Ilmu I'jazil Qur'an
Ilmu I'jazil Qur'an
Dosen pengampu:
Husnun Nahdhiyyah S. HI.,M.H.
Disusun Oleh :
Segala puji bagi Allah karena nikmat-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini
dengan tepat waktu dengan judul ILMU I’JAZIL QUR’AN.Sholawat bertangkaikan salam tak
lupa penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang mana telah membawa kita
selaku dosen pengampu mata kuliah “Ulumul Qur’an” yang mana telah memberikan penulis
amanah untuk membuat makalah ini. Tentunya penulis menyadari bahwa makalah penulis
banyak kekurangan ataupun kesalahan, karena penulis sendiri masih dalam proses belajar. Oleh
karena itu, penulis harapkan masukan berupa saran maupun kritikkan agar bisa memperbaiki
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun untuk para
pembaca..
Penulis
A. Pendahuluan
Al-Qur’an Al-Karim merupakan sumber rujukan utama yang menempati posisi sentral
bagi seluruh disiplin ilmu keislaman. Kitab suci tersebut, di samping menjadi petunjuk, juga
sebagai penjelasan bagi petunjuk-petunjuk tersebut, serta menjadi tolok ukur pemisah antara
yang benar dan yang salah .
Allah menantang mereka untuk mendatangkan yang semisal dengannya. Karena mereka
tidak mampu, Allah menantang mereka untuk mendatangkan sepuluh surat yang semisal
dengannya. Kemudian karena tidak mampu juga, Allah menantang mereka untuk
mendatangkan satu surat saja yang semisal dengannya. Mereka tetap bungkam seribu bahasa,
merasa tidak kuasa menghadapi tantangan ini, yang selalu berulang di Makkah, kemudian
baru di Madinah. Bahkan, dalam surat al-Baqarah, Allah menantang mereka dengan
tantangan yang lain ketika menyatakan, walaupun mereka meminta bantuan orang yang
mereka anggap mampu, tidak akan bisa berbuat apa-apa dan tidak akan mampu menjawab
tentang ini.
Allah berfirman:
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
Al-Qur’an ini, nescaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun
sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lain". (Q.S.al-Isra’: 88)
B. PEMBAHASAN
Berikut ini adalah eksplanasi atau uraian-uraian runtut tentang kemukjizatan Al-Qur’an
atau juga diisitilahkan dengan i’jaz Al-Qur’an
Menurut bahasa kata i’jaz adalah mashdar dari kata kerja a’jaza, yang berarti melemahkan.
Kata a’jaza ini termasuk fi’il ruba’i mazid yang berasal dari fi’il tsulasi mujarrad ajaza yang
berarti lemah, lawan dari qadara yang berarti kuat/mampu
Dalam hal ini Dawud Al-Aththar dalam kitabnya Mujaz ‘Ulum Al-Qur’an, menjelaskan
bahawa I’jaz secara bahasa berarti “keluputan”. Dikatakan: A’jazani al-amru”, artinya:
Perkara itu luput dariku”. Juga berarti ”membuat tidak mampu”. Seperti dalam contoh A’jaza
akhahu (dia telah membuat saudaranya tak mampu) manakala dia telah menetapkan
ketidakmampuan saudaranya itu dalam suatu hal atau berarti juga “dia telah menjadikan
saudaranya itu tidak mampu”.
I’jaz menurut Istilah adalah sesuatu yang membuat manusia tidak mampu, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama, untuk mendatangkan yang seperti itu.
Sedangkan kata mukjizat dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “kejadian
ajaib yang sukar diungkap oleh kemampuan akal manusia.
”Kata mukjizat terambil dari kata bahasa arab a’jaza yang berarti “melemahkan atau
menjadikan tidak mampu”. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz dan bila
kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam
lawan, maka ia dinamai mukjizat. Tambahan ta’ marbutah pada akhir kata itu mengandung
makna mubalaghah (superlatif).
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain sebagai “suatu hal atau
peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti
kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal
serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu. Bisa dikatakan bahawa mukjizat
adalah apa yang dibawa oleh seorang manusia (nabi) yang memperoleh penguatan dari Allah
dan yang tak mampu didatangkan oleh orang lain ia tidak bersifat mustahil secara rasional,ia
melanggar hukum-hukum alam, guna menguatkan perutusan Ilahi yang didakwahkannya
Dalam hal ini al-Zarqani menjelaskan bahawa mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa
yang tak dapat ditantang atau dikalahkan oleh yang menantangnya, yang dibawa oleh orang
yang mengklaim menjadi Nabi utusan Allah sebagai bukti atas risalahnya seperti tongkat
Nabi Musa, ketika dijatuhkannya berubah wujudnya menjadi seekor ular besar yang
menakutkan. Ketika diambil kembali oleh Nabi Musa, lantas ular itu berubah lagi menjadi
tongkat seperti biasa.
Pertama, bagi yang telah percaya pada nabi, maka ia tidak lagi membutuhkan mukjizat.
Ia tidak lagi ditantang untuk melakukan hal yang sama. Mukjizat yang dilihat atau
dialaminya hanya berfungsi memperkuat keimanan, serta menambah keyakinannya akan
kekuasaan Allah Swt. Kedua, tetapi tentu saja ada diantara anggota masyarakat yang
meragukan sang nabi sebagai utusan Tuhan, antara lain dengan dalih bahawa “dia adalah
manusia biasa seperti kita”. Dari sini dibutuhkan khususnya bagi mereka yang ragu atau tidak
percaya bukti kenabian langsung dari Allah Swt yang mengutusnya. Bukti tersebut tidak lain
kecuali apa yang dinamai mukjizat.
Dalam Hal ini Muchotob Hamzah menguraikan beberapa fungsi kemukjizatan Al-Qur’an
antara lain:
a. Sebagai bukti kebenaran pengakuan Nabi Muhammad Saw, sebagai utusan
Allah SWT
b. Sebagai bukti bahawa Al-Qur’an bukan produk insani, akan tetapi produk
Ilahi
c. Sebagai pematah hujah penentangan orang-orang kafir
d. Sebagai penguat perjuangan Rasulullah, dalam mengemban risalah
e. Sebagai pemantap iman kaum muslimin
f. Sebagai pengganti mukjizat para Nabi terdahulu yang merupakan mukjizat
hissiyah dan hanya dibuktikan oleh umat-umat yang sejaman dengan nabi
pembawa mukjizat. Sedangkan Al-Qur’an bersifat ma’nawiyah aqliyah yang
dapat dibuktikan oleh umat zaman Nabi hingga akhir zaman
Dalam menjelaskan macam-macam I’jazil Quran ini para ulama berlainan keterangan.
Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing. Abd. Razzaq Naufal,
dalam kitab Al-I’jaz Al-Adady lil Quranil Karim menerangkan bahawa I’jazil Quran itu
ada 4 macam, sebagai berikut:
Sebagai gambaran I’jazul Adadi menurut Dr. Abd. Razzaq Naufal, berikut diberikan
contoh-contohnya:
a. Dalam Al-Qur’an kata iblis disebutkan sampai 11 kali/ayat, maka ayat yang
menyuruh mohon perlindungan dari iblis itu juga disebutkan 11 kali pula.
b. Kata musibah dengan segala bentuk tasrifnya dalam Al-Qur’an disebutkan
sampai 75 kali. Dan dengan jumlah 75 kali pula lafal syukur dan semua
bentuknya yang merupakan ungkapan bahagia terhindar dari musibah itu.
Sebenarnya, segala yang ada dalam Al-Qur’an itu mu’jiz atau menjadi mukjizat, baik
keserasian susunan huruf-hurufnya, ketertiban kalimat-kalimatnya, atau kefasihan lafal-lafalnya,
maupun keindahan uraian isi maknanya20. Ada dua macam mukjizat yang Allah berikan kepada
Rasul-rasul-Nya, yaitu:
C. KESIMPULAN
Segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an, Indah susunannya, berbeda dengan setiap susunan yang
ada dalam bahasa orang-orang Arab, Uslubnya yang aneh dan berbeda dengan semua uslub
bahasa Arab, Keagungan sifatnya yang mustahil bagi makhluk untuk menandinginya,
Kedalaman undang-undangnya lagi sempurna, melebihi semua undang-undang produk manusia
dan lain sebagainya.
Sehingga tampaklah bahawa dengan mempelajari aspek-aspek yang terkandung di dalam Al-
Qur’an diantaranya adalah macam-macam I’jaz Al-Qur’an, segi-segi I’jaz Al-Qur’an, tujuan
I’jaz Al-Qur’an, semuanya itu membuktikan bahawa Al-Qur’an benar-benar datangnya dari
Allah, firman Allah yang disampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Sehingga sekaligus
sebagai bantahan terhadap orang-orang yang mengatakan bahawa Al-Qur’an adalah karangan
Nabi, Syair buatan Nabi dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka
Abu Zaid, Nasr Hamid. Tekstualitas Al-Qur’an Kritik terhadap Ulumul Quran.
Hayyie al-Kattani dan Irfan Salim. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
2003.