Anda di halaman 1dari 99

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai


fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan Pemerintah Daerah (Undang-undang No 10 Tahun 2009).
Pariwisata dapat dijadikan salah satu sektor pembangunan yang berperan
dalam proses pengembangan wilayah dan memberikan kontribusi bagi
pendapatan daerah. Pariwisata terus berkembang menjadi sektor yang
menjanjikan dan memberikan manfaat kepada banyak pihak baik
pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Kota Labuan Bajo merupakan
Ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, yang merupakan Kabupaten
pemekaran dari Kabupaten Manggarai dan diresmikan pada tanggal 17
Juli 2003 melalui Undang-undang Republik Indonesia No 8 Tahun 2003
tentang pembentukan Kabupaten Manggarai Barat di Privinsi Nusa
Tenggara Timur.

Salah satu yang menjadi daya tarik utama dari Kota Labuan Bajo adalah
keberadaan kawasan Taman Nasional Komodo yang telah dijadikan
sebagai daya tarik wisata kelas dunia, dimana Kota Labuan Bajo
merupakan entry point untuk menuju kawasan wisata Taman Nasional
Komodo. Selain Kota Labuan Bajo sebagai pintu gerbang untuk menuju
Taman Nasional Komodo dan kota-kota di Pulau Flores, Labuan Bajo
sendiri mempunyai begitu banyak aktivitas pariwisata sehingga
perkembangan kota Labuan Bajo terus mengalami perkembangan
terutama dalam aspek fisik pembangunan fasilitas pariwisata untuk
menunjang kegiatan pariwisata di Kota Labuan Bajo.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
2

Kota Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi wisata unggulan yang
sedang berkembang menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk sebuah
penelitian mengenai perkembangan kota Labuan Bajo yang dilihat dari
aspek fisik, juga aspek sosial serta fenomena kepariwisataan lainnya.
Keberadaan kawasan Taman Nasional Komodo yang telah dijadikan
sebagai obyek wisata kelas dunia dengan telah ditetapkannya sebagai
warisan budaya oleh UNESCO pada tahun 1991 ditambah lagi dengan
penetapan kawasan Taman Nasional Komodo sebagai The New 7
Wonders of Nature pada tahun 2012, membuat motivasi wisatawan untuk
datang berkunjung ke Labuan Bajo semakin bertambah selain itu
ditambah dengan pesona pemandangan bawah air yang indah menjadikan
aktivitas pariwisata di Labuan Bajo semakin berkembang. Hal ini selaras
dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke
Labuan Bajo, yang mengalami peningkatan dari bulan Januari hingga
Desember 2017 sebanyak 4.8457 orang dibandingkan tahun 2016 pada
periode yang sama yaitu 21.725 orang (Mabar dalam angka, 2017). Dalam
Tahun 2018 peningkatan kedatangan wisatawan ke Labuan Bajo sudah
mencapai 31.201 orang untuk wisatawan mancanegara, sementara
wisatawan nusantara lebih mendominasi yaitu 7.2612 orang pada tahun
2018 (Mabar dalam angka, 2018).

Perkembangan Kota Labuan Bajo yang sangat pesat ini akan berdampak
positif jika didukung dengan produk hukum yang dapat mengatur seperti
adanya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Di dalam Undang-Undang
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kota, merupakan penjabaran dari Rencana Umum Tata Ruang
Wilayah Kota ke dalam rencana distribusi pemanfaatan ruang dan
bangunan serta bukan bangunan pada kawasan kota. Dengan kata lain
Rencana Detail Tata Ruang Kota mempunyai fungsi untuk mengatur dan
menata kegiatan fungsional yang direncanakan oleh perencanaan ruang
diatasnya, dalam mewujudkan ruang yang serasi, seimbang, aman,

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
3

nyaman dan produktif. Muatan yang direncanakan dalam RDTR kegiatan


berskala kawasan atau lokal dan lingkungan, dan atau kegiatan khusus
yang mendesak dalam pemenuhan kebutuhannya. Pada kenyataannya
Kota Labuan Bajo sendiri belum memiliki produk hukum yang mengatur
seperti RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) sebagai upaya pengembangan
wisata atas potensi wisata yang dimiliki Labuan Bajo, sehingga
dikawatirkan perkembangan kota Labuan Bajo yang begitu pesat ini akan
tidak terkendali dan membawa dampak negatif untuk perkembangan kota.

Pariwisata jika direncanaka dengan baik akan berpengaruh postif yang


menguntungkan baik dalam bidang ekonomi, seperti pariwisata
mendatangkan pendapatan devisa negara, terciptanya lapangan pekerjaan
serta kesempatan kerja, yang berarti mengurangi jumlah pengangguran
serta adanya kemungkinan bagi masyarakat daerah wisata untuk
meningkatkan pendapatan dan standar hidup. Perkembangan Kota Labuan
Bajo karena aktivitas pariwisata yang terkendali dengan produk hukum
dan perencanaan yang tepat akan menciptakan keseimbangan antar
lingkungan permukiman dengan lingkungan lain dalam suatu kawasan,
serta akan terjadi keterpaduan program pembangunan antar kawasan
maupun di dalam kawasan.

Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsi kota, baik yang


dilakukan pemerintah maupun masyarakat/swasta, dapat mendorong
investasi masyarakat di dalam kawasan serta terkoordinasinya
pembangunan kawasan antara pemerintah, masyarakat dan swasta.
Melihat perkembangan aktivitas pariwisata di Labuan Bajo yang begitu
pesat dan terjadinya peningkatan jumlah wisatawan mendorong kota
Labuan Bajo untuk menyediakan fasilitas pariwisata untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan yang berkunjung ke kota Labuan Bajo. Fasilitas
pariwisata yang dimaksud seperti hotel, rumah makan, tour travel, dan
fasilitas pariwisata lainnya. Untuk penyediaan fasilitas panunjang

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
4

pariwisata ini perlu disesuaikan dan harus dapat dikendalikan. Dengan


perkembangan pariwisata yang terjadi di kota Labuan Bajo ini menjadi
sangat menarik untuk mengetahui pengaruh aktivitas pariwisata terhadap
perkembangan kota Labuan Bajo.

1.2. Rumusan Masalah

Aktivitas pariwisata di Kota Labuan Bajo yang merupakan pintu masuk


menuju daerah wisata Taman Nasional Komodo dan daerah lainnya di
pulau flores, yang terus mengalami perkembangan pesat seharusnya
didukung dengan produk hukum yang dapat mengatur sehingga pariwisata
dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi perkembangan daerah
namun pada kenyataannya kota Labuan Bajo tidak memiliki RDTR
(Rencana Detail Tata Ruang). Perkembangan pariwisata di Kota Labuan
Bajo yang tidak didukung dengan produk hukum yang mengatur seperti
RDTR (Rencana Detail Tata Ruang), arah atau tindakan praktis lainnya
sebagai upaya pengembangan wisata atas potensi wisata yang dimiliki
kawasan tersebut dikawatirkan mengakibatkan aktivitas pariwisata yang
berkembang di kawasan tersebut baik dari segi ekonomi, sosial dan fisik
masyarakat, akan memberikan dampak negatif, padahal sektor pariwisata
merupakan sumber pendapatan wilayah atau kawasan serta mampu
mendorong perkembangan kawasan atau wilayah yang memiliki potensi
wisata.

Pariwisata dianggap perlu direncanakan dengan baik agar mampu


menghasilkan manfaat yang maksimal bagi kawasan di mana pariwisata
itu berkembang. Pengaruh perkembangan kota akibat aktivitas pariwisata
dianggap perlu diketahui, agar dapat mengetahui arah perkembangan
pariwisata dan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan
kota. Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka dalam
penelitian ini terdapat pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
5

1. Apa pengaruh aktivitas pariwisata terhadap perkembangan Kota


Labuan Bajo?

1.3. Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi pengaruh yang ditimbulkan


oleh aktivitas pariwisata terhadap perkembangan Kota Labuan Bajo.

1.4. Sasaran

Untuk mencapai tujuan penelitian, terdapat beberapa sasaran penelitian


yang perlu dilakukan antara lain:
1. Teridentifikasinya Pengaruh Aktivitas Pariwisata terhadap
Perkembangan Kota Labuan Bajo.
2. Teridentifikasinya Perkembangan Kota Labuan Bajo.
3. Teridentifikasinya Kesesuaian Lokasi Fasilitas Pariwisata Kota
Labuan Bajo.

1.5. Ruang Lingkup

1.5.1. Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah lokasi studi adalah Kota Labuan Bajo


dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Flores


Sebelah Timur : Kac. Boleng dan Kec. Mbeliling
Sebelah Barat : Selat Sape
Sebelah Selatan : Laut Sawu

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
6

1.5.2. Lingkup Substansial

Ruang Lingkup Substansial Pembatasan kajian pada studi ini


adalah mengetahui pengaruh aktivitas pariwisata terhadap
perkembangan kota Ruang lingkup pembahasan meliputi aspek
fisik yang terkait dengan perkembangan kota.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
7 [
G
r
a
b

y
o
u
r

r
e
a
d
e
r

s

a
Gambar 1. Peta Lokasi Studi t
t
e
n
Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 7 t
Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
i
o
8

1.6. Sistematika Penulisan

Secara sistematik, laporan penelitian ini terdiri dari enam bab dengan
tujuan agar setiap pembahasan yang ada bersifat sistematis, teratur,
lengkap dan jelas. Berikut penjelasan terkait keberadaan bab yang berada
didalam laporan ini:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab yang mendasari penelitian pada laporan dan terdiri
atas; latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat, ruang
lingkup penelitian, sistematika penulisan serta kerangka berpikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan berisikan teori-teori yang terkait dengan permasalahan
penelitian. Teori-teori yang dipakai bersifat holistik dan berketerkaitan
sehingga dapat menghasilkan variabel penelitian dan kerangka konsep.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan cara dan teknik yang digunakan dalam penelitian dengan
rincian; metode yang digunakan dalam penelitian ini, kebutuhan data
penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas mengenai gambaran umum wilayah studi serta
gambaran setiap variabel penelitian yang mendukung.
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang proses analisis berupa perhitungan sesuai
dengan metode yang dipilih beserta penjelasan atau pembahasannya guna
menjawab pertanyaan penelitian
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan membahas hasil akhir yang didapatkan dalam penelitian ini
berupa simpulan serta saran yang dapat diberikan terkait permasalahan
penelitian

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
9

1.7. Kerangka Berpikir

Pariwisata

Tumbuhnya Kegiatan Penyediaan atraksi, amenitas

Kebutuhan Lahan

Kesesuaian Lahan

Pengaruh pada
perkembangan kota

Kebijakan Pengaturan

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
10

BAB II
TINJAUAN PUTAKA

2.1. Aktivitas Pariwisata

Aktivitas adalah apa saja yang dilakukan wisatawan di daerah tujuan


wisata. Aktivitas yang begitu banyak oleh wisatawan dapat meningkatkan
pengeluaran wisatawan, selanjutnya aktivitas pariwisata berupa usaha yang
dapat dikerjakan oleh penduduk setempat yang dapat berupa perdagangan
jasa, serta layanan pariwisata lainnya (Warag, 2015). Selanjutnya The
United Nation World Tourism Organization (UNWTO), sebuah lembaga
kajian dan pendukung usaha wisata antar pemerintahan yang bermarkas di
Madrid mendefinisikan aktivitas wisata sebagai kegiatan manusia yang
melakukan perjalanan (keluar dari lingkungan asalnya) untuk tidak lebih
dari satu tahun berlibur, berdagang, atau urusan lainnya. Aktivitas wisata
adalah apa yang dikerjakan wisatawan, atau apa motivasi wisatawan
datang ke destinasi, yaitu keberadaan mereka di sana dalam waktu
setengah hari sampai berminggu-minggu. Suatu pusat aktivitas misalnya
suatu museum, yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung dalam
setengah hari di antara lama waktu kunjungan wisatanya menurut.
Aktivitas wisata digerakkan oleh adanya atraksi wisata, terutama yang
unik dan memiliki daya tarik tinggi seperti: pantai, taman, bangunan
bersejarah, topografi khas, ciri khas budaya, peristiwa lokal unik, dan lain-
lain. Aktivitas wisata adalah segala kegiatan yang dilakukan didalam
maupun di luar atau di sekitar daya tarik wisata. Aktivitas-aktivitas yang
dilakukan tersebut dapat berupa aktivitas wisata alam, aktivitas wisata
petualangan, aktivitas wisata rafting, aktivitas wisata budaya dan aktivitas
lainnya.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
11

Aktivitas pariwisata juga sering dilakukan oleh wisatawan yang sedang


berlibur di suatu daerah tujuan wisata. Aktivitas pariwisata ini dilakukan
seiring dengan penyaluran hobby atau bakat seperti, berbelanja, relaksasi,
kelas memasak, kelas menari, serta menghadiri acara budaya. Untuk
pemenuhan kebutuhan fisik demi terpenuhinya kepuasan serta kesehatan
jasmani dan rohani seperti bersepeda, jogging, serta berjalan di
sawah. (Hardianti Sunny : 2015).

2.2. Unsur-unsur Pariwisata Kota

Kota jika dilihat secara fisik merupakan konsentrasi geografik sarana dan
fasilitas kepariwisataan maupun daya tarik yang menjadi sarana
kunjungan wisatawan, lokasinya yang nyaman untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan maupun penduduk secara bersamaan (Page: 9,1995)
dalam (Dweyana 2006). Jansen -Verbeke (Burton : 128-129, 1995) dalam
(Dweyana 2006) membagi tiga unsur lokasi wisata dalam kota yang dapat
menarik perhatian wisatawan untuk dapat berkunjung yaitu unsur primer,
sekunder, dan kondisional.

2.2.1. Unsur – unsur Primer

1. Tempat untuk mengisi waktu luang


Lingkungan pusat kota yang menyenangkan dengan bangunan
arsitektur dan pola jaringan jalan yang menarik perhatian, alun-
alun, obyek kesenian, lingkungan industri masa lalu, pelabuhan dan
tempat-tempat bersejarah. Pada umumnya tempat-tempat yang tua
dan bersejarah tersebut beredar dan berada di sekitar pusat kota.
Lingkungan sosial budaya seperti bahasa, kebiasaan penduduk
setempat, gaya hidup dan kehidupan penduduk, kota pada
umumnya. Gambaran seperti itu biasanya terlihat pada tempat-
tempat yang merupakan konsentrasi penduduk kota. Berbagai

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
12

kegiatan perdagangan, budaya dan mengisi waktu senggang yang


biasanya cenderung berkonsentrasi di dalam dan di sekitar Central
Business District (CBD). Dua karakteristik tersebut merupakan
ruang publik yang terbuka bagi wisatawan maupun penduduk kota.
Tempat kegiatan merupakan bangunan-bangunan atau fasilitas
kegiatan-kegiatan budaya atau hiburan yang bersifat khusus dan
dapat menarik perhatian wisatawan seperti teater, musium, galeri,
bioskop, cafe & bar dan tempat hiburan lainnya. Berbagai fasilitas
tersebut biasanya mengelompok atau berada di dalam atau di
sekitar Central Business District (CBD).

2. Syarat-syarat Unsur Primer Wisata


Daya tarik utama ini merupakan komponen yang sangat vital
karena daya tarik atau disebut juga atraksi merupakan faktor
penyebab utama, mengapa seorang wisatawan mengunjungi suatu
daerah tujuan wisata. Seperti yang dikatakan oleh (Pitana-Gayatri :
101-102, 2005 dalam Dweyana 2006) “ the attractions represent
the most important reasons for travel to destinations”. Menurut
Pitana-Gayatri : 101-102, 2005 dalam Dweyana 2006), Tourist
adalah representasi dari komponen human (manusia), site meliputi
wilayah destinasi atau entitas fisik dan the marker merupakan
sekumpulan informasi yang digunakan oleh wisatawan untuk
mengidentifikasi serta memberikan makna terhadap suatu destinasi
wisata.

Suatu daerah tujuan wisata hendaknya memenuhi syarat atraksi


yang baik sehingga dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-
banyaknya, menahan mereka untuk di tempat atraksi dalam waktu
yang cukup lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang
datang berkunjung sehingga banyak pengeluaran oleh wisatawan

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
13

yang datang. Untuk mendapat hasil itu, beberapa syarat yang harus
dipenuhi yaitu :

a. Kegiatan dan obyek yang merupakan atraksi itu sendiri harus


dalam keadaan yang baik.
b. Penyajiannya atraksi wisata harus tepat karena atraksi wisata
harus disajikan di hadapan wisatawan.
c. Atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial,
suatu perjalanan. Oleh karena itu daerah tujuan wisata harus
memenuhi semua determinan mobilitas spasial, yaitu
akomodasi, transportasi, promosi dan pemasaran.
d. Keadaan di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan
cukup lama.
e. Atraksi wisata harus bisa memberi kesan yang baik dan harus
dapat menahan wisatawan selama mungkin ketika wisatawan
menyaksikan atraksi wisata.

2.2.2. Unsur Sekunder

Unsur-unsur ini bukan merupakan bagian-bagian kota yang


menarik perhatian utama wisatawan tetapi merupakan komponen
mendasar bagi kunjungan wisatawan. Unsur-unsur ini termasuk
semua bentuk fasilitas untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan
makan dan minum, kebutuhan belanja baik berupa pertokoan, mal,
rumah makan maupun tempat-tempat kumpulan pedagang kaki
lima. Semua fasilitas tersebut merupakan usaha komersial namun
restoran yang ada cenderung terkonsentrasi di daerah Central
Business District (CBD), sedangkan outlet fasilitas makan minum
(seperti restoran cepat saji dan lai-lain) tersebar lebih luas dalam
wilayah kota. Berikut syarat-syarat unsur sekunder wisata :

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
14

1. Fasilitas hotel yang baik hendaknya memiliki syarat


fasilitas, syarat pelayanan, syarat tarif, syarat lokasi yang
meliputi syarat lingkungan, sentralitas dan aksesibilitas
(Soekadijo : 95-109, 2000) dalam (Dweyana 2006).
Berkaitan dengan syarat lokasi, syarat pertamanya adalah
syarat sentralitas di mana lokasi hotel menuntut bahwa citra
hotel dengan citra lingkungan itu harus saling sesuai. Atau
hotel harus menyesuaikan dan mendapat citra
lingkungannya yang menyesuaikan dan mendapat citra
hotel.
2. Syarat sentralitas yang menunjukan hubungan hotel dengan
tempat-tempat atraksi wisata dan menentukan bahwa lokasi
hotel harus di tengah-tengah atau berdekatan dengan tempat
atraksi wisata. Dekat dan jauh di sini harus berdasarkan
pada syarat angkutan, yaitu kenyamanan, waktu dan biaya.
3. Syarat aksesibilitas, dimana lokasi yang tepat untuk hotel
berdasarkan syarat ini ialah pertama dekat terminal-terminal
angkuta, baik angkutan udara (bandara), angkutan rel
(stasiun kereta api), angkutan jalan raya (terminal bus).
4. Syarat restoran yang baik adalah harus memenuhi
persyaratan lokasi, baik mengernai sentralitas, aksesibilitas
maupun lingkungannya. Mengenai aksesibilitasnya,
restoran harus mudah ditemukan dan mudah dicapai dari
tempat-tempat dimana wisatawan masuk dan dimana
mereka menginap. Sedangka syarat sentralitas, restoran
harus berdekatan dengan tempat dimana banyak terdapat
wisatawan.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
15

2.2.3. Unsur Kondisional

Unsur-unsur kondisional ini merupakan prasarana wisata yang


diperlukan sebelum unsur-unsur primer dan sekunder
dimanfaatkan. Termasuk dalam golongan ini adalah aksesibilitas,
areal parkir, papan penunjuk arah, pusat informasi wisata dan
akomodasi. Layanan informasi wisata sebaiknya berada dekat
dengan daya tarik utama wisata.
Aksesibilitas menuju daerah tujuan wisata menurut (Soekadijo :
137, 2000) dalam (Dweyena 2006). adalah kemudahan untuk
bergerak dari daerah yang satu ke daerah lain. Tanpa adanya
kemudahan aksesibilitas tidak akan ada pariwisata. Adapun faktor-
faktor yang memungkinkan adanya kemudahan aksesibilitas yaitu :

1. Konektivitas antara daerah yang satu dengan daerah lainnya


2. Tidak adanya penghalang adanya transferabilitas antar daerah
3. Tersedianya sarana angkutan antardaerah.

Menurut Getz (1993) dalam (Dweyana 2006) Ketiga unsur di atas


merupakan satu kesatuan dalam pengembangan daerah tujuan
wisata, namun dalam pembangunan dan lokasinya tergantung pada
faktor-faktor ekonomi, sosial, dan pembuat kebijakan (Burton :
129,1995) dalam (Dweyana 2006).

2.3. Perkembangan Fisik Kota

Perkembangan kota memiliki pengertian yang berbeda-beda, tergantung


pada sudut pandang dan bidang kajian yang dilakukan. Secara umum
beberapa unsur yang terdapat pada pengertian kota adalah kawasan
pemukiman dengan jumlah dan kepadatan penduduk yang relatif tinggi,
memiliki luas areal terbatas, pada umumnya bersifat non agraris, tempat

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
16

sekelompok orang-orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal


bersama dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung berpola
hubungan rasional, ekonomis dan individualistis (Kamus Tata Ruang,
1997:52). Bentuk kota yang terjadi sekarang tidak terlepas dari proses
pembentukan kota itu sendiri.

Menurut Marbun (1992), kota merupakan kawasan hunian dengan jumlah


penduduk relatif besar, tempat kerja penduduk yang intensitasnya tinggi
serta merupakan tempat pelayanan umum. Kegiatan ekonomi merupakan
hal yang penting bagi suatu kota karena merupakan dasar agar kota dapat
bertahan dan berkembang (Jayadinata, 1992). Kedudukan aktifitas
ekonomi sangat penting sehingga seringkali menjadi basis perkembangan
sebuah kota. Adanya berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan
menjadi potensi perkembangan kawasan tersebut pada masa berikutnya.

Istilah perkembangan kota (urban development) dapat diartikan sebagai


suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan di
dalam masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial
ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik (Hendarto, 1997).
Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prisipnya menggambarkan
proses berkembangnya suatu kota. Pertumbuhan kota mengacu pada
pengertian secara kuantitas, yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran
faktor produksi yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota tersebut.
Semakin besar produksi berarti ada peningkatan permintaan yang
meningkat. Sedangkan perkembangan kota mengacu pada kualitas, yaitu
proses menuju suatu keadaan yang bersifat pematangan. Indikasi ini dapat
dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari primer kesekunder atau
tersier. Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa
peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang
bersangkutan (Hendarto, 1997).

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
17

Perkembangan suatu kota juga dipengaruhi oleh perkembangan dan


kebijakan ekonomi. Hal ini disebabkan karena perkembangan kota pada
dasarnya adalah wujud fisik perkembangan ekonomi (Firman, 1996).
Kegiatan sekunder dan tersier seperti manufaktur dan jasa-jasa cenderung
untuk berlokasi di kota-kota karena faktor urbanization economics yang
diartikan sebagai kekuatan yang mendorong kegiatan usaha untuk
berlokasi di kota sebagai pusat pasar, tenaga kerja ahli, dan sebagainya.
Perkembangan kota menurut Raharjo dalam Widyaningsih (2001),
bermakna perubahan yang dialami oleh daerah perkotaan pada aspek-
aspek kehidupan dan penghidupan kota tersebut, dari tidak ada menjadi
ada, dari sedikit menjadi banyak, dari kecil menjadi besar, dari
ketersediaan lahan yang luas menjadi terbatas, dari penggunaan ruang
yang sedikit menjadi teraglomerasi secara luas, dan seterusnya.

Teori Central Place dan Urban Base merupakan teori mengenai


perkembangan kota yang paling populer dalam menjelaskan
perkembangan kota-kota. Menurut teoricentral place seperti yang
dikemukakan oleh Christaller (dalam Daldjoeni, 1992), Perkembangan
suatu kota merupakan akibat dari fungsinya dalam menyediakan barang
dan jasa untuk daerah sekitarnya. Teori Urban Base juga menganggap
bahwa perkembangan kota ditimbulkan dari fungsinya dalam
menyediakan barang kepada daerah sekitarnya juga seluruh daerah di luar
batas-batas kota tersebut. Menurut teori ini, perkembangan ekspor akan
secara langsung mengembangkan pendapatan kota. Disamping itu, hal
tersebut akan menimbulkan pula perkembangan industri-industri yang
menyediakan bahan mentah dan jasa-jasa untuk industri-industri yang
memproduksi barang ekspor yang selanjutnya akan mendorong
pertambahan pendapatan kota lebih lanjut (Hendarto, 1997).

Perkembangan kota, pada hakekatnya menyangkut berbagai aspek


kehidupan. Perkembangan adalah suatu proses perubahan keadaan dari

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
18

suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam kurun waktu yang berbeda.
Perkembangan dan pertumbuhan kota berjalan sangat dinamis. Menurut
Bourne (1982), dalam Priamudi, Bitta (2014) ada empat proses utama
yang menyebabkan perkembangan kota dari perubahan guna lahan
diperkotaan, yaitu :

1. Perluasan batas kota.


2. Peremajaan di pusat kota.
3. Perluasan jaringan infrastruktur terutama jaringan transportasi.
4. Tumbuh dan hilangnya pemusatan aktivitas tertentu, misalnya
tubuhnya aktivitas industri dan pembangunan sarana rekreasi/wisata.

2.4. Penggunaan Lahan

Definisi lahan menurut Sitorus (2004) merupakan bagian dari bentang


alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk
iklim, topografi atau relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami
yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan
lahan. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) lahan sebagai suatu
wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer,
termasuk atmosfer serta segala akibat yang ditimbulkan oleh manusia di
masa lalu dan sekarang. Lillesand dan Kiefer (1997) mendefinisikan
penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada suatu
bidang lahan. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan dalam dua
penggunaan yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non-
pertanian. Menurut Arsyad (1989) penggunaan lahan pertanian dibedakan
atas tegalan, sawah, kebun, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung
dan sebagainya, sedangkan penggunaan lahan nonpertanian dibedakan
dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi,
pertambangan dan sebagainya.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
19

2.5. Perubahan Penggunaan Lahan

Pengertian perubahan guna lahan secara umum menyangkut transformasi


dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke
penggunaan lainnya (Dwiyanti dan Dewi, 2013:222) dalam (Isnainin M,
2015). Terdapat beberapa hal yang menyebabkan perubahan guna lahan di
daerah tujuan wisata. Penyebab perubahan tersebut diantaranya adalah
adanya pengembangan fasilitas pelayanan wisata dan pengembangan
kegiatan pariwisata seperti atraksi, rekreasi, akomodasi, serta kegiatan
penunjang lainnya. Akomodasi ini terus dikembangkan untuk menarik
wisatawan untuk berkunjung ke (Paramitasari, 2010) dalam (Isnainin M,
2015). Perkembangan ruang wilayah dapat diukur dari perubahan
penggunaan lahan. Adapun yang dimaksud dengan penggunaan lahan
adalah hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan kegiatan manusia
terhadap lahan. Dalam melakukan kegiatan, termasuk kegiatan manusia
terhadap lahan diwadahi oleh suatu ruang. Pada kegiatan pemanfaatan
ruang didalamnya terjadi kegiatan pemanfaatkan lahan untuk memenuhi
kebutuhan manusia, salah satunya adalah untuk pariwisata. Terdapat
beberapa kegiatan pemanfaatan lahan yang diwadahi oleh suatu ruang
seperti rumah, warung, toko, homestay, dan ladang, dalam pemanfaatan
lahan (Isnainin M, 2015). Perubahan penggunaan lahan adalah
bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan lahan
yang lainnya dari suatu waktu ke waktu berikutnya atau berubahnya
fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Martin, 1993 dalam
Wahyunto dkk. 2001). Dalam perkembangannya perubahan lahan tersebut
akan terdistribusi pada tempat-tempat tertentu yang mempunyai potensi
yang baik. Selain distribusi perubahan penggunaan lahan akan mempunyai
pola-pola perubahan penggunaan lahan menurut Bintaro (1997) dalam
Wahyudi (2009).

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
20

Dilihat dari faktor-faktor penyebabnya, pada umumnya proses


pekembangan penggunaan lahan kota-kota di Indonesia dipengaruhi oleh
faktor penentu dari segi ekonomi (economic determinants). Menurut
Santoso, dalam (Paramitasari, 2010) secara rasional penggunaan lahan
oleh masyarakat biasanya ditentukan berdasarkan pendapatan atau
produktivitas yang biasa dicapai oleh lahan, sehingga muncul konsep
highest and best use artinya penggunaan lahan terbaik adalah penggunaan
yang dapat memberikan pendapatan tertinggi. Lahan dengan nilai lahan
rendah, seperti lahan-lahan pertanian, berubah menjadi aktivitas dengan
nilai lahan yang lebih tinggi dan untuk selanjutnya aktivitas yang telah ada
ini berubah menjadi aktivitas lainnya dengan diikuti peningkatan nilai
lahan. Jadi, perubahan penggunaan lahan terjadi karena pergantian
kegiatan kurang produktif menjadi kegiatan lain yang lebih produktif.
Perubahan (konversi) penggunaan lahan yang diartikan sebagai perubahan
suatu jenis penyesuaian penggunaan lahan dalam fungsinya sebagai ruang
potensial, terhadap peningkatan kebutuhan ruang untuk kegiatan ekonomi
dan sosial berikut sarana dan prasarana penunjang, serta masyarakat
wilayah itu sendiri (Paramitasari, 2010 : 26).

Lahan yang memiliki potensi ekonomi tinggi seperti kawasan pariwisata


akan cenderung mengalami pertumbuhan dan perubahan guna lahan yang
cepat. Mengaitkan perubahan penggunaan lahan di kawasan pariwisata
dengan perubahan penggunaan lahan di perkotaan (Bourne, 1982) dalam
(Paramitasari, 2010) maka terdapat empat proses utama yang
menyebabkan terjadinya perubahan guna lahan di kawasan pariwisata
adalah :

1. Perluasan batas kawasan wisata, yang artinya perkembangan


kegiatan wisata akan disertai dengan perkembangan fasilitas
pelayanan wisata serta komponen kegiatan pariwisata yang pada
akhirnya akan menyebabkan semakin meluasnya kawasan

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
21

pariwisata sehingga terjadi perluasan batas yang telah ditentukan


sebelumnya menjadi lebih luas ke daerah sekitar kawasan wisata.

2. Peremajaan di pusat-pusat kegiatan wisata, untuk memenuhi


kepuasan wisatawan, pusat-pusat kegiatan kepariwisataan seperti
atraksi, rekreasi, akomodasi, serta kegiatan penunjang lainnya
perlu terus dilakukan peremajaan atau perbaikan dalam jangka
waktu tertentu. Peremajaan yang biasanya berbentuk penertiban ini
memungkinkan terjadinya perpindahan/migrasi dari perumahan
atau perusahaan yang tadinya menempati pusat kegiatan wisata
yang diremajakan. Perpindahan ini biasanya mengarah ke
pinggiran pusat kegiatan yang pada akhirnya akan memperluas
dari kawasan pusat kegiatan itu sendiri.

3. Perluasan jaringan infrastruktur dan transportasi, kegiatan


pariwisata membutuhkan kualitas dan kinerja infrastruktur yang
memadai untuk menarik wisatawan, dengan ketersediaan
infrastruktur yang baik maka akan mempermudah wisatawan
untuk menjangkau daerah tujuan wisata, hal ini juga bisa menarik
penduduk dari kawasan lain untuk pindah atau bermigrasi karena
kawasan wisata memiliki sarana prasarana yang lebih memadai
dibandingkan dengan daerah asal mereka. Hal ini juga akan
menyebabkan meluasnya penggunaan lahan.

4. Tumbuh dan hilangnya pusat-pusat kegiatan wisata yang biasanya


akan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menarik
keuntungan dari adanya wisatawan, karena dengan adanya
wisatawan yang datang maka akan mendorong masyarakat sekitar
untuk membuka usaha dalam menunjang kegiatan pariwisata yang
akhirnya akan memperluas penggunaan lahan.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
22

2.6. Fasilitas Pariwisata

Fasilitas pariwisata merupakan sarana yang bertujuan untuk melayani dan


mempermudah kegiatan atau aktivitas wisatawan yang dilakukan untuk
mendapatkan pengalaman rekreasi, Marpaung (2002:69) dalam Ali
(2015:17). Tujuannya yaitu untuk memberikan pelayanan kepada
wisatawan yang datang berkunjung. Menurut Bukart dan Medlik
(1974:133) dalam Ali (2015:17) fasilitas bukanlah faktor utama yang
dapat menentukan kedatangan wisatawan menuju destinasi wisata, namun
jika tidak tersedia maka dapat menghalangi atau mengganggu wisatawan
dalam menikmati atraksi wisata yang ditawarkan. Oleh karena itu fasilitas
pariwisata sangat dibutuhkan untuk melayani dan mempermudah aktivitas
pariwisata bagi wisatawan yang datang berkunjung pada daerah wisata.
Menurut Lawson dan Baud-Bovy dalam bukunya yang berjudul Tourism
and Recreation Handbook of Planning and Design (1997:17) membagi
fasilitas wisata kedalam 2 jenis yaitu :

a. Fasilitas dasar untuk semua jenis resort atau komplek rekreasi


dimanapun berada, yang memberikan pelayanan kepada wisatawan
secara umum seperti akomodasi, makanan dan minuman, hiburan,
bersantai dan juga infrastruktur dasar untuk pengelolaan sebuah
objek wisata.
b. Fasilitas khusus sesuai dengan karakteristik yang tersedia untuk
menunjukan karakter alamiah sebuah obyek wisata. Obyek wisata
ini seperti pantai, gunung, spa, dan objek wisata dengan tema
lainnya yang memerlukan fasilitas khusus yang berbeda.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
23

2.7. Pengaruh Aktivitas Pariwisata

2.7.1. Pengaruh Terhadap Perkembangan Kota

Perkembangan aktivitas pariwisata menimbulkan berbagai macam


pengaruh terhadap suatu daerah di mana aktivitas pariwisata itu
terjadi. Pengaruh yang muncul tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi 3 dasar pemikiran yang menimbulkan perubahan pada
daerah tujuan wisata yaitu : arah perubahan, tingkat perubahan, dan
langkah perubahan (Wahab : 10-12, 1997) :

1. Arah perubahan dapat dilihat dari dampak positif dan


negatif terhadap beberapa unsur daerah tujuan wisata.
Berpengaruh positif misalnya dengan adanya kawasan
wisata maka akan terjadi peningkatan jumlah wisatawan
yang dapat meningkatkan keuntungan bagi usaha industri
seperti industri perhotelan, restoran, dan industri pariwisata
lainnya. Namun di sisi lain aktivitas pariwisata dapat
berpengaruh negatif yaitu diperlukan penambahan lahan
dan perubahan penggunaan lahan.
2. Tingkat perubahan dapat menunjukan besarnya perubahan
yang terjadi, salah satunya dapat dilihat dari peningkatan
jumlah wisatawan dari tahun ke tahun.
3. Langkah perubahan dapat dilihat dari tingkat perubahan
yang relatif dari suatu perubahan yang terjadi.

Pariwisata mempunyai fungsi bagi pengembangan dan penampilan


fisik kota, melalui pengembangan prasarana dan sarana pariwisata.
Prasarana khusus yang kemudian dapat dimanfaatkan juga bagi
wisatawan, sarana akomodasi untuk tempat tinggal sementara
wisatawan, sarana pelayanan jasa serta sarana lainnya yang

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
24

diciptakan dalam pengembangan pariwisata. Secara fisik pariwisata


juga dapat menciptakan lanmark sebagai orientasi bagi wisatawan.
Kota merupakan suatu daerah tujuan wisata sekaligus sebagai
tempat persinggahan (transit point) dalam sistem transportasi.
Pariwisata memacu sektor lainnya seperti perdagangan, perhotelan,
restoran dan sektor-sektor lainnya. (Haris : 57, 2001). Dengan
berkembangnya aktivitas pariwisata ternyata mempengaruhi
perubahan lahan, yaitu dari lahan non terbangun menjadi terbangun
dari kegiatan pemanfaatan lahan berupa kebun/tegal menjadi
rumah, warung makan, toko kelontong, dan homestay. Adanya
aktivitas pariwisata ini mendorong masyarakat untuk mendirikan
usaha yang untuk menunjang kegiatan wisata seperti pembangunan
rumah untuk homestay, warung makan, toko kelontong sehingga
perkembangan kota menjadi lebih luas karena penggunaaaan lahan
yang terus bertambah (Wahyu Nur Isnaini dan Mohammad
Muktiali, 2015).

2.7.2. Pengaruh Aktivitas Pariwisata terhadap Aspek Fisik

Menurut Tulus (2013:31) dalam Afandi (2015:285) menyatakan


bahwa pengaruh dari kegiatan pariwisata terhadap aspek fisik
yaitu terjadinya perubahan penggunaan lahan yang ditandai dengan
berkembangnya sektor pendukung pariwisata seperti akomodasi
yang terkait dengan terbukanya lapangan pekerjaan dalam
industri pariwisata serta berkembangnya atraksi wisata. Khodyat
(1996:104) dalam Afandi (2015:285) mengemukakan bahwa
perkembangan pariwisata telah menyebabkan perubahan dalam
hal aspek fisik yaitu perubahan tata guna lahan. Paramitha
(2010:34) dalam Afandi (2015:285) adanya pengaruh pariwisata
terhadap aspek fisik dapat dilihat dari perbaikan kualitas
lingkungan dengan terpenuhinya kebutuhan saran dan prasarana

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
25

dasar wisata yang dibutuhkan dalam kegiatan pariwisata dan


adanya konversi lahan pada kawasan atau daerah sekitar kawasan
wisata.
Menurut Suwardjoko dan Indira (2006:110) dalam Afandi
(2015:286) pariwisata tidak dapat dipisahkan dari aspek fisik
seperti akomodasi/penginapan. Menurut Suwantoro (2001:19-24)
dalam Paramitha (2010:35) unsur pokok yang harus mendapat
perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah
wisata antara lain yaitu sarana wisata dan prasarana wisata. Sarana
pokok wisata menurut Spilane (1987:18) dalam Afandi (2015) yang
digunakan sebagai bahan amatan dalam penelitian adalah
ketersediaan sarana transportasi, akomodasi, rumah makan, dan
sarana perbelanjaan. Kualitas dan kuantitas sarana pariwisata akan
dijadikan indikator pengaruh pariwisata terhadap aspek fisik.
Berdasrkan penertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh
aktivitas pariwisata terfadap aspek fisik perkembangan kota dapat
dilihat dari tumbuh dan berkembangnya fasilitas penunjang
pariwisata yang dapat mengubah arah dan bentuk fisik kota.

2.7.3. Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Penggunaan Lahan

Pengertian perubahan guna lahan secara umum merupakan


transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu
penggunaan ke penggunaan lainnya (Dwiyanti dan Dewi,
2013:222) dalam Isnaini, Dewi (2015:392). Perkembangan
kegiatan pariwisata terhadap perkembangan ruang wilayah dapat
diukur dari perubahan penggunaan lahan, perluasan kawasan
terbangun, penyusupan unsur perkotaan ke dalam daerah pedesaan
dan sebagainya (Warpani, 2007:140) dalam (Pamungkas 2014).
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan perubahan guna lahan di
daerah tujuan wisata yang disebabkan oleh beberapa faktor.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
26

Penyebab perubahan tersebut diantaranya adalah adanya


pengembangan, penambahan fasilitas pelayanan wisata dan
pengembangan kegiatan pariwisata seperti atraksi, rekreasi,
akomodasi, serta kegiatan penunjang pariwisata lainnya.
Akomodasi dan fasilitas pariwisata ini terus dikembangkan agar
dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata
(Paramitasari, 2010) dalam Isnaini, Dewi (2015:392). Menurut
Isnaini, Dewi (2015:392) perkembangan ruang wilayah dapat
diukur dari perubahan penggunaan lahan baik lahan tidak
terbangun menjadi lahan terbangun ataupun perubahan penggunaan
lahan. Adapun yang dimaksud dengan penggunaan lahan adalah
hasil akhir dari setiap bentuk kegiatan yang dilakukan manusia
terhadap suatu lahan. Dalam melakukan kegiatan, termasuk
kegiatan manusia terhadap lahan diwadahi oleh suatu ruang.
Kegiatan pemanfaatan ruang dimana terjadi kegiatan pemanfaatkan
lahan untuk memenuhi kebutuhan manusia, salah satunya adalah
untuk pariwisata seperti kegiatan pemanfaatan lahan yang diwadahi
oleh suatu ruang yaitu rumah, warung, toko, homestay, dan ladang.
Perubahan perubahan penggunaan lahan menurut As-Syakur (2011)
dalam Pamungkas (2016) merupakan bertambahnya suatu
penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang
lain diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain
dari suatu waktu ke waaktu berikutnya, atau berubahnya fungsi
suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda.

2.8. Kesesuaian Lahan

Lahan adalah suatu area di permukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu


yaitu dalam hal sifat atmosfer, geologi, geomorfologi, pedologi, hidrologi,
vegetasi dan penggunaan lahan. Penggunaan lahan diartikan sebagai
bentuk kegiatan manusia terhadap lahan, termasuk di dalamnya keadaan

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
27

alamiah yang belum terpengaruh oleh kegiatan manusia. Langkah awal


dalam proses penggunaan lahan yang rasional adalah dengan cara
melakukan evaluasi lahan sesuai dengan tujuannya. Kesesuaian lahan
adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh
lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau
pertanian tanaman semusim. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda
tergantung daripada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan
(Sitorus, 1985).

Menurut Khadiyanto (2005:27) kemampuan lahan (Land Capability)


dan kesesuaian lahan (Land Suitability) menentukan kelayakan
penggunaan lahan yang menjadi pangkal pertimbangan dalam tata guna
lahan. Dengan demikian maka tata guna lahan dapat dinyatakan sebagai
suatu rancangan peruntukan lahan menurut kelayakannya. Kemampuan
lahan lebih menekankan kepada kapasitas berbagai penggunaan lahan
secara umum yang dapat diusahakan di suatu wilayah.

Kesesuaian lahan bagi pengembangan sebuah kota baiknya harus


mempertimbangkan beberapa aspek yaitu kondisi fisik, kondisi sosial
ekonomi, aksesibilitas, lingkungan dan ekologi, potensi sumber daya lokal
serta faktor politik (Golany, 1976:68). Pertimbangan berbagai aspek
sangat diperlukan bagi penentuan pemanfaatan lahan yang ditunjukkan
dengan adanya tindakan selektif dalam pemanfaatan lahan. Hal ini
dikarenakan pemanfaatan lahan yang tidak optimal akan berdampak
negatif baik terhadap lingkungan itu sendiri, sosial maupun ekonomi.
Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan penggambaran tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Sitorus,
1985) dalam (Satria Mitra, S 2013:162).

Lahan untuk perumahan atau permukiman terletak pada kawasan


budidaya di luar kawasan lindung (UU No. 26 Tahun 2007) yang

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
28

mempunyai kriteria-kriteria kemiringan lereng, curah hujan, daya dukung


tanah, drainase, jenis tanah dan tidak pada daerah labil. Kesesuaian lahan
untuk permukiman umumnya dinilai berdasarkan karakteristik lahan yang
mempengaruhi pondasi bangunan, kenyamanan, kelestarian, keselamatan
bangunan, kekuatan batuan, tingkat pelapukan, tekstur tanah, bahaya
longsor, bahaya banjir dan permeabilitas tanah.

Permukiman merupakan bagian dari lingkungan di luar kawasan lindung,


baik dalam lingkup ruang perkotaan maupun pedesaan, dan juga memiliki
fungsi sebagai lingkungan tempat hunian serta tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Wilayah permukiman di
perkotaan yang sering disebut sebagai daerah perumahan, memiliki
keteraturan bentuk fisik. Sebagian besar rumah pada daerah perumahan
menghadap secara teratur ke arah kerangka jalan yang ada dan sebagian
besar terdiri dari bangunan permanen, berdinding tembok, dan dilengkapi
dengan penerangan listrik (Koestoer, 1997).

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
29 [
G
r
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
a
b
JUDUL DAN RUMUSAN VARIABEL METODOLOGI KESIMPULAN
PENULIS MASALAH
Rois Lukman Bagaimana pengaruh Kualitas dan kuantitas sarana Metode penelitian yang Adanya perkembangan y
Afandi¹ dan M. Keberadaan Kawasan pariwisata : digunakan adalah metode kawasan wisata
Muktie ali. 2015. Wisata Sangiran  Akomodasi/Hotel kuantitatif dan data yang sangiran memberikan o
Kajian Pengaruh Terhadap aspek fisik,  Transportasi dikumpulkan melalui pengaruh terhadap u
Keberadaan aspek ekonomi dan  Rumaha Makan observasi lapangan, kawasan yang ada
r
Kawasan Wisata aspek sosial  Sarana Perbelanjaan kuesioner dan wawancara disekitarnya. Pengaruh
Sangiran masyarakat  Perubahan dengan beberapa tersebut tidak hanya
Terhadap Aspek stakeholder terkait. terjadi pada salah satu
Fisik, Aspek aspek saja namun r
Penggunaan Lahan:
Ekonomi, Dan  Luas lahan menyeluruh bagi e
Aspek Sosial semua aspek baik itu
 Jumlah penggunaan a
aspek fisik, ekonomi
lahan
maupun sosial. Adanya d
 Jenis perubahan lahan
perkembangan wisata
e
tersebut memberikan
manfaat positif tetapi r
juga memberikan ’
pengaruh yang
negative seperti halnya s
yang terjadi di Desa
Krikilan
a
t
t
e
n
Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo
Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
29 t
i
o
30

JUDUL DAN RUMUSAN VARIABEL METODOLOGI KESIMPULAN


PENULIS MASALAH
Wahyu Nur Bagaimana Pengaruh Sarana dan Prasarana Metode penelitian yang Keberadaan Desa
Isnaini dan Keberadaan Desa Pariwisata digunakan adalah Wisata Samiran
Mohammad Wisata Samiran  Akomodasi/Hotel kuantitatif dengan berpengaruh pada
Muktiali. 2015. Terhadap Perubahan  Transportasi analisis statistik deskriptif perubahan lahan, baik
Pengaruh Lahan, Ekonomi,  Rumah Makan untuk pengaruh trhadap dari non terbangun
Keberadaan Desa Sosial, Dan  Warung/Toko perubahan ekonomi, menjadi terbangun
Wisata Samiran Lingkungan sosial, dan lingkungan maupun kegiatan
Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan: serta analisis interpretasi pemanfaatan lahan
Perubahan Lahan,  Luas lahan citra digunakan dalam yang ada. Perubahan
Ekonomi, Sosial,  Jumlah penggunaan analisis pengaruh Desa lahan non terbangun
Dan Lingkungan lahan Wisata Samiran terhadap menjadi terbangun
perubahan lahan. berupa tegal/kebun
 Jenis perubahan lahan
menjadi toko/warung,
permukiman, dan
homestay. Bangunan
baru dengan fungsi
komersial seperti
toko/warung berada di
sepanjang jalan uatama
(Jalan Boyoalli-
Magelang), dan
bangunan baru
homestay berada di
Dukuh Ngaglik

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019 30
31

JUDUL DAN RUMUSAN VARIABEL METODOLOGI KESIMPULAN


PENULIS MASALAH
Isna Dian Bagaimana dampak Jumlah dan Kualitas Sarana Metode Kuantitaif dan Pengembangan
Paramitasari. pengembangan Pariwisata: Kualitatif, primer dan pariwisata di Desa
2010. Pengaruh pariwisata di Kawasan  Hotel/Home Stay sekunder. Dieng, Kecamatan
Pengembangan Wisata Dieng  Alat Transportasi Kejajar, Kabupaten
Pariwisata terhadap kehidupan  Restoran/Rumah makan Wonosobo ternyata
terhadap masyarakat lokal  Toko dan Kios memberikan pengaruh
Kehidupan ditinjau dari aspek positif dan negatif bagi
Masyarakat Lokal fisik, sosial budaya, Kualitas dan Kuantitas masyarakat lokal baik
Studi Khasus : dan ekonomi? Prasarana Pariwisata: dari aspek fisik, sosial
Kawasan Wisata  Jalan budaya, dan ekonomi.
Dieng Kabupaten Penggunaan Lahan: Dari hasil penelitian
Wonosobo  Jumlah lahan didapatkan bahwa
terkonversi sebagian besar
pengaruh
pengembangan
pariwisata yang terjadi
merupakan pengaruh
positif.
Vero Bagaimana trend jenis Jumlah dan sebaran Fasilitas Metode penelitian Pola perubahan yang
Ocsuanda.2018. perkembangan pariwisata : kuantitatif dan kualitatif terjadi di kawasan
Pengaruh fasilitas pariwisata di  Rumah makan untuk menentukan cara sekitar jalan utama A
Perkembangan kota Singkawang  Hotel mencari, mengumpulkan, Yani dan P
Pariwisata Bagaimana trend  Tour travel mengolah dan Diponegoro, sebelum
terhadap penyebaran fasilitas Penggunaan Lahan: menganalisis data hasil fasilitas pariwisata
Perkembangan pariwisata di kota  Jumlah Lahan penelitian berkembang fungsi
Kota Singkawang Terkonversi hunian mendominasi

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 31


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
32

JUDUL DAN RUMUSAN VARIABEL METODOLOGI KESIMPULAN


PENULIS MASALAH
Bagaimana pengaruh  Luas lahan terkonversi muka jalan tersebut.
perkembangan Sekarang setelah
pariwisata terhadap fasilitas pariwisata
perkembangan kota berkembang, maka
muka jalan didominasi
oleh area komersial
sedangkan fungsi
hunian bergeser dari
layer 1 menjadi layer 2
jalan utama.
Any Dweyana. Di mana saja terjadi Sarana dan Prasarana Metode Deskriptif Perkembangan
2006. perkembangan Pariwisata : Pendekatan Kualitatif Prasarana pariwisata
Perkembangan prasarana pariwisata  TransportasiAkomodasi Analisis Deskriptif dalam pengembangan
Kota Tenggarong di Tenggarong  Tempat perbelanjaan pariwisatadi kota
dalam Kaitannya Bagaimana Pola  Agen travel Tenggarong memiliki
dengan Perkembangan kaitan erat dengan
Perkeembangan Bagaimana perkembangan kota
Prasarana Perkembangan Kota
Pariwisata Tenggarong

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 32


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
33

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti harus menggunakan


metode penelitian yang tepat. Penelitian secara hakiki terbagi menjadi
dua, yakni penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan
deskriptif. Menurut Sugiyono (2017 : 8) penelitian kuanitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif
statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan
atas perhitungan persentase, rata-rata, dan perhitungan lainnya. Penelitian
kuantitatif lebih menekankan fenomena-fenomena objektif, dan
maksimalisasi objektivitas, desain penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan
terkontrol. Selanjutnya pendekatan deskriptif menurut Sugiyono (2017:35)
metode penelitian deskriptif digunakan untuk mengetahui keberadaan
variabel mandiri, baik baik hanya pada satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan dengan
variabel lain. Penelitiaan ini sendiri ingin mengetahui pengaruh aktivitas
pariwisata terhadap perkembangan kota Labuan Bajo. Dalam penelitiaan
kuantitatif ini sendiri analisis data yang menggunakan metode deskriptif
dan juga metode spasial. Pada metode spasial dilakukan dengan
menggunakan pemetaan Arc GIS sebagai alat bantu dalam menganalisis
penelitiaan ini.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
34

3.2. Variabel Penelitian

Variabel adalah hal-hal yang menjadi obyek penelitian yang ditatap dalam
suatu kegiatan penelitian yang menunjukkan variasi, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Variabel penelitian mnurut Sugiyono
(2017:38) adalah Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk mempelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hasil tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Berikut merupakan
variabel yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Variabel Bebas ( Independen Variabel )


Menurut Sugiyono (2017: 39) Variabel bebas merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel terikat.

2. Variabel Terikat ( Dependent Variabele)


Menurut Sugiyono (2017: 39) Variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Pengaruh Aktivitas


Pariwisata terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo”. Variabel bebas
dalam penelitian ini yaitu Aktivitas Pariwisata dan yang menjadi variabel
terikat yaitu Perkembangan Kota. Untuk lebih jelas mengenai variabel
penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
35

Tabel 2. Variabel Penelitian

TEKNIK
VARIABEL INDIKATOR PARAMETER PENELITIAN PENGUMPULAN
DATA
Aktivitas  Restoran/Rumah makan  Melihat jumlah fasilitas yang
Pariwisata  Akomodasi / Hotel tersedia
 Agen travel  Melihat Persebaran fasilitas yg Primer/Sekunder
 Cafe & bar tersedia

Perkembangan  Penggunaan lahan  Luas Penggunaan Lahan


Kota  Perubahan penggunaan  Jenis perubahan lahan
lahan  Jumlah penggunaan lahan Primer/Sekunder

Sumber: Hasil Pengolahan Pribadi, 2019

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 35


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
36

3.3. Sumber Data

Data yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data
yang diperoleh dari subyek penelitian dan data dalam hasil belajar. Dalam
hal ini peneliti berusaha mengumpulkan data-data yang bersumber dari :
Sumber data primer yaitu sumber data pertama dilokasi penelitian atau
objek penelitian. Sumber Data Sekunder merupakan sumber data kedua
atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Berikut merupakan
tabel kebutuhan data dalam penelitian :

Tabel 3. Kebutuhan Data

DATA BENTUK DATA SUMBER DATA


Data Gambaran Umum Bps Manggarai
Data Ketinggian dan Dokumen Barat
Kemiringan Lereng, jenis tanah,
rawan bencana
Peta administrasi Manggarai Peta Bps/Bapeda
Barat Manggarai Barat
Peta Administrasi Labuan Bajo Peta Bapeda manggarai
Peta Topografi Barat
Data Jumlah Pertumbuhan Dokumen Disparbud Kab.
Fasilitas Pariwisata dan Sebaran Manggarai Barat
Data Sarana dan Prasarana Badan Pusat
Pariwisata Statistik,
Data Kunjungan Wisata Dokumen Disparbud kab.
Data Jumlah Fasilitas Manggarai Barat
Penginapan/Akomodasi, rumah
makan, agen travel, cafe & Bar
Luas Wilayah Peta Bapeda Manggarai
Peta Pengunaan lahan Barat
Peta persebaran fasilitas Peta Bapeda manggarai
pariwisata Barat

Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2019

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
37

3.4. Teknik Pengumpulan data

3.4.1. Studi Kepustakaan


Melakukan kajian terhadap dokumen-dokumen, teori-teori dan
konsep-konsep yang ada sebagai kajian literatur dalam proses
penelitian, seperti textbook, jurnal, majalah, penelitian orang lain,
dan website yang terkait dengan pengaruh aktivitas pariwisata
terhadap perkembangan kota.

3.4.2. Interpretasi Citra


Dilakukan dengan digitasi peta dari lahan terbangun dan non
terbangun karena adanya aktivitas pariwisata, sehingga akan
diketahui perubahan luas lahan (penggunaan lahan) yang terjadi.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data pada dasarnya yaitu memperkirakan atau dengan


menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu
(beberapa) kejadian terhadap sesuatu (beberapa) kejadian lainnya, serta
memperkirakan atau meramalkan kejadian lainnya. Kejadian dapat
dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel. Dalam penelitian kuantitatif,
peneliti menggunakan teknik analisis berikut :

1. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Penggunaan metode analisis deskriptif Kuantitatif dalam studi


penelitian ini dimaksutkan untuk mendapatkan suatu gambaran konsep
awal mengenai pengaruh yang ditimbulkan aktivitas pariwisata
terhadap perkembangan kota dilihat dari aspek fisik yaitu penggunaan
lahan. Selain itu pada penelitian ini juga menggunakan analisis
deskriptif kuantitatif untuk menganalisis jumlah perkembangan

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
38

fasilitas pariwisata. Analisis dilakukan dengan melakukan analisis


deskriptif terhadap lokasi dan pola-pola sebaran aktivitas pariwisata
berupa ketersediaan fasilitas pariwisata yang terdapat di kota Labuan
Bajo, kemudian menganalisis secara deskriptif pengaruh yang
ditimbulkan aktivitas pariwisata terhadap perkembangan kota.

2. Analisis Spasial

Analisis spasial dapat diartikan sebagai teknik-teknik yang digunakan


untuk meneliti dan mengeksplorasi data dari perspektif keruangan.
Analisis spasial ini sendiri dapat menggunakan alat bantu berupa
program pengolahaan Arc GIS. Dalam penelitian ini, analisis spasial
digunakan untuk menunjukan perubahan penggunaan lahan,
pertumbuhan sebaran fasilitas pariwisata dan untuk menunjukan
kesesuaian lahan dalam perkembangan kota Labuan Bajo.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
39

BAB IV
GAMBARAN UMUM

4.1. Kondisi Kota Labuan Bajo

4.1.1. Kondisi Geografis

Kota Labuan Bajo, adalah Ibu kota dari Kabupaten Manggarai


Barat, dimana Kabupaten Manggarai Barat adalah suatu kabupaten
di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten Mangarai
Barat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Manggarai
berdasarkan Undang Undang No. 8 Tahun 2003. Kota Labuan Bajo
terletak antara 08°14’ Lintang Utara dan 08°30’ Lintang Selatan
serta antara 119°30’ Bujur Timur – 120°30’ Bujur Barat dengan
luas wilayah 8.795 Ha. Kota Labuan Bajo berbatasan dengan area
daratan dan perairan yaitu laut Flores di bagian utara dan barat,
serta di bagian selatan dan timurnya masing-masing berbatasan
dengan Desa Macang Tanggar dan Desa Watu Nggalek serta Desa
Pota Wangka. Dilihat dari keadaaan topografi, kota Labuan Bajo
berada pada ketinggian 0-500 m dari permukaan laut, serta
memiliki bentang alam yang bergelombang. Wilayah perkotaan
Labuan Bajo terdiri dari dua kelurahan dan empat desa yakni
Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan Kelambu, Desa Batu Cermin,
Desa Gorontalo, Desa Golo Bilas dan Desa Nggorong. Untuk luas
masing-masing wilayah dapat dilihat pada tabel berikut :

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
40

Tabel 4. Luas wilayah Kota Labuan Bajo diperinci Berdasarkan Desa dan
Kelurahan Tahun 2018

LUAS WILAYAH
NO. DESA/KELURAHAN
(HA)

1. Kelurahan Labuan Bajo 1.100


2. Kelurahan Wae Kelambu 1.800
3. Desa Gorontalo 713
4. Desa Golo Bilas 1.450
5. Desa Nggorang 1.500
6. Desa Batu Cermin 1.388
7. Total luas Kota Labuan Bajo 7.951

Sumber : BPS Kecamatan Komodo 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa luas wilayah terbesar


yaitu Kelurahan Wae Kelambu dengan luas 1.800 ha dan luas wilayah
terkecil yaitu desa Gorontalo dengan luas 713 ha.

Ruang lingkup wilayah Kota Labuan Bajo memiliki batas wilayah yaitu :
 Sebelah Utara : Laut Flores
 Sebelah Timur : Kac. Boleng dan Kec. Mbeliling
 Sebelah Barat : Selat Sape
 Sebelah Selatan : Laut Sawu

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
41

Gambar 2. Peta Pembagian Wilayah Kota Labuan Bajo

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 41


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
42

4.1.2. Kondisi Topografi/Kemiringan Lereng

Dilihat dari keadaaan topografi, kota Labuan Bajo berada pada


ketinggian 0-500 m dari permukaan laut. Wilayah kawasan Kota
Labuan Bajo terletak pada wilayah yang bergelombang sehingga
wilayahnya berada di ketinggian yang berbeda. Ketinggian
kawasan Kota Labuan Bajo yang diukur dari permukaan laut
menunjukkan ketinggian 100 mdpl, 100-500 mdpl, 500-1000 mdpl,
dan di atas 1000 mdpl. Secara dominan kawasan Kota Labuan Bajo
banyak memiliki dataran sekitar 100-500 mdpl. Kawasan Kota
Labuan Bajo merupakan wilayah yang bergelombang dengan
morfologi wilayahnya terdiri dari dataran tinggi (pegunungan),
pantai, dan dataran landai. Kawasan Kota Labuan Bajo memiliki
kemiringan lahan yang bervariasi antara 0% - 40%.

Tabel 5. Luas Wilayah Labuan Bajo Berdasarkan Ketinggian

KELURAHAN KETINGGIAN (M.DPL) LUAS


DESA 0-100 100-500 500-1000 (HA)
Batu Cermin 659,88 122,93 782,81
Golobilas 950,15 1.350,31 2300,46
Gorontalo 123,31 308,04 431,35
Nggorang 867,84 1.744,56 56,56 2668,96
Labuan Bajo 1.096,81 486,31 1.583,12
Wae Kelambu 209,22 1.783,84 0,54 1993,6
Total 3.907,21 5.795,63 57,1 9.759,94

Sumber : Podes 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa wilayah dengan


ketinggian 0-100 M.dpl didominasi oleh wilayah Kelurahan
Labuan Bajo dengan luas 1.096,81 ha, selanjutnya untuk ketinggian
100-500 m.dpl didominasi oleh kelurahan Wae Kelambu dengan

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
43

luas 1.783,84 ha kemudian untuk ketinggian 500-1000 m.dpl


didominasi oleh Desa Nggorang dengan luas 56.56 ha. Jika dilihat
dari total keseluruhan maka wilayah kota Labuan Bajo didominasi
oleh wilayah dengan ketinggian 100-500 m.dpl yaitu sebesar
5.795,63 ha (59,38 %) dari total luas keseluruhan.

Tabel 6. Luas Wilayah Kota Labuan Bajo Berdasarkan Kemiringan

LUAS WILAYAH BERDASARKAN


KELURAHAN LUAS
KEMIRINGAN (HA)
DESA (HA)
0-2 % 2-5% 5-10%
Batu Cermin 531,86 201,88 49,07 782,81
Golobilas 352,24 1.326,09 622,14 2.300,47
Gorontalo 4,59 392,35 34,41 431,35
Nggorang 551,21 800,27 1.317,49 2.668,96
Labuan Bajo 429,80 952,16 201,16 1.583,12
Wae Kelambu 210,99 674,66 1.107,59 1.993,23
Total 2.080,70 4.347,40 3.331,84 9.759,94

Sumber : Podes 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa wilayah kota


Labuan Bajo didominasi oleh wilayah dengan kemiringan 2-5%
yaitu sebesar 4347,40 ha ( 44,54 % ) dari total luas keseluruhan.

4.1.3 Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Labuan Bajo yang terdiri dari 6


desa/kelurahan terus bertambah setiap tahunnya dan pada tahun
2013 penduduk kota Labuan Bajo berjumlah 22.397 jiwa dan
meningkat pada tahun 2017 mencapai 31.857 jiwa. Distribusi
penduduk menurut desa dan kelurahan di Kota Labuan Bajo dapat
dilihat pada tabel berikut :

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
44

Tabel 7. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Kota Labuan Bajo


Tahun 2013-2017

DESA TAHUN
KELURAHAN 2013 2014 2015 2016 2017
Kelurahan Labuan Bajo 5.516 7.650 7.485 7.360 7.203
Kelurahan Wae Kelambu 3.371 5.313 5.478 5.652 5.855
Desa Gorontalo 5.320 7.354 7.464 7.464 7.245
Desa Golo Bilas 2.856 4.151 4.137 4.196 4.306
Desa Nggorang 1.633 1.644 1.659 1.761 1.845
Desa Batu Cermin 3.701 4.943 50.99 5.322 5.403
Total Jumlah Penduduk
Kota Labuan Bajo 22.397 31.055 31.322 31.755 31.857

Sumber : BPS Kecamatan Komodo 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kota


Labuan Bajo terus bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk
terbanyak yaitu berada pada kelurahan Labuan Bajo yaitu sebanyak 7.203
jiwa sedangkan penduduk terendah berada pada Desa Nggorang yaitu
sebanyak 1.845 jiwa. Pada tahun 2013 total penduduk kota Labuan Bajo
sebanyak 22.397 jiwa atau 70,3 % dari total penduduk 2017 kemudian
meningkat menjadi 31.857 jiwa atau meningkat 29,6 % pada tahun 2017.

4.2. Aktivitas Pariwisata di Kota Labuan Bajo

4.2.1. Jumlah Kunjungan Wisata ke Labuan Bajo

Jumlah kunjungan wisata ke Labuan Bajo terus mengalami


peningkatan hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan pada tahun
2014 sebanyak 27.356 kemudian meningkat pada tahun 2015

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
45

sebanyak 80.626 wisatawan. Untuk tahun 2016, jumlah kunjungan


Wisatawan Manca Negara atau Wisman sebanyak 54. 335 orang.
Wisatawan Nusantara atau Wisnus sebanyak 29.377 orang,
sedangkan wisatawan lokal tidak ada. Sehingga total kunjungannya
sebanyak 83.712 orang wisatawan, Pada tahun 2017 jumlah
kunjungan meningkat, yang terdiri dari Wisman 66.601 orang atau
naik 18,42% dari tahun 2016, Wisnus 43.556 orang atau naik
32,55%; wisatawan lokal 1.592 orang atau naik 100%. Dengan
demikian total kunjungan sebanyak 111.749 orang wisatawan
sedangkan di tahun 2018, Wisman 80.683 orang atau naik 17,45%
dari tahun 2017, Wisnus 49.987 orang atau naik 12,87%;
wisatawan lokal 2.196 orang. Sehingga total jumlah kunjungannya
sebanyak 163.807 orang wisatawan. Berikut merupakan tabel
jumlah kunjungan wisata ke Kota Labuan Bajo tahun 2014-2018 :

Tabel 8. Jumlah Kunjungan Wisata di Kota Labuan Bajo tahun 2014-2018

Jumlah Kunjungan Wisata


Labuan Bajo
2014 2015 2016 2017 2018
27.361 80.626 83.712 111.749 163.807

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat 2018

4.2.2. Jumlah dan Sebaran Fasilitas pariwisata di Kota Labuan Bajo

1. Fasilitas Penginapan/Hotel

Fasilitas penginapan merupakan salah satu fasilitas yang penting


untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Fasilitas penginapan ini
biasanya digunakan untuk tempat beristirahat wisatawan baik
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan wisata. Dengan

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
46

tersedianya fasilitas penginapan/hotel biasanya dapat mendorong


wisatawan untuk datang berkunjung atau melakukan perjalanan
wisata menuju daerah tujuan wisata. Di kota Labuan Bajo sudah
tersedia fasilitas penginapan/hotel dengan berbagai jenis kelas baik
hotel berbintang maupun non bintang yang terus bertambah setiap
tahunnya. Terdapat total hotel yaitu sebanyak 76 hotel, fasilitas
hotel ini tersebar di beberapa titik kota Labuan Bajo namun
sebagian besar lebih terpusat atau tersebar di sepanjang jalan
Soekarno-Hatta dan wilayah Kelurahan Labuan Bajo. Untuk
jumlah fasilitas penginapan/hotel, beserta jumlah kamar dan jumlah
tempat tidur dari tahun 2013 sampai 2017 setiap tahunnya dapat
dilihat pada tabel di berikut :

Tabel 9. Jumlah Hotel di Kota Labuan Bajo tahun 2013-2017

HOTEL
JUMLAH
TAHUN NON
BINTANG JUMLAH KAMAR
BINTANG
2012 5 41 46 628
2013 5 43 48 768
2014 6 50 56 914
2015 6 54 60 994
2016 6 58 64 1.030
2017 7 69 76 1.191

Sumber : BPS Kecamatan Komodo 2018

Tabel 10. Persebaran Fasilitas Hotel/Penginapan di Labuan Bajo Tahun 2017

NO. ALAMAT NAMA HOTEL


1. Jl. Raya Pede Hotel Jayakarta, Komodo Ecolodge, Hotel Puri
Gorontalo Sari, Marselodge, Luwansa Bintang Flores, Hotel
La Prima, Rima Homestay, La Belle Etoile, Casa
Celini on the Hill, New Bajo Beach, Cool Breeze

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
47

NO. ALAMAT NAMA HOTEL


Fisherman's, L-Bajo Hotel, Cajoma Guest House,
Laboheme,
2. Jl. Soekarno Hatta Hotel Pagi, Centro Bajo Hotel, Nelayan Kembang
Ragi Kharisma Rama Minang Cool Corner,
Gardena, Bajo Beach, Pantai Mutiara, Green Hill
Inn, Matahari, Komodo Indah, Blue Ocean Hotel,
De Chocolate O'tel, La Pirate Hotel, Hotel Beta
Bajo, Eco Tree O'Tel, Bayview Gardens, Wisata,
Seirama Alam, Chez Felix, Puncak Waringin,
Marlin Komodo, Siola, Manta-Manta, Celini
3. Wae Cicu Wae Cecu Eden Beach, Sylvia Hotel, Plataran
Indonesia, Waerana Sun Set Lodge, Bajo Dive
Coconut
4. Jl. Hj. Ishaka Blessing, Sun Rise,
5. JL.Gabriel Gampur Aulia Hotel
6. Kel. Labuan Bajo Hotel Exotic, Wae Cicu Beach Inn, Hotel Surya,
Blue, Cahaya Mandiri, Hotel Bajo Sunset, Damai,
Ciao Hostel, Sun Set Hill Hotel, Spring Hill Sea
View,
7. Kampung Ujung Restu Bundo, Diaz, Bahagia, Pelangi, Hotel Blue
Parrot, Komodo Lodge, Dragon Hotel Komodo
8. Pulau Seraya Besar Seraya Hotel & Resort, Seraya Beach Secret
Resort,
9. Pulau Kanawa Hotel Kanawa
10. Warloka Komodo Beach Resort
11. Jl. Alo Tanis Green Prundi, CF Komodo Hotel
Lamantoro
12. Serenaru, Wae Komodo Boutique Hotel
Kelambu
13. Jl.Binongko - Golo Hiltop
Labuan Bajo
14. Tanjung Pelita, Sebayur Hotel & Resort
Pulau Sebayur
15. P. Sebayur Besar Perkemahan
Ds. Pasir Putih
16. Bukit Klumpang Hotel Pondok Alam
Ds. Batu Cermin
17. Kampung Cempa Guest House Orange
18. Pulau Bidadari Angel Island Resort
19. Batu Gosok Hotel Puri Komodo

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2018

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
48

Gambar 3. Fasilitas Hotel


(Sumber : Observasi Lapangan)

2. Fasilitas Agen/Travel

Agen/biro perjalanan wisata di Kota Labuan Bajo juga sudah tersedia


di beberapa titik di dalam kota. Agen/biro perjalanan juga dapat
menambah motovasi wisatawan untuk dapat berkunjung karena
dengan adanya agen/biro perjalanan dapat memudahkan wisatawan
terutama dalam menyediakan paket pariwisata seperti penyediaan
transportasi, akomodasi, dan kunjungan ke tempat pariwisata yang
sudah terdapat dalam suatu paket wisata yang ditawarkan oleh
Agen/Travel wisata. Di kota Labuan Bajo sendiri terdapat 60
Agen/Travel yang sebagian besar tersebar di sepanjang jalan Soekarno
Hatta dan Kelurahan Labuan Bajo. Untuk sebaran fasilitas
Agen/Travel dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11. Persebaran Fasilitas Agen/Travel di Labuan Bajo 2018

NO. ALAMAT NAMA AGEN/TRAVEL


1. Kel. Labuan Bajo PT. Biro Perjalanan Persada Lestari Jaya, PT.
Flores Remo Tour, PT. Berlayarku Beda, PT. Golo
Hilltop, PT. Flores Lantana Tour & Travel, PT.
Flores Revinco Lobu Tour, Koperasi Jasa Astra

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
49

NO. ALAMAT NAMA AGEN/TRAVEL


Wisata Komodo, PT. Viro Myra Komodo, PT.
Inonesia Juara Wisata, PT. Komodo Anugerah
Semesta, PT. Grand Komodo Tours, PT. Komodo
Escape Prawara, PT. Tasya Media Jaya, PT. Cahaya
Flores Komodo, PT. Pramaswara Tour And Travel,
PT. Ocenic Komodo Diving, PT. Adikarya Wisata
Indah Nesia.
2. Jl. Soekarno Hatta PT. Wisata Elianor, PT. Hanrin, PT. Komodo
Jelajah Alam Flores, PT. Florescharm Tours &
Travel, PT. Flores Trails Wisata, PT. Komodo
Panorama Indah, PT. Komodo Mega Wisata, PT.
Komodo Eko Wisata, PT. Kathulistiwa Hijau
Nusantara, PT. Ficko Cahaya Komodo, PT.
Suarmanik Kencana, PT.Eriksa Antariksawan,
PT.Komodo Indonesia Tour & Travel, PT. Thomas
Adventure, PT. Travindo Jaya Bajo, Manta Tour
and Travel, Koperasi Serba Usaha TNK, PT. Afrilia
Mega Wisata, PT. Situju Tujuh Cruise, Getrudis
Tours, Manumadi Tours, Floressa Wisata Tour and
Travel,Getrudis Tours, Manumadi Tours,
Peramaswara Tours, Khatulistiwa Nusantara Hijau,
Eriksa Antariksawan Tours.
3. Desa Gorontalo Adventure Indonesia, PT. Destinasi Tirta Nusantara
Tbk, PT. Batu Cermin Permai, PT. Dua Duta
Wisata, PT. Flores Xpi, PT. Bali Komodo Wisata,
PT. Alba Jasa Wisata, BCB Tours, Floressa Wisata
Tours, Bcb Tours
4. Wae Kelambu PT. Rende Nao Travel, PT. Ganesha Flores
Transportasi, CV. Wae Laka, PT. Menara Angkasa
Semesta, PT. Flores Today Indonesia, PT. Top
Komodo Tours, PT. Dirgantara Balidwipa Tours &
Travel.

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2018

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
50

Gambar 4. Fasilitas Agen/Travel


(Sumber : Observasi Lapangan)

3. Fasilitas Hiburan

Fasilitas hiburan di Labuan Bajo semakin tahun jumlahnya terus


bertambah. Fasilitas hiburan yang dimaksud yaitu Bar dan Cafe.
Banyaknya fasilitas hiburan ini merupakan akibat dari peningkatan
jumlah pengunjung dan perkembngan pariwisata. Saat ini terdapat 18
Cafe & Bar yang tersebar pada beberapa titik di Kota Labuan Bajo.
Fasilitas hiburan ini banyak tersebar pada wilayah desa Gorontalo dan
kelurahan Labuan Bajo serta berada dekat dengan objek wisata
sehingga wisatawan yang datang dapat langsung menikmati dua objek
wisata secara bersamaan baik keindahan alam di sekitarnya maupun
hiburan yang disediakan. Untuk sebaran fasilitas hiburan di Labuan
Bajo dapat dilihat pada tabel berikut :

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
51

Tabel 12. Persebaran Fasilitas Hiburan di Labuan Bajo Tahun 2017

No. Alamat Nama Fasilitas Hiburan


1. Desa Gorontalo Nicky Pub, Atlantis Bar & Restaurant, PT. Surya
Dunia, Bougenville, Cleopatra Pub & Karaoke,
Marshel Lodge, Mawar Jingga, Gorontalo Beach
Pub.

2. Kel. Labuan Bajo Paradise Bar & Restaurant, CV. Wisata Citra
Komodo MM, Pondok Asri Pub.

3. Jl. Soekarno Hatta Cafe In Hit, CV. Bajo Mandiri Raya

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2017

Gambar 5. Fasilitas Cafe & Bar


(Sumber : Observasi Lapangan)

4. Fasilitas Restaurant dan Rumah Makan

Fasilitas restoran dan rumah makan di Labuan Bajo juga sudah


tersedia dalam jumlah yang banyak. Fasilitas rumah makan ini sangat
penting untu memnuhi kebutuhan wasatawan akan makanan. Fasilitas
rumah makan ini banyak tersebar pada Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
52

Pantai Pede. Para wisatawan dapat memilih 68 restoran dan rumah


makan yang ada di Labuan Bajo yang menyajikan beraneka ragam
menu masakan. Untuk sebaran fasilitas Reataurant dan Rumah Makan
di Labuan Bajo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 13. Persebaran Fasilitas Restaurant dan Rumah Makan di Labuan Bajo
Tahun 2017

No. Alamat Nama Restaurant dan Rumah Makan


1. Kel. Labuan RM. Srikandi, Gardena I, Rest. Made in Italy, RM.
Bajo Taruko, RM. Restu Bundo, Restaurant Pesona Bali,
RM. Kharisma, Depot Aneka Rasa, Rama Minang, PT.
Dunia Kecil, CV. Selini (Lacucina), Valentine Catering,
PT. Tricia Indonesia, Restaurant Alam Brewes, Rumah
Makan Kembang Ragi, PT. Trinaria Indonesia, PT.
Salam Bajo Indonesia, PT. Gelombang Sempurna Ko,
PT. Putrindo Manggarai Utama, PT. Bajo Taco
Indonesia, PT. Bajo Bakery Perdana, Paradise Bar &
Restaurant, PT. Catur Kopi Klub, Matahari, Merseaki
Restaurant, Restaurant Prima Rasa.
2. Jl. Soekarno RM. Garuda I, RM. Garuda II, Depot Solo, Restaurant
Hatta Mediterraneo, RM. Bangkalan, The Corner Restaurant,
PT. Gelato Frech Quality, RM. Arto Moro, R.M Rama,
R.M Saiyo, Garuda, R.M Minang Asli, R.M Pancoran,
R.M Minang Indah, R.M Sinar Padang, R.M Garuda,
R.M Rahayu, R.M Sari Minang, R.M Kita, R.M Setia
Baru, CV. Bajo Mandiri Raya (Exotic), PT. Maci Prima
(Mediterania), Restaurant The Lounge, PT. Blue Marlin
Komodo, Warung-warung, PT. Dapur Lezat Komodo,
CV. Tree Top, Oi Jaya, Happy Banana, Warung Makan
Boegisan, RM. Tiga Dara.
3. Desa RM. Mata Air, RM. Budi Luhur, Marshel Lodge,
Gorontalo Atlantis Bar & Restaurant, RM. Podo Moro, PT. Surga
Dunia, Oemathonis, Coto Makasar, The Bottle Resto &
Cafe, PT. MII Group Flores, RM. Top, RM. Sari
Nusantara, R.M Sinar Abadi.
4. Kelurahan Wae Warung Pemuda, RM Pusako Minang, RM Bakso Solo
Kelambu Baru, RM. Big Apple, CV. Ananda.

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2018

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
53

Gambar 6. Fasilitas Rumah Makan


(Sumber : Observasi Lapangan)

5. Fasilitas Transportasi

Fasilitas transportasi di Labuan Bajo telah disediakan oleh Pemerintah


dan Swasta. Sarana transportasi laut sudah tersedia yautu telah
tersedianya fasilitas pelabuhan baik pelabuhan kapal orang atau
penumpang maupun pelabuhan barang. Selain pelabuhan kapal besar
telah tersedia juga pelabuhan penyebrangan untuk menuju daerah
sekitar Labuan Bajo seperti pulau komodo dan pulau lannya untuk
kepentingan pariwisata. Selanjutnya untuk transportasi udara telah
tersedia Bandara Komodo yang telah resmi menjadi bandara
internasional pada bulan Desember 2015. Berikutnya untuk sarana
transportasi darat antara lain telah terdapat angkutan umum serta ojeg
untuk mobilisasi di dalam kota serta kendaraan travel seperti bus
pariwisata dan kendaraan hotel. Untuk kondisi jalan secara umum
jaringan jalan sudah terbangun dalam rangka menghubungkan seluruh
bagian kota. Pembangunan jaringan jalan tersebut juga dimaksudkan
untuk membentuk struktur kota yang direncanakan. Namun demikian,
kawasan terbangun berupa permukiman penduduk masih terbatas dan
masih terkonsentrasi di sejumlah kawasan saja. Kawasan permukiman
penduduk yang tersebar umumnya belum dilengkapi dengan fasilitas

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
54

permukiman pendukungnya. Fasilitas permukiman umumnya masih


terpusat di pusat kota lama di kawasan pesisir.

Gambar 7. Fasilitas Transportasi


(Sumber : Observasi Lapangan)

6. Obyek-obyek wisata di Kota Labuan Bajo

Obyek wisata di kota Labuan Bajo dibagi menjadi dua yaitu wisata
bahari pantai dan ekologi hutan. Objek wisata bahari pantai yaitu
Pantai Wae Cucu dan Pantai Pede sedangkan untuk objek wisata
ekologi hutan yaitu Puncak Waringin, Puncak Pramuka dan Batu
Cermin. Selain objek wisata ini terdapat juga Taman Nasional
Komodo yang memiliki daya tarik wisata yang cukup tinggi bagi
wisatawan untuk berkunjung, walaupun wisata Taman Nasional
Komodo tidak terletak langsung pada kota Labuan Bajo namun kota
ini merupakan kota transit sehingga wisatawan harus melewati Kota
Labuan Bajo untuk melanjutkan perjalanan menuju Taman Nasional
Komodo.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
55

Gambar 8. Obyek Wisata di Labuan Bajo


(Sumber : Observasi Lapangan)

4.3. Perkembangan Kota Labuan Bajo

4.3.1. Penggunaan Lahan Kota Labuan Bajo

Labuan Bajo adalah kota yang wilayahnya dapat dimanfaatkan


untuk berbagai kegiatan ekonomi. Pada wilayah pesisir dan laut di
wilayah ini terdapat berbagai kegiatan yang memanfaatkan potensi
yang dimiliik wilayah tersebut, di antaranya untuk perikanan
tangkap, perikanan budidaya, pariwisata, industri pariwisata, dan
lainnya. Kota Labuan Bajo memiliki luas 7951 ha, dengan jenis-
jenis penggunaan lahannya. Penggunaan lahan Kota Labuan Bajo
didominasi oleh kawasan hutan yaitu sebesar 61,48 %, kemudian
dikuti dengan kawasan persawahan sebesar 18,22 %, kawasan
hutan gundul 6,75 %, dan kawasan permukiman ssebesar 4,44 %.
Dengan bentuk fisik kawasan Perkotaan Labuan Bajo, maka
kecenderungan perkembangan atau ekspansi ruang, dengan
mengambil acuan pusat perkotaan, dan pusat permukiman maka
perkembangan tersebut cenderung dominan linear dan blok di tepi
jalan-jalan utama. Lahan terbangun di Labuan Bajo meliputi:
perumahan, kegiatan komersial (perdagangan dan jasa), dan

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
56

fasilitas pelayanan. Kawasan terbangun di Labuan Bajo saat ini


tersebar di wilayah bagian timur, dan utara serta bagian barat di
sepanjang daerah pesisir yang kepadatan penduduk dan
bangunannya cukup tinggi. Lahan terbangun di Kota Labuan Bajo
banyak tersebar di wilayah pesisir dan di sepanjang Jalan Soekarno
Hatta dan mulai menyebar di wilayah desa Batu Cermin.

4.3.2. Penggunaan Lahan Kota Labuan Bajo 2012-2017

Untuk melihat perkembangan kota Labuan Bajo karena aktivitas


pariwisata maka digunakan perbandingan antara penggunaan lahan
di Labuan Bajo pada tahun 2012 dengan penggunaan lahan pada
tahun 2017. Alasan memilih perkembangan kota mulai dari tahun
2012 dikarenakan pada tahun ini salah satu obyek wisata di Labuan
Bajo yaitu Taman Nasional Komodo resmi ditetapkan sebagai
penetapan kawasan Taman Nasional Komodo sebagai The New 7
Wonders of Nature pada tahun 2012, sehingga membuat motivasi
wisatawan untuk datang berkunjung ke Labuan Bajo semakin
bertambah, hal ini menyebabkan jumlah kunjungan ke Labuan Bajo
yang merupakan pintu gerbang menuju daerah wisata Taman
Nasional Komodo terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Oleh karena Jumlah wisatawan yang datang terus bertambah maka
fasilitas pendukung pariwisata di Labuan Bajo juga terus
meningkat untuk memenuhi permintaan wisatawan sehingga
berpengaruh terhadap penggunaan lahan untuk pembangunan
fasilitas pendukung pariwisata seperti perdagangan dan jasa.
Berikut merupakan tabel data penggunaan lahan di Kota Labuan
Bajo tahun 2012-2017 :

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
57

Tabel 14. Jenis Penggunaan Lahan Kota labuan Bajo 2012

LUASWILAYAH MENURUT DESA (HA)


PENGGUNAAN
BATU GOLO LAB. WAE
LAHAN GORONTALO NGGORANG TOTAL
CERMIN BILAS BAJO KELAMBU
Bandara 121,08 10,61 131,69
Hutan 173,54 1568,9 223,6 1938,1 522,6 1573,5 6000,24
H. Bakau 16,94 16,94
H. Gundul 39,12 619,31 658,43
Kebun 23,99 32,33 14,43 88,49 159,24
Ladang 208,18 20,7 116,02 344,9
Psr. Pantai 117,18 117,18
Permukiman 18,58 15,31 36,21 7,42 29,52 22,27 129,31
Perdagangan Jasa 2,79 2,3 5,43 1,11 4,43 3,34 19,4
Sawah 59,93 651,72 79,62 683 92,4 211,21 1777,88
Sungai 18,09 31 3,1 52,19
Tn. Kosong 51,59 16,42 68,01
Jumlah 698,8 2277,02 377,19 2660,63 1552,35 1909,42 9475,41

Sumber : Bapeda Kabupaten Manggarai Barat 2012

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 57


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
58

Tabel 15. Jenis Penggunaan Lahan Kota labuan Bajo 2017

LUASWILAYAH MENURUT DESA (HA)


PENGGUNAAN
BATU GOLO LAB. WAE
LAHAN GORONTALO NGGORANG
CERMIN BILAS BAJO KELAMBU TOTAL
Bandara 117,11 30,96 6,17 154,24
Hutan 90,69 1.481,81 156,81 157,18 299,75 1.562,82 3749,06
H. Bakau 16,94 16,94
H. Gundul 35,78 583,25 619,03
Kebun 154,81 590,93 30,53 686,58 72,86 7,89 1543,6
Ladang 164,73 20,7 102,67 288,1
Psr. Pantai 98,86 98,86
Permukim. 105, 48 75,63 84,79 45,89 98,53 98,66 403,5
Perdagangan Jasa 54,76 54,35 31,66 5,34 550,35 30,62 727,08
Sawah 59,93 651,72 79,62 68,3 92,4 211,21 1777,88
Sungai 18,09 3,1 3,1 52,19
Tn. Kosong 32,43 12,5 44,93
Jumlah 778,51 2309,39 439,18 2671 1579,54 1982,32 9475,41

Sumber : Bapeda Kabupaten Manggarai Barat 2017

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 58


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
59

BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Aktivitas Pariwisata di Labuan Bajo

Aktivitas pariwisata di Labuan Bajo terus mengalami perkembangan hal


ini ditandai dengan terus bertambahnya jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Labuan Bajo. Aktivitas pariwisata di Labuan Bajo yaitu
berupa aktifitas perhotelan, rumah makan, agen travel, dan Cafe & Bar.
Aktifitas ini dijadikan salah satu daya tarik yang dapat menambah
motivasi wisatawan untuk datang berkunjung. Dengan ketersediaan hotel
yang semakin banyak dan beragam dapat memudahkan pengunjung dari
luar kota untuk meilih tempat penginapan mereka selama melakukan
perjalanan wisata. Agen perjalanan yang tersedia pun menjadi penarik
wisatawan umtuk datang karena menyediakan berbagai macam tawaran
paket wisata yang dapat memudahkan wisatawan untuk mengakses
seluruh obyek wisata yang terdapat di Labuan Bajo. Fasilitas rumah
makan juga memberikan kemudahan bagi wisataan untuk memilih menu
makanan yang beragam selain menu makanan yang telah tersedia di hotel
maupun tempat penginapan lainnya. Selanjutnya untuk fasilitas Cafe &
Bar juga menjadi daya tarik tersendiri karena selain menikmati keindahan
alam di Labuan Bajo wisatawan yang datang juga di manjakan dengan
hiburan yang untuk sekedar mengisi waktu luang ketika tidak
mengunjungi objek wisata di Labuan Bajo. Pariwisata yang terus
berkembang pastinya mengakibatkan meningkatnya jumlah pengunjung.
Banyaknya jumlah pengunjung ini menuntut kota Labuan Bajo untuk
menyediakan fasilitas pariwisata seperti akomodasi/hotel, restaurant,
travel agent, dan fasilitas lainnya. Fasilitas pariwisata di Labuan Bajo
Perkembangan jumlah fasilitas pariwisata di Kota Labuan Bajo dapat
dilihat pada tabel berikut :

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
60

Tabel 16. Jumlah Fasilitas Pariwisata di Labuan Bajo 2012-2017

AKTIVITAS PARIWISATA
NO. TAHUN RUMAH AGEN CAFE & TOTAL
HOTEL MAKAN TRAVEL BAR
1. 2013 48 56 45 12 161
2. 2014 56 59 48 14 177
3. 2015 60 62 52 15 189
4. 2016 64 65 56 18 203
5. 2017 76 68 60 20 224

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat

Berdasarkan tabel diketahui bahwa perkembangan jumlah fasilitas


pariwisata di Kota Labuan didominasi oleh hotel yaitu 74 atau 33,92 %
dari jumlah seluruh fasilitas pariwisata di Labuan Bajo dan yang paling
kecil yaitu fasilitas Cafe & Bar yang hanya berjumlah 20 atau 8,92 % dari
total fasilitas pada tahun 2017. Menurut Suwardjoko dan Indira
(2006:110) pariwisata tidak dapat dipisahkan dari akomodasi/penginapan.
Menurut Suwantoro (2001:19-24) dalam Paramitha (2010:35) unsur
pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan
pariwisata di daerah wisata antara lain yaitu sarana dan prasarana wisata.
Begitu pun yang terjadi di Kota Labuan Bajo, karena adanya pariwisata
menuntut terpenuhnya fasilitas pariwisata. Fasilitas pariwisata di Kota
Labuan Bajo terus mengalami peningkatan jumlah. Fasilitas ini banyak
tersebar di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta yaitu pada wilayah kelurahan
Labuan Bajo. Hal ini terjadi karena sepanjang Jalan Soekarna-Hatta yaitu
pada wilayah kelurahan Labuan Bajo merupakan daerah pusat kota dan
dekat dengan akses transportasi khususnya akses pelabuhan dan kapal
sehingga lebih mudah untuk melakukan perjalanan wisata menuju daerah-
daerah tujuan wisata salah satunya yaitu Taman Nasional Komodo yang
menjadi daya tarik paling tinggi dari Pariwisata di Kota Labuan Bajo
karena untuk mengakses Taman Nasional Komodo wisatawan harus

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
61

menggunakan kapal untuk menyebrang menuju pulau komodo. Untuk


Jenis Hotel yang tersebar di Kota Labuan Bajo sendiri sudah beragam
mulai dari kelas homestay, kelas melati sampai dengan kelas berbintang.
Berdasarkan hasil pengamatan pada kondisi eksisting di Labuan Bajo
sendiri diketahui bahwa perkembangan aktivitas pariwisata di Labuan
Bajo berkembang sangat pesat namun pola perkembangannya tidak
teratur. Hal ini dapat dilihat dari pola persebaran Hotel, Rumah makan,
Agen travel dan Cafe & Bar yang berkembang dalam zona yang
bercampur dengan penggunaan lainnya seperti penggunaan lahan
permukiman, sehingga menyebabkan kepadatan dan tidak teraturnya
bangunan, salah satu hal yang menyebabkan hal ini yaitu karena
perkembangan pariwisata Labuan Bajo sendiri tidak didukung dengan
produk hukum yang mengatur karena di Labuan Bajo sendiri belum
memiliki (RDTR) Rencana Detail Tata Ruang sehingga tidak ada yang
mengendalikan perkembangan kota Labuan Bajo. Untuk mencegah
perkembangan kota yang tidak teratur maka diperlukan perencanaan yang
baik serta harus adanya produk hukum yang mengatur. Dengan perkataan
lain, pengembangan pariwisata harus sejalan dengan pembangunan
nasional seperti yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.
Perencanaan pariwisata hendaknya harus sejalan dengan sasaran yang
hendak dicapai sehingga pengembangan pariwisata selanjutnya akan
mendapat dukungan dari masyarakat banyak. Merencanakan sesuatu
dalam hal ini perencanaan pariwisata bila dilakukan dengan baik tentu
akan memberikan manfaat yang baik juga. Untuk persebaran fasilitas
pariwisata ini dapat dapat dilihat pada peta - peta berikut :

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
62 [
G
r
a
b

y
o
u
r

r
e
a
d
e
r

s

a
t
t
Gambar 9. Peta Persebaran Fasilitas Hotel
e
n
Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 62 t
Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
i
o
63 [
G
r
a
b

y
o
u
r

r
e
a
d
e
r

s

a
t
t
Gambar 10. Peta Persebaran Fasilitas Rumah Makan/Restaurant di Labuan Bajo tahun 2017
e
n
Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo
63 t
Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
i
o
64

Gambar 11. Peta Persebaran Fasilitas Agen Travel di Labuan Bajo 2017

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 64


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
65

Gambar 12. Peta Persebaran Fasilitas Cafe dan Bar di Labuan Bajo 2017

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 65


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
66

5.2. Analisis Pengaruh terhadap Perubahan Penggunaan Lahan

Pengertian perubahan guna lahan secara umum menyangkut transformasi


dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke
penggunaan lainnya (Dwiyanti dan Dewi, 2013:222). Terdapat beberapa
hal yang menyebabkan perubahan guna lahan di daerah tujuan wisata.
Penyebab perubahan tersebut diantaranya adalah adanya pengembangan
fasilitas pelayanan wisata dan pengembangan kegiatan pariwisata seperti
atraksi, rekreasi, akomodasi, serta kegiatan penunjang lainnya. Akomodasi
ini terus dikembangkan untuk menarik wisatawan untuk berkunjung ke
daerah tujuan wisata (Paramitasari, 2010). Aktivitas pariwisata di suatu
wilayah dan perubahan tata guna lahan disuatu daerah disebabkan karena
telah berkembangnya aktivitas pariwisata sehingga terjadinya pergeseran
fungsi lahan menjadi tempat-tempat permukiman dan fasilitas penunjang
pariwisata dan lahan disekitar berubah fungsi menjadi area transportasi,
pertokoan, gendung-gedung bertingkat seperti hotel, perkantoran dan
pusat perbelanjaan. Perkembangan ruang wilayah dapat diukur dari
perubahan penggunaan lahan, danya aktivitas pariwisata di Labuan Bajo
berpengaruh terhadap aspek fisik, yaitu perubahan lahan. Dengan terus
berkembangnya aktivitas Pariwisata di Labuan Bajo yang begitu pesat,
menyebabkan permintaan akan terpenuhnya sarana dan prasarana yang
memadai juga terus bertambah. Penggunaan lahan karena aktivitas
pariwisata dapat dilihat dari sebaran fasilitas pariwisata yaitu lokasi hotel,
rumah makan, agen/travel, dan cave/bar di Kota Labuan Bajo yang terus
bertambah, dan pada umumnya berada di sekitar pusat kota pada daerah
pesisir yaitu di kelurahan Labuan Bajo lebih tepatnya di sepanjang jalan
Soekarno Hatta atau di sekitar objek wisata.
Pengaruh aktivitas pariwisata terhadap penggunaan lahan yang ada di
Kota Labuan Bajo dapat dilihat dari penambahan jumlah fasilitas yang
jelas akan mempengaruhu penggunaan lahan karena fasilitas pariwisata
membutuhkan lahan untuk mendirikan bangunan. Adanya penambahan

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
67

fasilitas pariwisata mengakibatkan perubahan lahan dari lahan tidak


terbangun menjadi terbangun maupun perubahan penggunaan lahan. Hal
ini dapat dilihat pada luas lahan permukiman dan lahan untuk
perdagangan dan jasa yang mengalami penambahan luas sedangkan lahan
yang awalnya merupakan penggunaan lahan hutan mengalami penurunan.
Perubahan penggunaan lahan di Kota Labuan Bajo dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 17. Penggunaan Lahan di Kota Labuan Bajo Tahun 2012

LuasWilayah Menurut Desa (Ha)


Penggunaan
Batu Golo Lab. Wae
Lahan Gorontalo Nggorang Total
Cermin Bilas Bajo Kelambu
Bandara 121,08 10,61 131,69
Hutan 173,54 1568,9 223,6 1938,1 522,6 1573,5 6000,24
H. Bakau 16,94 16,94
H. Gundul 39,12 619,31 658,43
Kebun 23,99 32,33 14,43 88,49 159,24
Ladang 208,18 20,7 116,02 344,9
Psr. Pantai 117,18 117,18
Permukiman 18,58 15,31 36,21 7,42 29,52 22,27 129,31
Perdagangan
34,78 2,3 5,43 1,11 52, 58 3,34
Jasa 105,64
Sawah 59,93 651,72 79,62 683 92,4 211,21 1777,88
Sungai 18,09 31 3,1 52,19
Tn. Kosong 51,59 16,42 68,01
Jumlah 698,8 2277,02 377,19 2660,63 1552,35 1909,42 9475,41

Sumber : Bapeda Kabupaten Manggarai Barat 2012

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
68

Tabel 18. Penggunaan Lahan di Kota Labuan Bajo Tahun 2017

LuasWilayah Menurut Desa (Ha)


Penggunaan
Batu Golo Lab. Wae
Lahan Gorontalo Nggorang
Cermin Bilas Bajo Kelambu Total
Bandara 117,11 30,96 6,17 154,24
Hutan 90,69 1.481,81 156,81 157,18 299,75 1.562,82 3749,06
H. Bakau 16,94 16,94
H. Gundul 35,78 583,25 619,03
Kebun 154,81 590,93 30,53 686,58 72,86 7,89 1543,6
Ladang 164,73 20,7 102,67 288,1
Psr. Pantai 98,86 98,86
Permukiman 105, 48 75,63 84,79 45,89 98,53 98,66 403,5
Perdagangan
54,76 54,35 31,66 5,34 550,35 30,62
Jasa 727,08
Sawah 59,93 651,72 79,62 683 92,4 211,21 1777,88
Sungai 18,09 31 3,1 52,19
Tn. Kosong 32,43 12,5 44,93
Jumlah 778,51 2309,39 439,18 2671 1579,54 1982,32 9475,41

Sumber : Bapeda Kabupaten Manggarai Barat 2017

Berdasarkan perbandingan kedua tabel penggunaan lahan di atas dapat


diketahui bahwa telah terjadi perubahan luas lahan yaitu pada beberapa
jenis penggunaan lahan, namun penggunaan lahan yang paling banyak
mengalami perubahan yaitu lahan permukiman dan lahan untuk kegiatan
perdagangan dan jasa. Lahan permukiman yang pada tahun 2012 seluas
129,31 ha menjadi 403,5 ha pada tahun 2017, selanjutnya untuk lahan
perdagangan dan jasa, pada tahun 2012 seluas 105,64 ha menjadi 727,08
ha pada tahun 2017 serta adanya pengurangan lahan Hutan seluas 6000,24
pada tahun 2013 menjadi 3749 pada tahun 2017, hal ini menjadi sangat

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
69

signifikan jika dibandingkan dengan pertumbuhan fasilitas pariwisata


yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain itu dapat
dilihat bahwa untuk penggunaan lahan lainnya tidak begitu mengalami
perubahan yang signifikan sehingga dapat dikatakan bahwa bertambahnya
penggunaan lahan yang terjadi di Kota Labuan Bajo disebakan oleh
pertumbuhan fasilitas pariwisata yang jelas memerlukan lahan untuk
pembangunan, Hal ini dengan (Wahyu Nur Isnaini dan Mohammad
Muktiali : 2015) bahwa dengan berkembangnya aktivitas pariwisata
ternyata mempengaruhi perubahan lahan, yaitu dari lahan non terbangun
menjadi terbangun dari kegiatan pemanfaatan lahan berupa kebun/tegal
menjadi rumah, warung makan, toko kelontong, dan homestay. Adanya
aktivitas pariwisata ini mendorong masyarakat untuk mendirikan usaha
yang untuk menunjang kegiatan wisata seperti pembangunan rumah untuk
homestay, warung makan, toko kelontong, sehingga dapat dikatakan
bahwa adanya aktivitas pariwisata berpengaruh terhadap penggunaan
lahan dalam hal perkembangan pariwisata. Untuk lebih jelas dalam
mengetahui perubahan maupun penambahan lahan terbangun di Kota
Labuan Bajo pada tahun 2012 dibandingkan dengan peta penggunaan
lahan pada tahun 2017 dapat dilihat pada peta berikut :

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
70

Gambar 13. Peta Penggunaan Lahan Kota Labuan Bajo 2012

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
71

Gambar 14. Peta Penggunaan Lahan Kota Labuan Bajo 2017

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
72

5.3. Analisis Pengaruh terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo

Pariwisata mempunyai fungsi bagi pengembangan dan penampilan fisik


kota, melalui pengembangan prasarana dan sarana pariwisata. Prasarana
khusus yang kemudian dapat dimanfaatkan juga bagi wisatawan, sarana
akomodasi untuk tempat tinggal sementara wisatawan, sarana pelayanan
jasa serta sarana lainnya yang diciptakan dalam pengembangan pariwisata.
Secara fisik pariwisata juga dapat menciptakan lanmark sebagai orientasi
bagi wisatawan (Gunawan : 308-310, 2005). Perkembangan suatu kota
dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas pendukung aktivitas perkotaan,
dimana semakin lengkap fasilitas perkotaan dan memadai maka suatu kota
dikatakan berkembang.

Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh


aktivitas pariwisata terhadap perkembangan kota Labuan Bajo. Untuk
mencapai hal ini maka digunakan analisis perbandingan periode waktu
untuk melihat perkembangan jumlah fasilitas pariwisata dalam kurun
waktu 5 tahun yaitu tahun 2012-2017. Kota Labuan Bajo merupakan
daerah transit menuju taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai
Barat. Kota ini memiliki daya tarik wisata yang cukup tinggi karena
adanya Taman Nasional Komodo dan objek wisata lain yang tidak kalah
menarik bagi wisatawan sehingga menarik banyak wisatawan untuk
berkunjung. Dengan jumlah pengunjung yang terus meningkat setiap
tahunnya menyebabkan terus terjadinya pembangunan fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan. Seiring berjalannya waktu fasilitas
pariwisata terbentuk untuk mendukung kegiatan pariwisata tersebut
sebanyak 236 fasilitas terbentuk sampai tahun 2017, fasilitas pariwisata
tersebut terbagi menjadi 68 fasilitas rumah makan, 80 fasilitas hotel atau
penginapan, 18 fasilitas cafe & bar, dan 60 fasilitas agen travel. Untuk
pertumbuhan fasilitas pariwisata di Labuan Bajo dapat dilihat pada tabel
berikut :

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
73

Tabel 19. Jumlah Pertumbuhan Fasilitas Pariwisata di Labuan Bajo


tahun 2013-2017

JUMLAH PERTUMBUHAN FASILITAS


FASILITAS PARIWISATA
NO.
PARIWISATA
2012 2017
1. Hotel 48 76
2. Rumah Makan 42 68
3. Cafe/Bar 12 20
4. Agen Travel 32 60
5. Total Fasilitas Pariwisata 134 224

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat 2017

Untuk mengetahui pengaruh aktivitas pariwisata terhadap perkembangan


kota, peneliti menggunakan perbandingan periode waktu tahun 2012
dengan tahun 2017. Pada tahun 2012 pertumbuhan fasilitas pariwisata
yaitu sebesar 56,77 % dari total 224 unit fasilitas pariwisata. Selanjutnya
pada tahun 2017 pertumbuhan fasilitas pariwisata mengalami peningkatan
sebesar 43,22 % dari total 224 unit fasilitas pariwisata yanga ada di
Labuan Bajo. Penyebaran fasilitas pariwisata pada tahun 2012 terpusat di
daerah kota lama dan ke arah barat Kota Labuan Bajo, yaitu pada jalan
Soekarna Hatta perkembangan pada arah Barat Kota Labuan Bajo
dikarenakan perkembangan pariwisata pesisir/pantai terus mengalami
perkembangan dan pada daerah pesisir terdapat beberapa obyek wisata
selain itu lebih mudah menjangkau akses pelabuhan untuk melakukan
perjalanan wisata menuju Taman Nasional Komodo, selanjutnya
penyebaran fasilitas pariwisata melebar ke wilayah bagian timur, dan
utara yaitu pada wilayah desa Batu Cermin dan kelurahan Wae kalambu
yang kepadatan penduduk dan bangunannya masih relatif kecil. Dengan
bertambahnya fasilitas pariwisata ini jelas akan mempengaruhi
perkembangan kota juga dilihat dari penggunaan lahan terbangun di Kota
Labuan Bajo. Hal ini sesuai dengan tinjauan teori Williams (2003:72)

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
74

dalam Tulus (2013:31) yang menyatakan bahwa pengaruh yang muncul


dari adanya pariwisata terhadap aspek fisik yaitu terjadinya perubahan
penggunaan lahan yang ditandai dengan berkembangnya sektor
pendukung pariwisata seperti akomodasi yang terkait dengan terbukanya
lapangan pekerjaan dalam industri pariwisata serta berkembangnya atraksi
wisata. Aktivitas pariwisata di Labuan Bajo menyebabkan perkembangan
kota Labuan Bajo lebih terpusat pada wilayah pesisir laut, jika dilihat
kondisi saat ini pada wilayah pesisir yang merupakan pusat kota Labuan
Bajo mengalami kepadatan bangunan dan wilayah terbangun yang cukup
tinggi. Pada kawasan pesisir ini berbagai aktivitas penduduk berlangsung,
seperti permukiman penduduk, perdaganan, jasa, pelabuhan, wisata, serta
persebaran fasilitas pariwisata seperti hotel, rumah makan, agen travel dan
cafe yang berada di daerah pesisir mengakibatkan kepadatan bangunan
relatif tinggi sehingga menyebabkan ketidakteraturan dari bangunan yang
ada dan lingkungan di sekitar kawasan pusat kota menjadi tidak
tertata.Selanjutnya dalam melihat perkembangan kota Labuan Bajo tidak
terlepas dari ketersediaan fasilitas. Perkembangan Kota karena aktivitas
pariwisata dapat dilihat dari jumlah sarana pariwisata yang tersedia dan
juga kualitas sarana pariwisata tersebut. Sarana wisata yang ada di Kota
Labuan Bajo khususnya di daerah sekitar kawasan wisata sudah cukup
terpenuhi dengan adanya hotel, kios souvenir dan rumah makan. Adanya
pengembangan pariwisata merupakan proses untuk mendatangkan lebih
banyak wisatawan untuk berkunjung. Aktivitas pariwisata berupa hotel,
restaurant agent/travel, dan cafe & bar telah membentuk struktur ruang
kota yang terkonsentrasi pada satu kawasan yaitu pusat kota dengan skala
pelayanan lokal dan regional. Untuk persebaran fasilitas pariwisata di kota
Labuan Bajo dapat dilihat pada peta berikut:

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
75

Gambar 15. Peta Persebaran Fasilitas Pariwisata di Labuan Bajo

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 75


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
76

5.4. Analisis Kesesuaian Lahan untuk Perkembangan Fasilitas Pariwisata

5.4.1. Analisi Kondisi Morfologi dan Fisiologi

Wilayah Kawasan Kota Labuan Bajo terletak pada wilayah yang


tekstur tanahnya bergelombang sehingga wilayahnya berada di
ketinggian yang berbeda. Ketinggian Kawasan Kota Labuan Bajo
yang diukur dari permukaan laut menunjukkan ketinggian 100
mdpl, 100-500 m.dpl, 500-1000 m.dpl, dan di atas 1000 mdpl.
Sebanyak 40% kawasan kota Labuan Bajo terletak pada ketinggian
sekitar 0-100 mdpl yang paling banyak tersebar pada kelurahan
Labuan Bajo, selanjutnya sebanyak 59,38% terletak pada
ketinggian 100-500 m.dpl yang tersebar hampir di seluruh wilayah
kota Labuan Bajo, sebanyak 0,60% memiliki ketinggian 500-1000
m.dpl yang terletak pada Desa Nggorang dan Kelurahan Wae
Kelambu.

Tabel 20. Luas Wilayah Berdasarkan Ketinggian

LUAS WILAYAH
BERDASARKAN LUAS
KELURAHAN/DESA KETINGGIAN (M.DPL) (HA)
0-100 100-500 500-1000
Batu Cermin 659,88 122,93 782,81
Golobilas 950,15 1.350,31 2300,46
Gorontalo 123,31 308,04 431,35
Nggorang 867,84 1.744,56 56,56 2668,96
Labuan Bajo 1.096,81 486,31 1.583,12
Wae Kelambu 209,22 1.783,84 0,54 1993,6
Total 3.907,21 5.795,63 57,1 9.759,94

Sumber : Podes 2017

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
77

Berdasarkan kondisi ketinggian dari permukaan laut, wilayah kota


Labuan Bajo terbagi atas wilayah pantai dengan ketinggian 0-100
m.dpl seluas 3.907,21 ha (40,03%), wi1ayah dataran rendah dengan
ketinggian 100-500 m.dpl seluas 5.795,63 ha (59,38 %), wilayah
perbukitan dengan ketinggian 500-1000 m.dpl seluas 57,1 ha
(0,58%). Secara keseluruhan ketinggian 0-100 m.dpl didominasi
pada kelurahan Labuan Bajo dengan luas 1.096,81 ha, kemudian
untuk ketinggian 100-500 didominasi oleh desa Wae Kalambu
dengan luas 1.783,84 ha, selanjutnya untuk ketinggian 500-1000
m.dpl didominasi oleh desa Nggorang dengan luas 56,56 ha.
Wilayah kota Labuan Bajo didominasi oleh dataran dengan
ketinggian 0-100 mdpl yaitu berada pada wilayah pesisir pantai
yaitu kelurahan Labuan Bajo. Pada kawasan pantai ini merupakan
pemusatan kegiatan perkotaan seperti perdagangan/jasa,
permukiman dan fasilitas perkotaan lainnya.

Tabel 21. Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan

LUAS WILAYAH BERDASARKAN


KELURAHAN LUAS
KEMIRINGAN (HA)
DESA (HA)
0-2 % 2-5% 5-10%
Batu Cermin 531,86 201,88 49,07 782,81
Golobilas 352,24 1.326,09 622,14 2.300,47
Gorontalo 4,59 392,35 34,41 431,35
Nggorang 551,21 800,27 1.317,49 2.668,96
Labuan Bajo 429,80 952,16 201,16 1.583,12
Wae Kelambu 210,99 674,66 1.107,59 1.993,23
Total 2.080,70 4.347,40 3.331,84 9.759,94

Sumber : Podes 2017

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
78

Tabel 22. Klasifikasi Kelas Kemiringan Lereng

NO. KELAS LERENG (%) DESKRIPSI


1. I 0-3 Datar
2. II 3-15 Landai
3. III 15-25 Agak Curam
4. IV 25-40 Curam
5. V > 40 Sangat Curam

Sumber : Hasil Analisis 2019

Berdasarkan kemiringan lerengnya, wilayah Kota Labuan Bajo


terbagi atas wilayah dengan kemiringan 0-2% (datar) se1uas
2.080,70 ha (21,31%), untuk kemiringan 2-5% (landai) seluas
4.347,40 ha (44,54%), serta daerah dengan kemiringan 5-10%
(agak curam) seluas 3.331,84 ha (34,13 %). Secara keseluruhan
kemiringan 0-2% didominasi oleh kelurahan Labuan Bajo dengan
luas 429,80 ha, kemudian untuk kemringan 2-5% didominasi oleh
desa Golobilas dengan luas 1.326,09 ha, selanjutnya untuk
kemiringan 5-10% didominasi oleh desa Nggorang dengan luas
1.317,49 ha. Untuk pengembangan lahan di Kota Labuan Bajo
berdasarkan kemiringan lerengnya terdapat kriteria yang dapat
kategorikan sebagai berikut :

1. Kemiringan lahan 0 – 5 % merupakan lahan yang sangat baik


untuk pengembangan kegiatan, seperti perumahan/
permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, jalan raya,
dan lain sebagainya.
2. Kemiringan lahan 5 – 15 % masih cukup layakuntuk kegiatan
perkotaan serta fasilitas umum dan fasilitas sosial secara
terbatas karena memerlukan biaya pembangunan yang cukup
mahal.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
79

3. Kemiringan 15 – 30 % cocok untuk penggunaan lahan


rekreasi, bangunan khusus, industri, dan pertanian.
4. Kemiringan lahan > 30% sulit untuk dikembangkan karena
memerlukan biaya yang sangat mahal dalam rangka rekayasa
sipil dan konstruksinya. Selain itu, kemiringan lahan > 30%
cenderung memiliki risiko bencana dan kerusakan lingkungan
yang cukup tinggi.

Berdasarkan kriteria kemiringan lahan di atas, wilayah perkotaan


Labuan Bajo berada pada wilayah dengan kriteria kemiringan 0-5%
dan merupkan lahan yang sangat baik untuk pengembangan
kegiatan perkotaan seperti perumahan/permukiman, perkantoran,
perdagangan dan jasa dan fasilitas lainnya wilayah perkotaan
Labuan Bajo. Kawasan dengan kemiringan lereng 0-5 % ini berada
pada kelurahan Labuan Bajo, Desa, Batu Cermin, Desa Gorontalo
dan Kelurahan Wae Kalambu. Hampir seluruh wilayah di Labuan
Bajo masuk dalam kategori kemiringan lereng 0-5 % dan yang
paling luas berada pada Desa Batu Cermin kemudian diikuti
dengan Kelurahan Labuan Bajo. Berdasarkan analisis kesesuaian
lahan dari aspek kemiringan lereng dapat diketahui bahwa wilayah
Labuan Bajo dimana berkembangnya fasilitas pariwisata yaitu di
Kelurahan Labuan Bajo sudah sesuai karena memiliki kemiringan
lereng 0-2% (datar) sehingga dapat dikembangakan untuk
pengembangan kegiatan perkotaan seperti perumahan/permukiman,
perdagangan jasa, serta sarana perkotaan lainnya.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
80

5.4.2. Fisik Tanah dan Batuan

Dilihat dari sifat fisik tanah, jenis tanah di kota kawasan perkotaan
Labuan Bajo merupakan jenis tanah litosol. Tanah litosol
merupakan hasil pelapukan batuan yang keras dan besar. Tekstur
tanah litosol biasanya berpasir, tidak berstruktur, banyak
kandungan batu dan krikil tanah litosol dapat dijumpai pada segala
iklim dan biasanya berada pada daerah dengan topografi berbukit,
pegunungan, dan lereng yang miring sampai curam. Berdasarkan
daya dukungnya terhadap ketahanan pondasi bangunan, jenis tanah
litosol ini memiliki daya dukung yang baik untuk pengembangan
bangunan perkotaan.

Untuk jenis batuan yang terdapat di Labuan Bajo, didominasi oleh


batuan gamping yang bersifat keras memiliki daya dukung sedang.
Jenis batuan gamping ini terdapat hampir di seluruh wilayah timur
kelurahan Labuan Bajo, Desa Batu Cermin, Desa Nggorang, Desa
Golobilas, Desa Gorontalo dan Kelurahan Wae Kelambu. Jenis
batuan lain yang berdaya dukung tinggi yaitu batuan vulkanik
berupa lava yang membeku yang terdapat di Desa Golobilas.
Berikut 4 (empat) jenis komposisi litologi batuan di Kota Labuan
Bajo :

1. Komposisi aluvium dan endapan pantai


Merupakan komposisi yang terdiri dari kerikil, pasir, dan
lempung. Komposisi ini memiliki kelulusan sedang sampai
tinggi dan terdapat di sebelah selatan desa Golobilas dan
sebagian desa Gorontalo.
2. Komposisi batuan terobosan bersifat asam sampai
intermedier .

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
81

Komposisi batuan ini berupa batuan kompak yang pada


umumnya memiliki kelulusan yang kecil. Komposisi ini
tersebar di sebagian kecil wilayah Desa Golobilas.
3. Komposisi batu gamping padu serta batu gamping tufaan
Komposisi ini merupakan komposisi batuan yang terpadu
dan berlapis, memiliki nilai kelulusan rendah sampai
sedang. Kota labuan Bajo sendiri sebagian besar memiliki
komposisi ini yang tersebar pada Desa Nggorang, Desa
Golobilas, Desa Gorontalo, Kelurahan Wae Kelambu, Desa
Batu Cermin, dan sebelah timur Kelurahan Labuan Bajo.
4. Komposisi lava, Breksi dan tufa
Komposisi ini terdiri dari lava, breksi, dan tufa pasiran dan
pasir tufaan yang kompak dan umumnya memiliki
kelulusan yang kecil. Komposisi ini trerdapat di sebelah
selatan desa Nggorang, sebelah selatan desa Golobilas, dan
sebagian besar wilayah kelurahan Labuan Bajo.

Berdasarkan sifat fisik tanah dan jenis batuan maka wilyah yang
memiliki daya dukung batuan paling tinggi terdapat pada Desa
Golobilas sedangkan untuk kelurahan dan desa lainnya pada
wilayah perkotaan Labuan Bajo memiliki daya dukung sedang
sehingga masih cukup sesuai untuk pembangunan wilayah
perkotaan Labuan Bajo, sehingga berdasarkan kriteria jeis tanah
dan batuan yang ada di Kota Labuan Bajo sudah sangat mendukung
untuk pengembangan perkotaan dan sesuai untuk mendirikan
bangunan/gedung di wilayah perkotaan Labuan Bajo, selanjutnya
yang perlu perhatian lebih lanjut yaitu mengenai penempatan
zonasi yang sesuai agar tidak terjadi konflik antara pemanfaatan
lahan di Kota Labuan Bajo. Untuk peta ketinggian wilayah,
kemiringan lereng, jenis tanah dan batuan dapat dilihat pada peta
berikut :

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
82

Gambar 16. Peta Topografi Kota Labuan Bajo

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 82


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
83

Gambar 17. Peta Kemiringan Lereng Kota Labuan Bajo

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 83


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
84

Peta 18. Jenis Tanah di Kota Labuan Bajo

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 84


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
85

5.4.3. Ancaman terhadap Bencana Alam

Kabupaten Manggarai Barat merupakan salah satu kabupaten yang


berada di pulau Flores. Pulau Flores merupakan salah satu pulau di
Indunesia yang berada pada jalur antara lempeng Australia dengan
lempeng Indo-Euresia selain itu pulau Flores juga merupakan jalur
pertemuan antara lempeng benua sisi utara yaitu lempeng Filipina
sehingga jalur ini berpotensi terjadi gempa bumi tektonik dan
vulkanik. Pulau Flores juga termasuk dalam jalur gunung api aktif,
yang tersebar di beberapa wilayah di pulau Flores. Di Kabupaten
Manggarai Barat sendiri tidak terdapat gunung api namun bukan
berarti wialyah ini terbebas dari ancaman bencana. Hal yang perlu
menjadi perhatian atau harus diwaspadai yaitu ketika terjadi gempa
maka biasanya akan terdapat bahaya lainnya yang ikut terjadi
seperti tsunami, dan tanah longsor yang berpotensi cukup tinggi.
Kota Labuan Bajo terletak pada daerah pesisir pantai sehingga
kawasan kota Labuan Bajo ini sangat rawan dan berpotensi untuk
terkena tsunami khususnya di wilayah pantai bagian barat dan utara
kota Labuan Bajo.

1. Bencana Gempa Bumi

Untuk kawasan rawan bencana gempa bumi, terdapat pada


seluruh wilayah pulau flores yang didalamnya termasuk
kota Labuan Bajo. Hal ini dikarenakan pulau Flores
merupakan salah satu pulau di Indonesia yang berada pada
jalur antara lempeng Australia dengan lempeng Indo-
Euresia selain itu pulau Flores juga merupakan jalur
pertemuan antara lempeng benua sisi utara yaitu lempeng
Filipina selain itu pulau Flores juga termasuk dalam jalur
gunung api aktif, yang tersebar di beberapa wilayah di

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
86

pulau Flores sehingga pulau ini berpotensi terjadi gempa


bumi tektonik dan vulkanik dengan tingkat kerawanan yang
cukup tinggi. Untuk itu diperlukan mitigasi bencana yang
memadai pada wilayah perkotaan Labuan Bajo.

2. Bencana tanah longsor

Tanah lonsor sendiri terjadi karena proses alami dari


perubahan struktur muka bumi, yaitu adanya gangguan
kestabilan pada tanah atau batuan penyusun. Gangguan ini
biasanya dipengaruhi oleh kondisi geomorfologi seperti
kemiringan lereng, kondisi batuan, kondisi tanah, dan
kondisi hidrologi pada lereng. Selain faktor alam, tanah
lonsor juga sering terjadi karena aktivitas manusia yang
tidak terkendali. Kawasan longsor di Kabupaten Manggarai
Barat sendiri terdapat di kecamatan Sano Nggoang,
Kecamatan Kuwus, dan Kecamatan Macang Pacar.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, 2017 daerah rawan gerakan tanah di Kabupaten
Manggarai Barat terdapat di Kecamatan Komodo bagian
Barat dengan kategori tinggi dan kecamatan Kuwus tengah
dengan ketegori menengah. Pada wilayah Kota Labuan
Bajo sendiri dikategorikan sebagai daerah yang memiliki
kerentanan tanah/tanah longsor yang cukup tinggi yang
terdapat pada daerah Gorontalo lebih tepatnya berada pada
daerah sekitar bukit pramuka. Pada kawasan ini terdapat
beberapa bangunan yang berada pada daerah rawan longsor
hal ini jelas sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
kerugian yang ketika terjadi longsor.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
87

3. Stunami dan Garis Sempadan Laut

Tsunami merupakan salah satu ancaman untuk wilayah


pesisir di Indonesia. Bencana Stunami biasanya dipicu oleh
terjadinya gempa bumi di laut yang menyebabkan
terjadinya gunjangan yang dapat menyebabkan terjadinya
pergeseran di dasar laut. Seperti yang dikatakan pada
daerah rawan gempa bumi di atas, kota Labuan Bajo berada
pada jalur gempa sehingga resiko terjadinya bencana
Tsunami sangat tinggi. Kota Labuan Bajo sendiri berada
pada daerah pesisir pantai yang jika ditinjau dari
morfologinya kawasan pesisir Labuan Bajo ini relatif
sempit dan memanjang sehingga kawasan pesisir ini
berpotensi terjadi tsunami terlebih pada kawasan sepanjang
pantai barat dan utara kota Labuan Bajo dengan tingkat
kerawanan yang tinggi. Selain itu jika ditinjau berdasarkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 21/Permen-Kp/2018 Tentang Tata Cara
Perhitungan Sempadan Pantai, dimana keberadaan
bangunan paling kurang 100 m dari bibir pantai, maka
terdapat beberapa bangunan yang menyalahi aturan. Jika
dilihat pada kondisis eksisting saat ini terdapat banyak
bangunan fasilitas pariwisata yang berada tepat di pesisir
pantai yang jelas menyalahi aturan sempadan pantai. Hal ini
dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar ketika
terjadi bencana. Bangunan-bangunan ini seharusnya tidak
berdiri pada kawasan ini sehingga untuk perencanaan labih
lanjut bangunan yang ada seharusnya berpindah lokasi.
Untuk persebaran fasilitas pariwisata yang termasuk dalam
wilayah kawasan rawan bencana dapat dilihat pada peta
rawan bencana.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
88

Gambar 19. Peta Persebaran Fasilitas Pariwisata Berdasarjkan Kriteria Kemiringan Lereng

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


88
Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
89

Gambar 20. Peta Rawan Bencana Kota Labuan Bajo

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo 89


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
90

5.5. Analisis Pengaruh Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat

Untuk mengetahui arah perkembangan kota Labuan Bajo selanjutnya,


selain dilihat dari aspek fisik juga dapat dilihat dari aspek sosial. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui pengaruh pariwisata terhadap kehidupan
masyarakat sekitar apalagi kehidupan masyarakat yang berada langsung
pada tempat fasilitas pariwisata ini berada. Pariwisata yang terus
berkembang di Labuan Bajo ternyata tidak hanya berdampak terhadap
aspek fisik namun juga berdampak pada aspek sosial. Salah satu fasilitas
pariwisata yang menjadi sorotan khusus yaitu fasilitas hiburan yaitu Cafe
& Bar. Seiring dengan perkembangan pariwisata serta meningkatnya
jumlah penduduk dan jumlah wisatawan mengakibatkan fasilitas ini terus
mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan yang
menikmati fasilitas hiburan ini bukan hanya pengunjung dari luar kota
yang datang untuk berwisata namun juga pengunjung dari masyarakat
Labuan Bajo sendiri. Dengan tumbuhnya fasilitas hiburan ini memiliki
berbagai dampak baik positif maupun negatif. Dampak positif dapat
dilihat dari terbukanya lapangan usaha sehingga dapat menampung lebih
banyak tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat, namun disisi lain keberadaan fasilitas hiburan ini ternyata
memberikan dampak negatif yaitu dapat menggangu kenyamanan hidup
masyarakat sekitar. Hal ini dikarenakan keberadaan fasilitas hiburan yang
beroperasi setiap hari mengakibatkan kebisingan sehingga mengganggu
kenyamanan masyarakat sekitar. Hal ini selaras dengan pernyataan (Luru
2017: 100-101) mengatakan Pada kasus tertentu karakter lokasi fasilitas
hiburan, semacam dua sisi mata uang. Satu sisi, lokasi yang ditempati
membawa keuntungan karena meraup minat pengunjung kota, namun
pada sisi lain tak lebih dari malapetaka bagi warga sekitar, terutama
tempat hiburan yang berdekatan dengan permukiman warga kota, seperti
halnya di Pantai Pede. Riuh rendah musik pub yang berlokasi tepat di
antara permukiman, merongrong ketentraman warga sekitar. Keluhan

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
91

mengenai tumbuh kembang anak mereka yang masih dalam usia ‘belajar’
menjadi kesan pilu yang dilontarkan dari mulut masyarakat setempat.
Berdasarkan hal ini maka dapat dikatakan bahwa keberadaan fasilitas
hiburan ternyata mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar hal ini
terjadi karena letaknya yang langsung berada pada kawasan permukiman
masyarakat. Untuk menghindari agar tidak mengganggu kenyamanan
masyarakat maka lokasi fasilitas hiburan ini harus berada pada lokasi yang
berbeda dengan lokasi perumahan masyarakat.

5.6. Analisis Kesesuaian Lahan Arah Perkembangan Fasilitas Pariwisata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan permukiman dan bududaya


lain di kota Labuan Bajo sudah sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan
yang dipakai yaitu kemiringan lereng, rawan bencana (lonsor, dan
stunami) jenis tanah dan batuan, namun yang perlu menjadi perhatian
khusus yaitu pada kriteria rawan bencana. Untuk rawan bencana stunami
terdapat pada wilayah kelurahan Labuan Bajo yaitu pada bagian barat dan
utara kota Labuan Bajo. Kelurahan Labuan Bajo berada pada kawasan
rawan stunami karena berada pada wilayah pesisir pantai. Selanjutnya
untuk daerah rawan lonsor yaitu berada di bagian barat desa Gorontalo
lebih tepatnya yaitu pada kawasan bukit Pramuka karena memiliki
kerentanan tanah yang tinggi akibat kelerengan yang cukup tinggi.

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan yang dilihat dari aspek


topografi, jenis tanah, batuan dan rawan bencana, wilayah yang sesuai
untuk pengembangan permukiman terdapat pada Desa Batu Cermin,
Kelurahan Wae Kalambu dan Desa Golobilas. Topografi pada wilayah
perkotaan Labuan Bajo masuk dalam kriteria kemiringan 0-2% sehingga
sangat cocok untuk pengembangan fasilitas perkotaan. Pemilihan wilayah
ini didasarkan dengan memperhatikan masalah kemiringan lereng,
wilayah rawan bencana, jenis tanah, batuan, dan pengaruh terhadap

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
92

kehidupan sosial masyarakat, selain itu juga mempertimbangkan


kepadatan pada lahan terbangun yang sudah ada di Kecamatan Komodo
terutama pada daerah permukiman penduduk dan wilayah Kelurahan
Labuan Bajo yang masuk dalan zona campuran antara perumahan dengan
perdagangan dan jasa. Pada wilayah ini juga masih didominasi oleh lahan
yang masih berupa tegalan, kebun campuran dan permukiman yang
kepadatan tidak terlalu tinggi. Hal ini diperhitungkan untuk mengurangi
dampak sosial yang mungkin terjadi karena adanya aktivitas pariwisata.
Pengembangan perumahan juga diarahkan untuk terpisah dengan fasilitas
komersil, hal ini dilakukan karena aktivitas perdagangan jasa yang terjadi
khususnya fasilitas pariwisata seperti hiburan dapat menjadi ancaman
ketika lokasi dimana tempat hiburan itu berada dapat mengganggu
kenyamanan hidup warga sekitar, terutama tempat hiburan yang
berdekatan dengan permukiman warga kota, seperti halnya di Pantai Pede.
Kegaduhan dari suara tempat hiburan yang berlokasi tepat di antara
permukiman, ternyata mengganggu ketentraman masyarakat sekitar.

Untuk pemilihan lokasi kawasan perdagangan jasa khususnya untuk


industri pariwisata diarahkan pada wilayah Kelurahan Labuan Bajo yang
dilihat dari kondisi eksistingnya telah menjadi pusat pertumbuhan fasilitas
penunjang pariwisata seperti hotel, rumah makan, cafe & bar dan
agen/travel, selain itu pada wilayah ini juga memiliki kelerengan yang
sesuai yaitu 0-2% (datar). Penetapan fasilitas pariwisata pada kelurahan
Labuan Bajo juga didasari pada aspek kemudahan transportasi karena
dekat dengan Bandara Komodo dan Pelabuhan sehingga mempermudah
mobilisasi dari wisatawan yang datang berkunjung, untuk menjangkau
fasilitas pariwisata dan objek wisata yang sebagian besar tersebar di
wilayah pesisir Kota Labuan Bajo. Jika dilihat dari aspek kemiringan
lereng dan jenis tanah kelurahan Labuan Bajo sudah sesuai, namun yang
perlu menjadi perhatian khusus yaitu mengenai lokasi rawan bencana
karena wilayah kelurahan Labuan Bajo terletak di wilayah pesisir

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
93

sehingga rentan terhadap bencana tsunami sehingga perlu adanya


antisipasi/mitigasi bencana yang memadai, selain itu pembangunan pada
wilayah ini harus berjarak paling kurang 100 m dari bibir pantai sesuai
dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 21/Permen-Kp/2018 Tentang Tata Cara Perhitungan Sempadan
Pantai. Hal ini dirasa perlu menjadi perhatian khusus, agar dapat
mengurangi dampak dari terjadinya bencana.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
94

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian hasil terkait pengaruh aktivitas pariwisata


terhadap perkembangan kota Labuan Bajo yang dilihat dari aspek fisik
dapat disimpulkan bahwa :

Aktivitas pariwisata yaitu Hotel, Rumah makan, Agen Travel, dan Cafe &
Bar memberikan pengaruh terhadap perkembangan kota Labuan Bajo
yaitu perubahan penggunaan lahan, yang dapat dilihat dari luas lahan
untuk pergagangan dan jasa yang pada tahun 2012 seluas 105,64 ha
menjadi 727,08 ha pada tahun 2017 serta adanya pengurangan lahan
Hutan seluas 6000,24 pada tahun 2013 menjadi 3749 pada tahun 2017.

Bertambahnya jumlah lahan terbangun karena jumlah fasilitas pariwisata


yang terus bertambah setiap tahunnya terpusat di daerah pesisir pantai
yaitu pada kelurahan Labuan Bajo dan di sepanjang jalan Soekarno Hatta.

Perkembangan kota Labuan Bajo menjadi tidak teratur dilihat dari


persebaran fasilitas komersil yang berada pada satu zona dengan
permukiman/perumahan karena tidak adanya produk hukum yang
mengatur perkembangan kota Labuan Bajo seperti Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR).

Lahan di Labuan Bajo sudah sesuai untuk pengembangan kawasan


perkotaan dan pertumbuhan fasilitas karena memiliki kesesuaian lahan
dengan kriteria kelerengan 0-2%, jenis tanah dan batuan, serta daerah
rawaan bencana yang sesuai, namun untuk kawasan kelurahan Labuan

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
95

Bajo perlu perhatian khusus karena termasuk dalam daerah rawan tsunami
begitu juga dengan wilayah desa Gorontalo karena memiliki kerentanan
tanah yang tinggi akibat kelerengan yang cukup tinggi sehingga masuk
dalam wilayah rawan longsor.

6.2. Saran

1. Membuat peraturan terkait pemanfaatan lahan khususnya di Kawasan


Wisata maupun perkotaan sehingga tidak terjadi perubahan
pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan fungsinya, dan adanya
perencanaan yang tepat agar sektor pariwisata dapat memberikan
dampak positif bagi perkeembangan kota.
2. Membuat pembagian zonasi yang jelas dan interaktif antara berbagai
kegiatan wisata, contohnya kawasan Hotel, rumah makan, tempat
hiburan, agen travel, serta cafe & bar serta sarana dan prasarana
pariwisata lainnya melalui rencana detail tata ruang Kecamatan
Komodo atau Kota Labuan Bajo.
3. Pengembangan lahan untuk aktivitas perdagangan jasa diarahkan
untuk dikembangaan pada daerah Kelurahan Labuan Bajo.
4. Untuk Pengembangan lahan permukiman diarahkan pada wilyah desa
Batu Cermin, Kelurahan Wae Kelambu dan desa Gorontalo.
5. Bagi peneliti lain, dapat menjadi bahan refrensi atau acuan bagi
peneliti yang hendak melakukan penelitian yang sama atau hendak
mengembangkan penelitian yang sejenis.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
96

DAFTAR PUSTAKA

Artikel/Journal

Afandi, M. (2015). Kajian Pengaruh Keberadaan Kawasan Wisata Sangiran


Terhadap Aspek Fisik, Aspek Ekonomi, Dan Aspek Sosial Masyarakat.
Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 2 , 282-292.

Ali, B. S. (2015). Strategi Pengembangan Fasilitas Guna Meningkatkan Daya


Tarik Minat Wisatawan Di Darajat (Water park) KecamatanPasirwangi
Kabupaten Garut. Skripsi, 17-18.

Dweyana, A. (2006). Perkembangan Kota Tenggarong Dalam Kaitannya Dengan


Perkembangan Prasarana Pariwisata. Kajian Pengembangan Perkotaan,
30-36.

Hendarto, R.M (1997). Teori Perkembangan dan Pertumbuhan Kota. Makalah


Diskusi Rutin Fakultas Ekonomi.

Haeruman, Herman. (1997). Pengelolaan Sumber Daya Lahan dalam Sistem Tata
Ruang Nasional. Makalah dalam Seminar Agenda 21 Pembangunan
berkelanjutan Nasional.

Isnaini, M. (2015). Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Samiran Terhadap


Perubahan Lahan, Ekonomi, dan Lingkungan . Jurnal Teknik PWK
Volume 4 Nomor 3, 389-404.

Mitra Satria, S. (2013). Evaluasi Kesesuaian LahanPermukiman di Kota semarang


Bagian selatan. Jurnal teknik PWK Volume 2 No 1, 160-167.

Haeruman, Herman. (1997). Pengelolaan Sumber Daya Lahan dalam Sistem Tata
Ruang Nasional. Makalah dalam Seminar Agenda 21 Pembangunan
berkelanjutan Nasional.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
97

Paramitasari, I. D. (2010). Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap


Kehidupan Masyarakat Lokal. Skripsi, 1-102.

Pamungkas, Istiqomah Tya Dewi, M. (2015). Pengaruh Keberadaan Desa Wisata


Karangbanjar Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan, Ekonomi, dan
sosial Masyarakat. Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 3,361-372.

Priamudi, Bitta. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan


Pemanfaatan Lahan dan Sosial Ekonomi di Sekitar Apartemen Mutiara
Garden. Jurnal Teknik PWK Volume 3 Nomor 4, 576-584.

Ocsuanda, V. (2018). Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap


Perkembangan Kota. Jurnal Muara Sains, Teknologi,Kesehatan, dan Ilmu
Kesehatan Vol. 2 No. 1 , 225-239.

Ramadhan, M.F. (2018). Dampak Aktivitas Pariwisata Terhadap Aspek Sosial


Ekonomi Budaya. Makalah Prinsip-Prinsip Ilmu Lingkungan,1-13.

Sumarabawa, I Gede Arya. Ketersediaan Aksesibilitas serta Sarana dan Prasarana


Pendukung Bagi Wisatawan di Daerah Wisata Pantai Pasir Putih, Desa
Prasi, Kecamatan Karangasem. Jurnal Pendidikan Geografi, 1-14.

Sari, Y. A. (2013). Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Lokasi Permukiman


Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul. 1-18.

Yudha Rahman, M. (2014). Pengaruh Aktivitas Pariwisata Pantai Taplau Kota


Padang Terhadap Ekonomi, Sosial, Masyarakat, Dan Lingkungan. Jurnal
Teknik PWK Volume 3 Nomor 4, 979-990.

Buku Teks

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Baud, Bovy and Lawson. (1998). Tourism and Recreation Handbook of Planning
and Design. London : Architectural Pres.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
98

Lillesand, T.M. dan Kiefer, R.W. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Hardjowigeno, S. Widiatmaka. 2001. Evaluasi Lahan Dan Perencanaan Tataguna


Lahan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Jayadinata, J.T. 1992. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan
& Wilayah. Bandung : ITB Bandung.

Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis pada Kesesuaian Lahan. Semarang:
Badan Penerbit Undip.

Luru, M.N. (2017). Potensi Kota Pariwisata Perkotaan Labuan Bajo. Yogyakarta :
Deepublish.

Marbun. B.N. (1992). Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek. Jakarta:
Erlangga.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kebujakan : Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif, Kombinasi, R & D dan Penelitian Evaluasi. Bandung :
Alfabeta.

Sitorus, (2004). Evaluasi Sumber Daya Lahan. Bandung : Tarsito

Karya Lain

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Detail


Tata Ruang (RDTR).

Undang-Undang No. 8 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Manggarai


Barat di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor


21/Permen-Kp/2018 Tentang Tata Cara Perhitungan Sempadan Pantai.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019
99

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi 2017.

Manggarai Barat dalam Angka 2017. Labuan Bajo: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Manggarai Barat.

Manggarai Barat dalam Angka 2018. Labuan Bajo: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Manggarai Barat.

Kecamatan Komodo dalam Angka 2017. Labuan Bajo: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Manggarai Barat.

Kecamatan Komodo dalam Angka 2018. Labuan Bajo: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Manggarai Barat.

Potensi Desa Labuan Bajo 2015.

Potensi Desa Labuan Bajo 2017.

Pengaruh Aktivitas Pariwisata Terhadap Perkembangan Kota Labuan Bajo


Yohanes Baptis Sore Loka, 2019

Anda mungkin juga menyukai