Anda di halaman 1dari 9

Pengembangan Buku Saku Pengenalan Pertolongan Dan Perawatan Cedera Olahraga

Diterbitkan Oleh:
Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama Jurusan Pendidikan Olahraga
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Fakultas Ilmu Keolahragaan
Volume 11, Nomor 1, April 2015 Universitas Negeri Yogyakarta

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR


TERHADAP PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF PADA
KURIKULUM 2013

Subagyo, Amat Komari dan Aris Fajar Pambudi


Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Kolombo No. 1, Karangmalang Yogyakarta 55281
email: bagyofik@gmail.com

Abstract
This research was motivated by the understanding that has not been the same for thematic integrative approach
to the curriculum 2013. This research aimed to determine how the perception of physical education teachers for
elementary school of thematic integrative approach to curriculum 2013. This research design was a descriptive study.
The method used in this study was by survey method. The population in this researchwas all physical educations
teacher for elementary school in Yogyakarta Special Region. The samples in this study were 46 teachers. The sampling
technique used was purposive sampling. The data collection technique was with questionnaire. The data analysis
technique was with descriptive percentage. The result results showed that the perception of physical education
teachers for elementary school of thematic integrative approach to curriculum 2013 in sequence as follows: very
good perception was at 4.4%, good perception was 23.9%, medium perception was at 32.5%, the less perception
was 19.6%, and not good perception was 19.6%.
Keywords: Perception, Physical Education Teachers for Elementary School, Integrative Thematic Approach

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemahaman yang belum sama terhadap pendekatan tematik integratif pada
kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah
Dasar terhadap Pendekatan Tematik Integratif pada Kurikulum 2013. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Metode yang digunakan adalah metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh Guru Pendidikan Jasmani Sekolah
Dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Besar sampel yang digunakan adalah 46 guru. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan angket. Teknik analisis data dengan statistik
deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar
terhadap Pendekatan Tematik Integratif pada Kurikulum 2013 secara berurutan sebagai berikut: persepsi sangat
baik sebesar 4.4%, persepsi baik sebesar 23.9%, persepsi cukup sebesar 32.5%, persepsi kurang baik sebesar
19.6%, dan persepsi tidak baik sebesar 19.6%.
Kata kunci: Persepsi, Guru Penjas Sekolah Dasar, Pendekatan Tematik Integratif

PENDAHULUAN mata pelajaran yang lebih menekankan aspek afektif


Hingga kini manajemen kegiatan pembelajaran dan psikomotor (Kemendikbud, 2013: 2).
di SD/MI untuk kelas I hingga VI di setiap mata Pembelajaran mata pelajaran di SD/MI pada
pelajaran belum semuanya dilakukan secara tematik kelas-kelas tertentu, yang disajikan secara terpisah
integratif/terpadu, utamanya pada mata pelajaran dan tidak dipadukan sebenarnya menyalahi kaidah
yang tergolong dalam Struktur Kurikulum Kelompok DAP (NAEYC, 2009: 1-31). Pembelajaran mata
A dan B. Kelompok A adalah mata pelajaran yang pelajaran yang terpisah dan tidak diintegrasikan/
memberikan orientasi kompetensi kepada aspek dipadukan akan menyebabkan pola pikir holistis anak
kognitif dan afektif, sedangkan kelompok B adalah kurang berkembang dan ini menyulitkan bagi anak,

JPJI, Volume 11, Nomor 1, April 2015 23


Subagyo, Amat Komari & Aris Fajar Pambudi

karena tidak searah dengan tahapan perkembangan tindakan. Terkait dengan persepsi guru pendidikan
anak. jasmani sekolah dasar terhadap pendekatan tematik
Penerapan pendekatan berbasis Tematik integratif pada kurikulum 2013 berarti hal tersebut
Integratif pada Kurikulum 2013 saat ini belum bermakna pandangan seorang guru pendidikan
dilaksanakan secara merata di seluruh daerah jasmani sekolah dasar di dalam menterjemahkan
di Indonesia. Khususnya di Daerah Istimewa atau memahami pendekatan tematik integratif pada
Yogyakarta, penerapan Kurikulum 2013 baru kurikulum 2013 dan implikasinya terhadap proses
dilaksanakan pada sekolah-sekolah percobaan pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan.
dan terbatas di kelas I dan IV untuk Sekolah Dasar.
Faktor yang Berpengaruh terhadap
Dalam mempersepsi kurikulum baru tersebut telah
melahirkan dikotomi antara pro dan kontra, terlepas Persepsi
kurikulum itu merupakan kebijakan pemerintah Menurut Bimo Walgito (2003: 89) faktor-faktor
yang telah ditetapkan. Atas dasar hal tersebut yang mempengaruhi persepsi diantaranya:
perlu diketahui: Persepsi Guru Pendidikan Jasmani 1) Objek yang dipersepsi
Sekolah Dasar terhadap Pendekatan Tematik Objek menimbulkan stimulus yang mengenai
Integratif pada Kurikulum 2013 . alat indera berupa reseptor. Stimulus dapat dari
luar individu ataupun dari dalam individu yang
bersangkutan.
TINJAUAN PUSTAKA
2) Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
Pengertian Persepsi Alat untuk menerima stimulus adalah reseptor
Erita Y. Diahsari (2001: 32) menyatakan pengertian atau alat indera. Selain itu, terdapat syaraf
persepsi adalah suatu proses kognitif dasar dalam sensoris untuk meneruskan stimulus yang
kehidupan manusia. Menurut Rita L. Atkinson dkk diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu
(1993: 276), persepsi adalah penelitian bagaimana otak sebagai pusat kesadaran. Sedangkan alat
kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percept yang digunakan untuk mengadakan respon
objek, dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan tersebut diperlukan syaraf motoris.
percepts itu untuk mengenali dunia (percepts adalah 3) Perhatian
hasil dari proses perseptual). Bimo Walgito (2003: Perhatian merupakan langkah pertama dalam
53) menjelaskan persepsi merupakan suatu proses persiapan melakukan persepsi. Perhatian adalah
yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu individu yang ditujukan kepada suatu objek.
melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Selanjutnya disebutkan bahwa:
Partanto dan M. Dahlan Al Barry (1994: 1) Komponen Kognitif (komponen perseptual), yaitu
591) menyatakan persepsi berarti pengamatan; komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
penyusunan dorongan-dorongan dalam kesatuan- pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang
kesatuan; hal mengetahui, melalui indera; berhubungan dengan bagaimana seseorang
tanggapan (indera) daya memahami. Persepsi mempersepsi terhadap objek sikap.
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, 2) Komponen Afektif (komponen emosional),
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan yaitu komponen yang berhubungan dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan rasa senang atautidak senang terhadap objek
(Rakhmat, 2005: 51). sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,
Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi sedangkan rasa tidak senang merupakan hal
atau pandangan adalah suatu proses di dalam yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah
menginterpretasi atau menafsirkan suatu bentuk sikap yakni positif atau negatif.
stimulus yang diterima oleh alat indera, diteruskan 3) Komponen Konatif (komponen perilaku atau
ke otak sehingga terwujud dalam bentuk sikap atau action component), merupakan komponen yang

24 JPJI, Volume 11, Nomor 1, April 2015


Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar
Terhadap Pendekatan Tematik Integratif Pada Kurikulum 2013

berhubungan dengan kecenderungan seseorang ilmu pengetahuan dan norma yang berlaku. Bagi
untuk bertindak atau berperilaku terhadap objek guru pendidikan jasmani, di samping profil dan
sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, persyaratan utama, sebaiknya juga mempunyai
yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan kompetensi pendidikan jasmani agar mampu
bertindak atau berperilaku seseorang terhadap melaksanakan tugas dengan baik.
objek sikap. Menurut Sukintaka (2004: 72) persyaratan
tersebut adalah:
Rakhmat (2005: 55, 58, 59) menyatakan:Faktor a) Memahami pengetahuan pendidikan jasmani
fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman sebagai bidang studi.
masa lalu dan hal lain apa yang kita sebut sebagai b) Memahami karakteristik anak didiknya.
faktor-faktor personal yang menentukan persepsi c) Mampu membangkitkan dan memberi kesempatan
bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik anak didik untuk aktif dan kreatif dalam proses
orang yang memberikan respon pada stimuli itu. pembelajaran pendidikan jasmani dan mampu
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat menumbuhkembangkan potensi kemampuan
stimulasi fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya motorik dan keterampilan motorik.
pada sistem saraf individu.Kita mengorganisasikan d) M a m p u m e m b e r i k a n b i m b i n g a n d a n
stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun mengembangkan potensi anak didik dalam
stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan proses pembelajaran untuk pencapaian tujuan
mengisinya dengan interpretasi yang konsisten pendidikan jasmani.
dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi. e) M a m p u m e r e n c a n a k a n , m e l a k s a n a k a n ,
Berangkat dari penjelasan di atas maka dapat mengendalikan dan menilai, serta mengoreksi
disimpulkan yang dianggap mempengaruhi persepsi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
individu (guru) terhadap pendekatan tematik f) M e m i l i k i p e m a h a m a n d a n p e n g u a s a a n
integratif pada kurikulum 2013 meliputi pengalaman, kemampuan keterampilan motorik.
pengamatan, kebutuhan, wawasan berfikir dan g) Memiliki pemahaman tentang unsur-unsur kondisi
pengetahuan. fisik.
h) Memiliki kemampuan untuk menciptakan,
Proses persepsi
mengembangkan dan memanfaatkan lingkungan
Proses terjadinya persepsi adalah diawali dengan
yang sehat dalam upaya mencapai tujuan
adanya suatu bentuk objek yang memberikan
pendidikan jasmani.
stimulus atau rangsangan terhadap individu.
i) Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi
Selanjutnya diproses di dalam otak, sehingga
potensi anak didik dalam olahraga.
akhirnya akan direspon oleh individu tersebut berupa
j) Mempunyai kemampuan untuk menyalurkan
suatu tindakan-tindakan tertentu.
hobinya dalam berolahraga.
Guru Pendidikan Jasmani Agar mempunyai profil guru pendidikan jasmani
Menurut Dwi Siswoyo dkk (2008: 121-122), yang disebutkan di atas, menurut Sukintaka (2004:
di dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 73) guru pendidikan jasmani dapat memenuhi
yang mengatur tentang kompetensi-kompetensi persyaratan sebagai berikut:
Guru dan Dosen, pasal 10 menyebutkan bahwa a) Sehat jasmani maupun rohani, dan berprofil
kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, olahragawan.
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional b) Berpenampilan menarik.
dan kompetensi sosial. Profil guru pada umumnya c) Tidak gagap.
setidaknya memenuhi persyaratan berjiwa Pancasila d) Tidak buta warna.
dan Undang-Undang Dasar 1945 dan melaksanakan e) Pandai (cerdas).
10 kompetensi guru. Di samping itu ada persyaratan f) Energik dan berketerampilan motorik.
utama bagi guru, yakni mempunyai kelebihan dalam

JPJI, Volume 11, Nomor 1, April 2015 25


Subagyo, Amat Komari & Aris Fajar Pambudi

Pendekatan Tematik Integratif/Terpadu Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran Tematik


Intergratif
Pengertian
Dalam menerapkan dan melaksanakan
Pendekatan tematik integratif merupakan
pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
yang perlu diperhatikan, yaitu:
berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran
1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan
ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut
lingkungan.Pembelajaran yang dilakukan
dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,
perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan,
keterampilan dan pengetahuan dalam proses
maksudnya topik yang dibahas dikaitkan dengan
pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar
kondisi nyata yang dihadapi siswa dalam
yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai
kehidupan sehari-hari.
konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar
2. Bentuk belajar harus dirancang agar siswa
konsep dasar secara parsial.
bekerja secara sungguh-sungguh untuk
Pembelajaran terpadu merupakan suatu model
menemukan tema pembelajaran yang riil
pembelajaran yang membawa pada kondisi
sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan
pembelajaran yang relevan dan bermakna untuk
pembelajaran tematik siswa didorong untuk
anak. Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan
mampu menemukan tema-tema yang benar-
kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya
benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan
yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam
dialami siswa.
proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya.
3. Efisiensi. Pembelajaran tematik memiliki nilai
Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif
efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
materi, metode, penggunaan sumber belajar yang
prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik
otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan
sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar
kompetensi secara tepat.
untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di
dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-Ciri Pembelajaran Tematik Integratif
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pada Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau
hakikatnya pembelajaran terpadu adalah upaya karakteristik sebagai berikut:
memadukan berbagai materi belajar yang berkaitan, 1. Berpusat pada siswa. Proses pembelajaran yang
baik dalam satu disiplin ilmu maupun antar disiplin ilmu dilakukan harus menempatkan siswa sebagai
dengan kehidupan dan kebutuhan nyata para siswa, pusat aktivitas dan harus mampu memperkaya
sehingga proses belajar anak menjadi sesuatu yang pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut
bermakna dan menyenangkan anak. Pembelajaran dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali
terpadu mengacu kepada dua hal pokok, yaitu: 1) dan mengembangkan fenomena alam di sekitar
keterkaitan materi belajar antar disiplin ilmu relevan siswa.
dengan diikat/disatukan melalui tema pokok, dan 2. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
2) keterhubungan tema pokok tersebut dengan Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa
kebutuhan dan kehidupan aktual para siswa. Dengan perlu belajar secara langsung dan mengalami
demikian tingkat keterpaduannya tergantung kepada sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan
strategi dalam mengaitkan dan menghubungkan kondisi yang kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya
materi belajar dengan pengalaman para siswa. pengalaman yang bermakna.
Dalam pendekatan tematik, informasi faktual, 3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
keterampilan dan pengetahuan terkait mata Mengingat tema dikaji dari berbagai mata
pelajaran disajikan dan terintegrasi dalam tema yang pelajaran dan saling keterkaitan maka batas mata
menyatukan (a unifying theme). Sehingga peserta pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
didik memiliki pengalaman belajar yang terikat 4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
konteks (contextualized learning experiences). dalam suatu proses pembelajaran.

26 JPJI, Volume 11, Nomor 1, April 2015


Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar
Terhadap Pendekatan Tematik Integratif Pada Kurikulum 2013

5. Bersifat fleksibel. Pelaksanaan pembelajaran 5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan
tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata makna belajar karena materi disajikan dalam
pelajaran. konteks tema yang jelas.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai 6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat
dengan minat, dan kebutuhan siswa. berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk
mengembangkan suatu kemampuan/keterampilan
Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari
Integratif mata pelajaran lain.
Guru Penjasorkes, Guru Kelas dan Kepala Sekolah 7. Guru dapat menghemat waktu karena mata
perlu memahami rambu-rambu pembelajaran tematik pelajaran yang disajikan secara tematik integratif
integratif secara detail, yakni: dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan
1. Tidak semua mata pelajaran harus diintegrasikan/ dalam dua, tiga, atau empat pertemuan, waktu
dipadukan. selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi remedial, pemantapan atau pengayaan.
dasar (KD) lintas semester. 8. Budi pekerti atau moral anak dapat ditumbuhkan
3. KD yang tidak dapat diintegrasikan, jangan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti
dipaksakan untuk dipadukan. sesuai dengan situasi dan kondisi.
4. KD yang tidak diintegrasikan, dibelajarkan secara
tersendiri.
TUJUAN PENELITIAN
5. KD yang tidak tercakup pada tema tertentu, harus
Peneligtian ini bertujuan untuk mengetahui
tetap diajarkan baik melalui tema lain ataupun
Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar
disajikan secara tersendiri.
terhadap Pendekatan Tematik Integratif pada
6. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada
Kurikulum 2013.
kemampuan “CALISTUNG” (membaca,
menulis dan berhitung) dan kompetensi “FMS”
(fundamental motor or movement skills) serta METODE PENELITIAN
pemahaman nilai-nilai moral. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode
7. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan yang dipergunakan pada penelitian ini yaitu metode
karakteristik siswa, lingkungan, dan daerah survei. Populasi pada penelitian ini adalah para
setempat. guru pendidikan jasmani sekolah dasar di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel
Keuntungan Pembelajaran Tematik
menggunakan purposive sampling. Sampel yang
Integratif
digunakan dalam penelitian ini adalah 46 guru.
Keuntungan pembelajaran tematik integratif
Instrumen yang digunakan adalah angket. Data
diantaranya:
penelitian dianalisis menggunakan teknik deskriptif
1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu
persentase.
tema tertentu.
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuandan
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengembangkan berbagai kompetensi dasar
intra-/multi-/inter-/lintas-mata pelajaran dalam Deskripsi Data Penelitian Persepsi Guru
tema yang sama. Penjas SD terhadap Pendekatan Tematik
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih Integratif pada Kurikulum 2013
mendalam dan berkesan. Gambaran mengenai persepsi guru pendidikan
4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik jasmani sekolah dasar terhadap pendekatan tematik
dengan mengaitkan mata pelajaran lain sesuai integratif pada kurikulum 2013, secara umum
dengan pengalaman pribadi siswa. dilihat dari komponen, yaitu: (1) Komponen Kognitif
(komponen perseptual), (2) Komponen Afektif

JPJI, Volume 11, Nomor 1, April 2015 27


Subagyo, Amat Komari & Aris Fajar Pambudi

(komponen emosional), dan (3) Komponen Konatif Berdasarkan tabel di atas, diketahui 2 guru (4.4%)
(komponen perilaku atau action component) masing- memiliki persepsi sangat baik, 11 guru (23.9%)
masing disajikan pada tabel 1. Sementara untuk memiliki persepsi baik, 15 guru (32.5%) memiliki
skor capaian dan kategori tingkat persepsi dari Guru persepsi cukup, 9 guru (19.6%) memiliki persepsi
(responden) pada masing-masing komponen secara kurang baik, dan 9 guru (19.6%) memiliki persepsi
sistematis disajikan pada tabel 2 sampai tabel 5. tidak baik. Berikut ini disajikan data persepsi secara
Tabel 1. Deskripsi Capaian Skor Persepsi Guru keseluruhan dalam bentuk histogram.
Penjas SD terhadap Pendekatan Tematik Integratif
pada Kurikulum 2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat diuraikan: (1)


Persepsi guru pendidikan jasmani secarakeseluruhan,
nilai tertinggi 74, nilai terendah 41, rata-rata 56.59,
dan standar deviasi 6.127, (2) Persepsi guru
Gambar 1. Histogram Frekuensi Persepsi Guru
pendidikan jasmani pada komponen kognitif, nilai
Penjas SD terhadap Pendekatan Tematik Integratif
tertinggi 33, nilai terendah 14, rata-rata 23.87, dan pada Kurikulum 2013 Keseluruhan
standar deviasi 3.377, (3) Persepsi guru pendidikan
jasmani pada komponen afektif, nilai tertinggi 28, nilai
Analisis Persepsi Guru Penjas SD
terendah 16, rata-rata 20.67, dan standar deviasi
Terhadap Pendekatan Tematik Integratif
2.432,(4) Persepsi guru pendidikan jasmani pada pada Kurikulum 2013 Komponen Kognitif
komponen konatif, nilai tertinggi 18, nilai terendah Pada komponen kognitif, nilai tertinggi 33, nilai
12, rata-rata 15.41, dan standar deviasi 1.392. terendah 14, rata-rata 23.87, dan standar deviasi
Analisis Persepsi Guru Penjas SD terhadap 3.377, distribusi frekuensi disajikan pada tabel
Pendekatan Tematik Integratif pada berikut ini.
Kurikulum 2013 secara Keseluruhan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Penjas
Secara keseluruhan, nilai tertinggi 74, nilai SD terhadap Pendekatan Tematik Integratif pada
terendah 41, rata-rata 56.59, dan standar deviasi Kurikulum 2013 Komponen Kognitif
6.127, distribusi frekuensi disajikan pada table
berikut ini.
Tabel 2. DistribusiFrekuensi Persepsi Guru Penjas
SD terhadap Pendekatan Tematik Integratif pada
Kurikulum 2013 secara Keseluruhan

Berdasarkan tabel di atas, diketahui 2 guru


(4.4%) memiliki persepsi sangat baik, 13 guru
(28.3%) memiliki persepsi baik, 16 guru (34.7%)
memiliki persepsi cukup, 13 guru (28.3%) memiliki

28 JPJI, Volume 11, Nomor 1, April 2015


Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar
Terhadap Pendekatan Tematik Integratif Pada Kurikulum 2013

persepsi kurang baik, dan 2 guru (4.4%) memiliki


persepsi tidak baik. Berikut ini disajikan data persepsi
komponen kognitif dalam bentuk histogram.

Gambar 3. Histogram Frekuensi Persepsi Guru


Penjas SD terhadap Pendekatan Tematik Integratif
pada Kurikulum 2013 Komponen Afektif
Gambar 2. Histogram Frekuensi Persepsi Guru
Penjas SD terhadap Pendekatan Tematik Integratif
pada Kurikulum 2013 Komponen Kognitif Analisis Persepsi Guru Penjas SD
Terhadap Pendekatan Tematik Integratif
pada Kurikulum 2013 Komponen Konatif
Analisis Persepsi Guru Penjas SD
Pada komponen konatif, nilai tertinggi 18, nilai
Terhadap Pendekatan Tematik Integratif
pada Kurikulum 2013 Komponen Afektif terendah 12, rata-rata 15.41, dan standar deviasi
Pada komponen afektif, nilai tertinggi 28, nilai 1.392, distribusi frekuensi disajikan pada tabel
terendah 16, rata-rata 20.67, dan standar deviasi berikut ini.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Penjas
2.432, distribusi frekuensi disajikan pada tabel
SD terhadap Pendekatan Tematik Integratif pada
berikut ini. Kurikulum 2013 Komponen Konatif
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Penjas
SD terhadap Pendekatan Tematik Integratif pada
Kurikulum 2013 Komponen Afektif

Berdasarkan tabel di atas, diketahui 10 guru


(21.7%) memiliki persepsi sangat baik, 9 guru
Berdasarkan tabel di atas, diketahui 1 guru (19.6%) memiliki persepsi baik, 18 guru (39.1%)
(2.2%) memiliki persepsi sangat baik, 5 guru (10.8%) memiliki persepsi cukup, 5 guru (10.9%) memiliki
memiliki persepsi baik, 8 guru (17.3%) memiliki persepsi kurang baik, dan 4 guru (8.7%) memiliki
persepsi cukup, 20 guru (43.3%) memiliki persepsi persepsi tidak baik. Berikut ini disajikan data persepsi
kurang baik, dan 12 guru (26%) memiliki persepsi komponen konatif dalam bentuk histogram.
tidak baik. Berikut ini disajikan data persepsi
komponen afektif dalam bentuk histogram.

JPJI, Volume 11, Nomor 1, April 2015 29


Subagyo, Amat Komari & Aris Fajar Pambudi

keyakinan yang jelas terhadap pendekatan tematik


integratif pada kurikulum 2013. Relevan dengan
hal tersebut, Bimo Walgito (2003: 89) menyatakan
bahwa komponen kognitif (komponen perseptual)
merupakan komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-
hal yang berkaitan dengan bagaimana seseorang
mempersepsi suatu obyek sikap.
Pada komponen afektif (komponen emosional),
persepsi guru pendidikan jasmani adalah kurang
baik. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang
menunjukkan 43.3% kecenderungan persepsi guru
pada kategori kurang baik. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar guru pendidikan jasmani
sekolah dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta
Gambar 4. Histogram Frekuensi Persepsi Guru
memiliki perasaan tidak senang atau kecenderungan
Penjas SD terhadap Pendekatan Tematik Integratif
pada Kurikulum 2013 Komponen Konatif arah sikap yang negatif terhadap pendekatan
tematik integratif pada kurikulum 2013. Bimo Walgito
(2003: 89) menyatakan bahwa komponen afektif
Pembahasan (komponen emosional) merupakan komponen yang
Berdasarkan hasil analisis data, terungkap berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
bahwa secara umum atau keseluruhan sebagian terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan
besar guru pendidikan jasmani sekolah dasar di hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki persepsi yang merupakan hal yang negatif.
cukup baik terhadap pendekatan tematik integratif Pada komponen konatif (komponen perilaku atau
pada kurikulum 2013. Hal ini didasarkan pada hasil action component), persepsi guru pendidika jasmani
penelitian yang menunjukkan 32.5% kecenderungan adalah cukup baik. Hal ini didasarkan pada hasil
persepsi guru pada kategori cukup baik. penelitian yang menunjukkan 39.1% kecenderungan
Dari ketiga komponen persepsi, yaitu komponen persepsi guru pada kategori cukup baik. Hal ini
kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif, menunjukkan bahwa sebagian besar guru pendidikan
nilai rata-rata tertinggi sebesar 23.87 ada pada jasmani sekolah dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta
komponen kognitif (komponen perseptual). Hal bertindak atau berperilaku kurang tertarik atau
ini sesuai dengan pendapat Bimo Walgito (2003: antusias terhadap pendekatan tematik integratif pada
89), faktor yang pertamakali yang mempengaruhi kurikulum 2013. Relevan dengan hal tersebut, Bimo
persepsi adalah perhatian. Perhatian merupakan Walgito (2003: 89) menyatakan bahwa komponen
langkah pertama dalam persiapan melakukan konatif (komponen perilaku atau action component)
persepsi. Perhatian adalah pemusatan atau merupakan komponen yang berhubungan dengan
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang kecenderungan seseorang untuk bertindak atau
ditujukan kepada obyek. berperilaku terhadap obyek sikap. Komponen konatif
Pada komponen kognitif (komponen perseptual), menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan
persepsi guru pendidika jasmani adalah cukup besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
baik. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang berperilaku seseorang terhadap obyek sikap.
menunjukkan 34.7% kecenderungan persepsi guru
pada kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan
KESIMPULAN
bahwa sebagian besar guru pendidikan jasmani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persepsi
sekolah dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta belum
Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar terhadap
begitu memiliki pengetahuan, pandangan, dan

30 JPJI, Volume 11, Nomor 1, April 2015


Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar
Terhadap Pendekatan Tematik Integratif Pada Kurikulum 2013

Pendekatan Tematik Integratif pada Kurikulum 2013 Kemendikbud. (2013). Kompetensi Dasar Sekolah
secara detail adalah sebagai berikut: 2 guru (4.4%) Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta:
memiliki persepsi sangat baik, 11 guru (23.9%) memi- Badan Penelitian dan Pengembangan Depdikbud.
liki persepsi baik, 15 guru (32.5%) memiliki persepsi NAEYC. (2009). Developmentally Apropriate
cukup, 9 guru (19.6%) memiliki persepsi kurang baik, Practice in Early Childhood Programs Serving
Children from Birth through Age 8. Joint Position
dan 9 guru (19.6%) memiliki persepsi tidak baik.
Statement. Online:www.naeyc.org./dap.
Partanto, P. A., & Al Barry, M. D. (1994). Kamus Ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
Populer. Surabaya: Penerbit Arkola.
Atkinson, Rita L. (1993). Pengantar Psikologi. Batam:
Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung:
Interaksara.
PT. Remaja Rosdakarya.
Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial Suatu Pengantar.
Sukintaka. (2004). Filosofi Pembelajaran, dan Masa
Yogyakarta: Andi Offset.
Depan Teori Pendidikan Jasmani. Bandung:
Siswoyo, D., dkk. (2008). Ilmu Pendidikan. Nuansa.
Yogyakarta: UNY Press.
Diahsari, E. Y. (2001). Pengantar Psikologi
Lingkungan. Yogyakarta: Lembaga Penerbitan
Universitas Ahmad Dahlan.

JPJI, Volume 11, Nomor 1, April 2015 31

Anda mungkin juga menyukai