, 2007:16). “Maksudnya adalah
berbicara merupakan tindakan atau proses manusia yang unik untuk6 berbagi dan bertukar
informasi, ide, dan emosi menggunakan bahasa lisan (Fisher & Frey, 2007: 16).
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud bisa berupa
gagasan, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain, dibuktikan dalam (Saddhono & Slamet,
2012). Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak
latihan (Tarigan, 2008). Kemampuan berbicara ini dilatih dengan tujuan untuk mempermudah
memahami maksud yang disampaikan oleh orang lain dalam berkomunikasi. Kemampuan
berbicara tidak diperoleh dengan sendirinya. Kemampuan ini dikembangkan lewat jalur
sekolah, melalui program yang direncakan secara khusus dan latihan-latihan.
Di era sekarang bahasa menjadi faktor penting dalam berkomunikasi. (Rondiyah dkk.
2017). Berdasarkan beberapa pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa berbicara
lebih daripada sekadar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan suatu alat
untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. Sintesis : Berbicara adalah salah satu cara
yang digunakan manusia untuk menyampaikan sesuatu berupa pikiran,perasaan maupun
6
gagasan secara langsung kepada orang lain agar orang lain dapat mengerti apa yang
dimaksudkan
(1) Kemampuan pembicara Pembicara yang baik dituntut memiliki kemampuan sebagai
berikut ini.
a. Menguasai materi pembicaraan secara luas dan mendalam Penguasaan materi dengan
baik merupakan modal utama kesuksesan dalam berbicara. Pembicara yang memiliki
penguasaan materi dengan baik minimal akan menghilangkan rasa gugup dan akan
membangkitkan sikap tenang, wajar, dan percaya diri.
b. Mampu mengungkapkan materi pembicaraan secara sistematis, jelas, dan lancar
Kejelasan, kesistematisan, dan kelancaran pengungkapan materi pembicaraan akan
memudahkan pendengar menangkap informasi yang disampaikan oleh pembicara.
a. Volume dan variasi suara Volume dan suara yang bervariasi di samping akan membantu
kejelasan materi yang disampaikan juga akan membantu konsentrasi dan perhatian agar
pendengar tidak bosan. Volume suara perlu disesuaikan dengan situasi, tempat, dan
jumlah pendengar.
b. Percaya diri (sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku) Kecakapan ini akan
memberikan kesan pertama yang sangat penting untuk menjamin adanya
kesinambungan perhatian pendengar. Dari sikap yang
c. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara Pandangan perlu memperoleh
perhatian dari pembicara agar pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam
kegiatan berbicara. Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah, akan menyebabkan
pendengar merasa kurang diperhatikan.
d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat Gerak-gerik dan mimik yang tepat di samping dapat
menghidupkan komunikasi, juga dapat membantu pendengar terhadap kejelasan pesan
yang disampaikan oleh pembicara.
(3) Keterampilan pembicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
7
a. Ketepatan intonasi dan ucapan Ketepatan penggunaan intonasi dan ucapan dalam
proses berbicara, akan membantu kejelasan pembicaraan. Sebaliknya, intonasi dan
pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, di samping dapat mengalihkan perhatian
pendengar juga akan menimbulkan kebosanan dan kurang menariknya informasi yang
disampaikan.
b. Ketepatan dan kesesuaian pilihan kata (diksi) Pembicara hendaknya terampil memilih
kata sesuai dengan materi pembicaraan dan karakteristik pendengarnya. Pilihan kata
hendaknya tepat, bervariasi, dan mudah dimengerti oleh pendengar.
c. Ketepatan struktur kalimat Ketepatan penggunaan struktur kalimat akan menghasilkan
kalimat yang efektif dan komunikatif. Sebuah kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan
mana subjek dan mana predikat, serta bagaimana kaitan subjek dan predikat,
kemungkinan besar informasi yang disampaikan tidak jelas.
d. Kelogisan penalaran. Kelogisan penalaran berkaitan dengan hubungan bagian-bagian
dalam kalimat, hubungan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain harus masuk akal
dan relevan dengan pokok pembicaraan.1
1
Dr. Asna Entelu, M.Hum. Aneka Teknik Keterampilan Berbicara Ragam Dialogis.
8
b. Telapak tangan atau punggung berkeringat, gejala inipun bersifat mendadak, karena
kecemasan yang dirasakanya mulai menguasai diri individu tersebut.
c. Nafas terengah-engah gejala ini seperti orang yang telah melakukan lari jarak jauh atau
jarak dekat sehingga nafasnya tidak menentu.
d. Mulut kering, dan sukar menelan yang berarti gejala ini seakan-akan tenggorokan kering
sehingga susah untuk menelan.
e. Ketegangan otot dada, tangan, leher, dan kaki ialah seseorang yang mengalami gejala ini,
mencoba meregangkan ototnya. Contoh ketika tangan mengalami ketegangan, mencoba
mengepalkan tangan untuk meregangkan otot tersebut.
f. Tangan atau kaki bergetar dilihat ketika seseorang sedang berpidato dan memegang mic,
apabila mengalami kecemasan akan bergetar
g. Suara bergetar dan parau gejala ini berkaitan dengan point diatas, ketika memegang mic
saja sudah gemetar maka ketika mengalami kecemasan suara pun bergetar seolah orang
yang gugup
h. Berbicara cepat dan tidak jelas, biasanya berpidato seperti orang yang membaca teks
dengan ritme yang cepat dan menjadikan outputsuara yang tidak jelas
i. Tidak sanggup mendengar atau konsentrasi, karena konsentrasi yang terlalu tinggi
menjadikan seseorang itu tidak mampu mendengar suara kanan dan kiri. Kecemasan ini,
karena terfokusnya seseorang itu pada pidato
j. Lupa atau ingatan hilang ialah ketika sudah berada diatas mimbar, karena mengalami
kecemasan komunikasi maka apa yang ada pada memori otak kecil kita tiba-tiba hilang
Kecemasan dalam suatu hal merupakan kebiasaan yang wajar bahkan tidak perlu
dihilangkan karena pada sejatinya rasa emosional cemas itu ialah rasa original yang ada pada
diri manusia. Sebab-sebab kecemasan komunikasi dapat dilacak pada tiga hal, yakni kurangnya
pengetahuan tentang retorika, tidak ada pengalaman dalam berpidato, dan sedikit atau tidak
ada persiapan.2 Berbicara di depan umum atau berpidato jika dikatakan suatu hal yang sulit
juga tidak, hal yang mudah pun tidak. karena menjadi pembicara yang baik di depan umum itu
bukan diukur dari seberapa sempurna kita tampil dan apa yang kita sampaikan 100% dapat
2
Drs. H. Abdullah, M.Si, pokok-pokok pikiran dalam retorika dakwah, Penelitian Mandiri, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2019.
9
diterima oleh audience, namun inti dari berbicara di depan umum adalah memberikan sesuatu
yang bernilai dan bermakna bagi hadirin. Oleh karena itu, dalam praktiknya tidak semudah dari
yang kita ucapkannya. Diantaranya cara mengatasinya, ialah:
a. Memancing respon dari hadirin pada permulaan bicara Hal ini bisa dengan pembukaan
salam yang bisa menggugah hadirin baik itu dengan pantun atau intermezzo. Bahkan
dengan menceritakan lelucon atau membuat pertanyaan yang bisa mengaktifkan hadirin
b. Memusatkan perhatian pada hadirin ini cara terbaik untuk menikmati peristiwa pidato yang
diciptakannya.
c. Gunakan teknik-teknik relaksasi untuk mengendurkan otot-otot komunikator. Teknik
relaksasi nya bisa dengan yang ringan seperti meregangkan jari-jari tangan.
d. Persiapan yang matang.
Dari penjelasan di atas sebenarnya hal yang paling utama ialah terus berlatih dengan retrorika
meningkatkan pengetahuan kita tentang retorika, persiapan penyusunan, dan penyampaian
pidato. Pengetahuan retorika memberikan kepada kita kepastian tentang apa yang harus
dilakukan dan apa kira-kira reaksi pendengar pada apa yang kita bicarakan
3
Gentasri Anwar, Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995), hlm. 39
4
Basrah Lubis, Metodologi dan Retorika Dakwah, (Jakarta : Tursina, 1991), hlm. 19
10
siap, maka pembicara akan mengalami kekecewaan atau kegagalan ketika menyampaikan
pidato.
1. Meningkatkan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Berarti dengan meningkatkan
kepercayaan dan keyakinan terhadap kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Bagi seseorang yang kuat imannya, pasti tidak akan merasa ragu dan takut pada siapapun
juga, kecuali kepada Tuhan. Perlu disadari meningkatkan ke-imanan adalah suatu proses
(bertahap dan kontinu). Tidak ada orang yang begitu ingat Tuhan (pertama kali) langsung
kuat iman-Nya kecuali atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
2. Meningkatkan akhlak atau moral. Disamping berupaya meningkatkan iman, kita juga perlu
meningkatkan akhlak atau moral, terutama dalam bergaul dengan manusia lain. Orang
yang memiliki akhlak dan moral yang terpuji, pasti akan menjadi panutan bagi orang
banyak. Dirinya akan mengeluarkan cahaya yang mampu mempengaruhi orang lain.
Bicaranya pasti didengar orang, sikap dan perilakunya akan dicontoh dan pendapat yang
disampaikannya akan menjadi pegangan bagi masyarakat.
3. Melakukan dialog dengan diri sendiri. Dalam rangka persiapan mental, caranya dengan
mengadakan tanya jawab (dialog) terhadap diri sendiri, seperti dibawah ini :
Pertanyaan : Apakah saya mampu berbicara dihadapan orang lain (pertemuan) untuk
menyampaikan suatu topik tertentu atau tidak?
Jawab : Ragu-ragu.
Jika jawabannya bersifat ragu-ragu, maka lakukan sugesti dengan mengajukan pertanyaan
berikut :
Pertanyaan : Apa yang menyebabkan saya kurang berani melakukannya?
Jawaban : Jika jawabannya berkaitan dengan dugaan-dugaan bahwa peserta memiliki
berbagai kelebihan (pangkat, jabatan, atau status lainnya), sugesti diri kita dengan
pernyataan bahwa tidak berarti mereka lebih mampu dari diri kita. Tapi jika jawabannya
berkaitan dengan kelebihan pengetahuan peserta, maka katakan pada diri, tidak ada
manusia yang serba tahu.5
4. Membina kontak mata dengan pendengar sebagai feedback
5
Gentasri Anwar, Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995), hh. 47-56
11
5. Tugasmu ini harus dianggap sebagai kesempatan untuk membuktikan pada audiens, bahwa
pribadi anda itu kredibel.
6. Berusahalah untuk menenangkan diri dan batin,lewat pernapasan yang baik
7. Ingatlah bahwa segala keberhasilan di dalam hidup ini, selalu didahului oleh rasa takut dan
cemas
8. Tenangkanlah dan lenturkanlah diri Anda lewat latihan autogene dan sugesti pribadi
Rasa takut dan cemas tidak bisa dilenyapkan sama sekali, sama halnya cinta yang murni
tidak bisa tanpa sedikit perasaan curiga. Seorang yang pandai berbicara dapat mengurangi
rasa cemas dan takut itu, sehingga tidak lagi menjadi beban yang melumpuhkan, namun
sebagai aba-aba supaya orang bisa mencapai hasil yang lebih baik. Bila orang sama sekali
tidak memiliki rasa cemas dan takut, maka mudah sekali ia akan menjadi sombong, tanpa
perasaan, terlalu menganggap diri hebat; ia juga akan kurang mempedulikan situasi dan
kebutuhan pendengar/publiknya, dan justru disanalah terletak bahaya kegagalan dalam
berpidato.6
6
Merliana Afiyati, Persiapan Mental Pidato, http://merlianaafiyati.blogspot.com/2017/01/pembinaan-
mentalpribadi-sebelum-pidato.html?m=1, 24 Maret 2022, 17.00 WIB.
7
Dahliah Paitung, Pembelajaran berbicara untuk membangun komunikasi belajar efektif, h.243
12
1. Membuang pikiran-pikiran buruk yang ada didalam pikiran
Dengan melakukan cara seperti Petama; menarik nafas dan buang melalui hidung,
kedua dengan melakukan afirmasi positif yakni sebuah pernyataan yang diulang-
ulang dan bayangkan semua sudah terjadi meskipun belum terjadi. Ketiga, doa karena
kesuksesan bukan hanya dari kemampuan pikiran dan tindakan saja, namun juga
dengan doa. Keempat, yakin dimana setelah kita berdoa tugas kita adalah merasakan
doa kita benar-benar sudah terjadi dengan haqqul yaqiin. Kelima, menerima. Karena
salah satu rahasia kemenangan seseorang dengan menerima serta bersyukur atas
karunia Allah yang diberikan meskipun belum terkabul.8
8
N. Faqih Syarif, Kiat Menjadi Dai Sukses, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015), hh. 66-68
9
N. Faqih Syarif, Kiat Menjadi Dai Sukses, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015), hh. 69-70
13
itu akan membantu kamu dalam mengatasi setiap kendala yang ada pada kamu,
terkhusus kendala pada kemampuan menyampaikan informasi di depan umum.
14
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Demikian makalah ini disusun sebagai tugas makalah mata kuliah retorika,
semoga ini bisa menambah ilmu serta dapat menanamkan jiwa sosial kepada kita.
Memberikan contoh kerjasama yang baik akan menumbuhkan generasi dengan jiwa
sosial yang tinggi. Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi
kepenulisan dan pengetahuan. Sebagai penulis kami berharap saran dan kritik dari
pembaca sebagai bahan evaluasi.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17