Anda di halaman 1dari 2

Perlawanan Tionghoa

Pada tahun 1740 wakt Nusantara dikuasai voc terjadi perlawanan orang-orang tionghoa melawan
voc. Masa itu jumlah bangsa Tionghoa di mata voc tak terkendali dan jadi masalah karena kebanyakan
penganggran.

Pada 25 juli 1740 Anggota dewan hindia memerintahkan orang-orang cina penganggran di
sekitar Batavia dikurung. Pada 10 Oktober 1740 dikeluarkan perintah resmi untuk bunuh orang-
orang Cina. Harta mereka dirampas. Pembantaian berlangsung 3 hari. Perlawanan etnis
Tionghoa terhadap VOC dibantu oleh kalangan bangsawan Mataram yang kontra
terhadap Pakubuwono II dan VOC.

Perlawanan etnis Tionghoa di wilayah Mataram dipimpin oleh Raden Mas Garendi
(Sunan Kuning), Raden Mas Said dan Kapiten Sepanjang.

Perlawanan tersebut dinamakan dengan Geger Pacinan dan menimbulkan kekacauan


yang meluas hingga pesisir Jawa. Sunan Kuning dan pasukannya berhasil merebut
keraton Kasunanan di Kartasura pada pertengahan 1742.

Melihat kondisi yang genting tersebut, VOC menggunakan kekuatan penuh untuk
mengatasi keadaan. VOC juga bersekongkol dengan Cakraningrat IV dan Pakubuwono II
untuk meredam perlawanan.

Pada November 1742, Kartasura yang diduduki oleh Sunan Kuning dan pasukannya
diserang oleh aliansi VOC, Cakraningrat IV dan Pakubuwono II.

Baca juga: Perlawanan Banten terhadap VOC

Aliansi VOC berhasil merebut kembali Kartasura dan memaksa Sunan Kuning melarikan
diri bersama pasukannya.
Yang tersisa mereka memberontak, Daerah Tanggeranf jadi sasaran tapi mereka bisa halui. Dan
akhirnya meluas ke semarang, Demak, Jepara, Rembang, dan Surabaya. Pos pos voc jadi sasaran
pemberontakan dikenal dengan geger pecinan.

Setelah Voc bangkrut dan Hindia dikasai kerajaan terjadi pemberotakan di Kalimantan Barat 15
November 1912, orang tionghoa menolak membayar pajak pada pemerintah kolonial. Lalu pada tahun
1914 terjadi pemberontakan di Kalimantan barat.

Pemerintah Belanda menerapkan politik adu domba saat it mereka menghasut orang Dayak yang
dimana mereka sedang bermasalah dan akhirnya Pemberontak dikeroyok orang Dayak. Ditambah
serdadu kolonial bersenjaa api bernama KNII.

Sunan Kuning dan pasukannya menyerahkan diri pada September 1973. Hal tersebut
dikarenakan Sunan Kuning dan pasukannya terdesak dan terpisah dari kapitan
Sepanjang di daerah Surabaya.

Pada akhirnya, Sunan Kuning dan pasukannya diasingkan menuju Srilanka setelah
beberapa hari ditahan di Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai