PETUNJUK TEKNIS
DETEKSI DINI PENYAKIT TIDAK MENULAR
KATA PENGANTAR
Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini menjadi masalah kesehatan utama di
indonesia, karena menjadi penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyakit
Tidak menular semakin menjadi ancaman bagi kesehatan di Indonesia selama Pandemi
COVID-19 karena menjadi komorbid yang mengakibatkan fatality rate penderita COVID-19
meningkat yang berujung pada meningkatnya angka kematian serta berdampak pada
meningkatnya pembiayaan kesehatan.
Sebagian besar penyandang PTM tidak menyadari dirinya menderita PTM, karena
penyakit tidak menular sering muncul tanpa gejala, jika ada gejalapun sering diabaikan yang
berdampak pada lambatnya penanganan sehingga berpotensi terjadinya komplikasi bahkan
kematian. Data Riskesdas 2018 menunjukkan hanya 3 dari 10 penderita PTM yang
terdeteksi, selebihnya tidak mengetahui bahwa diri mereka sakit karena tidak menunjukkan
gejala yang serius sampai terjadinya komplikasi. Untuk itu penting melakukan deteksi dini
agar mengetahui kondisi tubuh lebih awal sehingga jika seseorang memiliki faktor risiko,
segera dilakukan intervensi yang memiliki peluang besar untuk kembali ke kondisi normal.
Jika diketahui sudah dalam kondisi PTM, maka segera bisa mendapatkan
pengobatan/tatalaksana untuk menjaga kondisi agar tetap terkontrol dan bisa hidup
produktif.
Buku petunjuk teknis deteksi di PTM ini dibuat bertujuan untuk memberikan
panduan yang memudahkan para pengambil kebijakan tingkat pusat dan daerah, dokter,
perawat, bidan, ahli gizi dan tenaga non kesehatan terlatih di UKBM (kader) untuk
menyelenggarakan dan mengoperasionalkan pelaksanaan di lapangan
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan buku ini. Semoga Bermanfaat dan Salam sehat Indonesia.
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya sehingga Buku Petunjuk Teknis Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular ini selesai
disusun.
Penyakit Tidak Menular (PTM) utama seperti Diabetes Melitus, jantung iskemik,
kanker menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia. PTM menjadi ancaman
komorbid selama Pandemi COVID-19 yang mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan
dan kematian. Hal ini berdampak pada peringkatan pembiayaan kesehatan untuk
pengobatannya yang harus ditanggung oleh pemerintah.
Seiring dengan dampak PTM yang sudah menjadi ancaman serius bagi
pembangunan kesehatan dan pertumbuhan ekonomi nasional, PTM diangkat menjadi salah
satu indikator prioritas dan tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, bagian SPM Bidang Kesehatan tentang
pelayanan dasar skrining pada usia produktif dan bagian Pembudayaan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat Bidang Kesehatan (GERMAS). Strategi penanggulangan PTM
mencakup promosi kesehatan, perlindungan spesifik, deteksi dini dan tatalaksana kasus.
Demikian, semoga buku ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dan memberi
manfaat sebesar-besarnya bagi semua pihak.
Penasehat:
Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS
dr. Elvieda Sariwati, M. Epid
Penyusun
dr. Esti Widiastuti, M.ScPH
dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA
dr. Nani Rizkiyati, M.Kes
dr. Aldrin NP, Sp Ak(K), M.Biomed (Onk), MARS. M.Kes, SH
dr. Benget Saragih, M. Epid
dr. Tiersa Vera Junita, M.Epid
dr. Prihandriyo Sri Hijranti, M.Epid
dr. Soitawati, M. Epid
dr. Sylviana Andinisari, M.Sc
dr. Indri Oktaria Sukmaputri, MPH
dr. Aries Hamzah, M.K.M
Resti Dwi Hasriani, SKM, MKKK, M.Epid
dr. Uswatun Hasanah, M.Epid
Dian Kurnia Rabbani, SKM, M.Epid
Fratiwi Oetami, SKM
dr. Rainy Fathiyah, M.K.M
Ns. Aswardi, S.Kep, M.Kep
Teguh Rahardjo Heriwibowo, SKM
Misti, SKM, MPH
dr. Rezavitawanti
Rindu Rachmiaty, S.KM., M.Epid
dr. Novi Indriastuti, M.Epid
Lili Lusiana, S.KM., M.Si
Cicilia Nurteta, S.KM., M.Kes
dr. Frides Susanty, M.Epid
Aryanti Natalia, SKM, M.K.M
dr. Yoan Hotnida Naomi, M.Sc
dr. Elmi Suryani
Siti Aisyah, S.Si
Sekretariat Subdit DMGM:
Syarifah Aini, SKM
Ria Resti Sarfiani, Amd
Yuyun Masruroh, Amd
Desain Grafis:
drg. Anitasari
Ira Carlina Pratiwi
DAFTAR ISI
Kata Sambutan................................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................................. 2
1.3 Sasaran.......................................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup............................................................................................... 2
1.5 Landasan Hukum........................................................................................... 2
LAMPIRAN....................................................................................................................... 40
BAB I
PENDAHULUAN
Sasaran Program:
34
a) Tidak meningkatnya prevalensi 21.8 21.8 21.8 21.8 21.8 21.8
provinsi
obesitas pada penduduk usia > 18 tahun
b) Menurunnya Persentase merokok 34
8.9 8.9 8.8 8.8 8.7 8.7
penduduk usia 10-18 tahun provinsi
Contoh:
Badu dengan berat badannya 80 kg, tinggi badan 160 cm, maka untuk
menghitung IMT, satuan tinggi badan dikonversi menjadi satuan
meter dahulu (160 cm = 1,6 m). sehingga IMT adalah 80 / (1,6 x 1,6) =
30,8 (Badu tergolong obesitas)
Tabel 4. Kategori obesitas pada orang dewasa
Kategori IMT
Kekurangan berat badan
Sangat Kurus <17,0
tingkat berat
Kekurangan berat badan
Kurus 17 - < 18,5
tingkat ringan
Normal 18,5 – 25, 0
Gemuk Kelebihan berat badan
(overweight tingkat ringan >25,0 – 27,0
)
Kelebihan berat badan
Obese >27,0
tingkat berat
Sumber : PMK No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang
b. Obesitas Sentral
Obesitas sentral dilihat dari ukuran lingkar perut
(1) Pengukuran lingkar perut
Jelaskan pada peserta tujuan pengukuran lingkar perut dan
tindakan apa saja yang akan dilakukan dalam pengukuran.
Raba tulang rusuk paling bawah peserta dan tandai sebagai
batas atas pengukuran.
Raba ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai
sebagai batas bawah pengukuran.
Tetapkan titik tengah di antara batas atas dan batas bawah dan
tandai sebagai titik tengah pengukuran.
Minta peserta untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal
(ekspirasi normal).
Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik
tengah kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang
dan perut kembali menuju titik tangah di awal pengukuran.
Apabila peserta mempunyai perut yang gendut ke bawah,
pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir
pada titik tengah tersebut lagi. Pita pengukur tidak boleh melipat.
2) Persiapan Pasien
Sebelum pengukuran tekanan darah dilakukan, sebaiknya lakukan hal-hal
sebagai berikut :
a) Pasien dipersilahkan duduk 3-5 menit
b) Dalam keadaan tenang
c) Dianjurkan untuk mengosongkan kandung kemih
d) Menghindari konsumsi kopi, alkohol dan rokok minimal 30 menit
sebelum pengukuran
Cara Mengaktifkan
Tensimeter Digital
e) Pasang manset pada lengan atas sejajar posisi jantung, batas bawah
manset sekitar 2,5 cm (2 jari) di atas lipatan siku
Yang diperhatikan:
Jari pemeriksa dan mata yang diperiksa harus sejajar, tidak boleh
lebih tinggi atau lebih rendah
Mata diperiksa secara bergantian dengan menutup salah satu mata
yang tidak diperiksa
Mata ditutup harus dengan telapak tangan (agar tidak mengintip
dari sela jari tangan) dan tidak boleh menekan bola mata
Jari tangan pemeriksa saat melakukan pemeriksaan hitung jari tidak
boleh berurutan
Yang diperhatikan:
Pemeriksaan dilakukan pada masing-masing mata
Dikatakan tidak ada gangguan penglihatan jika menjawab benar
dalam hitung jari sebanyak 3 kali berturut-turut
Jika dalam pemeriksaan 3 kali hitung jari tersebut ada jawaban
salah, maka dicurigai mempunyai gangguan penglihatan.
d) Antar ke fasilitas kesehatan, optik atau dokter mata jika dari hasil
pemeriksaan ditemukan gangguan penglihatan
b) Persiapan Lokasi
Pemeriksaan dilakukan di tempat yang terang atau dengan
pencahayaan yang bagus. Diutamakan pada siang hari di ruang
terbuka.
Baik pemeriksa maupun yang akan diperiksa tidak boleh berada
pada sorotan lampu (agar tidak kesulitan dalam melihat)
c) Persiapan Pemeriksaan
Berikan penjelasan singkat cara pemeriksaan serta cara
penggunaan occluder atau penutup mata dan pinhole pada orang
yang diperiksa, selanjutnya disebut sebagai klien.
Klien diminta untuk menyebutkan/menunjuk arah kaki huruf E yang
terlihat (arah ke atas, ke bawah, kanan, atau kiri). Dapat dijawab
dengan isyarat arah tangan sesuai arah kaki huruf E.
Pemeriksa menempatkan satu cincin di jari sebagai penanda, klien
melakukan hal yang sama dengan cincin di ujung pita lainnya
(2) Pada telinga yang tidak diperiksa, dilakukan masking yaitu menekan
bagian tragus (bagian menonjol dari telinga bagian depan yang dekat
dengan pipi) kemudian menggesek-gesek sehingga timbul bunyi.
Gambar 2. Masking telinga yang tidak diperiksa
(4) Pemeriksa membisikkan kata-kata yang terdiri dari dua suku kata
seperti mata, kaki, muka, susu, kaca dan meminta orang yang
diperiksa untuk mengulang kembali kata-kata tersebut.
(5) Kata-kata yang dibisikkan harus mengandung huruf lunak yang terdiri
dari frekuensi rendah dan huruf desis yang terdiri dari frekuensi
tinggi. Berikut daftar kata-kata yang digunakan untuk Tes Bisik
Modifikasi.
(6) Pemeriksaan diulang pada telinga kiri dengan langkah-langkah yang
sama. Pemeriksaan pada telinga sebelah kiri, maka telinga kanan
dilakukan masking
c) Penilaian
Bila kata-kata yang dapat diulang lebih dari 80%, maka dinyatakan
lulus dari pemeriksaan
Bila kata-kata yang dapat diulang kurang dari 80%, maka dinyatakan
tidak lulus dan disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
menggunakan audiometri. Segera bawa ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk diperiksa kembali pendengarannya lebih lanjut.
Tidak Ya
Pemeriksaan Penunjang FEV1/ FVC < 0,7
Lainnya Pemeriksaan Spirometer
Ya
Penilaian Tingkat
KeparahanYa
Tidak Ya
FEV1< 80% Konfirmasi Diagnosis
dari Prediksi
Ya Tidak
Rujuk Ke Spesialistik PPOK
3. Prosedur Tindakan
Dilakukan pengukuran tinggi badan, kemudian tentukan besar nilai
dugaan berdasarkan nilai standar faal paru Pneumobile Project
Indonesia
Pemeriksaan sebaliknya dilakukan dalam posisi berdiri
Penilaian meliputi pemeriksaan VC, FVC, FEV1, MVV :
Tabel 6
KUESIONER PUMA
DETEKSI DINI PPOK DI POSBINDU PTM/ POSYANDU
Petunjuk pengisian :
Petunjuk pengisian :
a. Mengisi data dasar seperti Nama, Tanggal wawancara, Puskesmas, Nama
petugas
Nama : Tanggal :
Puskesmas : Petugas :
Interpretasi :
Skor < 7 : Risiko rendah PPOK
Skor > 7 : Risiko tinggi PPOK, lakukan pemeriksaan spirometri
c) Perhitungan Kebutuhan
(1) Lidi Kapas,
1 orang klien membutuhkan 5-6 lidi kapas , jadi jika target 300 orang
klien maka jumlah kapas lidi yang dibutuhkan 1500 - 1800 lidi kapas
(2) Spekulum
Spekulum di gunakan untuk 1 orang, perlu ditambahkan spekulum
tambahan 10 % dari target untuk mengantisipasi lonjakan jumlah
klien dan kesalahan dalam perhitungan ukuran spekulum, jika target
300 orang maka dibutukan spekulum 330 buah
(3) Tenaga Pemeriksa
1 orang tenaga pemeriksa dapat memeriksa maksimal 20 orang per
hari.
(4) Waktu
1 orang klien membutuhkan waktu rata-rata 15 menit (1 jam 4 orang).
Pemeriksaan SADANIS dan IVA 1 hari rata-rata 6-7 jam
(5) Larutan asam asetat
Untuk membuat pengenceran asam asetat sesuaikan dengan jumlah
sasaran. Asam asetat yang sudah di encerkan sebaiknya digunakan
untuk 1 hari (tidak digunakan lagi untuk esok harinya)
5) Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan Payudara dilakukan dengan metoda SADANIS (Pemeriksaan
Payudara Klinis), sambil di ajarkan untuk melakukan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) di rumah setiap bulannya. Jika ditemukan kelainan seperti
benjolan, abnormal pada kulit payudara dan kelainan pada puting di rujuk ke
FKRTL.
Tahapan Pemeriksaan SADANIS
Hal yang perlu di perhatikan pada saat pemeriksaan payudara adalah untuk
melihat apakah ada perubahan dalam bentuk dan ukuran, bintik-bintik pada
kulit, dan keluarnya cairan dari puting dan pada pemeriksaan kedua
payudara dan ketiak adalah untuk melihat apakah terdapat kista atau massa
yang menebal dan berisi cairan (tumor). Untuk memudahkan pemeriksaan,
dapat menggunakan cairan pelicin seperti minyak kelapa, baby oil atau
lotion.
a) Persiapan
Minta klien untuk membuka pakaian mulai pinggang ke atas.
b) Inspeksi
(1) Lihatlah bentuk dan ukuran payudara (Gambar 1). Perhatikan apakah
ada perbedaan bentuk, ukuran, puting atau kerutan atau lekukan
pada kulit (Gambar 2).
(2) Lihat puting susu dan perhatikan ukuran dan bentuknya serta arah
jatuhnya (misalnya apakah kedua payudara menggantung secara
seimbang?). Periksa juga apakah terdapat ruam atau nyeri pada kulit
dan apakah keluar cairan dari puting
(3) Minta ibu/klien untuk mengangkat kedua tangan ke atas kepala
(Gambar 3a) kemudian menekan kedua tangan di pinggang untuk
mengencangkan otot dadanya (M.pectoral/otot pektoralis) (Gambar
3b). Pada setiap posisi, periksa ukuran, bentuk dan simetri, lekukan
puting atau kulit payudara dan lihat apakah ada kelainan. Kemudian
minta klien untuk membungkukkan badannya ke depan untuk melihat
apakah kedua payudara tergantung secara seimbang (Gambar 3c).
c) Palpasi
(1) Minta klien untuk berbaring di meja periksa
(2) Letakkan sebuah bantal di bawah punggung pada sisi yang akan
diperiksa (membuat jaringan ikat payudara menyebar, sehingga
dapat membantu pemeriksaan payudar)
(3) Letakkan kain bersih di atas perut ibu/klien
(4) Letakkan lengan kiri ibu ke atas kepala. Perhatikan payudaranya
untuk melihat apakah tampak sama dengan payudara sebelah kanan
dan apakah terdapat lipatan atau lekukan
(5) Gunakan permukaan tiga jari tengah Anda (Gambar 4a), lakukan
palpasi payudara dengan menggunakan teknik spiral. Mulai pada sisi
terluar payudara (Gambar 4b). Tekan jaringan ikat payudara dengan
kuat pada tulang rusuk setelah selesai tiap satu putaran dan secara
bertahap pindahkan jari-jari Anda menuju areola. Lanjutkan sampai
semua bagian selesai diperiksa. Perhatikan apakah terdapat
benjolan atau nyeri (tenderness).
Gambar 4a Gambar 4b
(6) Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, tekan puting
payudara dengan lembut (Gambar 5). Lihat apakah keluar cairan:
bening, keruh, atau berdarah. Cairan keruh atau berdarah yang
keluar dari puting
(9) Palpasi bagian pangkal payudara, dengan minta ibu duduk dan
mengangkat lengan kirinya setinggi bahu. Bila perlu, minta ibu
meletakkan tangannya di bahu Anda. Tekan sisi luar dari otot
pektoralis sambil bertahap menggerakkan jari-jari ke pangkal ketiak
untuk memeriksa apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening
(lymph nodes) atau kekenyalan
(10) Ulangi langkah tersebut untuk payudara sebelah kiri
(11) Jelaskan temuan kelainan jika ada, dan hal yang perlu dilakukan.
Jika pemeriksaan sepenuhnya normal, katakan bahwa semua normal
dan sehat dan waktunya untuk kembali melakukan pemeriksaan.
(10) Bersihkan servik dengan kapas lidi yang dicelupkan ke dalam air
DTT
(11) Keluarkan spekulum
(12) Buang sarung tangan, kapas, dan bahan sekali pakai lainnya ke
dalam container ( tempat sampah) yang tahan bocor, sedangkan
untuk alat-alat yang dapat digunakan kembali, rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
(13) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus melakukan
pemeriksaan lagi, serta rencana terapi tindak lanjut jika diperlukan.
a. Persiapan Alat
1. Mesin EKG, yang dilengkapi :
- kabel untuk sumber listrik
- kabel untuk bumi (ground)
- Kabel elektroda ekstremitas dan dada
- Plat elektroda ekstremitas beserta karet pengikat
- Balon penghisap elektroda dada
2. Jelly
3. Tissu
4. Kapas Alkohol
5. Kertas EKG
b. Persiapan Pasien
1) Penjelasan (informed consent)
Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
2) Pastikan kondisi pasien tenang, kooperatif dan dapat dipasang elektroda
3) Hal-hal yang perlu diperhatikan saat perekaman :
- Dinding dada harus terbuka dan tidak ada perhiasan logam yang
melekat
- Pasien diminta tenang atau tidak bergerak saat perekaman EKG
c. Pelaksanaan
1) Cek identitas pasien
2) Pasang semua komponen/ kabel-kabel pada mesin EKG
3) Nyalakan mesin EKG
4) Lakukan cuci tangan
5) Atur posisi pasien tidur telentang. Tangan dan kaki tidak saling
bersentuhan
6) Buka dan longgarkan pakaian pasien bagian atas. Lepaskan perhiasan
yang dipakai pasien, seperti jam tangan, gelang dan logam lain.
7) Bersihkan daerah dada, kedua pergelangan kaki dan tangan dengan
kapas alkohol (kalau perlu dada dan pergelangan kaki dicukur) di lokasi
yang akan dipasang manset elektroda
8) Oleskan jelly pada keempat permukaan manset elektroda ektremitas
9) Pasang keempat manset elektrode ektremitas tersebut pada kedua
pergelangan tangan dan kaki.
10) Sambung kabel EKG pada kedua pergelangan tangan dan kedua
tungkai pasien, untuk sadapan ekstremitas LEAD (LEAD I, II, III, AVR,
AVL, AVF) dengan cara sebagai berikut :
- Warna merah pada tangan kanan
- Warna kuning pada tangan kiri
- Warna hijau pada kaki kiri
- Warna hitam pada kaki kanan
11) Oleskan jelly pada dinding dada sesuai dengan lokasi elektroda V1 s/d
V6.
12) Pasang elektroda ke dada dengan menekan karet penghisap untuk
merekam precardical :
8. Deteksi dini Stroke
Deteksi dini stroke dengan pemeriksaan lipid profil. Pemeriksaan
lipid profil (kolesterol total, HDL, LDL dan Trigliserid) dilakukan
pada usia 60 tahun keatas serta penderita hipertensi dan atau DM
usia 18 – 59 tahun, dilakukan minimal setahun sekali.
Persiapan yang Anda lakukan sebelum menjalani pemeriksaan ini:
- V1 : Pada garis parasternal kanan sejajar dengan intercosta ke 4,
(merah)
- V2 : Pada garis parasternal kiri sejajar dengan intercosta ke 4
(kuning)
- V3 : Pertengahan antara V2 dan V4 (hijau)
- V4 : Pada garis mid klavikula kiri sejajar intercosta ke 5 pada axilla
bagian belakang kiri (coklat)
- V5 : di garis aksila anterior kiri sejajar intercosta ke 5 (hitam)
- V6 :Pada garis mid aksila kiri sejajar intercosta ke 5 (ungu)
13) Lakukan perekaman secara berurutan sesuai dengan pemilihan LEAD
yang terdapat pada mesin EKG.
14) Lepaskan semua electroda
15) Bersihkan jelly dari tubuh pasien
16) Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai
17) Tulis pada hasil perekaman : nama, umur, jenis kelamin, jam, tanggal,
bulan dan tahun pembuatan, nama masing-masing lead serta nama
orang yang merekam
18) Matikan mesin EKG
19) Bersihkan dan rapikan alat
Berpuasa kurang lebih 9-12 jam sebelum mengambil sampel darah Anda.
Sebaiknya puasa di mulai dari jam 7 atau 8 malam. Anda hanya boleh
mengonsumsi air mineral selama periode puasa tersebut..
Jangan makan makanan tinggi lemak pada malam hari sebelum
pemeriksaan.
Jangan konsumsi minuman beralkohol atau olahraga berlebih sebelum
pemeriksaan.
Tidak melakukan aktivitas berat selama puasa.
1) Pemeriksaan menggunakan alat Rapid tes kolesterol
Alat dan Bahan
1. Alat pemeriksaan profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL dan Trigliserida)
2. Test strip (carik uji)
3. Lancet/Autoclix
4. Sarung tangan
5. Alkohol 70%
6. Tissue
7. Kapas
Prosedur Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Kolesterol
Sediakan tiga tabung reaksi yaitu tabung blanko, tabung standart, dan
tabung sampel. Pada tabung blanko masukkan 10µl aquadest, kemudian
pada tabung standart masukkan sebanyak 10µl standart kolesterol, pada
tabung sampel masukkan sebanyak 10µl serum, pada masing-masing
tabung di masukkan reagent kolesterol sebanyak 1000µl, lalu
homogenkan. Inkubasi selama 10 menit pada suhu 37OC, dibaca hasil
pada alat strofotometer dengan panjang gelombang 500 nm.
2. Pemeriksaan Trigliserida
Sediakan tiga tabung reaksi yaitu tabung blanko, tabung standart, dan
tabung sampel. Pada tabung blanko masukkan 10µl aquadest, kemudian
pada tabung standart masukkan sebanyak 10µl standart trigeliserida,
pada tabung sampel masukkan sebanyak 10µl serum, pada tabung
blanko, standart, dan sampel masing-masing di masukkan reagent
trigeliserida sebanyak 1000µl, lalu dihomogenkan. Inkubasi selama 10
menit pada suhu 37OC, dibaca hasil pada alat fotometer dengan panjang
gelombang 500nm.
3. Pemeriksaan HDL
Pembuatan supernatant:
i. Campur 0,5mL serum dengan 50 µl reagen HDL Kolesterol
(presipitat) diamkan selama 10 menit lalu sentrifuge selama 15 menit
dengan kecepatan 3000rpm.
Prosedur kerja kolestrol HDL :
ii. Sediakan tiga tabung, pada tabung dimasukkan 25µl larutan
standart, 25µl supernantant sampel lalu masukan pada masing-
masing tabung 1000µl reagen kolesterol, inkubasi selama 10 menit
dengan suhu 37ºC. Baca hasil pada alat spektrofotometer dengan
panjang gelombang 500nm.
4. Pemeriksaan LDL
Pemeriksaan kadar kolesterol-LDL dilakukan dengan cara yang sama
pada pemeriksaan kolesterol-HDL (presipitasi), yaitu menghilangkan
partikel non-LDL dalam plasma darah, kemudian kolesterol-LDL diukur
secara kolorimetrik enzima- tik seperti tahapan pemeriksaan kolesterol
total yang dibaca pada panjang gelombang sekitar 500 nm. Metode
alternatif yang masih banyak digunakan di laboratorium klinik Indonesia
yaitu menggunakan perhitungan menurut Friedewald, penggunaan
formula Friedewald mengharuskan pasien puasa 12 sampai 14 jam dan
tidak boleh memiliki kadar trigliserida di atas 400 mg/dL. Penggunaan
formula Friedewald didasarkan pada estimasi keberadaan LDL dengan
menghitung melalui persamaan dan memanfaatkan hasil pemeriksaan
kolesterol total, trigliserida dan kolesterol- HDL.
BAB III
PENUTUP
LAMPIRAN 1 PENCATATAN DAN PELAPORAN DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO PTM (APLIKASI SURVEILANS PTM)
POLA MAKAN
KURANG KURANG
RIWAYAT RIWAYAT RIWAYAT RIWAYAT RIWAYAT RIWAYAT KONSUMS
MEROKOK AKTIFITAS MAKAN
1 2 3 1 2 3 GULA GARAM LEMAK I ALKOHOL
FISIK BUAH
BERLEBIH BERLEBIH BERLEBIH
DAN
SAYUR
TEKANAN DARAH IMT
LINGKAR
TINGGI BERAT BADAN PEMERIKSAAN GULA BENJOLAN PAYUDARA RUJUK PUSKESMAS
SISTOL DIASTOL PERUT(CM)
BADAN(CM) (KG)
GANGGUAN INDERA
GANGGUAN PENGELIHATAN GANGGUAN PENDENGARAN EDUKASI
MATA KANAN MATA KIRI RUJUK PUSKESMAS TELINGA KANAN TELINGA KIRI RUJUK PUSKESMAS
KUOSIONER PUMA
DETEKSI DINI PPOK
Petunjuk pengisian :
a. Mengisi data dasar seperti Nama, Tanggal wawancara, Puskesmas, Nama petugas
Nama : Tanggal :
Puskesmas : Petugas :
b. Beri tanda silang (X) pada pernyataan yang sesuai. Masing-masing jawaban memiliki
nilai (skor) yang akan diakumulasikan.
Interpretasi :
Skor < 7 : Edukasi gaya hidup sehat
Skor > 7 : Risiko PPOK, lakukan pemeriksaan spirometri
Contoh Pengisian :
Hasil :
Skor PUMA = 7 artinya risiko PPOK.
Disarankan untuk pemeriksaan Spirometri di FKTP.