Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo Fiks
Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo Fiks
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu yang menjadi daya tarik utama dari Kota Labuan Bajo adalah
keberadaan kawasan Taman Nasional Komodo yang telah dijadikan
sebagai daya tarik wisata kelas dunia, dimana Kota Labuan Bajo
merupakan entry point untuk menuju kawasan wisata Taman Nasional
Komodo. Selain Kota Labuan Bajo sebagai pintu gerbang untuk menuju
Taman Nasional Komodo dan kota-kota di Pulau Flores, Labuan Bajo
sendiri mempunyai begitu banyak aktivitas pariwisata sehingga
perkembangan kota Labuan Bajo terus mengalami perkembangan
terutama dalam aspek fisik pembangunan fasilitas pariwisata untuk
menunjang kegiatan pariwisata di Kota Labuan Bajo.
Kota Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi wisata unggulan yang
sedang berkembang menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk sebuah
penelitian mengenai perkembangan kota Labuan Bajo yang dilihat dari
aspek fisik, juga aspek sosial serta fenomena kepariwisataan lainnya.
Keberadaan kawasan Taman Nasional Komodo yang telah dijadikan
sebagai obyek wisata kelas dunia dengan telah ditetapkannya sebagai
warisan budaya oleh UNESCO pada tahun 1991 ditambah lagi dengan
penetapan kawasan Taman Nasional Komodo sebagai The New 7
Wonders of Nature pada tahun 2012, membuat motivasi wisatawan untuk
datang berkunjung ke Labuan Bajo semakin bertambah selain itu
ditambah dengan pesona pemandangan bawah air yang indah menjadikan
aktivitas pariwisata di Labuan Bajo semakin berkembang. Hal ini selaras
dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke
Labuan Bajo, yang mengalami peningkatan dari bulan Januari hingga
Desember 2017 sebanyak 4.8457 orang dibandingkan tahun 2016 pada
periode yang sama yaitu 21.725 orang (Mabar dalam angka, 2017). Dalam
Tahun 2018 peningkatan kedatangan wisatawan ke Labuan Bajo sudah
mencapai 31.201 orang untuk wisatawan mancanegara, sementara
wisatawan nusantara lebih mendominasi yaitu 7.2612 orang pada tahun
2018 (Mabar dalam angka, 2018).
Perkembangan Kota Labuan Bajo yang sangat pesat ini akan berdampak
positif jika didukung dengan produk hukum yang dapat mengatur seperti
adanya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Di dalam Undang-Undang
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kota, merupakan penjabaran dari Rencana Umum Tata Ruang
Wilayah Kota ke dalam rencana distribusi pemanfaatan ruang dan
bangunan serta bukan bangunan pada kawasan kota. Dengan kata lain
Rencana Detail Tata Ruang Kota mempunyai fungsi untuk mengatur dan
menata kegiatan fungsional yang direncanakan oleh perencanaan ruang
diatasnya, dalam mewujudkan ruang yang serasi, seimbang, aman,
1.3. Tujuan
1.4. Sasaran
y
o
u
r
r
e
a
d
e
r
’
s
a
Gambar 1. Peta Lokasi Studi t
t
e
n
Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 7 t
Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
i
o
8
Secara sistematik, laporan penelitian ini terdiri dari enam bab dengan
tujuan agar setiap pembahasan yang ada bersifat sistematis, teratur,
lengkap dan jelas. Berikut penjelasan terkait keberadaan bab yang berada
didalam laporan ini:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab yang mendasari penelitian pada laporan dan terdiri
atas; latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat, ruang
lingkup penelitian, sistematika penulisan serta kerangka berpikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan berisikan teori-teori yang terkait dengan permasalahan
penelitian. Teori-teori yang dipakai bersifat holistik dan berketerkaitan
sehingga dapat menghasilkan variabel penelitian dan kerangka konsep.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan cara dan teknik yang digunakan dalam penelitian dengan
rincian; metode yang digunakan dalam penelitian ini, kebutuhan data
penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas mengenai gambaran umum wilayah studi serta
gambaran setiap variabel penelitian yang mendukung.
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang proses analisis berupa perhitungan sesuai
dengan metode yang dipilih beserta penjelasan atau pembahasannya guna
menjawab pertanyaan penelitian
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan membahas hasil akhir yang didapatkan dalam penelitian ini
berupa simpulan serta saran yang dapat diberikan terkait permasalahan
penelitian
Pariwisata
Kebutuhan Lahan
Kesesuaian Lahan
Pengaruh pada
perkembangan kota
Kebijakan Pengaturan
BAB II
TINJAUAN PUTAKA
Kota jika dilihat secara fisik merupakan konsentrasi geografik sarana dan
fasilitas kepariwisataan maupun daya tarik yang menjadi sarana
kunjungan wisatawan, lokasinya yang nyaman untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan maupun penduduk secara bersamaan (Page: 9,1995)
dalam (Dweyana 2006). Jansen -Verbeke (Burton : 128-129, 1995) dalam
(Dweyana 2006) membagi tiga unsur lokasi wisata dalam kota yang dapat
menarik perhatian wisatawan untuk dapat berkunjung yaitu unsur primer,
sekunder, dan kondisional.
yang datang. Untuk mendapat hasil itu, beberapa syarat yang harus
dipenuhi yaitu :
suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam kurun waktu yang berbeda.
Perkembangan dan pertumbuhan kota berjalan sangat dinamis. Menurut
Bourne (1982), dalam Priamudi, Bitta (2014) ada empat proses utama
yang menyebabkan perkembangan kota dari perubahan guna lahan
diperkotaan, yaitu :
BAB III
METODE PENELITIAN
Variabel adalah hal-hal yang menjadi obyek penelitian yang ditatap dalam
suatu kegiatan penelitian yang menunjukkan variasi, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Variabel penelitian mnurut Sugiyono
(2017:38) adalah Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk mempelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hasil tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Berikut merupakan
variabel yang digunakan dalam penelitian ini :
TEKNIK
VARIABEL INDIKATOR PARAMETER PENELITIAN PENGUMPULAN
DATA
Aktivitas Restoran/Rumah makan Melihat jumlah fasilitas yang
Pariwisata Akomodasi / Hotel tersedia
Agen travel Melihat Persebaran fasilitas yg Primer/Sekunder
Cafe & bar tersedia
Data yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data
yang diperoleh dari subyek penelitian dan data dalam hasil belajar. Dalam
hal ini peneliti berusaha mengumpulkan data-data yang bersumber dari :
Sumber data primer yaitu sumber data pertama dilokasi penelitian atau
objek penelitian. Sumber Data Sekunder merupakan sumber data kedua
atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Berikut merupakan
tabel kebutuhan data dalam penelitian :
2. Analisis Spasial
BAB IV
GAMBARAN UMUM
Tabel 4. Luas wilayah Kota Labuan Bajo diperinci Berdasarkan Desa dan
Kelurahan Tahun 2018
LUAS WILAYAH
NO. DESA/KELURAHAN
(HA)
Ruang lingkup wilayah Kota Labuan Bajo memiliki batas wilayah yaitu :
Sebelah Utara : Laut Flores
Sebelah Timur : Kac. Boleng dan Kec. Mbeliling
Sebelah Barat : Selat Sape
Sebelah Selatan : Laut Sawu
4.1.3 Kependudukan
DESA TAHUN
KELURAHAN 2013 2014 2015 2016 2017
Kelurahan Labuan Bajo 5.516 7.650 7.485 7.360 7.203
Kelurahan Wae Kelambu 3.371 5.313 5.478 5.652 5.855
Desa Gorontalo 5.320 7.354 7.464 7.464 7.245
Desa Golo Bilas 2.856 4.151 4.137 4.196 4.306
Desa Nggorang 1.633 1.644 1.659 1.761 1.845
Desa Batu Cermin 3.701 4.943 50.99 5.322 5.403
Total Jumlah Penduduk
Kota Labuan Bajo 22.397 31.055 31.322 31.755 31.857
1. Fasilitas Penginapan/Hotel
HOTEL
JUMLAH
TAHUN NON
BINTANG JUMLAH KAMAR
BINTANG
2012 5 41 46 628
2013 5 43 48 768
2014 6 50 56 914
2015 6 54 60 994
2016 6 58 64 1.030
2017 7 69 76 1.191
2. Fasilitas Agen/Travel
3. Fasilitas Hiburan
2. Kel. Labuan Bajo Paradise Bar & Restaurant, CV. Wisata Citra
Komodo MM, Pondok Asri Pub.
Tabel 13. Persebaran Fasilitas Restaurant dan Rumah Makan di Labuan Bajo
Tahun 2017
5. Fasilitas Transportasi
Obyek wisata di kota Labuan Bajo dibagi menjadi dua yaitu wisata
bahari pantai dan ekologi hutan. Objek wisata bahari pantai yaitu
Pantai Wae Cucu dan Pantai Pede sedangkan untuk objek wisata
ekologi hutan yaitu Puncak Waringin, Puncak Pramuka dan Batu
Cermin. Selain objek wisata ini terdapat juga Taman Nasional
Komodo yang memiliki daya tarik wisata yang cukup tinggi bagi
wisatawan untuk berkunjung, walaupun wisata Taman Nasional
Komodo tidak terletak langsung pada kota Labuan Bajo namun kota
ini merupakan kota transit sehingga wisatawan harus melewati Kota
Labuan Bajo untuk melanjutkan perjalanan menuju Taman Nasional
Komodo.
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
AKTIVITAS PARIWISATA
NO. TAHUN RUMAH AGEN CAFE & TOTAL
HOTEL MAKAN TRAVEL BAR
1. 2013 48 56 45 12 161
2. 2014 56 59 48 14 177
3. 2015 60 62 52 15 189
4. 2016 64 65 56 18 203
5. 2017 76 68 60 20 224
y
o
u
r
r
e
a
d
e
r
’
s
a
t
t
Gambar 9. Peta Persebaran Fasilitas Hotel
e
n
Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 62 t
Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
i
o
63 [
G
r
a
b
y
o
u
r
r
e
a
d
e
r
’
s
a
t
t
Gambar 10. Peta Persebaran Fasilitas Rumah Makan/Restaurant di Labuan Bajo tahun 2017
e
n
Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo
63 t
Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
i
o
64
Gambar 11. Peta Persebaran Fasilitas Agen Travel di Labuan Bajo 2017
Gambar 12. Peta Persebaran Fasilitas Cafe dan Bar di Labuan Bajo 2017
LUAS WILAYAH
BERDASARKAN LUAS
KELURAHAN/DESA KETINGGIAN (M.DPL) (HA)
0-100 100-500 500-1000
Batu Cermin 659,88 122,93 782,81
Golobilas 950,15 1.350,31 2300,46
Gorontalo 123,31 308,04 431,35
Nggorang 867,84 1.744,56 56,56 2668,96
Labuan Bajo 1.096,81 486,31 1.583,12
Wae Kelambu 209,22 1.783,84 0,54 1993,6
Total 3.907,21 5.795,63 57,1 9.759,94
Dilihat dari sifat fisik tanah, jenis tanah di kota kawasan perkotaan
Labuan Bajo merupakan jenis tanah litosol. Tanah litosol
merupakan hasil pelapukan batuan yang keras dan besar. Tekstur
tanah litosol biasanya berpasir, tidak berstruktur, banyak
kandungan batu dan krikil tanah litosol dapat dijumpai pada segala
iklim dan biasanya berada pada daerah dengan topografi berbukit,
pegunungan, dan lereng yang miring sampai curam. Berdasarkan
daya dukungnya terhadap ketahanan pondasi bangunan, jenis tanah
litosol ini memiliki daya dukung yang baik untuk pengembangan
bangunan perkotaan.
Berdasarkan sifat fisik tanah dan jenis batuan maka wilyah yang
memiliki daya dukung batuan paling tinggi terdapat pada Desa
Golobilas sedangkan untuk kelurahan dan desa lainnya pada
wilayah perkotaan Labuan Bajo memiliki daya dukung sedang
sehingga masih cukup sesuai untuk pembangunan wilayah
perkotaan Labuan Bajo, sehingga berdasarkan kriteria jeis tanah
dan batuan yang ada di Kota Labuan Bajo sudah sangat mendukung
untuk pengembangan perkotaan dan sesuai untuk mendirikan
bangunan/gedung di wilayah perkotaan Labuan Bajo, selanjutnya
yang perlu perhatian lebih lanjut yaitu mengenai penempatan
zonasi yang sesuai agar tidak terjadi konflik antara pemanfaatan
lahan di Kota Labuan Bajo. Untuk peta ketinggian wilayah,
kemiringan lereng, jenis tanah dan batuan dapat dilihat pada peta
berikut :
Gambar 19. Peta Persebaran Fasilitas Pariwisata Berdasarjkan Kriteria Kemiringan Lereng
mengenai tumbuh kembang anak mereka yang masih dalam usia ‘belajar’
menjadi kesan pilu yang dilontarkan dari mulut masyarakat setempat.
Berdasarkan hal ini maka dapat dikatakan bahwa keberadaan fasilitas
hiburan ternyata mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar hal ini
terjadi karena letaknya yang langsung berada pada kawasan permukiman
masyarakat. Untuk menghindari agar tidak mengganggu kenyamanan
masyarakat maka lokasi fasilitas hiburan ini harus berada pada lokasi yang
berbeda dengan lokasi perumahan masyarakat.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Aktivitas pariwisata yaitu Hotel, Rumah makan, Agen Travel, dan Cafe &
Bar memberikan pengaruh terhadap perkembangan kota Labuan Bajo
yaitu perubahan penggunaan lahan, yang dapat dilihat dari luas lahan
untuk pergagangan dan jasa yang pada tahun 2012 seluas 105,64 ha
menjadi 727,08 ha pada tahun 2017 serta adanya pengurangan lahan
Hutan seluas 6000,24 pada tahun 2013 menjadi 3749 pada tahun 2017.
Bajo perlu perhatian khusus karena termasuk dalam daerah rawan tsunami
begitu juga dengan wilayah desa Gorontalo karena memiliki kerentanan
tanah yang tinggi akibat kelerengan yang cukup tinggi sehingga masuk
dalam wilayah rawan longsor.
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Artikel/Journal
Haeruman, Herman. (1997). Pengelolaan Sumber Daya Lahan dalam Sistem Tata
Ruang Nasional. Makalah dalam Seminar Agenda 21 Pembangunan
berkelanjutan Nasional.
Haeruman, Herman. (1997). Pengelolaan Sumber Daya Lahan dalam Sistem Tata
Ruang Nasional. Makalah dalam Seminar Agenda 21 Pembangunan
berkelanjutan Nasional.
Buku Teks
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Baud, Bovy and Lawson. (1998). Tourism and Recreation Handbook of Planning
and Design. London : Architectural Pres.
Lillesand, T.M. dan Kiefer, R.W. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Jayadinata, J.T. 1992. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan
& Wilayah. Bandung : ITB Bandung.
Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis pada Kesesuaian Lahan. Semarang:
Badan Penerbit Undip.
Luru, M.N. (2017). Potensi Kota Pariwisata Perkotaan Labuan Bajo. Yogyakarta :
Deepublish.
Marbun. B.N. (1992). Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek. Jakarta:
Erlangga.
Karya Lain
Manggarai Barat dalam Angka 2017. Labuan Bajo: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Manggarai Barat.
Manggarai Barat dalam Angka 2018. Labuan Bajo: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Manggarai Barat.
Kecamatan Komodo dalam Angka 2017. Labuan Bajo: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Manggarai Barat.
Kecamatan Komodo dalam Angka 2018. Labuan Bajo: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Manggarai Barat.