Bimbingan Konseling Isbn Hki Kan BKD
Bimbingan Konseling Isbn Hki Kan BKD
Editor: Haryanto
Desain Sampul: Ruhtata
Lay out/tata letak Isi: Tim Redaksi Bildung
Penerbit:
BILDUNG
Jl. Raya Pleret KM 2
Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791
Telpn: +6281227475754 (HP/WA)
Email: bildungpustakautama@gmail.com
Website: www.penerbitbildung.com
Anggota IKAPI
Pengantar Penulis → v
Daftar Isi → vii
1. Guru Kelas → 52
2. Guru Mata Pelajaran → 53
3. Kepala Sekolah → 54
4. Pengawas → 56
B. Non-tes → 98
1. Observasi → 99
2. Catatan Anekdot → 99
3. Wawancara → 100
4. Angket → 101
5. Autobiografi → 102
6. Sosiometri → 102
7. Studi kasus → 103
O. Pelupa → 172
P. Gagap → 176
Q. Mudah Tersinggung → 181
R. Anak Lambat Berpikir → 184
S. Kurang Percaya Diri → 186
T. Manja → 190
U. Anak Sensitif → 193
V. Sering Melamun → 197
W. Pendiam → 199
1. Landasan Filosofis
Latar belakang folosofis berkaitan dengan pandangan
tentang hakekat tetang manusia. Manusia adalah makhluk
multidimensional, unik dan sangat kompleks. Bahkan dalam
Islam, manusia dipandang sebagai makhluk terbaik (fi akhsani
takwim), makhluk jasmani-rohani yang didalamnya
menyimpan berbagai potensi untuk dikembangkan dengan
optimal. Ini sejalan dengan pandangan aliran filsafat
humanisme, yang menyatakan bahwa manusia memiliki
potensi untuk dapat dikembangankan se-optimal mungkin.
Pengembangan potensi anak ini salah satunya dapat
dilakukan melalui layanan Bimbingan Konseling yang tepat
dan bijak.
2. Landasan Sosial-Kultural
Dari sudut sosio-kultural yang melatarbelakangi
perlunya pelayanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar
(PAUD-TK-SD) adalah adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, sehingga
menimbulkan modernisasi di segala bidang kehidupan
manusia, yang semakin diperparah dengan laju pertumbuhan
penduduk yang sangat tinggi. Disisi lain lapangan pekerjaan
relatif tetap. Di sini lembaga pendidikan benar-benar dituntut
membantu peserta didik-nya untuk mencarikan solusi dari
berbagai problem akibat modernisasi dan laju pertumbuhan
penduduk, sehingga mereka (anak didik) dapat berinteraksi
dan beradaptasi secara aktif, positif dan konstruktif dengan
lingkungan sekitarnya.
3. Landasan Pendidikan
Kegiatan pendidikan yang baik dan ideal, mencakup tiga
aspek yaitu pengajaran kurikuler, kepemimpinan dan
4 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru
2
Artinya peserta didik tidak ada kecenderungan untuk mengabaikan kegiatan
sekolah, tidak membuat gaduh di kelas, tidak selalu menyendiri dan respek terhadap
persoalan-persoalan yang berkembang di sekolah.
Bab 1 Urgensi Bimbingan Konseling di Sekolah 5
7
Danne Borders & Sandra M. Drury dalam Yusuf, Landasan., hal. 66
8
Syamsu Yusuf L.N dan Juntika N. Landasan Bimbingan dan Konseling. (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 4
Bab 1 Urgensi Bimbingan Konseling di Sekolah 7
C. Dasar Hukum B
Hukum imbingan K
Bimbingan onseling
Konseling
Secara formal, landasan hukum terhadap program
Bimbingan Konseling lahir pada tahun 1989, yang ditandai
dengan terbitnya SK Menteri Pemberdayaan Aparatur
Negara No. 026/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan
Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. SK ini ditengarai sebagai landasan hukum yang
pertama kali diberikan oleh pemerintah atasa program
bimbingan dan penyuluhan.
Dalam upaya mewujudkan pelaksanaan Bimbingan
konseling di sekolah, pemerintah melalui SK Bersama Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 0433/P/1993
dan Nomor 25 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Guru Pembimbing dan Angka Kreditnya
serta Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 025/O/1995 tentang Petunjuk
Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru
Pembimbing dan Angka Kreditnya. SK Mendikbud inilah
yang menjadi dasar bagi pola pelaksanaan Bimbingan
Konseling di sekolah-sekolah, atau dikenal dengan Pola BK-
17. Hal-hal substansial berkaitan dengan Bimbingan konseling
yang diatur dalam SK tersebut antara lain:
8 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru
9
Baca Depdiknas, Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Balitbang
Depdiknas, 2003) hal. 13-16. Lihat pula, SK Mendikbud No. 025/1995 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
10 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru
A. Pengertian B
engertian imbingan
Bimbingan
Istilah bimbingan jika dikaji secara etimologis
merupakan terjemahan dari kata Guidance yang disamaartikan
dengan guiding, yang memiliki konotasi makna showing a way
(menunjukkan jalan); leading (memimpin); conducting
(menuntun); giving instructions (memberikan petunjuk);
regulating (mengatur), governing (mengarahkan); dan giving
advice (memberikan nasehat).1
Secara terminologis, Bimbingan menurut Bimo Walgito
adalah “bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
1
W.S. Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah , (Jakarta:
Gramedia, 1982) hal. 7
14 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru
2
Bimo Walgito., Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Yogyakarta: Andi
Yogyakarta, 2004), hal. 4-5
3
Ahmadi, Abu, dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1991), hal. 1
4
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 193
5
Rochman Natawidjaja, 1988, hal. 7
Bab 2 Sekilas Bimbingan Konseling 15
B. Penger tian K
engertian onseling
Konseling
Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris to consul,
Istilah ini berasal dari bahasa latin counselium, yang artinya
“bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian berbicara
bersama-sama dalam hal ini adalah pembicaraan antara
konselor (counselor) dengan seorang yang bermasalah (klien
atau counselee).7
Makna konseling secara terminologis, menurut Prayitno,
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang
sedang mengalami masalah yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapinya. 8 Dewa Ketut Sukardi dalam
6
Selengkapnya lihat dalam, Peraturan Pemerintah Pasal 25, No. 28/29 Tahun
1990 tentang Pendidikan Menengah.
7
Latipun, Psikologi Konseling Edisi Ketiga (Malang: UMM Press, 2008), hal. 4.
8
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), hal.106
16 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru
9
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 22.
17
BAB
3
A. Tujuan Bimbingan K
Bimbingan onseling
Konseling
TUJUAN LAYANAN Bimbingan Konseling di sekolah adalah
agar Peserta didik dapat mewujudkan diri sebagai pribadi
mandiri, bertanggung jawab, kreatif dan produktif.
Selanjutnya, tujuan pelayanan Bimbingan Konseling di
sekolah terbagi menjadi dua tujuan, yakni tujuan umum dan
tujuan yang bersifat khusus.
1. Tujuan Umum
Dalam lingkup Sekolah pelayanan Bimbingan Konseling
bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan peserta didik,
baik secara individual maupun kelompok (klasikal), sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan,
kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.
Pelayanan Bimbingan Konseling juga bertujuan untuk
membantu peserta didik mengatasi kelemahan dan
hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Tujuan
ini sejalan dengan yang dikemukakan Prayitno dan Amti
dalam, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, yang
mengatakan,
18 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru
1
Prayitno dan Amti, dasar-dasar, hal. 114
2
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar, hal. 44.
3
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar, hal. 130
Bab 3 Tuj uan dan Fungsi Bimbingan Konseling 19
5
Lihat, dalam Prayitno, dkk, Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
Depdiknas, 2004) hal. 10 Lihat pula dalam, Sugiyo, 1987:14; Baca, Depdiknas,
Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: DirJend Peningkatan Mutu, 2008),
hal 10
22 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru