Anda di halaman 1dari 17

0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

LECTURE NOTES

INVESTASI JANGKA
PANJANG, UTANG DAN
MODAL

Maya Safira Dewi, SE.,Ak.,M.Si

mdewi@binus.edu
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

LEARNING OUTCOMES

1. Peserta diharapkan dapat memahami investasi jangka panjang dan modal dalam
laporan keuangan fiskal

2. Peserta diharapkan dapat menjelaskan investasi jangka panjang dan modal dalam
laporan keuangan fiskal

OUTLINE MATERI:

1. Investasi dalam saham dan obligasi


2. Investasi pada surat berharga lainnya
3. Investasi dalam dana
4. Investasi dalam aset lain-lain
5. Kewajiban jangka panjang dan jangka pendek
6. Restrukturisasi utang
7. Kewajiban lainnya
8. Equity
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

ISI

A. INVESTASI JANGKA PANJANG

I. Investasi Jangka Panjang dalam Saham

Harga Perolehan Saham dapat dilakukan dengan pembelian atau pertukaran


harta atau sarana lain. PSAK nomor 13 menyatakan, investasi dalam
bentuk surat berharga (termasuk saham) harus dinyatakan sebesar harga
beli ditambah biaya yang lain (termasuk pajak, misalnya PPN yang
dibayarkan atas jasa pialang yang tidak dapat dikreditkan).

Sesuai dengan ketentuan perpajakan, PPN atas jasa pialang itu mungkin tidak
atau dapat dikreditkan. Apabila dapat dikreditkan, PPN itu tidak seharusnya
sebagai pembentuk harga perolehan saham. Demikian juga kalau tidak dapat
dikreditkan, namun PPN itu oleh pengusaha dianggap sebagai revenue expenditure
(sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 47 tahun 1994, sebagaimana telah
diperbaharui dengan PP no.83 tahun 1998, PP no 138 tahun 2000 dan yang
terakhir dengan pp no. 94 tahun 2010)

Investasi Saham

PSAK No. 13 Investasi Jangka Panjang :


Investasi jangka panjang adalah suatu penanaman modal yang dilakukan oleh
suatu perusahaan pada perusahaan lain dengan maksud untuk diperjualbelikan,
sehingga pendapatan lain di luar pendapatan operasional ataupun dengan
maksud untuk menguasai perusahaan yang bersangkutan.

Untuk tujuan perpajakan, tidak terdapat ketentuan yang secara eksplisit


menyebut metode pembukuan investasi jangka panjang, saham, selain
yang tersebut dalam penjelasan pasal 10 ayat (5) uu pph.

Penjelasan itu menyatakan bahwa atas investasi saham, tanpa memperhatikan


persentase kepemilikan, dibukukan berdasarkan harga perolehan. Karena
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

salah satu penghasilan investasi saham adalah deviden dan pajak terutang
(pada umumnya) pada saat pembagian, dapat disimpulkan penilaian
investasi saham untuk perpajakan berlaku metode harga perolehan.

Untuk badan, dengan berlakunya pembebasan pajak atas deviden antar


badan atas 25% atau lebih kepemilikan saham perusahaan pembagi
deviden (pasal 4 ayat (3) huruf (f UU PPh) . Berbeda dengan deviden,
keuntungan pengalihan saham dikenakan pajak.
Keuntungan itu secara umum dimengerti sebagai kelebihan harga jual di atas
harga perolehan (penjelasan pasal 4 ayat (l) huruf (d) UU PPh) Pajak
Penghasilan atas Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek .

PPh Final atas Transaksi Saham Di Bursa Efek (PP Nomor 41 Tahun 1994
sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 14 Tahun 1997 jo. KMK Nomor
2821KMK.0411997 jo. SE-06/PJ.4/1992 dan SE-15/PJ.4211997)

- Atas seluruh saham => PPh yang terutang dan harus dipotong oleh
penyelenggara bursa adalah sebesar 0,1 % dari jumlah bruto nilai transaksi
penjualan.
- Atas saham pendiri => Wajib disetor tambahan PPh sebesar 0,5% dari
nilai pasar saham saat Penawaran Umum Perdana (lPO) oleh pihak Emiten.
Penyetoran PPh sebesar 0,5 % tersebut harus dilakukan selambat-lambatnya 1
bulan setelah saham diperdagangkan di bursa.
- Pengenaan tambahan PPh sebesar 0,5% tersebut tidak disetor sesuai dengan
batas waktu yang ditentukan, maka atas penghasilan berupa capital gain dari
penjualan saham pendiri tersebut dikenakan PPh dengan tarif umum Pasal 17
UU PPh (tidak final). Dalam hal ini wajib pajak juga diperkenankan memilih
menghitung PPh atas penjualan saham pendiri dengan tarif pasal 17 UU PPh
dikalikan dengan capital gainnya.
- Penyetoran tambahan PPh 0,5% atas saham pendiri tersebut harus dilakukan
oleh emiten dengan menggunakan satu SSP final untuk penyetoran tambahan
seluruh saham pendiri. SSP tersebut diisi dengan NPWP emiten.
- Pelaporan ke KPP atas penyetoran tambahan PPh 0,5% atas saham pendiri
dilakukan oleh emiten:
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

™ Selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan


penyetoran.
™ Laporan minimal memuat : nama dan NPWP pemilik saham pendiri,
nilai saham, PPh terutang, tanggal penyetoran pajak.
™ Dilampiri SSP lembar ke 3
- Emiten juga harus melaporkan penyetoran tambahan PPh 0,5% tersebut
kepada penyelenggara bursa efek, agar untuk selanjutnya atas penjualan saham
pendiri tersebut hanya dikenakan PPh sebesar 0,1%.
- Penyelenggara bursa efek wajib :
™ Memotong PPh yang terutang melalui perantara perdagangan efek pada
saat pelunasan transaksi penjualan saham = 0,1% x harga jual.
™ Menyetor PPh ke bank persepsi atau Kantor Pos selambat-lambatnya
tanggal 20 bulan berikutnya setelah transaksi penjualan saham.
™ Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh ke KPP setempat selambat-
lambatnya tanggal 25 bulan yang sama dengan bulan penyetoran.

Objek Pemotongan

Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari
transaksi penjualan saham di bursa efek.

II. Investasi Jangka Panjang Obligasi

Obligasi merupakan surat peminjaman uang yang akan dilunasi setelah jangka
waktu tertentu. Umumnya obligasi memberikan penghasilan bunga dengan
jumlah tetap kepada investor. Adakalanya obligasi juga mempunyai hak atas
pembagian keuntungan.

Penjelasan pasal 4 ayat (1) huruf (g) UU PPh mengkarakteristikan bagian


keuntungan itu sebagai dividen. Kalau diterima oleh pemegang obligasi yang
berbentuk badan, dengan rekarakteristik sebagai dividen, bagain keuntungan
yang diterima dikenakan pajak. Namun, bagi pembayar bunga yang
dikarakteristikan sebagai deviden itu bukan merupakan biaya pengurang
penghasilan.
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

III. Investasi pada Surat Berharga yang Lain

Selain saham dan obligasi, perusahaan dapat melakukan investasi pada surat
berharga yang lain, misalnya warkat komersial (seperti promissory note). Pencatatan
pada investasi dalam warkat komersial itu hampir sama dengan obligasi . Perbedaan
kecil kemungkinan terjadi dengan adanya diskonto pada jenis surat berharga itu.
Diskonto dimaksud merupakan penghasilan dari pemegang warkat komersial yang
akan direalisasi pada saat pelunasan warkat itu.

IV. Investasi dalam Dana

Perusahaan karena keharusan (sesuai dengan kontrak) atau secara sukarela setiap
tahun dapat menyisihkan suatu dana dalam jumlah tertentu. Dana itu dapat dibentuk
misalnya untuk pelunasan utang (obligasi), saham preferen atau pembelian aset.
Dalam hubungan dengan ketentuan perpajakan, sebagai contoh dengan pembentukan
dana (cadangan) reklamasi perusahaan pertambangan yang dananya harus
dititipkan pada bank pemerintah. Selanjutnya, dana itu dapat dikelola sendiri atau
diserahkan kepada pihak ketiga (trustee).

Penanaman dana itu dapat memberikan hasil bagi perusahaan, misalnya dalam
bentuk bunga (dari deposito dan tabungan yang lain, dividen (dari saham), dan sewa
(dari harta). Pasal4 (3) (g) UU PPh menyatakan bahwa penghasilan itu sepanjang
diperoleh Yayasan Dana Pensiun (yang pendiriannya disahkan oleh Menteri
Keuangan), tidak dianggap sebagai penghasilan kena pajak. Dengan demikian, untuk
keperluan perpajakan, tidak ada penghasilan (dari Yayasan Dana Pensiun dimaksud)
yang perlu dilaporkan sebagai penghasilan kena pajak.

Kelebihan dana perusahaan dapat juga ditanam melalui perusahaan reksadana


yang umumnya menghimpun dana dari para pemodal kecil.Walaupun bunga obligasi
yang diterima Perusahaan Reksadana bukan merupakan obyek pajak (sejak 1
Januari 2009 berdasar UU 36/ 2008 tidak lagi dibebaskan dari PPh), bagian laba dari
penanaman modal pada Perusahaan Reksdana merupakan penghasilan kena pajak
pemodal. Apabila investasi tersebut berbentuk unit penyertaan investasi kolektif

bagian laba yang diterima pemodal dari unit tersebut bukan merupakan obyek pajak
(Ps.a(3)(i) UU PPh). Namun keuntungan yang diterima kontrak investasi kolektif,
sebagai wajib Pajak (seperti persekutuan) merupakan obyek pajak. Apabila unit
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

penyertaan tersebut dijual, keuntungannya merupakan obyek pajak. Hal demikian


berlaku juga atas investasi pada kelompok Sekuritas Beragun Asset (Asset Backed
Securities) lainnya.

V. Investasi dalam Aktiva Lain-Lain

Perusahaan dapat melakukan investasi pada aset lain-lain misalnya tanah dan
bangunan atau properti. Selain karena ada kelebihan dana, investasi itu dapat
dimaksudkan untuk keperluan ekspansi masa yang akan datang. Penghasilan dari
investasi itu pada umumnya merupakan penghasilan kena pajak. Begitu juga
dengan keuntungannya apabila investasi itu dijual.

B. UTANG

I. Kewajiban jangka pendek (Lancar)

Kewajiban jangka pendek (lancar) merupakan kewajiban yang diharapkan akan


dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan, mana
yang lebih lama (PSAK).

Dalam praktek, utang dicatat sebesar nilai nominal yang akan dibayar pada
saatjatuh temponya. Untuk tujuan perpajakan tampak tidak ada ketentuan khusus
tentang penilaian utang. Dengan demikian, dapat disimpulkan praktik akuntansi
komersial diikuti oleh ketentuan pajak.

a) Utang Dagang

Berasal dari transaksi pembelian barang dan jasa yang diperlukan dalam kegiatan
normal perusahaan.

Contoh : 15 Januari 2011 dibeli barang kena pajak Rp 10.000.000,- Pada 10 Februari
2011 utang itu dilunasi. Jurnalnya :

15 Januari 2011

Pembelian Rp 10.000.000

PPN masukan Rp 1.000.000


0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Utang dagang Rp 11.000.000

10 Februari 2011

Utang dagang Rp 11.000.000

Kas Rp 11.000.000

b) Utang Wesel

Utang wesel (wesel bayar) dapat terjadi sebagai ransformasi utang dagang atau yang
dikeluarkan untuk mendapatkan pinjaman (commercial paper). Apabila atas wesel
tersebut harus dibayar bunga (diskonto), bunga (diskonto yang dibayar atas wesel
harus dicatat terpisah)

Contoh : Pada 1 Juli 2011 PT Andi meminjam uang dari bank dengan menyerahkan
surat promes Rp 10.000.000,- dengan diskonto 12% dan jangka waktu 12 bulan

Jurnalnya :

1 Juli 2011

Kas Rp 8.800.000,-

Diskonto wesel bayar Rp 1.200.000,-

Wesel bayar Rp 10.000.000,-

31 Dsember 2011

Biaya bunga Rp 600.000,-

Diskonto Rp 600.000,-

Rugi laba Rp 600.000,-

Biaya bunga Rp 600.000,-

Diskonto wesel bayar itu merupakan bunga (penghasilan bagi bank). Karena
dikecualikan dari pemotongan PPh pasal 23, diskonto (bagi bank) bukan merupakan
obyek potongan pajak itu. Selanjtnya pada saat pelunasan wesel akan dibuat catatan :
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Wesel bayar Rp 100.000.000,-

Kas Rp 100.000.000,-

c) Utang Deviden

Pembagian dividen akan didahului dengan pengumuman dividen (tunai) oleh


perusahaan menyebabkan terutangnya dividen. Sesuai PPh pasal 23 ayat (1) UU PPh
tarif yang dikenakan atas dividen 15% bila dibagikan kepada persero wajib pajak
orang pribadi, Bagi wajib pajak badan tidak terutang pemotongan PPh dan bila
dibagikan kepada Wajib pajak Luar negeri dikenakan tarif 20% atau sesuai dengan tax
treaty.

d) Deposito pihak lain

Dalam bisnis persewaan seringali para pelanggan diminta untuk menyetorkan uang
jaminan yang dapat dikembalikan (refunable deposite). Deposito itu merupakan
kewajiban yang harus dikembalikan bagi pengusaha dan bukan merupakan suatu
penghasilan atau objek pajak.

e) Biaya yang masih harus dibayar

Aplikasi basis akrual dalam penyelenggaraan pembukuan sehubungan dengan


pengakuan biaya menimbulkan adanya utang biaya. Walaupun belum dibayar, karena
masa manfaat biaya sudah lewat maka harus ada pengakuan biaya. Utang biaya itu
misalnya utang gaji dan upah, utang sewa atau bunga.

Misal : PT. Andi dalam tahun 2011 menerbitkan pinjaman 15% obligasi dengan nilai
nominal Rp 10.000.000 dengan pembayaran bunnga tiap 1 April dan oktober. Pada
akhir 2011 data penyesuaian menunjukkan bunga harus dibayar Rp 375.000,-
(10.000.000 x 15/100 x 3/12). Sesuai dengan sirkulasi perpajakan, bunga harus
dibayar itu merupakan objek PPh pasal 23 (WPDN) atau Pasal 26 (WPLN).

f) Pendapatan diterima dimuka

Penghasilan dari penjualan barang atau penyerahan jasa, yang diterima sebelum
terjadi penyerahan transaksi penyerahan barang atau jasa dilaporkan dalam kelompok
kewajiban. Hal ini disebabkan oleh adanya kewajiban penerimaan pembayaran untuk
menyerahkan barang atau jasa kepada pihak yang bersangkutan dikemudian hari.
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Sesuai dengan ketentuan pasal 11 ayat (2) UU PPN maka penerimaan tersebut
terutang PPN. Dengan demikian, sudah diakui sebagai penyerahan penjualan untuk
PPN.

g) Utang garansi

Untuk meningkatkan promosi penjualan seringkali penjual memberikan garansi dalam


bentuk :

™ perawatan/reparasi gratis
™ penggantian komponen
™ pengembalian uang

Sesuai dengan konsep penetapan beban dan pendapatan, biaya garansi yang timbul
dikemudian hari sebagai akibat penjualan sekarang maa biaya itu harus ditetapkan
sekarang yang tentunya melalui penaksiran.

Untuk tujuan perpajakan, karena pada prinsipnya tidak diperkenankan untuk


mengantisipasi kerugian (beban garansi) dan adanya pengakuan penghasilan secara
akrual tanpa penangguhan maka tampak pendekatan tunai lebih dapat
dipertimbangkan dari (kedua) pendekatan akrual. Dengan demikian, pengeluaran
untuk keperluan garansi setelah purnajual (after-sales service) diakui sebagai biaya
pada saat pengeluaran nyata dan merupakan utang apabila belum dibayar.

h) Utang hadiah (kupon atau undian)

Pengusaha sering menawarkan hadiah baik langsung maupun lewat undian untuk
meningkatkan omset penjualannya. Secara ideal, kupon berhadiah yang masih beredar
harus dipertemukan dengan penjualan penyebab pemberian hadiah itu. Harga pokok
barang hadiah itu merupakan biaya pengurang penghasilan. Dalam kewajiban tersebut
termasuk juga potongan pajak final sebesar 20%.

i) Utang bank dan utang yang lain

Utang kepada bank dapat berupa kredit investasi, modal kerja atau pinjaman yang
lain. Sama halnya dengan utang yang lain, utang bank dicantumkan sebesar nilai
nominal sisa utang yang masih harus dibayar. Bunga atas utang yang belum dibayar
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

dibukukan terpisah pada perkiraan bunga yang harus dibayar. Demiian juga dengan
kewajiban memotong pajaknya.

II. Kewajiban Jangka Panjang

Pada umumnya kewajiban jangka panjang merupakan utang yang tidak akan jatuh
tempo dalam waktu satu tahun atau yang pengeluarannya tidak mengunakan sumber
ativa lancar. Kewajiban itu termasuk utang obligasi, hipotik, pinjaman gadai, dan
pinjaman jangka panjang yang lain.

a) Utang obligasi

Obligasi merupakan surat pengakuan utang (dengan bunga) jangka panjang yang
akan dibayarkan pada tanggal tertentu. Terdapat bermacam-macam jenis obligasi.

Menurut emitennya, obligasi meliputi :

™ Obligasi hipotik
™ Obligasi dengan jaminan surat berharga
™ Obligasi dengan jaminan pihak ketiga
™ Obligasi tanpa jaminan
™ Obligasi dengan bunga yang bergantung pada penghasilan penerbit
™ Obligasi dengan hak atas laba
™ Obligasi konversi

Penjelasan pasal 4 (1) (g) UU PPh menyebutkan bahwa bagian keuntungan yang
didistribusikan kepada pemegang obligasi yang mempunyai hak terhadap laba (profit
sharing bonds) merupakan deviden. Oleh karena , untuk tujuan pajak bagi emiten
obligasi itu, hanya bunga tetap yang dianggap sebagai biaya pengurang penghasilan
kena pajak, sedangkan bagian laba variabelnya diperlaukan sama dengan dividen.

b) Utang Hipotik

Hampir sama dengan pinjaman obligasi (namun, tanpa agio dan diskonto), pinjaman
hipotik (terutama untuk pembelian tanah dan bangunan) umumnya merupakan
pinjaman dengan bunga tetap dan ditutup dengan waktu yang lama. Biaya penutupan
hipotik umumnya langsung merupakan beban pada periode tersebut. Namun
adakalanya biaya itu diamortisasi sepanjang masa kontrak hipotik.
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

III. Restrukturisasi utang

Karena adanya kesulitan ekonomi dan bisnis serta finansial, kreditor dapat
memebrikan kelonggaran kepada debitor untuk merevisi persyaratan pinjaman atau
restrukturisasi pinjaman. Restrukturisasi itu dapat mencegah penyitaan dan pengaduan
kepailitan. Restrukturisasi itu dapat bervariasi, seperti pertukaran aset (aset swap),
pertukaran ekuitas (equity swap), dan modifikasi persyaratan (total pembayaran pada
struktur baru melebihi atau kurang dari nilai utang terbaru).

Pasal 31 B UU PPh ayat (1) menyatakan Wajib Pajak yang melakukan restrukturisasi
utang usaha melalui lembaga khusus yang dibentuk Pemerintah dapat memperoleh
fasilitas pajak yang bersifat terbatas baik dalam jangka waktu maupun jenisnya
berupa keringanan Pajak Penghasilan yang terutang atas :

™ pembebasan utang;
™ pengalihan harta kepada kreditur untuk penyelesaian utang;
™ perubahan utang menjadi penyertaan modal;

IV. Kewajiban yang lain

Adakalanya jumlah utang baru diketahui di kemudian hari setelah terealisasinya


suatu transaksi atau peritiwa (syarat) tertentu. Utang bersyarat dapat berupa, antara
lain :

a. utang yang besarnya bergantung pada hasil usaha (misalnya bonus


karyawan);
b. piutang dagang yang digadaikan (misalnya dalam transaksi anjak
piutang);
c. penjualan piutang wesel;
d. endosemen atas wesel bayar;
e. sengketa hukum (perusahaa sebagai tergugat);
f. kewajiban sesuai dengan kontrak (penyerahan barang/jasa);
g. pembelian aktiva tetap atau pembangunan aktiva tetap berdasarkan
kontrak.
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Untuk tujuan pajak, umumnya pendekatan estimasi (yang diakui dengan


pembebanan sejumlah tertentu sebagai biaya) kewajiban itu tidak diperkenankan.
Apabila sudah nyata-nyata menjadi kewajiban (utang) perusahaan yang harus
dibayar, ketentuan perpajakan mengakui pencatatan dan pembebanannya sebagai
biaya.

C. MODAL SAHAM

Sebagaimana telah diuraikan bahwa modal saham bagian dari ekuitas. Dalam hal
pengungkapannya dalam ekuitas tersebut d.ngan terbatas dan jelas
mengelompokkan:

l. Modal disetor;

2. Saldo laba;

3. Selisih penilaian kembali aset tetap; dan

4. Modal sumbangan.

Secara umum modal saham yang termasuk dalam akuntansi ekuitas untuk badan
usaha berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur dalam PSAK 2l rahun 2007, Modal
Saham meliputi :

1. Saham preferen (preferered stock);

2. Saham biasa (common stock);

3. Tambahan modal disetor (paid in capital)

untuk modal yang berasal dari sumbangan disajikan sebagai bagian tambahan
modal disetor. Dalam penyajiannya di neraca harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan, peraturan yang berlaku,
dan menggambarkan keuangan yang ada, sehingga dalam neraca akan terlihat
modal dasar, modal yang ditetapkan, modal yang disetor, nilai nominal, dan
banyaknya saham untuk setiap jenis saham.
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Jenis saham seperti dikemukakan di atas terdapat saham preferen yang


memberikan hak prefensi kepada pemegangnya berupa:

1. Pembagian aset terlebih dahulu pada saat berdiri.

2. Pembagian diuraikan dalam pembagian laba yang dapat berbentuk kumulatif dan
tidak kumulatif partisipasi, dan tanpa partisipasi.

3. Convertible.

Saham biasa tidak mempunyai hak rebih dibanding saham-saham lainnya,


sedangkan tambahan modal disetor sebagai bagian dari modal saham memuat
dari berbagai macam unsur penambah modal seperti agio saham, tambahan
modal, dan perolehan kembali saham dengan harga yang lebih murah daripada
jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan
saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada
saat perolehannya, tambahan modal dari perbedaan harus modal disetor dan lain
sebagainya (PSAK No. 21 Tahun 2009).

Dalam PSAK diatur pencatatan perubahan modal disetor, dicatat berdasarkan:

1. Jumlah uang yang diterima.

2. Setoran saham dalam bentuk uang sesuai transaksi nyata untukjenis saham yang
status dalam bentuk rupiah pada akta pendiriannya, setoran saham tunai dalam
bentuk mata uang asing dinilai berdasarkan kurs yang berlaku.

3. Besarnya tagihan yang timbul atau kurang yang dikonversi menjadi modal.

4. Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham,
yaitu harga dasar tanggal transaksi untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa
Efek atau nilai wajar yang disepakati Rapat Umum Pemegang Saham untuk
saham yang tidak ada harga pasarnya.

5. Nilai wajar aset lancar kas yang diterima.


0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

6. Setoran saham dalam bentuk barang, menggunakan nilai wajar aset bukan kas
yang diserahkan yaitu nilai appraisal atau tanggal transaksi yang disetujui
Dewan Komisaris untuk saham yang terdaftar di Bursa Efek.

Pencatatan dapat pula untuk penggunaan saham yang disetor yang lainnya akan

dicatat berdasarkan:

1. Jumlah yang dibutuhkan; atau

2. Besarnya utang yang timbul; atau

3. Nilai wajar aset bahan kas yang diserahkan.

Pada umumnya pengeluaran saham dengan mempunyai nilai nominal. Di Indonesia,


pengeluaran saham tanpa nilai nominal tidak diperkenankan (Undang-Undang ).
Akan tetapi, dapat pula terjadi nilainya ditetapkan (stated value) yang jarang di
Indonesia, walaupun hakikatnya tidak berbeda dengan saham dengan nilai
nominal.

Untuk tujuan pajak, sesuai dengan ketentuan dalam penjelasan pasal 4 (1) (g) UU
PPh, penerimaan dari pembelian kembali saham oleh perusahaan penerbit dapat
dianggap sebagai dividen apabila :

a) dalam tahun lampau diperoleh laba

b) kelebihan penerimaan di atas harga perolehan


0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

SIMPULAN

PSAK No. 13 Investasi Jangka Panjang, Investasi jangka panjang adalah


suatu penanaman modal yang dilakukan oleh suatu perusahaan pada perusahaan lain
dengan maksud untuk diperjualbelikan, sehingga pendapatan lain di luar pendapatan
operasional ataupun dengan maksud untuk menguasai perusahaan yang bersangkutan.

Untuk tujuan perpajakan, tidak terdapat ketentuan yang secara eksplisit


menyebut metode pembukuan investasi jangka panjang, saham, selain
yang tersebut dalam penjelasan pasal 10 ayat (5) uu pph. Penjelasan itu menyatakan
bahwa atas investasi saham, tanpa memperhatikan persentase kepemilikan,
dibukukan berdasarkan harga perolehan.

Obligasi merupakan surat peminjaman uang yang akan dilunasi setelah jangka
waktu tertentu. Umumnya obligasi memberikan penghasilan bunga dengan
jumlah tetap kepada investor. Adakalanya obligasi juga mempunyai hak atas
pembagian keuntungan.

Penjelasan pasal 4 ayat (1) huruf (g) UU PPh mengkarakteristikan bagian


keuntungan itu sebagai dividen. Kalau diterima oleh pemegang obligasi yang
berbentuk badan, dengan rekarakteristik sebagai dividen, bagain keuntungan
yang diterima dikenakan pajak. Namun, bagi pembayar bunga yang
dikarakteristikan sebagai deviden itu bukan merupakan biaya pengurang
penghasilan. Kewajiban jangka pendek (lancar) merupakan kewajiban yang
diharapkan akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal
perusahaan, mana yang lebih lama (PSAK).

Dalam praktek, utang dicatat sebesar nilai nominal yang akan dibayar pada saat
jatuh temponya. Untuk tujuan perpajakan tampak tidak ada ketentuan khusus tentang
penilaian utang. Dengan demikian, dapat disimpulkan praktik akuntansi komersial
diikuti oleh ketentuan pajak.
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunadi, (2009), Akuntunsi Pajak , PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,


Bab VIII dan IX

Anda mungkin juga menyukai