Kel 2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Kel 2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Disusun oleh
Dengan menyebutkan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Agregat.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala sara dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun Kelompok II
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan
dalam kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan
bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk
kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya angka kematian bayi pada
suatu daerah disebabkan karena faktor perilaku (perilaku perawatan pada saat hamil
dan perawatan bayi, serta perilaku kesehatan lingkungan) dan faktor kesehatan
lingkungan. Pada masa yang datang pemerintah lebih fokus pada pelaksanaan
pembangunan yang berkelanjutan dan pengembangan wilayah yang berkesadaran
lingkungan, sementara pihak pengguna infrastruktur dalam hal ini masyarakat secara
keseluruhan harus disiapkan dengan kesadaran lingkungan yang lebih baik (tahu
sesuatu atau tahu bersikap yang semestinya) Masa datang kita dihadapkan dengan
penggunaan IPTEK yang lebih maju dan lebih kompleks yang memerlukan
profesionalisme yang lebih baik dengan jenjang pendidikan yang memadai.
Di samping itu dalam proses pembangunan masa datang, diperlukan adanya
teknologi kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada metodologi
mengukur dampak kesehatan dari pencemaran yang ditimbulkan oleh adanya
pembangunan, Indikator ini harus mudah, murah untuk diukur juga sensitif
menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang baik diperlukan suatu program
peningkatan kesehatan lingkungan salah satunya kesehatan lingkungan pemukiman
dan perkotaan sesuai peraturan pemerintah yang telah ditetapkan. Kesehatan
lingkungan pemukiman dan perkotaan merupakan tanggung jawab Bersama.
Pemukiman dan perkotaan merupakan salah satu kebutuhan dasar dan merupakan
faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia serta mutu
kehidupan yang sejahtera menuju masyarakat yang adil dan makmur. Pemukiman
dan perkotaan juga merupakan bagian dari pembangunan nasional yang perlu terus
ditingkatkan dan dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana, dan
berkesinambungan. Pemukiman dan perkotaan adalah dua hal yang tidak dapat kita
pisahkan karena berkaitan dengan ekonomi, industrialisasi dan pembangunan.
Permukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan
segala unsur serta kegiatan yang ada di dalam permukiman, sedangkan kota adalah
daerah perumahan dan bangunan-bangunan yang merupakan suatu kesatuan
tempat kediaman dan juga merupakan pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi,
kebudayaan, dan sebagainya.
Pada dasarnya kota merupakan tempat konsentrasi sejumlah besar orang,
tempat masyarakat tinggal dan bekerja, adanya spesialisasi pekerjaan atau industri,
perdagangan luar negeri dan menjadi pusat pelayanan bagi daerah-daerah di
sekitarnya. Tata kota adalah suatu pengaturan pemanfaatan ruang kota di mana
terlihat fungsi kota sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduknya
maupun kota itu sendiri. Sehingga benarlah bahwa pemukiman dan perkotaan tidak
bisa dipisahkan. Adapun Permukiman perkotaan dapat terhindar dari kondisi kumuh
dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang
berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat.
Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan
(struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat – syarat
kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan dalam poses
pembinaan keluarga. Selain sebagai tempat layak huni, juga harus memenuhi
standar rumah sehat, yaitu aman, sehat dan nyaman untuk kepentingan individu atau
keluarga itu sendiri. Banyak kasus ditemukan di lapangan, terutama di kota – kota
besar, pembangunan rumah atau perumahan selalu dibangun di area atau kawasan
yang tidak layak bangun misalnya di daerah kumuh yang berada dekat tempat
pembuangan akhir (TPA) dan sumber air (sungai) atau di tempat – tempat yang
rawan bencana. Sebagai contoh, sekitar 306 kejadian atau sekitar 95% kejadian
yang disebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan puting
beliung di Indonesia pada tahun 2013 dikarenakan pembangunan perumahan yang
salah sehingga permasalahan tersebut belum bisa diselesaikan karena tidak ada
tindakan tegas terhadap developer – developer nakal yang tidak mematuhi peraturan
yang berlaku. (BMG Nasional)
Masalah permukiman di Indonesia berakar dari pergeseran konstentrasi
penduduk dari desa ke kota. Permasalahan perkotaan yang tidak tertata
menyebabkan masalah-masalah seperti sanitasi yang buruk, drainase yang tidak
tertata, polusi udara yang mempengaruhi kualitas udara di perkotaan, ketersediaan
air bersih dan minum dan berbagai kesehatan lainnya. Dan juga masalah
permukiman yang semakin padat mengakibatkan semakin banyak limbah yang
dihasilkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kesehatan Lingkungan pemungkiman dan perkotaan?
2. Apakah defenisi lingkungan pemungkiman dan perkotaan?
3. Bagaimana Hubungan manusia dengan lingkungannya?
4. Bagaimana upaya perbaikan kesling pemukiman dan perkotaan?
C. Manfaat penulisan
1. Mahasiswa Dapat Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kesehatan Lingkungan
Pemukiman Dan Perkotaan serta Metode Pengelolaannya
2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Cara Mengatasi Masalah Kesehatan
Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan dan Prosedur Apa Saja Yang Dipakai
Dalam Pengelolaan Pemukiman Dan Perkotaan yang Bisa menjamin Kesehatan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2. Kebisingan Kota
Polusi suara atau kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang
menganggu indra pendengaran manusia atau tidak dikehendaki. Sehingga seberapa
kecil suara yang ditimbulkan jika hal tersebut tidak diinginkan atau mengganggu
indra pendengaran manusia maka dikatakan kebisingan. Alat standar untuk
pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter (SLM). SLM berfungsi mengukur
kebisingan yang berada dalam kisaran 30-130 desibel (dB) dengan frekuensi antara
20 – 20.000 Hertz (Hz). Alat ini dapat mengukur tiga jenis kategori respon frekuensi,
yang ditujukan dalam skala A, B, dan C. Skala A ditemukan paling mewakili batasan
pendengaran manusia dan respon telinga terhadap kebisingan, termasuk kebisingan
lalu lintas, serta kebisingan yang dapat mengganggu pendengaran.
Kebisingan akitivitas lalu lintas merupakan sumber kebisingan terbesar yang ada
di perkotaan. Sumber kebisingan yang terkait dengan transportasi berasal dari mobil
penumpang, sepeda motor, bus dan kendaraan berat seperti truk. Tiap kendaraan
menghasilkan kebisingan, namun sumber dan besarnyan dari tingkat kebisingan
yang ditimbulkan dapat sangat bervariasi tergantung dari jenis kendaraanya.
Penggunaan kendaraan bermotor yang semakin meningkat maka akan membuat
transportasi darat semakin padat yang tentunya dapat mempengaruhi kondisi
disekitar lingkungan jalan raya adalah dampak kebisingan yang dihasilkan dari
kendaraan bermotor. Kebisingan yang dihasilakn dari kendaraan bermotor dalam
aktivitas transportasi dapat membuat gangguan kenyamanan masyarakat yang
tinggal di wilayah tersebut. Pengaruh utama kebisingan terhadap tingkat kesehatan
adalah terjadi kerusakan pada indra pendengaran yang dapat menyebabkan ketulian
progresif. Pengaruh tersebut tentunya sangat berpengaruh bagi kelayakan hidup
masyarakat perkotaan. Efek kebisingan pada pendengaran biasanya bersifat
sementara dan pemulihannya dapat berlangsung cepat. Namun, apabila seseorang
berada di wilayah yang kebisingannya terus menerus maka akan menyebabkan
ketulian permanen dan tidak dapat pulih kembali. Ketulian biasanya dimulai pada
frekuensi suara 4.000 Hz yang kemudian meningkat meluas ke frekuensi di
sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang digunakan percakapan. Di
Indonesia nilai ambang batas kebisingan adalah 85 Db (8).
Sampah yang ada dilokasi sumber sampah seperti perkantoran, perumahan, hotel,
dan sebagainya ditempatkan dalam penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat
sampah harus dipisahkan antaran yang organik dan anorganik sehingga lebih
memudahkan dalam tahapan proses pemusnahan. Adapun tempat penyimpanan
sementara yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut ini:
12. Salvaging
13. Pemanfaatan sampah dengan memanfaatkan lagi sampah yang dapat
digunakan lagi seperti kertas namun, metode ini dapat menularkan penyakit
G. Penyebab dan gangguan kesehatan yang sering kali terjadi di daerah perumahan
dan pemukiman
Terdapat beberapa penyebab dan gangguan kesehatan yang sering kali terjadi
didaerah perumahan dan pemukiman, antara lain:
1. Sistem pemanasan atau pendingin ruangan di dalam rumah.
Sistem pemanasan atau pendingin ruangan di dalam rumah, menjadi penyebab
utama besarnya angka kematian karena penyakit saluran pernapasan di beberapa
negara, contohnya Amerika Serikat. Diperkirakan 96 warga Amerika Serikat
meninggal dunia akibat dari temperatur yang ekstrim. Pada tahun 1996, dimana 62
orang diantaranya meninggal karena temperatur yang sangat dingin atau dalam
istilah medis biasa dikenal sebagai hypothermia. Dan tidak sedikit dari warga
negaranya yang juga menderita heat exhaustion dan heat stroke, yang mana
penyakit ini bisa terjadi karena temperatur yang terlalu panas. Diantara kedua
penyakit ini yang paling berbahaya adalah heat stroke, karena apabila telambat
mendapatkan pertolongan medis, maka penyakit tersebut bisa menyebabkan
kematian.
2. Kebisingan
Kebisingan juga dapat menjadi salah satu penyebab gangguan kesehatan, karena
secara fisiologis kebisingan berpotensi untuk menurunkan kemampuan
pendengaran, menaikkan tekanan darah, efek kardiovaskuler yang negatif,
meningkatkan irama pernafasan, pencernaan, gastritis dan tukak lambung, efek
negatif terhadap perkembangan janin dalam kandungan, sulit tidur setelah
kebisingan berhenti, dapat meningkatkan efek dari narkotik, alkohol, penuaan dan
karbon monoksida. Dapat ditambahkan bahwa kebisingan juga dapat menurunkan
konsentrasi pada saat bekerja dan mengganggu komunikasi. Dan pada akhirnya
kebisingan juga dapat menurunkan kinerja harian, meningkatkan kelelahan, dan
menyebabkan perasaan mudah marah. Pengendalian kebisingan dalam rumah
dapat dilakukan dengan membuat dinding dan lantai kedap suara, serta
mengisolasi semua mesin atau alat yang dapat menimbulkan kebisingan.
a. Penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, dan fasilitas sambungan
perpipaan air bersih
Penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, dan fasilitas sambungan
perpipaan air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan, dapat
menimbulkan kemungkinan terjadinya penyakit ditularkan melaluiair. Penyakit
yang berhubungan dengan air dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:
1.) Penyakit yang ditularkan melalui air.
Berbagai penelitian menghubungkan perbaikan sanitasi dan
penyediaan air minum, dengan penurunan angka kematian yang
disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan air. Fasilitas air
bersih dan sanitasi lingkungan telah dibuktikan menurunkan angka
kematian bayi dan anak sebesar 50% di negara yang sedang
berkembang. Penyakit yang ditularkan melalui air sering dirujuk
sebagai penyakit yang disebabkan oleh air kotor yang kontaminasi
bahan kimia, kotoran manusia atau hewan. Penyakit yang dimaksud
meliputi kolera, tifoid, shigella, polio, meningitis, hepatitis A dan E.
2.) Penyakit yang berbasis pada atau kontak terhadap air.
Penyakit yang berbasis kontak terhadap air adalah penyakit yang
disebabkan oleh organisme yang hidup di dalam air, yang
menghabiskan sebagian waktu hidupnya dalam air dan sebagian lagi
sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Termasuk penyakit golongan
ini adalah dracunculiasis, paragonimiasis, clonorchiasis, dan
schiztosomiasis. Pemberantasan penyakit ini di banyak negara, tidak
hanya menurunkan angka kejadian penyakit, tetapi juga
meningkatkan produktivitas kerja melalui penurunan angka tidak
masuk kerja.
3.) Penyakit yang ditularkan oleh vektor yang hidup dalam air
Penyakit yang biasa berkembang biak dalam air adalah nyamuk-
nyamuk yang menghisap darah dan menginfeksikan manusia dengan
bibit penyakit malaria, demam kuning, demam berdarah, dan filariasis
4.) Penyakit lainnya yang disebabkan karena air yang terkontaminasi.
Terakhir, adalah penyakit yang berhubungan dengan air yang
terkontaminasi adalah difteria, kusta, batuk rejan, tetanus,
tuberkulosis, dan trachoma. Penyakit ini sering terjadi pada saat
kurangnya persediaan air untuk membersihkan tangan dan keperluan
higienis dasar perseorangan lainnya. Binatang kecil seperti tikus telah
lama dihubungkan dengan kerusakan properti, menghabiskan
panenan padi dan gandum, serta menularkan berbagai macam
penyakit. Pemberantasan pes terintegrasi bersama dengan konstruksi
rumah yang sempurna telah memainkan peran yang signifikan dalam
menurunkan populasi tikus di sekitar rumah modern. Penyimpanan
makanan yang sempurna, konstruksi yang mencegah masuknya tikus,
disertai dengan sanitasi lingkungan yang sempurna di luar rumah
terbukti telah mengurangi masalah tikus pada perumahan di abad 21
ini.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di kota-kota
besar, baik karena urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak terkendali. Lebih
lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan
kemampuan pemerintah untuk menyediakan permukiman-permukiman baru, sehingga
para pendatang akan mencari alternatif tinggal di permukiman kumuh untuk
mempertahankan kehidupan di kota.
Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area. Daerah ini
sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat
merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan
sumber penyakit sosial lainnya.
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh
adalah: ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk
bangunan layak huni, rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah
permukiman rawan akan bahaya kebakaran, sarana jalan yang sempit dan tidak
memadai, tidak tersedianya jaringan drainase, kurangnya suplai air bersih, jaringan
listrik yang semrawut, dan fasilitas MCK yang tidak memadai.
B. Saran
Pemerintah selain memberikan rumah susun juga harus memberikan lapangan
pekerjaan bagi mereka yang belum punya pekerjaan. Dan masyarakat harus selalu
menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Fitrilubis, Nurul. 2009. Pembangunan Dengan Sistem Partisipasi Masyarakat Sebagai Salah
Satu Usaha Untuk Meningkatkan Dan Memperbaiki Kehidupan Masyarakat
Permukiman Kumuh. (http://nurulfitrilubis.wordpress.com/2009/04/18/pembangunan-
dengan- sistem- partisipasi-masyarakat-sebagai-salah-satu-usaha-untuk-
meningkatkan-dan-memperbaiki-kehidupan-masyarakat-permukiman- kumuh).