Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Penyehatan Lingkungan Pemukiman


(Dosen : Ns. Erwanto, S.Kep.,MMRS)

Disusun oleh

1. Edo Ferdiantoko (2201140745)


2. Tiffanny Far-Far (2201140743)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PRODI S1 ALIH JENJANG KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebutkan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Agregat.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala sara dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Malang, 22 Januari 2023

Penyusun Kelompok II
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan
dalam kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan
bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk
kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya angka kematian bayi pada
suatu daerah disebabkan karena faktor perilaku (perilaku perawatan pada saat hamil
dan perawatan bayi, serta perilaku kesehatan lingkungan) dan faktor kesehatan
lingkungan. Pada masa yang datang pemerintah lebih fokus pada pelaksanaan
pembangunan yang berkelanjutan dan pengembangan wilayah yang berkesadaran
lingkungan, sementara pihak pengguna infrastruktur dalam hal ini masyarakat secara
keseluruhan harus disiapkan dengan kesadaran lingkungan yang lebih baik (tahu
sesuatu atau tahu bersikap yang semestinya) Masa datang kita dihadapkan dengan
penggunaan IPTEK yang lebih maju dan lebih kompleks yang memerlukan
profesionalisme yang lebih baik dengan jenjang pendidikan yang memadai.
Di samping itu dalam proses pembangunan masa datang, diperlukan adanya
teknologi kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada metodologi
mengukur dampak kesehatan dari pencemaran yang ditimbulkan oleh adanya
pembangunan, Indikator ini harus mudah, murah untuk diukur juga sensitif
menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang baik diperlukan suatu program
peningkatan kesehatan lingkungan salah satunya kesehatan lingkungan pemukiman
dan perkotaan sesuai peraturan pemerintah yang telah ditetapkan. Kesehatan
lingkungan pemukiman dan perkotaan merupakan tanggung jawab Bersama.
Pemukiman dan perkotaan merupakan salah satu kebutuhan dasar dan merupakan
faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia serta mutu
kehidupan yang sejahtera menuju masyarakat yang adil dan makmur. Pemukiman
dan perkotaan juga merupakan bagian dari pembangunan nasional yang perlu terus
ditingkatkan dan dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana, dan
berkesinambungan. Pemukiman dan perkotaan adalah dua hal yang tidak dapat kita
pisahkan karena berkaitan dengan ekonomi, industrialisasi dan pembangunan.
Permukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan
segala unsur serta kegiatan yang ada di dalam permukiman, sedangkan kota adalah
daerah perumahan dan bangunan-bangunan yang merupakan suatu kesatuan
tempat kediaman dan juga merupakan pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi,
kebudayaan, dan sebagainya.
Pada dasarnya kota merupakan tempat konsentrasi sejumlah besar orang,
tempat masyarakat tinggal dan bekerja, adanya spesialisasi pekerjaan atau industri,
perdagangan luar negeri dan menjadi pusat pelayanan bagi daerah-daerah di
sekitarnya. Tata kota adalah suatu pengaturan pemanfaatan ruang kota di mana
terlihat fungsi kota sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduknya
maupun kota itu sendiri. Sehingga benarlah bahwa pemukiman dan perkotaan tidak
bisa dipisahkan. Adapun Permukiman perkotaan dapat terhindar dari kondisi kumuh
dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang
berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat.
Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan
(struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat – syarat
kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan dalam poses
pembinaan keluarga. Selain sebagai tempat layak huni, juga harus memenuhi
standar rumah sehat, yaitu aman, sehat dan nyaman untuk kepentingan individu atau
keluarga itu sendiri. Banyak kasus ditemukan di lapangan, terutama di kota – kota
besar, pembangunan rumah atau perumahan selalu dibangun di area atau kawasan
yang tidak layak bangun misalnya di daerah kumuh yang berada dekat tempat
pembuangan akhir (TPA) dan sumber air (sungai) atau di tempat – tempat yang
rawan bencana. Sebagai contoh, sekitar 306 kejadian atau sekitar 95% kejadian
yang disebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan puting
beliung di Indonesia pada tahun 2013 dikarenakan pembangunan perumahan yang
salah sehingga permasalahan tersebut belum bisa diselesaikan karena tidak ada
tindakan tegas terhadap developer – developer nakal yang tidak mematuhi peraturan
yang berlaku. (BMG Nasional)
Masalah permukiman di Indonesia berakar dari pergeseran konstentrasi
penduduk dari desa ke kota. Permasalahan perkotaan yang tidak tertata
menyebabkan masalah-masalah seperti sanitasi yang buruk, drainase yang tidak
tertata, polusi udara yang mempengaruhi kualitas udara di perkotaan, ketersediaan
air bersih dan minum dan berbagai kesehatan lainnya. Dan juga masalah
permukiman yang semakin padat mengakibatkan semakin banyak limbah yang
dihasilkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kesehatan Lingkungan pemungkiman dan perkotaan?
2. Apakah defenisi lingkungan pemungkiman dan perkotaan?
3. Bagaimana Hubungan manusia dengan lingkungannya?
4. Bagaimana upaya perbaikan kesling pemukiman dan perkotaan?

C. Manfaat penulisan
1. Mahasiswa Dapat Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kesehatan Lingkungan
Pemukiman Dan Perkotaan serta Metode Pengelolaannya
2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Cara Mengatasi Masalah Kesehatan
Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan dan Prosedur Apa Saja Yang Dipakai
Dalam Pengelolaan Pemukiman Dan Perkotaan yang Bisa menjamin Kesehatan.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka Teoritis


Pemukiman dan perumahan merupakan aspek terpenting bagi kelangsungan
kehidupan manusia dimuka bumi. Dalam (UU RI No. /1992) dijelaskan bahwa
pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Kawasan pemukiman
didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, tempat bekerja yang memberi
pelayanan dan kesempatan kerja terbatas yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan. Dengan lingkungan pemukiman yang baik kesehatan akan terjaga
sehingga penyakit tidak akan berkembang di wilayah tersebut. Kesehatan lingkungan
adalah suatu kondsi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh
positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup
kesehatan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran,
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotoran atau limbah dan
sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu
usaha memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan
media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup
didalamnya.
Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang
disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat
bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung
dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (6;
21). Menurut UU RI No. 1 Tahun 2011 menyatakan bahwa rumah adalah bangunan
gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan
keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.Jenis-
jenis rumah sebagai berikut menurut UU RI No.1 Tahun 2011 adalah sebagai berikut,
Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan.Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat.Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Rumah khusus adalah
rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus. Rumah Negara
adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau
pegawai negeri.
Rumah adalah tempat berlindung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya
(misalnya hujan, matahari, dan lain-lain) serta merupakan tempat untuk beristirahat
setelah bertugas memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari pengertian tersebut sanitasi
rumah adalah usaha pengawasan terhadap suatu tempat yang dipakai untuk berlindung
dan beristirahat terhadap factor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan
penghuninya. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat
kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari
ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi
pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial.
Menurut UU RI No.4 Tahun 1992 bahwa rumah adalah struktur fisik terdiri dari
ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana
pembinaan keluarga. Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan
hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Pengertian dasar pemukiman dalam UU
No.1 Tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
perumahan yang mempunyai sarana, prasarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan pedesaan. Batasan
pemukiman adalah berkaitan erat dengan konsep lingkungan hidup dan penataan
ruang. Pemukiman adalah area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat
tinggal ataulingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan
dan merupakan bagian dari lingkungan hidup diluarkawasan lindung baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan.
Permukiman terdiri dari isi, yaitu manusia sendiri maupun masyarakat, dan wadah
yaitu fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen buatan manusia. Dua
elemen tersebut selanjutnya dapat dibagi kedalam lima elemen yaitu, alam yang
meliputi topografi, geologi, tanah, air, tumbuh-tumbuhan, hewan dan iklim. Yang kedua
yaitu manusia yang meliputi kebutuhan biologi (ruang, udara, temperature, dsb),
perasaan dan persepsikebutuhan emosional, dan nilai moral. Yang ketiga masyarakat
yang meliputi, kepadatan dan komposisi penduduk, kelompok social, kebudayaan,
pengembangan ekonomi, pendidikan, hukum, dan adminitrasi. Yang keempat yaitufisik
bangunan yang meliputi, rumah, pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit, dsb),
fasilitas rekreasi, pusat pemerintahan industry, kesehatan, hukum dan administrasi. Dan
yang kelima adalah jaringan (network) yang meliputi, system jaringan air bersih, sistem
jaringan listrik, sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem manajemen kepemilikan,
drainase, air kotor dan tata letak fisik. Rumah sehat merupakan bangunan tempat
tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat,
sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,
ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak
terbuat dari tanah (10).
Menurut WHO penyehatan lingkungan tempat pemukiman adalah segala upaya
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan tempat pemukiman beserta
lingkungannya dan pengaruhnya terhadap manusia. Hubungan pemukiman dan
kesehatan adalah kondisi-kondisi ekonomi, social, pendidikan, tradisi/kebiasaan, suku,
geografi dan kondisi local sangat terkait dengan pemukiman/perumahan. Ada beberapa
factor yang mempengaruhi atau yang dapat menentukan kualitas lingkungan
perumahan/pemukiman, antara lain: fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang
dapat menunjang terselengaranya keadaan fisik, kesehatan mental, kesejahteraan
social bagi individu dan keluarganya.Air limbah adalah cairan buangan yang berasal
dari rumah tangga, industry, dan tempat umum lainnya dan biasanya mengandung
bahan atau zat yang membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan.
Saluran pembuangan air limbah adalah saluran yang digunakan untuk membuang
dan mengumpulkan air buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur (bukan dari
peturasan / jamban) sehingga air limbah tersebut dapat meresap kedalam tanah dan
tidak menjadi penyebab penyebaran penyakit serta tidak mengotori lingkungan
pemukiman. Tujuan dari adanya saluran pembuangan air limbah adalah untuk
membuang dan mengumpulkan air buangan kamar mandi tempat cuci, dapur (bukan
dari peturasan/jamban) untuk pedesaan, sehingga air limbah tersebut dapat meresap
kedalam tanah dan tidak menjadi penyebab penyebaran penyakit serta tidak mengotori
lingkungan permukiman.

B. Pengertian Pemukiman dan perumahan


Menurut UU No.4 Tahun 1992 pasal 1 ayat 2 tentang permukiman dan
perumahan, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga, sedangkan perumahan adalah kelompok
rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Didalam buku John F. C Turner
yang berjudul Freedom To Build tahun 1972 mengatakan bahwa rumah adalah bagian
yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik sekali jadi semata, melainkan
merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan sosial ekonomi
penghuninya dalam suatu kurun waktu. Yang terpenting dan rumah adalah dampak
terhadap penghuni, bukan wujud atau standar fisiknya. Selanjutnya dikatakan bahwa
interaksi antara rumah dan penghuni adalah apa yang diberikan rumah kepada
penghuni serta apa yang dilakukan penghuni terhadap rumah.Sedangkan didalam buku
Rumah Untuk Seluruh Rakyat karya Siswono Yudohusodo tahun 1991 mengatakan
bahwa rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga. Jadi, selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya,
rumah merupakan tempat awal pengembangan kehidupan.
Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman
menyebutkan bahwa rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sam
halnya seperti pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi sebagai
pelindung terhadap gangguan alam/cuaca dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki
peran sebagai pusat pendidikan keluarga, penerapan budaya dan nilai kehidupan,
persiapan bagi generasi muda, dan sebagai penguat jati diri. Dalam kerangka hubungan
ekologis antara manusia dan lingkungannya, terlihat jelas bahwa kualitas sumber daya
manusia di masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan
permukimannya masing-masing. Pembangunan perumahan diyakini juga mampu
mendorong lebih dari seratus macam kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang
perumahan dan permukiman. Sedangkan menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1992
Pasal 1 ayat 3, permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Satuan lingkungan permukiman adalah
kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan
ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur.
Pengertian yang lebih mendasar dari permukiman yaitu dalam UU No. 1 Tahun
2011 yang menyebutkan bahwa pemukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang
terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan dikawasan perkotaan atau
kawasan pedesaan. Menurut Suparno dalam bukunya yang berjudul Perencanaan dan
Pengembangan Perumahan, pemukiman berasal dari kata ‘to settle’ atau berarti
menempati atau mendiami ini kemudian berkembang menjadi sebuah proses yang
berkelanjutan, yaitu pemukiman tidak menetap, semi menetap, serta sementara atau
musiman. Perumahan didefinisikan pula sebagai satu buah rumah yang disatukan di
sebuah kawasan penempatan. Di dalam satu unsur perumahan terdapat beberapa sub
unsur rumah-rumah dengan segala kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan yang
disediakan masyarakat seperti kedai-kedai, sekolah dan lain-lain. Di kawasan
perumahan, masyarakat hidup berkelompok dan bersosialisasi antara satu sama yang
lain.
Pemukiman itu sendiri merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting
di dalam kehidupan manusia. Dari deretan lima kebutuhan hidup manusia pangan,
sandang, permukiman, pendidikan dan kesehatan, nampak bahwa permukiman
menempati posisi yang sentral, dengan demikian peningkatan permukiman berbanding
lurus dengan meningkatnya kualitas hidup. Dimasa ini, tujuan dari manusia bermukim
tidak sekedar sebagai tempat untuk berteduh, namun lebih dari itu termasuk rumah dan
segala fasilitasnya seperti persediaan air minum, penerangan, transportasi, pendidikan,
kesehatan dan lainnya. Pengertian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sumaatmadja (1988) sebagai berikut: “Permukiman adalah bagian permukaan bumi
yang dihuni manusia meliputi segala sarana dan prasarana yang menunjang
kehidupannya yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan”.
Menurut UU No. 4 Tahun 1992 Bab II Pasal 3 tentang Perumahan dan Pemukiman,
asas dari penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil
dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri,
keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan dalam Pasal 4
menyebutkan bahwa penataan perumahan dan permukiman memiliki tujuan:
1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
2. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, dan teratur;
3. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang
rasional;
4. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial , budaya, dan bidang-bidang
lain. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada dasarnya suatu permukiman
terdiri dari isi (contents) yaitu manusia, baik secara individual maupun dalam
masyarakat dan wadah yaitu lingkungan fisik permukiman yang merupakan
wadah bagi kehidupan manusia dan merupakan penempatan dari tata nilai,
sistem sosial, dan budaya masyarakat yang membentuk suatu komunitas sebagai
bagian dari lingkungan permukiman tersebut. Departemen PU dalam “Pedoman
Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun” menyatakan,
dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria atau
persyaratan yang terpenuhi untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi
permukiman. Kriteria tersebut antara lain:
1. Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan dilengkapi
dengan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.
2. Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang
berasal dari sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun,
sumber air beracun, dsb).
3. Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi
pembinaan individu dan masyarakat penghuni.
4. Kondisi tanahnya yang bebas dari banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15
%, sehingga dapat dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta
memiliki daya dukung yang memungkinkan untuk dibangun perumahan.
5. Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan
bangunan diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu:
1. Lokasinya harus strategis dan tidak terganggu maupun mengganggu
kegiatan lainnya.
2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan
kesehatan, perdagangan, dan pendidikan.
3. Mempunyai fasilitas drainase yang baik, yang dapat mengalirkan air
hujan dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air
yang berpotensi banjir.
4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi
yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah.
5. Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor, yang dapat dibuat
dengan sistem individual yaitu tangki septik dan lapangan rembesan,
ataupun tangki septik komunal.
6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah yang
memadai secara teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman.
7. Dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti taman bermain untuk anak,
lapangan atau taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan
sesuai dengan skala besarnya permukiman tersebut.
8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.
9. Memiliki jarak yang mampu ditempuh untuk pengguna fasilitas pos.

C. Konsep dan Kriteria Kota Sehat


Konsep kota sehat di berbagai daerah berbeda beda tergantung dari permasalahan
yang dihadapi di kota tersebut, oleh karena itu konsep kota sehat tergantung dari
permasalahan yang terjadi dan ditentukan oleh masyarakat di daerah masing – masing
dan diawasi oleh pemerintah di daerah masing- masing. Hanya ada beberapa
kesamaan konsep dari berbagai daerah yaitu sama-sama berasal dari keinginan dan
kebutuhan masyarakat dan dikelola oleh masyarakat dan berasal dari keinginan dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri. Pendekatan proses lebih diutamakan daripada target
yang akan dicapai artinya bersifat dan berkembang secara dinamis, tidak ada batasan
waktu dilakukan secara terus menerus dan bertahap sesuai sasaran yang diinginkan
masyarakat. Konsep kota sehat tidak hanya ditekankan pada pelayanan kesehatannya
saja tetapi keseluruhan aspek menyeluruh yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
itu sendiri baik jasmani dan rohani. Kriteria kota sehat meliputi kriteria sebagai berikut:
1. Kualitas udara
Perwujudan kualitas udara yang sehat merupakan bagian pokok di bidang
kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan
perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya
dukung bagi makhluk hidup secara optimal. Penurunan kualitas udara akibat emisi
gas buang dari kendaraan bermotor, industri dan lainnya dapat mengganggu
kesehatan masyarakat. Diantara bahan pencemar yang sangat berpengaruh
terhadap penurunan kualitas udara adalah sulfur dioksida selain itu ada juga bahan-
bahan yang dapat menurunkan kualitas udara seperti NH 3, Pb, CO, Hidrokarbon,
NOx dan H2S.Emisi sulfur dioksida terutama timbul dari pembakaran bahan bakar
fosil yang mengandung sulfur terutama batubara yang digunakan untuk pembangkit
listrik atau pemanasan rumah tangga. Gas yang berbau tajam tapi tak bewarna ini
dapat menimbulkan serangan asma. Gas ini menetap di udara, bereaksi dan
membentuk partikel partikel halus dan zat asam. Nitrogen dioksida terjadi ketika
panas pembakaran menyebabkan bersatunya oksigen dan nitrogen yang terdapat di
udara memberikan berbagai macam bahaya. Zat nitrogen oksida dapat
menyebabkan pembengkakan dan kerusakan pada paru-paru. Setelah bereaksi di
atmosfer, zat ini membentuk partikel-partikel nitrat amat halus yang menembus
bagian terdalam paru-paru. Partikel-partikel nitrat juga apabila bergabung dengan
senyawa air akan akan membentuk asam.
Emisi gas buang dari zat anorganik seperti timbal (Pb) akan menimbulkan
pencemaran udara. Logam Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat
membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Logam Pb yang terhirup oleh
manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah.
Efek dari logam Pb dapat menurunkan IQ dan kerusakan otak yang ditimbulkan dari
emisi timbal. Pada orang dewasa umumnya ciri keracunan timbal adalah pusing,
kehilangan selera, sakit kepala, anemia, sukar tidur, lemah dan keguguran
kandungan. Selain itu timbal dapat mengakibatkan perubahan bentuk dan ukuran
sel darah merah yang meyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk menentukan kadar
batas suatu wilayah terjadi penurunan kualitas udara dapat dilakukan dengan cara
ISPU. ISPU adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan
seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara di wilayah tersebut. Penetapan
ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia,
hewan, tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika. Di Indonesia ISPU ditetapkan
berdasarkan keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor
KEP-107/Kabapedal/11/1997
Berikut ISPU yang telah ditetapkan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(Bapedal) :

ISPU Level Pencemaran Dampak Kesehatan


Udara
0-50 Baik Tidak memberikan dampak bagi
kesehatan manusia atau hewan dan
tanaman.
51-100 Sedang Tidak berpengaruh pada kesehatan
manusia ataupun hewan. Namun
berpengaruh pada tumbuhan.
101-199 Tidak Sehat Bersifat merugikan pada manusia atau
hewan dan dapat merusak tumbuhan
dan estetika
200-299 Sangat Tidak Sehat Kualitas udara yang dapat merugikan
kesehatan pada sejumlah populasi yang
terpapar.
300-500 Berbahaya Kualitas yang berbahya bagi makhluk
hidup dan dapat menyebabkan masalah
kesehatan yang serius.

2. Kebisingan Kota
Polusi suara atau kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang
menganggu indra pendengaran manusia atau tidak dikehendaki. Sehingga seberapa
kecil suara yang ditimbulkan jika hal tersebut tidak diinginkan atau mengganggu
indra pendengaran manusia maka dikatakan kebisingan. Alat standar untuk
pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter (SLM). SLM berfungsi mengukur
kebisingan yang berada dalam kisaran 30-130 desibel (dB) dengan frekuensi antara
20 – 20.000 Hertz (Hz). Alat ini dapat mengukur tiga jenis kategori respon frekuensi,
yang ditujukan dalam skala A, B, dan C. Skala A ditemukan paling mewakili batasan
pendengaran manusia dan respon telinga terhadap kebisingan, termasuk kebisingan
lalu lintas, serta kebisingan yang dapat mengganggu pendengaran.
Kebisingan akitivitas lalu lintas merupakan sumber kebisingan terbesar yang ada
di perkotaan. Sumber kebisingan yang terkait dengan transportasi berasal dari mobil
penumpang, sepeda motor, bus dan kendaraan berat seperti truk. Tiap kendaraan
menghasilkan kebisingan, namun sumber dan besarnyan dari tingkat kebisingan
yang ditimbulkan dapat sangat bervariasi tergantung dari jenis kendaraanya.
Penggunaan kendaraan bermotor yang semakin meningkat maka akan membuat
transportasi darat semakin padat yang tentunya dapat mempengaruhi kondisi
disekitar lingkungan jalan raya adalah dampak kebisingan yang dihasilkan dari
kendaraan bermotor. Kebisingan yang dihasilakn dari kendaraan bermotor dalam
aktivitas transportasi dapat membuat gangguan kenyamanan masyarakat yang
tinggal di wilayah tersebut. Pengaruh utama kebisingan terhadap tingkat kesehatan
adalah terjadi kerusakan pada indra pendengaran yang dapat menyebabkan ketulian
progresif. Pengaruh tersebut tentunya sangat berpengaruh bagi kelayakan hidup
masyarakat perkotaan. Efek kebisingan pada pendengaran biasanya bersifat
sementara dan pemulihannya dapat berlangsung cepat. Namun, apabila seseorang
berada di wilayah yang kebisingannya terus menerus maka akan menyebabkan
ketulian permanen dan tidak dapat pulih kembali. Ketulian biasanya dimulai pada
frekuensi suara 4.000 Hz yang kemudian meningkat meluas ke frekuensi di
sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang digunakan percakapan. Di
Indonesia nilai ambang batas kebisingan adalah 85 Db (8).

3. Sistem Drainase yang baik


Drainase berfungsi mengalirkan, meguras, membuang, atau mengalihkan air.
Secara umum, drainase merupakan serangakaian bangunan yang berfungsi
mengalirkan, mengurangi, dan membuang kelebihan air di suatu kwasan sehingga
kawasan tersebut berfungsi maksimal tidak menyebabkan genangan air berlebih
agar tidak menjadi sarang kuman dan penyakit. Saluran drainase harus
direncanakan untuk dapat melewati debit rencana dengan aman. Berikut tahapan-
tahapan dalam membuat perencanaan drainase yang baik:
a. Menetukan debit rencana
Perhitungan debit rencana untuk saluran drainase di daerah perkotaan dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus rasional atau hidrograp satuan. Dalam
perencanaannya saluran drainase dapat dipakai standar yang telah ditetapkan,
baik periode ulang dan cara analisis yang dipakai, tinggi jagaan, struktur saluran
dan lain-lain.
Tabel 1.2 Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan
b. Luas DAS (ha) Periode Ulang (tahun) Metode perhitungan debit banjir
<10 2 Rasional
10-100 2-5 Rasional
101-500 5-20 Rasional
>500 10-25 Hidrograf Satuan

Menetukan jalur saluran


Pada umumnya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, karena
kecepatan aliran dan kekasaran dinding relative besar. Aliran melalui saluran
terbuka akan terbulen apabila angka Reynolds Re> 2.000 dan laminar apabila
Re < 500
c. Merencanakan profil memanjang saluran
d. Merencanakan penampang saluran

D. Pengelolaan dan pembuangan Sampah padat yang tertata


Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik diantaranya yaitu

1. Tahap pengumpulan dan penyimpanan,


2. Tahap pengangkutan,
3. Tahap pemusnahan
4. Tahap pengumpulan dan penyimpanan

Sampah yang ada dilokasi sumber sampah seperti perkantoran, perumahan, hotel,
dan sebagainya ditempatkan dalam penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat
sampah harus dipisahkan antaran yang organik dan anorganik sehingga lebih
memudahkan dalam tahapan proses pemusnahan. Adapun tempat penyimpanan
sementara yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut ini:

1. Konstruksi kuat dan tahan bocor


2. Memiliki tutup dan mudah dibuka agar dapat dikontrol
3. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut

Dari tempat penyimpanan sementara sampah dikumpulkan dalam satu tempat


bernama dipo yaitu rumah sampah. Dipo berbentuk bak besar yang berfungsi
menampung kumpulan sampah rumah tangga. Pengelolaannya dapat diserahkan
pada pemerintah atau instansi yang terkait. Beberapa persyaratan Dipo (Rumah
Sampah) berikut ini:
a. Dibangun diatas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi
kendaraan pengangkut sampah.
b. Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu mengambil sampah
c. Memiliki lubang ventilasi yang tertutp kawat halus untuk mencegah lalat dan
binatang lain masuk ke dipo.
d. Ada kran pembersih.
e. Tidak menjadi tempat tinggal lalat atau sarang binatang pengerat seperi tikus.

5. Mudah dijangkau masyarakat


6. Tahapan pengangkutan
Dari dipo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan. Sampah
diangkut menggunakan truk kontainer khusus sampah yang biasanya disediakan
Dinas Kebersihan Kota.
7. Tahapan Pemusnahan
Dalam tahap pemusnahan ini terdapat banyak cara yang bisa dilakukan dalam
mengolah sampah. Antara lain:
1. Sanitary landfill
Merupakan metode yang paling baik karena cara penimbunan sampah
dengan tanah selapis demi selapis. Dengan demikian tidak menyebabkan
bau dan tidak menjadi tempat sarang binatang pengerat dan sebagainya.
2. Inceneration
Metode ini merupakan metode memusnahkan sampah dengan cara dibakar
secara besar besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik.
3. Composting
Metode ini menggunakan proses dekomposisi zat organic oleh bakteri
pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan pupuk kompos.
4. Hot feeding
Metode ini merupakan metode yang memberikan makan pada hewan ternak
misal babi. Perlu diperhatikan bahwa sampah basah tersebut harus diolah
terlebih dahulu untuk mencegah kuman dan penularan penyakit ke hewan
ternak.
5. Discharge to sewers
Metode ini menggunakan metode penghalusan sampah yang kemudian
dimasukkan kedalam system pembuangan air limbah..metode ini efektif jika
pembuangan limbah yang memang baik.
6. Dumping
7. Metode ini membiarkan sampah dibuang ke tempat tertentu seperti jurang,
tanah lapang atau tempat sampah.
8. Dumping in water
Metode ini dengan cara membuang sampah ke laut atau sungai sehingga
mengakibatkan perairan dangkal dan menyebabkan banjir.
9. Individual incerneration
Metode ini dengan cara membakar sampah perorangan dilakukan oleh
penduduk terutama pedesaan, metode ini dapat menyebabkan polusi karena
asap pembakaran langsung ke udara.
10. Recycling
Metode ini dengan cara mengolah sampah-sampah bekas yang masih bisa
digunakan. Seperti gelas, kaleng, besi dan sebagainya.
11. Reduction
Metode ini dengan cara menghancur sampah sampai kebentuk yang lebih
kecil kemudian diolah untuk menghasilkan lemak.

12. Salvaging
13. Pemanfaatan sampah dengan memanfaatkan lagi sampah yang dapat
digunakan lagi seperti kertas namun, metode ini dapat menularkan penyakit

E. Sumber Air Bersih


Berdasarkan dari ilmu kesehatan masyarakat, penyedian sumber air bersih harus dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat karena jika persedian air bersih terbatas
memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap
orang perharinya sekitar 150-200 liter. Kebutuhan air tergantung dari kondisi iklim,
standar kehidupan dan kebiasan masyarakat daerah masing-masing. Kebutuhan air
untuk dikonsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman, air
dikatakan aman dikonsumsi manusia ada beberapa batasannya, berikut batasannya:

1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.


2. Bebas dari subtansi kimia yang berbahaya dan beracun.
3. Tidak berasa dan berbau
4. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga
5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI.

F. Persyaratan perumahan dan pemukiman yang sehat


Pembangunan perumahan dan pemukiman juga merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia untuk meningkatkan tarap hidup. Tetapi, pembangunan perumahan dan
pemukiman masih banyak yang tidak memenuhi standard kesehatan lingkungan dan
persyaratan rumah atau pemukiman yang sehat. Sekarang ini, semakin berkembangnya
teknologi oleh kemajuan zaman, maka semakin besar polusi-polusi yang diberikan
terhadap lingkungan seperti polusi akibat asap kendaraan bermotor, polusi akibat hasil
industry, meningkatnya volume sampah anorganik dan limbah hasil aktivitas rumah
tangga. Semua itu berpengaruh pada kesehatan lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Kesehatan ligkungan pemukiman mempelajari hubungan antara manusia dengan
perubahan lingkungan pada kawasan pemukiman yang dapat mengganggu kesehatan
manusia. Oleh karena itu, perlu diadakannya penyuluhan mengenai teknik pembangunan
pemukiman dan perumahan sehat, supaya masyarakat dapat megetahui dan dapat
meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan lingkungan pemukiman dan perumahan.
Dengan terpenuhinya syarat-syarat pemukiman yang sehat maka akan dapat
menghindarkan terbentuknya pemukiman yang kumuh dan tidak layak huni atau di
tempati.
Suatu pemukiman yang ideal harus memenuhi ketentuan yang diberlakukan, yaitu
menurut Kepmenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah pemilihan tempat atau lokasi
untuk pemukiman yaitu lokasi tidak berada pada daerah-daerah yang berbahaya atau
rawan terkena bencana alam seperti membangun pemukiman diatas bantaran sungai
yang rawan terkena banjir ketika musim hujan. Membangun pada daerah yang rawan
terjadi gempa. Membangun didaerah pegunungan berapi yang masih aktif dan diatas
aliran lahar. Daerah yang rawan terkena bencana longsor atau daerah pinggiran pantai
yang rawan terkena gelombang tsunami. Tidak membangun pemukiman didaerah bekas
Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) dan pada derah bekas tambang karena tanah
pada daerah tersebut sudah mengalami pencemaran akibat aktivitas pertambangan
seperti mengandung polutan NOx, SOx, Pb dan Cd dan pada daerah bekas TPA banyak
mengandung bibit penyakit sehingga tidak baik untuk kesehatan. Pemukiman tidak
berada pada daerah yang rawan kecelakaan.
Pemukiman yang dibangun juga harus memenuhi syarat kualitas udara, yaitu
udara harus bebas dari gas beracun (H 2S dan NH3) dan polutan tidak melebihi dari
ambang batas yang ditentukan yaitu debu atau particulate matter yang harus terdapat di
udara adalah dengan ukuran diameter kurang dari10µg/m3 maksimum 150µg/m3 dan
debu yang terdapat diudara dalam perharinya maksimum 350mm3/m2. Persyaratan
pemukiman selanjutnya adalah kebisingan dan getaran, kebisingan dan getaran dapat
mengganggu ketenangan dan mengganggu kesehatan. Oleh karena itu tidak dianjurkan
untuk membangun pemukiman di sekitar daerah landasan penerbangan pesawat, didekat
lalu lintas kereta api, dan pada daerah pertambangan karena aktivitas pertambangan
seperti peledakan dan pengeboran akan menimbulkan kebisingan dan getaran yang
sangat besar. Untuk parameter kebisingan yaitu dari 45 dB.A hingga 55 dB.A dan tingkat
getaran yang diperbolehkan adalah 10mm/s. Kualitas tanah pemukiman harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan yaitu tanah yang digunakan untuk membangun pemukiman
hanya mengandung timbal(Pb) pada batas maksimum yang ditentukan yaitu sekitar
300mg/kg, arsenic (As) yang harus terkandung dalam tanah 100mg/kg, cadmium (Cd)
yang harus terkandung dalam tanah maksimum 20mg/kg, dan benzoa pyrene yang
terkandung dalam tanah pemukiman batas maksimumnya adalah 1mg/kg.
Suatu daerah pemukiman juga harus memiliki sarana dan prasarana yang
memadai dan layak guna. Sarana dan prasarana pemukiman harus dibangun
berdasarkan dengan kebutuhan penduduknya. Dengan adanya sarana dan prasarana
maka dapat membuat lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya. Yaitu
dengan membangun tempat bermain anak-anak dan tempat relaksasi untuk keluarga
dengan kontruksi bangunan yang dibuat kokoh sehingga tidak membahayakan para
penduduk pemukiman. Sistem perairan atau drainase dan tempat pembuangan air
limbah yang baik dan terpelihara, agar tempat tersebut tidak menjadi tempat untuk
berkembang biaknya bakteri dan virus sehingga harus selaludiperhatikan dibersihkan.
Sistem penempatan dan pengangkutan sampah yang juga harus diperhatikan dan di
laksanakan secara teratur agar tidak banyak sampah yang menumpuk dan tempat
penempatansampah yang harus diperhatikan supaya sampah tidak berserakan dan
mengganggu pemandangan.
Sarana jalan lingkungan yang dibangun harus berdasarkan ketentuan kontruksi
jalan dengan tidak mengganggu kesehatan, tidak membahayakan pejalankaki
danpenyandang cacat, jembatan yang dibangun harus memiliki pagar pengaman, dan
lampu penerangan jalan diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu pengelihatan
atau tidak menyilaukan mata. Ketersediaan air bersih dengan kualitas dankuantitas air
yang memenuhi persyaratan kesehatan. Pembuangan tinja harus dikelola dengan baik
dengan membuat jamban sehat di dalam rumah dengan ketentuan pembuatan jamban
yang telah ditentukan yaitu dengan dilengkapi pengolahan limbah sederhana seperti
septiktank dan bakresapan air, agar tidak ada lagi penduduk yang membuang tinja
sembarangan seperti kesungai yang dapat mencemari air permukaan. Memiliki akses
terhadapsaranapelayanan kesehatan, komunikasi, tempatkerja, tempat hiburan, tempat
pendididkan, kesenian dan lain sebagainya. Instalasi listrik harus di jamin keamanannya
agar penduduk juga terjamin keselamatannya atau keamanannya. Tempat pengelolaan
makanan harus dijamin tidak terjadi kontaminasi terhadap makanan yangdapat
menimbulkan keracunan. Membangun pemukiman juga harus memperhatikan vector
penyakit seperti lalat yang terdapat didaerah pemukiman harus memenuhi syarat dan
keberadaan jentik nyamuk harus dibawah dari 5%. Untuk menjaga keindahan dan
kesejukan pemukiman maka juga perlu dilakukan penghijauan pada daerah pemukiman.
Selain dengan dibangunnya pemukiman yang sehat, rumah yang dibangun pun
yang akan menjadi tempat tinggal harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. Apabila
taraf kesehatan rumah kurang akan berdampak pada penghuni rumahnya yaitu dengan
mudahnya terjangkit penyakit, kurangnya produktivitas dan daya kerja. Untuk itu perlu
dibuat tempat tinggal yang sehat dan nyaman, maka diperlukan rumah yang memenuhi
persyaratan higiene bangunan. Dalam membangun sebuah rumah ada beberapa factor
yang perlu diperhatikan, yaitu factor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis dan social.
Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, karena rumah perlu dilakukan perawatan yang
kontinyu maka pembangunan rumah harus diseuaikan dengan kemampuan ekonomi.
Teknologi yang dimiliki masyarakat, untuk mengurangi dampak yang negative maka perlu
digunakan teknologi yang tepat guna. Persyaratn untuk membangun perumahan yang
sehat menurut APHA (American Public Health Association) adalah harus memenuhi
kebutuhan fsiologis yaitu pengaturan pencahayaan, penghawaan (Ventilasi), ruang gerak
yang cukup, jauh dari sumber-sumber yang menyebabkan kebisingan.
Penerangan atau pencahayaan alami adalah dengan masuknya cahaya matahari
dengan baik kedalam rumah melalui jendela, celah-celah yang renggang atau bagian
darirumah yang terbuka. Dengan pencahyaan yang bagus maka dapat mengurangi
kelembaban ruangan dan bersarangnya nyamuk. Penerangan dan pencahayaan alami
adalah penerangan yang memanfaatkan sinar matahari, sedangkan penerangan buatan
dengan menggunakan sumber cahaya buatan seperti lampu atau lilin dalam ruangan.
Ventilasi, ventilasi sangat penting untuk mengatur pertukaran udara dari dalam ruangan
keluar ruangan untuk proses pernapasan manusia. Ukuran ventilasi yang baik digunakan
adalah sekitar 5%-20% luas lantai, untuk permahan yang berada di daerah pegunungan
minimal ukuran ventilasi yang dibuat adalah 5% luas lantai, untuk perumahan yang
berada di dataran rendah maka ukuran ventilasi nya yang baik adalah minimal 10%, dan
untuk didaerah pantai maka ukuran ventilasi yang baik adalah 20% luas lantai. Ventilasi
yang dianjurkan yang memenuhi standard rumah yang sehat adalah ventilasi silang.
Dimana udara yang masuk tidak akan keluar pada ventilasi yang sama.
Ruang gerak yang cukup dan tidak terlalu rapat, karenajika ruangan terlalu sempit
akan mengakibatkan kekurangan oksigen sehingga kondisi udara pengap dan tidak
dapat bernapas, dan infeksi penyakit akan sangat mudah menular. Oleh karena itu, harus
terdapat tempat bermain anak, ruang makan, ruang bersantai dan kamar tidur.
Kebisingan yang berlebihan didalam rumah dapat mengganggu kenyamanan, kebisingan
yang dianjurkan terdapat didalam rumah adalah maksimal 50 dB.A dan kebisingan yang
dianjurkan terdapat didalam kamar tidur maksimal30 dB.A. Parameter dan indicator
syarat-syarat perumahan sehat dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
829/Menkes/SK/VII/1999 menyebutkan bahwa, ada tiga lingkup kelompok penilaian
rumah sehat, yaitu komponen bahan bangunan dan komponen rumah yang meliputi
langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, dan
pencahayaan. Komponen yang kedua yaitu, sarana sanitasi meliputi sarana air bersih,
pembuangan kotoran, pembuangan air limbah, dan tempat pembuangan sampah.
Komponen yang ketiga adalah, perilaku penghuni rumah yaitu peduli terhadap
lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya, tidak mencemari lingkungan.
Syarat yang harus dipenuhi untuk komponen bahan bangunan adalah bahan-
bahan yang digunakan dalam pembangunan rumah tidak akan menyebabkan penyakit
dengan melepaskan bahan yang berbahaya seperti debu, total debu yang dihasilkan
kurang dari 150µg/m2, asbestos yang dihasilkan kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, Pb
kurang dari 300mg/kg. Bahan yangdigunakan juga bukan bahan yang dapat menjadi
tempat berkembang biaknya mikroorganisme. Sedangkan komponen rumah adalah,
langit-langit. Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan
debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta
mudah dibersihkan. Dinding harus tegak lurus dengan lantai agar dapat memikul beban
diatasnya dan kuat sehingga tidak roboh ditiup angin, kedap air dan mudah dibersihkan.
Lantai harus kedap air seperti dipasang keramik atau dilapisi dengan semen, lantai
ditinggikan kurang lebih 20cm dari permukaan tanah. Dapur digunakan sebagai tempat
untuk memasak, agar asap dari hasil pembakaran selama masak memasak tidak masuk
kedalam ruangan rumah maka perlu dibuat cerobong asap. Komponen sanitasi, yaitu
sarana air bersih yang dapat digunakan sebagai mencuci, mandi dan untuk air minum
setelah dimasak. Jamban adalah sarana dalam pembuangan tinja agar tidak mencemari
tanah permukaan, air permukaan, dan tidak menimbulkan bau. Pembuangan air limbah
berfungsi untuk mengumpulkan dan membuang air buangan bekas cucian atau air limbah
hasil dari aktivitas rumah tangga, sehingga air limbah tersebut diserap oleh tanah dan
menghindarkan terjadinya perkembangbiakan bibit penyakit. Pembuangan sampah,
tempat yang dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah adalah tempat yang mudah
dibersihkan, tidak langsung mengenai permukaan tanah, tidak bocor, dan memiliki tutup
agar tidak dihinggapi oleh lalat dan serangga lainnya

G. Penyebab dan gangguan kesehatan yang sering kali terjadi di daerah perumahan
dan pemukiman
Terdapat beberapa penyebab dan gangguan kesehatan yang sering kali terjadi
didaerah perumahan dan pemukiman, antara lain:
1. Sistem pemanasan atau pendingin ruangan di dalam rumah.
Sistem pemanasan atau pendingin ruangan di dalam rumah, menjadi penyebab
utama besarnya angka kematian karena penyakit saluran pernapasan di beberapa
negara, contohnya Amerika Serikat. Diperkirakan 96 warga Amerika Serikat
meninggal dunia akibat dari temperatur yang ekstrim. Pada tahun 1996, dimana 62
orang diantaranya meninggal karena temperatur yang sangat dingin atau dalam
istilah medis biasa dikenal sebagai hypothermia. Dan tidak sedikit dari warga
negaranya yang juga menderita heat exhaustion dan heat stroke, yang mana
penyakit ini bisa terjadi karena temperatur yang terlalu panas. Diantara kedua
penyakit ini yang paling berbahaya adalah heat stroke, karena apabila telambat
mendapatkan pertolongan medis, maka penyakit tersebut bisa menyebabkan
kematian.
2. Kebisingan
Kebisingan juga dapat menjadi salah satu penyebab gangguan kesehatan, karena
secara fisiologis kebisingan berpotensi untuk menurunkan kemampuan
pendengaran, menaikkan tekanan darah, efek kardiovaskuler yang negatif,
meningkatkan irama pernafasan, pencernaan, gastritis dan tukak lambung, efek
negatif terhadap perkembangan janin dalam kandungan, sulit tidur setelah
kebisingan berhenti, dapat meningkatkan efek dari narkotik, alkohol, penuaan dan
karbon monoksida. Dapat ditambahkan bahwa kebisingan juga dapat menurunkan
konsentrasi pada saat bekerja dan mengganggu komunikasi. Dan pada akhirnya
kebisingan juga dapat menurunkan kinerja harian, meningkatkan kelelahan, dan
menyebabkan perasaan mudah marah. Pengendalian kebisingan dalam rumah
dapat dilakukan dengan membuat dinding dan lantai kedap suara, serta
mengisolasi semua mesin atau alat yang dapat menimbulkan kebisingan.
a. Penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, dan fasilitas sambungan
perpipaan air bersih
Penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, dan fasilitas sambungan
perpipaan air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan, dapat
menimbulkan kemungkinan terjadinya penyakit ditularkan melaluiair. Penyakit
yang berhubungan dengan air dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:
1.) Penyakit yang ditularkan melalui air.
Berbagai penelitian menghubungkan perbaikan sanitasi dan
penyediaan air minum, dengan penurunan angka kematian yang
disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan air. Fasilitas air
bersih dan sanitasi lingkungan telah dibuktikan menurunkan angka
kematian bayi dan anak sebesar 50% di negara yang sedang
berkembang. Penyakit yang ditularkan melalui air sering dirujuk
sebagai penyakit yang disebabkan oleh air kotor yang kontaminasi
bahan kimia, kotoran manusia atau hewan. Penyakit yang dimaksud
meliputi kolera, tifoid, shigella, polio, meningitis, hepatitis A dan E.
2.) Penyakit yang berbasis pada atau kontak terhadap air.
Penyakit yang berbasis kontak terhadap air adalah penyakit yang
disebabkan oleh organisme yang hidup di dalam air, yang
menghabiskan sebagian waktu hidupnya dalam air dan sebagian lagi
sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Termasuk penyakit golongan
ini adalah dracunculiasis, paragonimiasis, clonorchiasis, dan
schiztosomiasis. Pemberantasan penyakit ini di banyak negara, tidak
hanya menurunkan angka kejadian penyakit, tetapi juga
meningkatkan produktivitas kerja melalui penurunan angka tidak
masuk kerja.
3.) Penyakit yang ditularkan oleh vektor yang hidup dalam air
Penyakit yang biasa berkembang biak dalam air adalah nyamuk-
nyamuk yang menghisap darah dan menginfeksikan manusia dengan
bibit penyakit malaria, demam kuning, demam berdarah, dan filariasis
4.) Penyakit lainnya yang disebabkan karena air yang terkontaminasi.
Terakhir, adalah penyakit yang berhubungan dengan air yang
terkontaminasi adalah difteria, kusta, batuk rejan, tetanus,
tuberkulosis, dan trachoma. Penyakit ini sering terjadi pada saat
kurangnya persediaan air untuk membersihkan tangan dan keperluan
higienis dasar perseorangan lainnya. Binatang kecil seperti tikus telah
lama dihubungkan dengan kerusakan properti, menghabiskan
panenan padi dan gandum, serta menularkan berbagai macam
penyakit. Pemberantasan pes terintegrasi bersama dengan konstruksi
rumah yang sempurna telah memainkan peran yang signifikan dalam
menurunkan populasi tikus di sekitar rumah modern. Penyimpanan
makanan yang sempurna, konstruksi yang mencegah masuknya tikus,
disertai dengan sanitasi lingkungan yang sempurna di luar rumah
terbukti telah mengurangi masalah tikus pada perumahan di abad 21
ini.

H. Hubungan Manusia dengan Lingkungan


Manusia mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan dalam hidupnya dari
lingkungan. Makin tinggi kebudayaan manusia, makin beraneka ragam kebutuhan
hidupnya. Makin besar jumlah keburuhan hidupnya berarti makin besar perhatian
manusia terhadap lingkungannya. Perhatian dan pengaruh manusia terhadap
lingkungan makin meningkat pada zaman teknologi maju. Masa ini manusa mengubah
lingkungan hidup alami menjadi lingkungan hidup binaan. Eksplotasi sumber daya alam
makin meningkat untuk memenuhi bahan dasar industri. Sebaliknya hasil industri
berupa asap dan limbah mulai menurunkan kualitas lingkungan hidup.
Berdasarkan sifatnya, kebutuhan hidup manusia dapat dilihat dan dibagi menjadi
2, yaitu kebutuhan hidup materil antara lain adalah air, udara, sandang, pangan, papan,
transportasi serta perlengkapan fisik lainnya. Dan kebutuhan nonmateril adalah rasa
aman, kasih sayang, pengakuan atas eksistensinya, pendidikan dan sistem nilai dalam
masyarakat. Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki daya fikir
dan daya nalar tertinggi dibandingkan makhluk lainnya. Di sini jelas terlihat bahwa
manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang aktif. Hal ini disebabkan manusia
dapat secara aktif mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Kegiatan manusia ini dapat menimbulkan bermacam-macam gejala.

I. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan pemungkiman dan perkotaan


Sebelum kita membahas lebih jauh tentang perbaikan kesehatan lingkungan di
perkotaan, ada baiknya kita menguraikan terlebih dahulu permasalahan yang kerap
terjadi pada pemukiman perkotaan. Sebab untuk melakukan upaya perbaikan tentu kita
mesti mengetahui pokok permasalahan yang terjadi. Adapun permasalahan yang terjadi
atau kasus-kasus kesehatan di lingkungan pemukiman di perkotaan ini akibat
kesalahan penataan serta kurangnya kepedulian masyarakat dan pemerintah dalam
pemenuhan instrumen-instrumen pendukungnya. Di bawah ini adalah beberapa kasus
yang sering terjadi pada pemukiman di perkotaan:
1. Banjir
Banjir adalah peristiwa yang sudah tidak asing lagi dimata publik, sebab dalam
beberapa tahun terakhir, kita banyak disuguhkan oleh media akan banjir besar
yang bahkan menelan korban jiwa, yang sudah tentu dikarenakan penataan kota
yang tidak benar serta kurangnya bahkan tidak ada resapan air di titik banjir
tersebut.
2. Polusi
Polusi udara, dikeranakan banyaknya kendaraan serta buangan industri yang
menghasilkan senyawa toksit yang mengandung logam berat, yang ketika hirup
akan bersifat kronis di dalam tubuh. Contoh kasusnya adalah adalah pada setiap
Traffight Light di kota-kota besar. Seharusnya, timer-nya di setting lebih cepat untuk
menghindari resiko polusi dari berkerumunya kendaraan pada setiap perhentian di
titik tersebut.
3. Kelebihan penduduk
Kita memahami bahwa suatu kemajuan suatu daerah ditandai dengan peningkatan
jumlah penduduk yang tinggi di daerah tersebut yang diikuti peningkatan jumlah
pemukiman pula yang berpotensi besar menggangu kesehatan lingkungan
sehingga hal demikian harus memperoleh perhatian penuh dari semua element
masyarakat dengan menghadirkan berbagai fasilitas kesehatan yang memenuhi
standart mulai dari Rumah Sakit, Puskesmas, resapan air, lahan terbuka hijau,
tempat rekreasi, peningkatan sanitasi lingkungan, posyandu rutin, penanggulangan
kemiskinan dimana hal ini bisa diupayakan melalui pemerataan penerimaan tenaga
pada setiap sektor kerja serta perluasan lapangan kerja dan sebagainya.
4. Kelebihan daerah kumuh
Akibat banyaknya orang yang datang ke kota tanpa dikoordinir dengan baik
sehingga memenuhi daerah-daerah pinggiran rel kereta api dan pinggiran sungai.
Dalam hal ini Peran pemerintah sangat di butuhkan dalam mewujudkan kebijakan
urbanisasi dan transmigrasi massal serta pembukaan lahan untuk TPA dan pos-pos
sampah di setiap sudut-sudut kota dan tempat-tempat kumuh dan sembrawut.

J. Upaya Perbaikan kesling melalui konsep peremajaan pemukiman dan perkotaan


1. Perbaikan lingkungan permukiman. Disini kekuatan pemerintah/publik investment
sangat dominan, atau sebagai faktor tunggal pembangunan kota.
2. Pembangunan rumah susun sebagai pemecahan lingkungan kumuh.
3. Peremajaan yang bersifat progresif oleh kekuatan sektor swasta seperti
munculnya super blok (merupakan fenomena yang menimbulkan banyak kritik
dalam aspek sosial yaitu penggusuran, kurang adanya integrase jaringan dan
aktifitas trafi yang sering menciptakan problem diluar (super blok). Faktor
tunggalnya adalah pihak swasta besar.

Pemerintah juga telah membentuk institusi yaitu Badan Perencanaan


Pembangunan Nasional (Bappenas). Tugas Pokok dan Fungsi Bappenas diuraikan
sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun 2002 tentang
Organisasi dan tata kerja Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas pokok dan fungsi tersebut
tercermin dalam struktur organisasi, proses pelaksanaan perencanaan pembangunan
nasional, serta komposisi sumber daya manusia dan latar belakang pendidikannya.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Bappenas dibantu oleh Sekretariat Utama, Staf
Ahli dan Inspektorat Utama, serta 7 deputi yang masing-masing membidangi bidang-
bidang tertentu.

Yang di usahakan adalah: perkembangan ekonomi makro, pembangunan


ekonomi, pembangunan prasarana, pembangunan sumber daya manusia,
pembangunan regional dan sumber daya alam, pembangunan hukum, penerangan,
politik, hankam dan administrasi negara, kerja sama luar negeri, pembiayaan dalam
bidang pembangunan, pusat data dan informasi perencanaan pembangunan, pusat
pembinaan pendidikan dan pelatihan perencanaan pembangunan (pusbindiklatren),
program pembangunan nasional(propenas), badan koordinasi tata ruang nasional,
landasan/acuan/dokumen pembangunan nasional, hubungan eksternal.

K. Analis upaya perbaikan kesling pemukiman dan perkotaan


Warga kumuh kerap digusur, tanpa adanya solusi bagi mereka selanjutnya.
Seharusnya, pemerintah bisa mengakomodasi hal ini dengan melakukan relokasi ke
kawasan khusus. Dengan penyediaan lahan khusus tersebut, pemerintah bisa
membangun suatu kawasan tempat tinggal terpadu berbentuk vertikal (rumah susun)
yang ramah lingkungan untuk disewakan kepada mereka. Namun, pembangunan rusun
tersebut juga harus dilengkapi sarana pendukung lainnya, seperti sekolah, tempat
ibadah, dan pasar yang bisa diakses hanya dengan berjalan kaki, tanpa harus
menggunakan kendaraan.
Bangunan harus berbentuk vertikal (rusun) agar tidak menghabiskan banyak
lahan. Sisanya, harus disediakan pula lahan untuk ruang terbuka hijau, sehingga
masyarakat tetap menikmati lingkungan yang sehat. Dalam hal ini masyarakat harus
turut serta untuk menanam dan memelihara lingkungan hijau tersebut. Pemerintah
dapat menerapkan program rekayasa sosial, di mana tidak hanya menyediakan
pembangunan secara fisik, tetapi juga penyediaan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat, sehingga mereka dapat belajar survive. Perlu dukungan penciptaan
pekerjaan yang bisa membantu mereka survive, misalnya dengan pemberdayaan
lingkungan setempat yang membantu mereka untuk mendapatkan penghasilan,
sehingga mereka memiliki uang untuk kebutuhan hidup.
Masyarakat harus ikut dilibatkan dalam mengatasi permukiman kumuh di
perkotaan. Karena orang yang tinggal di kawasan kumuhlah yang tahu benar apa yang
menjadi masalah, termasuk solusinya. Jika masyarakat dilibatkan, persoalan mengenai
permukiman kumuh bisa segera diselesaikan. Melalui kontribusi masukan dari
masyarakat maka akan diketahui secara persis instrumen dan kebijakan yang paling
tepat dan dibutuhkan dalam mengatasi permukiman kumuh.
Dalam mengatasi permukiman kumuh tetap harus ada intervensi dari negara,
terutama untuk menilai program yang disampaikan masyarakat sudah sesuai sasaran
atau harus ada perbaikan. Kerja sama Pemerintah dan Swara (KPS) dalam membenahi
kawasan kumuh, terutama dalam hal penyediaan infrastruktur pendukung dibutuhkan.
Permukiman kumuh tidak dapat diatasi dengan pembangunan fisik semata-mata tetapi
yang lebih penting mengubah prilaku dan budaya dari masyarakat di kawasan kumuh.
Jadi masyarakat juga harus menjaga lingkungannya agar tetap bersih, rapi, tertur dan
indah. Sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman, tertip, dan asri.

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di kota-kota
besar, baik karena urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak terkendali. Lebih
lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan
kemampuan pemerintah untuk menyediakan permukiman-permukiman baru, sehingga
para pendatang akan mencari alternatif tinggal di permukiman kumuh untuk
mempertahankan kehidupan di kota.
Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area. Daerah ini
sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat
merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan
sumber penyakit sosial lainnya.
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh
adalah: ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk
bangunan layak huni, rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah
permukiman rawan akan bahaya kebakaran, sarana jalan yang sempit dan tidak
memadai, tidak tersedianya jaringan drainase, kurangnya suplai air bersih, jaringan
listrik yang semrawut, dan fasilitas MCK yang tidak memadai.

B. Saran
Pemerintah selain memberikan rumah susun juga harus memberikan lapangan
pekerjaan bagi mereka yang belum punya pekerjaan. Dan masyarakat harus selalu
menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Ami-archuek. 2009. Permukiman Kota. (Online), (http://ami- archuek06.blogspot.com).

Chyntiawati, deby. 2009. Masalah Sosial Permukiman Kumuh. (Online),


(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/pemukiman-kumuh).

Fitrilubis, Nurul. 2009. Pembangunan Dengan Sistem Partisipasi Masyarakat Sebagai Salah
Satu Usaha Untuk Meningkatkan Dan Memperbaiki Kehidupan Masyarakat
Permukiman Kumuh. (http://nurulfitrilubis.wordpress.com/2009/04/18/pembangunan-
dengan- sistem- partisipasi-masyarakat-sebagai-salah-satu-usaha-untuk-
meningkatkan-dan-memperbaiki-kehidupan-masyarakat-permukiman- kumuh).

Kusnoputranto, H, dkk (2000), Kesehatan Lingkungan. FKM – UI Jakarta

Qurow-yun. 2009. Fenomena Masyarakat Miskin Perkotaan. (Online), (http://qurow-


yun.blogspot.com/2009/05/fenomena-masyarakat-miskin- perkotaan.html).

Rukmana, Deden.2008. Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan. (Online),


(http://dedenrukmana.wordpress.com).

Soedarto. 2013. Lingkungan dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto

Subaris, Heru Kasjono. 2011. Penyehatan Pemukiman. Cetakan Pertama. Yogyakarta:


Gosyeng Publishing.

Tribun-Timur. 8 oktober 2009. Kawasan Kumuh Perkotaan. (Online), (http://www.tribun-


timur.com/read/artikel/51720).

Anda mungkin juga menyukai