Anda di halaman 1dari 39

BIMBINGAN DAN KONSELING

PANDUAN BAGI ORANGTUA


DAN GURU
Copy right ©2020, Bildung, UNSIQ Press
All rights reserved

BIMBINGAN DAN KONSELING


PANDUAN BAGI ORANGTUA DAN GURU
Haryanto Al-Fandi

xii + 216 halaman; 14,5 x 21 cm


ISBN: 978-623-7148-42-5

Editor: Haryanto
Desain Sampul: Ruhtata
Lay out/tata letak Isi: Tim Redaksi Bildung

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Bimbingan dan Konseling Panduan Bagi Orangtua dan Guru/Haryanto Al-Fandi/
Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara, 2020

Cetakan Pertama: 2020

Penerbit:
BILDUNG
Jl. Raya Pleret KM 2
Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791
Telpn: +6281227475754 (HP/WA)
Email: bildungpustakautama@gmail.com
Website: www.penerbitbildung.com

Anggota IKAPI

Bekerja sama dengan UNSIQ PRESS

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau


memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari Penerbit.
PENGANTAR PENULIS

ALHAMDULILLAH, puji syukur penulis sampaikan


ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Shalawat dan
Salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, serta para
pengikutnya yang setia. Berkat rahmat dan petunjuk
Allah Swt., buku yang ada di hadapan pembaca, yang
berjudul Bimbingan Konseling Panduan Bagi Orangtua dan
Guru dapat penulis selesaikan.
Masa anak-anak dalam psikologi disebut sebagai masa
golden age, usia yang paling efektif untuk mengembangkan
berbagai potensi anak. Dalam usia ini, setiap peserta didik
tidak terlepas dari berbagai masalah atau hambatan dalam
perkembangannya. Ragam masalah yang mungkin dialami
anak usia dini (PAUD-TK-SD) dapat dikategorikan menjadi
beberapa jenis, yakni masalah belajar, masalah keluarga,
pengisian waktu luang, pergaulan dengan teman sebaya, dan
lain sebagainya.
Anak-anak yang mengalami kesulitan itu adalah
individu yang berada dalam kondisi tidak mampu memahami
diri sendiri dan lingkungannya, sehingga mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kenyataan-
kenyataan objektif yang dihadapinya. Oleh karena
keterbatasan kematangan anak dalam mengenali dan
vi Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

memahami hambatan dan permasalahan yang dihadapinya,


maka konselor sekolah (guru) dan pihak-pihak yang
berkompeten (orangtua), perlu memiliki pemahaman dan
pengetahuan berbagai permasalahan yang dihadapi anak-
anak sehingga mampu memberi penanganan masalah
dengan cepat dan tepat.
Buku yang ada di hadapan pembaca ini mengurai secara
lengkap berbagai masalah yang dihadapi anak-anak, beserta
alternatif solusinya. Diharapkan buku ini bisa menjadi
pegangan bagi orangtua dan guru dalam memberikan
penanganan problematika yang dihadapi anak-anak secara
cepat, tepat, dan bijak.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada teman-teman sivitas akademika Universitas
Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo. Terima
kasih juga penulis sampaikan kepada mahasiswa PIAUD dan
PGMI FITK, yang dengan baik menjadi teman diskusi penulis.
Kepada pihak penerbit yang telah bersedia menerbitkan
buku ini tidak lupa penulis sampaikan terima kasih.
Semoga buku ini bermanfaat. Amin.
Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad.

Wonosobo, 1 Januari 2020


Haryanto Al-Fandi
DAFTAR ISI

Pengantar Penulis → v
Daftar Isi → vii

BAB 1 URGENSI BIMBINGAN KONSELING DI


SEKOLAH → 1
A. Landasan Bimbingan Konseling → 1
1. Landasan Filosofis → 3
2. Landasan Sosial-Kultural → 3
3. Landasan Pendidikan → 3
4. Landasan Psikologis → 4
B. Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah → 4
C. Dasar Hukum Bimbingan Konseling → 7

BAB 2 SEKILAS BIMBINGAN KONSELING → 13


A. Pengertian Bimbingan → 13
B. Pengertian Konseling → 15

BAB 3 TUJUAN DAN FUNSI BIMBINGAN


KONSELING → 17
A. Tujuan Bimbingan Konseling → 17
1. Tujuan Umum → 17
2. Tujuan khusus → 18
B. Fungsi Bimbingan Konseling di SD/MI → 21
viii Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

BAB 4 LAYANAN BIMBINGAN KONSELING → 25


A. Kerangka kerja layanan Bimbingan Konseling → 25
B. Implementasi Layanan Dasar BK → 27
C. Bidang Pelayanan BK di Sekolah → 30
D. Kegiatan Pendukung BK → 37

BAB 5 PRINSIP BIMBINGAN KONSELING DI


SEKOLAH → 41
A. Prinsip Sasaran BK → 41
B. Prinsip Permasalahan BK → 42
C. Prinsip Program BK → 42
D. Prinsip Tujuan BK → 43

BAB 6 ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING → 45


A. Asas Kerahasiaan → 45
B. Asas Kesukarelaan → 46
C. Asas Keterbukaan → 46
D. Asas Kekinian → 46
E. Asas Kemandirian → 46
F. Asas Kegiatan → 47
G. Asas Kedinamisan → 47
H. Asas Keterpaduan → 47
I. Asas Kenormatifan → 47
J. Asas Keahlian → 47
K. Asas Alih Tangan → 48
L. Asas Tut Wuri Handayani → 48

BAB 7 PERSONALIA BIMBINGAN KONSELING DI


SEKOLAH → 49
A. Struktur Organisasi → 49
B. Personalia BK di Sekolah → 51
Daf t ar Isi ix

1. Guru Kelas → 52
2. Guru Mata Pelajaran → 53
3. Kepala Sekolah → 54
4. Pengawas → 56

BAB 8 SARANA DAN PRASARANA BIMBINGAN


KONSELING DI SEKOLAH → 59
A. Sarana → 59
B. Prasarana (Perlengkapan Fisik) → 63
C. Anggaran Biaya → 64

BAB 9 KARAKTERISTIK ANAK PAUD-TK-SD → 67


A. Karakteristik Anak PAUD – TK → 67
1. Usia 0–1 tahun → 68
2. Usia 2–3 tahun → 68
3. Usia 4–6 tahun → 69
4. Usia 7–8 tahun → 69
B. Karakteristik Anak Sekolah Dasar → 77

BAB 10 TUGAS PERKEMBANGAN ANAK USIA


PAUD-TK-SD → 81
A. Tugas-tugas Perkembangan → 81
B. Aspek Perkembangan Anak → 83

BAB 11 TEKNIK MEMAHAMI PERKEMBANGAN


ANAK → 95
A. Teknik Tes → 95
1. Tes intelegensi → 96
2. Tes bakat → 97
3. Tes kepribadian → 98
4. Tes prestasi belajar → 98
x Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

B. Non-tes → 98
1. Observasi → 99
2. Catatan Anekdot → 99
3. Wawancara → 100
4. Angket → 101
5. Autobiografi → 102
6. Sosiometri → 102
7. Studi kasus → 103

BAB 12 PROBLEMATIKA PESERTA DIDIK → 105

BAB 13 PROSEDUR MENGATASI MASALAH → 109


A. Prinsip Memahami Masalah → 109
B. Prosedur Pelayanan BK di Sekolah → 110

BAB 14 MACAM-MACAM MASALAH ANAK DAN


ALTERNATIF SOLUSINYA → 117
A. Gangguan Konsentrasi → 117
B. Cengeng → 122
C. Mogok Sekolah → 125
D. Pobia Sekolah → 129
E. Kleptomania → 136
F. Korban Broken Home → 140
G. Pemarah → 143
H. Pemalu → 146
I. Suka Berbohong → 150
J. Berkata Jorok → 154
K. Mengantuk di Kelas → 157
L. Jahil atau Nakal → 161
M. Cerewet → 164
N. Anak Malas → 167
Daf t ar Isi xi

O. Pelupa → 172
P. Gagap → 176
Q. Mudah Tersinggung → 181
R. Anak Lambat Berpikir → 184
S. Kurang Percaya Diri → 186
T. Manja → 190
U. Anak Sensitif → 193
V. Sering Melamun → 197
W. Pendiam → 199

Daftar Pustaka → 203


Biografi Penulis → 215
BAB
1

URGENSI BIMBINGAN KONSELING DI


SEKOLAH

A. Landasan Bimbingan Konseling


PERLUNYA PELAYANAN Bimbingan Konseling di Sekolah
berhubungan erat dengan tujuan Pendidikan Nasional,
seperti yang dirumuskan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun
2003, Bab II. Dasar, Fungsi, dan Tujuan, Pasal 3, yang
menyebutkan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Dalam pasal tersebut terungkap bahwa tujuan


Pendidikan Nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Fungsi pencerdasan kehidupan bangsa dilaksanakan
melalui pengembangan kemampuan peserta didik dan
pembentukan watak. Watak yang dimaksud adalah:
a. Manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME;
1
Selengkapnya baca, Depdiknas, UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, Bab II. Pasal 3.
2 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

b. Manusia Indonesia yang berakhlak mulia;


c. Manusia Indonesia yang sehat secara jasmani dan rohaniah.
d. Manusia Indonesia yang berilmu;
e. Manusia Indonesia yang cakap;
f. Manusia Indonesia yang kreatif;
g. Manusia Indonesia yang mandiri;
h. Manusia Indonesia yang demokratis;
i. Manusia Indonesia yang bertanggung jawab;
j. Manusia Indonesia yang disiplin dan tangguh;
k. Manusia Indonesia cerdas dan terampil.
Guna mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional
tersebut, maka perlu mengintegrasikan seluruh komponen
yang ada dalam pendidikan, dan salah satunya adalah
komponen Bimbingan Konseling
Di samping itu, sekolah (PAUD-TK-SD) sebagai lembaga
formal yang secara khusus dibentuk untuk menyeleng-
garakan pendidikan dasar bagi masyarakat, memiliki tanggung
jawab untuk memberikan pengalaman-pengalaman dasar
bagi anak didik yang meliputi kemampuan dan kecakapan
membaca, menulis dan berhitung, pengetahuan umum serta
perkembangan kepribadian, seperti sikap toleransi terhadap
sesama, penuh inisiatif, kreativitas, kepemimpinan,
keterampilan serta sikap bertanggung jawab. Tanggung
jawab ini juga menjadi alasan perlunya pelayanan Bimbingan
Konseling di jenjang pendidikan dasar (PAUD-TK-SD)
Terkait pentingnya pelayanan Bimbingan Konseling pada
tingkat pendidikan Dasar (PAUD-TK-SD) juga dilatarbelakangi
oleh beberapa hal berikut.
Bab 1 Urgensi Bimbingan Konseling di Sekolah 3

1. Landasan Filosofis
Latar belakang folosofis berkaitan dengan pandangan
tentang hakekat tetang manusia. Manusia adalah makhluk
multidimensional, unik dan sangat kompleks. Bahkan dalam
Islam, manusia dipandang sebagai makhluk terbaik (fi akhsani
takwim), makhluk jasmani-rohani yang didalamnya
menyimpan berbagai potensi untuk dikembangkan dengan
optimal. Ini sejalan dengan pandangan aliran filsafat
humanisme, yang menyatakan bahwa manusia memiliki
potensi untuk dapat dikembangankan se-optimal mungkin.
Pengembangan potensi anak ini salah satunya dapat
dilakukan melalui layanan Bimbingan Konseling yang tepat
dan bijak.
2. Landasan Sosial-Kultural
Dari sudut sosio-kultural yang melatarbelakangi
perlunya pelayanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar
(PAUD-TK-SD) adalah adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, sehingga
menimbulkan modernisasi di segala bidang kehidupan
manusia, yang semakin diperparah dengan laju pertumbuhan
penduduk yang sangat tinggi. Disisi lain lapangan pekerjaan
relatif tetap. Di sini lembaga pendidikan benar-benar dituntut
membantu peserta didik-nya untuk mencarikan solusi dari
berbagai problem akibat modernisasi dan laju pertumbuhan
penduduk, sehingga mereka (anak didik) dapat berinteraksi
dan beradaptasi secara aktif, positif dan konstruktif dengan
lingkungan sekitarnya.
3. Landasan Pendidikan
Kegiatan pendidikan yang baik dan ideal, mencakup tiga
aspek yaitu pengajaran kurikuler, kepemimpinan dan
4 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

pembinaan untuk menghindari kesulitan belajar sekecil


mungkin. Di sinilah layanan Bimbingan dan Konseling
memiliki peran yang amat penting dalam rangka membantu
anak didik agar dapat belajar secara maksimal menuju
keberhasilan belajar yang telah di cita-citakan.
4. Landasan Psikologis
Latarbelakang psikologis berkaitan dengan persoalan
peserta didik, yang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, sehingga menjadi siswa yang baik dan dapat
mengikuti proses pembelajaran.2 Namun fakta mengungkapkan
ternyata tidak semua peserta didik mampu menjadi peserta
didik yang baik. Ini artinya, masih banyak peserta didik yang
membutuhkan penanganan secara serius terkait dengan
berbagai permasalahan yang dihadapi, dan untuk mengatasi
hal itu maka dibutuhkan penanganan khusus dan
presfesional, di sinilah urgensinya layanan Bimbingan dan
Konseling, sebagai salah satu sarana untuk mencegah dan
mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi Anak didik.

B. Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Pembicaraan tentang kedudukan Bimbingan dan
Konseling di sekolah, tidak terlepas dari pembicaraan tentang
pendidikan, sebab antara pendidikan dan bimbingan
konseling terdapat faktor keterkaitan (relation faktor), yang
tak terpisahkan. Pendidikan dari segi bahasa dapat diartikan
sebagai perbuatan mendidik; berarti pula pengetahuan
tentang mendidik, atau pemeliharaan badan, batin dan

2
Artinya peserta didik tidak ada kecenderungan untuk mengabaikan kegiatan
sekolah, tidak membuat gaduh di kelas, tidak selalu menyendiri dan respek terhadap
persoalan-persoalan yang berkembang di sekolah.
Bab 1 Urgensi Bimbingan Konseling di Sekolah 5

sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterangkan,


Istilah pendidikan secara bahasa berasal dari kata dasar didik,
yang diberi awalan me menjadi mendidik (kata kerja) yang
artinya memelihara dan memberi latihan.3
Secara istilah para ahli mendifinisikan pendidikan
dengan berbeda-beda, Pakar pendidikan dari Amerika Prof.
Horne, mendifinisikan pendidikan sebagai proses abadi bagi
menyesuaikan perkembangan diri manusia yang merangkumi
aspek jasmani, alam, akliah, kebebasan dan perasaan
manusia terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam
akliah, perasaan dan kemauan manusia.4
Ki Hajar Dewantara pakar pendidikan dan pendiri
taman siswa berpendapat, pendidikan adalah usaha yang
dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk
keselamatan dan kebahagiaan manusia. Menurut Ki Hajar
Dewantara pendidikan berarti usaha berkebudayaan, berasas
peradaban yakni memajukan hidup agar mempertinggi
derajat kemanusiaan.5
H.M. Arifin dalam Hubungan Timbal Balik Pendidikan
Agama, mendefinisikan pendidikan sebagai usaha orang
dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan
kepribadian, serta kemampuan dasar anak didik baik dalam
bentuk pendidikan formal maupun non formal.6
3
W.J.S. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta :Balai Pustaka,
1985), Cet. XII. hal.702
4
Lihat, Hermen Harrel Horne, The Democratic Philosophy of Education, (Mac
Millan & Co., New York, 1939), hal.6. Lihat juga, Mook Soon Sang, Pendidikan
di Malaysia, Kumpulan Budiman, (Kuala Lumpur, 1988.) hal. 414.
5
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan (Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa, 1962), hal.166.
6
HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976) hal. 12.
6 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

Dalam konteks pendidikan seutuhnya, layanan


bimbingan dan konseling di sekolah merupakan suatu hal
yang esensial, seperti yang dikatakan Danne Borders &
Sandra M. Drury, bahwa “Intervensi bimbingan dan
konseling mempunyai dampak substansial terhadap
perkembangan pribadi dan pendidikan siswa.7
Pelaksanaan pendidikan yang hanya terpaku pada
pelaksanaan adminstrasi dan pembelajaran dengan
mengabaikan layanan bimbingan, menurut Kartadinata
hanya akan melahirkan individu yang pintar dan terampil
dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan
atau kematangan dalam aspek psiko-sosio-spiritual.8 Ini
artinya, pelaksanaan pendidikan atau pembelajaran di
sekolah akan mempunyai ketergantungan yang timbal balik
antara proses belajar klasikal di kelas dengan bantuan
bimbingan dan konseling. Kesatuan ini tampak dalam
pelaksanaan pembelajaran di lapangan. Pembelajaran yang
berorientasi kognitif secara umum telah dilakukan oleh guru
di kelas. Guru mata pelajaran memberikan bahan atau materi
pembelajaran kepada siswa dengan penekanan-penekanan
pada bidang kognitif. Peranan bimbingan konseling pada
tahap ini adalah menyeimbangkan antara kekuatan kognitif,
afektif dan psikomotorik anak.
Di sini jelas, antara Pendidikan dengan Bimbingan
Konseling memiliki keterkaitan yang tak terpisahkan.
Pendidikan mencakup semua bantuan, usaha atau kegiatan
yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik agar

7
Danne Borders & Sandra M. Drury dalam Yusuf, Landasan., hal. 66
8
Syamsu Yusuf L.N dan Juntika N. Landasan Bimbingan dan Konseling. (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 4
Bab 1 Urgensi Bimbingan Konseling di Sekolah 7

mereka dapat berkembang menjadi individu yang mandiri


dan bertanggung jawab. Sementara Bimbingan dan
Konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam
proses pendidikan sebagai suatu sistem. Pendeknya,
Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan satu
kesatuan (integral) dalam keseluruhan proses pendidikan.

C. Dasar Hukum B
Hukum imbingan K
Bimbingan onseling
Konseling
Secara formal, landasan hukum terhadap program
Bimbingan Konseling lahir pada tahun 1989, yang ditandai
dengan terbitnya SK Menteri Pemberdayaan Aparatur
Negara No. 026/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan
Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. SK ini ditengarai sebagai landasan hukum yang
pertama kali diberikan oleh pemerintah atasa program
bimbingan dan penyuluhan.
Dalam upaya mewujudkan pelaksanaan Bimbingan
konseling di sekolah, pemerintah melalui SK Bersama Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 0433/P/1993
dan Nomor 25 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Guru Pembimbing dan Angka Kreditnya
serta Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 025/O/1995 tentang Petunjuk
Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru
Pembimbing dan Angka Kreditnya. SK Mendikbud inilah
yang menjadi dasar bagi pola pelaksanaan Bimbingan
Konseling di sekolah-sekolah, atau dikenal dengan Pola BK-
17. Hal-hal substansial berkaitan dengan Bimbingan konseling
yang diatur dalam SK tersebut antara lain:
8 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

1. Istilah “bimbingan dan penyuluhan” secara resmi diganti


menjadi “bimbingan dan konseling.”
2. Bimbingan konseling didefinisikan sebagai “layanan
bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
bimbingan belajar, dan bimbingan karir, melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan pada
norma-norma yang berlaku.”
3. Pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru
pembimbing, yaitu guru yang secara khusus ditugasi untuk
itu. Dengan demikian bimbingan dan konseling tidak
dilaksanakan oleh semua guru atau sembarang guru.
4. Guru yang diangkat atau ditugasi untuk melaksanakan
kegiatan bimbingan dan konseling adalah mereka yang
berkemampuan melaksanakan kegiatan tersebut; mini-
mum mengikuti penataran bimbingan dan konseling
selama 180 jam.
5. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan
pola yang jelas:
a. Pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas-asasnya.
b. Bidang bimbingan: bimbingan pribadi, sosial, belajar
dan karir
c. Jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan
atau penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan,
bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
d. Kegiatan pendukung: instrumentasi, himpunan data,
konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan
kasus.
Bab 1 Urgensi Bimbingan Konseling di Sekolah 9

6. Tugas guru pembimbing (konselor sekolah) sebagai berikut:


a. menyusun program bimbingan dan konseling;
b. melaksanakan bimbingan dan konseling;
c. mengevaluasi hasil pelaksanaan bimbingan dan
konseling;
d. menganalisis hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan
konseling;
e. tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling.
7. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan di dalam
dan di luar jam kerja sekolah.9
Sayangnya, pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah-sekolah pada waktu itu tidak mendapatkan landasan
konseptual yang jelas, akibatnya aktivitas bimbingan dan
konseling tidak pernah dirasakan manfaatnya oleh peserta
didik, hal ini dikarenakan lemahnya kompetensi tenaga guru
bimbingan dan konseling yang mayoritas tidak berlatar
belakang bimbingan dan konseling atau psikologi pendidikan.
Kondisi inilah yang mendasari inovasi pelaksanaan
pendidikan mengikuti UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan
Pemerintah (PP) No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dinyatakan bahwa, Bimbingan dan Konseling
sepenuhnya diarahkan untuk memfasilitasi pengembangan diri
peserta didik.

9
Baca Depdiknas, Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Balitbang
Depdiknas, 2003) hal. 13-16. Lihat pula, SK Mendikbud No. 025/1995 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
10 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

Kedua dasar hukum tersebut mengamanatkan bahwa


setiap satuan pendidikan harus menyusun kurikulum
berdasarkan konteks kebutuhan satuan pendidikan yang
bersangkutan. Dalam kaitan inilah bimbingan dan konseling
di sekolah diposisikan sebagai bagian dari kurikulum.10
Hal ini semakin ditajamkan oleh Permendiknas Nomor
22 tahun 2006 tentang Standar Isi, yang mengatur masalah
struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun
dan dilaksanakannya program pengembangan diri yang
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik
sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau
dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga pendidikan yang
dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karir peserta didik.11 Dalam posisi seperti
inilah bimbingan dan konseling benar-benar menempati
posisi yang sama pentingnya dengan kegiatan kulikuler
lainnya. Bimbingan dan konseling mengikuti berbagai
landasan hukum yang ada diarahkan semaksimal mungkin
untuk memberikan pelayanan bantuan kepada peserta didik
baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan
berkembang secara optimal.12
10
Depdiknas, Panduan ., hal. 1
11
Syamsu Yusuf L.N, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah/Madrasah ,
(Bandung : Bani Qureys, 2005), hal. 11
12
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), hal 24
Bab 1 Urgensi Bimbingan Konseling di Sekolah 11

Tuntutan seperti digambarkan diatas menghendaki


Sekolah Dasar tidak hanya mengantarkan siswanya untuk
tamat belajar, melainkan harus membantu siswa
mengembangkan kesiapan dalam segi akademik, sosial,
maupun pribadi untuk memasuki proses pendidikan
selanjutnya, untuk mencapai kesiapan kesiapan seperti itu,
proses dan interaksi pembelajaran tidak semata-mata
merupakan proses Instruksional, tetapi juga non-instruksional
yang lebih banyak terarah pada layanan bimbingan.
Dalam prakteknya kegiatan layanan bimbingan dan
konseling di PAUD-TK-SD berbeda dengan kegiatan
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan dalam
pendidikan lanjutan menengah (SLTP/MTs) dan pendidikan
lanjutan atas (SLTA/MA). Kegiatan bimbingan konseling di
pendidikan dasar tidak ditangani oleh Guru bimbingan dan
konseling sekolah secara khusus, tapi kegiatan bimbingan
dan konseling di PAUD-TK-MI ditangani oleh guru kelas,
yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari,
atau dapat dilakukan juga di luar jam pelajaran, sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
Di sini tampak, guru PAUD-TK-SD harus menjalankan
tugasnya secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan
materi pelajaran dan memberikan layanan Bimbingan
Konseling kepada semua siswa tanpa terkecuali, yang
meliputi tujuh layanan yakni, layanan orientasi, informasi,
penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling
perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
Guru PAUD-TK-SD harus melaksanakan ketujuh layanan
bimbingan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang
dihadapi anak didik dapat diantisipasi sedini mungkin
12 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran.


Dengan demikian, anak didik dapat mencapai prestasi belajar
secara optimal tanpa mengalami hambatan dan
permasalahan yang berarti.
BAB
2

SEKILAS BIMBINGAN KONSELING

SEBELUM MENGULAS tentang pengertian Bimbingan


Konseling, penting kiranya untuk mengkaji pengertian
Bimbingan, dan pengertian Konseling terlebih dahulu, sebab
kedua istilah ini mempunyai hubungan yang sangat erat di
mana keduanya saling melengkapi dalam membantu klien
(peserta didik) memecahkan permasalahan dan mengubah
pola hidup individu, yakni mengubah pola hidup yang salah
menjadi benar, yang negatif menjadi positif, sehingga
individu dapat mengarahkan hidup sesuai dengan yang di
cita-citakan-nya.

A. Pengertian B
engertian imbingan
Bimbingan
Istilah bimbingan jika dikaji secara etimologis
merupakan terjemahan dari kata Guidance yang disamaartikan
dengan guiding, yang memiliki konotasi makna showing a way
(menunjukkan jalan); leading (memimpin); conducting
(menuntun); giving instructions (memberikan petunjuk);
regulating (mengatur), governing (mengarahkan); dan giving
advice (memberikan nasehat).1
Secara terminologis, Bimbingan menurut Bimo Walgito
adalah “bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
1
W.S. Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah , (Jakarta:
Gramedia, 1982) hal. 7
14 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau


mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat
mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya”.2 Menurut
Abu Ahmadi dalam buku Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
bimbingan didifinisikan sebagai “bantuan yang diberikan
kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami
diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik”.3
Tak jauh berbeda, Omar Hamalik, mengatakan
“bimbingan adalah kegiatan untuk menolong individu agar
dapat mengenal dirinya, dan supaya individu itu dapat
mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi di dalam kehidupannya”.4 Rochman Natawidjaja,
dengan lebih komprehensif merumuskan,
“Bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan
kepada setiap individu yang dilakukan secara terus menerus
agar supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada
umumnya. Dengan demikian individu (peserta didik) dapat
mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberi sumbangan
yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya.5

2
Bimo Walgito., Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Yogyakarta: Andi
Yogyakarta, 2004), hal. 4-5
3
Ahmadi, Abu, dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1991), hal. 1
4
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 193
5
Rochman Natawidjaja, 1988, hal. 7
Bab 2 Sekilas Bimbingan Konseling 15

Ini sejalan dengan definisi bimbingan dalam PP Pasal


25, No. 28/29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah,
bahwa “bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.6
Meskipun dalam mendefinisikan istilah bimbingan
berbeda-beda, para ahli memiliki satu kesamaan arti, bahwa
bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang
diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan
kemampuannya secara optimal, dan membantu individu
(peserta didik) untuk memahami dirinya (self understanding),
menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self
direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).

B. Penger tian K
engertian onseling
Konseling
Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris to consul,
Istilah ini berasal dari bahasa latin counselium, yang artinya
“bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian berbicara
bersama-sama dalam hal ini adalah pembicaraan antara
konselor (counselor) dengan seorang yang bermasalah (klien
atau counselee).7
Makna konseling secara terminologis, menurut Prayitno,
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang
sedang mengalami masalah yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapinya. 8 Dewa Ketut Sukardi dalam
6
Selengkapnya lihat dalam, Peraturan Pemerintah Pasal 25, No. 28/29 Tahun
1990 tentang Pendidikan Menengah.
7
Latipun, Psikologi Konseling Edisi Ketiga (Malang: UMM Press, 2008), hal. 4.
8
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), hal.106
16 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

bukunya, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan


Konseling di Sekolah mendifinisikan, “Konseling sebagai suatu
upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau
tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang
laras, unik, manusiawi, yang dilakukan dalam suasana
keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang
berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan
diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat
ini dan mungkin pada masa yang akan datang”.9
Dari pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli yang
disebut “konselor” kepada individu yang sedang mengalami
sesuatu masalah yang disebut “klien atau konseli”, yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli,
sehingga individu itu dapat memahami dirinya sendiri,
mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih
baik untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Dengan membandingkan pengertian bimbingan dan
konseling di atas, selanjutnya dapat dipahami pengertian
Bimbingan Konseling sebagai proses bantuan khusus yang
diberikan kepada individu untuk membantunya memahami,
mengarahkan diri, bertindak dan bersikap sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan keluarga dan masyarakat
dalam rangka mencapai perkembangan diri yang optimal,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial.

9
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 22.
17

BAB
3

TUJUAN DAN FUNSI BIMBINGAN


KONSELING

A. Tujuan Bimbingan K
Bimbingan onseling
Konseling
TUJUAN LAYANAN Bimbingan Konseling di sekolah adalah
agar Peserta didik dapat mewujudkan diri sebagai pribadi
mandiri, bertanggung jawab, kreatif dan produktif.
Selanjutnya, tujuan pelayanan Bimbingan Konseling di
sekolah terbagi menjadi dua tujuan, yakni tujuan umum dan
tujuan yang bersifat khusus.
1. Tujuan Umum
Dalam lingkup Sekolah pelayanan Bimbingan Konseling
bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan peserta didik,
baik secara individual maupun kelompok (klasikal), sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan,
kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.
Pelayanan Bimbingan Konseling juga bertujuan untuk
membantu peserta didik mengatasi kelemahan dan
hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Tujuan
ini sejalan dengan yang dikemukakan Prayitno dan Amti
dalam, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, yang
mengatakan,
18 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

“Tujuan umum bimbingan konseling adalah, untuk membantu


individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti
kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang
ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial
ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya”.1

Menurut Dewa Ketut Sukardi, tujuan umum layanan


Bimbingan dan Konseling di Sekolah, pada dasarnya sesuai
dengan tujuan dari Pendidikan Nasional, yaitu:

“Terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang


beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.2

Di sini dapat dipahami jika tujuan pelayanan Bimbingan


Konseling di Sekolah secara umum adalah untuk membantu
peserta didik agar mereka dapat mencapai perkembangan
diri secara optimal sesuai dengan bakat, minat, kemampuan
dan nilai-nilai, terpecahkan berbagai masalah yang dihadapi
peserta didik, sehingga peserta didik menjadi insan yang
berguna bagi nusa, bangsa dan agamanya, berwawasan luas,
aktif, kreatif, inovatif serta memiliki keterampilan yang tepat
berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungan sosialnya.
2. Tujuan khusus
Di samping tujuan umum dalam pelayanan Bimbingan
Konseling juga terdapat tujuan khusus. Tujuan khusus ini
merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dikaitkan
pada permasalahan peserta didik, baik yang menyangkut
perkembangan maupun kehidupannya. 3 Artinya, tujuan

1
Prayitno dan Amti, dasar-dasar, hal. 114
2
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar, hal. 44.
3
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar, hal. 130
Bab 3 Tuj uan dan Fungsi Bimbingan Konseling 19

khusus Bimbingan dan Konseling langsung terkait pada arah


perkembangan peserta didik dan berbagai masalah yang
sedang dihadapinya, meliputi aspek pengembangan
kehidupan pribadi dan sosial, kegiatan belajar, serta
perencanaan dan pengembangan karir.4
a. Aspek pengembangan kehidupan Pribadi
Pada aspek pengembangan kehidupan pribadi, layanan
Bimbingan Konseling bertujuan untuk membantu
peserta didik dalam memahami, menilai dan
mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan
minat, sesuai dengan karakteristik kepribadian dan
kebutuhan dirinya secara realistik. Aspek ini juga
dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar
mereka mengenali kekuatan dan kelemahan dirinya
sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis
sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.
b. Aspek pengembangan kehidupan sosial
Dalam aspek pengembangan kehidupan sosial, layanan
Bimbingan dan Konseling bertujuan membantu peserta
didik agar dapat memahami dan menilai serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang
sehat dan efektif baik dengan teman sebaya, anggota
keluarga, sekolah, lingkungan alam dan masyarakat
sekitar serta lingkungan sosial yang lebih luas.
c. Aspek tugas perkembangan belajar
Dalam aspek perkembangan belajar, layanan Bimbingan
Konseling bertujuan untuk membantu peserta didik
4
Syamsu Yusuf. dkk. Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Rosda Karya,
2008 ), hal. 13-17. Baca pula Dewa Ketut Sukardi, Pengantar, hal. 44-45.
20 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

agar mereka dapat mengembangkan kemampuan


belajar dalam rangka mengikuti pembelajaran secara
mandiri. Aspek ini juga dimaksudkan agar;
1) peserta didik dapat melaksanakan cara-cara belajar yang
benar;
2) dapat menentukan tujuan dan rencana pendidikan;
3) dapat mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai
dengan bakat dan minatnya;
4) memiliki kesiapan serta ketrampilan untuk menghadapi
evaluasi atau ujian.
Pendeknya, aspek ini bertujuan agar peserta didik
mencapai tujuan tugas-tugas perkembangan pendidikan
dengan baik.
d. Aspek tugas perkembangan karier
Pada aspek perkembangan karier layanan Bimbingan
dan Konseling bertujuan untuk membantu peserta didik
memahami dan menilai informasi serta memilih dan
mengambil keputusan karir. Aspek perkembangan
karier juga dimaksudkan agar peserta didik mengenali
macam dan jenis pekerjaan, kemudian mampu
merencanakan, mempertimbangkan dan mengambil
keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang
menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun
bidang budaya.
Dari uraian di atas, dapat kita pahami jika tujuan
layanan Bimbingan Konseling di Sekolah semuanya mengarah
kepada peserta didik, yakni “agar peserta didik mampu
memahami dirinya sendiri, baik kekurangan maupun
Bab 3 Tuj uan dan Fungsi Bimbingan Konseling 21

kelebihannya sehingga mereka dapat mengembangkan


semua potensi yang ada dalam dirinya secara optimal”.

B. Fungsi Bimbingan Konseling di SD/MI


Dalam keseluruhan proses pendidikan peserta didik
perlu dibantu agar mereka memperoleh prestasi yang sebaik-
baiknya, karena itu setiap peserta didik hendaklah
mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan
dirinya sesuai minat, bakat dan keadaan pribadinya masing-
masing secara optimal, inilah fungsi layanan Bimbingan
Konseling di sekolah secara umum.
Dengan lebih terperinci layanan Bimbingan Konseling
di sekolah juga memiliki fungsi penyesuaian, fungsi
pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi perbaikan, fungsi
pemeliharaan dan fungsi pengembangan.5
1. Fungsi pemahaman
Fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-
pihak tertentu sesuai dengan kepentingan
pengembangan peserta didik.
2. Fungsi penyaluran (distributif)
Fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan
peserta didik dalam memilih program-program
pendidikan yang ada di sekolah, seperti, memilih
jurusan sekolah, memilih jenis sekolah lanjutan

5
Lihat, dalam Prayitno, dkk, Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
Depdiknas, 2004) hal. 10 Lihat pula dalam, Sugiyo, 1987:14; Baca, Depdiknas,
Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: DirJend Peningkatan Mutu, 2008),
hal 10
22 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat,


minat, cita-cita dan ciri-ciri kepribadiannya.
3. Fungsi penyesuaian (adjustif )
Fungsi Bimbingan Konseling dalam membantu peserta
didik untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang
sehat. Fungsi ini bertujuan untuk membantu peserta
didik menghadapi, memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya, dan membantu mereka dalam
usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
4. Fungsi adaptasi (adaptif )
Fungsi Bimbingan Konseling dalam rangka membantu
staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan
program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan
pribadi peserta didik.
5. Fungsi pencegahan (preventif)
Fungsi Bimbingan Konseling yang akan menghasilkan
tercegah dan terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul sehingga dapat
mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan
kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya.
6. Fungsi perbaikan
Fungsi Bimbingan Konseling yang akan menghasilkan
teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta
didik.
7. Fungsi pengembangan
Fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya
Bab 3 Tuj uan dan Fungsi Bimbingan Konseling 23

berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam


rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan.
Fungsi-fungsi Bimbingan dan Konseling di atas haruslah
diwujudkan dengan diselenggarakannya berbagai jenis
layanan dan kegiatan Bimbingan Konseling untuk mencapai
hasil sebagaimana terkandung didalam masing-masing
fungsi itu. Ini artinya, setiap layanan Bimbingan Konseling
harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih
fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang dicapainya secara
jelas dapat diidentifikasi dan di evaluasi.
BAB
4

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING

A. Kerangka kerja layanan Bimbingan Konseling


DALAM UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan
Peraturan Pemerintah (PP) No.19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan: “Bimbingan dan
Konseling sepenuhnya diarahkan untuk memfasilitasi
pengembangan diri peserta didik”.
Untuk keperluan ini, maka kerangka kerja layanan
Bimbingan Konseling dikembangkan dalam suatu program
Bimbingan Konseling yang dapat dijabarkan dalam 4 (empat)
kegiatan utama, yakni:
1. Layanan Dasar
Layanan dasar bimbingan adalah layanan bantuan
kepada peserta didik melalui kegiatan-kegiatan kelas
atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis
dalam rangka membantu peserta didik agar mereka
memperoleh perkembangan yang normal, memiliki
mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan
hidup.
2. Layanan Responsif
Layanan responsif bertujuan untuk membantu
memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting
26 Bimbingan dan Konseling Bagi Orangt ua dan Guru

oleh peserta didik saat ini. Layanan responsive bersifat


preventif atau kuratif. Strategi yang digunakan adalah
Bimbingan Konseling individual, kelompok dan
konsultasi. Adapun isi layanan responsive meliputi
bidang pendidikan; bidang belajar; bidang sosial; bidang
pribadi; bidang karir; bidang tata tertib; bidang
narkotika dan perjudian; bidang perilaku sosial, dan
bidang kehidupan lainnya.
3. Layanan Perencanaan
Layanan perencanaan individual adalah bantuan
kepada peserta didik agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan untuk merumuskan tujuan, merencanakan,
atau mengelola pengembangan dirinya, baik
menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun
karier, dapat melakukan kegiatan atau aktivitas
berdasarkan tujuan atau perencanaan yang telah
ditetapkan berdasarkan pemahaman akan kekuatan
dan kelemahannya.
Adapun isi dari layanan perencanaan individual ini ada
tiga bidang, yakni:
a. Bidang pendidikan
Topik belajar yang efektif, belajar memantapkan pro-
gram keahlian yang sesuai dengan bakat, minat dan
karakteristik kepribadian anak.
b. Bidang karir
Topik mengidentifikasi kesempatan karir yang ada di
lingkungan masyarakat, mengembangkan sikap yang
positif terhadap dunia kerja, dan merencanakan
kehidupan karirnya.

Anda mungkin juga menyukai