KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS WAMLANA
NOMOR :
TENTANG
MANAJEMEN PENUNJANG LAYANAN KLINIS PUSKESMAS WAMLANA
MEMUTUSKAN
PELAYANAN LABORATORIUM
1. Tersedianya jenis – jenis pemeriksaan laboratorium dan jumlah petugas
kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan dan jam buka pelayanan.
2. Jenis-jenis pelayanan Laboratorium yang tersedia di Puskesmas Wamlana
adalah:
Jenis Rincian Jam Buka
No
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
1 Pemeriksaan Hemoglobin (hb) Senin (08.00-12.00)
hematologi Selasa (08.00-12.00)
Rabu (08.00-12.00)
Kamis (08.00-12.00)
Jumat (08.00-11.00)
Sabtu (08.00-12.00)
2 Pemeriksaan kimia Asam Urat, Gula Darah Senin (08.00-12.00)
klinik Sewaktu, Gula Darah Selasa (08.00-12.00)
HEMATOLOGI
1 Hemoglobin (Hb) 14-18 gr/dL (laki-laki)
12-16 gr/dL (perempuan)
URINALISA
1 Makroskopis
Warna
Kejernihan
Bau
Volume
2 PH 5.0
3 Berat Jenis 1.000
4 Protein Negatif
5 Glukosa Negatif
6 Bilirubin Negatif
8 Keton Negatif
9 Nitrit Negatif
10 Lekosit Negatif
11 Eritrosit Negatif
KIMIA KLINIK
1 Glukosa darah sewaktu < 200 mg/dL
2 Glukosa darah puasa 70-110 mg/dL
3 Kolesterol Total < 200 mg/dL
4 Asam Urat 2-7 mg/dL
MIKROBIOLOGI &
PARASITOLOGI
1 BTA Negatif
2 Malaria mikroskopis Negatif
IMUNOLOGI
1 Tes Kehamilan
2 Golongan Darah
3 RDT Malaria Negatif
4 RDT Frambusia Negatif
Ditetapkan di : Wamlana
pada tanggal :
KEPALA PUSKESMAS WAMLANA,
MOKSEN Z. TOMHISA
LAMPIRAN II KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS WAMLANA
NOMOR
TENTANG MANAJEMEN
PENUNJANG LAYANAN KLINIS DI
PUSKESMAS WAMLANA
PELAYANAN OBAT
1. Pelayanan obat menggunakan metode penilaian, pengendalian, penyediaan
dan penggunaan obat dengan kejelasan prosedur penyediaan dan
penggunaan obat.
2. Pelayanan obat-obatan tersedia selama 6 hari kerja mengikuti jadwal buka
pelayanan di Puskesmas.
3. Obat yang tersedia di Puskesmas harus sesuai dengan Formularium
Puskesmas. Evaluasi obat paling lambat 1 bulan. Petugas farmasi dalam hal
ini asisten farmasi membuat laporan pemakaian obat selama 1 bulan dan
membuat usulan permintaan obat ke dinas kesehatan per 3 bulan guna
menjamin ketersediaan obat di pelayanan puskesmas dan jaringan seperti
puskesmas pembantu dan pos kesehatan desa.
4. Tersedianya daftar formularium Puskesmas yang mengacu pada
Formularium Nasional.
5. Petugas yang berhak memberi resep harus dokter, dan petugas yang berhak
menyediakan dan memberikan obat harus Apoteker atau Asisten Apoteker
atau petugas non farmasi yang telah mengikuti pelatihan dan diberikan
delegasi wewenang.
6. Ditetapkan prosedur dalam proses peresepan, pemesanan dan pengelolaan
obat sesuai pedoman pelayanan kefarmasian.
7. Jika obat yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga di identifikasi dan di
tindaklanjut sesuai instruksi dokter.
8. Petugas farmasi diwajibkan untuk membuat perencanaan dan mengelola
obat dengan tertib administrasi sehingga dapat mencegah terjadi pemberian
obat kadaluarsa dengan sistim FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First
In First Out) serta mencegah terjadinya kehilangan obat.
9. Dalam hal adanya obat yang sangat dibutuhkan oleh pasien dan tidak
tersedia di formularium atau Gudang Farmasi Kabupaten Buru maka
petugas farmasi diharuskan untuk mendata obat-obat tersebut dan
mengusulkan pengadaannya kepada kepala puskesmas.
10. Penggunaan psikotropika dan narkotika harus diawasi dan di kendalikan
secara ketat. Antara lain dalam :
a. Peresepan, diberikan oleh dokter;
b. Penyimpanan obat Psikotropika dan Narkotika, diletakkan pada lemari
tersendiri dan dengan dua kunci;
c. Pemusnahan obat Psikotropika dan Narkotika yang telah kadaluarsa;
d. Pelaporan obat Psikotropika dan Narkotika secara berkala setiap bulan.
11. Pemberian obat kepada pasien harus disertai dengan label obat yang jelas
mencakup nama obat, dosis, cara pemberian, dan tanggal kadaluwarsa.
12. Petugas pemberi obat ke pasien harus memberikan informasi penggunaan
dan efek samping obat dengan jelas, riwayat alergi, interaksi obat, dan
petunjuk penyimpanan obat dirumah. Efek samping obat harus di laporkan
dan ditindak lanjut.
13. Penanganan obat kadaluarsa dikelola sesuai prosedur pengelolaan obat
kadaluarsa.
14. Petugas pemberi kefarmasian melaksanakan prosedur pencatatan,
pemantauan, pelaporan dalam rekam medis bila terjadi efek samping
penggunaan obat KTD, KNC, termasuk kesalahan pemberian obat, setelah
itu harus ditindaklanjuti dan didokumentasikan.
15. Obat-obat emergensi harus tersedia di unit-unit pelayanan di Puskesmas
untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi.
16. Daftar obat-obat emergensi:
NO NAMA OBAT LOKASI
1 Diazepam injeksi 5mg/ml (i.v.) Farmasi
2 Dexamethason injeksi 5 mg/ml Poli umum, ruang
(i.v./i.m.) tindakan
3 Difenhydramin injeksi 10 mg/ml Poli umum, ruang
tindakan
4 Epinefrin (adrenalin) injeksi 0,1 % Poli umum, ruang
(i.v./s.k./i.m.) tindakan
6 Natrium clorida infus 0,9% Ruang tindakan,
kamar bersalin
8 Ringer laktat infus Ruang tindakan,
kamar bersalin
9 Lidokain injeksi 2% (infiltr/p.v.) Poli KIA/KB, Ruang
tindakan, kamar
bersalin
17. Obat-obat emergensi yang ada di ruang tindakan, ruang bersalin, dan rawat
jalan harus di simpan, di jaga, di lindugi dari kehilangan atau pencurian dan
dimonitoring serta hasilnya harus ditindak lanjuti.
Ditetapkan di : Wamlana
pada tanggal :
KEPALA PUSKESMAS WAMLANA,
MOKSEN Z. TOMHISA
LAMPIRAN III KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS WAMLANA
NOMOR ..............................................
....
TENTANG MANAJEMEN
PENUNJANG LAYANAN KLINIS DI
PUSKESMAS WAMLANA
Ditetapkan di : Wamlana
pada tanggal :
KEPALA PUSKESMAS WAMLANA,
MOKSEN Z. TOMHISA
LAMPIRAN IV KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS WAMLANA
NOMOR
TENTANG MANAJEMEN
PENUNJANG LAYANAN KLINIS DI
PUSKESMAS WAMLANA
Ditetapkan di : Wamlana
pada tanggal :
KEPALA PUSKESMAS WAMLANA,
MOKSEN Z. TOMHISA
LAMPIRAN V KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS WAMLANA
NOMOR
TENTANG MANAJEMEN
PENUNJANG LAYANAN KLINIS DI
PUSKESMAS WAMLANA
MANAJEMEN PERALATAN
1. Petugas pengelola instrumen membuat prosedur untuk memisahkan alat
yang bersih dan alat yang kotor, alat yang memerlukan sterilisasi, alat yang
membutuhkan perawatan lebih lanjut (tidak siap pakai) serta alat-alat yang
membutuhkan persyaratan khusus untuk peletakannya.
2. Petugas pengelola instrumen harus mempuntai prosedur sterilisasi dan
melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan prosedur secara berkala.
3. Apabila memperoleh bantuan peralatan Kepala Puskesmas, bendahara
barang, petugas pengelola instrumen harus mengetahui penanganan
bantuan peralatan tersebut.
4. Puskesmas penanggung jawab pengelolaan peralatan membuat daftar
inventaris peralatan klinis dengan menunjuk petugas penanggungjawab
pengelolaan peralatan dan kalibrasi.
5. Petugas penanggung jawab pengelolaan peralatan menetapkan alat ukur dan
melakukan kalibrasi secara teratur dan ada buktinya.
6. Petugas penanggungjawab pengelolaan peralatan mempunyai sistem kontrol
peralatan, testing dan perawatan secara rutin untuk peralatan klinis yang
digunakan serta mendokumentasikan hasil pemantauan.
7. Petugas penanggung jawab pengelolaan peralatan membuat kebijakan dan
prosedur penggantian dan perbaikan alat yang rusak agar tidak mengganggu
pelayanan.
Ditetapkan di : Wamlana
pada tanggal :
KEPALA PUSKESMAS WAMLANA,
MOKSEN Z. TOMHISA
LAMPIRAN VI KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS WAMLANA
NOMOR
TENTANG MANAJEMEN
PENUNJANG LAYANAN KLINIS DI
PUSKESMAS WAMLANA
MOKSEN Z. TOMHISA