Anda di halaman 1dari 2

Manindri Auresa Palindria

5012211132

Untuk mengatasi permasalahan bangunan di Indonesia yang di bangun serta di rancang


sebelum mengenal kode seismik modern atau yang kita kenal pada zaman sekarang. Sangat
berpotensi rentan terhadap kondisi muatan yang tidak terduga, contohnya seperti gempa bumi.
Peristiwa seismik ini baru-baru juga menunjukkan bahwa bangunan beton bertulang di rancang
tanpa ketentuan seismik tertentu yang dapat mengalami kerusakan bahkan keruntuhan selama
gempa bumi sedang hingga kuat. Untuk mengatasi permasalahan mengenai kerusakan bahkan
keruntuhan bangunan, saya menilai bahwa bangunan di zaman sekarang ini menggunakan
bahan beton yaitu Beton Terkekang
Pengertian beton adalah campuran air dan semen Portland (semen hidrolik) yang lain,
seperti agregat kasar dan air, agregat halus atau bisa juga tanpa tambahan yang membentuk
massa padat (SK SNI T-15-1991-03). Definisi dari beton bertulang merupakan konstruksi yang
mempunyai kerangka berupa baja dan diisi atau ditutup dengan menggunakan campuran beton
yang telah di buat. Fungsi dari tulangan pengikat ini adalah untuk mengekang inti beton dan
mengikat tulangan memanjang agar tetap berada pada posisi yang stabil serta memperpendek
tekuk pada tulangan memanjang akibat beban tekan yang diberikan.
Pada saat beton mencapai titik luluh kolom, bagian luar atau tepi (selimut beton) pecah
atau mengelupas, kolom berpengikat sengkang cepat untuk runtuh secara tiba-tiba bersama
dengan kerusakan beton dan tekuk pada tulangan yang memanjang yang terletak di antara
sengkang, sedangkan pada kolom berpengikat spiral, beton yang sudah terkekang oleh spiral
tersebut masih memiliki sifat yang efektif yaitu tetap bertahan ke arah lateral dan masih mampu
untuk melaksanakan tugasnya dengan menahan beban aksial. Kehancuran total yang terjadi
apabila selanjutnya terjadi deformasi yang cukup besar pada kolom atau bagian inti bersamaan
dengan melunturnya atau meluluhnya tulangan spiral.
Penilaian saya dikutip dari buku orasi ilmiah yang berjudul “Confinenment Sebagai
Pensinergi Material Beton dan Baja Tulangan Pada Struktur Bangunan Tahan Gempa” yang
diterbitkan pada tahun 2010 oleh Prof. Iswandi dengan mengatakan bahwa material beton pada
dasarnya kuat untuk menahan tekanan, tetapi karena beton ini bersifat getas pada beban di
puncak, bahan ini pada hakekatnya tidak cocok untuk digunakan sebagai bahan untuk struktur
bangunan tahan gempa. Jadi, agar dapat digunakan menjadi bahan untuk struktur bangunan
yang bersifat tahan gempa, material beton harus diberi kekangan sehingga dapat dihasilkan
perilaku struktur bangunan yang bersifat daktail.
Sebelum dibentuk beton betulang yang kita inginkan, di Langkah awal kita harus
mengest campuran beton dengan metode “Slump Test Beton” atau disebut juga dengan
Concrete Slump. Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui seberapa kental adukan beton
yang akan di produksi nantinya. Menurut saya, pengujian ini penting untuk dilakukan karena
terdapat tujuannya yaitu, untuk mengetahui kekentalan beton segar agar beton yang di produksi
nantinya dapat mencapai kekuatan mutu beton dan mendapatkan nilai slump yang baik. Fungsi
lainnya adalah agar beton yang diproduksi ini di batching plant akan sama atau sesuai dengan
perencanaan kerja dari sebuah bangunan yang akan dibangun. Jika jumlah air yang digunakan
saat mencampurkan komposisi campuran beton terlalu sedikit, maka membahayakan beton
yang dapat berdampak pada tingkat kekentalan beton yang berkurang. Hal ini memastikan
untuk penentuan kekuatan serta mutu beton yang dihasilkan pada akhirnya. Pengujian Slump
ini memerlukan beberapa peralatan uji tertentu seperti :
Manindri Auresa Palindria
5012211132
1. Cetakan Kerucut Abrams yang dibuat dari logam. Berdiameter dasar sekitar 200 mm,
diameter atas sekitar 100 mm, dan mempunyai tinggi sebesar 300 mm.
2. Tongkat penusuk harus berdiameter sekitar 26 mm dan Panjang 60 cm.
3. Alas pengujian beton yang terbuat dari bahan kayu atau besi dan bersifat kedap air yang
berbentuk rata
4. Mistar untuk mengukur bahan yang terbuat dari baja atau meteran untuk mengukur
besar atau nilai kemerosotan yang terjadi pada mix design beton
5. Menyiapkan sendok atau sekop kecil untuk mengisi beton segar ke lubang Kerucut
Abrams dengan fungsi lainnya yaitu untuk mengaduk beton di dalam kerucut tersebut.
6. Menyiapkan gelas ukur atau biasa disebut dengan silinder ukur yang berguna untuk
pengukuran volume air dan cairan additive pada pengeras beton
7. Wadah atau tempat material beton yang akan dilakukan pengujian nantinya.

Untuk mengetahui konversi umur beton dapat dibuat dengan perbandingan


menggunakan material beton biasa dengan beton terkekang. Pengujian benda uji beton
ini dilakukan pada umur : 3,7,14,21, dan 28 hari. Bila pengujian benda uji beton
dilakukan pada umur yang lain, maka hasilnya dikonversi pada umur 28 hari. Setelah
itu, pada tahap akhir dilakukanya uji pada benda material beton ini dengan cara Tensile
Testing (Pengujian Tarik). Mengapa pengujian ini dilakukan? Pengujian ini sangat
diperlukan karena pengujian ini dapat membantu kita untuk mendapatkan informasi
mengenai sifat dan nilai pengujian dari suatu material. Material yang digunakan ini
seperti beton. Tensile Testing (Pengujian Tarik) merupakan pengujian pada material
dengan cara menarik suatu material sampai putus. Pengujian Tarik bertujuan untuk
mengetahui tensile strength (kuat Tarik), yielad strength (kekuatan), dan elongation
(kemuluran) dari suatu material.

Saat semuanya sudah selesai dari tahap perencanaan hingga pengujian test, baru
diperbolehkan untuk merangkai struktur bangunan yang diinginkan dengan bangunan
yang tahan terhadap gempa bumi.

Anda mungkin juga menyukai