Anda di halaman 1dari 3

Prilaku Masyarakat Indonesia Terhadap Hal Baru

“Mass Rapid Transit (MRT)”


Oleh Lidya Octaliani
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar TM 2018

MRT Jakarta, singkatan dari Mass Rapid Transit Jakarta, Moda Raya Terpadu atau Angkutan
Cepat Terpadu Jakarta adalah sebuah sistem transportasi transit cepat menggunakan kereta rel
listrik di Jakarta. Proses pembangunan telah dimulai pada tanggal 10 Oktober 2013 dan
diresmikan pada 24 Maret 2019.

Layanan MRT ini diberi nama "Ratangga". Kata ratangga merupakan kata bahasa Jawa


Kuno yang berarti "kendaraan beroda" atau "kereta". Operator layanan ini, PT MRT Jakarta,
merupakan badan usaha milik daerah yang modalnya dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

PT MRT Jakarta juga bekerja sama dengan Qlue Indonesia dalam mengatasi masalah lapangan
yang terjadi selama pengoperasian kereta MRT ini. Penanganan keluhan atau complain handling
ini dibuat dalam aplikasi berbasis media social. ini bentuk kontribusi masyarakat maupun
pemerintah dalam menjaga MRT agar tetap menjadi tranportasi yang nyaman dan menjadi
transportasi yang dapat memperbaiki kota, khususnya Jakarta.

Berbagai respond yang diberikan masyarakat terhadap hadirnya MRT ini. MRT dinilai dapat
mengurangi kemacetan di kota Jakarta dan memberikan kenyamanan kepada si penompang.
Disisi lain, harga tiket MRT pun terbilang relative murah.

“Berdasarkan apa yang kami ketahui harga tiket (MRT) ini akan sangat terjangkau, dengan
demikian masyarakat akan terdorong untuk menggunakan transportasi public ketimbang
kendaraan pribadi,” kata Stephane De Loacer kepada Antara di Jakarta, selasa (12/02/2019)

Tidak hanya itu, banyak artis-artis tanah air dan youtuber yang sudah mencoba uji coba MRT ini.
Melalui vlog yang di unggah di akun youtube dan ulasan mereka di media social, mereka
merasakan nyaman dan sangat puas terhadap MRT ini. Tidaka hanya itu, Mereka juga salut akan
kecepatan dari MRT ini. Saat berada di rangkaian bawah tanah, kecepatan MRT ini mencapai
80KM/Jam sedangkan disaat berada dijalur layang, kecepatan MRT akan bertambah dan menjadi
100KM/Jam

Ditenggah kebanggaan masyarakat Jakarta dan sekitarnya terhadap peresmian MRT ini, beredar
foto-foto yang menunjukan sikap masyarakat Indonesia yang tidak patut ditiru. Dimana difoto
tersebut terlihat orang-orang yang menjadikan stasiun sebagai tempat piknik keluarga dengan
makan nasi bungkus di dalam stasiun tersebut. Tidak hanya itu, juga beredar foto-foto
masyarakat yang bergelantungan pada hand grip dalam kereta, berdiri didepan pintu keluar-
masuk kereta, berdiri di kursi penompang, hingga buang sampah sembarangan.

Kareta MRT ini seharusnya menjadi alat transportasi yang memudahkan urusan masyarakat
dalam hal berpergian dan mengurangi masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya,
bukannya sebagai wadah tempat menunjukkan budaya buruk masyarakat dalam menanggapi
adanya hal baru.

Ini menunjukkan masih kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam menjaga fasilitas
umum, terutama transportasi public ini. Dengan adanya edukasi dan peringatan terus menerus
dari pihak MRT dan pemerintah, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat
Indonesia khususnya Jakarta.

Tetapi menurut mantan mentri dan kebudayaan yang dilansir dari merdeka.com, apa yang
dilakukan masyarakat didalam foto-foto yang tersebar itu adalah hal yang normal dan dinilai
sebagai proses pembelajaran. Kegiatan tersebut sebagai proses pembiasaan agar masyarakat
mengetahui bila MRT Jakarta memiliki aturan tersendiri. Dia juga mengimbau masyarakat dapat
melewati proses yang ada.

Seharusnya masyarakat tidak menyebar luaskan foto-foto tersebut, tetapi memberitahu cara
bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan dalam menggunakan transportasi umum ini. Dengan
demikian, penompang lain tidak akan terganggu dengan kelakuan yang tidak sepatutnya terjadi
itu dan masyarakat akan saling mengingtkan dalam hal kebaikan satu sama lainnya.

Masyarakat Indonesia seharusnya pintar dalam menggunakan fasilitas umum yang disediakan.
Adanya fasilitas transportasi public ini juga menjadi keuntungan semua belah pihak, baik para
pekerja disana, pemerintah maupun masyarakat. Jikalau tanggapan masyarakat malah merusak
fasilitas yang telah disediakan, tentu dampaknya akan terkena untuk kita semua.

Anda mungkin juga menyukai