Anda di halaman 1dari 4

Hari Minggu adalah hari peringatan kebangkitan Yesus/Isa, dan pada mulanya adalah hari ibadah

Kristen, sebelum akhirnya menjadi hari istirahat sekuler.

Berbeda dengan hari Sabat (hari Sabtu) orang Yahudi, orang Kristen (gereja) mula-mula beristirahat
pada hari pertama (hari Minggu), karena pada hari Minggu Yesus bangkit dari kematian. Hal itulah yang
membedakan mereka dengan orang Yahudi pada waktu itu.

Kata Minggu diambil dari bahasa Portugis/Spanyol = domingo, yang berarti “hari Tuhan kita” [Minggu –
Wikipedia bahasa Indonesia] Beberapa aliran gereja juga menyebut hari ini sebagai “hari Paskah kecil”
untuk membedakan perayaan mingguan ini dengan perayaan Paskah tahunan.

Dalam perkembangannya hari Minggu yang sebenarnya hari pertama dalam sepekan, oleh ISO
ditetapkan menjadi hari ketujuh dalam sepekan, yang merupakan salah kaprah yang tidak sesuai
sejarah. Di antara nama-nama hari dalam sepekan dalam bahasa-bahasa di dunia pun tidak terdapat
kesepakatan. Ada yang memulai menghitung dari Senin, ada pula yang mulai dari Minggu.

Pada zaman dahulu kala

Tepatnya 2000 tahun yang lalu, sebelum peristiwa Paskah (kebangkitan Yesus), orang-orang Yahudi
memiliki hari istirahat, yaitu hari ketujuh, yang diberi nama hari Sabat (hari perhentian).

Pada hari itu orang-orang Yahudi tidak ada yang bekerja, dan mereka beristirahat untuk memperingati
peristiwa penciptaan dunia yang tercatat di kitab Kejadian; Allah menciptakan dunia selama 6 hari, dan
pada hari ketujuh Allah beristirahat dan memberkati ciptaan-Nya.

Kemudian ketika Musa dan bani Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir dan berkelana di padang
gurun Sinai selama 40 tahun, bangsa Israel mulai memperingati hari Sabat sebagai hari perhentian;
sebelum itu, sejak zaman Adam hingga Ibrahim hingga keturunannya menetap di Mesir mereka tidak
memperingatinya secara khusus, karena jati diri/konsep kebangsaan mereka baru tumbuh setelah
keluar dari Mesir. Oleh karena itu dapat dianggap mereka adalah orang pertama yang meliburkan diri
sehari dalam 7-hari-seminggu. Dan saya kira semua orang Israel setuju, tidak ada yang protes. (Siapa sih
yang mau protes kalau diberi hari libur?)

Dipercepat ke zaman Yesus kira-kira 2000 tahun setelah Ibrahim, orang Yahudi masih setia
melaksanakan ibadah pada hari Sabat; mereka pergi ke tempat ibadah orang Yahudi (sinagog), suatu
tradisi yang muncul belakangan, dan beristirahat pada hari tersebut. Bahkan, Yesus pun dicatat
melakukan hal tersebut karena ia sendiri merupakan orang Yahudi.

Baru setelah rangkaian peristiwa Paskah, Yesus disalib, mati, dan dikuburkan pada hari Jumat (sehari
sebelum hari Sabat), dan kemudian pada hari yang ketiga (sehari setelah hari Sabat) murid-murid-Nya
pagi-pagi benar pergi ke kubur untuk mengecek jasad Yesus (karena mereka tidak bisa melakukannya
pada hari Sabat – dilarang oleh agama), mereka tidak menemukan jasadnya.

Dan sisanya adalah sejarah.

Lalu datanglah Kaisar Konstantin

Pemerintahan Romawi memiliki sistem delapan hari seminggu. Entah kapan asal mulanya, ada yang
berpendapat mulai dari zaman kaisar Agustus (abad pertama, sezaman dengan Yesus), sistem tujuh hari
seminggu (dari bangsa Yahudi?) mulai digunakan. Bangsa Romawi masih menggunakan sistem 8-hari
seminggu bersama-sama dengan sistem 7-hari seminggu (mirip di Indonesia ada tanggalan sipil dan
tanggalan Jawa 5-hari seminggu, mungkin), setidak-tidaknya hingga tahun 354.

Kemudian sejak 7 Maret tahun 321, Kaisar Konstantinus I (Konstantinus Agung), kaisar Romawi Kristen
yang pertama, menetapkan hari Minggu sebagai hari istirahat bangsa Romawi.

On the venerable Day of the Sun let the magistrates and people residing in cities rest, and let all
workshops be closed. In the country, however, persons engaged in agriculture may freely and lawfully
continue their pursuits; because it often happens that another day is not so suitable for grain-sowing or
vine-planting; lest by neglecting the proper moment for such operations the bounty of heaven should be
lost.

“Day of the Sun” dalam kalender Romawi adalah hari untuk dewa matahari. Walaupun demikian,
penggunaan nama “Sunday” hanyalah peminjaman nama saja, dan hanya untuk bahasa Inggris dan
beberapa bahasa lainnya saja. Kebanyakan bahasa lain menyebutnya Hari Tuhan, hari tidak bekerja, atau
nama-nama sejenisnya.

Sejak era Konstantin, maka dapat dikatakan hari Minggu resmi menjadi hari libur, dan hal ini menyebar
ke negara-negara Eropa hingga zaman modern, mereka menggunakan kalender 7-hari seminggu bangsa
Yahudi, namun beristirahat pada hari pertama, sesuai dengan agama mayoritas di Eropa, yaitu
kekristenan.

Lalu datanglah Belanda


Nusantara. Kepulauan Rempah. Pelaut Belanda berlayar untuk mencari kekayaan, kejayaan, dan
rempah-rempah hingga ke Maluku dan bumi Nusantara. Dan dari merekalah kita memperoleh sistem
waktu dan penanggalan (yang mengalahkan sistem penanggalan lokal, seperti sistem pasaran Jawa 5-
hari seminggu dan kalender lainnya), menggunakan penghitungan tahun Masehi, 12 bulan setahun, 7-
hari seminggu, memperkenalkan konsep 24 jam sehari, 60 menit sejam, 60 detik semenit, dst. (Kita juga
mewarisi hukum sipil Belanda, tapi itu untuk pertanyaan yang lain)

Dewasa ini kita dapat melihat beberapa kelompok orang Kristen berdasarkan apa yang mereka percayai
tentang hari Minggu dan hari Sabat. Pada umumnya gereja Kristen dan Katolik arus utama memilih hari
Minggu sebagai hari istirahat, sesuai dengan semangat perayaan awalnya, yaitu merayakan Paskah
setiap minggunya (walaupun mungkin banyak di antara jemaat yang tidak menyadari fakta ini karena
kurangnya edukasi sejarah di tengah-tengah jemaat). Mereka juga tidak menganggap tabu untuk bekerja
pada hari Minggu. Pandangan tentang hari Sabtu/Sabat bagi mereka juga bukan merupakan hari
istirahat/hari tidak boleh bekerja. Bagi mereka yang harus bekerja pada hari Minggu, misalnya para
pendeta, pekerja sektor jasa, media, ataupun profesi lainnya, maka mereka tidak masalah dengan
mengganti hari istirahat mereka di hari Senin, atau hari lainnya.

Namun ada pula beberapa kelompok orang Kristen berusaha kembali ke budaya Yahudi untuk
memperingati hari Sabat pada hari Sabtu.

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Gereja Baptis Hari Ketujuh, orang Yahudi Mesianik, dll. Sementara
sebagian lainnya mengadopsi budaya Yahudi yang dilakukan pada hari Sabat dengan berbagai
pantangannya, untuk dilakukan pada hari Minggu – umumnya disebut sebagai Sabatarianisme.

Mereka bukan dari aliran tertentu, melainkan memiliki kepercayaan pribadi bahwa pada hari Minggu
mereka sama sekali tidak boleh bekerja, menutup toko, tidak mencari nafkah, dst., dan masing-masing
memiliki tingkatan observasi yang berbeda-beda, mulai dari buka setengah hari, tutup total, hingga yang
beranggapan bahwa bekerja pada hari Minggu adalah dosa.

Karena ada banyaknya pandangan ini, sebagian negara mengakomodir dengan memberlakukan kerja 5
hari seminggu, hari Sabtu dan Minggu libur (di antara alasan-alasan pragmatis lainnya).
Orang Kristen bebas memilih beribadah hari Sabtu atau Minggu. Bahkan ada beberapa gereja yang
menyelenggarakan ibadah pada dua hari tersebut setiap minggunya.

Anda mungkin juga menyukai