Anda di halaman 1dari 19

Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (2), 2020

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN SIKAP TANGGUNG
JAWAB SISWA SEKOLAH DASAR GUGUS 1 DI KECAMATAN
CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA
1
Etik Ratnawati, 2Samsi Haryanto
1
SDN Cangkringan 1,Cangkringan, Sleman, DIY
2,3
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Corresponding Author. Email: etikratnawati73@gmail.com.
Sejarah Artikel Abstrak
Dikirim: Tujuan penelitian mengetahui cara pengukuran guru mengukur
Direvisi: sikap tanggung jawab, mengembangkan instrumen baku/layak
Diterima: mengukur sikap tanggung jawab, mengetahui indikator layak
mengukur sikap tanggung jawab, mengetahui cara menyusun butir–
butir instrument, mengetahui kebakuan instrumen, memenuhi syarat
validitas butir, reabilitas butir, validitas konkuren, dan validitas
konstrak pada pengukuran sikap tanggung jawab, megetahui sikap
tanggung jawab siswa Sekolah Dasar.
Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan dengan sampel
penelitian siswa kelas IV SDN di Gugus 1 Kecamatan Cangkringan
Tahun Pelajaran 2019/2020. Teknik wawancara dan observasi
digunakan untuk mengetahui bagaimana guru dalam mengukur sikap
Tanggung Jawab. Prosedur pengembangan instrumen yakni dengan:
(1) model hipotesis, (2) validasi ahli, (3) revisi I, (4) uji keterbacaan,
(5) revisi II, (6) uji agak luas, (7) revisi III, (8) uji coba luas, (9)
instrumen final, (10) implementasi instrumen final sikap Tanggung
Jawb. Analisis yang dilakukan antara lain dengan: (1) validitas butir
menggunakan analisis korelasi product moment, (2) uji reliabilitas
menggunakan Alpha Cronbach, (3) validitas isi, (4) validitas
konkuren, dan (5) validitas konstruk menggunakan analisis faktor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, guru belum menggunakan
lembar pengukuran hanya menggunakan lembar pengamatan / jurnal
untuk mengukur nilai sikap Tanggung jawab, instrumen final sikap
tanggung jawab valid dan reliabel dengan 8 indikator memuat 68 butir
pernyataan terdiri 34 butir valensi dan 34 butir faktual, nilai reabilitas
sebesar 0,971 dan validitas konkuren sebesar 0,379 dan uji analisis
factor/validitas konstruk dengan nilai KMO – MSA sebesar 0,684
dan dihasilkan sikap Tanggung Jawab siswa kelas IV SD di Gugus 1
Kecamatan Cangkringan sebanyak 140 siswa dengan nilai mean
sebesar 221,96 sehingga termasuk dalam kategori sangat tinggi.
Kata kunci: Pengembangan Instrumen Pengukuran, sikap
Tanggung Jawab, prosedur pengembangan
This study aims to determine how teachers measure
responsibility attitudes, develop standard /feasible instruments that
measure responsibility attitudes, know appropriate indicators to
measure responsibility attitudes, know how to arrange instrument
items, know the instrument standard, meet the validity requirements of
the items, item reliability, concurrent validity, and construct validity in
measuring responsibility attitudes, knowing the responsibility attitude
of elementary school students.
 
Journal of Educational Evaluation Studies 120 
ISSN 0000-0000 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
This type of research is research and development with a
research sample of fourth grade elementary school students in Cluster
1, Cangkringan District, Academic Year 2019/2020. Interview and
observation techniques are used to find out how teachers measure
responsibility attitudes. The instrument development procedure is by:
(1) hypothesis model, (2) expert validation, (3) revision I, (4) legibility
test, (5) revision II, (6) rather broad trial, (7) revision III, (8) extensive
testing, (9) final instruments, (10) implementation of the final
instrument of responsibility. The analyzes included: (1) item validity
using product moment correlation analysis, (2) reliability testing using
Cronbach's Alpha, (3) content validity, (4) concurrent validity, and (5)
construct validity using factor analysis.
The results showed that the teacher had not used the
measurement sheet but only used the observation sheet / journal to
measure the value of responsibility attitudes. The final instrument of
responsibility attitude is valid and reliable with 8 indicators
containing 68 statement items consisting of 34 valence items and 34
factual items, a reliability value of 0.971 and a concurrent validity of
0.379 and a factor analysis test / construct validity with a KMO-MSA
value of 0.684 and the resulting attitude The responsibility of the
fourth grade elementary school students in Cluster 1, Cangkringan
District is as many as 140 students with a mean value of 221.96 so it is
in the very high category.
Keywords: Measurement Instrument Development,
responsibility attitude, development procedure

Pendahuluan

Di dalam Undang – undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan dibentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan sektor yang
sangat penting untuk diperhatikan dalam menunjang tercapainya tujuan tersebut. Dalam Undang-
Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan diri dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demikratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan tersebut mencakup tiga ranah
berpikir yaitu ranah kognitif , spisikomotorik dan afektif. Selanjutnya , ketiga ranah tersebut menjadi
landasan dalam proses pembelajaran peserta didik serta sistem penilaiannya (Kemendikbud,
2013).Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Terkait dengan sumber daya manusia dalam peningkatan mutu tidak bisa lepas dari
pendidikan. Pendidikan yang bermutu menjadi tuntutan yang harus dipenuhi melalui satuan
pendidikan yang ikut berperan serta dalam mencerdasakan kehidupan bangsa. Sekolah menjadi ujung
tombak mewujudkan cita – cita bangsa yang salah satunya tertuang dalam pembukaan Undang –
Undang Dasar 1945. Melalui penyelenggaraan proses pendidikan , sekolah diharapkan dapat
mengantarkan peserta didiknya menjadi manusia –manusia yang memiliki kecerdasan berbagai aspek
baik spiritual, intelektual, emosional, sosial dan memiliki karakter serta kepribadian yang mulia.
Inilah peran utama yang harus dijalankan oleh setiap satuan pendidikkan atau lembaga pendidikan.
yang didalamnya berperan membentuk karakter dengan kepribadian yang mulia.
 
Journal of Educational Evaluation Studies 121 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
Dalam Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang
berkaitan dengan pemebentukan kepribadian peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, dan sikap sosial yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian peserta didik yang
berakhlak mulia, mandiri, demokrstis dan bertanggung jawab. Pada jenjang SD/MI kompetensi sikap
spiritual mengacu pada kompetensi Inti (KI )1 : Menerima menjalankan dan menghargai ajaran agama
yang dianutnya. Sedangkan (KI)2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya serta cinta
tanah air.
Anak merupakan aset terbesar orang tua untuk masa depan. Banyak harapan besar yang di
tumpukan orang tua kepada anaknya. Demi pendidikan dan keberhasilan anak , orang tua
mengorbankan apa saja. Setiap orang tua menginkan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Salah
satunya dengan mendidik anak secara tepat untuk membentuk karakter yang baik , sehingga anak nisa
meraih keberhasilan dan kesusksesan dalam kehidupannya di masa mendatang.
Karakter yang berkualitas perlu di bentuk dan dibina sejak usia dini kanak-kanak atau yang
biasadisebut usia emas ( golden age) karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak
dalam mengembangkan potensinya. Sealin itu, penerapan pendidikan karakter yang terintegritas dalam
setiap kegiatan sekolah diharapkan mempu membentuk karakter anak dan secara luas dapat
membentuk karakter bangsa.
Masa usia Sekolah Dasar terkadang dikatakan sebagai masa kanak-kanak akhir yang
berlangsung dari usia 6 tahun – 12 tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar
dan dimulainya pengalaman baru dalam kehidupannya yang kelak akan merubah perilakunya. Anak
dengan usia sekolah dasar masih dlam tahap perkembangan operasional konkrit. Tahap di mana
berkembangnya kecerdasan mereka untuk berpikir logis dan sisematis. Sehingga pendidika karakter
pada anak usia sekolah dasa menjadi kuci dlam perubahan generasi muda yang lebih baik . nilai budi
pekerti dan karakter harus diajarkan oleh para guru di sekolah dasar secara baik dan benar , agar
nantinya anak usia sekolah dasar biasa memiliki jiwa dan kepribadian yang unggul . jika di usia
sekolah dasar memliki karakter yang bbaik , maka kemungkinan besar Indonesia akan memiliki
generasi muda yang unggul dan bermartabat.
Dengan demikian karena pentingnya pendidikan karakter di sekolah maka guru menjadi
elemen penting dalam implementasi kurikulum 2013, kerena dalam kurikumlum 2013 memberikan
peluang guru untuk melakukan inovasi di sekolah berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajran,
manjerial dan penilaian. Guru diharapkan dapat melakukan pembelajaran yang lebih efektif untuk
mencapai tujuan pendidikan dan melakukan penilaian. Kesiapan guru sangat dibutuhkan untuk
mendukung sebelum menerapkan kurikulum 2013 sehingga dalam proses pembelajran yang
merupakan realisasi dari penerapan kurikulum akan berjalan dengan baik.
Disamping memahaman dan kesiapan guru dalam implementasi kurikulum 2013 tujuan
pendidikan akan tercapai bila didukung oleh penilaian yang baik terutama dalam penilaian karakter
sebagi penilaian afektif di perlukan intrument penilaian yang dapat mengukur kemampuan siswa
sesuai tingkatannya. Hal ini akan didukung oleh intrument yang mampu mengukur kemampuan siswa
dalam memahami setiap materi pembelajaran serta sikap. Intrument yang berkualitas harus dimiliki
oleh guru dalam ranah kognitif , ranah psikomotor , dan ranah afektif. Instrument yang baik dan
berkualitas adalah instrument yang memiliki kelayakan dan kesakihan untuk menilai sikap siswa yang
tertuang dalam kurikulum 2013. Sehingga intrument tersebut mampu memberikan informasi
kemampuan siswa dalam semua ranah secara tepat.
Dengan melihat tersebut diatas hal yang perlu di perhatikan dalam implementasi dan
pengembangan kurikulum 2013 anak tidak hanya memiliki kemampuan afektif akan sulit mencapai
keberhasilan belajar yang optimal. Sehingga akan berpengaruh padahasil belajar kognitif dan
psikomotorik secara optimal jika di imbangi afektif yang lebih tinggi. Oleh karena itu
penyelenggaraan Pendidikan harus diselenggarakan dengan memperhatikan berbagai ranah Pendidikan
terutama dalam ranah afektif yang akan berpengaruh pada kehidupan anak dimasa yang akan datang,

 
Journal of Educational Evaluation Studies 122 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
baik di rumah disekolah dan di masyarakat yang nantinya anak akan hidup berdampingan sebagai
makhluk social di masyarakat. Namum kenyataan dalam kehidupan di lapangan pelaksanaan
kurikulum2013 belum terlaksana dengan baik di lihat dari menurunnya nilai sikap yang di tunjukkan
oleh Sebagian anak Sekolah Dasar tentang tanggungjawab sebagai siswa terlihat belum adanya
penilaian yang turut mendukung kualitas penilaian yang menjadi dasar penilaian yang sesuai acuan
dalam penilaian afektif.
Menurut permendiknas No 104 tahun 2014 dikatakan instrument penilaian adalah alat yang di
gunakan untuk menilai capaian pembelajaran peserta didik misalnya tes, dan skala sikap. Disana Juga
di katakan bahwa instrument adalah untuk mengumpulkan data dapat berupa test atau non test
.penilaian non test merupakan alat ukur yang mendorong peserta didik untuk memberikan penampilan
tipikal yaitu melaporkan keadaan dirinya dengan memberikan respond secara jujur sesuai dengan
pikiran dan perasaannya. (Nurwahid abdulloh dalam instrument penilaian https; //
nurwahidabdulloh.wordpress.com ).
Kualitas penilaian didukung oleh kualitas instrument yang digunakan. Instrument penilaian
yang baik akan dapat menggambarkan keadaan subyek yang akan dinilai dengan baik juga. Setelah
melakukan obeservasi awal dengan beberapa guru di Kecamatan Cangkringan penilaian sikap dalam
pembelajaran telah dilakukan dengan sederhana menggunakan intrument yang sederhana pula bahkan
juga masih terdapat guru yang belum menggunakan intrument hanya dilakukan dengan observasi.
Sedangkan yang telah menggunakan instrument sederhana intrumnet tersebut belum pernah di uji
kevalidtan dan kereliabilitasannya dalam mengungkap nilai sikap afektif siswa.
Penilaian terhadap beberapa nilai sikap siswa yang telah dilakukan guru di Kecamatan
Cangkringan sebagai salah satu hasil penilaian sikap siswa. Nilai – nilai sikap antara lain perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percayadiri yang dikembangkan sebagai nilai sikap
yang sesuai dengan kurikulum 2013. Adapun tehnik yang sering digunakan guru adalah dengan
observasi menggunakan lembar observasi dengan indikator sikap tertentu dan pedoman penskoran.
Indikator yang diukur masih belum menentukan rumusan dengan jelas sebagai alat ukur dengan
demikian dimungkinkan timbulnya ketidak relevanan dengan sikap sebenarnya yang dimiliki siswa.
Sehingga tujuan penilaian tidak dapat terukur sesuai subyek yang dinilai. Sedangkan instrument
penilaina siswa yang lain untuk mengukur ketercapaian kompoetensi pada domain pengetahuan dan
ketrampilan sudah menggunakan instrument yang lebih jelas dan lengkap di bandingkan dengan
penilaian sikap yang menjadi nilai di KI 1 dan KI 2.
Berdasarkan uraian di atas intrument penilain sikap siswa Sekolah Dasar di Kecamatan
Cangkringan perlu di kembangkan lagi agar kualitas penilaian menjadi lebih baik dan sesuai dengan
tingkat nilai karakter siswa yang di harapkan. Penilaian karakter kualitasnya lebih baik dan dapat
menilai lebih banyak nilai karakter yang terbentuk dalam diri siswa sehingga mampu menyediakan
informasi akurat bagi guru yang bersangkutan untuk terus memperbaiki kegiatan pembelajaran yang
berkarakter. Pengembangan dilakukan dengan penggunaan skala model likert sebagai instrumen
penilaian, serta memperinci indikator karakter yang diukur agar semakin jelas dan operasional melalui
teknik penilaian diri (self assesment/self-report).
Instrumen ini kemudian diuji keahihan dan keandalannya dengan uji validitas dan reliabilitas
terlebih dahulu sebelum dapat digunakan oleh guru yang bersangkutan. Instrumen penilaian sikap
yang dikembangkan berguna untuk mengukur sikap tanggung jawab sebagai bagian dari nilai-nilai
sikap yang penting untuk dimiliki siswa.
Dalam proses belajar mengajar merupakan pembelajaran yang menanamkan nilai sikap
tanggung jawab. Sikap tanggung jawab yang ditanamkan seperti melakukan tugas dengan baik,
menerima resiko dari yang dilakukan, meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya,
menyelesaikan masalah dan mengatasi secara mandiri. Disiplin, kerja keras dan bertanggung jawab
mempengaruhi siswa untuk bertindak sesuai tata tertib dan aturan yang berlaku, serta untuk
menyelesaikan masalah sebaik mungkin, dengan seluruh kemampuan yang dimiliki tanpa mudah
menyerah. Siswa juga perlu memiliki karakter mandiri dan bertanggung jawab yang menjadikannya

 
Journal of Educational Evaluation Studies 123 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
tidak bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ditemui dan mengambil
keputusan independen, berani, bertanggungjawab serta menanggung resiko yang mungkin muncul
dalam proses belajar sehingga mampu belajar sepanjang hayat. Lickona mengatakan bahwa sikap
tanggung jawab merupakan dasar hukum moral terlaksananya pendidikkan moral. (Lickona, 2015:69).
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Pengembangan
Instrumen Pengukuran Sikap Tanggung Jawab Siswa Sekolah Dasar Gugus 1 di Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta”. Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka
terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: Penilaian afektif cenderung
dikesampingkan dalam proses penilaian hasil belajar siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Cangkringan.
1)Penilaian afektif tidak dilakukan dengan baik oleh semua guru Sekolah Dasar di Kecamatan
Cangkringan. 2).Kurangnya kesiapan dan pengetahuan instrumen penilaian afektif dalam kurikulum
2013 dari guru Sekolah Dasar di Kecamatan Cangkringan. 3) Pengembangan instrumen penilaian
afektif berbasis Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cangkringan belum terlaksana
dengan baik. 4) Instrumen penilaian sikap afektif berbasis kurikulum 2013 Sekolah Dasar di
Kecamatan Cangkringan belum berkualitas.
Pembatasan Masalah Dalam kurikulum 2013 Kopetensi Inti ( KI ) penilaian sikap spiritual
memiliki cakupan yang sangat luas , sehingga perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian dapat
lebih terpusat. berdasarkan identifikasi masalah dan pertimbangan tersebut , maka pembatasan
masalah yang akan di lakukan dalam penelitian ini adalah penegembangan instrument penilaian sikap
tanggung jawab siswa Sekolah Dasar Gugus 1 Di Kecamatan Cangkringan yang berbasis Kurikulum
2013.
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang sudah diuraikan tersebut,
maka rumusan penelitian adalah sebagai berikut:1).Bagaimana pengukuran atau evaluasi yang
dilakukan guru selama ini terhadap sikap tanggungjawab siswa Sekolah Dasar di Kecamatan
Cangkringan? 2)Bagaimana peneliti menyusun instrument pengukuran atau penilaian sikap tanggu ng
jawab yang baku/layak untuk mengukur atau mengevaluasi siswa Sekolah Dasar di Kecamatan
Cangkringan? a)Bagaimana indicator yang layak untuk mengukur sikap tanggung jawab siswa
Sekolah Dasar gugus 1 di Kecamatan Cangkringan? b)Bagaimana Menyusun butir –butir instrumen
yang tepat untuk mengukur sikap tanggung jawab siswa Sekolah Dasar gugus 1 di Kecamatan
Cangkringan? c) Bagaimana kebakuan instrument yang memenuhi validitas butir ,rebilitas butir ,
validitas konkuren dan validitas konstrak? 3).Bagaimana sikap tanggung jawab yang ditunjukkan
siswa Sekolah Dasar gugus 1 di Kecamatan Cangkringan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
instrument penilaian sikap tanggung jawab adalah sebagai berikut: 1).Untuk mengetahui cara
pengukuran yang dilakukan guru untuk mengukur atau evaluasi aspek sikap tanggungjawab siswa
Sekolah Dasar gugus 1 di Kecamatan Cangkringan. 2).Untuk mengembangkan instrumen yang baku /
layak untuk mengukur sikap tanggungjawab siswa Sekolah Dasar gugus 1 di Kecamatan Cangkringan.
a).Untuk mengetahui indikator yang layak untuk mengukur sikap tanggung jawab siswa Sekolah
Dasar gugus 1 di Kecamatan Cangkringan. b).Untuk mengetahui cara menyusun butir – butir
instrumen yang tepat untuk mengukur sikap tanggung jawab siswa Sekolah Dasar di Kecamatan
Cangkringan.c). Untuk mengetahui kebakuan instrumen yang memenuhi syarat validitas butir,
reabilitas butir, validitas konkuren , dan validitas konstrak pada pengukuran sikap tanggung jawab
siswa Sekolah Dasar gugus 1 di Kecamatan Cangkringan.3).Untuk mengetahui sikap tanggung jawab
siswa Sekolah Dasar gugus 1 di Kecamatan Cangkringan.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan instrumen pengukuran /penilian
sikap tanggung jawab ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :1).Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menambah pengetahuan di bidang pendidikan
pada Sekolah Dasar yaitu pengembangan instrumen penilaian sikap afektif tangungjawab siswa
Sekolah Dasar. 2).Secara praktis. a).Bagi siswa meningkatkan nilai sikap tanggungjawab sebagai
siswa Sekolah dasar. b). Bagi Guru dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengukur sikap tanggung

 
Journal of Educational Evaluation Studies 124 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
jawab siswa dalam meningkatlkan kualitas pembelajaran siswa Sekolah Dasar. c).Bagi sekolah dapat
dijadikan sebagai bahan atau alat ukur sikap tanggung jawab yang menjadi dasar upaya meningkatkan
sikap tanggungjawab siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Cangkringan. d).Bagi peneliti dapat menjadi
rujukan pendalaman penelitian pengembangan instrumen pengukuran sikap tanggung jawab siswa
Sekolah Dasar.
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik.
Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Jadi instrument penelitian
adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun social yang diamati (Sugiyono,
2012:102).
Menurut Arifin yang di kutif dari Agiska Nur Fadila Instrument yang baik, adalah instrument
yang memenuhi syarat-syarat tertentu, dapat memberikan data yang akurat sesuai fungsinya, dan
hanya mengukur sampel perilaku tertentu. Adapun karakteristik instrument yang baik adalah sebagai
berikut: a).Valid, artinya suatu instrument dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang
hendak diukur secara tepat. b). Reliabel, artinya suatu instrument dapat dikatakan reliabel atau handal
jika ia mempunyai hasil yang taat asas (consistent).c).Relevan, artinya instrument yang digunakan
harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah
ditetapkan.d).Representative, artinya materi instrument harus betul-betul mewakili seluruh materi yang
disampaikan. e).Praktis, artinya mudah digunakan. f).Deskriminatif, artinya instrument itu harus
disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukan perbedaan-perbedaan yang sekecil
apapun.g).Spesifik, artinya suatu instrument disusun dan digunakan khusus untuk objek yang
dievaluasi.h).Proporsional, artinya suatu instrument harus mempunyai tingkat kesulitan yang
proporsional antara sulit, sedang dan mudah (Arifin, 2009:69-70).
Musfiqon yang dikutip dari Agiska Nur fadila bahwa Instrumen yang disusun tidak bisa
langsung digunakan mencari data di lapangan. Peneliti perlu melakukan uji validitas dan reliabilitas
instrumen, baik aspek isi maupun format. Uji validitas dan uji reliabilitas ini dilakukan pada masa uji
coba instrument. (Musfiqon, 2012:147). Adapun tahapan-tahapan penyusunan instrumen, yaitu :(1)
tahap perumusan/penyusunan, (2) tahap uji coba, (3) tahap uji validitas dan reliabilitas, (4) tahap
penyempurnaan, dan (5) tahap penggunaan instrument. (Syoadih,2010:228).

Menurut Kaplan dan Saccuzo yang dikutip oleh Syofian Siregar metode perhitungan
reliabilitas di kelompokkan berdasarkan sumber Measurement sebagai berikut:1) Test Retest
Reliability. Alat ukur penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test –retest dilakukan dengan cara
mencobakan alat ukur beberapa kali kepada responden. 2) Equivalen. Alat ukur yang equivalen adalah
pernyataan secara bahasa berbeda , tetapi maksudnya sama. 3)Gabungan.Pengujian reliabilitas ini
dilakukan dengan cara mencoba dua alat ukur yang equivalen itu beberapa kali ke responden yang
sama. Ini merupakan ganungan cara pertama dengan cara kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan
dengan mengkorelasikan dua instrumen yang equivalen pada pengujian pertama, setelah itu
dikorelasikan secara silang. Dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda , akan dapat
dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien itu kesemuanya positif dan signifikan ,
maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut reliabel.4)Internal consistency Pengujian reliabilitas
alat ukur internal Consistency , dilakukan dengan cara mencoba alat ukur cukup hanya sekali saja,
kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk
memprediksi reliabilitas alat ukur , pada penelitian pengujian dapat digunakan untuk mengevaluasi
sumber variasi alat tas yang tunggal, di antaranya:a)Alpha Cronbach metode alpha cronbach yang
digunakan untuk menghitung reliabilitas suatu tes yang tidak mempunyai pilihan “benar “ atau “salah
“ maupun “ya” atau “tidak” melainkan digunakan untuk menghitung reliabilitas suatu tes yang
mengukur sikap atau perilaku. b)Split half method. Metode perhitungan reliabilitas yang dilakukan
dengan cara memberikan suatu tes pada sejumlah subjek yang kemudian tes tersebut dibagi menjadi
dua bagian yang sama besar. Kedua hasil akan dibandingkan , dan apabila mendapat korelasi positif
dan hasil korelasinya cukup tinggi , maka dapat dikatakan bahwa tes tersebut adalah reliabel.( Syofian
Siregar, 2014 : 173-175 ).
 
Journal of Educational Evaluation Studies 125 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
Menurut Shaver nilai adalah standar dan prinsip untuk memberikan penilaian terhadap
sesuatu. Mereka adalah kriteria yang digunakan untuk menilai apakah suatu benda, ( orang, obejk,ide,
tindakan, dan situasi ) itu bagus, berguna, diinginkan, atau sebaliknya, jelek, tidak berguna, tidak
diinginkan, atau tentu saja, berada diantara dua nilai tadi. Kita dapat dengan sadar menggunakan nilai
yang kita miliki ”.(Subur, 2015 : 51)
“Menurut Thomas Lickona Terdapat dua macam nilai: nilai moral dan nonmoral. Nilai moral
seperti kejujuran , tnggungjawab, dan keadilan mengandung kewajiban.kita diwajibka untuk
memenuhi janji , membayar tagiahan, mengurus anak –anak, dan adil dalam berurusan dengan orang
lain. Nilai moral mengatakan pada kita apa yang harus kita lakukan sejalan dengan nilai-nilai tersebut
meskipun saat kita tidak menginnginkannya. Nilai non moral tidak mengandung kewajiban semacam
itu. Nilai non moral menunjukan apa yang ingin atau suka kita lakukan. Nilai –nilai moral (bersifat
wajib) dapat dibagi kedalam dua kategori: universal dan nonuniversal. Nilai- nilai moral universal
seperti memperlakukan orang dengan adil dan menghormati kehidupan, kebebasan, dan kesetaraan
orang lain sifatnya mengikat semau orang dimana saja berada karena nilai-nilai ini menegaskan
kemanusiaandan harga diri fundamental manusia. Kita berhak bahkan wajib memaksa agar semua
orang berperilaku sesuai dengan nilai – nilai moral universal.” (Thomas Lickona, 2013 : 55
).Berdasarkan beberapa pengertian nilai di atas maka yang di maksud nilai adalah kriteria patokan
atau standar pola- pola pilihan yang dapat membimbing seseorang atau kelompok ke arah
satisfaction, fulfillment, and meaning untuk memberikan dan menilai ke tingkat kebaikan dan
keburukan , benar dan salah, atau pujian dan cacian , bukan sekedar ada atau tidaknya berbagai
karakteristik.
“Menurut Suyanto Sikap adalah sesuatu yang bermula dari perasaan (suka atau tidak suka)
yang terkait dengan kecenderungan seseorangdalam merespon sesuatu / obyek. Sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang di miliki oleh seseorang . sikap dapat di bentuk,
sehingga terjadi perilaku positif atau tindakan yang di inginkan . sikap terdiri dari tiag komponen ,
yakni : afektif , kognitf dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang
atau penilaiannya terhadap sesuatu obyek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenahi obyek . adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau
berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran obyek sikap ( Suyanto,2013 : 228 )”
Teknih penilai sikap menurut Suyanto penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara
atau teknik antara lain: 1)Observasi perilaku.Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan
kecenderungan pada suatu hal. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan
buku catatan khusus tentang kejadian - kejadian yang berkaitan dengan siswa selama di sekolah. 2)
Pertanyaan langsung Guru dapat menanyakan secara langsug atau mewawancarai sikap siswa tentang
sesuatu hal. berdasarkan jawaban dan reaksi yang muncul dalam memberikan jawaban , maka akan
dapat di pahami sikap siswa itu terhadap obyek sikap. 3) Laporan pribadi “Pelaksanaan teknik ini
adalah dengan meminta siswa membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggaan tentang suatu
masalah, keadaan, atau hal yang menjadi obyek sikap. Dari ulasan yang dibuat oelh siswa tersebut
dapat i baca dan di pahami kecenderungan sikap yang dimilikinya. “(Suyanto, 2013:230).
Berdasarkan beberapa pengertian sikap diatas maka yang dimaksud sikap adalah suatu
predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negative terhadap objek, situasi,
konsep, atau orang bermula dari perasaan ( suka atau tidak suka ) dalam merespon sesuatu / obyek.
sebagai suatu kecenderungan untuk beraksi atau bereaksi dalam sebuah arah karakter.

 
Journal of Educational Evaluation Studies 126 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
Menurut Herek dalam Samsi, sikap memiliki dua fungsi, yaitu fungsi evaluasi dan fungsi
ekspresi. a)Fungsi evaluatif merupakan respon terhadap suatu objek tertentu. Dalam hal ini, sikap
tidak selalu diikuti dengan prilaku.b) Fungsi ekspresi menunjukan pada sikap simbolik. Sikap
mempunyai fungsi ekspresi berarti sikap harus selalu konsisten diwujudkan dalam prilaku. Oleh sebab
itu dalam mengunkap sikap sekaligus juga mengunkap perilaku. Data sikap adalah data valensi dan
data perilaku adalah data faktual.(Samsi, 1994:24).
Teknik Pengumpulan Sikap.Azwar menyebutkan mengenai teknik yang telah dikembangkan
ahli dalam rangka pengungkapan sikap manusia, anatar lain: a) Observasi Prerilaku.b)
Penanyaanlangsung.c) Pengungkapanlangsung.d) Skala Sikap dan.e) Pengukuran Terselubung
(Syaiful Azwar, 2015: 89-101).
Mardapi menyatakan bahwa penilaian yang dilakukan guru mencakup seluruh hasil belajar
siswa, yakni kemampuan kognitif atau berpikir, kemampuan psikomotor atau kemampuan praktik, dan
kemampuan afektif. Penilaian ketiga ranah ini tidak sama, sesuai dengan karakteristik materi yang di
ukur. Pada ranah afektif dilaksanakan dengan menggunakan pengamatan atau kuesioner. Kuesioner
yang digunakan untuk menilai aspek afektif sebaiknya dalam bentuk kasus kemudian siswa diminta
memberikan respon (Mardapi, 2017: 12). Menurut zainul dan Nasution (2001) yang dikutip oleh
Dirman dan cicih Juarsih: Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik
tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Arikunto, 2004 mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran pengukuran bersifat
kuantiatatif. (Dirman dan Cicih Juarsih 2014 :7).
Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan tiga istilah yang sering digunakan dalam
pembahasan tentang penilaian dan evaluasi pembelajaran. Menurut Griffin dan Nix dalam Mardapi
menyatakan bahwa pengukuran, asesmen, dan evaluasi adalah herarki. Pengukuran membandingkan
hasil pengamatan dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan
evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu kebijakan atau putusan. Sifat hirarkis ini
menunjukkan bahwa setiap kegiatan evaluasi melibatkan pengukuran dan asesmen (Mardapi, 2017:5).
Cangelosi, (1995) dalam Dirman dan Cicih Juarsih pengukuran (measurement) adalah suatau proses
pengumpulan data melelui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan
tujuan yang telah di tentukan Permendikbud, (2013) menyatakan bahwa pengukuran adalah kegiatan
membandingkan hasil pengamatan dengan suatu criteria atau ukuran. Menurut Dirman dan Cicih
Juarsih bahwa pengukuran dalam pembelajaran adalah proses dan hasil pembelajaran berdasarkan
ukuran, aturan atau formulasi tertentu yang jelas dan sesuai dengant ujuan yang telah ditentukan dalam
rangka memberikan Judment yakni berupa keputusan terhadap proses dan hasil pembelajaran. (Dirman
dan Cicih Juarsih,2014:7). Suharsimi menyatakan bahwa pengukuran adalah kegiatan membandingkan
sesuatu dengan satu ukuran, dengan kata lain penngukuran bersifat kuantitatif. Dalam menentukan
nilai pada suatu objek, pengukkuran hasil menghasilkan data yang sahih. Hasil pengukuran diharuskan
memiliki kesalahan yang sekecil mungkin. Tingkat kesalahan ini berkaitan dengan handalnya alat
ukur. Oleh sebab itu alat ukur yang digunakan harus dibuktikan validitas dan realibilitasnya sebelum
digunakan. Dalam pengukuran di dunia Pendidikan, kesahihan alat ukur ini menjadi syarat wajib,
untuk menjamin alat ukur yang valid dan reliabel, pendidik harus teliti dalam pembuatannya, baik
pada tahap perencanaan, uji coba, sampai perakitan alat ukur yang siap untuk digunakan (Suharsimi,
2008:2). Berdasarkan beberapa pengertian diatas menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pengukuran adalah upaya pengumpulan data instrument secara sistematika dengan prosedur penerapan
angka atau simbol terhadap atribut suatu objek atau kegiatan maupun kejadian sesuai dengan aturan –
 
Journal of Educational Evaluation Studies 127 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
aturan tertentu dalam berbagai aspek/ komponen pendidikan dengan menggunakan tes yang datanya
bersifat kuantitatif sesuai dengan aturan yang berlaku.
Menurut A, Muri Yusuf ada tiga langkah yang perlu dilalui dalam melaksanakan pengukuran
yaitu: 1) Mengidentifikasi dan merumuskan atribut atau kualitas yang akan diukur. 2) Menentukan
seperangkat operasi yang dapat digunakan untuk mengukur atribut tersebut. 3) Menetapkan
seperangkat prosedur atau definisi untuk menerjemahkan hasil pengukuran ke dalam pernyataan / data
kuantitatif. Bagaimanapun juda dalam pengukuran, pengkuantitatifan informasi adalah penting untuk
membuat ketetapan hati/ kebulatan tekad atau membedakan suatu atribut sehingga kesimpulan yang
diambil tidak subyektif.(A, Muri Yusuf , 2015 : 11 ). Skala pengukuran instrumen Menurut Syofian
Siregar (2014) menyatakan instrumen merupakan alat yang digunakan sebagai pengumpulan data
dalam suatu penelitian dapat berupa kuesioner, sehingga skala penegukuran instrumen adalah
menetukan satuan yang di peroleh , sekaligus jenis data atau tinggkatan data, apakah data tersebut
berjenis nominal, ordinal, interval maupun rasio. Penerapan skala ada bermacam – macam, sesuai
dengan jenis data yang digunakan, misalnya Skala Likert, Skala Guttman, dan Skala Semantic
Diferensial.1). Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap pendapat , dan
persepsi seseorang tentang suatu obyek atau fenomena tertentu. Skala Likert memilki dua bentuk
pertanyaan , yaitu : pernyataan positif dan negatif. Pertannyaan positif diberi skor 5,4,3,2, dan1 ;
sedangkan bentuk pertanyaan negatif di beri skor 1,2,3,4 dan 5. Bentuk jawaban skala Likert terdiri
dari sangat setuju , setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidal setuju. 2) Skala Guttman ialah skala
yang digunakan untuk jawaban yangb bersifat tegas ( jelas ) dan konsisten. Alternatif jawaban pada
jenis skala ini hanya terdiri dari dua alternatif. Contoh : benar –salah, ya –tidak yakin, positif –negatif,
sedabgkan untuk jawaban responden angket tertinggi 1 dan angket terendah 0 misalnya : jawaban
benar (1) dan jawaban salah ( 0). Petanyaan yang diberikan pada responden bisa berupa cheklist dan
bias juga pilihan ganda.3).Skala Semantic Diferensial digunakan untuk mengukur sikap tidak dalam
bentuk pilihan ganda atai cheklist , tetapi tersusun dari sebuah garis kontinum di mana nilai yang
sangat negatif terletak di sebelah kiri sedangkan nilai yang sangat posistif terletak di sebelah kanan
atau juga dapat definisikan skala ini selalu menunjukkan keadaan yang bertentangan , misalnya :
kosong-penuh, jelek-baik, bodoh-cerdas dan sebagainya.
“Permendikbud, 2013 dalam Dirman, Cicih Juarsih menyatakan evaluasi adalah proses
mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian. Menurut Hamalik yang dikutip oleh Dirman
,Cicih Juarsih menjelaskan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses berkelanjutan tentang
pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai( assess) keputusan -keputusan yang dibuat
dalam merancang suatu system pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2006) yang dikutip oleh
Dirman dan Cicih Juarsih menjelaskan evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai
pembelajaran yang dilaksanakan dengan melalui kegiatan penialaian dan atau pengukuran
pembelajaran. Dirman dan Cicih Juarsih berpendapat bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu
proses menentukan nilai atau memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti proses dan hasil
pembelajaran, yang dilaksanakan dengan melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran
pembelajaran. (Dirman dan Cicih Juarsih 2014 : 9).”
Dengan beberapa pengertian diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa yang di
maksud dengan evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian dengan
memberikan pertimbangan mengenai nilai secara berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran
informasi untuk memberikan pertimbangan mengenai nilai hasil pembelajaran, yang dilaksanakan
melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran pembelajaran.
 
Journal of Educational Evaluation Studies 128 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
Menurut Suyanto “Sikap adalah sesuatu yang bermula dari perasaan ( suka atau tidak suka )
yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu / obyek. Sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang di miliki oleh seseorang . sikap dapat di bentuk,
sehingga terjadi perilaku positif atau tindakan yang di inginkan . sikap terdiri dari tiag komponen ,
yakni : afektif , kognitf dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang
atau penilaiannya terhadap sesuatu obyek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenahi obyek . adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau
berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran obyek sikap” ( Suyanto, 2013:228 )
Teknih penilai sikap menurut Suyanto penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau
teknik antara lain : a). Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku
catatan khusus tentang kejadian - kejadian yang berkaitan dengan siswa selama di sekolah. b).
Pertanyaan langsung Guru dapat menanyakan secara langsug atau mewawancarai sikap siswa tentang
sesuatu hal. berdasarkan jawaban dan reaksi yang muncul dalam memberikan jawaban , maka akan
dapat di pahami sikap siswa itu terhadap obyek sikap. c).Laporan pribadi Pelaksanaan teknik ini
adalah dengan meminta siswa membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggaan tentang suatu
masalah, keadaan , atau hal yang menjadi obyek sikap. Dari ulasan yang dibuat oelh siswa tersebut
dapat i baca dan di pahami kecenderungan sikap yang dimilikinya. (Suyanto, 2013 : 230 ).
Menurut Aswar yang di kutip oleh Ismet Basuki menyatakan bahawa sikap adalah
keteraturan tertentu dalam hal perasan ( afektif ), pemikiran (kognitiif ), dan predisposisi tindakan
(Konasi ) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Perubahan sikap dapat diamati
dalam proses pembelajaran keteguhan dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah
penilaian yang dilakukan untuk mengetahuai sikap perserta didik terhdap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik dan sebagainya.( Ismet Basuki , 2015 :189- 190). Dari beberapa difinisi sikap
diatas maka penulis mengartikan sikap adalah suatu perilaku kecenderunganyangb ersifat positif
maupun negative dari kepribadian yang merupakan landasan pemikiran dan prilaku individu baik
mengenai studi kepribadian pada umumnya meliputi pengkajian yang melibatkan perasaan, hubungan
antar pribadi, motivasi dan sikap keteraturan tertentu dalam hal perasan ( afektif ) , pemikiran
(kognitiif ), dan predisposisi tindakan (Konasi ) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitarnya.
Brotowidjoyo (1985) menyatakan bahwa orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang
memiliki tujuh macam sikap ilmiah, yaitu: a).Sikap ingin tahu, b). Sikapkritis.c).Sikap obyektif.
d).Sikap ingin menemukan.e).Sikap menghargai orang lain, artinya tidak akan mengakui dan
memandang karya orang lain sebagai karyanya; menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh
orang lain atau bangsa lain. f).Sikap tekun, artinya tidak bosan mengadakan penyelidikan; bersedia
mengulangi eksperimen yang hasilnya meragukan; tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan
apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahui ia berusaha bekerja dengan teliti. g).Sikap
terbuka, artinya bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang
diketahui; terbuka menerima kritikan dan respon negative terhadap pendapat orang lain
(Brotowidjoyo, 1985: 33-34). Tanggung jawab menurut Sukiman adalah Melakukan semua tugas dan
kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kesiapan menanggung segala risiko atas perbuatan sendiri.
Tanggung jawab terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tanggung jawab
berasal dari dalam hati dan kemauan sendiri untuk melakukan kewajiban. (Sukiman, 2016: 2).
Menurut widagdo ( 2001) dalam Subur tanggung jawab adalah kesadaran akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja, tanggung jawab berarti pula kesadaran diri
 
Journal of Educational Evaluation Studies 129 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
yang utuh dengan segala konsekuensinya akan eksistensi dirinya sendiri (tanggung jawab individual),
keluarganya , masysrakat (tanggung jawab sosial), bangsa dan negara ( tanggung jawab Nasional )
serta Tuhannya (tanggung jawab vertikal ). (Subur, 2015: 296). Berdasarkan beberapa pengertian
diatas maka tanggung jawab adalah keadaan wajib kesiapan menanggung segala sesuatunya, risiko
atas perbuatan sendiri secara sadar dan berani mau mengakui apa yang dilakukan dengan kesadaran
tingkah laku atau perbuatanya yang di sengaja maupun yng tidak disengaja dengan segala
konsekuensinya akan eksistensi dirinya sendiri. Menurut Heny Kusumawati Tanggung jawab
merupakan sikap terpuji yang hendaknya dimiliki setiap individu. Sikap tanggung jawab
mencerminkan nilai karakter setiap individu. Jadi karakter seseorang tercermin dalam sikap tanggung
jawabnya, baik terhadap diri sendiri, orang lain, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Tanggung
jawab adalah sikap dan perilaku sseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, baik terhadap diri sndiri, keluarga ,masyarakat, lingkungan ( alam, sosial, dan
budaya ) negara, maupun Tuhan Yang Maha Esa. Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa
indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Setiap individu mempunyai tanggung
jawab, karena tanggung jawab bersifat kodrati yaitu menjadi bagian dari kehidupan manusia . (Heny
Kusumawati ,2018 : 25). Manfaat tanggungjawab menurut Sukiman adalah Dengan sikap yang
bertanggung jawab, seseorang akan dipercaya, dihormati dan dihargai serta disenangi oleh orang lain.
Sikap bertanggung jawab membuat seseorang lebih kuat dan tegar menghadapi permasalahan yang
harus diselesaikan. Sikap bertanggungjawab akan membuat seseorang bertindak lebih hati-hati dengan
perencanaan yang matang. Sikap bertanggungjawab seseorang membuat ia berhasil menyelesaikan
tugas dengan baik. Sikap berani mengakui kesalahan yang dilakukan dan mau mengubah dengan
tindakan yang lebih baik merupakan kunci meraih kesuksesan. (Sukiman, 2016:4).
Berdasarkan beberapa pengertian tanggungjawab tersebut diatas maka tanggung jawab
dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya dengan menghormati dan menghargai orang lain secara sadar mau mengakui apa yang
dilakukan , berani memikul dan menanggung segala resikonya, terhadap diri sendiri , masyarakat ,
lingkungan ( alam, sosial, dan budaya ), negara dan Allah Yang Maha Esa.
Indikator Sikap tanggung Jawab menurut Daryanto dan Suryatri Darmiatun, di bagi
menjadi 2 yaitu: a).Indikator sekolah 1) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukkan dalam
bentuk lisan maupun tertulis2) Melakukan tugas tanpa disuruh3).Menunjukkan prakarsa untuk
mengatasi masalah dalam lingkup terdekat. 4)Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas .
b).Indikator Kelas 1).Pelaksanaan tugas tugas piket secara teratur. 2) Peran serta aktif dalam kegiatan
sekolah. 3) Mengajukan usul pemecahan masalah. ( Daryanto dan Suryatri Darmiatun, 2013 :142-
143). Indikator –indikator yang di cakup oleh kedua materi tersebut di ambil dari indikator dan
pengertian tanggung jawab menurut beberapa ahli.a).Tanggung jawab kepada diri sendiri ( pribadi )
meliputi : 1)Selalu melaksanakan tugas sesuai denga aturan / kesepakatan. 2)Bertangung jawab
terhadap semua tindakan yang di lakukan.3) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukkan dalam
bentuk lisan maupun tertulis.4) Melakukan tugas tanpa disuruh.5).Menunjukkan prakarsa untuk
mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.b).Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas .
c).Tanggung Jawab kepada lingkungan meliputi.1)Pelaksanaan tugas tugas piket secara teratur.
2)Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah. 3) Mengajukan usul pemecahan masalah .4).Berani
menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup. 5) Mengembangkan keseimbangan antara hak dan
kewajiban. 6).Mengembangkan hidup bersama secara positif. KD pada KI -1 : aspek sikap spiritual (
untuk mata pelajaran tertentu bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok). Sedangkan
 
Journal of Educational Evaluation Studies 130 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
KD pad KI -2 : aspek sikap sosial (untuk mata pelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun
beberapa materi pokok tertentu ada DK pada KI -3 yang berbeda dengan KD lain pada KI -2). Guru
dapat menambahkan sikap –sikap tersebut menjadi perluasan cakupan penilaian sikap. Perluasan
cakupan penilaian sikap didasarkan pada karakteristik KD pad KI -1 dan KI -2 setiap mata pelajaran.(
Abdul Majid , 2014 : 165).
Menurut Abdul Majid, (2014) penilaian sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara atau
teknik teknik tersebut antara lain: obeservasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi
Menurut Sugiyono (2018), mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai Teknik
pengumpulan data yaitu: prinsip penulisan, pengukuran, dan penampilan fisik.a).Prinsip penulisan
angket. Prinsip ini menyangkut beberapa factor yaitu : isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang
digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka – negatif dan positif, pertanyaan tidak mendua, tidak
menanyakan hal – hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, Panjang pertanyaan, dan
urutan pertanyaan.b).Isi dan tujuan pertanyaanYang dimaksud disini adalah, apakah isi pertanyaan
tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan..c).Bahasa yang digunakan dalam penulisan angket
harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden..d).Tipe pertanyaan dalam angket dapat
terbuka atau tertutup dan bentuknya dapat berupa kalimat positif atau pun negative. e) Pertanyaan
tidak mendua (double barreled) sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.f).Tidak
menanyakan yang sudah lupa Setiap pertanyaan dalam instrument angket, sebaiknya juga tidak
menyanyakan hal – hal yang sekiranya responden sudah lupa, atua pertanyaan yang memerlukan
jawban dengan berfikir – fikir. g).Pertanyaan tidak menggiring Pertanyaan dalam angket sebaiknya
juga tidak menggiring kejawaban yang baik saja atau ke yang jelek saja..h).Pertanyaan dalam angket
sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. i).Urutan
pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik atau dari yang mudah
menujuke ha yang sulit atau di acak.j). Prinsip pengukuran Angket yang diberikan kepada responden
merupakan instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti.
k).Penampilan fisik angket. Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi
respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket (Sugiyono, 2018: 200-203).
Mengacu kepada percobaan – percobaan yang telah di lakukan paa Far west Laboratory
tersebut , secara lengkap menurut Borg dan Gall (1989) dalam (Nana Syaodih dan Sukmadinata 2015
:168-170) Menurut Mardapi (2008) dalam Amurwani Rahayu, Samsi Haryanto, Pada umumnya ada
sepuluh Langkah penyusunan instrumen yang harus diikuti dalam mengembangkan instrument afektif
yaitu: 1) menentukan spesifikasi instrumen, 2) menulis instrumen, 3) menentukan skala instrumen, 4)
menentukan sistem penskoran, 5) menelaah instrumen, 6) melakukan uji coba, 7) menganalisis
instrumen, 8) merakit instrumen, 9) melaksanakan pengukuran,10 menafsirkan hasil pengukuran.
Konsep instrumen yang digunakan peneliti disusun melalui proses validitas teori dan validitas empirik.
Peneliti menggunakan skala sikap model Likert empat alternatif jawaban, meliputi pernyataan factual
dengan pilihan jawaban Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR), Tidak Pernah (TP), kemudian
pernyataan valensi dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), TidakSetuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk mempermudah proses penelitian dan pengembangan instrument
pengukuran sikap tanggung jawab ini, maka dirancang kerangka berfikir. Kerangka piker penelitian
diatas, peneliti harus memperoleh dasar teori sikap tangung jawab yang akan digunakan sebagai acuan
dalam membuat indikator. Yang sesuai dalam raport dalam kurikulum 2013 Sekolah Dasar.

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

 
Journal of Educational Evaluation Studies 131 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
Model penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan model penelitian dan
pengembangan Research and Development. Menurut Sugiyono metode penelitian dan pengembangan
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2018:407). Sukmadinata menyatakan bahwa penelitian dan
penegembangan (Research and Development/ R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat
dipertanggung jawabkan (Sukmadinata, 2011:164). Sedangkan menurur Sugiono metode penelitian
dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu
dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiono, 2012 :297). Sebagai penegasan maka dari beberapa
Indikator nilai tanggung jawab yang peneliti gunakan dapat dirangkum adalah sebagai berikut: a)
Melaksanakan tugas sekolah sesuai dengan aturan b).Tanggung jawab menerima resiko terhadap
tindakan yang dilakukan terkait dengan sekolah. c) Melaporkan kegiatan /kejadian dalam bentuk lisan
maupun tertulis. d) Melakukan tugas tanpa disuruh. e) Menunjukkan prakarsa mengatasi masalah /
berperan aktif dalam kegiatan f) Berani menghadapi konsekuensi tindakan yang di pilih. g)
Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas / mengembalikan barang pinjaman. h) Mengakui
dan minta maaf atas kesalahan yang di lakukan.
Metode Penelitian Awal
Pelaksanaan penelitian pengembagan instrumen akan dilaksanakan di Sekolah dasar Gugus 1
Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Dalam hal ini untuk pengambilan data skala kecil di
ujicaba keterbatasan dan ujicoba agak luas di lakukan di SD Negeri Cangkringan 1 dan data SD Negeti
Banaran. Sedangkan untuk pengambilan data berskala besar dalam ujicoba luas dilakukan di sekolah
dasar wilayah Gugus 1 Kecamatan Cangkringan. Adapaun sekolah yang di gunaka untuk ujicoba luas
terdapat 7 sekolah dasar di gugus 1 Kecamatan Cangkringan yang terdiri dari 6 sekolah dasar Negeri
dan 1 Sekolah dasar Swasta
Langkah – Langkah pengembangan (Development)

Langkah -langkah atau prosedur pengembangan instrument adalah sebagai berikut ; 1) Model
Awal / Hepotetik dari informasi di lapangan yaitu guru kelas IV di gugus 1 Kecamantan Cangkringan
kemudian melakukan uji validitas dengan ahli/praktisi sesuai dengan bidangnya.2) Pengembangan

 
Journal of Educational Evaluation Studies 132 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
instrument dengan uji validitasisi oleh ahli/praktisi 4 orang ahli/ praktisi untuk dilakukan validasi ahli
psikologi yang menguasai konsep sikap tanggung jawab dan ahli penyususna instrumen sikap, ahli
penskoran nilai sikap, ahli pengolahan data faktual dan valensi hinggga dinyatakan valid. Adapun
validasi instrument dilakukan oleh 4 orang ahli yaitu bidang kontruksi dan pembakuan instrument (
Dr, Yuli Prihatni, M.Pd) Eka Indarti, M.Pd. ( Pengawas SD Kecamatan Cangkringan). Sugiyanto,
M.Pd. (kepala sekolah SDN Banaran). Hevi Kartikasari Dwi Farlina, S, Pd, S.Pd.I M.Pd. ( Kepala
sekolah MI Alqodir). 3) Peneliti merevisi tahap 1 , 4)Uji Keterbacaan (empirik) meminta pendapat 9
siswa di SDN Cangkringan 1. 5)Peneliti merevisi angket/revisi II yang didapatkan dari hasil uji
keterbacaan. 6.)Peneliti melakukan uji coba agak luas. Uji coba agak luas dilakukan perhitungan
dengan menggunakan uji validitas butir, uji reliabilitas instrumen, dan uji validasi konkuren. Angket
pada uji coba agak luas diujikan pada dua kelas yaitu di SDN Cangkringan 1 terdapat 9 siswa dan
SDN Banaran terdapat 16 siswa dengan butir pernyataan disesuaikan dengan hasil revisi uji
keterbacaan pada tanggal 2 Desember 2019 . Uji coba dilakukan pada kelas IV gugus 1 Kecamatan
Cangkringan yaitu SD N Cangkringan 1 dan SD Banaran yang berjumlah 25 siswa. Data yang
diperolehdari uji coba agak luas kemudian dianalisis, sebagai berikut: a)Uji Validitas Butir:
menggunakan rumus Product Moment dari Pearson dengan aplikasi program SPSS 20. b)Uji
Reliabilitas Instrumen, menghitung reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan aplikasi
program SPSS 20. c) Uji Konkuren: menggunakan rumus pearson product moment correlation yang
ada pada aplikasi program SPSS versi 20. Hasil data faktual dan valensi harus memiliki nilai
signifikan < 0.05. 7) Peneliti merevisi angket yang didapatkan dari uji coba agak luas atau revisi
III..8) Pada uji coba luas butir pernyataan yang dinyatakan tidak valid maka tidak diikutkan dalam
perhitungan reliabilitas instrumen. Subjeknya adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar di Gugus 1
Kecamatan Cangkringan dengan responden 140 siswa Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10-12
Desember 2019. Tujuannya adalah Untuk mengetahui validitas konstruk dengan analisis Faktor.
Peneliti merevisi angket yang didapatkan dari hasil uji coba luas. Setelah angket diperbaiki kemudian
siap digunakan. Uji Validitas Konstruk Pada tahap ini, dilakukan analisis factor atau uji kelayakan
variabel, yaitu dengan melihat nilai KMO > 0.5. Uji validitas Konstruk dilakukan menggunakan
aplikasi program SPSS versi 20 dengan analisi Faktor. Tahapan dalam analisis factor antara lain:
a.Menghitung KMO yang lebih dari 0,5 b.Dilihat KMO MSA dan dipilih butir yang lebih dari 0,5
c.Dilihat komunalis yang lebih dari 0,5 d.Ditampilkan table menghitung Eugenvalues untuk
mengetahui jumlah factor. e.Menghitung komponen matrik yang telah dirotasikan untuk mengetahui
butir -butir pada masing – masing factor. f.Menamai factor. Akhirnya dari kegiatan ujicoba luas ini
akan menghasilkan instrument final yang benar benar sudah dapat digunakan untuk mengukur sikap
Tanggung jawab oleh siswa. 9) Instrument Final Tahap terakhir pada penelitian dan pengembangan
instrument pengukuran sikap Tanggung jawab ini adalah instrument dinyatakan layak dan sudah baku
di uji validitas dan reliabilitas. ringkasan data-data penelitian seperti :Mean, Modus,Standar deviasi,
Nilai minimum, Nilai maksimum, Sum,Range.10)Implementasi instrumen sebagai alat ukur
pengukuran sikap tanggung jawab siswa Sekolah Dasar
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian pengembangan instrumen sikap Tanggung jawab
akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cangkringan 1 yang merupakan SD di perbatasan dua
kecamatan yaitu kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Cangkringan. SD Negeri Cangkringan 1 berada
di Gugus 1 Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. dikarenakan jumlah siswa kelas IV di SD
Negeri Cangkringan 1 belum mencukupi untuk penelitian lebih lanjut. Sehingga untuk penelitian
pengembangan instrumen lebih lanjut dilaksanakan di Sekolah Dasar se-gugus 1 Kecamatan
Cangkringan dengan jumlah sekolah dasar negeri 6 sekolah dan sekolah dasar swasta 1 sebagai
responden yaitu SD Negeri BronggangBaru, SD Negeri Bronggang, SD Negeri Cangkringan 1, SD
Negeri Cangkringan 2, SD Negeri Banaran. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD di Gugus I
Kelurahan Argomulya ,Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta
Hasil Penelitian Awal

 
Journal of Educational Evaluation Studies 133 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
Peneliti melakukan observasi lapangan di beberapa SD di gugus 1 Kecamatan Cangkringan
pada tanggal 29-30 Oktober 2019. Dengan kegiatan wawancara dengan beberapa guru kelas IV.
Pengembangan Instrument Dari hasil penelitian ,observasi dan wawancara dari beberapa guru
1).Model Hepotetik a. Konsep sikap Tanggung Jawab b.Indicator- indicator sikap Tanggung Jawab
c..Kisi-kisi instrument pengukuran sikap Tanggung Jawab 2).Pengembangan Instrumen dengan Tahap
Validasi Ahli validasi revisi ini dari 72 pernyataan hanya terdapat 13 pernyatan yang dapat dipakai
sesuai dengan indikatornya yaitu pernyataan no 11,16,17,38,43,48,54,59,62,63,65,69,70. Selebihnya
masih perlu direvisi dari ahli instrument agar dapat digunakan sebagai alat ukur yang valid. bahan
pertimbangan dalam validasi ini adalah pendapat para Ahli dosen Pascasarjana Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa dan beberapa saran masukan dari time validasi ahli lainnya. 3).Revisi
1.4)Validasi empiric/ Uji coba keterbacaan di kelas 4 SDN Cangkringan 1 sebanyak 9 anak.sembilan
siswa tidak ada kendala 6).Uji coba 11 ( Uji coba Agak Luas) a.Uji Validasi Butir dengan rumus
product moment menggunakan program SPSS 20.0, dari 72 butir pernyataan ada 68 butir dinyatakan
valid atau dapat dipakai dan 4 butir dinyatakan tidak valid atau tidak dipakai. Dari keempat butir yang
tidak terpakai tersebut karena nilai korelasi (rhitung) kurang dari rTabel yaitu 0,396 pada taraf
signifikansi 5% dan nilai signifikansi lebih dari 0,05. Adapun butir pernyataan yang dinyatakan tidak
valid atau tidak dipakai yaitu butir nomor 28, 31, 64, dan 70. b) Uji Reliabilitas menggunakan rumus
Cronbach’s Alpha dengan program SPSS 20.0 For Windows. uji reliabilitas 68 butir pernyataan
tersebut, dihasilkan nilai koefisien Alpha Cronbach sebasar 0,971. Suatu instrumen dinyatakan reliabel
apabila memiliki nilai Alpha Cronbach lebih dari 0,700. Berarti instrumen pengukuran tanggung
jawab yang dibuat dan yang telah diujikan dapat dinyatakan reliabel dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya karena hasil perhitungan uji reliabilitas yang diperoleh adalah 0,971 atau lebih dari
0,700. 7) Revisi III sebanyak 72 butir pernyataan yang diujicobakan terdapat 4 butir pernyataan yang
tidak valid yang mempunyai nilai Rxy kurang dari 0,312 dan nilai sig (2) lebih dari 0,05 yaitu pada
butir valensi nomor 28 dan 31, serta pada butir faktual nomor 64 dan 70. Keempat butir pernyataan
yang tidak valid tersebut dibuang dan tidak digunakan lagi dalam uji berikutnya 8)Uji coba luas /
pernyataan valid tidak valid a)Uji validasi konkuren Berdasarkan hasil output perhitungan dengan
program SPSS 20,0 didapatkan nilai signifikansi (Sig.) 0,000 ≤ 0,05 yang berarti signifikan dan nilai
pearson correlation sebasar 0,379 yang berarti ada korelasi dari data valensi dan data faktual, sehingga
menunjukkan adanya korelasi antara sikap dan perilaku dari nilai Tanggung Jawab siswa. b) Uji
validari konstruk didapatkan dari output KMO and Bartlett’s Test of Sphericity dengan Chi-Square
6138,797 terhadap 68 butir pernyataan yang layakterhadap 68 butir pernyataan. Sebanyak 34 butir
pernyataan valensi dan 34 butir pernyataan faktual. Dari hasil output uji analisis faktorial yang
dilakukan pertama diperoleh data KMO-MSA dan Bartlett test of sphericity sebesar 0,684 dengan
signifikansi 0,000 dan Chi-Square 6138,797; Derajad kebebasan diketahui adalah 2278. Nilai ini
berarti matriks korelasi bukan merupakan matrik identitas sehingga analisis faktor dapat dilanjutkan
output data hasil dari tabel communalities akan dapat dilihat seberapa besar pengaruh variabel item
terhadap faktor. Misalnya : butir nomor 1 angka extraction pada tabel communalities adalah 0,756, ini
artinya bahwa butir nomor 1 berkontribusi terhadap faktor atau dapat menjelaskan faktor
sebesar75,6%, butir nomor 2 angka communalitiesnya adalah 0,707, ini artinya bahwa butir nomor
berkontribusi terhadap faktor sebesar 70,7%,Total Variance Explained pada kolom “component”
terlihat bahwa yang menunjukkan paling banyak ada 19 faktor yang dapat mewakili variabel. Atau
dari 68 butir pernyataan valensi dan faktual yang dihasilkan 19 faktor. Ada dua macam analisis
penjelasan varian yaitu Initial Eugenvalues dan Extraction Sums of Squared Loadings. Data pada
Initial Eugenvalues menunjukkan faktor yang terbentuk, sedangkan pada Extraction Sums of Squared
Loadings ini menunjukkan banyaknya varian yang diperoleh. Dalam penjelasan tabel diatas terbentuk
maksimal 19 faktor dan 19 varians Scree Plot adalah merupakan salah satu alternatif yang dapat
digunakan untuk membantu peneliti menentukan berapa banyak faktor terbentuk yang dapat mewakli
keragaman variabel.

 
Journal of Educational Evaluation Studies 134 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

Berdasarkan tabel Rotated Component Matrix masing-masing butir masuk ke dalam suatu
faktor dengan nama faktor 9). Instrument final Sikap Tanggung Jawab72 butir pernyataan terdiri
dari 36 butir faktual dan 36 butir valensi, maka pada hasil pengujian validitas konstruk dengan
analisis faktor diperoleh instrumen final sikap tanggung jawab yang kebakuannya telah teruji, yaitu
sejumlah 68 butir pernyataan terdiri dari 34 butir valensi dan 34 butir faktual yang dikembangkan dari
8 indikator tanggung jawab. Dan diperoleh 19 faktor yang terbentuk.
Implementasi Instrumen Final dari 140 siswa dapat diketahui ada 80 siswa memperoleh skor
sikap tanggung jawab dalam kategori Sangat Tinggi, 54 siswa memperoleh nilai kategori Tinggi, dan 3
siswa dalam kategori Sedang. Dan menurut hasil data, ada 1 siswa yang masuk dalam kategori Rendah
serta ada 1 siswa yang masuk dalam kategori Sangat Rendah.

Kesimpulan Dari hasil penelitian, Analisa data yang diperoleh dilapangan dan hasil
pembahasan data dari penulis maka dapat disimpulkan tentang pengembangan instrument pengukuran
sikap Tanggung jawab siswa sekolah dasar di SD Gugus 1 Kecamatan Cangkringan Kabupaten
Sleman Yogyakarta pada Tahun Ajaran 2019/2020 sebagai berikut:1). Berdasarkan pengamatan dan
wawancara dari guru- guru kelas IV di Gugus 1 Kecamatan Cangkringan bahwa selama ini dari
penilaian sikap masih dengan berbagai cara dan belum menggunakan instrument yang valid.2).
Guru mengevaluasi sikap tanggung jawab siswa selama ini dari penilaian guru yang dapat bersifat
subyektifitas atau hanya melihat secara kasat mata dari perilaku siswa tanpa menggunakan instrumen
pengukuran yang valid dan baku.3)Telah dikembangkan instrumen pengukuran sikap tanggung jawab
 
Journal of Educational Evaluation Studies 135 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
siswa , sesuai tahapan: a.Instrumen terdiri atas 8 indikator, yang semula terdiri 12 indikator.
b.Instrumen pengukuran dijabarkan dalam butir pernyataan sebanyak 72 butir yang terdiri dari 36
butir valensi dan 36 butir faktual. c..Penyusunan dan pengembangan butir-butir instru,men sikap
tanggung jawab melalui berbagai tahap pengembangan dari penyusunan indicator serta model awal
yang kemudian divalidasi ahli , di ujicobakan, direvisi, ujivalidasi dan reabilitas butir instrument di
revisi lagi samapa di analisis fakator hingga mengahsilkan instrumen final yang telah lolos dari
berbagai tahapan uji pembakuan instrument hingga instrument memenuhi persyaratan validitas dan
reliabilitas dan layah untuk menilai sikap tanggung jawab siswa. 4) Hasil pengujian instrumen
pengukuran sikap tanggungnjawab siswa , instrumrn final sebagai berikut : a Uji Validitas Butir (Nilai
Rxy hampir semua>rtabel dan Nilai Sig. < 0,05), dari 72 butir pernyataan terdiri 36 butir valensi dan
36 butir faktual, dinyatakan valid sejumlah 68 butir pernyataan yaitu 34 butir valensi dan 34 butir
faktual.b) Uji Reliabilitas diperoleh hasil perhitungan 0,971 atau lebih dari 0,700.c)Uji Validitas
Konkuren, diperoleh skor pearson correlation sebesar 0,379, berarti ada korelasi antara data valensi
dan data faktual.d) Uji Validitas Konstruk, dihasilkan Nilai KMO sebesar 0,684. e)Diperoleh 19
faktor yang terbentuk yang mampu menjelaskan variabel. 5)Rata-rata tingkat tanggung jawab siswa
kelas IV Sekolah Dasar di gugus 1 Kecamatan Cangkringan adalah 221.96 dan termasuk kategori
sangat tinggi.
Daftar Pustaka

Abdul Majid , 2014. Penilaian Autentik Proses hasil Belajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Amurwani Rahayu, Samsi Haryanto. 2017. Pengembangan Pengukuran Instrumen Nilai
KedisiplinanSiswa di SMA Negeri 2 Bantul. Jurnal Wiyata Dharma.Home > Vol 5, No
2 (2017)
Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, S. 2000. Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offet.

Azwar, S. 2011.Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.Brotowidjoyo,


M. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: PT Melton Putra.
Daryanto, Suryatri Darmiatun. 2013. Implementasi Pendidikkan Karakter di Sekolah . Yogyakarta :
Gava Media.
Dirman, Cicih Juarsih . 2014 . Seri Peningkatan Kompetensi dan Kinerja Guru Penilaian Dan
Evaluasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Fadila, Agiska Nur. 2015 . Penelitian Pengembangan Instrumen Pengukuran Tingkat Kepercayaan
Diri ( self Confidence ) Siswa Pada Pembelajaran Matematika Berbasis Penilaian
Diri, Jawa Barat, IAIN Syekh Nurjati.
Hany Kusumawati. 2018 . Udara Bersih Bagi Kesehatan Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013.
Klaten : Intan Pariwara
Ismet Basuki, Hariyanto. 2015 . Asesmen Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Lickona,Thomas.2013. Pendidikan karakter panduan lengkap mendidik siswa menjadi pintar dan baik
. Bandung : Nusa Media (penrjemah Lita S).
Lickona,Thomas. 2015. Mendidik untuk membentuk karakter,. Bagaimana sekolah dapat
mengajarkan sikap hormat dan tanggungjawab ( diterjemahkan oleh Juma abdu
Wamaungo ) . Jakarta : Bumi Aksara.

 
Journal of Educational Evaluation Studies 136 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019

Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
Mardapi, Djemari. 2017. Pengukuran, penilaian dan evaluasipendidikan. Yogyakarta: Parama
Publishing.
Mardapi, Djemari. 2018. Teknik penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes , Jogjakarta : Mitra cendekia

Maulise, S. 2010 . Dasar-dasar Pendidikan. Jambi: Universitas Jambi.

Muhammad fadlillah , Lilif Mualifatu Khorida. 2013. Pendidikkan Karakter Anak Usia Dini Konsep
dan Aplikasinya dalam PAUD. Jojakarta : Ar-Ruzz Media.
Muri Yusuf, 2015 . Asesmen dan Evaluasi Pendidikan . Jakarta : Premadamedia Group

Nana Sutarna. 2018 . Pendidikkan Karakter Siswa Sekolah Dasar . Yogyakarta : Pustaka Diniyah.

Saiffudin Azwar. 2015. Sikap manusia dan pengukurannya edisi kedua. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Subur, 2015. Pembelajaran Nilai Moral berbasis kisah .Yogtakarta :Kalimedia..

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
Bandung : Alfabeta Cv.

Sukiman. 2016. Buku Seri Pendidikan Orang Tua: MengembangkanTanggung Jawab, Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Suyanto, Asep Jihad. 2013 . Menjadi Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan
Kualitas Guru di Era Global. Jakarta : Esensi Erlangga Group.

Syofian Siregar. 2014. Statistika Deskriptif untuk Penelitian di Lengkapi Perhitungan Manual dan
Aplikasi SPSS versi 17. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Zubaedi. 2013. Desain Pendidikkan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga pendidikkan.
Jakarta : Kencana Media Group.

Zuriah, Nurul. 2015. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif perubahan. Jakarta : Bumi
Aksara.

Profil Singkat
Penulis dilahirkan di Sleman, 02 Mei 1973. Menempuh pendidikan S1 PGSD di Universitas Terbuka
yang diselesaikan pada tahun 2011. Saat ini penulis sebagai Kepala Sekolah di SD Negeri
Cangkringan 1, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.

 
Journal of Educational Evaluation Studies 137 
ISSN 2715-8993 (online)
 
Journal of Educational Evaluation Studies (JEES), 1 (1), 2019
Available online at: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/JEES

 
Journal of Educational Evaluation Studies 138 
ISSN 0000-0000 (online)
 

Anda mungkin juga menyukai