Anda di halaman 1dari 17

0

TUGAS KELOMPOK 1

HUKUM KEPEMIMPINAN SEJATI


JOHN C. MAXWELL
( 1 - 10 )

Mata Kuliah : Kepemimpinan


Dosen Pengampu : Dr. Alimatus Sahrah, MM,
M.Si

Disusun Oleh :

Abdul Wahid S (15511023)


Anggi Herdiany Putri (15511017)
Arika Mulyasanti (15511031)
Elsadi Musba (15511014)
M. Aliyandri Akbar (15511029)
Niki Mijilputri ` (15511019)

MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI


UNIVERSITAS MERCUBUANA
YOGYAKARTA
2015
1

THE 21 IRREFUTABLE LAWS OF LEADERSHIP


(21 Hukum Kepemimpinan Sejati John C. Maxwell)

A. PENDAHULUAN

John C. Maxwell berpendapat bahwa kepemimpinan adalah


pengaruh. Tidak lebih, tidak kurang. Pemimpin yang tidak memiliki
pengaruh bukanlah seorang pemimpin yang efektif. Dalam organisasi,
orang yang mempunyai posisi akan mempunyai kekuasaan yang luar
biasa. Dalam militer, pemimpin dapat menggunakan pangkatnya untuk
mengarahkan dan mengendalikan bawahannya. Dalam bisnis, direktur
mempunyai kekuasaan luar biasa dalam menentukan gaji, tunjangan dan
upah. Namun, pengikut dalam organisasi sukarela tidak dapat dipaksa
untuk mengikuti, bila pemimpin tidak mempunyai pengaruh atas diri
mereka, maka mereka tidak akan mau mengikuti.
Menurut Maxwell, masing-masing dari setiap manusia
mempengaruhi paling sedikit sepuluh ribu orang lain sepanjang hidupnya.
Sukses tidaknya sebuah kelompok ditentukan oleh pemberi pengaruh
terbesar dalam kelompok tersebut yang dalam hal ini disebut pemimpin.
Tulisan ini akan membahas Hukum Kepemimpinan Sejati, yang
dengan hukum ini dapat mengantarkan seseorang untuk mengembangkan
diri menjadi seorang pemimpin sejati.

B. TUJUAN

Membahas 10 Hukum Kepemimpinan dari 21 Hukum Kepemimpinan


Sejati yang terdapat dalam Buku The 21 Irrefutable Laws of Leadership
karangan John C. Maxwell.

C. PEMBAHASAN HUKUM KEPEMIMPINAN SEJATI MAXWELL

Suka atau tidak suka, hukum kepemimpinan mempengaruhi


keefektifan kita semua dalam kehidupan pribadi maupun prefesional.
“Segalanya Tergantung kepada kepemimpinan” kata John C. Maxwel, dan
ada 21 hukum kepemimpinan sejati, 10 hukum ddiantaranya adalah:
1. Hukum Katup
2. Hukum Pengaruh
3. Hukum Proses
4. Hukum Navigasi
5. Hukum E.F. Hutton
2

6. Hukum Landasan Yang Mantap


7. Hukum Kehormatan
8. Hukum Intuisi
9. Hukum Daya Tarik
10. Hukum Hubungan Yang Baik

1. Hukum Katup
Kemampuan memimpin adalah katup yang menentukan tingkat
keefektifan seseorang. Dalam hukum katup ini, kesuksesan sangat
dipengaruhi dengan adanya kepemimpinan pada diri seseorang. Semakin
tinggi kita mendaki, maka semakin kita membutuhkan
kepemimpinan.Semakin besar dampak yang ingin kita berikan, maka
pengaruh yang kita berikan harus semakin besar.
Kemampuan memimpin selalu merupakan katup terhadap
keefektifan pribadi maupun organisasional. Jika daya kepemimpinan
semakin kuat, maka katupnya akan terbuka semakin lebar. Namun jika
tidak, maka keberhasilan organisasinya juga akan terbatas. Itulah
sebabnya mengapa dimasa sulit, dengan sendirinya organisasi-organisasi
biasanya mencari pemimpin baru, untuk mengatasi persoalan
organisasinya. Walaupun tidak selalu harus demikian, karena sistem dalam
organisasi itu harus mampu membuka katup-katup kepemimpinan yang
mereka miliki, entah bagaimanapun caranya.
Jadi kunci dari hukum katup ini adalah daya kepemimpinan atau
kemampuan kepemimpinan yang tersimpan dalam potensi seseorang.
Seberapa banyak daya dan kemampuan ini dapat diaktualisasikan ke
dalam aksi, maka sebanyak itulah katup-katup di dalam diri
seseorang/pemimpin itu akan terbuka. Dengan terbukanya katup-katup itu
akan berdampak pada keefektifan dan keberhasilan organisasi.
Maxwell menyebutkan, ada 21 kualitas pemimpin sejati yang dia
temukan dalam diri pemimpin-pemimpin besar, yaitu karakter, karisma,
komitmen, komunikasi, kompetensi, keberanian, pengertian, fokus,
kemurahan hati, inisiatif, mendengarkan, semangat yang tinggi, sikap
positif, pemecahan masalah, hubungan, tanggung jawab, kemapanan,
disiplin diri, kepelayanan, sikap mau belajar dan visi.
Menurut BS Bowo dalam buku SHOOT, menyebutkan ada 10 ”K”
Karakter Pemimpin Positif, yaitu :
1. Karisma, yaitu karakter kepemimpinan yang didasarkan pada kualitas
kepribadian, kejujuran, kesungguhan, keikhlasan dan keuletannya
sehingga menumbuhkan karisma dan nilai spiritual dalam dirinya.
3

2. Kepedulian, seorang pemimpin positif memiliki karakter yang


mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan kepentingan orang
yang dipimpinnya.
3. Komitmen, yaitu karakter pemimpin yang menunjukkan kesediaan
untuk melakukan hal dan nilai yang disepakati bersama, serta
kesesuaian perkataan dan perbuatan.
4. Kejelasan, yaitu kemampuan pemimpin untuk memberikan perintah
yang mudah dipahami untuk dikerjakan.
5. Komunikator, yaitu karakter pemimpin yang pandai memindahkan ide,
gagasan, konsep dan keputusannya kepada orang lain.
6. Konsisten, kesediaan pemimpin untuk terus menerus memberikan
dorongan, support, supervisi dan kerjasama.
7. Kreatif, kemampuan pikiran dan konsepnya yang imajinatif, unik,
cerdas dan menarik sehingga membuat orang mau bekerja
melaksanakan gagasannya.
8. Kompeten, yaitu kemampuan dan keahlian dalam bidang kerja dan
operasional lembaga yang dipimpinnya.
9. Keberanian, kalau ingin efektif memimpin seorang pemimpin harus
menunjukkan sikap berani dan percaya diri dalam menjalankan fungsi
dan kebijakannya, termasuk melindungi anggota dan organisasinya.
10. Kenekatan, adakalanya seorang pemimpin dituntut untuk
menempuh resiko dalam keadaan yang darurat, sehingga dia menjadi
orang pertama yang melakukan tugas sebelum orang lain mau
melakukannya.
Berangkat dari gambaran yang diberikan oleh Maxwell tentang 21
karakter pemimpin sejati dan konsep 10 K oleh BS Bowo di atas, dapat
diperoleh bayangan tentang daya dan kemampuan apa saja yang harus
dimiliki atau dikembangkan dan ditumbuhkan seorang pemimpin, dan
bagaimana daya upaya membuka katup potensi-potensi dirinya sehingga
kualitas-kualitas itu dapat ddiaktualisasikan sehingga dapat membentuk
jati diri kepemimpinan sejati dalam dirinya.

Contoh kasus Hukum Katup.


Dick dan Maurice McDonald awalnya adalah kakak beradik yang
sukses dalam bisnis restoran drive-in dengan menu hot dogs, fries
(kentang goreng) dan shakes (minuman), sandwich sapi panggang,
hamburger dan lain sebagainya. Kemudian berkembang menjadi restoran
dimana pelanggan yang datang memesan langsung, bukannya lewat
mobil seperti sebelumnya. Segalanya dirampingkan termasuk menu,
mereka hanya fokus pada hamburger. Sasaran mereka adalah memenuhi
pesanan pelanggan dalam waktu 30 detik atau kurang. Restoran mereka
4

adalah restoran yang paling menguntungkan di seluruh penjuru negara


ketika itu. Kejeniusan mereka adalah pada bidang layanan pelanggan dan
organisasi dapur. Ketika mereka ingin mengembangkan sayap memperluas
bisnisnya dengan sistem waralaba, mereka tidak pernah berhasil.
Sejarah segera berubah manakala mereka bertemu dengan Ray
Kroc. Ketika dia mengunjungi restoran McDonald’s dia mendapatkan visi
menyangkut potensinya, dalam benaknya dia melihat restoran tersebut
memasuki ratusan pasar di seluruh penjuru negara. Dia segera membeli
hak waralaba McDonald’s agar dia dapat menjadikannya sebuah model
serta prototype untuk menjual waralaba lagi. Banyak yang dia korbankan.
Dia bekerja lembur, menghapuskan segala macam kenikmatan. Selama
delapan tahun dia tidak mengambil upah, dia meminjam uang di bank
untuk menutup upah staf kunci dalam timnya. Pengorbanan dan
kepemimpinannya membuahkan hasil, sehingga dia berhasil membeli hak
eksklusif McDonald’s dan menjadikannya sebagai usaha global Amerika.
Dan kini restoran McDonald’ telah membuka lebih dari 21.000 restoran di
lebih dari 100 negara.

2. Hukum Pengaruh
Ukuran sejati dari kepemimpinan adalah pengaruh, tidak lebih tidak
kurang, demikian kata Maxwell. Jika kita tidak punya pengaruh, maka kita
tidak akan dapat memimpin orang lain. Banyak orang memiliki konsepsi
keliru tentang kepemimpinan, seperti ketika mereka mendengar bahwa
seseorang memiliki gelar mengesankan atau posisi kepemimpinan,
mereka berasumsi bahwa dia adalah pemimpin.
Terkadang hal itu benar, namun dalam soal memimpin, gelar atau
posisi itu terkadang tidak banyak nilainya. Kepemimpinan sejati tak dapat
dianugerahkan, ditunjuk, atau ditugaskan. Kepemimpinan hanya datang
dari pengaruh, dan tidak dapat dimandatkan tetapi harus diraih.
Dalam organisasi yang anggotanya adalah sukarelawan, seperti
lembaga keagamaan, lembaga sosial nir laba, maka satu-satunya hal yang
paling efektif adalah kepemimpinan dalam bentuknya yang paling murni.
Dan sebagaimana disimpulkan oleh Hatty A. Overstreet, “inti dari segala
kuasa untuk mempengaruhi terletak pada kemampuan membuat orang
lain berpartisipasi”.
Ada 5 mitos keliru tentang kepemimpinan :
1) Mitos manajemen, pemimpin dengan pengelola itu tidak sama.
Sehingga seseorang ahli dalam manajemen/mengelola bukan berarti
seorang pemimpin yang mengarahkan.
5

2) Mitos usahawan, tidaklah selalu seorang usahawan itu adalah


seorang pemimpin. Orang lain mungkin saja membeli barang yang
dijualnya dalam jumlah yang besar, namun tidak serta merta menjadi
pengikutnya. Usahawan itu bisa membujuk orang lain sesaat, tetapi
tidak memiliki pengaruh jangka panjang terhadap mereka.
3) Mitos pengetahuan, kebanyakan orang percaya bahwa pengetahuan
adalah inti dari kepemimpinan, otomatis berasumsi bahwa mereka
yang memiliki pengetahuan serta inteligensilah yang menjadi
pemimpin. Namun tidak otomatis demikian. Banyak para ilmuan riset
dan ahli filsafat yang brilian, yang kemampuan berpikirnya demikian
tinggi, namun kemampuan memimpinnya begitu rendah.
4) Mitos pelopor, adalagi konsepsi yang keliru bahwa siapa yang ada
didepan kerumunan orang banyak adalah seorang pemimpin. Namun
menjadi yang pertama tidaklah selalu sama dengan memimpin, karena
belum tentu dialah yang diikuti oleh banyak orang.
5) Mitos posisi, kesalahan pengertian yang terbesar tentang
kepemimpinan adalah bahwa orang menyangka kepemimpinan
didasarkan pada posisi. Padahal bukan, bukan posisi yang menjadikan
seseorang pemimpin, justru kepemimpinannyalah yang membuat
posisi tersebut. Jika kita tidak dapat mempengaruhi orang lain, mereka
takkan menjadi pengikut kita. Dan jika mereka tidak menjadi pengikut
kita, kita bukan seorang pemimpin. Itulah hukum pengaruh. Apapun
yang dikatakan orang lain kepada kita, ingatlah bahwa kepemimpinan
adalah pengaruh.

Contoh kasus Hukum Pengaruh.


Lady Diana adalah seorang rakyat biasa yang tadinya adalah guru
taman kanak- kanak. Pada mulanya dia tampak malu- malu dan benar-
benar kewalahan dengan seluruh perhatian yang diterimanya. Ada laporan
yang menyatakan bahwa Diana tidak senang menjalankan tugas-tugas
yang diharapkan darinya sebagai seorang putri kerajaan. Namun dengan
berjalannya waktu dia berhasil menyesuaikan diri dengan peran barunya.
Dia segera menetapkan sasaran berupa melayani orang lain serta
mengumpulkan dana amal bagi penderita AIDS, kemanusiaan, dan
sebagainya. Pada awalanya Diana berhubungan dengan orang-orang
penting karena gelarnya, namun tidak lama kemudian dia sendirilah yang
berpengaruh, bahkan ketika dia bercerai dengan pangeran Charles dan
kehilangan gelarnya, namun dia sama sekali tidak kehilangan
pengaruhnya terhadap dunia.

3. Hukum Proses
6

Kepemimpinan berkembang setiap hari, bukan dalam satu hari.


Menjadi seorang pemimpin sangat mirip dengan berinvestasi dengan
sukses dalam pasar saham. Jika kita mengharapkan kaya dalam satu hari,
maka kita takkan berhasil, namun jika kita tidak mengharapkan kaya
dalam satu hari, maka investasi itu akan berakumulasi. Begitu pula
dengan kepemimpinan, seorang pemimpin adalah orang yang belajar, dan
proses belajarnya berkelanjutan, sebagai hasil dari kedisiplinan diri serta
ketekunan dan keteguhannya. Sasaran setiap harinya haruslah menjadi
sedikit lebih baik, membangun di atas kemajuan hari sebelumnya. Untuk
menjadi pemimpin besok, maka belajarlah hari ini, dan berjuang terus ke
atas serta berorientasi pada aksi.
Bahkan sekalipun benar, ada orang yang dilahirkan dengan karunia
alami atau bakat yang lebih besar dari pada lainnya, namun kemampuan
memimpin itu sesungguhnya merupakan kumpulan dari berbagai
keterampilan, yang hampir seluruhnya dapat dipelajari serta ditingkatkan.
Namun, prosesnya tidak terjadi dalam semalam. Karena kepemimpinan itu
rumit dan unik. Aspeknya sangat banyak, seperti kehormatan,
pengalaman, kekuatan emosional, keterampilan membina hubungan,
disiplin, visi, momentum, waktu dan sebagainya.

Contoh kasus Hukum Proses.


Theodore Roosevelt (Presiden Koboinya Amerika), dulunya ketika
masih kecil merupakan anak yang sakit-sakitan, mengidap asma,
penglihatan kurang dan luar biasa kurus kering, bahkan orang tuanya pun
tidak tahu apakah dia akan bertahan hidup. Ketika berusia 12 tahun,
ayahnya berkata “kamu punya otak, tapi tubuhmu payah dan tanpa tubuh
yang kuat otakmu takkan mencapai potensi maksimal. Jadi kamu harus
menguatkan tubuhmu”. Kemudian setelah banyak berlatih dia pun
berhasil menguatkan tubuhnya dengan berolahraga, mendaki gunung,
berburu, bermain ice scatting, mendayung, naik kuda dan bertinju. Setelah
bertahun-tahun, diapun mengevaluasi dirinya bahwa dulu ketika masih
kecil dia seorang yang gugupan serta takut-takut. Dan kini dia bisa
menjadi atau berada pada situasi seperti orang-orang yang dia kagumi. Di
bawah kepemimpinannya, Amerika menjadi negara adikuasa,
mengembangkan angkatan laut kelas satu, membangun Terusan Panama,
mendamaikan Rusia dan Jepang, memenangkan Nobel Perdamaian.
Bahkan pada saat kematiannya, ditemukan sebuah buku di bawah
bantalnya, yang artinya menjelang akhir hayatnyapun, Roosevelt tetap
berusaha belajar dan meningkatkan dirinya.
7

4. Hukum Navigasi
Siapapun dapat mengemudikan kapal, namun hanya pemimpin yang
dapat menentukan arah. Para pengikut membutuhkan pemimpin untuk
secara efektif melakukan navigasi. Jika menghadapi situasi-situasi hidup
mati, kebutuhan ini mungkin terasa. Namun, kalaupun ganjarannya tidak
serius, kebutuhannya tetap besar.
Sesungguhnya hampir setiap orang bisa mengendalikan kapalnya,
namun hanya seorang pemimpinlah yang dapat menentukan arahnya.
Itulah Hukum Navigasi. Para navigator beraksi menurut pengalaman masa
lalu dan mendengarkan apa yang dikatakan orang lain, para navigator
memeriksa kondisinya sebelum membuat komitmen serta memastikan
kesimpulan mereka, yang mencerminkan keyakinannya serta fakta yang
mungkin akan terjadi.
Leroy Eims menulis, bahwa seorang pemimpin adalah seseorang
yang melihat lebih banyak dari pada yang dilihat orang lain, yang melihat
lebih jauh daripada yang dilihat orang lain, dan yang melihat sebelum
yang lainnya melihat.
Semakin besar organisasi, maka sang pemimpin harus semakin
mampu melihat jauh ke depan. Karena ukuran yang besar membuat
koreksi-koreksi di tengah jalan menjadi sulit. Dan jika ada kekeliruan, akan
lebih banyak orang yang terkena dampak.
Seorang pemimpin harus selalu siaga terutama dalam perjalanan
organisasi yang semakin besar dan menjalankan kegiatan yang kompleks
penuh resiko dan tantangan. Tidak boleh hanya sekedar mempercayakan
pada sistem, tapi sistem itu harus berada dalam kontrolnya.
Strategi kepemimpinan dengan Hukum Navigasi :
1. Tentukan dulu suatu rencana tindakan;
2. Paparkan sasaran-sasaran yang akan dicapai;
3. Sesuaikan prioritas-prioritas yang vital;
4. Komunikasikan kepada personil-personil kunci;
5. Nantikan reaksinya terhadap gagasan yang disampaikan;
6. Pimpinlah pelaksanaannya;
7. Antisipasi timbulnya masalah;
8. Ingatkan selalu sukses-sukses terdahulu;
9. Evaluasilah rencana setiap harinya.

Contoh kasus Hukum Navigasi.


Tenggelamnya kapal Titanic, dimana awak kapalnya tidak dapat
melihat cukup jauh untuk menghindari tabrakan dengan gunung es. Hal ini
terjadi karena besarnya kapal sehingga tidak cukup cepat bermanufer
8

untuk menghindari tabrakan. Dan pemimpin utamanya tidak cukup


waspada terhadap perjalanan yang penuh tantangan dan resiko.
Contoh lain, pada tahun 1911, dua kelompok penjelajah berangkat
menjalankan misi yang luar biasa, yaitu menjadi orang yang pertama
dalam sejarah mencapai kutub selatan. Satu kelompok yang dipimpin oleh
penjelajah dari Norwegia, Ronald Amundsen. Dia dengan susah payah
merencanakan perjalanannya. Dia pelajari metode-metode kaum Eskimo
serta penjelajah Arctic lain yang berpengalaman. Seluruh peralatannya
ditarik oleh anjing. Dia mampu mengendalikan anjingnya dengan baik.
Kelompoknya tersebut menempuh jarak lima belas hingga dua puluh mil
dalam waktu enam jam setiap harinya. Perencanaan dan perhatian detail
Amundsen sungguh luar biasa. Dia menumpuk perlengkapan mereka di
depot-depot di sepanjang rute. Sehingga beban mereka menjadi semakin
berkurang. Dan sewaktu-waktu bisa diambil kembali jika diperlukan,
dengan mengetahui spot-spot tempat penyimpanannya. Dia telah
mempertimbangkan dengan seksama setiap aspek dari perjalannya
tersebut, merenungkan dan merencanakan dengan seksama. Dan itu
membuahkan hasil. Kejadian terburuk yang mereka alami adalah infeksi
gigi salah seorang anggotanya, sehingga harus dicabut.
Kelompok lain yang dipimpin oleh Robert Falcon Scott, seorang
pejabat angkatan laut Inggris yang sebelumnya telah melakukan
penjelajahan di Antartika. Perjalanan Scott malah justru kebalikan dari
penjelajah Amundsen. Mereka tidak menggunakan kereta luncur yang
ditarik oleh anjing, tapi memutuskan untuk menggunakan kereta mesin
serta anak kuda. Permasalahan pun muncul ketika kereta mereka rusak
hanya lima hari setelah berangkat. Anak kuda juga tidak tahan dengan
suhu yang sangat dingin. Sehingga kudanya pun harus terpaksa dibunuh.
Akibatnya anggota timnyalah yang menarik kereta mesin luncur tersebut.
Scott juga kurang memperhatikan peralatan orang-orangnya. Pakaiannya
pun buruk, sehingga membuat mereka menderita kedinginan. Semua
anggotanya hampir mengalami buta dikarenakan kacamata salju yang
digunakan tidak memadai. Depot-depot perlengkapan yang
ditinggalkannya pun semua terpencar dan sulit sekali ditemukan. Yang
lebih parah lagi adalah keputusannya di menit-menit terakhir untuk
mengajak lima orang untuk melanjutkan perjalanannya, padahal
persediannya hanya cukup untuk 4 orang saja. Setelah menempuh
delapan ratus mil yang sangat berat selama sepuluh minggu, akhirnya
sampai di kutup selatan pada tanggal 17 januari 1912. Tim Amundsen
telah mengalahkan mereka dengan waktu lebih dari satu bulan. Dan pada
perjalanan kembali lebih mengerikan lagi, seluruh anggota kelompok Scott
9

tewas dalam perjalanan pulang yang hanya berjarak 150 mil lagi dari
basis.

5. Hukum E.F Hutton


Pemimpin sejati haruslah orang yang memegang posisi sekaligus
memiliki kuasa atas seluruh bawahannya.Jika dia berbicara, maka orang
akan mendengarkan. Jika dia memerintahkan maka orang akan menaati.
Namun keadaan tidaklah selalu demikian, karena sekalipun dia seorang
pemimpin utama berdasarkan posisi dan jabatan, tetapi bisa jadi orang
lain dari bawahannya yang memiliki pengaruh terhadap perilaku
karyawannya. Dengan demikian sebenarnya yang mengekspresikan diri
sebagai pemimpin sejati adalah sang bawahan tersebut, yang bisa jadi
karena dia adalah karyawan senior atau orang yang sangat
berpengalaman dan dihormati di perusahaan atau organisasi itu.

PEMIMPIN ATAS DASAR


PEMIMPIN SEJATI
POSISI

 Bicara duluan  Bicara belakangan


 Membutuhkan pengaruh  Hanya menbutuhkan
pemimpin yang pengaruh sendiri untuk
sesungguhnya untuk membuat segalanya
membuat segalanya menjadi menjadi kenyataan
kenyataan  Mempengaruhi sesama
 Hanya mempengaruhi orang yang ada dalam
sesama pemimpin atas dasar ruangan atau situasi
posisi

Contoh kasus Hukum E. F. Hutton.


Di sebuah pertandingan basket pemain NBA, pada detik-detik
terakhir pelatih tim Boston Celtics, bernama K.C Jones meminta waktu jeda
istirahat untuk melakukan rencana strategi. Dia mengumpulkan
pemainnya di tepi lapangan, memaparkan rencana permainannya, namun
hanya dijawab oleh seorang pemain yang berpengalaman bernama Larry
Bird, dia berkata “Pokoknya operkan saja bolanya kepada saya dan jangan
menghalangi saya”. Jones menjawab “ pelatihnyakan saya, jadi sayalah
yang menentukan permainannya!”. Kemudian seluruh anggota timnya
berpaling dan berkata “pokoknya operkan bolanya kepada Larry dan
10

jangan menghalangi jalannya”. Kasus tersebut menunjukkan siapa


pemimpin sejati yang sesungguhnya, yaitu Larry dan bukannya sang
pelatih.

6. Hukum Landasan Yang Mantap


Seorang pemimpin haruslah taat azas, sistem, aturan dan prosedur
di dalam organisasinya, dan harus menghargai kewenangan yang telah
diberikan pada masing-masing bawahannya. Sebisa mungkin harus
mampu menahan diri dari mengambil jalan pintas dalam mengambil
keputusan penting dan strategis, seberapapun keputusan pemimpin itu
benar, karena tindakan ini akan mengikis dan menghilangkan kepercayaan
atau respek dari bawahan yang seharusnya menangani masalah tersebut.
Kepercayaan adalah landasan dari kepemimpinan. Untuk
membangun kepercayaan, seorang pemimpin harus memberikan teladan
dalam hal kemampuan, koneksi serta karakter. Karakter memungkinkan
terciptanya kepercayaan. Dan kepercayaan memungkinkan terciptanya
kepemimpinan. Itulah Hukum Landasan Yang Mantap.
Setiap kali kita memimpin orang, sepertinya mereka merestui untuk
menempuh perjalanan bersama kita. Dengan karakter yang baik, semakin
panjang perjalanannya maka akan semakin baik tampaknya. Namun jika
karakter kita cacat, dengan semakin panjang perjalanan, maka akan
semakin buruk kejadiannya. Mengapa demikdian, karena tak seorangpun
senang melewatkan waktu bersama seseorang yang tidak dipercayai.
Dengan demikian, karakter dapat mengkomunikasikan kosistensi, potensi,
dan kehormatan seorang pemimpin.

Contuh kasus Hukum Landasan yang Mantap.


Sebuah film yang berjudul Glory mengenai resimen Infantri
Massachusetts kelima puluh empat serta kolonelnya bernama Robert
Gould Shaw. Film ini menceritakan penghargaan dan rasa hormat dan
kisah sejati terhadap perang sipil tersebut. Dalam kisah ini menceritakan
pembentukan unit pertama pasukan sekutu yang terdiri dari sedadu
Amerika keturunan Afrika. Shaw, seorang kolonel (berkulit putih),
mengomandani resimen tersebut, mengawasi dalam perekrutan, memilih
pejabat (berkulit putih), melengkapi orang-orangnya dan melatih mereka
menjadi serdadu. Dia mengetahui dan membuktikan dalam pertempuran,
bahwa warga kulit hitam sebagai serdadu mampu meraih prestasi di mata
para warga kulit putih. Dalam prosesnya, para serdadu saling
menghormati satu sama lain.
11

Beberapa bulan setelah selesai pelatihan, pasukan kelima puluh


empat mendapatkan kesempatan untuk membuktikan dalam serangan
Sekutu terhadap Confederate Fort Wagner di Carolina Selatan. Penulis
biografi Shaw, yaitu Russell Duncan, menulis tentang serangan tersebut:
“seruan Shaw tehadap serdadunya, ‘Buktikan diri kalian’, Shaw
memposisikan dirinya di depan dan memerintahkan ‘maju’.
Bertahun-tahun kemudian, seorang serdadu mengenang bahwa
resimennya berjuang keras karena Shaw berdiri di depan, bukannya di
belakang”. Hampir separuh dari enam ratus serdadu bertempur hari itu
teluka, tertangkap dan tewas. Walaupun mereka bertempur dengan
berani, mereka tak berhasil merebut Fort Wagner. Shaw, yang telah berani
memimpin pasukannya ke puncak benteng tersebut dalam serangan
pertamanya, tewas bersama pasukannya.
Dua minggu setelah pertempuran itu, Albanus Fisher, seorang
sersan dalam resimen kelima puluh empat itu mengatakan, “saya masih
antusias berempur lebih dari yang sudah-sudah, karena sekarang saya
ingin membalas kematian kolonel kami yang gagah berani. Karakter yang
kuat dari Shaw, hingga akhir hayatnya, telah mengkomunikasikan
kehormatannya di mata orang-orang yang bertahan bahkan setelah dia
tewas. Karakter yang baik dari seorang pemimpin membangun
kepercayaan diantara para pengikutnya.

7. Hukum Kehormatan
Orang dengan sendirinya mengikuti pemimpin-pemimpin yang lebih
kuat dari pada dirinya. Jika orang menghormati seseorang sebagai
individu, mereka mengaguminya. Jika mereka menghormatinya sebagai
sahabat, maka mereka mengasihinya. Jika mereka menghormati sebagai
pemimpin, maka mereka akan mengikutinya. Semakin besar kemampuan
memimpin seseorang, semakin cepat dia mengenali ada atau tidak
adanya kepemimpinan dalam diri orang lain.
Para pemimpin akan memilih jalannya sendiri ketika sekelompok
orang berkumpul untuk pertama kalinya. Tidak lama kemudian orang akan
mengubah arahnya untuk mengikuti pemimpin yang paling kuat. Orang-
orang dengan sendirinya akan menyesuaikan diri serta mengikuti
pemimpin yang lebih kuat dari pada dirinya sendiri.
Ujian terbesar terhadap kehormatan seorang pemimpin adalah
ketika orang lain sudah mau mengikutinya dengan taat dan setia,
kemudian pemimpin mengadakan perubahan besar dalam organisasinya.
Pada saat itu, apakah dia bisa memelihara dan menjaga kehormatan yang
12

dia peroleh tersebut dengan mengendalikan organisasi secara benar dan


bijaksana ataukah sebaliknya.

Contoh kasus Hukum Kehormatan.


Seorang pelatih kepala tim basket dari University of North Carolina,
Dean Simth dalam jenjang karirnya memberikan dampak yang luar biasa.
Dalam tiga puluh dua tahunnya sebagai pelatih, dia memenangkan 879
pertandingan, lebih dari pelatih manapun dalam sejarah dunia basket
kampus. Timnya mencatat 20 kali kemenangan berturut-turut dalam 27
musim pertandingan. Mereka memenangkan tiga belas gelar Atlantic
Coast Conference, dan memenangkan dua kejuaraan nasional. Dengan
prestasi yang diraihnya itu, Michael Hooker, pemimpin University of North
Caroline, memberikan undangan terbuka kepada Smith untuk melakukan
apapun yang diinginkannya. Bahkan presiden Amerika Serikat menelpon
untuk memberikan kehormatan kepada Smith.
Namun Hukum Kehormatan yang paling dapat dilihat dalam karir
Smith adalah dengan melihat cara para pemain berinteraksi dengannya.
Mereka hormat kepadanya karena banyak alasan. Dia mengajarkan begitu
banyak kepada mereka, tentang basket maupun tentang kehidupan. Dia
mendorong mereka untuk meraih prestasi akademik, dengan hampir
setiap pemainnya meraih gelar. Dia menjadikan mereka pemenang. Dan
dia memperlihatkan kepada mereka loyalitas serta kehormatan yang luar
bdiasa.

8. Hukum Intuisi
Para pemimpin mengevaluasi segalanya dengan intuisi seorang
pemimpin. Dari seluruh hukum kepemimpinan, hukum intuisi mungkin
yang paling sulit dipahami, karena hukum ini bergantung jauh lebih
banyak dari pada sekedar fakta-faktanya saja.
Hukum intuisi ini didasarkan pada fakta-fakta plus naluri serta
faktor-faktor tak berwujud lainnya. Dan kenyataannya, intuisi pemimpin
sering kali merupakan faktor yang membedakan pemimpin besar dan
pemimpin yang biasa-biasa saja. Para pemimpin terbaik membaca dan
memberikan respon. Seorang pemimpin harus membaca situasi dan
secara naluriah mengetahui harus menggunakan taktik bermain yang
mana. Para pemimpin harus mampu membaca sejumlah faktor tak
berwujud, diantaranya:
a. Para pemimpin mampu membaca situasi,
b. Para pemimpin mampu membaca trend,
c. Para memimpin mampu membaca sumber-sumber daya meraka,
13

d. Para pemimpin mampu membaca orang lain,


e. Para pemimpin mampu membaca dirinya sendiri.

Tiga tingkat intuisi kepemimpinan:


1) Mereka yang secara alami melihatnya,
2) Mereka yang dilatih untuk melihatnya,
3) Mereka yang takkan pernah melihatnya.
Setiap kali pemimpin menghadapi suatu persoalan, secara otomatis
mereka mengukurnya dan mulai menyelasaikannya dengan menggunakan
hukum intuisi. Kepemimpinan lebih merupakan seni ketimbang ilmu
pengetahuan. Prinsip–prinsip kepemimpinan itu konstan, namun
penerapannya berubah menurut karakter pemimpin dan setiap situasinya.
Itulah sebabnya mengapa dibutuhkan intuisi. Tanpa intuisi kita bisa
terkecoh dan itulah hal terburuk yang dapat terjadi pada seorang
pemimpin, jika ingin memimpin dalam waktu yang lama kita harus
mentaati hukum intuisi.

Contoh kasus Hukum Intuisi.


Dalam sebuah film The Great Outdoors, ada beberapa adegan yang
mengilustrasikan gagasan hukum ini. Dalam film itu, John Candy berperan
sebagai Chet, seorang pria yang sedang berlibur bersama keluarganya
dekat danau kecil di hutan. Secara tidak terduga, mereka dikunjungi oleh
saudari iparnya serta suaminya, bernama Roman. Sambil duduk di vila,
mereka menikmati pemandangan alam, dan mengobrol mengenai
berbagai hal. Roman yang menganggap dirinya sebagai pribadi yang
hebat, menyampaikan visinya kepada Chet: “Jika aku memandang kesana,
aku melihat sumber-sumber daya yang belum dikembangkan dari
Minneasota sebalah utara, Wisconsin dan Michigan. Aku melihat sebuah
konsorsium pengadaan pengembangan eksploitasi bernilai setengah
miliyar dolar dalam produk-produk kehutanan. Aku melihat pabrik kertas
dan jika ada kandungan logam-logam akan menjadi sebuah pertambangan
yang strategis dengan letak dekat danau yang mendukung untuk
pengolahan limbah dan usaha kerjasama yang baik dengan para pemilik
tempat tersebut, kalau kamu, lihat apa?”
“Eh, aku Cuma melihat pohon”, kata Chet. “memang sih, takkan ada
orang yang menuduhmu punya visi yang besar”. Chet melihat pohon
karena dia berada di sana untuk menikmati pemandangan. Roman melihat
kesempatan karena dia usahawan yang hasratnya adalah mendapatkan
uang. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana seseorang memandang
dunia di sekelilingnya ditentukan oleh siapa orang tersebut sesungguhnya.
14

9. Hukum Daya Tarik


Siapa kita sesungguhnya menentukan siapa yang akan tertarik
kepada kita. Para pemimpin efektif selalu mencari orang-orang terbaik.
Dan kita sebenarnya mempunyai daftar dalam hati, siapa yang akan kita
rekrut dalam organisasi kita. Siapa yang kita dapatkan, tidaklah
ditentukan oleh apa yang kita inginkan, melainkan oleh siapa kita
sesungguhnya.
Semakin baik kepemimpinan kita, maka akan semakin baik pula
pemimpin-pemimpin yang tertarik kepada kita. Bagaimanakah orang-
orang yang sekarang ini tertarik pada organisasi kita atau departement
kita. Apakah mereka pemimpin yang kuat, mampu, serta berpotensi,
seperti yang kita inginkan. Ingatlah pada akhirnya, kualitas mereka
tidaklah tergantung pada proses perekrutan yang dilakukan oleh
departemen sumber daya manusia. Melainkan tergantung pada kita. Siapa
kita sesungguhnya akan menentukan siapa yang akan kita tarik. Itulah
hukum sumber daya tarik.
Hukum daya tarik berkait erat dengan adanya kemiripan dalam
sikap, generasi, latar belakang, nilai-nilai, pengalaman hidup, kemampuan
memimpin dan berubahnya jalan sejarah. Kemiripan-kemiripan inilah yang
mengarahkan untuk saling tertarik satu dengan lainnya.
Para pemimpin yang baik mengetahui, bahwa salah satu rahasia
sukses adalah dengan melengkapi kelemahan-kelemahannya. Dengan
demikian mereka dapat memfokuskan perhatiannya serta berfungsi di
bidang kekuatannya sementara yang lain akan mengurus hal penting
lainnya yang tak tertangani. Penting untuk disadari bahwa orang yang
berbeda takkan dengan sendirinya tertarik pada anda.

Contoh kasus Hukum Daya Tarik.


Dalam sejarah pemerintahan Amerika Serikat John F. Kennedy
terpilih menjadi Presiden pada tahun 1960. Dia merupakan seorang idealis
muda yang ingin mengubah dunia, dan dia menarik orang dengan profil
serupa. Ketika dia membentuk Korps Perdamaian dan menghimbau rakyat
untuk memberikan pelayanan dengan mengatakan, “jangan tanya apa
yang dapat dilakukan negaramu bagimu, tanyakanlah apa yang dapat
kamu lakukan bagi negaramu’”, ribuan rakyat muda yang idealis maju
untuk menjawab tantangan tersebut. Tidak menjadi soal apakah nilai-nilai
yang sama dianut itu positif ataupun negatif, daya tariknya akan tetap
sama.
15

Adolf Hitler adalah seorang pemimpin yang menganut nilai-nilai


buruk. Tentunya orang yang memiliki nilai-nilai sama seperti dirinya yang
akan tertarik padanya. Seperti, Hermann Goering, pendiri Gestapo; Joseph
Goebbles, anti Semit yang sakit hati, yang menjalankan mesin propaganda
Hitler, Reinhard Heydrich, Komando kedua dari polisi rahasia Nazi, yang
memerintahkan pembantaian masal terhadap penentang Nazi; dan
Heinrich Himmler, pemimpin SS dan direkrut Gestapo yang menginisiasi
pembantaian secara sistematis terhadap Yahudi. Mereka semua adalah
pemimpin yang kuat, sekaligus menganut nilai-nilai yang buruk. Hal ini
menunjukkan bahwa hukum daya tarik ini mampu bekerja dengan ampuh.

10. Hukum Hubungan Yang Baik


Kunci keberhasilan pemimpin sejati dalam berhubungan dengan
orang lain ataupun bawahan adalah dengan menyadari bahwa bahkan
dalam menghadapi suatu kelompok, dia harus berhubungan secara
individual dengan memperlakukan mereka sebagai individu yang memiliki
aspirasi, keunikan kepribadian, nilai-nilai, ingin berbuat baik, ingin
dihargai, harapan dan ingin berpartisipasi.
Seorang pemimpin akan terlebih dulu menyentuh hati, baru
kemudian setelah itu minta tolong. Kita takkan dapat menggerakkan orang
kecuali terlebih dulu menggugah emosi mereka. Dalam kondisi seperti ini
maka perasaan lebih penting dari pada rasio. Semakin kuat hubungan
serta komunikasi antar individu, akan semakin besar kemungkinan
pengikut ingin menolong pemimpinnya. Maka dari itu untuk memimpin diri
sendiri gunakanlah rasio, tetapi saat memimpin orang lain gunakanlah
hati.

Contoh kasus Hukum Hubungan yang Baik.


Ronald Wilson Reagen merupakan presieden ke-40 Amerika Serikat
yang memiliki masa jabatan pada 1981-1989. Kemampuannya untuk
mengembangkan simpati pada kelompok pendengar tercermin dalam
julukannya sebagai presiden komunikator ulung. Namun dia juga memiliki
kemampuan untuk menyentuh hati individu-individu yang dekat
dengannya. Mantan penulis pidato Presiden Reagen, Peggy Noonan,
mengatakan bahwa ketika Presiden kembali ke White House setelah lama
melakukan perjalanan dinas dan para staf mendengar suara helikopternya
mendarat, semua orang akan berhenti bekerja, dan Donna Elliot, salah
satu stafnya ketika itu mengatakan, “ayah pulang!”. Hal ini
menggambarkan bentuk kasih sayang orang-orang kepada presiden
16

Reagen sebagai suatu dampak dari hubungan dan perlakuan baik yang
ditunjukkan sang Presiden

D. KESIMPULAN
Kunci sukses seseorang menjadi pemimpin sejati dalam dimensi
yang luas, yang tidak hanya berdasarkan legalitas suatu posisi adalah
terbukanya secara luas katup kepribadiannya dalam hal ini adalah daya
kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Dengan terbukanya katup
tersebut semakin luas maka dia akan menjadi seseorang yang sangat
efektif baik sebagai individu ataupun sebagai pemimpin. Dia akan menjadi
individu sejati yang siap didorong menjadi pemimpin sejati. Dengan
menguasai atau mewujudkan hukum katup ini di awal, maka hukum-
hukum yang lainnya akan bisa dikuasai dan diwujudkan oleh seorang
pemimpin sejati.

Sumber Bacaan
Maxwel, J. C. (2001). The 21 Irrefutable laws of leadershift. Batam :
Interaksara.
http://alpdiadiprawiraningrat.blogspot.co.id/2012/09/perbedaan-pemimpin-
leader-dan manajer.html.

Anda mungkin juga menyukai