Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH JURNALISTIK

KELOMPOK 3 :
NAMA :
1. ALIFFIA RAFIFAH INDRANI
2. SILVIATU ASSYIFA
3. LARRY BAMBANG PRAMUDYA
4. SITI HAMIDATUL PUTRI

1
KATA PENGANTAR

Menyebut Nama Allah yang Maha pengasih dan Maha Penyayang. Puji dan syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan KasihNya, sehingga laporan tentang kilas
balik wartawan indonesia, kode etik wartawan indonesia, dewan pres, tugas dewan pres dapat
diselesaikan sesuai tepat waktu.

laporan kegiatan kerja di Dinas Pertanian Kabupaten Bantuk ini merupakan laporan
pertanggungjawaban dalam menjalan program kegiatan yang telah disesuaikan dengan visi dan
misi. Tentu saja sudah dibuat sesuai dengan rumus yang mengacu pada pokok tugas dan
peran yang disimpan sesuai jobdesk.

Laporan kegiatan yang dijalankan lewat serangkaian kegiatan ini berharap dapat berjalan dan
dapat meningkatkan kinerja, sehingga mendukung keberhasilan penyelenggaran program-
program pertanian untuk masyarakat.

Sehingga laporan kegiatan ini tidak hanya menjadi laporan saja. tetapi juga dapat menjadi
acuan, menambah wawasan bagi para pembacanya. agar ada kemajuan dari laporan satu
dengan laporan lain di masa yang akan datang.

parung panjang , 7 september 2023

2
DAFTAR ISI
Kata pengantar.......................................................................2
Daftar isi.................................................................................3
BAB I PEMBAHASAN...............................................................4
1.1 Kilas balik wartawan indonesia.........................................4
1.2 Kode etik wartawan indonesia..........................................5
1.3 Dewan pres, tugas dewan pres..........................................6

BAB II PENUTUP......................................................................8
a. Simpulan........................................................................................................................................8

B. saran...............................................................................................................................................8.

3
BAB I PEMBAHASAN
1.1
Kilas balik wartawan indonesia
Dalam sejarah mencapai Indonesia merdeka, wartawan Indonesia tercatat sebagai patriot bangsa
bersama para perintis pergerakan di berbagai pelosok tanah air yang berjuang untuk menghapus
penjajahan. Di masa pergerakan, wartawan bahkan menyandang dua peran sekaligus, sebagai aktivis
pers yang melaksanakan tugas-tugas pemberitaan dan penerangan guna membangkitkan kesadaran
nasional dan sebagai aktivis politik yang melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan membangun
perlawanan rakyat terhadap penjajahan, Kedua peran tersebut mempunyai tujuan tunggal, yaitu
mewujudkan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, wartawan Indonesia masih melakukan peran ganda sebagai
aktivis pers dan aktivis politik. Dalam Indonesia merdeka, kedudukan dan peranan wartawan
khususnya, pers pada umumnya, mempunyai arti strategik sendiri dalam upaya berlanjut untuk
mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
Aspirasi perjuangan wartawan dan pers Indonesia memperoleh wadah dan wahana yang berlingkup
nasional pada tanggal 9 Februari 1946 dengan terbentuknya organisasi Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI). Kelahiran PWI di tengah kancah perjuangan mempertahankan Republik Indonesia
dari ancaman kembalinya penjajahan, melambangkan kebersamaan dan kesatuan wartawan
Indonesia dalam tekad dan semangat patriotiknya untuk membela kedaulatan, kehormatan serta
integritas bangsa dan negara. Bahkan dengan kelahiran PWI, wartawan Indonesia menjadi semakin
teguh dalam menampilkan dirinya sebagai ujung tombak perjuangan nasional menentang kembalinya
kolonialisme dan dalam menggagalkan negara-negara noneka yang hendak meruntuhkan Republik
Indonesia.
26 tahun kemudian menyusul lahir Serikat Grafika Pers (SGP), antara lain karena pengalaman pers
nasional menghadapi kesulitan di bidang percetakan pada pertengahan tahun 1960-an. Kesulitan
tersebut meningkat sekitar tahun 1965 sampai 1968 berhubung makin merosotnya peralatan cetak di
dalam negeri, sementara di luar Indonesia sudah digunakan teknologi grafika mutakhir, yaitu sistem
cetak offset menggantikan sistem cetak letter-press atau proses ‘timah panas’. Mesin-mesin dan
peralatan cetak letter-press yang sudah tua, matrys dengan huruf-huruf yang campur-aduk, teknik
klise yang tidak lagi mampu menghasilkan gambar-gambar yang baik, semuanya menambah
suramnya kehidupan pers nasional. Oleh karena itu, tergeraklah keinginan untuk meminta pemerintah
ikut mengatasi kesulitan tersebut. Pada bulan Januari 1968 sebuah nota permohonan, yang mendapat
dukungan SPS dan PWI, dilayangkan kepada Presiden Soeharto waktu itu, agar pemerintah turut
membantu memperbaiki keadaan pers nasional, terutama dalam mengatasi pengadaan peralatan
cetak dan bahan baku pers.
Sejauh ini, sebagaimana para jurnalis Indonesia di masa penggalangan kesadaran bangsa, para
wartawan dari generasi 1945 yang masih aktif tetap menjalankan profesinya dengan semangat
mengutamakan perjuangan bangsa, kendati rupa-rupa kendala menghadang kiprahnya. Mengingat
sejarah pers nasional sebagai pers perjuangan dan pers pembangunan, maka tepatlah keputusan
Presiden Soeharto tanggal 23 Januari 1985 untuk menetapkan tanggal 9 Februari sebagai Hari Pers
Nasional.
Penulis: Aris Akbar Junior
Gambar: Canva
Sumber: Sekilas Sejarah Pers Indonesia
Akun Media Sosial LPT sAndi STPN

4
1.2 KODE ETIK WARTAWAN INDONESIA

Kode Etik Wartawan Indonesia Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi
manusia untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Dalam mewujudkan kemerdekaan
pers, wartawan Indonesia menyadari adanya tanggung jawab sosial serta keberagaman
masyarakat. Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat
diperlukan suatu landasan moral/etika profesi yang bisa menjadi pedoman operasional dalam
menegakkan integritas dan professionalitas wartawan. Atas dasar itu, wartawan Indonesia
menetapkan Kode Etik

1. Wartawan Indonesia menhormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar

2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan
informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi.

3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta
dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat

4.Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnak, sadis dan cabul,
serta tidak menyebut identitas korban kejahatan susila

5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalahkan profesi.

6. Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar
belakang dan off the record sesuai kesepakatan.

7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani
Hak Jawab. Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik ini sepenuhnya
diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh Organisasi yang dibentuk untuk itu.

1.3 DEWAN PRES DAN TUGAS DEWAN PRES

Dewan pres adalah sebuah lembaga independen di indonesia yg berfungsi untuk


mengembangkan dan melindungi kehidupan pres di indonesia.Dewan pres berdiri pada tahun
1966 melalui undang – undang no. 11 tahun 1966 tentang ketentuan – ketentuan pokok pres,
tetapi pada saat itu dewan pres berfungsi sebagai penasehat pemerinah dan memiliki hubungan
secara struktual dengan departemen penerangan.Seiring berjalanya waktu dewan pres terus
berkembang dan akhirnya memiliki daar hukm terbaru yaitu NO.40 tahun 1999 tentang pres.
Sejak aaat itu, dewa pres , menjadi seuah lembaga independen .
Fungsi Dewan Pers juga berubah, yang dahulu sebagai penasehat Pemerintah sekarang telah
menjadi pelindung kemerdekaan pers. Tidak ada lagi hubungan secara struktural dengan

5
Pemerintah. Dihapuskannya Departemen Penerangan pada masa Presiden Abdurrahman
Wahid menjadi bukti. Dalam keanggotaan, tidak ada lagi wakil dari Pemerintah dalam Dewan Pers.
Tidak ada pula campur tangan Pemerintah dalam institusi dan keanggotaan, meskipun harus
keanggotaan harus ditetapkan melalui Keputusan Presiden. Untuk Ketua dan Wakil Ketua Dewan
Pers, dipilih melalui mekanisme rapat pleno (diputuskan oleh anggota) dan tidak dicantumkan dalam
Keputusan Presiden. Pemilihan anggota Dewan Pers independen awalnya diatur oleh Dewan Pers
lama. Atang Ruswati menjabat sebagai Ketua Badan Pekerja Dewan Pers, sebuah badan bentukan
Dewan Pers sebelum dilakukannya pemilihan anggota. Badan Pekerja Dewan Pers kemudian
melakukan pertemuan dengan berbagai macam organisasi pers juga perusahaan media. Pertemuan
tersebut mencapai sebuah kesepakatan bahwa setiap organisasi wartawan akan memilih dan juga
mencalonkan dua orang dari unsur wartawan serta dua dari masyarakat. Setiap perusahaan media
juga berhak untuk memilih serta mencalonkan dua orang yang berasal dari unsur pimpinan
perusahaan media juga dua dari unsur masyarakat. Ketua Dewan Pers independen yang pertama
kali adalah Atmakusumah Astraatmadja.

Fungsi Dewan Pers


Menurut Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Pers, Dewan Pers berfungsi sebagai berikut:;

 Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;


 Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers;
 Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;
 Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas
kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers;
 Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah;
 Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di bidang pers
dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;
 Mendata perusahaan pers.

Dewan Pers bersifat mandiri dan tidak ada lagi bagian pemerintah di dalam struktur
pengurusannya

Keanggotaan
Menurut Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Pers,[4] anggota Dewan Pers dipilih
secara demokratis setiap tiga tahun sekali. Anggota Dewan Pers terdiri atas:

 Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;


 Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers; dan
 Tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang lainnya yang dipilih
oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers
Untuk periode 2022-2025, anggota Dewan Pers adalah:[6][7][8]
1. Dr. Ninik Rahayu (unsur tokoh masyarakat) (ketua)
2. Muhamad Agung Dharmajaya (wakil ketua) (unsur perusahaan pers)
3. Arif Zulkifli (unsur wartawan)
4. Paulus Tri Agung Kristanto (unsur wartawan)

6
5. Yadi Heriyadi Hendriana (unsur wartawan)
6. Asmono Wikan (unsur perusahaan pers)
7. Totok Suryanto (unsur perusahaan pers)
8. Atmaji Sapto Anggoro (unsur tokoh masyarakat)
Untuk periode 2019-2022, anggota Dewan Pers adalah:[9]
1. Prof. Mohammad NUH (unsur tokoh masyarakat) (ketua)
2. Hendry Chaeruddin Bangun (unsur wartawan) (wakil ketua)
3. Agus Sudibyo (unsur tokoh masyarakat)
4. Hassanein Rais (unsur tokoh masyarakat)
5. Ahmad Djauhar (unsur perusahaan pers)
6. Muhamad Agung Dharmajaya (unsur perusahaan pers)
7. Asep Setiawan (unsur perusahaan pers)
8. Arif Zulkifli (unsur wartawan)
9. Jamalul Insan (unsur wartawan)
Untuk periode 2016-2019, anggota Dewan Pers adalah:[10]
1. Ir. Yosep Adi Prasetyo (unsur tokoh masyarakat) (ketua)
2. Ahmad Djauhar (unsur perusahaan pers) (wakil ketua)
3. Imam Wahyudi (unsur tokoh masyarakat)
4. Sinyo Hary Sarundajang (unsur tokoh masyarakat)
5. Jimmy Silalahi (unsur perusahaan pers)
6. Reva Deddy Utama (unsur perusahaan pers)
7. Ratna Komala (unsur wartawan)
8. Nezar Patria (unsur wartawan)
9. Hendry Chaeruddin Bangun (unsur wartawan)

Struktur Kelembagaan[sunting | sunting sumber]


Dewan Pers awalnya terdiri atas 4 komisi agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Pada
kepengurusan Periode 2022-2025, komisi tersebut bertambah menjadi 7 komisi. Komisi-komisi yang
terdapat dalam Dewan Pers adalah:
1. Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Pers; dengan Ketua Komisi Yadi Hendriana dan Wakil
Ketua Paulus Tri Agung Kristanto
2. Komisi Hukum dan Perundang-undangan; dengan Ketua Komisi Arif Zulkifli dan Wakil Ketua Asep
Setiawan
3. Komisi Pendidikan, Pelatihan Dan Pengembangan Profesi; dengan Ketua Komisi Paulus Tri
Agung Kristanto dan Wakil Ketua Yadi Hendriana
4. Komisi Hubungan An
5. Komisi Penelitian, Pendataan dan Ratifikasi Pers; dengan Ketua Komisi Atmaji Sapto
Anggoro dan Wakil Ketua: Asmono Wikan

7
6. Komisi Informasi dan Komunikasi; dengan Ketua Komisi Asmono Wikan dan Wakil Ketua Atmaji
Sapto Anggoro
7. Komisi Kemitraan dan Infrastruktur Organisasi; dengan Ketua Komisi Asep Setiawan dan Wakil
Ketua Totok Suryanto

Dewan Pers juga diizinkan mendirikan perwakilan di sejumlah ibu kota provinsi yang sarat
akan media seperti Surabaya, Medan dan Makassar. Tetapi perwakilan ini hanya berfungsi
sebagai penyalur pengaduan publik terkait pemberitaan di wilayahnya ke Dewan Pers,
memberikan saran terkait sengketa, dan tidak memiliki wewenang untuk memkan sengketa
meskipun dapat diikutsertakan dalam sidang-sidang Dewan Pers.

BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil makalah ini, Kami menyimpulkan data yaitu lambang untuk memberi tanda
penyelesain tugas makalah jurnalistik.Kemerdekaan pres merupakan sarana terpenuhinya hak asasi
manusia untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Dalam mewujudkan kemerdekaan pres,
wartawan indonsia menyadari adanya tanggung jawab sosial serta keberagaman masyarakat. Guna
menjamin tegaknya kebebasan pres serta terpenuhinya hak- hak masyarakat diperlukan suatu landasan
moral/ etika profesi yg bisa menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan
profesionalitas wartawan.

B.SARAN

Selama pembuatan makalah penulis menyadari betul adanya banyak kekurangan, dalam
pembuatan makalah ini kami membuka saran dan keritik dalam makalah ini.

8
9

Anda mungkin juga menyukai