Anda di halaman 1dari 4

1.

Jelaskan siapakah / mengapa Abdullah di golongkan sebagai tokoh peralihan


Dalam pengantar bukunya untuk "The Autobiography of Munshi Abdullah"
(1947), William Girdlestone Shellabear mengakui Abdullah sebagai inovator dalam
sastra Melayu modern. Ia juga diakui sebagai individu Melayu pertama yang
menerbitkan sebuah karya autobiografi yang berjudul "Hikayat Abdullah". Selain
menceritakan pengalaman hidup Abdullah sendiri, buku autobiografi yang pertama
kali diterbitkan pada tahun 1849 ini juga menggambarkan keadaan sosial masyarakat
Melayu saat itu.
Kesusastraan masa peralihan, yang sering disebut sebagai periode Abdullah
bin Abdul Kadir Munsyi, mencerminkan pengaruh besar yang dimilikinya dalam
mengubah karakteristik karya sastra Melayu yang awalnya penuh dengan elemen
khayal, fantastis, dan berpusat pada cerita istana menjadi karya sastra yang lebih
objektif dan mengeksplorasi isu-isu kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, kita bisa
melihat ini dalam karyanya yang berjudul "Hikayat Abdullah," yang menceritakan
perjalanan hidupnya sendiri.
Jasa-jasa Abdullah dalam perkembangan kesusastraan meliputi:
1. Mengenalkan Inovasi Baru dalam Kesusastraan Melayu dengan memperkenalkan
karya berjenis biografi, yang merupakan langkah signifikan dalam perubahan gaya
sastra.
2. Terjemahan Al-Qur'an ke dalam bahasa Melayu, yang membantu dalam
mempopulerkan pemahaman agama Islam di kalangan masyarakat Melayu.
3. Kontribusi dalam penyusunan buku sejarah Melayu, yang turut mempengaruhi
pemahaman dan catatan sejarah daerah tersebut.
Jadi, Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi memainkan peran penting dalam
mengubah arah perkembangan kesusastraan Melayu dengan menghadirkan karya-
karya yang lebih terfokus pada realitas dan memperkenalkan elemen-elemen baru
yang mempengaruhi berbagai aspek budaya dan agama.
Abdullah memiliki latar belakang budaya yang beragam. Ayahnya adalah
seorang guru agama dan ahli bahasa dari Yaman yang menetap di Malaka, sementara
ibunya adalah seorang wanita terpelajar dari etnis Keling dan guru di sekolah di
Malaka. Abdullah tumbuh menjadi seorang guru agama, bahasa, dan menjadi asisten
peneliti bahasa Inggris, Marsden. Ia dianggap sebagai pelopor dalam sastra Indonesia
baru karena berani melangkah keluar dari norma sastra lama, melepaskan diri dari
sastra tradisional, dan mengadopsi pendekatan baru dalam menulis, terutama setelah
berinteraksi dengan ilmuwan Barat seperti Raffles, Milne, Crawford, Newbold, dan
lainnya. Perbedaan utama antara Abdullah dan penulis sebelumnya terletak pada
subjek yang diangkat dan gaya penulisannya. Penulis sebelumnya cenderung fokus
pada cerita-cerita istana yang selalu menggambarkan pihak kerajaan dalam cahaya
positif. Sebaliknya, Abdullah mencatat peristiwa sehari-hari di sekitarnya, termasuk
menggambarkan dirinya sendiri dalam biografi yang jujur tanpa menyembunyikan
sisi-sisi negatifnya. Ia juga mengangkat isu-isu sehari-hari seperti kebakaran,
perampokan, dan pengalaman pribadinya saat bepergian. Dalam penggunaan bahasa,
Abdullah mengambil pendekatan yang lebih bebas dengan menggunakan bahasa
sehari-hari dan menciptakan gaya bahasa baru. Meskipun melakukan inovasi, ia tetap
mempertahankan beberapa elemen tradisional dalam menulis prosa dan puisi. Oleh
karena itu, Abdullah dianggap sebagai tokoh peralihan yang menghubungkan antara
tradisi sastra lama dan bentuk sastra baru dalam hal konten dan gaya penulisannya.
2. Mengapa bahasa melayu yang dipilih menjadi bahasa nasional
Bahasa Melayu dipilih menjadi bahasa nasional Indonesia atas dasar beberapa
pertimbangan yang sangat penting. Pertama-tama, bahasa Melayu memiliki sejarah
yang panjang dan mendalam dalam wilayah Nusantara. Ini adalah bahasa yang telah
digunakan secara luas selama berabad-abad sebagai bahasa perdagangan, komunikasi
antarsuku, dan bahasa ilmu pengetahuan di berbagai kerajaan dan kawasan seperti
Sriwijaya dan Majapahit.
Selain itu, bahasa Melayu juga memiliki peran penting dalam pendidikan dan
agama Islam di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini membuatnya dikenal oleh
banyak orang di seluruh kepulauan Indonesia.
Pilihan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional juga dipengaruhi oleh
kebutuhan untuk menyatukan bangsa Indonesia yang sangat beragam, baik dari segi
suku, budaya, maupun bahasa daerah. Jumlah suku bangsa di Indonesia sangat besar,
dan pemilihan satu bahasa nasional membantu dalam memelihara persatuan nasional
dan menghindari potensi konflik yang mungkin timbul jika setiap suku bangsa
memaksakan bahasa daerahnya sebagai bahasa nasional.
Sumpah Pemuda pada tahun 1928 juga menjadi tonggak penting dalam sejarah
Indonesia yang menegaskan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
Pemuda-pemuda pada saat itu sepakat untuk menggunakan bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional untuk memperkuat semangat nasionalisme dan persatuan.
Dengan demikian, bahasa Melayu dipilih sebagai bahasa nasional Indonesia
karena memiliki warisan sejarah yang kaya, peran dalam pendidikan dan agama, serta
sebagai alat untuk memperkuat persatuan dan identitas nasional Indonesia yang
beragam.
Pemilihan bahasa Melayu dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928
adalah momen penting bagi Indonesia. Sebelumnya, bangsa Indonesia telah lama
berada di bawah penjajahan yang berlangsung selama lebih dari 350 tahun. Sumpah
Pemuda menjadi simbol persatuan, mengakui kita sebagai satu tanah air, satu bangsa,
dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Persatuan ini menjadi kunci bagi pembentukan
nasionalisme yang akhirnya membawa kita menuju kemerdekaan Indonesia dalam
waktu sekitar 17 tahun.
Sebelum adanya Sumpah Pemuda dan gerakan nasionalis, perlawanan rakyat
Indonesia di berbagai wilayah dan suku tampaknya tidak berhasil karena penjajah
semakin kuat. Ketidakbersatuan adalah penyebab utama mengapa kita terjajah begitu
lama. Ini menunjukkan pentingnya peran bahasa Indonesia dalam perjuangan menuju
kemerdekaan kita. Melalui persatuan, kemerdekaan dapat dicapai, dan bahasa
Indonesia adalah salah satu alat untuk mencapai persatuan ini. Namun, muncul
pertanyaan mengapa bahasa Melayu dipilih tanpa protes dari masyarakat yang
memiliki beragam bahasa daerah. Kita memahami bahwa menerima satu bahasa
sebagai bahasa nasional sangat penting bagi bangsa yang beragam seperti kita. Di
beberapa negara lain, perselisihan terkait pemilihan bahasa nasional telah memicu
perang saudara. Di India dan Filipina, misalnya, terjadi perang saudara karena
beberapa kelompok suku ingin bahasa daerah mereka dijadikan bahasa nasional,
sementara yang lain menentangnya. Mengingat jumlah suku bangsa yang lebih
banyak di Indonesia, pertanyaan muncul tentang apa yang akan terjadi jika setiap
suku bangsa bersikeras untuk bahasa asal mereka dijadikan bahasa nasional.
Daftar Pustaka
Hamidy, U. U., Hamidy, U. U., Abubakar, T. B., & Yunus, R. H. (1981).
Pengarang Melayu dalam Kerajaan Riau dan Abdullah bin Abdul Kadir
Munsyi dalam Sastra Melayu. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahsa,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sweeney, A. (2005). Karya lengkap Abdullah Abdul Kadir Munsyi: Hikayat
Abdullah (Vol. 3). Kepustakaan Populer Gramedia.
Abdullah, M. Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pendekatan
Integratif-Interkonektif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Mohd Nor Ahmad, “Chara-chara perlaksanaan bahasa Melayu Menjadi Bahasa
Kebangsaan dan rasmi yang tunggal dalam Persekutuan Tanah Melayu
mengikut jangka panjang 10 tahun” 1 Ogos 1957, Arkib Negara Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai