Anda di halaman 1dari 3

Kesiapan Santri Dalam

Menghadapi Krisis Global Dan


Moral
ِ‫وذَال‬ ‫فَبِ َق ْلبِ ِه‬ ‫يس ت ِطع‬  ‫مَل‬ ‫فَِإ ْن‬ ،‫فَبِلِس انِِه‬ ‫يست ِطع‬  ‫مَل‬ ‫فَِإ ْن‬ ،‫بِي ِد ِه‬ ‫ َف ْليغَرِّّي ه‬ ‫مْن َكرا‬ ‫ ِمْن ُكم‬ ‫رَأى‬ ‫من‬
َ ْ َْ َ ْ َ ْ َْ َ ْ َ ُْ ُ ً ُ ْ َ َْ
‫ك‬َ
ِ َ‫اِْإل مْي‬ ‫ضعف‬
‫ان‬ ُ َ ْ َ‫ا‬
“Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tangannya (kekuasaan),
apabila tidak mampu maka dengan lidahnya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu
adalah selemah-lemah iman.”

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

                Sebelum berbicara tentang krisis global, tahu tidak sebenarnya apakah yang terjadi di dunia
kita sekarang? Dan bagaimanakah santri mempersiapkan diri untuk mengatasi krisis global.

Hadirin Hadirat yang dimuliakan Allah SWT

                Beratus tahun yang lalu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, lembaga pendidikan Islam
yang ada adalah pesantren yang memusatkan kegiatannya untuk mendidik siswanya mendalami ilmu
agama. Tetapi apa yang terjadi ketika pemerintah Belanda datang?  Ketika pemerintah penjajah Belanda
membutuhkan tenaga terampil untuk membantu administrasi pemerintah jajahannya di Indonesia,
maka diperkenalkanlah jenis pendidikan yang  beroritentasi pekerjaan. 

Untuk itu, pemerintah lalu memperluas pendidikan model barat yang dikenal dengan sekolah
umum itu. Untuk mengimbangi kemajuan zaman itu, di kalangan ummat Islam santri timbul keinginan
untuk mempermodern lembaga pendidikan mereka dengan mendirikan madrasah.
               
                 Apabila kualitas pendidikan santri bagus, maka, insya Allah, mereka akan menjadi orang yang
berkualitas dan akan memainkan peran penting sebagai pemimpin ummat, masyarakat, dan bangsa. 
Sebaliknya, apabila kualitas pendidikan yang mereka peroleh di pesantren tidak bagus, maka
kemungkinan mereka untuk berperan dalam percaturan bangsa akan menjadi amat kecil.
Salah-salah, mereka akan menjadi bagian problem masyarakat dan bukan bagian penyelesaian problem
masyarakat.

Persoalan ini menjadi makin serius apabila dikaitkan dengan isu besar akhir-akhir ini, yakni
globalisasi.  Kalau banyak orang mengatakan bahwa bangsa Indonesia belum siap untuk memasuki era
globalisasi, maka lulusan pesantren dikhawatirkan lebih tidak siap lagi menghadapi era globalisasi ini.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah


               
Globalisasi adalah suatu proses proses mendunia akibat kemajuan-kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang telekomunikasi dan transportasi.   Bahkan dunia ini bisa
kita buat sebesar kelor. Globalisasi mengakibatkan orang tidak lagi memandang dirinya sebagai hanya
warga suatu negara, melainkan juga sebagai warga masyarakat dunia.  Ia tidak lagi menganggap benar
nilai-nilai yang selama ini dianut oleh masyarakat kampung, kota, propinsi, atau bangsan
ya, melainkan mulai membandingkannya dengan nilai-nilai yang dia pelajari dari bangsa lain. 
Contoh rakyat Indonesia yang berwawasan global dapat berkomunikasi dengan orang asing tanpa
mempersoalkan jarak dan waktu.

Terus bagaimanakah peluang dan ancaman globalisasi terhadap negara kita?

Globalisasi ini membawa dampak positif dan negatif bagi kepentingan bangsa dan ummat kita. 
Dampak positif, misalnya, makin mudahnya kita memperoleh informasi dari luar sehingga dapat
membantu kita menemukan alternatif-alternatif baru dalam usaha memecahkan masalah yang kita
hadapi.  (Misalnya, melalui internet kini kita dapat mencari informasi dari seluruh dunia tanpa harus
mengeluarkan banyak dana seperti dulu.  Demikian pula, dalam hal tenaga kerja, dana, maupun
barang).  Di bidang ekonomi, perdagangan bebas antar negara berarti makin terbukanya pasar dunia
bagi produk-produk kita, baik yang berupa barang atau jasa (tenaga kerja).

Dampak negatifnya adalah masuknya informasi-informasi yang tidak kita perlukan atau bahkan merusak
tatanan nilai yang selama ini kita anut.  Misalnya, budaya perselingkuhan yang dibawa oleh film-film
Italy melalui TV, gambar-gambar atau video porno yang masuk lewat jaringan internet, majalah, atau CD
ROM, masuknya faham-faham politik yang berbeda dari faham politik yang kita anut, dsb.

Hadirin dan hadirat yang dimuliakan oleh Allah SWT.


Allah mengatakan dalam surah Thaahaa ayat 72 yang menerangkan :

Menghindari globalisasi sebagai proses alami ataupun menghilangkan sama sekali dampak
negatif globalisasi itu barangkali tidak mungkin.  Mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap, kita
harus menghadapi globalisasi ini dan menerima segala dampaknya, negatif maupun positif.  Kita juga
harus memutuskan dan memilih serta menyaring dampak positif dan negatifnya.
Seperti yang digambarkan oleh Allah SWT dalam surah Thaahaa ayat 72:

ِ ‫ال ُّد ْن َيا ْال َح َيا َة َه ِذ ِه َت ْق‬


‫ضي ِإ َّنم‬
Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.

Oleh karena itu, tantangan yang kita hadapi sebagai kelompok elit ummat adalah: Bagaimana kita dapat
memanfaatkan semaksimal mungkin dampak positif (peluang) globalisasi itu dan meminimalkan dampak
negatif (ancaman) nya?  Kalau pertanyaan itu diarahkan kepada kita para pengelola lembaga pendidikan
Islam ini, maka pertanyaan itu akan menjadi: Bagaimana lembaga pendidikan kita dapat
menyiapkan santri yang akan bisa survive dalam era globalisasi ini, tetap dapat memainkan peranan
penting dalam kehidupan global tanpa kehilangan jati dirinya sebagai muslim Indonesia.

Karena pendidikan adalah “usaha sadar suatu bangsa untuk membentuk generasi mudanya agar
menjadi manusia sesuai yang dia idam-idamkan”, maka tantangan yang dihadapkan oleh globalisasi
kepada pendidikan nasional adalah: mampukah pendidikan nasional menghasilkan santri yang
berkualitas sehingga mampu memenangkan persaingan antar bangsa (atau setidaknya survive) dalam
era globalisasi itu?

Bagaimanakah sebenarnya kesiapan santri dalam mengatasi krisis global?

Dalam konteks persiapan santri menghadapi perubahan zaman akibat globalisasi ini pun


madrasah (lembaga pendidikan Islam) memiliki peran yang amat penting. 
Keberhasilan pesantren dalam menyiapkan anak didik menghadapi tantangan masa depan yang lebih
kompleks akan menghasilkan lulusan yang akan menjadi pemimpin ummat, pemimpin masyarakat, dan
pemimpin bangsa yang ikut menentukan arah perkembangan bangsa ini.  Sebaliknya, kegagalan
madrasah dalam menyiapkan anak didik menghadapi tantangan masa depan akan menghasilkan
lulusan-lulusan yang frustrasi, tersisih, dan menjadi beban masyarakat.  Naudzubillahi min dzalik.

Maka dari peran pesantren Agar lulusan madrasah memiliki wawasan global, yang memandang
bahwa seluruh muka bumi milik Allah ini adalah tempat mengabdi, maka madrasah pun harus memiliki
wawasan global.  Bagaimana mungkin madrasah yang tidak memiliki wawasan global dapat
menghasilkan lulusan yang memiliki wawasan global?  pesantren  harus mempersiapkan santrinya  agar
dapat melanjutkan studi atau bekerja di luar negeri.  Untuk ini, maka penguasaan ketrampilan
berbahasa asing (terutama Arab dan Inggris) menjadi amat penting.  Demikian pula pengenalan budaya
dan bangsa asing, Selain itu santri harus meningkatkan iman dan taqwa agar tidak tergilas oleh budaya-
budaya dari luar yang bertentangan dengan karakter bangsa kita.

Sekianlah pidato dari saya, mudah-mudahan kita dapat mersiapkan diri kita menghadapi krisis
global, mohon maaf apabila terdapat kesalahan pada pidato saya

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai