Anda di halaman 1dari 11

Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi

Vol. 11, No. 2, Desember 2022 pp.167 – 177


ISSN 2310-6051 (Print), ISSN 2548-4907 (online)
Journal homepage https://ejournal.undip.ac.id/index.php/interaksi

MISOGYNISTIC IN DIGITAL MEDIA :


HATE SPEECH NARRATIVES TOWARDS
BEAUTY INFLUENCERS

Hedi Pudjo S1 , Primada Qurrota Ayun2, Triyono Lukmantoro3


primada_qurrota@live.undip.ac.id
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Article Info Abstract

Huge numbers of social media users in Indonesia creates a phenomenon of beauty


Keyword:
influencers. Selebgram or Instagram celebrities, starts to become a trend when
Celebrities, Instagram, Narrative
Text, Hate Speech artists wearing veils become a fashion icon for certain groups of communities. The
influencers try to expose new identities which were considered old fashioned.
However, this beauty influencer phenomenon also initiates hate speech trends.
Nature of social media allows people to comment, spread information, and give
opinions freely and anonymously, and even create the tendency to write misogynistic
narratives. This research is a descriptive textual study using a narrative approach.
Narrative in this connection refers to status updates on Instagram, narratives are
understood as “small stories” that capture the whole variety of narrative activities
that are not represented in the big or canonical narratives. The results of this study
indicate that hate speech against female celebrities means that they receive negative
judgments and comments from netizens by using religious statements and social
norms of society. They provide comments by giving bad labels and giving judgments
for their behavior

Copyright © 2022 Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi.

PENDAHULUAN diam saja, tidak peduli, mengabaikan konten, dan


melaporkan konten tersebut. Sebagian responden
Instagram merupakan sebuah media sosial dengan
mengaku pernah terpengaruh dengan konten-konten
format berbagi foto bagi satu pengguna kepada
yang ada di akun ujaran kebencian dan pernah mem-
pengguna yang lain, hal ini menjadikan sebuah sarana
berikan komentar ujaran kebencian, sebab terpengaruh
baru dalam menampilkan ekspresi diri melalui media
oleh konten-kontennya (dalam Nickysky, 2020) .
internet. Sayangnya, para artis dan selebgram yang
gemar menampilkan kehidupannya sering mendapatkan Ujaran kebencian adalah tindakan komunikasi

ujaran kebencian (hate speech) dari netizen yang yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang beru-

mengikuti akun artis tersebut. pa hinaan, provokasi, body shaming, dan hasutan yang
ditujukan kepada sekelompok orang atau individu.
Firmina Astuti, melakukan penelitian terhadap 40
Hasil survei terbaru yang dilakukan oleh Digital Civili-
orang yang memiliki akun Instagram. Hasil penelitian
ty Index 2020, Netizen Indonesia paling tidak sopan di
menunjukkan bahwa perilaku yang ditunjukkan remaja
Asia Tenggara. Kesopanan netizen Indonesia bahkan
ketika melihat konten yang mengandung ujaran keben-
jadi salah satu yang terburuk dari 32 negara dalam sur-
cian di Instagram, yaitu membiarkan konten tersebut,
vei tersebut. Kesopanan netizen Indonesia juga menem-

Corresponding Author:
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudarto, Tembalang, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50139
Email: primada_qurrota@live.undip.ac.id
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 11, No. 2, Desember 2022 pp. 167 - 177 168

pati posisi 29 dari 32 negara yang disurvei Microsoft Penelitian ini ingin melihat bagaiamana ekspresi ujaran
(Kumparan.com, 2021).Ujaran kebencian yang disam- kebencian kepada para selebgram perempuan di media
paikan seseorang tersebut didasari atas prasangka buruk sosial Instagram.
terhadap suatu identitas orang maupun kelompok. Per-
empuan menjadi salah satu sasaran empuk dalam per- KAJIAN PUSTAKA
ilaku ujaran kebencian, dan sebagainya. Metodologi
Penelitan ini adalah studi tekstual bertipe
Banyaknya hal yang melekat pada diri perempuan
deskriptif dengan memakai pendekatan naratif. Naratif
membuat perempuan harus menjadi seseorang yang
dalam kaitan ini merujuk pada pembaruan berbagai
ideal dipandang dari segi agama, sosial, dan nilai sopan
status (status updates) di Instagram. Dengan demikian,
santun dalam masyarakat. Media sosial memang ber-
narasi dipahami sebagai “cerita-cerita kecil” (“small
tujuan untuk mengekspresikan diri dan gagasan, tetapi
stories”) yang menangkap keseluruhan aneka aktivitas
dalam penggunaannya dibutuhkan tanggung jawab dan
penuturan yang tidak terwakili dalam narasi-narasi be-
kebijaksanaan dari para penggunanya. Maraknya fake
sar atau kanonik. Cerita-cerita kecil itu merupakan peri-
account di media sosial merupakan kesengajaan yang
stiwa-peristiwa yang baru saja terjadi atau sedang ber-
dibuat untuk mengemukakan gagasan seseorang atau
langsung. Sehingga, cerita-cerita kecil itu memuat
kelompok secara anonim.
potongan-potongan pengalaman dan muncul sebagai
Gagasan tersebut ditulis dalam obrolan pribadi atau kebutuhan untuk dibagikan atau mungkin pula potong-
komentar pada akun seseorang. Terkadang komentar an-potongan gosip yang dianggap tidak menarik. Cerita
pedas yang dilontarkan warganet disebabkan oleh kon- -cerita kecil itu bahkan dalam bahasa sehari-hari dapat
ten atau unggahan seseorang yang umumnya artis, dianggap sebagai sesuatu yang sama sekali tidak berar-
youtuber, hingga selebgram. Jadi komentar pedas terse- ti. Bagi pihak luar, cerita-cerita kecil yang melibatkan
but tidak semata-mata hanya karena kebenciannya ter- berbagai pihak yang berinteraksi itu memuat “tentang
hadap korban, melainkan perilaku korban yang terka- hal-hal yang tidak penting”. Hanya saja, dalam konteks
dang dianggap aneh atau anomali dari kewajaran umum ini, cerita-cerita kecil itu tidak dipahami sebagai pokok
oleh netizen. persoalan yang bersifat keseluruhan atau tidak sama
sekali, melainkan lebih atau kurang. Cerita-cerita kecil
Banyak artis perempuan yang dijadikan sebagai
itu dapat pula mencakup berbagai momentum narasi
objek oleh para netizen dalam melampiaskan ketid-
yang berorientasi interaktif (Georgakopoulou 2006;
aksukaan mereka melalui komentar di kolom instagram
Bamberg dan Georgakopoulou 2008; De Fina dan
tersebut. Sayangnya, kebanyakan selebgram dan artis
Georgakopoulou 2008).Cerita-cerita kecil dalam wujud
perempuan yang menjadi sasaran komentar negatif ini
berbagai status di Instagram itu merupakan narasi yang
ketimbang artis laki-laki. Kehidupan selebriti di insta-
terbentuk secara interaktif.
gram layak untuk diamati, apalagi selebgram-
selebgram perempuan yang tidak kalah menarik Karena cerita-cerita kecil pada penelitian ini
berbagi mengenai ranah privatnya melalui akun media memuat dan menunjukkan pandangan atau penilaian
sosial tersebut. Sayangnya, banyak selebriti perempuan moral yang spesifik, maka dipertimbangkan pula
yang mendapat sindirin dan ujaran kebencian dari para kesalingterkaitan antara cara-cara penuturan, situs-situs
netizen di postingannya. Hal ini tidak lepas dari stigma yang digunakan untuk bertutur, serta siapa saja yang
perempuan mengenai penilain terhadap dirinya melalui menuturkannya dalam sirkulasi yang terjadi pada media
agama, sosial, dan nilai kesopanan di masyarakat. Hal sosial. Konsep ini dikenal sebagai pengambilan pendiri-
ini menjadi menarik untuk ditelaah lebih lanjut. an naratif (narrative stancetaking) yang bisa memper-
lihatkan bagaimana para penutur memutuskan bentuk
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 11, No. 2, Desember 2022 pp. 167 - 177 169

naratif dan indeksikalitas yang dapat dianggap sesuai memungkinkan adanya eksplorasi ruang-ruang sosial
dengan penceritaan dan/atau sirkulasi aktivitas wacana yang signifikan, tidak hanya aktivitas penceritaan di
yang sedang berlangsung (Georgakopoulou 2013). sini-dan-sekarang, namun juga dunia cerita yang meli-
Pendirian (stance) itu bisa merujuk pada keyakinan/ batkan partisipan-partisipan cerita.
sikap/evaluasi personal, moralitas sosial, serta tindakan
Ketiga, tellers yang merujuk pada para
publik yang dapat dikenali, diinterpretasikan, dan tun-
partisipan aktivitas komunikatif dan sebagai entitas-
duk kepada evaluasi pihak-pihak lain (Englebretson
entitas yang kompleks. Para partisipan itu ialah komu-
dalam Englebretson, ed. 2007: 1-15). Di samping itu,
nikator-komunikator yang berada di sini-dan-sekarang
stance adalah struktur umum evaluatif, pemosisian, dan
dengan peran-peran khusus dalam partisipasi, sebagai
proses-proses yang mengorganisasikan tindakan
karakter dalam cerita-cerita mereka, sebagai anggota-
(DuBois dalam Englebretson, ed. 2007: 139-182).
anggota dari kelompok-kelompok sosial dan budaya,
Stance adalah posisi keberpihakan yang sengaja diam-
serta sebagai kalangan individu yang mempunyai bio-
bil penulis status di Instagram untuk mendukung atau
grafi yang spesifik, termasuk di dalamnya adalah kebia-
pun melawan tokoh tertentu. Stance itu menunjukkan
saan, keyakinan, harapan, hasrat, ketakutan, dan se-
bagaimana penilaian moral yang ditampilkan oleh para
terusnya
followers selebgram perempuan tertentu.
Keterbatasan dalam penelitian ini hanya
Teknik yang digunakan untuk menganalisis
menganalisis selebgram perempuan yang sedang men-
cerita-cerita kecil itu merujuk pada tiga hal yang saling
jadi permbicaraan dalam media sosial. Jadi, persoalan
terpisah, namun memiliki level analisis yang berjalinan
aktualitas menjadi hal yang tidak memungkinkan men-
(Georgakopoulou dalam De Fina dan Georgakopoulou,
jalankan kajian terhadap sejumlah selebgram lain yang
eds. 2015: 255-271), yakni:
kemungkinan juga menerima berbagai pernyataan
Pertama, ways of telling yang merujuk pada kebencian dari netizen. Padahal, boleh jadi selebgram
bagaimana komunikasi dijalankan dengan mempertim- yang dimaksud justru memiliki jumlah pengikut yang
bangkan nilai-nilai sosiokultural yang terbentuk, semi- lebih banyak.
otika yang lebih atau kurang telah dikonvensionalkan,
Kualitas penelitian ini menggunakan metode
dan secara khusus pilihan-pilihan verbal dalam cerita.
naratif yang mampu memperlihatkan bagaimana bentuk
Percakapan yang terjadi secara berulang-ulang dalam
-bentuk serta berbagai muatan kebencian yang terjadi di
tipe-tipe cerita yang dituturkan sebagai cara-cara ber-
media digital. Metode naratif tersebut mampu menun-
interaksi, praktik-praktik sosial, dan menimbulkan ane-
jukkan interaksi antara selebgram dan kalangan pengi-
ka harapan dalam aktivitas yang sedang berlangsung
kutnya, baik yang memberikan pembelaan maupun
itu. Alur cerita (plots), tipe-tipe peristiwa, dan pengala-
kecaman dan interaksi yang berlangsung di antara para
man yang dinarasikan yang diatur secara interaksional
pengikut tersebut.
merupakan semua hal yang penting dalam domain ini.
Tautan-tautan intertekstual dari cerita yang sedang TEMUAN DAN DISKUSI
dihadirkan memiliki kaitan dengan cerita-cerita sebe- Keberadaan selebriti pada instagram, yang
lumnya atau yang terjadi selanjutnya. kemudian lazim disebut sebagai selebgram, merupakan
Kedua, sites yang merujuk pada ruang-ruang fenomena pada media digital yang layak disoroti.
sosial yang memungkinkan aktivitas naratif itu terjadi Bukan saja hal itu menjadikan seseorang mengikuti
dan memperlihatkan faktor-faktor konteks situasional banyak pengikut (followers) yang dengan setia mengi-
dari pengaturan-pengaturan fisik sampai perkakas- kuti berbagai postingan mereka, melainkan persoalan
perkakas mediasional yang digunakan. Sites juga moralitas para selebgram itu juga dijadikan obyek
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 11, No. 2, Desember 2022 pp. 167 - 177 170

pergunjingan. Tentu saja, terdapat relasi timbale-balik (2013) memaparkan bahwa secara filosofis salah satu
antara selebgram dengan para pengikutnya. Kalangan fungsi naratif adalah menjelaskan realitas subjek dan
selebgram berambisi secara konsisten meningkatkan mendefinisikan berbagai tanda atau kode yang
jumlah followers-nya mengalami terus kenaikan. menghubungkan manusia menjadi sebuah komunitas
Sebabnya adalah dengan jumlah followers yang se- yang utuh. (Kusumatuti dkk, 2019)
makin tinggi, kaum selebgram itu juga mendapatkan
Berbagai narasi misogini itu, dalam konteks
kapitalisasi dari penjualan jumlah followers pada para
kehidupan para selebgram, terjadi pada media sosial.
pemasang iklan. Intinya ialah semakin tingi jumlah
Apa yang dinamakan dengan media sosial dalam kaitan
followers, maka semakin tinggi pula penghasilan para
ini merujuk pada bentuk-bentuk media baru yang meli-
selebgram. Hanya saja, persoalan yang juga menjadi
batkan partisipasi interaktif. Sebagai media yang terma-
perhatian adalah bagaimana berbagai komentar yang
suk dalam era interaktif, media sosial memang sangat
dikemukakan para followers kepada selebgram, teruta-
bertentangan dengan era penyiaran (broadcast age).
ma selebgram perempuan. Kata-kata penuh kenyinyiran
Karakteristik media pada era penyiaran adalah hampir
atau penghakiman moral mudah sekali dilontarkan apa-
secara eksklusif terpusat pada sebuah entitas tunggal,
bila para selebgram perempuan sedang problematika
seperti stasiun radio atau televisi, perusahaan surat ka-
krusial. Bahkan, komentar-komentar itu tidak hanya
bar, atau pun sebuah studio perusahaan film, yang
memuat aneka cemoohan, melainkan juga pelecehan
mendistribusikan berbagai pesan kepada banyak orang.
dan perendahan kehormatan. Fenomena itulah yang
Dengan kemunculan teknologi digital dan mobile, in-
disebut sebagai misogini (misogyny).
teraksi dalam skala lebih besar gampang dijalankan.
Misogini dapat diartikan sebagai kebencian
Interaktivitas pun menjadi ciri penting dari media baru
terhadap perempuan. Hanya saja misogini tidak sekadar
ini (Manning dalam Harvey, ed. 2014: 1158-1161).
sebagai sebentuk seksisme atau ketidaksenangan pada
Interaktivitas merujuk pada jalinan komunikatif yang
perempuan, melainkan kebencian terhadap perempuan
berlangsung cukup cepat dari satu pihak kepada pihak
sebagai kelompok. Pada era digital atau internet, miso-
lainnya. Pesan-pesan yang mengalami ketertundaan
gini semakin mudah diekspresikan. Pada berbagai blog
pun dapat diatasi. Inilah yang menjadikan media baru
dan aneka forum online yang lain perempuan dirujuk
ini memiliki sifat-sifat sosial, yakni pertukaran pesan
sebagai “para pelacur” dan “kanker sosial” (Fixmer-
bisa berlangsung lebih segera dan semakin banyak per-
Oraiz dan Wood. 2019). Perempuan dalam sudut pan-
sona yang terlibat di dalamnya.
dang penuh kebencian ini diidentikkan dengan obyek-
Karakteristik-karakteristik lain yang bisa
obyek sosial yang buruk dan menjijikkan. Terlebih lagi
dilihat pada media sosial ialah: (1) informasi dan kog-
ketika internet atau media digital telah menjadi aneka
nisi, yang berarti media sosial memungkinkan ter-
ruang bagi lelaki (manosphere) yang memiliki
jadinya arus informasi dan pengenalan terhadap
dorongan misoginis begitu kuat. Pandangan serba
perangkatnya itu sendiri sebagai aktivitas sosial; (2)
misoginis itu dapat dikemas sebagai keinginan pria
komunikasi, yang memiliki makna bahwa media sosial
untuk memperbaiki moral perempuan, menghendaki
menjadi situs bagi proses resiprokal antara setidaknya
perempuan menjalankan berbagai norma susila dan
dua manusia, yang melibatkan pertukaran simbol-
keagamaan, dan menuntut perempuan dengan dalih
simbol dan semua partner yang terlibat dalam interaksi
ideology kodratisme yang harus tunduk pada
memberi makna-makna terhadap berbagai simbol terse-
kekuasaan lelaki.
but; (3) komunitas, yang memperlihatkan bahwa komu-
Narasi sejatinya merupakan cara seseorang
nikasi yang terjadi di media sosial bukan sekadar relasi-
menceritakan pengalamannya. Block dan Weatherford
relasi sosial, melainkan melibatkan persamaan bersama
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 11, No. 2, Desember 2022 pp. 167 - 177 171

atau perkawanan; dan (4) kolaborasi dan kerja 3. Sales and Marketing Instagram juga dapat menjadi
kooperatif, yang menunjukkan bahwa pesan-pesan saluran untuk mempromosikan sebuah merk bisnis,
yang ditampilkan pada media sosial merupakan hasil meningkatkan penjualan, serta pemasaran. Di tengah
karya bersama (Fuchs 2014: 4-5). Kesemua karakteris- generasi yang sangat mengandalkan media online,
tik dari media sosial ini menunjukkan bahwa kebersa- bukan lagi menjadi pertanyaan mengapa banyak
maan merupakan nilai paling penting yang terjadi da- bisnis dan merk harus membangun eksistensinya
lam media sosial. Seakan-akan interaksi yang berlang- secara online. Lewat aplikasi ini, sebuah bisnis dapat
sung dalam media sosial penuh dengan keharmonisan memamerkan sisi kreativitasnya lewat foto atau vid-
dan tanpa konflik. eo untuk menampilkan identitasnya.

Media sosial yang saat ini berkembang me- 4. Online Influence Instagram sudah memiliki 300 juta
makai teknolgi Web 2.0 yang lebih memberikan kele- dan asih banyak lagi pengguna yang membuat ap-
luasaan bagi kalangan penggunanya sebagai pihak likasi ini menjadi salah satu aplikasi jaringan sosial
kontributor dan menjadikan pengalaman para penggun- untuk mempengaruhi publik. Kita dapat membangun
anya semakin kaya (Fuchs 2014: 32-33). Dalam sebuah jaringan untuk kalangan tertentu. Tokoh
konteks sosial berikutnya, media sosial semacam ini masyarakat dapat menggunakannya 85 untuk ter-
semakin memberikan peluang yang demikian tinggi koneksi dengan fansnya. Pengiklan dan agensi Pub-
bagi pertumbuhan budaya partisipatoris. Hal ini lic Relation juga menggunakannya untuk meluncur-
menunjukkan bahwa memang telah ada perangkat- kan kampanyenya. Dengan aplikasi media sosial ini,
perangkat dan teknologi-teknologi baru yang menjadi- penggunanya tidak hanya dapat mengunggah foto,
kan konsumen dapat mengarsipkan, menganotasikan, tetapi juga video.
mengapropriasikan, dan meresirkulasikan konten media
Selebgram atau akronim dari selebritis dan
(Jenkins 2006).
instagram adalah mereka yang terkenal melalui media
Instagram menjadi sebuah media sosial yang
sosial Instagram. Selebgram tidak jauh berbeda dengan
disukai banyak orang karena beberapa alasan (Joyner,
selebritis pada umumnya. Perbedaan antara selebgram
2015:2-3), yaitu ;
dan selebritis pada umunya hanya terletak pada me-
1. Online Photo Album Instagram mempermudah dianya. Jika kebanyakan selebritis terkenal karena
penggunanya untuk berbagi foto dan video kepa- kemunculannya dilayar kaca, seorang selebgram terke-
da pengguna lain secara gratis dan cepat. nal karena eksistensinya dalam media sosial instagram.
Penggunanya dapat menggunakan akunnya se- Selebgram sama seperti para selebriti yang memiliki
bagai album foto online dengan sentuhan kreativ- banyak fans atau pengagum, namun pada media sosial
itas. Instagram memberikan kita kesempatan instagram fans dari para selebgram adalah mereka yang
untuk menangkap memori kita lewat foto dan mengikuti (followers) akun dari selebgram tersebut.
kita dapat memberikan efek filter untuk mencip-
Hartley (2002: 26) mendefinisikan selebritis
takan kesan artistik.
sebagai sebuah bentuk semiotika identitas, yang
2. Personal Branding Baik untuk bisnis atau person- ditemukan dalam sebuah masyarakat sosial. Mereka
al branding, Instagram dapat membantu adalah individu yang terkenal dalam sebuah media.
penggunanya membuat sebuah tampilan yang Berbeda dengan “star”, selebritis adalah produk dari
cocok dengan kepribadian penggunanya secara media secara khusus. Selebritis merupakan sebuah ke-
visual. Instagram dapat menjadi portfolio online lompok yang secara tidak sadar membentuk adanya
untuk seniman, dsb. penindasan ekonomi, dan mereka justru membawa
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 11, No. 2, Desember 2022 pp. 167 - 177 172

gambaran mengenai mimpi-mimpi palsu bagi para terpisah, namun memiliki level analisis yang berjalinan
khalayaknya. Secara tidak langung, selebritis merupa- (Georgakopoulou dalam De Fina dan Georgakopoulou,
kan perpanjangan tangan dari kapitalis. Para selebritis, eds. 2015: 255-271), yakni:
bekerja dengan mematuhi desain kapitalis sehingga
Pertama, ways of telling yang merujuk pada
ideologi yang dihasilkan adalah budaya konsumtif yang
bagaimana komunikasi dijalankan dengan mempertim-
mendukung kapitalisme.
bangkan nilai-nilai sosiokultural yang terbentuk, semi-
Adanya selebritis, secara tidak langsung
otika yang lebih atau kurang telah dikonvensionalkan,
menghasilkan masyarakat penonton. Menurut Hasan
dan secara khusus pilihan-pilihan verbal dalam cerita.
(2011 : 213), masyarakat penonton adalah mereka yang
Percakapan yang terjadi secara berulang-ulang dalam
menempatkan artis – selebritis sebagai figur utama
tipe-tipe cerita yang dituturkan sebagai cara-cara ber-
yang memproduksi ideologi kepada massa. Ke-
interaksi, praktik-praktik sosial, dan menimbulkan ane-
hadirannya dinanti, gaya berbusana, kisah kehidupann-
ka harapan dalam aktivitas yang sedang berlangsung
ya menjadi panutan untuk diikuti.
itu. Alur cerita (plots), tipe-tipe peristiwa, dan pengala-
Keberadaan selebriti pada instagram, yang man yang dinarasikan yang diatur secara interaksional
kemudian lazim disebut sebagai selebgram, merupakan merupakan semua hal yang penting dalam domain ini.
fenomena pada media digital yang layak disoroti. Tautan-tautan intertekstual dari cerita yang sedang
Bukan saja hal itu menjadikan seseorang mengikuti dihadirkan memiliki kaitan dengan cerita-cerita sebe-
banyak pengikut (followers) yang dengan setia mengi- lumnya atau yang terjadi selanjutnya.
kuti berbagai postingan mereka, melainkan persoalan
Kedua, sites yang merujuk pada ruang-ruang
moralitas para selebgram itu juga dijadikan obyek
sosial yang memungkinkan aktivitas naratif itu terjadi
pergunjingan. Tentu saja, terdapat relasi timbale-balik
dan memperlihatkan faktor-faktor konteks situasional
antara selebgram dengan para pengikutnya. Kalangan
dari pengaturan-pengaturan fisik sampai perkakas-
selebgram berambisi secara konsisten meningkatkan
perkakas mediasional yang digunakan. Sites juga
jumlah followers-nya mengalami terus kenaikan.
memungkinkan adanya eksplorasi ruang-ruang sosial
Sebabnya adalah dengan jumlah followers yang se-
yang signifikan, tidak hanya aktivitas penceritaan di
makin tinggi, kaum selebgram itu juga mendapatkan
sini-dan-sekarang, namun juga dunia cerita yang meli-
kapitalisasi dari penjualan jumlah followers pada para
batkan partisipan-partisipan cerita.
pemasang iklan. Intinya ialah semakin tingi jumlah
Ketiga, tellersyang merujuk pada para
followers, maka semakin tinggi pula penghasilan para
partisipan aktivitas komunikatif dan sebagai entitas-
selebgram. Hanya saja, persoalan yang juga menjadi
entitas yang kompleks. Para partisipan itu ialah komu-
perhatian adalah bagaimana berbagai komentar yang
nikator-komunikator yang berada di sini-dan-sekarang
dikemukakan para followers kepada selebgram, teruta-
dengan peran-peran khusus dalam partisipasi, sebagai
ma selebgram perempuan. Kata-kata penuh kenyinyiran
karakter dalam cerita-cerita mereka, sebagai anggota-
atau penghakiman moral mudah sekali dilontarkan apa-
anggota dari kelompok-kelompok sosial dan budaya,
bila para selebgram perempuan sedang problematika
serta sebagai kalangan individu yang mempunyai bio-
krusial. Bahkan, komentar-komentar itu tidak hanya
grafi yang spesifik, termasuk di dalamnya adalah kebia-
memuat aneka cemoohan, melainkan juga pelecehan
saan, keyakinan, harapan, hasrat, ketakutan, dan se-
dan perendahan kehormatan. Fenomena itulah yang
terusnya.
disebut sebagai misogini (misogyny).
Hal lain yang juga harus dipertimbangkan
Teknik yang digunakan untuk menganalisis
adalah penuturan cerita dalam media sosial bercorak
cerita-cerita kecil itu merujuk pada tiga hal yang saling
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 11, No. 2, Desember 2022 pp. 167 - 177 173

intertekstual dan multimodal. Hal ini menunjukkan nilai-nilai sosiokultural yang terbentuk, semiotika yang
tentang bagaimana terjadinya konvergensi berjaringan lebih atau kurang telah dikonvensionalkan, dan secara
dari aliran-aliran informasi dan interaksi yang memper- khusus pilihan-pilihan verbal dalam cerita. Sebagian
lihatkan penggunaan internet. Genre-genre media sosial besar postingan Shandy Aulia berisi kegiatan yang
dikarakterisasikan oleh potensi kolaboratif yang khas membagikan bagaimana pola didik yang diterapkan
(peluang bagi narator untuk berinteraksi dengan oleh Shandy dan pasangan terhadap putri mereka
khalayak dalam jaringan), format-format episodik Claire. Hal itu juga tidak terlepas dari latar belakang
(distribusi fragmen-fragmen tekstual yang di-posting Shandy dan suami yang berasal dari kalangan terdidik
atau diperbarui), dan tendensi untuk memprioritaskan dan level ekonomi ke atas.
hal yang baru saja terjadi daripada retrospeksi, yang
Gambar 1.
bisa dilihat pada penggunaan linimasa dan tatanan Postingan Shandy Aulia Tentang Putrinya Bersekolah
kronologis yang terbalik (Page dalam De Fina dan Pertama Kali

Georgakopoulou, eds. 2015: 329-347). Dengan


demikian, alat analisis yang menunjukkan multimodali-
tas harus digunakan. Multimodalitas merupakan
pemakaian cara-cara (modes) semiotik dalam desain
sebuah produk atau peristiwa semiotis, yang bersamaan
dengan cara tertentu berbagai modus tersebut dikom-
binasikan (Kress dan Van Leeuwen 2001; Kress 2012).
Dalam kaitan ini, multimodalitas sebagai alat analisis
mampu mencakup sejumlah hal, yakni sumberdaya Pada gambar postingan di atas, Shandy Aulia
semiotik (misalnya bahasa, gambar, dan musik) yang bermaksud memberikan informasi mengenai putrinya
secara fundamental berlainan untuk setiap bahasa; per- yang bersekolah pertama kali. Tampak Shandy, sang
luasan makna antarsemiotik sebagai pilihan-pilihan suami dan putrinya berbahagia ketika mengantar dan
semiotis yang terintegrasikan dalam fenomena multi- menemani anaknya bersekolah pertama kali. Shandy
modal (misalnya relasi teks-gambar dan materialitas dan suaminya tampak tersenyum sambil memandang
artefak multimodal, seperti media digital interaktif), putri mereka.
serta resemiotisasi fenomena multimodal sebagai prak-
Beberapa komentar netizen mengenai foto terse-
tik-praktik sosial yang terus berkembang, contohnya
but :
bagaimana makna berubah dari satu konteks ke konteks
@ratnasrimutiara : Fotonya di gnt apa gmn
lain, dan dari praktik satu ke praktik lain (O’Halloran
@tyasbecks : Maen2 aja kali yaaah.. bukan
dalam Hyland dan Paltridge, eds. 2011: 120-137). Mul-
sekolah formal banget yaa, bu ibuu... �
timodalitas memberikan kemampuan untuk
@nisaananda99 : Kalau masalah sekolah
mengungkap makna sumberdaya semiotik yang hadir mah .. anak saya jg paud nya masih jalan ..
cmn sistemnya tes baca lgsg pulang .. sama
secara tunggal maupun dikombinasikan.
dikasih prpr gtu . . Trus dkt rumah jg ... jadi gk
masalah lah kasian anaknya suntukan dirumah
Peneltian ini melihat bagaimana postingan
gk bisa belajar
selebritis di Instagram yaitu akun Instagram
@shandyaulia memposting kehidupan sehari – hari
tetapi mendapat komentar yang beragam dari netizen. Pada postingan yang memperlihatkan momen

Pertama, ways of telling yang merujuk pada bagaimana mengantarkan Claire ke sekolah pada usia satu tahun

komunikasi dijalankan dengan mempertimbangkan memicu kritik dari netizen karena Shandy Aulia dinilai
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 11, No. 2, Desember 2022 pp. 167 - 177 174

terlalu dini menyekolahkan anaknya. Namun Shandy @butikbalitaku : yg SD aja diliburin


ini 11bln aja maksa banget sekolah si buuk�
pada kesempatan lain menjelaskan bahwa keputusan
mau gak komen tp gemes bgt shandy ini selalu
tersebut disesuaikan dengan tumbuh kembang sang bikin emak2 migren sm pola asuhnya
anak. @miss.u.memory : Apakah shandy
gak mau ajarin anaknya sensorik motorik di
Kedua, sites yang merujuk pada ruang-ruang rumah? Sy bisa sampai anak 3 th .setelah tes
masuk nursery ,anaknya gak ketinggalan mes-
sosial yang memungkinkan aktivitas naratif itu terjadi
ki ngg skolah dr bayi. Pinter2 ibunya ajah.
dan memperlihatkan faktor-faktor konteks situasional Skg anak sy online school krn covid .makin
byk wkt utk ajarin di rumah .umur segini
dari pengaturan-pengaturan fisik sampai perkakas-
bonding sm mamanys lah .mama itu guru ter-
perkakas mediasional yang digunakan. Sites juga pinter.alat peraga jual dimana2 tinggal krea-
tivitas ibunya aja klo ibunya mau.
memungkinkan adanya eksplorasi ruang-ruang sosial
@miss.u.memory : Anak sy juga skolah di
yang signifikan, tidak hanya aktivitas penceritaan di
international, bule semua .tapi gak ada yg
sini-dan-sekarang, namun juga dunia cerita yang meli- disuruh telanjang.�. Pke baju yg proper utk
batkan partisipan-partisipan cerita. painting dll. Apalgi covid .bisa jd otg gurunya.
Anak sy nursery skg .itu pun skolah nya
Gambar 2. online .ini yg masih baby udah ngumpul .sorry
gak ngejulid tapi aneh aja.
Kegiatan Sekolah Pertama Kali Anak Shandy Aulia @delvi_adhex : Harusnya bukan disuruh buka
baju..sekolah ini pasti bayarannya mahal.
Memang g ada disediakan apron? Lebih
sopan kan kesannya
@ny_onitt_susandy : Painting time kenapa
harus teLanjang ? Dishare puLa di

@sapphiretila : Bunda risman yg niasa ngisi


psikolog soal parentinh pernah bilang bnyak
orng tua skrng ngebet anaknya pengn pin-
ter...padahl yg dibuthkan anaknha adalah
betmain bersama kedua orng tuanya....bhkan
Postingan kedua yang menunjukkan kegiatan mereka gk butuh bnhak mainan....tp mgkin
melukis yang sedang dikerjakan Claire bersama teman- shandy dia alirannya beda mkanya udh
disekolahin
temannya juga mendapat kritikan karena menampikan
@dennisachyar : Padahal dirumah jg bisa loh.
tubuh bagian atas Claire. Warga net memprotes bahwa Kreatif2an ibunya lah...bukan masalah msh
hal tersebut bertentangan dengan nilai kesopanan dan kecil atau apa? Tp lg masa pandemi gini.
mengkhawatirkan kesehatan pada anak yang lebih rent- @yenni_timueng : Gurunya gk mau repot
sediain apron kyk mantel hujan gt. Hemmm
an. Sementara Shandy sudah memberikan penjelasan masa iya ntr anak kalo mau main cat warna
seperlunya bahwa kegiatan tersebut di bawah yg di inget buka baju dulu ☹
pengawasan dan perintah dari gurunya langsung. @ghazzashop : Tutupin atuh itu buah dadanya
mom...�gemezzz
Komentar netizen banyak yang tidak men- @mila010983 : Pake apron dunk, bukan nya
dukung apa yang ditampilkan oleh Shandy. Beberapa sekolh masih ditutup semua ya.ini kog berani
buka sekolahnya�
komentar menyayangkan keputusannya tersebut apalagi
Dari komentar diatas, dapat kita lihat bagaimana
anak – anak tampak tidak menggunakan baju saat ber-
komentar netizen yang menyangkan postingan tersebut,
sekolah.
kemudian menyayangkan mengapa anak kecil ber-
@farisa_ibrahim : Kok aku kaget
sekolah dengan keadaan telanjang di saat sedang ada
tanpa baju ya.. kasih aja kaos kutungan ber-
ess. Yg murah2 kan ada. Klo pun ga dipake, wabah covid.
lalu dibuangg. Gga trus ga pake baju sam-
sekk. Eman eman awak eee��� Disamping menyayangkan sikap yang diambil
oleh Shandy, ada pulu komentar yang memberikan
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 11, No. 2, Desember 2022 pp. 167 - 177 175

label berupa ejekan kepada anak Shandy sebagai beri- nybsiituuu ssiitu baju 60rebuan lagyan guru
ny yg suru bukan sandy,.
kut;
emmaprima12 : Toss mama Shandy.. sama²
@anggunmelvan : Anak nya kurus kecil seper- ibu ASI emg harus siap dimana Baby minta
ti kurang gizi ASI
@sachi_cl : Saking kurusnya claire sampe dedy12336 : Miss Claire nanti kalau udah
besar mirip sama Cameron Diaz. Cantik mul-
bandonya kebesaran
titalenta and smart
Ungkapan yang dituliskan tersebut dapat dikatan se- Gambar 3
bagai bentuk cyberbullying dimana, muncul harasse- Kegiatan Shandy Aulia Bersama Keluarga di Tepi Pantai

ment yaiut bentuk pelecehan dengan memberikan pesan


yang jahat, keja dan menghina (Bernike dalam Santosa,
2017 : 3 -4)

Ketiga, tellers yang merujuk pada para


partisipan aktivitas komunikatif dan sebagai entitas-
entitas yang kompleks. Para partisipan itu ialah komu-
nikator-komunikator yang berada di sini-dan-sekarang
Beberapa komentar netizen memperlihatkan
dengan peran-peran khusus dalam partisipasi, sebagai
ketidaksukaan dengan tampilan Shandy yang dinilai
karakter dalam cerita-cerita mereka, sebagai anggota-
kurang pantas karena hanya menggunakan pakaian
anggota dari kelompok-kelompok sosial dan budaya,
dalam. Beberapa pun menyorot secara fisik yakni bagi-
serta sebagai kalangan individu yang mempunyai bio-
an tubuh Shandy Aulia beserta keluarga kecilnya.
grafi yang spesifik, termasuk di dalamnya adalah kebia-
saan, keyakinan, harapan, hasrat, ketakutan, dan se- novawinarni : Mba aulia sdh cantik body nya
tapi suaminya agak berlemak di perutnya ba-
terusnya. haya kalau lemak di perut lemak diperut bisa
mengakibatkan penyakit degenerarif loh karna
Aktivitas ini dapat dilihat melalui bagaimana lemak tsb bukan di perut saja tapi di semua
adanya komentar yang mendukung postingan Shandy organ vital tubuh kita seperti jantung dll yg
bisa memperlambat kerja organ tubuh tsb
dan merasa banyak komentar yang tidak baik. Beberapa karna terbalut lemak alangkah indahnya
komentar ini mencoba mengambil peran dengan men- keduanya punya body keren semoga sehat
selalu aamiin
dukung apa yang dilakukan Shandy Aulia.
giojevin : Pede amat ya depan belakang rata
@nathali_thalia : @shandyaulia kadang emng juga..�
mulut netijen kudu di sumpel kakkk☹ soalnya
bayi aja msh kena bullyyy Komentar yang muncul dari postingan ini adalah
@tiatrianapurbasari : Maklum org di sni ke- bentuk body shamming terhadap perempuan, khu-
banykana kan ga sprti di luar negeri yg
sekolah nya tdk sprti itu,pdhl diluar negeri itu susnya Shandy. Banyaknya hal yang melekat pada diri
hal biasa dan pasti ada tujuan baik utk sisi perempuan membuat perempuan harus menjadi
parenting nya mknya tdk dipakaikan baju atau
hrs skolah pd msaa pandemi gni kan udh ada seseorang yang ideal dipandang dari segi agama, sosial,
note shandy sdh sesuai protokol kesehatan dan nilai sopan santun dalam masyarakat. Media
bgtu jg sekolahnya,dan itu pasti bkn sekolah
murah lho jd ga mngkn seteledor itu kl tdk ad sosial memang bertujuan untuk mengekspresikan diri
tujuan baik lainnya..smoga mommy2 indone- dan gagasan, tetapi dalam penggunaannya dibutuhkan
sia dpt lebih menelaah jgn main ngejudge
seseorang..be positif..☹☹ tanggung jawab dan kebijaksanaan dari para
@elsa_ramadani94 : Itu baca dunk caption ny penggunanya. Maraknya fake account di media sosial
mau belajar painting time,mungkin biyar baju merupakan kesengajaan yang dibuat untuk
gk kotor,soal.ny baju ny mahal ,emg baby
mengemukakan gagasan seseorang atau kelompok
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 11, No. 2, Desember 2022 pp. 167 - 177 176

secara anonim. era digital atau internet ini semakin mudah diekspresi-
kan. Ujaran kebencian ini ditunjukkan dengan
Gagasan tersebut ditulis dalam obrolan pribadi bagaimana komentar menunjukkan kekecewaan mereka

atau komentar pada akun seseorang. Terkadang dengan menyayangkan keputusan selebgram tersebut.

komentar pedas yang dilontarkan warganet disebabkan


Ujaran kebencian terhadap selebgram per-
oleh konten atau unggahan seseorang yang umumnya
empuan yaitu, mereka mendapat penghakiman dan
artis, youtuber, hingga selebgram. Jadi komentar pedas
komentar negatif dari netizen dengan menggunakan
tersebut tidak semata-mata hanya karena kebenciannya
pengalaman mereka dalam pengasuhan dan norma-
terhadap korban, melainkan perilaku korban yang
norma sosial masyarakat, dimana misalnya bersekolah
terkadang dianggap aneh atau anomali dari kewajaran
tanpa menggunakan baju itu sesuai dengan kaidah bu-
umum oleh netizen.
daya timur. Mereka memberikan komentar dengan

KESIMPULAN memberikan label yang tidak baik, dan memberikan

Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana penghakiman atas sikapnya.

bentuk ujaran kebencian terhadap perempuan selebriti,


yang lazim disebut sebagai selebgram, yang mendapat- DAFTAR PUSTAKA
kan penghakiman dari masyarakat. Hasil dari penelitian De Fina, Anna dan Alexandra Georgakopoulou. 2008.

ini menunjukkan bahwa ujaran kebencian terhadap “Analysing Narratives as Practice.” Qualita

selebgram berupa small talking dalam instagram dapat tive Research, Vol. 8, No. 3, hal. 379-387.

diperhatikan dari status yang dibuat oleh selebgram DOI:10.1177/1468794106093634.

berupa caption dan foto yang ditampilkan. Hal ini men- Englebretson, Robert. 2007. “Stancetaking in Dis

jadi penting, dimana dalam percakapan di dalam insta- course: An Introduction.” Hal. 1-15 dalam

gram tersebut, kita bisa melihat bagaimana respon Stancetaking in Discourse: Subjectivity, Evalua

khalayak (netizen) dalam menanggapi foto dan caption tion, Interaction, diedit oleh Robert Eng

tersebut. lebretson. Amsterdam: John Benjamin Publish

Ujaran kebencian terhadap selebgram per- ing Company.

empuan yaitu ; Pertama, mereka mendapat pengha- Georgakopoulou, Alexandra. 2006. “The Other Side

kiman dan komentar negatif dari netizen dengan of the Story: Towards a Narrative Analysis of

menggunakan pengalaman mereka dalam pengasuhan Narrative-in-Interaction.” Discourse Studies,

dan norma-norma sosial masyarakat, dimana misalnya Vol. 8 No. 2, hal. 235-257.

bersekolah tanpa menggunakan baju itu sesuai dengan 10.1177/1461445606061795.

kaidah budaya timur. Mereka memberikan komentar Georgakopoulou, Alexandra. 2015. “Small Stories Re

dengan memberikan label yang tidak baik, dan mem- search: Methods – Analysis – Outreach.” Hal.

berikan penghakiman atas sikapnya. 255-271 dalam The Handbook of Narrative


Analysis, diedit oleh Anna De Fina dan Al
Kedua, mereka mendapat penghakiman dan
exandra Georgakopoulou. Malden, MA: Wiley
komentar negatif dari netizen dengan menggunakan
Blackwell.
pernyataan keagamaan dan norma-norma sosial
Hasan, Sandi Suwardi, 2011, Pengantar Cultural
masyarakat. Mereka memberikan komentar dengan
Studies (Sejarah, Pendekatan Konseptual, & Isu
mengutip ayat dari kitab suci, memberikan label yang
Menuju Studi Budaya Kapitalisme Lanjut),
tidak baik, dan memberikan penghakiman atas sikap-
Yogyakarta, Ar-ruzz Media.
nya. Misogini atau kebencian terhadap perempuan pada
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 11, No. 2, Desember 2022 pp. 167 - 177 177

Hartley, John, 2002, Communication, Cultural, and O’Halloran, Kay L. 2011. “Multimodal Discourse
Media Studies, London & New York, Routledge Analysis.” Hal. 120-137 dalam TheContinuum
Fixmer-Oraiz, Natalie dan Julia T. Wood. 2019. Gen Companion to Discourse Analysis, diedit oleh
dered Lives: Communication, Gender, and Cul Ken Hyland dan Brian Paltridge. London dan
th
ture 13 Edition. Boston, MA: Cengage. New York: Continuum.
Fuchs, Christian. 2014. Social Media: A Critical Intro
Page, Ruth. 2015. “The Narrative Dimensions of Social
duction . London: Sage Publications.
Media Storytelling: Options for Linearity and
Joyner, Joseph. 2015. Instagram for Beginners: Learn Tellership.” Hal. 329-347 dalam The Handbook
the Basic of Instagram, Get More Likes, Attract of Narrative Analysis, diedit oleh Anna De Fina
New Followers Guide. USA : Bizhub Kusuma, dan Alexandra Georgakopoulou. Malden,
Hendra. MA: Wiley Blackwell.

Kumparan.com, 2021. Netizen Indonesia Paling Santosa, Hedi Pudjo. 2017. Buku Ajar Mata Kuliah
Enggak Sopan di Asia Tenggara. 24 Februari. Sosiologi Komunikasi. Semarang : EF Press
Diperoleh kembali pada 14 Maret 2021 (https:// Digimedia.
kumparan.com/kumparantech/netizen-indonesia
-paling-enggak sopan-di-asia-tenggara-
1vEtzxsSJaE/full).

Kusumastuti, Frida, Jeanne Leonardo, dan Radityo


Widiatmojo. 2019. Jurnal Interaksi. Narasi Ten
tang Autism Di Facebook (Studi Autoetnografi
pada Status KW) Vol. 8, No. 2, Desember 2019,
pp.57 -67

Kress, Gunther. 2012. “Multimodal Discourse Analy


sis.” Hal. 35-50 dalam The Routledge Hand
book of Discourse Analysis, diedit oleh James
Paul Gee dan Michael Handford. London
dan New York: Routledge.

Manning, Jimmie. 2014. “Social Media, Definition and


Classes of.” Hal. 1158 -1161 dalam Encyclope
dia of Social Media and Politics: Volume 3,
diedit oleh Kerric Harvey. Thousand Oaks,
California: Sage Publications.

Nickysky, 2020. Maraknya Komenetar Negatif di Me


dia Sosial. Kumparan.com, 27 Oktober. Di
peroleh kembali pada 14 Maret 2021(https://
kumparan.com/nicky05tan/maraknya-komentar-
negatif-di-sosial media-1uTNMS8NJ5Y/
full).

Anda mungkin juga menyukai