8167 20766 1 SM
8167 20766 1 SM
Diterbitkan Oleh:
Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama Jurusan Pendidikan Olahraga
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Fakultas Ilmu Keolahragaan
Volume 11, Nomor 1, April 2015 Universitas Negeri Yogyakarta
Abstract
This research was motivated by the understanding that has not been the same for thematic integrative approach
to the curriculum 2013. This research aimed to determine how the perception of physical education teachers for
elementary school of thematic integrative approach to curriculum 2013. This research design was a descriptive study.
The method used in this study was by survey method. The population in this researchwas all physical educations
teacher for elementary school in Yogyakarta Special Region. The samples in this study were 46 teachers. The sampling
technique used was purposive sampling. The data collection technique was with questionnaire. The data analysis
technique was with descriptive percentage. The result results showed that the perception of physical education
teachers for elementary school of thematic integrative approach to curriculum 2013 in sequence as follows: very
good perception was at 4.4%, good perception was 23.9%, medium perception was at 32.5%, the less perception
was 19.6%, and not good perception was 19.6%.
Keywords: Perception, Physical Education Teachers for Elementary School, Integrative Thematic Approach
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemahaman yang belum sama terhadap pendekatan tematik integratif pada
kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah
Dasar terhadap Pendekatan Tematik Integratif pada Kurikulum 2013. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Metode yang digunakan adalah metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh Guru Pendidikan Jasmani Sekolah
Dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Besar sampel yang digunakan adalah 46 guru. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan angket. Teknik analisis data dengan statistik
deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar
terhadap Pendekatan Tematik Integratif pada Kurikulum 2013 secara berurutan sebagai berikut: persepsi sangat
baik sebesar 4.4%, persepsi baik sebesar 23.9%, persepsi cukup sebesar 32.5%, persepsi kurang baik sebesar
19.6%, dan persepsi tidak baik sebesar 19.6%.
Kata kunci: Persepsi, Guru Penjas Sekolah Dasar, Pendekatan Tematik Integratif
karena tidak searah dengan tahapan perkembangan tindakan. Terkait dengan persepsi guru pendidikan
anak. jasmani sekolah dasar terhadap pendekatan tematik
Penerapan pendekatan berbasis Tematik integratif pada kurikulum 2013 berarti hal tersebut
Integratif pada Kurikulum 2013 saat ini belum bermakna pandangan seorang guru pendidikan
dilaksanakan secara merata di seluruh daerah jasmani sekolah dasar di dalam menterjemahkan
di Indonesia. Khususnya di Daerah Istimewa atau memahami pendekatan tematik integratif pada
Yogyakarta, penerapan Kurikulum 2013 baru kurikulum 2013 dan implikasinya terhadap proses
dilaksanakan pada sekolah-sekolah percobaan pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan.
dan terbatas di kelas I dan IV untuk Sekolah Dasar.
Faktor yang Berpengaruh terhadap
Dalam mempersepsi kurikulum baru tersebut telah
melahirkan dikotomi antara pro dan kontra, terlepas Persepsi
kurikulum itu merupakan kebijakan pemerintah Menurut Bimo Walgito (2003: 89) faktor-faktor
yang telah ditetapkan. Atas dasar hal tersebut yang mempengaruhi persepsi diantaranya:
perlu diketahui: Persepsi Guru Pendidikan Jasmani 1) Objek yang dipersepsi
Sekolah Dasar terhadap Pendekatan Tematik Objek menimbulkan stimulus yang mengenai
Integratif pada Kurikulum 2013 . alat indera berupa reseptor. Stimulus dapat dari
luar individu ataupun dari dalam individu yang
bersangkutan.
TINJAUAN PUSTAKA
2) Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
Pengertian Persepsi Alat untuk menerima stimulus adalah reseptor
Erita Y. Diahsari (2001: 32) menyatakan pengertian atau alat indera. Selain itu, terdapat syaraf
persepsi adalah suatu proses kognitif dasar dalam sensoris untuk meneruskan stimulus yang
kehidupan manusia. Menurut Rita L. Atkinson dkk diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu
(1993: 276), persepsi adalah penelitian bagaimana otak sebagai pusat kesadaran. Sedangkan alat
kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percept yang digunakan untuk mengadakan respon
objek, dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan tersebut diperlukan syaraf motoris.
percepts itu untuk mengenali dunia (percepts adalah 3) Perhatian
hasil dari proses perseptual). Bimo Walgito (2003: Perhatian merupakan langkah pertama dalam
53) menjelaskan persepsi merupakan suatu proses persiapan melakukan persepsi. Perhatian adalah
yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu individu yang ditujukan kepada suatu objek.
melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Selanjutnya disebutkan bahwa:
Partanto dan M. Dahlan Al Barry (1994: 1) Komponen Kognitif (komponen perseptual), yaitu
591) menyatakan persepsi berarti pengamatan; komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
penyusunan dorongan-dorongan dalam kesatuan- pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang
kesatuan; hal mengetahui, melalui indera; berhubungan dengan bagaimana seseorang
tanggapan (indera) daya memahami. Persepsi mempersepsi terhadap objek sikap.
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, 2) Komponen Afektif (komponen emosional),
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan yaitu komponen yang berhubungan dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan rasa senang atautidak senang terhadap objek
(Rakhmat, 2005: 51). sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,
Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi sedangkan rasa tidak senang merupakan hal
atau pandangan adalah suatu proses di dalam yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah
menginterpretasi atau menafsirkan suatu bentuk sikap yakni positif atau negatif.
stimulus yang diterima oleh alat indera, diteruskan 3) Komponen Konatif (komponen perilaku atau
ke otak sehingga terwujud dalam bentuk sikap atau action component), merupakan komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan seseorang ilmu pengetahuan dan norma yang berlaku. Bagi
untuk bertindak atau berperilaku terhadap objek guru pendidikan jasmani, di samping profil dan
sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, persyaratan utama, sebaiknya juga mempunyai
yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan kompetensi pendidikan jasmani agar mampu
bertindak atau berperilaku seseorang terhadap melaksanakan tugas dengan baik.
objek sikap. Menurut Sukintaka (2004: 72) persyaratan
tersebut adalah:
Rakhmat (2005: 55, 58, 59) menyatakan:Faktor a) Memahami pengetahuan pendidikan jasmani
fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman sebagai bidang studi.
masa lalu dan hal lain apa yang kita sebut sebagai b) Memahami karakteristik anak didiknya.
faktor-faktor personal yang menentukan persepsi c) Mampu membangkitkan dan memberi kesempatan
bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik anak didik untuk aktif dan kreatif dalam proses
orang yang memberikan respon pada stimuli itu. pembelajaran pendidikan jasmani dan mampu
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat menumbuhkembangkan potensi kemampuan
stimulasi fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya motorik dan keterampilan motorik.
pada sistem saraf individu.Kita mengorganisasikan d) M a m p u m e m b e r i k a n b i m b i n g a n d a n
stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun mengembangkan potensi anak didik dalam
stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan proses pembelajaran untuk pencapaian tujuan
mengisinya dengan interpretasi yang konsisten pendidikan jasmani.
dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi. e) M a m p u m e r e n c a n a k a n , m e l a k s a n a k a n ,
Berangkat dari penjelasan di atas maka dapat mengendalikan dan menilai, serta mengoreksi
disimpulkan yang dianggap mempengaruhi persepsi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
individu (guru) terhadap pendekatan tematik f) M e m i l i k i p e m a h a m a n d a n p e n g u a s a a n
integratif pada kurikulum 2013 meliputi pengalaman, kemampuan keterampilan motorik.
pengamatan, kebutuhan, wawasan berfikir dan g) Memiliki pemahaman tentang unsur-unsur kondisi
pengetahuan. fisik.
h) Memiliki kemampuan untuk menciptakan,
Proses persepsi
mengembangkan dan memanfaatkan lingkungan
Proses terjadinya persepsi adalah diawali dengan
yang sehat dalam upaya mencapai tujuan
adanya suatu bentuk objek yang memberikan
pendidikan jasmani.
stimulus atau rangsangan terhadap individu.
i) Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi
Selanjutnya diproses di dalam otak, sehingga
potensi anak didik dalam olahraga.
akhirnya akan direspon oleh individu tersebut berupa
j) Mempunyai kemampuan untuk menyalurkan
suatu tindakan-tindakan tertentu.
hobinya dalam berolahraga.
Guru Pendidikan Jasmani Agar mempunyai profil guru pendidikan jasmani
Menurut Dwi Siswoyo dkk (2008: 121-122), yang disebutkan di atas, menurut Sukintaka (2004:
di dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 73) guru pendidikan jasmani dapat memenuhi
yang mengatur tentang kompetensi-kompetensi persyaratan sebagai berikut:
Guru dan Dosen, pasal 10 menyebutkan bahwa a) Sehat jasmani maupun rohani, dan berprofil
kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, olahragawan.
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional b) Berpenampilan menarik.
dan kompetensi sosial. Profil guru pada umumnya c) Tidak gagap.
setidaknya memenuhi persyaratan berjiwa Pancasila d) Tidak buta warna.
dan Undang-Undang Dasar 1945 dan melaksanakan e) Pandai (cerdas).
10 kompetensi guru. Di samping itu ada persyaratan f) Energik dan berketerampilan motorik.
utama bagi guru, yakni mempunyai kelebihan dalam
5. Bersifat fleksibel. Pelaksanaan pembelajaran 5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan
tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata makna belajar karena materi disajikan dalam
pelajaran. konteks tema yang jelas.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai 6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat
dengan minat, dan kebutuhan siswa. berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk
mengembangkan suatu kemampuan/keterampilan
Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari
Integratif mata pelajaran lain.
Guru Penjasorkes, Guru Kelas dan Kepala Sekolah 7. Guru dapat menghemat waktu karena mata
perlu memahami rambu-rambu pembelajaran tematik pelajaran yang disajikan secara tematik integratif
integratif secara detail, yakni: dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan
1. Tidak semua mata pelajaran harus diintegrasikan/ dalam dua, tiga, atau empat pertemuan, waktu
dipadukan. selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi remedial, pemantapan atau pengayaan.
dasar (KD) lintas semester. 8. Budi pekerti atau moral anak dapat ditumbuhkan
3. KD yang tidak dapat diintegrasikan, jangan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti
dipaksakan untuk dipadukan. sesuai dengan situasi dan kondisi.
4. KD yang tidak diintegrasikan, dibelajarkan secara
tersendiri.
TUJUAN PENELITIAN
5. KD yang tidak tercakup pada tema tertentu, harus
Peneligtian ini bertujuan untuk mengetahui
tetap diajarkan baik melalui tema lain ataupun
Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar
disajikan secara tersendiri.
terhadap Pendekatan Tematik Integratif pada
6. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada
Kurikulum 2013.
kemampuan “CALISTUNG” (membaca,
menulis dan berhitung) dan kompetensi “FMS”
(fundamental motor or movement skills) serta METODE PENELITIAN
pemahaman nilai-nilai moral. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode
7. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan yang dipergunakan pada penelitian ini yaitu metode
karakteristik siswa, lingkungan, dan daerah survei. Populasi pada penelitian ini adalah para
setempat. guru pendidikan jasmani sekolah dasar di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel
Keuntungan Pembelajaran Tematik
menggunakan purposive sampling. Sampel yang
Integratif
digunakan dalam penelitian ini adalah 46 guru.
Keuntungan pembelajaran tematik integratif
Instrumen yang digunakan adalah angket. Data
diantaranya:
penelitian dianalisis menggunakan teknik deskriptif
1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu
persentase.
tema tertentu.
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuandan
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengembangkan berbagai kompetensi dasar
intra-/multi-/inter-/lintas-mata pelajaran dalam Deskripsi Data Penelitian Persepsi Guru
tema yang sama. Penjas SD terhadap Pendekatan Tematik
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih Integratif pada Kurikulum 2013
mendalam dan berkesan. Gambaran mengenai persepsi guru pendidikan
4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik jasmani sekolah dasar terhadap pendekatan tematik
dengan mengaitkan mata pelajaran lain sesuai integratif pada kurikulum 2013, secara umum
dengan pengalaman pribadi siswa. dilihat dari komponen, yaitu: (1) Komponen Kognitif
(komponen perseptual), (2) Komponen Afektif
(komponen emosional), dan (3) Komponen Konatif Berdasarkan tabel di atas, diketahui 2 guru (4.4%)
(komponen perilaku atau action component) masing- memiliki persepsi sangat baik, 11 guru (23.9%)
masing disajikan pada tabel 1. Sementara untuk memiliki persepsi baik, 15 guru (32.5%) memiliki
skor capaian dan kategori tingkat persepsi dari Guru persepsi cukup, 9 guru (19.6%) memiliki persepsi
(responden) pada masing-masing komponen secara kurang baik, dan 9 guru (19.6%) memiliki persepsi
sistematis disajikan pada tabel 2 sampai tabel 5. tidak baik. Berikut ini disajikan data persepsi secara
Tabel 1. Deskripsi Capaian Skor Persepsi Guru keseluruhan dalam bentuk histogram.
Penjas SD terhadap Pendekatan Tematik Integratif
pada Kurikulum 2013
Pendekatan Tematik Integratif pada Kurikulum 2013 Kemendikbud. (2013). Kompetensi Dasar Sekolah
secara detail adalah sebagai berikut: 2 guru (4.4%) Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta:
memiliki persepsi sangat baik, 11 guru (23.9%) memi- Badan Penelitian dan Pengembangan Depdikbud.
liki persepsi baik, 15 guru (32.5%) memiliki persepsi NAEYC. (2009). Developmentally Apropriate
cukup, 9 guru (19.6%) memiliki persepsi kurang baik, Practice in Early Childhood Programs Serving
Children from Birth through Age 8. Joint Position
dan 9 guru (19.6%) memiliki persepsi tidak baik.
Statement. Online:www.naeyc.org./dap.
Partanto, P. A., & Al Barry, M. D. (1994). Kamus Ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
Populer. Surabaya: Penerbit Arkola.
Atkinson, Rita L. (1993). Pengantar Psikologi. Batam:
Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung:
Interaksara.
PT. Remaja Rosdakarya.
Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial Suatu Pengantar.
Sukintaka. (2004). Filosofi Pembelajaran, dan Masa
Yogyakarta: Andi Offset.
Depan Teori Pendidikan Jasmani. Bandung:
Siswoyo, D., dkk. (2008). Ilmu Pendidikan. Nuansa.
Yogyakarta: UNY Press.
Diahsari, E. Y. (2001). Pengantar Psikologi
Lingkungan. Yogyakarta: Lembaga Penerbitan
Universitas Ahmad Dahlan.