Ygygygug
Ygygygug
TUGAS KELOMPOK 1
Disusun Oleh :
A. PENDAHULUAN
B. TUJUAN
1. Hukum Katup
Kemampuan memimpin adalah katup yang menentukan tingkat
keefektifan seseorang. Dalam hukum katup ini, kesuksesan sangat
dipengaruhi dengan adanya kepemimpinan pada diri seseorang. Semakin
tinggi kita mendaki, maka semakin kita membutuhkan
kepemimpinan.Semakin besar dampak yang ingin kita berikan, maka
pengaruh yang kita berikan harus semakin besar.
Kemampuan memimpin selalu merupakan katup terhadap
keefektifan pribadi maupun organisasional. Jika daya kepemimpinan
semakin kuat, maka katupnya akan terbuka semakin lebar. Namun jika
tidak, maka keberhasilan organisasinya juga akan terbatas. Itulah
sebabnya mengapa dimasa sulit, dengan sendirinya organisasi-organisasi
biasanya mencari pemimpin baru, untuk mengatasi persoalan
organisasinya. Walaupun tidak selalu harus demikian, karena sistem dalam
organisasi itu harus mampu membuka katup-katup kepemimpinan yang
mereka miliki, entah bagaimanapun caranya.
Jadi kunci dari hukum katup ini adalah daya kepemimpinan atau
kemampuan kepemimpinan yang tersimpan dalam potensi seseorang.
Seberapa banyak daya dan kemampuan ini dapat diaktualisasikan ke
dalam aksi, maka sebanyak itulah katup-katup di dalam diri
seseorang/pemimpin itu akan terbuka. Dengan terbukanya katup-katup itu
akan berdampak pada keefektifan dan keberhasilan organisasi.
Maxwell menyebutkan, ada 21 kualitas pemimpin sejati yang dia
temukan dalam diri pemimpin-pemimpin besar, yaitu karakter, karisma,
komitmen, komunikasi, kompetensi, keberanian, pengertian, fokus,
kemurahan hati, inisiatif, mendengarkan, semangat yang tinggi, sikap
positif, pemecahan masalah, hubungan, tanggung jawab, kemapanan,
disiplin diri, kepelayanan, sikap mau belajar dan visi.
Menurut BS Bowo dalam buku SHOOT, menyebutkan ada 10 ”K”
Karakter Pemimpin Positif, yaitu :
1. Karisma, yaitu karakter kepemimpinan yang didasarkan pada kualitas
kepribadian, kejujuran, kesungguhan, keikhlasan dan keuletannya
sehingga menumbuhkan karisma dan nilai spiritual dalam dirinya.
3
2. Hukum Pengaruh
Ukuran sejati dari kepemimpinan adalah pengaruh, tidak lebih tidak
kurang, demikian kata Maxwell. Jika kita tidak punya pengaruh, maka kita
tidak akan dapat memimpin orang lain. Banyak orang memiliki konsepsi
keliru tentang kepemimpinan, seperti ketika mereka mendengar bahwa
seseorang memiliki gelar mengesankan atau posisi kepemimpinan,
mereka berasumsi bahwa dia adalah pemimpin.
Terkadang hal itu benar, namun dalam soal memimpin, gelar atau
posisi itu terkadang tidak banyak nilainya. Kepemimpinan sejati tak dapat
dianugerahkan, ditunjuk, atau ditugaskan. Kepemimpinan hanya datang
dari pengaruh, dan tidak dapat dimandatkan tetapi harus diraih.
Dalam organisasi yang anggotanya adalah sukarelawan, seperti
lembaga keagamaan, lembaga sosial nir laba, maka satu-satunya hal yang
paling efektif adalah kepemimpinan dalam bentuknya yang paling murni.
Dan sebagaimana disimpulkan oleh Hatty A. Overstreet, “inti dari segala
kuasa untuk mempengaruhi terletak pada kemampuan membuat orang
lain berpartisipasi”.
Ada 5 mitos keliru tentang kepemimpinan :
1) Mitos manajemen, pemimpin dengan pengelola itu tidak sama.
Sehingga seseorang ahli dalam manajemen/mengelola bukan berarti
seorang pemimpin yang mengarahkan.
5
3. Hukum Proses
6
4. Hukum Navigasi
Siapapun dapat mengemudikan kapal, namun hanya pemimpin yang
dapat menentukan arah. Para pengikut membutuhkan pemimpin untuk
secara efektif melakukan navigasi. Jika menghadapi situasi-situasi hidup
mati, kebutuhan ini mungkin terasa. Namun, kalaupun ganjarannya tidak
serius, kebutuhannya tetap besar.
Sesungguhnya hampir setiap orang bisa mengendalikan kapalnya,
namun hanya seorang pemimpinlah yang dapat menentukan arahnya.
Itulah Hukum Navigasi. Para navigator beraksi menurut pengalaman masa
lalu dan mendengarkan apa yang dikatakan orang lain, para navigator
memeriksa kondisinya sebelum membuat komitmen serta memastikan
kesimpulan mereka, yang mencerminkan keyakinannya serta fakta yang
mungkin akan terjadi.
Leroy Eims menulis, bahwa seorang pemimpin adalah seseorang
yang melihat lebih banyak dari pada yang dilihat orang lain, yang melihat
lebih jauh daripada yang dilihat orang lain, dan yang melihat sebelum
yang lainnya melihat.
Semakin besar organisasi, maka sang pemimpin harus semakin
mampu melihat jauh ke depan. Karena ukuran yang besar membuat
koreksi-koreksi di tengah jalan menjadi sulit. Dan jika ada kekeliruan, akan
lebih banyak orang yang terkena dampak.
Seorang pemimpin harus selalu siaga terutama dalam perjalanan
organisasi yang semakin besar dan menjalankan kegiatan yang kompleks
penuh resiko dan tantangan. Tidak boleh hanya sekedar mempercayakan
pada sistem, tapi sistem itu harus berada dalam kontrolnya.
Strategi kepemimpinan dengan Hukum Navigasi :
1. Tentukan dulu suatu rencana tindakan;
2. Paparkan sasaran-sasaran yang akan dicapai;
3. Sesuaikan prioritas-prioritas yang vital;
4. Komunikasikan kepada personil-personil kunci;
5. Nantikan reaksinya terhadap gagasan yang disampaikan;
6. Pimpinlah pelaksanaannya;
7. Antisipasi timbulnya masalah;
8. Ingatkan selalu sukses-sukses terdahulu;
9. Evaluasilah rencana setiap harinya.
tewas dalam perjalanan pulang yang hanya berjarak 150 mil lagi dari
basis.
7. Hukum Kehormatan
Orang dengan sendirinya mengikuti pemimpin-pemimpin yang lebih
kuat dari pada dirinya. Jika orang menghormati seseorang sebagai
individu, mereka mengaguminya. Jika mereka menghormatinya sebagai
sahabat, maka mereka mengasihinya. Jika mereka menghormati sebagai
pemimpin, maka mereka akan mengikutinya. Semakin besar kemampuan
memimpin seseorang, semakin cepat dia mengenali ada atau tidak
adanya kepemimpinan dalam diri orang lain.
Para pemimpin akan memilih jalannya sendiri ketika sekelompok
orang berkumpul untuk pertama kalinya. Tidak lama kemudian orang akan
mengubah arahnya untuk mengikuti pemimpin yang paling kuat. Orang-
orang dengan sendirinya akan menyesuaikan diri serta mengikuti
pemimpin yang lebih kuat dari pada dirinya sendiri.
Ujian terbesar terhadap kehormatan seorang pemimpin adalah
ketika orang lain sudah mau mengikutinya dengan taat dan setia,
kemudian pemimpin mengadakan perubahan besar dalam organisasinya.
Pada saat itu, apakah dia bisa memelihara dan menjaga kehormatan yang
12
8. Hukum Intuisi
Para pemimpin mengevaluasi segalanya dengan intuisi seorang
pemimpin. Dari seluruh hukum kepemimpinan, hukum intuisi mungkin
yang paling sulit dipahami, karena hukum ini bergantung jauh lebih
banyak dari pada sekedar fakta-faktanya saja.
Hukum intuisi ini didasarkan pada fakta-fakta plus naluri serta
faktor-faktor tak berwujud lainnya. Dan kenyataannya, intuisi pemimpin
sering kali merupakan faktor yang membedakan pemimpin besar dan
pemimpin yang biasa-biasa saja. Para pemimpin terbaik membaca dan
memberikan respon. Seorang pemimpin harus membaca situasi dan
secara naluriah mengetahui harus menggunakan taktik bermain yang
mana. Para pemimpin harus mampu membaca sejumlah faktor tak
berwujud, diantaranya:
a. Para pemimpin mampu membaca situasi,
b. Para pemimpin mampu membaca trend,
c. Para memimpin mampu membaca sumber-sumber daya meraka,
13
Reagen sebagai suatu dampak dari hubungan dan perlakuan baik yang
ditunjukkan sang Presiden
D. KESIMPULAN
Kunci sukses seseorang menjadi pemimpin sejati dalam dimensi
yang luas, yang tidak hanya berdasarkan legalitas suatu posisi adalah
terbukanya secara luas katup kepribadiannya dalam hal ini adalah daya
kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Dengan terbukanya katup
tersebut semakin luas maka dia akan menjadi seseorang yang sangat
efektif baik sebagai individu ataupun sebagai pemimpin. Dia akan menjadi
individu sejati yang siap didorong menjadi pemimpin sejati. Dengan
menguasai atau mewujudkan hukum katup ini di awal, maka hukum-
hukum yang lainnya akan bisa dikuasai dan diwujudkan oleh seorang
pemimpin sejati.
Sumber Bacaan
Maxwel, J. C. (2001). The 21 Irrefutable laws of leadershift. Batam :
Interaksara.
http://alpdiadiprawiraningrat.blogspot.co.id/2012/09/perbedaan-pemimpin-
leader-dan manajer.html.