Studi Kasus KLP 3 SP
Studi Kasus KLP 3 SP
Disusun Oleh:
NAMA NPM
SULISYAN 2009200050001
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan Studi Kasus tentang Supervisi Pendidikan dan Pelatihan di
Politeknik Pelayaran Malahayati ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun
sebagai tugas kelompok mata kuliah Supervisi Pendidikan pada semester genap program studi
Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, dan
semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan pengetahuan.
Ucapan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Supervisi Pendidikan yaitu Dr. Nasir
Usman, M.Pd, Terimakasih juga kepada Direktur dan seluruh Civitas Akademika Poltekpel
Malahayati yang sudah memberi izin kepada kami untuk melakukan studi kasus tentang
supervisi Pendidikan yang diterapkan di Kampus Poltekpel Malahayati , serta tidak lupa juga
kepada teman-teman dan semua pihak yang telah terlibat dan memberikan bantuan dalam
bentuk moril maupun materil dalam proses pelaksanaan hingga penyusunan laporan studi
kasus supervisi Pendidikan ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sangat dibutuhkan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan berguna serta bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Msalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Kepengawasan Pendidikan
1. Kepengawasan
2. Proses Kepengawasan
B. Supervisi Pendidikan
1. Konsep Dasar Supervisi
2. Fungsi-fungsi Supervisi
3. Pelaksanaan Supervisi Pendidikan
C. Peranan Pengawasan sebagai Supervisi Pendidikan
BAB III : HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA
A. Hasil Observasi
B. Hasil Wawancara
1. Daftar Pertanyaan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Supervisi pendidikan adalah hal yang sangat penting dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Mutu pendidikan sangat berkaitan erat dengan keprofesionalan guru dalam
menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada didunia pendidikan baik pada masa saat ini
atau masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut pendidikan merupakan faktor yang
penting karena pendidikan salah satu penentu mutu SDM (Sumber Daya Manusia), dimana
manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Dalam usaha meningkatkan
kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang
harus dibina dan dikembangkan terus menerus. Guru adalah tugasnya yang terkait dengan
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional,
intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya (Suparlan, 2005: 12).Potensi sumber daya guru itu
perlu terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial.
Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus menerus
belajar menyesuaikan diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.
Guru membutuhkan bantuan dari sesama rekan guru yang memiliki kelebihan atau guru yang
sudah berpengalaman untuk saling bertukar ilmu pengetahuan dalam meningkatkan potensi
peserta didik. Guru juga membutuhkan bantuan kepala sekolah sebagai pembina pembimbing
guru agar bekerja dengan benar dalam proses pembelajaran siswanya. Oleh karena itu, dalam
suatu lembaga pendidikan perlu adanya pelaksanaan supervisi.“Supervision also can be
interpreted as a two ways interactional process that requires both the student and the supervisor
to consciously engage each other within the spirit of professionalism, respect, collegiality and
open-mindedness”, Abiddin (2011: 207) yang berarti pengawasan juga dapat diartikan sebagai
dua cara interaksi proses yang memerlukan siswa dan supervisor untuk secara sadar terlibat
satu sama lain dalam semangat profesionalisme, rasa hormat, kebersamaan dan pikiran yang
terbuka. Kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya harus melibatkan seluruh masyarakat
sekolah yang dipimpinnya.Salah satu upaya peningkatan pembelajaran efektif di sekolah
adalah peran kepala sekolah dalam mensupervisi pembelajaran, karena berhasil tidaknya
program pengajaran di sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin.
Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi kerja
organisasi, karena kepemimpinan merupakan aktivitas utama dimana tujuan organisasi dapat
dicapai (Nuchiyah: 2007).Menurut Muhani (2016:1465) kepemimpinan merupakan salah satu
permasalahan yang muncul bersamaan dengan kesadaran manusia akan pentingnya hidup
berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Faktor kepemimpinan meliputi aspek kualitas
manajer dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat, pengarahan, serta dukungan
kerja kepada bawahan Hermanto (2016:37). Menurut Yahya (2013: 107) kepala sekolah
sebagai pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif
kepada seluruh tenaga kependidikan yang dilakukan secara kooperatif untuk mencapai visi,
misi, dan tujuan pendidikan. Supervisi kepala sekolah akan memberi dampak yang positif
terhadap pesikologis guru. Rasa puas yang didapatkan guru dengan adanya supervisi dari
kepala sekolah akan memicu semangat guru dalam menjalankan kewajibannya, sehingga
pembelajaran akan berjalan dengan baik. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala
sekolah dalam memimpin bawahannya. Sekolah merupakan sebuah organisasi yang kompleks
oleh karena itu kepala sekolah harus mampu mengkoordinasi semua kegiatan di sekolah
termasuk kegiatan guru dalam menyiapkan pembelajaran, mulai dari RPP, media, dan alat
peraga. Keberhasilan proses pembelajaran banyak dipengaruhi oleh faktor kepala sekolah,
guru, dan siswa. Oleh karena itu proses pembelajaran perlu dioptimalkan dengan pengawasan
dan bimbingan dari kepala sekolah.
Politeknik Pelayaran Malahayati merupakan salah satu Lembaga Pendidikan dan Pelatihan di
bawah Kementerian Perhubungan yang sudah menerapkan supervisi Pendidikan dan Pelatihan.
Kampus ini memiliki prestasi belajar akademis dan non akademis yang cukup membanggakan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti memperoleh informasi tentang supervisi yang dilakukan
oleh pihak internal baik oleh Direktur atau Satuan Penjamin Mutu Intern ( SPMI ) di Poltekpel
Malahayati sudah dilaksanakan. Dalam pelaksanaan pembelajaran akademik baik Pendidikan
dan Pelatihan, Dosen / Instruktur sudah menggunakan sistem pembelajaran SKS yang sesuai
dengan ketentuan Lembaga Vokasi. Penggunaaan media pembelajaran atau alat peraga juga
sudah berbasis teknologi. Permasalahan yang ada baik secara teknis maupun non teknis
Direktur atau Tim Supervisi berusaha memberikan pelayanan yang terbaik untuk
mengefektifkan pembelajaran. Salah satu pelayanan yang diberikan adalah pelaksanaan
supervisi Pendidikan dan Pelatihan oleh Direktur. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan observasi dan wawancara secara cermat dan mendalam mengenai
supervisi pendidikan dan pelatihan yang dilakukan Pimpinan Poltekpel Malahayati
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis telah paparkan di atas, maka tujuan
dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi pengawasan.
2. Untuk mengetahui proses kepengawasan.
3. Untuk mengetahui definisi supervisi pendidikan.
4. Untuk mengetahui fungsi supervise pendidikan
5. Untuk mengetahui pelaksanaan supervisi pendidikan.
6. Untuk mengetahui peranan pengawas sebagai supervisi pendidikan
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Penyusunan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar dosen atau pengajar
untuk menunjang kegiatan pembelajaran.
d. Manfaat bagi sekolah
Sebagai masukan bagi sekolah khususnya kepala sekolah dan sebagai upaya
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah tersebut dengan menerapkan supervisi
pendidikan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Kepengawasan Pendidikan
1. Kepengawasan
Pengawas adalah seorang tenaga pendidikan yang diberi tugas untuk
melakukan pembinaan secara professional terhadap guru dan kepala sekolah.
Pengawas pendidikan adalah mereka yang memperoleh tugas tambahan untuk
melaksanakan tugas kepengawasan agar mutu pendidikan di sekolah secara
bertahap dan berkelanjutan menjadi lebih bermutu. Pengawas sekolah seharusnya
guru atau yang pernah menjabat kepala sekolah yang berprestasi atau yang mereka
yang secara sadar memiliki kemauan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan
tugas kepengawasan dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, tugas
pengawas bukan tugas yang sembarangan, asal- asalan, main-main, dan leha-lehaa.
Seajatinya pengawas datang ke sekolah dinantikan karena dianggap sebagai orang
yang kompeten, professional dan pengalaman.
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan
pegambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan
sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.
Pengawasan menurut Mockler (Engkoswara dan Aan koamriah, 2010:
219) adalah suatu usaha sistematis untuk menempatkan standar pelaksanaan
dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengaan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan
di pergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam tujuan-organisasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah pengawasan merupakan
kontrol terhadap organisasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Mintberg
Hal ini, sejalan sedangkan apa yang disampaikan oleh Nanang Fatah
(2006:101) yang memberikan gambaran bahwa proses pengawasan terdiri dari
tahap: (1) menetapkan standar pelaksanakan, (2) pengukuran pelaksanaan
pekerjaan dibandingkan dengan standar, dan (3) menentukan kesenjangan
(deviasi) antara pelaksanaan dengan standar rencana.
Mockler menyusun pengawasan menjadi empat langkah seperti dalam
gambar berikut ini :
1. Tetapkan standard an metode mengukur prestasi kerja
B. Supervisi Pendidikan
1. Konsep Dasar Supervisi
Dalam pemakaiannya secara umum supervision diberi arti sama dengan
direction, management, dan supervisor dengan director, manajer. Dalam bahasa
umum ini ada kecondongan untuk membatasi pemakaian istilah supervisor pada
orang-orang yang berada pada kedudukan yang lebih bawah dalam hierarki
manajemen. Istilah-istilah umum bagi kedudukan-kedudukan ini selain dari
supervisor ialah foreman dan superintendent, yang di negara kita sering disebut
mandor, pengawas, inspektur, opsiner, dan opseter.
Berbicara supervisi berarti pengawasan yang berarti juga melihat dari atas,
lalu apa yang dilihat tentunya yang dilihat apa saja yang kurang ataupun lebih
dari apa yang dilihatnya tersebut, seperti halnya orangtua kepada anaknya
sebenarnya bukan hanya melihat kemudian membiarkan begitu saja, tetapi juga
mendukung, mendorong, memberi, membimbing, menyarankan, dan menasihati
namun dalam mensupervisi kata kuncinya adalah tidak memaksakan kehendak
terhadap apa yang disupervisinya.
Supervisi pendidikan ada dua macam, yaitu supervisi akademis dan supervisi
klinis. Supervisi akademis adalah kegiatan pembimbingan yang ditujukan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi baik personil maupun materiil yang memungkinkan
terciptanya situasi belajar mengajar (pembelajaran) yang lebih baik, demi
terciptanya tujuan pendidikan, sedangkan supervisi klinis adalah bagian dari
supervisi yang pelaksanaannya hanya dititikberatkan pada penampilan mengajar
guru yang meliputi aspek kemampuan mengajar guru (perencanaan
pembelajaran, kemampuan mengajar, dan personel sosial).
Dalam praktik supervisi akademik atau pengajaran kepala sekolah dan guru-
guru tidak diperlakukan sebagai bawahan (subordinates), melainkan sebagai
rekan sejawat (colleagues) tata kerja yang dikembangkan adalah bekerja bersama
(working with), kendatipun struktur organisasi yang birokratik tetap dihargai.
Pendekatan perilaku supervisi adalah menciptakan dan menjaga keselarasan
antara tujuan-tujuan/ kepentingan pribadi (personal needs) dengan tujuan-tujuan
organisasi (institutional goals) melalui kerja tim dan evaluasi terhadap sasaran-
sasaran supervisi. Pendekatan tersebut menempuh prosedur kerja berikut sesuai
dengan pendapatnya Ametembun (Tim Adpen UPI, 2010: 5), yaitu:
a. Fungsi Penelitian
b. Fungsi Penilaian
Peningkatan Penilaian
Perbaikan
a. Kunjungan kelas
3) Sudah memiliki pedoman tentang hal-hal yang akan dilakukan baik berupa
instrumen atau catatan-catatan.
4) Sarana kunjungan dan tujuan harus sudah cukup jelas.
b. Observasi kelas
c. Tes dadakan
e. Wawancara
f. Angket
1. Peneliti
Banyak upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dilakukan selama ini
meskipun tidak bisa dilepaskan dari berbagai faktor yang mempengaruhinya,
dalam hal ini memerukan pemahaman tentang : (1) konsep mutu dan jaminan
mutu, (2) manajemen mutu pendidikan, (3) total quality management (TQM), (4)
pengembangan sistek akreditasi, dan (5) pengembangan sistem pengawasan
untuk menjamin peningkatan mutu. (Nurdin & Sibaweh, 2019)
BAB III
a. Visi
Menjadi Politeknik Pelayaran yang Unggul pada Tahun 2024
b. Misi
c. Maklumat Pelayanan
d. Kebijakan Mutu
Pada hari Senin, 05 April 2021, sekitar pukul 10.00 WIB kami sampai ke
Politeknik Pelayaran Malahayati untuk melakukan observasi. Hal pertama yang
kami lakukan yakni menemui salah satu pegawai di sekolah tersebut yang.
kebetulan adalah anggota dari kelompok observasi kami. Kami mendapatkan
kesempatan untuk bertemu narasumber yang tepat yaitu, Wakil Direktur I
Poltekpel Malahayati Aceh, Bapak Akhmad Kasan Gupron,S.S,M.Pd dan Ketua
Satuan Penjamin Mutu Intern, Bapak Deny Adi Setiawan,M.M
Proses ketika kami melakukan observasi berjalan dengan lancar, baik dalam
surat perizinan maupun pelaksanaan wawancara. Observasi selesai dilakukan
pada pukul 11.30 WIB.
B. Hasil Wawancara
c. Aspek apa saja untuk menyusun Supervisi pendidikan dan Pelatihan bagi
Tenaga Pendidik atau pengawas pendidikan?
d. Bagaimana pendapat Narasumber tentang sistem Supervisi pendidikan
dan Pelatihan ini dan jika dibandingkan lebih baik menggunakan sistem
Pembelajaran sistem SKS atau sistem yang terdahulu?
e. Dalam penerapan supervisi pendidikan dan Pelatihan apakah sudah
terlaksana sepenuhnya?
f. Pengaruh secara langsung dari sistem Supervisi yang diterapkan kepada
para siswa?
g. Apa yang menjadi hambatan pelaksanaan Supervisi Pendidikan dan
Pelatihan?
h. Seberapa jauh sudah tercapainya tujuan pendidikan dengan adanya
penerapan Supervisi pendidikan yang baru?
Dampak yang terasa secara langsung oleh para siswa adalah penyampaian
materi dan latihan soal yang lebih luas dan cepat dibanding hanya mengandalkan
pembelajaran di kelas, bilamana seorang siswa ingin melanjutkan UKBM
tersebut maka harus ada bukti penilaian dari guru bersangkutan bahwa murid
tersebut dalam melanjutkan UKBM, namun bisa dikatakan dibalik pembelajaran
yang sangat maju banyak sekali hal yang harus dipersiapkan seperti dalam
supervisi pendidikan klinis bahwa sarana prasarana yang unggul sangatlah
dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan proses supervisi pendidikan, selain itu
dalam supervisi pendidikan akademis para dosen / instruktur harus menyiapkan
berbagai hal seperti melewati beberapa pelatihan, menyusun RPP dari silabus,
dan menyiapkan penilaian yang berdasarkan High Order Thinking Skill.
Narasumber mengatakan bahwa pelaksanaan supervisi pendidikan ini masih perlu
beberapa evaluasi dan perbaikan dari segi kekurangan yang ada, contoh seperti
kesadaran setiap elemen pembelajaran untuk selalu bertanggung jawab dalam
melaksanakan tujuan pendidikan dan sarana prasarana yang ditingkatkan bahkan
ditambah lagi untuk mengakses sistem pembelajaran yang lebih cepat dan tepat.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan