BMHP Farmasi Kamar Operasi
BMHP Farmasi Kamar Operasi
SKRIPSI
Oleh:
Vira Rahmayanti
NIM: 1112101000014
JAKARTA
2017/1438
i
i
ii
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, Juni 2017
Vira Rahmayanti, NIM: 1112101000014
GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS
PAKAI (BMHP) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017
xvi+235 halaman, 15 tabel, 11 bagan, 10 lampiran
ABSTRAK
Distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit merupakan
suatu kegiatan yang bertujuan untuk tersalurkannya obat dan bahan medis habis
pakai dengan menjamin ketersediaan, keamanan, ketepatan jenis, ketepatan
jumlah, dan ketepatan waktu yang terjangkau dan sesuai dengan standar mutu
pelayanan. Pada penerapannya di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan diketahui masih terdapat kendala pada distribusi obat dan
bahan medis habis pakai seperti masih adanya keterlambatan distribusi dan belum
terlaksananya standar operasional prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan desain studi kasus dan metode pengumpulan data berupa
wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Informan yang akan menjadi
informan dalam pengambilan data primer di RSU Kota Tangerang Selatan
meliputi kepala bagian pelayanan farmasi rawat inap, kepala bagian penyimpanan
dan distribusi/kepala gudang farmasi, petugas pelaksana distribusi, kepala ruangan
rawat inap, dan dua orang perawat yang diambil secara purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masih terdapat komponen input
yang kurang seperti sumber daya manusia dan sarana prasarana. Pada proses
ditemukan juga proses yang tidak optimal, salah satunya proses administrasi,
proses penyampaian berita, proses pengeluaran fisik, proses angkutan, dan proses
pembongkaran dan pemuatan. Output ditemukan 30 jenis obat yang pernah
kosong pada tahun 2016, sehingga dapat menghambat distribusi serta masih
ditemukan ketidaktepatan jenis dan jumlah obat maupun bahan medis habis pakai
yang diminta dengan yang didistribusikan. Berdasarkan hasil penelitian
disarankan kepada RSU Kota Tangerang Selatan untuk melakukan perbaikan
sistem seperti melakukan sosialisasi standar operasional prosedur, pengembangan
sistem informasi rumah sakit, dan pengadaan trolley khusus di Instalasi Rawat
Inap.
Kata kunci: Distribusi, Obat, Bahan medis habis pakai, Distribusi obat dan bahan
medis habis pakai, Instalasi Rawat Inap, Rumah Sakit
Daftar Bacaan: 44 (1977-2017)
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
SPECIALISATION OF HEALTH CARE MANAGEMENT
Undergraduate Thesis, June 2017
Vira Rahmayanti, NIM: 1112101000014
DISTRIBUTION SYSTEM OF MEDICINES AND CONSUMABLE
MEDICAL SUPPLIES IN SOUTH TANGERANG CITY GENERAL
HOSPITAL INPATIENT CARE, 2017: A DESCRIPTIVE STUDY
xvi +235 pages, 15 tables, 11 charts, 10 appendixes
ABSTRACT
Distribution of medicines and consumable medical supplies in hospital is
aimed to distribute medicines and consumable medical supplies by ensuring the
availability, safety, type accuracy, number precision, and affordable timeliness in
accordance to the service quality standard. In reality, South Tangerang General
Hospital Inpatient Care found many obstacles in the distribution of medicines and
consumable medical supplies like the delay of supplies distribution and the poor
implementation of established standard operating procedure (SOP).
This research is a qualitative, descriptive research with case study design
using interviews, observation, and document review for data collection.
Informants for this research consists of: head of inpatient pharmacy department,
head of storage and distribution department/head of pharmaceutical, officer of
distribution unit, head of inpatient care room, and two nurses chosen through
purposive sampling technique.
Results showed that there still some lacking in component within input
stage like human resource and infrastructures. There are also some problem in
processing stage, especially in administration process, report submission, physical
dispensing, and in loading-unloading process. Within output stage, there were
some problems in 2016 where 30 types of medicines were empty of stock, which
could hinder the distribution process. There were also a founding of inaccuracy in
the type and amount of medicines and consumable medical supplies between the
requested items with the distributed goods. Based on these results, it is suggested
for South Tangerang City General Hospital to improve their system by socializing
the established standard operating procedures, developing hospital information
system and providing special trolley for Inpatient care.
Keywords: Distribution, medicine, consumable medical supply, Distribution of
medicines and consumable medical supplies, Inpatient Care, Hospital
Bibliography: 44 (1977-2017)
v
RIWAYAT PENULIS
Riwayat Pendidikan
2012 – sekarang Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
Jakarta
2009-2012 MAN 11 Jakarta
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
2006-2009 MTsN. 19 Jakarta
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
2000-2006 SDIT Al Hikmah Jakarta
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
1999-2000 TK Islam At Tarbiyah Jakarta
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Pengalaman Organisasi dan Pencapaian
2015 – sekarang Sekretaris Karang Taruna RW. 01 Cilandak Barata
Jakarta Selatan
vi
2014 – 2015 Sekretaris II Health Care Management Association
(HACAMSA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2012 – sekarang Ketua Divisi Humas Ikatan Alumni MAN 11
Jakarta (ILMI) Angkatan 2012
2009 – 2011 Ketua Divisi PHD Remaja Masjid Jami’ Al Falah
(REMIFA) Jakarta
2010 – 2011 Bendahara OSIS MAN 11 Jakarta Selatan
2007 – 2008 Sekretaris OSIS MTsN. 19 Jakarta Selatan
Pengalaman Kerja
2014 Tim Pemantau Pemilu Presiden Wilayah RT. 001
RW. 001 Cilandak Barat, Jakarta Selatan
Desember 2014 - Januari Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di Puskesmas
2015 Rawa Buntu Serpong, Tangerang Selatan
April 2016 - Mei 2016 Magang di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Pamulang, Tangerang Selatan
vii
KATA PENGANTAR
viii
6. Ibu Ela Laelasari, S.KM, M.Kes. selaku pembimbingan akademik
penulis.
Ibu Yayu Setyaningsih, S.Farm dan Ibu Evi Budi Ardiyanti, S.Si., Apt. selaku
Pembimbing Lapangan yang telah memberikan arahan dan bimbingan di tempat
penelitian.
Bapak dr. Yuli Prapancha Satar, MARS., Bapak Baequni, M.Kes, Ph.D., dan Bapak
Mustakim, S.KM, M.KM., selaku penguji skripsi yang telah memberi saran dan kritik
yang sangat membangun bagi penulis.
Seluruh dosen program studi kesehatan masyarakat yang telah memberikan ilmu dan
mengajarkan banyak hal kepada penulis.
Ibu Ima yang telah sabar membantu penulis menyelesaikan urusan administrasi.
Sahabat-sahabat tercinta yaitu Tantri Permadani, Halida Mutia, Erika Hidayanti,
Paramita Maulidah, Ayufhyta, Andini Septiani, Ika Nursayfitri, Nurazizah, Tyas Widya
Utami, Yolanda Mutiara, Indah Dwi Mursini, Daliza Auva, Lulu Innajma, dan Fitri
Nur’aini terima
kasih banyak atas semangat dan dukungan dari kalian yang selalu
menemani disaat suka maupun duka.
12. Miftahul Ridwan Zulfany selaku teman terbaik penulis yang selalu ada
disetiap saat dalam memberikan semangat, motivasi, dorongan dan
dukungan serta mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan
skripsi. Terima kasih sudah ada disetiap suka, senang, sedih, keluh
kesah penulis selama menyusun skripsi ini.
13. Bang Ari, Bang Iir, Kak Deffy, Kak Meli, Kak Nung, Kak Ali, Bang
Bito, Bang Andi, Bang Beng dan Zaky selaku abang sepupu dan kakak
ketemu gede, terima kasih untuk selalu ada disaat suka, duka, keluh
dan kesah dalam menyelesaikan tugas akhir ini, dan yang telah
memberikan kata-kata semangat/bijak dan motivasi serta dorongan
untuk segera dan segera menyelesaikan skripsi ini.
14. Kak Fajar dan Kak Nurul selaku saudara sepupu yang beralih menjadi
pembimbing dadakan selama tiga minggu terakhir pendaftaran yang
ix
telah bersedia membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
Teman-teman seperjuangan MPKers 2012: Luqman, Rico, Tyo, Saeful, Santo, Mamih
Rika, Zia, Jupe, Laily, Ica Balon, Nuril, Umi, Ica Naing, Ayuhap, Aida, Hesti, Fitri, Ratna,
Toy, dan Merry, terima kasih telah mengajarkan banyak pengalaman bahwa dengan
kerja keras dan kerjasama yang baik maka segala sesuatunya dapat diwujudkan.
Kesmas EURO 2012, mudah-mudahan kita semua sukses, dilancarkan segala
sesuatunya dan lulus menjadi Sarjana Kesehatan Masyarakat yang bermanfaat.
Qibo, Bang Tompel, Bang Jelen, Alpa, Kak Amel, Kak Nopi, Indri, dan Tira selaku
rekan-rekan Karang Taruna RW. 01 dalam memberikan semangat dan dukungan
untuk segera menyelesaikan tugas akhir kuliah yaitu skripsi.
Pihak lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih
atas doa dan dukungannya, mudah-mudahan Allah SWT
memberikan balasan yang lebih baik.
Penulis
x
DAFTAR ISI
xi
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................53
4.3 Informan Penelitian......................................................................................53
4.4 Intrumen Penelitian......................................................................................54
4.5 Sumber Data.................................................................................................54
4.6 Pengumpulan Data.......................................................................................55
4.7 Analisis Data................................................................................................56
4.8 Validasi Data................................................................................................59
BAB V HASIL PENELITIAN..............................................................................62
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan................62
5.2 Karakteristik Informan.................................................................................64
5.3 Distribusi Obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan................................................................................64
5.4 Input Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan..............................................73
5.5 Proses Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan......................................95
5.6 Output Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan....................................105
BAB VI PEMBAHASAN....................................................................................113
6.1 Keterbatasan Penelitian..............................................................................113
6.2 Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap....113
6.3 Input Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan............................................114
6.4 Proses Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan....................................123
6.4 Ouput Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan....................................133
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN.................................................................136
7.1 Simpulan.....................................................................................................136
7.2 Saran...........................................................................................................137
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................138
LAMPIRAN.........................................................................................................142
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
AA : Asisten Apoteker
APT : Apoteker
RS : Rumah Sakit
xv
RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
S1 : Strata Satu
SK : Surat Keputusan
TT : Tempat Tidur
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pelayanan kefarmasian termasuk pelayanan utama di rumah sakit,
hampir seluruh pelayanan yang diberikan baik pelayanan rawat jalan maupun
rawat inap berintervensi dengan sediaan farmasi (Siregar, 2004). Pelayanan farmasi
juga merupakan pelayanan penunjang dan sekaligus merupakan revenue center
utama di dalam rumah sakit. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90%
pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan,
bahan kimia, bahan radiologi, bahan bahan medis habis pakai, alat kedokteran, dan
gas medik), dan 40-50% dari seluruh pemasukan atau anggaran rumah sakit dan yang
terbesar adalah berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi, seperti obat-obatan
dan bahan farmasi (Febriawati, 2013).
Pada tahun 1996, diadakan penelitian Analisa Proses Distribusi Obat dan Alat
Kesehatan di Instalasi Farmasi RS Puri Cinere. Penelitian tersebut bertujuan untuk
memperoleh gambaran distribusi obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi RS Puri
Cinere. Hasil dari penelitian ini adalah segera dibuat standar prosedur baku dan
tertulis, untuk memudahkan distribusi obat diusulkan pemberian secara dosis unit
serta penggabungan gudang obat dan gudang alkes menjadi Gudang Farmasi,
sehingga distribusi obat dan alkes dari Gudang Farmasi ke Apotik langsung ke unit
pemakai (Diansari, 1996).
Selain itu, pada tahun 2002, diadakan penelitian Analisa Sistem Distribusi Obat/Alat
Kesehatan Habis Pakai di Rawat Inap RS Karya Husada Cikampek. Hasil dari
penelitian ini adalah masih kurangnya sarana dan
ketenagaan
Pelaksanaanyang kompeten
sistem di Instalasi
distribusi Farmasi dan
obat dikerjakan olehRuang Rawat
perawat. DariInap.
Instalasi
Farmasi juga didapat adanya obat sisa yang dikembaikan pasien rawat inap
(Mulyono, 2009).
3
kurangnya ketelitian petugas gudang, kemudian terdapat obat kadaluarsa
dan/atau rusak pada tahun 2008 adalah 0,23% dan tahun 2009 adalah 0,48%
hal
ini dikarenakan obat tersebut kurang diperlukan pasien (Hakim, 2011).
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan adalah rumah sakit pemerintah
tipe C yang mulai beroperasi sejak 29 Maret 2012. RSU Kota Tangerang Selatan selalu
berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan standar
dan profesionalisme untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dengan
motto “melayani sepenuh hati.” Instalasi Farmasi adalah salah satu bagian dari
penunjang medik RSU Kota Tangerang Selatan, tetapi keberadaannya sangat penting
untuk menunjang keberhasilan perkembangan profesional rumah sakit dan juga
terhadap penerimaan Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan (Profil RSU
Kota Tangerang Selatan).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, sebagai rumah sakit
yang baru mulai operasional sejak empat tahun yang lalu, RSU
Kota Tangerang Selatan masih mengalami beberapa kendala di Instalasi
5
petugas Gudang Instalasi Farmasi dan petugas atau perawat unit pelayanan
Instalasi Rawat Inap yang meminta. Namun, dalam pelaksanaannya, masih
ada
petugas Gudang Instalasi Farmasi dan petugas atau perawat yang tidak melakukan
pengecekan terlebih dahulu pada bahan medis habis pakai (BMHP) yang sudah di
distribusikan, sehingga sering terjadi penumpukan obat dan bahan medis habis
barang (BMHP) di Instalasi Rawat Inap dan akan memungkinkan ketidaktepatan
jumlah bahan medis habis pakai yang diminta dengan yang diterima dan terjadinya
kerusakan pada bahan medis habis pakai akibat tidak dilakukannya pengecekan
terlebih dahulu. Selain itu, RSu Kota Tangerang Selatan menetapkan sasaran mutu
yang terdapat di rencana strategi RSU Kota Tangerang Selatan dalam meningkatkan
mutu pelayanan kefarmasian bagi Instalasi Farmasi yaitu distribusi obat untuk pasien
baru, tidak boleh melebihi 1 (satu) jam. Waktu 1 jam dihitung sejak pasien masuk ke
ruangan rawat inap sampai mendapatkan dosis pertama. Akan tetapi, Instalasi
Farmasi belum sepenuhnya dapat mengikuti sasaran mutu tersebut karena belum
mencapai indikator yang ditentukan dalam sasaran mutu untuk pasien
dari seluruh pasien baru memerlukan waktu lebih dari jam yang ditentukan
untuk distribusi obat dan bahan medis habis pakai dari Instalasi Farmasi ke
Instalasi Rawat Inap.
6
semestinya. Selain itu, dalam melakukan distribusi obat dan bahan medis
habis pakai terdapat Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah di
tetapkan,
namun SOP tersebut belum berjalan secara teknis atau pelaksanaannya. Oleh karena
itu, peneliti ingin mengetahui terkait sistem distribusi obat dan bahan medis habis
pakai (BMHP) di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2017
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan gambaran sistem distribusi obat dan bahan
medis habis pakai (BMHP) di rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan, maka peneliti
membuat pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimana input (sumber daya manusia, sarana, prosedur) dari sistem distribusi obat
dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan Tahun
2017 ?
Bagaimana proses (Proses Administrasi, Proses Penyampaian Berita, Proses
Pengeluaran Fisik Barang, Proses Angkutan, Proses Pembongkaran dan
Pemuatan) dari sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di
B. Tujuan Khusus
7
1. Mengetahui input (sumber daya manusia, prosedur, dan sarana) dari
sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat
Inap RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017.
Manfaat Penelitian
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan
Manfaat yang dapat diperoleh bagi RSU Kota Tangerang Selatan terutama pada bagian
Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan
B. Peneliti
8
2017 di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan desain studi kasus dan
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kegiatan Logistik
a. Pemilihan lokasi, penempatan bahan baku, suku cadang, dan barang
jadi.
b. Penggunaan fasilitas yang tersedia dari organisasi yang bersangkutan.
c. Penyiapan transportasi serta alat pengangkutan barang.
d. Masalah pembukuan dan pencatatan.
10
e. Pelaksanaan komunikasi yang bersuasif sebagai penyampaian ide
konsep, gagasan, dan informasi dari individu satu atau bagian-bagian
lain dalam organisasi perusahaan.
f. Kegiatan pengurusan sebagai kegiatan untuk mengelola bahan baku, suku cadang,
dan barang jadi yang disesuaikan dengan jenis spesifikasi.
g. Kegiatan penyimpanan sebagai kegiatan untuk menahan bahan baku suku cadang,
serta barang sampai pada batas waktu tertentu tanpa mengurangi kualitas barang
yang bersangkutan.
Kegiatan logistik mempunyai tiga tujuan
Tujuan Operasional
Agar tersedia barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.
Tujuan Keuangan
c. Tujuan Pengamanan
11
Menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) sasaran penyelenggaraan
logistic adalah mencapai level sokongan manufacturing pemasaran yang
telah ditentukan sebelumnya dengan total biaya yang serendah mungkin. Sedangkan
tanggung jawab seorang manajer logistic adalah merencanakan dan mengelolah
suatu sistem operasi yang mampu mencapai sasaran tersebut. Ciri-ciri utama logistic
adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pemindahan dan
penyimpanan yang strategis.
Logistik Terpadu menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) merupakan suatu konsep
yang terdiri dari dua usaha yang berkaitan satu sama lain, yaitu operasional logistic
dan koordinasi logistic.
12
4. Air
5. Alat tulis kantor
6. Barang inventaris
7. Kerumah tanggaan (listrik, sabun, sapu, dan karbol)
8. Suku cadang peralatan medis
9. Alat tenun (linen dan loundry)
10. IPAL Rumah Sakit (Instalasi Pengelolaan Limbah) atau barang habis
pakai tahan lama, dan barang inventaris (bergerak dan tidak bergerak).
C. Peran Logistik di Rumah Sakit
yang tepat dengan harga yang sesuai. Dari segi manajemen modern maka
tanggung jawab bagian logistik lebih diperluas dengan:
1. Menjaga kegiatan yang dapat memasok material dan jasa secara tidak
terputus (uninterrupted).
2. Mengadakan pembelian investaris secara bersaing (kompetitif).
3. Menjadwal investasi barang pada tingkat serendah mungkin.
4. Mengembangkan sumber pasokan yang dapat dipercaya dan alternatif
pasokan lain.
5. Mengembangakan dan menjaga hubungan baik dengan bagian-bagian
lain.
6. Memantapkan integrasi yang maksimal dengan bagian-bagian lain.
7. Melatih dan membina pegawai yang kompeten dan termotivasi dengan
baik.
13
Menurut bidang pemanfaatannya, barang dan bahan yang harus
disediakan rumah sakit dapat dikelompokam menjadi persediaan farmasi,
persediaan makanan, persedian logistik umum dan teknik.
Sedangkan biaya rutin terbesar untuk logistik di rumah sakit pada umumnya terdapat
pada pengadaan persediaan farmasi meliputi:
Persediaan obat, mencakup obat-obatan esensial, non esensial, obat- obatan yang
cepat atau lama terpakai.
Persediaan bahan kimia, menyangkut persediaan untuk kegiatan operasional
laboratorium dan produksi farmasi intern, serta kegiatan non medis.
Persediaan gas medik, kegiatan pelayanan bagi pasien di kamar bedah, ICU, atau
ICCU membutuhkan beberapa janis gas medik.
Peralatan kesehatan, berbagai peralatan yang dibutuhkan bagi kegiatan perawatan
maupun kegiatan kedokteran yang dikelompokan sebagai barang habis pakai serta
barang tahan lama atau peralatan elektronik dan
non elektronik (Febriawati, 2013).
14
permintaan,
15
dengan kata lain antara seluruh pembelian dengan seluruh penjualan secara
professinal.
16
Gizi Obat Alat
Tehnik Umu
Logistik di
Rumah Inventor y
Keseimbangan
17
5. Menurut Ordway Tead, mendefinisikan manejemen sebagai sebuah proses
dan perangkat yang mengarahkan dan membimbing kegiatan organisasi
untuk mencapai tujuan.
18
kesehatan. Dalam arti lain, manajemen kesehatan masyarakat adalah
penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan
masyarakat sehingga
yang menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan
masyarakat.
Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar mengerjakan kegiatan yang
berkaitan dengan:
Beberapakebijakanmanajemenoperasionaldalammanajemen
kesehatan di Indonesia yang sudah mendapat perhatian dalam menghadapi
krisis bidang kesehatan sampai dengan saat ini adalah:
19
5. Kesehatan merupakan hak masyarakat yang perlu terus diperjuangakan
terutama penduduk miskin karena sudah merupakan komitmen global
pemerintah.
Definisi manajemen logistik menurut Drs. Amin Widjaja Tunggal Ak. MBA (2010)
dalam Febriawati (2013) merupakan proses yang secara strategik mengatur
pengadaan bahan (procurement), perpindahan dan penyimpanan bahan, komponen
dan penyimpanan barang jadi (dan informasi terkait) melalui organisasi dan jaringan
pemasaran dengan cara tertentu sehingga keuntungan waktu yang akan datang
melalui pemenuhan pesanan dengan biaya yang efektif.
Menurut Tjandra Yoga Aditama (2002) bahwa manejemen logistik adalah suatu ilmu
dan penentuan
pengetahuan kebutuhan,
dan atau seni sertapengadaan, penyimpanan,
proses mengenai penyaluran dan
perencanaan
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat. Prinsip-prinsip dalam
manajemen adalah pegangan umum untuk dapat terselenggaranya fungsi-
fungsi logistik dengan baik.
20
2. Strategi terkait untuk menjamin bahwa persediaan dan biaya simpan di
pantau dan dikendalikan secara agresif.
21
14. Proyek Percobaan : memulai pelaksanaan baik atas dasar suatu proyek
percobaan (pilot project), dasar kelompok atau zona, ataupun seluruh
rumah
sakit.
Menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) fungsi-fungsi manajemen logistik sama artinya
dengan fungsi manajemen pada umumnya, hanya karena untuk kepentingan tujuan
logstik maka fungsi manajemen logsitik adalah sebagai berikut (Febriawati, 2013):
2. Fungsi Penganggaran
3. Fungsi Pengadaan
22
Merupakan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran
perlengkapanan yang telah diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu
untuk kemudian disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana.
Fungsi Pemeliharan
Merupakan usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya
guna dan daya hasil barang inventaris.
Fungsi Penghapusan
Fungsi Pengendalian
Perencanaan
21
Pengahapusan Penganggaran
Bagan 2. 2 Siklus Logistik Rumah Sakit
2.3 Manajemen Instalasi Farmasi
Pelayanan kefarmasian tidak hanya berfokus pada pengelolaan obat
sebagai komoditi, tetapi pada saat ini, pelayanan kefarmasian adalah
pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup dari pasien. Dalam memberikan pelayanan, seorang apoteker dituntut
untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan berinteraksi langsung
dengan pasien. Tujuan dilakukannya interaksi adalah untuk memberikan
informasi, monitoring penggunaan obat, mengetahui tujuan akhirnya sesuai
harapan (Kepmenkes No. 1027/2007).
22
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kementerian Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa
pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab
terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut. Mutu
pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraan sesuai dengan
standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi
farmasi. Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, agar
dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme
tindakan yang diambil sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan
farmasi yang
berkesinambungan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004).
A. Tujuan
23
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa,
telaah dan evaluasi pelayanan.
Tugas Pokok Instalasi Farmasi
Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
24
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan
penggunaan obat dan alat kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
f. Memberikan konseling kepada pasien/keluarga.
g. Melakukan pencampuran obat suntik.
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
i. Melakukan penanganan obat kanker.
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
l. Melaporkan setiap kegiatan.
C. Administrasi dan Pengelolaan
25
Fungsi dan Ruang Lingkup Panitia Farmasi dan Terapi:
a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya
bilamana perlu. Pemilihan obat untuk dimasukan dalam
formularium harus didasarkan pada efek terapi, keamanan, harga
obat dan meminimalkan duplikasi.
b. Panitia Farmasi dan Terapi mengevaluasi untuk persetujuan usulan
obat baru atau dosis obat.
c. Membantu instalasi farmasi dalam meninjau kebijakan dan
peraturan penggunaan obat.
d. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
D. Staf dan Pimpinan
26
4. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk
melangsungkan dan mengawasi pelayanan farmasi.
5. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
E. Fasilitas dan Peralatan
a. Bangunan
27
3) Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,
pelayanan langsung pada pasien, dispensing serta ada penanganan
limbah.
Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu, bebas kontaminasi.
Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan keamanan
baik dari pencuri maupun binatang pengerat. Fasilitas peralatan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengakapan dispensing baik untuk
sediaan steril, non steril maupun cair untuk obat luar atau dalam.
b. Pembagian Ruangan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004):
Ruang kantor
Ruang pimpinan
Ruang staf
Ruang kerja/adminitrasi
Ruang pertemuan
c. Ruang Produksi (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)
28
- Alat kesehatan dan lain-lain
2) Kondisi Khusus untuk Ruang Penyimpanan
- Obat termolabil
- Alat kesehatan dengan suhu rendah
- Obat mudah terbakar
- Obat/bahan obat berbahaya
- Barang karantina
e. Ruang Distribusi/Pelayanan (Kepmenkes No.1197/Menkes/SK/X/2004)
1) Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegaiatan farmasi
rumah sakit
2) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (Apotik)
3) Ada ruang khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan persiapan
obat
4) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)
5) Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
6) Ada ruang khusu/terpisah dari ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang
7) Dilengkapi kereta dorong trolley
f. Ruang Konsultasi (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)
29
3) 1300 tempat tidur : 70 meter2
h. Ruang Arsip Dokumen (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)
30
farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan pelayanan
farmasi itu sendiri.
31
4. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan
program pendidikan berkelanjutan.
Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi:
Penggunaan obat dan penerapannya
Pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi
H. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
32
telah di- dispensing Instalasi Farmasi RS ke daerah tampat perawatan
penderita dengan keamanan dan ketepatan obat, ketetapan penderita,
ketetapan jadwal,
1. Sentralisasi
Rawat Jalan
Bedah Pusat
33
Rawat Darurat
(Sumber: Febriawati, 2013)
2. Desentralisasi
Jenis sistem distribusi obat untuk penderita rawat inap (Febriawati, 2013):
Resep individual adalah resep yang ditulis oleh dokter untuk tiap
penderita. Pada sistem ini, kebutuhan barang farmasi individu pasien tidak
34
tersedia di ruang perawatan, tetapi harus diambil/ditebus di tempat
pelayanan farmasi dengan membawa resep/instruksi pengobatan dari
dokter. Tempat pelayanan farmasi tersebut dapat di instalasi farmasi rumah
sakit, apotik baik yang ada di dalam maupun yang di luar rumah sakit.
Waku yang dibutuhkan untuk menyiapkan oabt menjadi lama, akan tetapi
farmasi rumah sakit atau farmasi komunitas terlibat dalam proses review
maupun penyiapan resep. Selanjutnya semua obat yang ditebus tersebut di
bawa ke ruang perawatan untuk di serahkan kepada perawat untuk di
simpan. Biaya pengobatan yang di tanggung pasien tinggi karena setiap sis
obat yang tidak digunakan tetap harus dibayar.
Pasien Dokter
Perawat
APOTIK RS
Keluarga
Perawat APOTIK
Keluarga
Keuangan
35
a. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker yang dapat memberi
keterangan atau informasi kepada perawat berkaitan dengan obat
penderita.
Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak untuk penyiapan obat di
ruang pada waktu konsumsi obat.
Terjadi kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada waktu penyiapan konsumsi.
2. Sistem distribusi obat persediaan pelengkap di ruangan (floor stock)
36
Keterbatasan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan adalah:
persediaan di ruangan yang terbatas. Jenis dan jumlah obat yang tersedia di
ruangan (daerah penderita) ditetapkan oleh PFT dengan masukan dari
instalasi farmasi rumah sakit dan dari pelayanan keperawatan. Sistem
kombinasi diadakan untuk mengurangi beban kerja instalasi farmasi rumah
sakit. Obat yang disediakan di ruangan adalah obat yang diperlukan oleh
banyak penderita, setiap hari diperlukan, dan biasanya adalah obat yang
harganya relative murah, mencakup bat resep atau obat bebas.
37
Keterbatasan dari sistem ini adalah:
Obat dosis unit adalah obat yang di order oleh dokter untuk penderita, terdiri atas
satu atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis tunggal
dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu watu tertentu. Penderita hanya
membayar obat yang dikonsumsi saja. Sistem distribusi obat dosis unit adalah
metode dispensing dan pengendalian obat yang dikoordinasi instalasi farmasi dan
rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk tergantung pada
kebutuhan khusus rumah sakit, unsur khusus berikut adalah dasar dari semua sisem
dosis unit yaitu obat dikandung daatan alam kemasan unit tunggal, di dispensing
dalam bentuk siap konsumsi, untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam
persediaan
dosis, dihantarkan keruang perawatan atau tersedia pada ruang perawatan
penderita tiap waktu.
Pasien Dokter
Perawat
38 Instalasi Farmasi
Sumber: Febriawati, 2013
Penderita menerima pelayanan instalasi farmasi rumah sakit 24 jam sehari dan
penderita membayar hanya obat yang di konsumsi saja.
Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan oleh instalasi
farmasi rumah sakit.
Pengurangan kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh penderita.
Penyiapan sediaan intravena dan rekonstitusi obat oleh instlasi
39
k. Kemasan dosis unit secara tersendiri-sendiri diberi etiket dengan
nama obat, kekuatan, nomor kendali dan kemasan tetap utuh
sampai
obat siap di konsumsikan pada penderita.
41
dari Pelaksana Pelayanan Kesehatan atau rumah sakit Pelaksana Pelayanan
Kesehatan lain. Ruang pasien rawat inap adalah ruanga untuk pasien yang
Menurut Pahlevi (2009) dalam Anggita (2012) ada 7 kegiatan dalam pelayanan rawat
inap, diantaranya:
3. Keselamatan pasien
42
Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien.
4. Kepuasan pasien
Aspek ini merupakan kepuasan fisik, mental dan social pasie terhadap lingkungan
rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian,
biaya yang diperlukan dan sebagainya.
Menurut Jacobalis (1993) dalam Anggita (2012), pelayanan kesehatan di ruang rawat
inap rumah sakit erat kaitannya dengan dokter, perawat, atau petugas lain di rumah
sakit, aspek hubungan antar manusia, kemanusiaan, kenyamanan atau kemudahan
fasilitas dan lingkungan, peralatan dan perlengkapan, serta biaya pengobatan.
Menurut Muslihuddin (1996) dalam Anggita (2012), mutu asuhan pelayanan rawat
inap dikatakan baik apabila:
43
f. Biaya pengobatan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
sehingga pelayanan di rumah sakit tidak hanya dapat dinikmati oleh
masyarakat yang mampu saja, masyarakat tidak mampu pun dapat menikmatinya.
C. Alur Proses Pelayanan Pasien di Instalasi Rawat Inap
Terdapat tiga tahapan pada alur proses pelayanan di Instalasi Rawat Inap yang akan
dilalui oleh pasien, yaitu:
Menurut Seto, dkk (2001) Pengelolaan logistik dapat tercapai, apabila sudah
menetapkan unsur-unsur dari manajemen itu sendiri. Agar tujuan yang telah ditetapkan
dapat dicapai, maka manajemen memerlukan unsur atau sarana atau “the tool of
management” yang meliputi unsur 5 M yaitu:
44
Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan. Untuk terbentuknya sistem tersebut perlu
dirangkai berbagai unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan
membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai
tujuan kesatuan. Apabila terdapat prinsip pokok atau cara kerja sistem ini di
terapkan, maka prinsip pokok atau cara kerja ini dikenal dengan nama pendekatan
sistem (system approach). Pendekatan sistem merupakan penerapan dari cara
berpikir yang sistematis dan logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari
suatu masalah atau keadaan yang dihadapi (Azwar, 2010).
Input
Proses Perencanaan
Output
SDM
Penganggaran Pengadaan
Anggaran
Tersedianya bahan
Sarana dan Penyimpanan
logistik di rumah
Prasarana
Pendistribusian Pengawasan sakit
Mesin
Metode Pengendalian
Area Penelitian
45
BAB III KERANGKA PIKIR
Menurut Seto, dkk (2001) Pengelolaan logistik dapat tercapai, apabila sudah
menetapkan unsur-unsur dari manajemen itu sendiri. Unsur-sunsur tersebut meliputi
5M yaitu SDM, Anggaran, Saran dan Prasarana, Metode dan Mesin. Namun pada
penelitian ini, peneliti hanya memasukan beberapa unsur meliputi sumber daya
manusia (SDM), sarana dan prosedur. Unsur tersebut dijadikan substansi-substansi
input karena kemungkinan besar memberikan
pengaruh atau berkaitan langsung terhadap sistem distribusi obat dan bahan
medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap rumah sakit. Selain itu, substansi
tersebut memungkinkan untuk diteliti di rumah sakit tersebut.
46
Output dari penelitian ini mengacu pada Permenkes Nomor 58 Tahun
2014 yang mendefiniskan bahwa distribusi merupakan suatu rangkaian dalam
rangka meyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan
atau pasien dengan tetap menjamin mutu (kualitas), ketepatan jenis, ketepatan
jumlah, dan ketetapan waktu. Maka output dari penelitian ini adalah
tersalurkannya obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) ke Instalasi Rawat
Inap yang efektif dan efisien. Dari penjelasan di atas, maka didapatkan
kerangka pikir yang tergambar dalam bagan di bawah ini:
Proses
47
d. Proses administrasi
e. Proses penyampaian berita (data informasi)
f. Proses pengeluaran fisik barang
g. Proses angkutan
h. Proses pembongkaran dan pemuatan
i. Tersalurkannya obat dan bahan medis habis pakai ke Instalasi Rawat
Inap dengan efektif dan efisien.
48
3.2 Definisi Istilah
Tabel 3. 1 Definisi Istilah
No. Substansi Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
1 SDM Adalah tenaga yang terlibat 1) Observasi a. Pedoman 1) Informasi tentang:
langsung dalam 2) Telaah Telaah - Jumlah Pegawai di
melaksanakan proses dokumen Dokumen Instalasi Farmasi
distribusi obat dan bahan 3) Wawancara b. Pedoman - Pegawai atau perawat
medis habis pakai dan wawancara yang terlbiat dalam
gambaran pekerjaannya distribusi obat dan
ketika tenaga tersebut bahan medis habis
melakukan perannya dalam pakai di Instalasi
proses distribusi obat dan Rawat Inap
bahan medis habis pakai - Uraian tugas pegawai
beserta latar belakang di Instalasi Farmasi
pendidikan formal dan non - Latar belakang
formal dari tenaga tersebut. pendidikan formal
karyawan di Intalasi
Farmasi
- Latar belakang
pendidikan non
formal (pelatihan)
yang
pernah diikuti oleh
pegawai
- Jadwal shift pegawai
dan perawat
49
2 Sarana dan Adalah fasilitas yang 1) Observasi a. Pedoman Informasi mengenai fasilitas
Prasarana digunakan untuk proses 2) Telaah wawancara yang digunakan dalam
distribusi obat dan bahan dokumen pelaksanaan distribusi obat
medis habis pakai di 3) Wawancara dan bahan medis habis
Instalasi Farmasi dan di pakai di Instalasi Rawat
Instalasi Rawat Inap. Inap dan kecukupan alat
sesuai
kebutuhan.
3 Prosedur Adalah pedoman/instuksi 1) Telaah a. Pedoman 1) Prosedur kerja yang
kerja tertulis yang Dokumen Wawancara digunakan sebagai
digunakan semua petugas 2) Wawancara b. Pedoman pedoman
sebagai pedoman dalam 3) Observasi telaah 2) Kesesuaian prosedur
pelaksanaan kegiatan dokumen kerja dengan
distribusi obat dan bahan pelaksanaan teknis
medis habis pakai di RSU
Kota Tangerang Selatan.
4 Proses Adalah keseluruhan 1) Telaah a. Pedoman Informasi mengenai
Administrasi kegiatan yang berkaitan dokumen Wawancara pencatatan dan penyusunan
dengan pencatatan dalam 2) Wawancara laporan distribusi obat dan
pelaksanaan distribusi obat BMHP secara rutin atau
dan BMHP serta tidak rutin dalam periode
penyusunan laporan yang bulanan, triwulan,
berkaitan dengan distribusi semesteran atau tahunan.
secara rutin atau tidak rutin
dalam periode bulanan,
triwulan, semesteran atau
tahunan.
50
5 Proses Adalah kegiatan dalam 1) Observasi Pedoman Informasi tentang:
penyampaian berkomunikasi atau 2) Telaah wawancara a. Yang terlibat dalam
berita memberikan informasi antar Dokumen Pedoman proses penyampaian
pegawai baik pegawai di 3) Wawancara telaah berita
Intalasi Farmasi maupun dokumen b. Metode yang digunakan
pegawai/perawat di dalam proses
Instalasi Rawat Inap terkait penyampaian berita
pemesanan obat dan bahan pada saat distribusi obat
medis habis pakai dengan dan bahan medis habis
menggunakan alat atau pakai dari instalasi
sarana sebagai media farmasi ke instalasi
sebelum dilakukannya rawat inap.
distrbusi obat dan bahan c. Jadwal pelaksanaan
medis habis pakai. penyampaian berita.
Informasi tersebut dapat d. Kendala pada saat
dilakukan secara lisan, proses penyampaian
tertulis ataupun melalui berita tersebut.
gambar.
6 Proses pengeluaran Adalah kegiatan keluarnya 1) Observasi a. Informasi tentang :
fisik barang obat dan bahan medis habis 2) Telaah Pedoman a. Yang terlibat dalam
pakai setelah dilakukannya Dokumen telaah proses pengeluaran fisik
pemesanan dengan cara 3) Wawancara dokumen barang
atau metode yang b.Pedoman b. Tahapan atau metode
digunakan dalam wawancara yang digunakan dalam
pengeluaran fisik barang pengeluaran fisik barang
yang sudah dipesan. (obat atau bahan medis
habis pakai) pada saat
dilakukan distribusi dari
51
instalasi farmasi ke
instalasi rawat inap.
c. Kendala yang terjadi pada
saat proses pengeluaran
fisik barang.
52
8 Proses Adalah kegiatan 1) Observasi a. Pedoman Informasi tentang:
pembongkaran dan menurunkan dan 2) Wawancara wawancara a. Yang terlibat dalam
pemuatan penyusunan barang di proses pembongkaran
Instalasi Rawat Inap (obat dan pemuatan
dan bahan medis habis b. Metode yang digunakan
pakai) yang sudah di dalam proses
distribusikan dari Instalasi pembongkaran dan
Farmasi. pemuatan
c. Kendala yang terjadi
9 Tersalurkannya Obat dan bahan medis habis 1) Observasi a.Pedoman Hasil distribusi sesuai
obat dan bahan pakai (BMHP) yang 2) Wawancara observasi indikator efisiensi distribusi
medis habis pakai tersalurkan di Instalasi 3) Telaah Pedoman obat dan bahan medis habis
(BMHP) ke Rawat inap dapat Dokumen wawancara pakai yang ditetapkan oleh
Instalasi memenuhi kriteria efisien Permenkes Nomor 58
Rawat Inap yang ditetapkan oleh Tahun 2014 terdiri dari:
dengan efisien. Permenkes Nomor 58 1. Ketersediaan dan
Tahun 2014 Kemanan
2. Ketepatan Jenis
3. Ketepatan Jumlah
4. Ketepatan Waktu
53
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
a. Kesesuaian (appropriatness)
54
b. Kecukupan (adequacy)
55
dokumen yang berhubungan dengan kegiatan distribusi obat di RSU
Kota Tangerang Selatan.
b. Data Sekunder
56
b. Observasi
c. Telaah Dokumen
1. Trasnscription
57
ketika wawancara bisa didapatkan. Setelah dilakukan wawancara
terhadap informan yang berhubungan dengan distribusi obat dan BMHP
maka hasil wawacara tersebut akan di transkrip secara manual sehingga
data yang didapat bisa dipindahkan dalam bentuk tulisan.
3. Coding
58
4. Developing a working analytical framework
59
7. Interpreting data
a. Triangulasi Sumber
b. Triangulasi Metode
60
digunakan selain wawancara mendalam, juga dilakukan dengan metode
observasi dan telaah dokumen. Observasi dan telaah dokumen dilakukan
untuk mendukung hasil wawancara yang dibandingkan dengan struktur
organisasi, uraian tugas dan SOP.
61
Tabel 4. 1 Triangulasi Metode
Triangulasi Data
Faktor-Faktor Penelitian Triangulasi Metode Triangulasi Sumber
Wawawcara Telaah Informan Informan
Observasi
Mendalam Dokumen Kunci Pendukung
Sumber Daya Manusia √ √ √ √ √
Prosedur √ √ √ √ √
Sarana dan Prasarana √ √ - √ √
Proses Administrasi √ - - √ √
Proses Penyampaian Berita √ √ √ √ √
Proses Pengeluaran Fisik Barang √ √ √ √ √
Proses Angkutan √ √ - √ √
Proses Pembongkaran dan
√ √ - √ √
Pemuatan
Tersalurkannya obat dan bahan
medis habis pakai ke Instalasi
√ √ - √ √
Rawat Inap dengan efektif dan
efisien.
61
BAB V
HASIL PENELITIAN
62
Tujuan Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan yaitu
memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna sesuai dengan standar
dan profesionalisme untuk meningkatkan derajat kesehatan mayarakat.
Hal ini didukung oleh motto Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan yaitu “Melayani Sepenuh hati”.
Layanan Medis
Instalasi Rawat Inap Instalasi Rawat Jalan
1. NICU 1. Poliklinik Syaraf
2. ICU 2. Poliklinik Penyakit Dalam
3. Rawat Inap Anak 3. Poliklinik Anak
4. Rawat Inap 4. Poliklinik Bedah
Penyakit Dalam 5. Poliklinik Gigi Ortho Denti
5. Rawat Inap Paru 6. Poliklinik Paru
6. Rawat Inap Nifas 7. Poliklinik Kulit dan
7. Rawat Inap Bedah Kelamin
8. Poli Dots
9. Poliklinik Jiwa
10. Dokter Anastesi
11. Poliklinik VCT
12. Poliklinik Bedah Tulang
13. Poliklinik Medical Check
Up (MCU)
14. Poliklinik Rahabilitas
Medik
15. Poliklinik Laboratorium
Layanan Penunjang
Apotik Penunjang
Laboratorium Radio
dan Diagnostik
Klinik Diagnostik
Farmasi Lain
1. Hematologi 1. Apotik 1. Ultra Spirometri
2. Kimia 24 jam Sonogrrafi
Klinik 2. Gudang 2. Konvensional
3. Cairan Radiologi
Tubuh lain
Sumber: Profil Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
63
5.2 Karakteristik Informan
Informan pada penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang yang teridiri: 3
(tiga) orang dari Instalasi Farmasi dan 3 (tiga) orang dari Instalasi Rawat
Inap. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan perizinan dan kesibukan
dari pihak rumah sakit baik dari Instalasi Farmasi maupun Instalasi Rawat
Inap sehingga informan yang terpilih berjumlah 6 (enam) orang yang tetap
dapat mewakili dan memberikan informasi yang tepat dan memadai
peneltian. Informan terbagi menjadi informan kunci, informan utama, dan
informan pendukung. Berikut informan tersebut:
5.3 Distribusi Obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan hasil pengamatan, distribusi obat dan BMHP yang
dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan terbagi menjadi 3 (tiga) komponen penting yang berkaitan dengan
alur distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap, berikut adalah
flowcart distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap:
64
65
Instalasi Rawat Inap Apotik Gudang Farmasi
Distribusi obat dan bahan medis habis
pakai dari gudang farmasi ke apotik
Memberikan form permintaan obat
Cek Kosong/tinggal yang sudah di isi permintaan obat
Stok sedikit sesuai stok yang sudah kosong/tinggal
sedikit
Penyimpana
n
Ada di Tidak ada/
gudang di gudang
dalam luar
Mengambil dan
mempersiapkan Mempersiapkan
obat sesuai form mobil jika
pemintaan permintaan
banyak/motor jika
permintaan sedikit
A
66
A
Selesai
67
Distribusi Obat di Instalasi Rawat Ina
p
Dokter memberikan resep pasien
Petugas Apotik
Tidak Konsultasi
Dokter Jelas resep
Jelas
Cek
Stok
Ada
Perawat Tidak Ada
B
A
68
A B
Menganjurkan
pasien Entry data
untuk membeli
obat
di apotik luar
Menyerahkan obat
Perawat
Mencatat pengeluaran
obat dalam form rekapan
Selesai
69
Instalasi Rawat Inap
Apotik Gudang Farmasi
Cek Stok
Ada persediaan
BMHP
Tidak mengisi from
Kosong/
Tinggal Sedikit
71
Mempersiapkan BMHP dan memisahkan
serta melakukan pengepakan BMHP
berdasarkan permintaan di setiap
ruangan
Selesai
72
Dari 3 (tiga) komponen penting di atas yaitu alur distribusi obat dari
gudang farmasi ke apotik sebelum di distribusikan ke Instalasi Rawat Inap,
kemudian distribusi bahan medis habis pakai dari gudang farmasi ke instalasi rawat
inap dan terakhir yaitu distribusi obat dari apotik ke instalasi rawat inap dengan sistem
distribusi obat ODD (One Day Doses). Dari ketiga alur tersebut terdapat beberapa
proses dalam distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap, proses distribusi ini
didukung oleh input dalam pelaksanaannya. Berikut input, proses, dan output distribusi
obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap.
Input Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Input merupakan masukan dari suatu sistem yang sudah dan sedang berjalan. Masukan
dari sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap terdiri dari sumber daya
manusia, sarana dan prosedur.
a. Instalasi Farmasi
73
Medis Habis Pakai. Keterangan ini didapatkan dari salah satu kepala
bagian penyimpanan dan distribusi, berikut kutipan wawancaranya:
a.Apotik
74
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah pegawai di Apotik
berjumlah 18 (delapan belas) orang yang terdiri dari: 6 (enam) apoteker
dan 12 (dua belas) asisten apoteker, hal ini dikarenakan 2 (dua) apoteker yang tidak
ada di apotik merupakan Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala bagian Pengadaaan,
sehingga di apotik hanya ada 6 (enam) apoteker.
Dalam melaksanakan distribusi obat dan BMHP dari Instalasi Farmasi ke Instalasi
Rawat Inap, petugas di Apotik memiliki peranan dan uraian tugas permasing-masing
petugas salah satunya Kepala Bagian Pelayanan Farmasi Rawat Inap. Berikut kutipan
wawancara dari beberapa informan yang melakukan distribusi:
“mengakomodir kebutuhan obat high alert, emergency yang di stok di atas yang ada,
emang harus itu, coba kalau misalkan kita ga ada obat emergency, pasiennya
kejang-kejang diatas, jadi kami harus cepat penanganannya, habis itu mengentry
resep sama rekap resesp.” (INF2)
Berdasarkan hasil pengamatan, berikut adalah uraian tugas dari Kepala bagian
pelayanan farmasi rawat inap sebagai berikut:
Hal ini didukung oleh telaah dokumen dari uraian tugas Kepala
bagian pelayanan farmasi rawat inap yang sudah ditetapkan sebagai
berikut:
75
2. Revisi entrian resep
3. Pengambilan atau penyiapan resep obat
4. Etiketing resep
5. Peracikan obat
6. Penyerahan obat (pemberian informasi obat kepada pasien)
7. Merekap pengeluaran obat di apotek
8. Penyerahan nomor antrian
9. Stock opname rutin bulan
10. Mencatat dan menghitung fisik pengeluaran obat psikotropik
dan narkotika
“apoteker yang disini, 8, ada D3, walaupun SMF masih banyak, tapi kan
itu yang sudah ada disini, jadi memang kita ada yang peraturan baru,
peraturan baru itu kita harus D3 sekarang. (INF2)
Berikut hasil pengamatan jumlah pendidikan terakhir pegawai di
Apotik Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan:
76
Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala bagian Pengadaan, sedangkan
berdasarkan ppengamatan Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala bagian
Pengadaan tidak menetap di apotik, sehingga jumlah apoteker yang ada di apotik
yaitu 6 (enam) apoteker.
“kalau pelatihan, sebenenarnya kalau untuk apoteker yaa sudah ada beberapa, kita
sudah hadapin, kaya something keselamatan pasien, terkadang dari farmasi itu ada
orangnya, pengendalian kesejahteraan obat, kemudian dari psv, kita pun dari
organisasi IAI ini kita sedang membuat training khusus bagi apoteker-apoteker yang
bekerja dirumah sakit, itu setiap tahun loh, jadi setiap bulan ada, dan dari RSU
tangsel itu kita ada, ada yang kita kirim kesana, termasuk saya sendiri ikut. Tapi
“4 shift ya, karna ada yang middle, karna kita itu juga menyesuaikan
dengan kondisi pasien, dari volume banyak engganya pasien, karna
kita
77
makin banyak, dan SDM kita pas-pasan gitu yaa, mungkin masih
dibilang kurang, nah makanya kita siasati ada yang masuk middle, karna
berkaitan dengan bobot kerja dari waktu, jadi ada 4, kalau pagi dari jam
7 sampai jam 2, jam 2 sampai jam 9, jam 9 sampai 7 lagi, kalau yang
middle itu dari jam 10 sampai jam 5 gitu.” (INF2)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah
sumber daya manusia di Apotik masih dikatakan kurang, dan dari segi
kualitas latar belakang pendidikan pegawai di Apotik masih dikatakatan
kurang terutama Apoteker karena di Apotik lebih banyak pegawai yang
berlatar belakang pendidikan SMF dibandingkan dengan Apt, S1, dan D3
serta sumber daya manusia di apotik belum pernah mengikuti pelatihan
terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai.
b. Gudang Farmasi
“kalau mba ninin, biasanya kalau setiap hari…apa jadwalnya kamis ya,
mengambil permintaan, kan kita punya form permintaan, jadi dari
ruangannya minta dulu jumlahnya, nama barangnya, jenisnya apa yang
di minta untuk kebutuhan seminggu nah baru direkap tuh sama mba
ninin, kan mereka yang minta kan, jadi setiap poli misalnya satu poli,
78
satu poli
79
satu permintaan jadi satu rawat inap misalnya rawat inap lantai empat
ruang bedah itu satu permintaan jadi mereka bertanggung jawab atas
barang mereka sendiri, terus apa nanti mba ninin yang merekap,
misalnya masker untuk kebutuhan satu rumah sakit yaa di akumulasi
berapa banyak diambil nanti dipecah-pecah lagi berdasarkan
permintaannya, yang mecah-mecah biasanya mereka bertiga, mba ninin
yang ngambil yang rekapitulasi terus yang ngambil barangnya.” (INF1)
“Sebagai pengambil amprahan, sama mempersiapkan, kemudian
distribusi, dan yang memberikan form permintaan.” (INF3)
Berdasarkan hasil pengamatan, berikut adalah uraian tugas dari
Kepala bagian Penyimpanan dan Distribusi (Kepala Gudang Farmasi)
sebagai berikut:
Hal ini didukung oleh telaah dokumen dari uraian tugas pegawai
yang sudah ditetapkan sebagai berikut:
80
Kepala bagian penyimpanan dan distribusi memiliki uraian tugas
sebagai berikut:
81
8. Merapikan susunan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai ke masing-masing lemari
Membuat paketan OK
Etiketing barang datang sesuai dengan sumber anggaran (BLUD dan E-Katalog)
Memindahkanbarangkadaluarsaketempatyangtelah disediakan
Menjaga kebersihan gudang
Berdasarkan hasil pengamatan dari uraian tersebut ditemukan perbedaan dari hasil
wawancara, observasi dan telaah dokumen antara lain masih terdapat beberapa
uraian yang tidak dapat diobservasi yaitu uraian tugas dari kepala bagian
penyimpanan dan distribusi serta petugas pelaksana distribusi. Uraian tugas berikut
adalah melakukan stok opname. Stok opname tidak dapat diobservasi karena pada
saat dilakukan wawancara dengan kepala bagian penyimpanan dan distribusi
menjelaskan bahwa stok opname sudah dilakukan di bulan Februari, baru akan
dilakukan stok opname kembali pada bulan Mei, karena stok opname
dilakukan pada setiap 3 (tiga) bulan sekali. Selain itu, dari hasil
pengamatan juga terdapat uraian tugas yang tidak dapat diobservasi yaitu
uraian tugas dari petugas pelaksana distribusi. Uraian tugas yang
dimaksud adalah membuat paketan OK. Karena beradasarkan hasil
wawancara dengan petugas pelaksana distribusi menjelaskan bahwa yang
membuat paketan OK tersebut adalah apoteker atau sudah ada
penanggung jawab tersendiri.
“disini wawan janjang akbar lulusan SMA, mba ninin SMF tapi lagi
sambil kuliah lagi si sekarang, terus kalau saya baru lulus kemarin S1.”
82
Berikut hasil pengamatan jumlah pendidikan terakhir pegawai di
Apotik Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan:
Dari table diatas, jumlah pegawai yang lulusan SMA lebih banyak dengan
jumlah 3 (tiga) orang dibandingkan dengan jumlah pegawai lulusan S1
dan SMF yang hanya berjumlah 1 (satu) orang.
“tidak pernah kita mah, kita udah pinter sendiri. karena dari awal masuk
sini bener-bener meraba ngerjain ajah vir nih, buku penerimaan gini,
kita berkreasi sendiri dari berkreasi sendiri sampai dapat form bakunya
dari tim audit baru kita ikutin, ini yang putih-putih nih, ini baku dari
mereka, yang biru-biru ini kita masukin sendiri karna kebutuhan kita,
karna sumber anggarannya ada ekatalog kan, terus dari penyedianya,
nomor batch untuk retur kan, retur barang kalau ada yang expirer, jadi
kita berkarya sendiri.” (INF1)
“Belum pernah sama sekali dari pertama kali masuk belum ada.” (INF3)
Petugas gudang tidak menggunakan jadwal shift, melainkan hanya
terdapat jadwal hari kerja, karena jadwal petugas gudang mengikuti jadwal
jam kerja di Manajemen Rumah Sakit itu sendiri yaitu masuk setiap hari
83
Senin sampai dengan Hari Jum’at. Hari Senin sampai hari Kamis dari jam
07.30 – 16.00 WIB, sedangkan hari Jum’at dari jam 07.30 – 16.30 WIB.
84
Tabel 5. 9 Jumlah Perawat di Instalasi Rawat Inap
RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
No. Jabatan Jumlah
1. Rawat Inap
20
Penyakit Dalam
2. Rawat Inap Nifas 15
3. NICU 16
Total 51
Sumber: Hasil Wawancara
Perawat di Instalasi Rawat Inap sudah pernah mengikuti pelatihan,
namun pelatihan yang pernah diikuti bukan merupakan pelatihan
mengenai distribusi obat dan bahan medis habis pakai melainkan pelatihan
tentang pelatihan lain diluar distribusi seperti pelatihan BBLR yang sudah
pernah diikuti oleh perawat di ruang NICU sehingga perawat di instalasi
rawat inap belum pernah mengikuti pelatihan terkait distribusi obat dan
bahan medis habis pakai.
“pelatihan distribusi belum pernah, tapi ada pelatihan NICU nya yang
khusus untuk 3 bulan, ada pelatihan BBLR, ada pelatihan kayak
intervensi kaya PICC.” (IRI03)
Perawat diruangan rawat inap memiliki jadwal shift yang terbagi
menjadi 3 (tiga) shift yaitu:
85
B. Sarana dan Prasarana
a. Apotik
Hasil
No Sarana dan Prasarana Ya Tidak Ket
1 Ruang penerimaan resep
a. 1 set meja dan kursi √
b. 1 set komputer √
2 Ruang pelayanan resep dan peracikan √
3 Ruang penyerahan obat √
4 Ruang konseling √
5 Ruang penyimpanan sediaan farmasi, √
alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai
6 Ruang distribusi/pelayanan
a. Ada ruang khusus/terpisah dari
ruang penerimaan barang dan √
penyimpanan barang
b. Dilengkapi kereta dorong trolley √
6 Ruang arsip √
86
menuliskan resep secara komputerisasi, melainkan 1 set komputer
yang sudah terhubung oleh sistem informasi rumah sakit yang hanya
untuk mengentry data resep, menentukan harga dan melihat stok persediaan di
apotik. Jadi dapat dikatakan, semua resep yang masuk di apotik masih manual dari
tulisan tangan dokter. Selain itu, belum adanya ruangan khusus/terpisah dari ruang
penerimaan barang dan penyimpanan barang.
b. Gudang Farmasi
Sarana dan prasarana distribusi juga merupakan salah satu input yang mendukung
kelancaran kegiatan distribusi obat dan bahan medis habis pakai di instalasi rawat
inap. Sarana distribusi obat dan bahan medis habis pakai yang disediakan oleh
manajemen RSU Kota Tangerang Selatan berdasarkan observasi terdiri dari satu
ruangan gudang yang berukuran 3,49 x 2,47 m2 dengan kelengkapan sebagai berikut.
87
Selain itu, sarana distribusi obat dan bahan medis habis pakai
juga terdapat prasarana distribusi obat dan bahan medis habis pakai
yang disediakan oleh RSU Kota Tangerang Selatan untuk
menunjang kegiatan distribusi obat dan bahan medis habis pakai.
88
belum ada ruang untuk pembuatan gudang baru dan besar yang satu
halaman dengan rumah sakit itu sendiri. Hal ini menyebabkan
petugas
seringkali bermundar mandir dari gudang antar gudang yang memakan banyak
tenaga dan waktu. Sebagaimana penyetaan informan sebagai berikut:
“iya hambatan kita itu saja paling, gudang masih pisah dan jauh dari rumah sakit,
jadi capek juga kalau harus bolak balik dari gudang ke gudang yang ada diluar.”
Sarana dan prasarana yang tersedia di gudang farmasi masih sangat minim dan
membuat petugas mengalami beberapa masalah dalam melakukan distribusi obat
dan bahan medis habis pakai seperti kurangnya kendaraan bermotor untuk barang
yang bersifat cito dan terpisahnya gudang farmasi.
Berdasarkan hasil observasi, sarana dan prasarana yang tersedia di Instalasi Rawat
Inap terkait distribusi obat dan bahan medis
“iya. kecuali yang ruangan operasi dia ada trolley khusus. Kalau
yang dibuat di ruangan rawat inap itukan harusnya ada tapi karna
terbatas ya otomatis pake kursi roda.”(IRI02)
89
“sudah si, tapi sebenernya kalau sistemnya udah bagus, kita tidak
usah minta juga sudah tau kebutuhan berapa, bmhpnya berapa,
karna system disini kan SIR nya belum berjalan, jadi masih
manual.”
(IRI01)
Sarana dan prasarana yang tersedia di instalasi rawat inap masih sangat minim dan
membuat petugas mengalami beberapa masalah dalam melakukan distribusi obat
dan bahan medis habis pakai seperti belum tersedianya trolley khusus untuk ruang
rawat inap, dan belum adanya sistem komputerisasi dalam permintaan barang
sehingga masih melakukan permintaan barang secara manual atau tulisan tangan.
C. Prosedur
“pedoman ya, paling SOP sebagai acuan kita, semua yang kita kerjain
disini, termasuk yang dirawat inap, lengkap.” (INF2)
“kita ada SOP. SOP itu ada juga karena ikutin dari kegiatan kita sehari-
hari saja.” (INF1)
“iya kalau tidak salah SOP namanya, tapi saya tidak tahu SOPnya
seperti apa, soalnya saya tidak pernah lihat SOP itu terus dikasih tau
juga ga kayanya.” (INF3)
a. Apotik
90
Berdasarkan hasil telaah dokumen, di Apotik terdapat 1 (satu)
standard operasional prosedur (SOP) yang berkaitan dengan distribusi
obat
dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap yaitu Standar Operasional
Prosedur tentang pelayanan pasien di rawat inap. Berikut adalah isi dari dokumen
tersebut:
91
Melakukan penerimaan dan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
resep
b. Gudang Farmasi
92
1. Petugas gudang melakukan cek fisik BMHP yang ada di
ruangan di unit pelayanan.
Kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk mengisi dan menandatangani from
pemintaan barang.
Petugas gudang mengambil from permintaan BMHP di seluruh ruangan unit
pelayanan.
Petugas gudang menyiapkan BMHP sesuai from permintaan BMHP dan stok yang
tersedia.
Penanggung jawab gudang membuat surat bukti barang keluar (SBBK) sesuai dengan
BMHP yang dikeluarkan.
Melakukan pengecekan jumlah BMHP dengan SBBK bersama dengan petugas gudang
dan unit pelayanan yang meminta.
BMHP diterima dan SBBK ditandatangani oleh kepala ruangan atau petugas yang
mewakili.
SBBK ditandatangani penyimpan barang dan pejabat yang berwewenang.
SBBK diarsipkan oleh penanggungjawab gudang.
93
4. Membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) sesuai dengan
obat dan BMHP yang dikeluarkan
Melakukan pengecekan jenis, jumlah obat dan BMHP dengan SBBK bersama dengan
petugas farmasi dari depo farmasi yang meminta
SBBK ditandatangani oleh petugas gudang, petugas depo farmasi dan kepala instalasi
farmasi.
dalam distribusi bahan medis habis pakai ke ruangan sudah sama dengan
standard operasional prosedur (SOP). Namun sebagian kecil masih
terdapat alur kerja petugas yang tidak sama dengan SOP. Alur kerja yang
tidak sama dengan yang dilakukan oleh pegawai pada saat distribusi
adalah petugas memberikan form permintaan barang terlebih dahulu ke
ruangan, kemudian
94
petugas gudang tidak melakukan cek fisik BMHP terlebih dahulu yang
masih tersedia di ruangan di unit pelayanan, serta BMHP yang sudah
Menyiapkan obat dan BMHP sesuai form permintaan obat dan BMHP.
Menuliskan jumlah obat atau BMHP yang diambil pada kartu stok gudang
Membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) sesuai dengan obat dan
BMHP yang dikeluarkan
95
sosialisasi terkait standar operasional prosedur (SOP) tersebut serta masih
terdapat alur kerja petugas yang masih belum sama dengan yang sudah
ditetapkan pada standar operasional prosedur (SOP).
Proses Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Proses merupakan tahapan dari suatu sistem yang sudah dan sedang berjalan. Tahapan
dari sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap terdiri dari proses
administrasi, proses penyampaian berita, proses pengeluaran fisik barang, proses
angkutan, serta proses pembongkaran dan pemuatan barang.
Proses Adminstrasi
“Setiap pencatatan barang yang kita ambil, kita catat di kartu stok,
pertama permintaan form dari ruangan kita sesuai dengan barang yang
kita punya, misalnya masker, kita selalu punya, kan memang ada
beberapa barang yang memang tidak selalu ada seperti writing paper
kemarin yang OK minta terus kita tidak ada, jadi tidak kita kasih, terus
misalnya ada, kita ambil barangnya, dicatat dikartu stok kan pengeluaran
barang, terus nanti di entry di surat bukti barang keluar (SBBK) baru
nanti dimasukin ke laporan pengeluaran barang, gitu. Jadi kita tau stok
akhir barang sesuai tidak dengan kartu stoknya.” (INF1)
“di setiap ada resep masuk, nanti kita lakukan proses administrasi buat
pemasukan data resep ke sistem informasi rumah sakit, terus nanti dibikin
laporan perbulan sama semesterannya.” (INF2)
“Kalau SBBK itu di setiap mengeluarkan barang, jadi setelah barang
diambil, terus sudah selesai, kita bikin SBBK, baru SBBK selesai baru di
entry ke laporan pengeluaran barangnya.” (INF3)
96
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
administrasi dalam distribusi obat dan bahan medis habis pakai dilakukan
setiap periode harian, bulanan dan semesteran.
“Karunya (kepala ruangan), kalau BMHP karunya yang bikin permintaan kalau engga
karu, dia biasanya satu ruangan sudah menunjuk siapa yang penanggung jawab
BMHP itu, jadi nanti dia yang bikin permintaan, kemudian sudah dikasih ke petugas
kita yang keliling, biasanya kalau engga akbar, wawan, wawan yang lebih sering.
terus kalau obat, petugas
apotiknya.” (INF1)
“yang terlibat itu farmasis, perawat, dokter, sama tenaga medis.”
(INF2) “biasanya saya, dan orang apotik sama perawat juga.” (INF3)
Berdasarkan hasil wawancara, proses penympaian berita distribusi
obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap menggunakan
metode penyampaian berita secara komunikasi langsung dan tertulis
(manual). Seluruh informan menjelaskan bahwa metode penyampaian
berita yang dilakukan yaitu metode langsung dan tertulis.
97
hasil wawancara dengan beberapa informan tentang metode yang
digunakan dalam distribusi obat dan barang medis habis pakai:
“kalau dari kita hanya form saja, seperti form itu tuh (sambil nunjuk
bentuk form pemintaan) jadi nanti ada form surat bukti barang keluar jadi
buat kita satu dan buat di rawat inapnya satu, begitupun diapotik.”(INF1)
“untuk permintaan obat kita by resep, atau ada lembar obat pasien, jadi
formnya tersendiri gitu.” (INF2)
“format, formatnya orang gudang biasanya keliling, setiap kamis dia
keliling memberikan format yang kita minta, nanti besoknya atau hari
jum’atnya dikasih barangnya.” (IRI01)
“kalau obat pakai resep yang dikasih sama dokter saja.” (IRI03)
Berikut adalah cara pengisian form permohonan permintaan obat
dan barang medis habis pakai dari gudang farmasi ke ruangan maupun dari
gudang farmasi ke apotik berdasarkan telaah dokumen:
4. Jumlah (angka)
5. Satuan
6. Tanggal pemberian form
7. Tanda tangan, Nama, NIP, Pangkat/Gol yang meminta
8. Tanda tangan, Nama, NIP, Pangkat/Gol yang menyerahkan
petugas farmasi.
98
3 Nama dan Kode Barang √
4 Jumlah (angka) √
5 Satuan √
6 Tanggal pemberian form √
7 Tanda tangan, Nama, √
NIP, Pangkat/Gol yang
meminta
8 Tanda tangan, Nama, √
NIP, Pangkat/Gol yang
menyerahkan petugas
farmasi.
Sumber: observasi
Berdasarkan table diatas, dari hasil pengamatan dapat dikatakan
bahwa petugas sudah mengisi from permintaan barang secara tepat dan
sesuai dengan yang sudah ditetapkan.
“kita menginginkan yang lebih enak dan lebih canggihlah, lebih modern
gitu kan, yang tinggal di klik-klik saja sudah langsung sampai, dan
mereka juga tidak terlalu pusing, kalau misalkan, dilihat gitu kan barang
ini ada tidak, disetiap mau amprahan atau barang-barang yang bisa
dimprah apa saja, jadi lebih enak, kalau sekarang kan masih bentuk lisan
dan tertulis aja.” (INF3)
”iya langsung saja, karna belum ada komputerisasi. seharusnya ada biar
lebih mudah juga kan” (IRI02))
“harusnya kompterisasi, jadi tidak perlu kesini lagi.” (IRI01)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
penyampain berita menggunakan metode langsung dan tertulis yaitu form
permintaan barang atau surat bukti barang keluar (SBBK) untuk distribusi
99
barang dari gudang farmasi keruangan maupun ke apotik dan pemberian
resep secara manual untuk distribusi kerungan rawat inap. Kendala yang
terjadi pada proses penyampaian berita adalah belum tersedianya
komputerisasi.
“semua petugas gudang bisa, cuma yang paling sering mba ninin.” (INF1)
“petugas apotik yang nerima resep saat itu. jadi yang ada di apotik siapa
saja bisa.” (INF2)
Berdasarkan hasil wawancara, seluruh informan menjelaskan
bahwa metode yang digunakan dalam proses pengeluaran fisik barang
adalah FEFO (First Expired First Out). FEFO merupakan barang yang
lebih awal kadaluarsa harus dikeluarkan terlebih dahulu dan
didistribusikan. Setelah dikeluarkan barangnya petugas perlu mengisi atau
menulis di kartu stok barang tersebut untuk mencatat tanggal pengeluaran
barang, jumlah, dan sisa barang yang keluar atau yang masuk, dan tulis
tanggal kadaluarsa serta tanda tangan.
“FEFO, jadi yang expired duluan kita keluarin yang datang duluan dan
expired duluan kita keluarin walaupun dia datangnya duluan tapi
dia expirednya duluan, tetap kita keluarin.” (INF1)
“keluar fisik barang pakai FEFO, jadi dilihat mana barang yang ED nya
sudah mulai dekat, maka itu yang diambil.” (INF2)
100
Berikut adalah cara pengisian kartu stock barang di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan berdasarkan telaah
dokumen
yaitu:
Nama Barang
Satuan
Tanggal Masuk atau Keluar Barang
Jumlah Barang Masuk
Jumlah Barang Keluar
Jumlah Barang Sisa
Keterangan (Tanggal Expire Date dan Paraf petugas yang mengambil barang)
Tabel 5. 13 Pengisian Format Kartu Stok Barang di RSU Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017
Hasil
No Format Ya Tidak Ket
1 Nama barang √
2 Satuan √
3 Tanggal masuk atau √
keluar barang
4 Jumlah barang masuk √
5 Jumlah barang keluar √
6 Jumlah barang sisa √
7 Keterangan (Tanggal √
Expire Date dan Paraf
petugas yang mengambil)
Sumber: observasi
Berdasarkan table diatas, dari hasil pengamatan dapat dikatakan
bahwa petugas sudah mengisi kartu stok barang secara tepat dan sesuai
dengan yang sudah ditetapkan.
hal ini terjadi karena metode yang digunakan dalam penulisan di kartu stok masih
manual dan barang yang dihitung juga masih dihitung secara manual. Selain itu,
kendala lainnya yaitu terdapat beberapa barang dengan merek yang sama tapi
dengan dua anggaran yang berbeda, jadi jika dilakukan proses pengeluaran fisik
barang masih terdapat kesalahan dalam pengeluaran fisik barang tersebut, misalkan
jika yang dikeluarkan harus dari dana yang BLUD tapi yang dikeluarkan dana yang
dari Ekatalog, maka akan ada perbedaan jumlah antara kartu stok dengan stok
jumlah ditempat penyimpanan.
“kendalanya sering lupa atau suka ada yang keselisih, karna kan kita masih manual,
terkadang kita juga masih banyak yang lain gitu, terus ribet sama yang lain juga jadi
lupa, jadi suka ada perbedaan antara kartu stok dengan jumlah barang pada saat
pengeluaran fisik barang.” (INF2)
“kadang kita kan punya barang misalnya barang BLUD sama ekatalog yang sering
banyak kembar, misalnya barang amoxcicilin BLUD beli, ekatalog beli, ekatalog
belum keluar, BLUD belum habis, takut nanti ada
kesalahan ambil, yang diambil nanti barang yang baru datang.” (INF1)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
pengeluaran fisik barang menggunakan metode FEFO (First Expired First
Out) barang yang tanggal kadaluarsanya duluan maka barang tersebut
yang diambil dan didistribusikan terlebih dahulu. Setelah barang
dikeluarkan petugas melakukan pengisian kartu stok barang. Dalam proses
pengeluaran fisik barang hanya petugas apotik dan petugas gudang saja
yang terlibat dalam proses tersebut, karena obat dan bahan medis habis
pakai hanya tersimpan di apotik dan di gudang saja. Selain itu, masih
terdapat kendala dalam proses pengeluaran fisik barang salah satunya
adalah masih terdapat berbedaan jumlah barang yang keluar, berbedaan
jumlah di kartu stok dengan jumlah stok di tempat penyimpanan.
8. Proses Angkutan
“biasanya mah kita bawa saja, mereka sudah di pak dalam kardus itu
yang sudah di cover per pasien pakai plastic itu kan yang masing-masing,
awalnya dikardus, paling kita kalau pagi, ada obat nicu ga gitu, ada,
yaudah kita angkat, sekalian kita naik ke atas. karena setau saya trolley
ada di kamar operasi cuma ada satu trolley untuk distribusi, itu kita ambil
dari OK pinjem. Kalau enteng, baru angkat sendiri.” (IRI03)
“Kalau dari apotik dia pakai di dus, perawat kita yang ngambil. Kalau
malam juga perawat yang mengambil tapi pakai kursi roda.” (IRI01)
“biasanya kalau distribusi bawa kursi roda gitu, kecuali yang ruangan
operasi dia ada trolley khusus. kalau yang dibuat di ruangan rawat inap
itukan harusnya ada tapi karna terbatas ya otomatis pake kursi roda.”
(IRI02).
Sedangkan alat angkut bahan medis habis pakai dari gudang
farmasi ke ruangan rawat inap ataupun apotik menggunakan 1 buah trolley
dan karton atau kardus.
“jadi semuatnya pakai trolley, jadi nanti dia bolak balik vir, misalnya ke
lantai satu dulu baru nanti ambil lagi ke bawah buat kelantai
selanjutnya.” (INF1)
“menggunakan trolley, Kalau susunan di trolley, kita susun yang rata
dulu yang rapih dulu, kita taruh dulu, misalkan yang satuan gitu baru di
taruh di atasanya bisa pakai karton, kartonnya kan sudah berkardus
103
kan pas
104
disana juga sudah kita distribusiin nama ini nama ruangan ini, kan dia
langsung dipak, langsung rapih gitu.” (INF2)
“pakai trolley yang tadi.” (IRI01)
Berdasarkan hasil wawancara, seluruh infroman menjelaskan
bahwa tahapan dalam penyusunan barang di alat angkut adalah
mempersiapkan barang yang akan di distribusikan terlebih dahulu,
kemudian dimasukan ke dalam kardus untuk penyimpanan sementara yang
sudah dimasukan sesuai ruangan, lalu diletakan serta disusun secara rapih
di trolley dan terakhir di distribusikan ke setiap ruangan, begitu juga
dengan tahapan penyusunan dari apotik ke ruang rawat inap, namun ada
perbedaan kalau dari apotik ke ruang rawat inap, jika barang yang diminta
banyak, maka akan menggunakan kursi roda, sedangkan jika sedikit, maka
menggunakan angkut sendiri oleh perawat.
“biasanya resep turun sekali per rawat inap, jadi resep sekali turun
banyak, dikasih dari perawatnya nanti disiapin, kita nyiapin per pasien
baru nanti diangkut ke atas pakai kursi roda gitu.” (IRI02)
“seharusnya pakai trolley, trolley kita kan tidak ada kalau diruang rawat
inap.” (IRI03)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
angkutan distribusi melibatkan perawat untuk obat dan petugas gudang
untuk bahan medis habis pakai. Alat angkut yang digunakan pada perawat
105
untuk distribusi obat ke apotik menggunakan kursi roda dan diangkut
sendiri dengan tangan. Sedangkan alat angkut yang digunakan petugas
gudang ke ruangan adalah trolley dan kardus atau karton. Proses alat angkut masih
ditemukan kekurangan atau kendala yaitu belum ada trolley khusus untuk ruangan
sehingga menggunkan kursi roda.
Proses selanjutnya yaitu proses terakhir yang dilakukan dalam distribusi obat dan
bahan medis habis pakai yaitu proses pembongkaran dan pemuatan di Instalasi
Rawat Inap. Proses pembongkaran merupakan proses setelah barang sampai diruang
rawat inap dan diturunkan kemudian serah terima di instalasi rawat inap, begitu juga
dengan dari gudang farmasi ke apotik. Sedangkan proses pemuatan merupakan
proses penempatan barang di tempat penyimpanan yang ada diruang rawat inap dari
gudang farmasi, serta pemuatan di apotik dari gudang farmasi. Berdasarkan hasil
wawancara, Seluruh informan menjelaskan bahwa tenaga yang terlibat
dalam proses pembongkaran dan pemuatan adalah petugas gudang dan
perawat diruangan.
“kalau itu sudah penanggung jawab perawatnya, bukan kita. Iya kita
serah terima, setelah itu tanggung jawab ruangannya.” (INF1)
“Itu sudah tanggung jawab mereka, karna kan kita cuma nganter
sama ngamprah.” (INF3)
“Biasanya kita bareng-bareng, karena kita tidak terlalu banyak meresepin
juga, kan disini pasien bayi dosisnya kecil-kecil, paling kita lihat stoknya
di hari itu, sudah cukup apa engga gitu.” (IRI03)
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar informan
menjelaskan bahwa proses pembongkaran dilakukan pengecekan terlebih
dahulu dan proses pemuatan sudah tanggung jawab perawat diruangan.
106
Sebagian kecil
107
menjelaskan bahwa proses pembongkaran dan pemuatan barang adalah
serah terima dan kemudian di simpan ditempat penyimpanan.
5.6 Output Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Output dari distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap dilihat dari ketersediaan obat dan bahan medis habis pakai yang
efektif dan efisien di instalasi rawat inap.
108
Tersalurkannya obat dan bahan medis habis pakai yang efisien
dapat dilihat dari ketersediaan dan keamanan, ketepatan jenis, ketepatan
jumlah dan kepatan waktu. Dalam hal ini peneliti akan melihat obat dan barang
medis habis pakai yang didistribusikan ke instalasi rawat inap melalui wawancara
mendalam dengan kepala ruangan atau perawat diruangan yang merupakan
informan kunci dari penelitian ini.
1. Ketersediaan
Berdasarkan laporan buku kosong di gudang farmasi RSU Kota Tangsel diketahui
bahwa ketersediaan obat di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan pada tahun
2016 sering ditemukan obat yang stoknya kosong digudang, stok kosong yang pernah
terjadi pada tahun 2016 adalah sebanyak 30 macam obat dan 35 macam obat yang
mempunyai stok yang hampir habis. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara
mendalam yang dilakukan bersama informan, informan menyebutkan bahwa
keadaan jumlah obat pada tahun ini
tidak cukup bagus:
2. Keamanan
“kualitas obat dan bmhp, biasanya kalau kualitas obatnya yaa sesuai
dengan yang kita minta aja. bmhp juga begitu. tapi masih suka
ditemukan kerusakan kaya obat yang apa yaa, dia udah warnanya udah
kuning, seharusnya kan masih putih tapi dia udah kuning, tapi kita ga
akan kita kasih, nanti kita lapor ke apotik, atau ada obat yang dia
pecah, kita ga
110
kasih, atau ada yang satu bulan mau expire itu pernah diresepin, tapi itu
langsung kita ke pasiennya, karna selama ini kadang-kadang dari
control kita juga, karna obat numpuk, harusnya kan retur, tapi karna
sdm tadi kurang, jadinya gitu. Kalau yang dari gudang si jarang yang
bermasalah yaa, kalau yang bmhp yaa, kalau yang kaya handscoon steril
itu kan masuknya lewat apotik ga lewat gudang, kalau gudang itu yang
handscoon non steril lewat gudang, tapi kalau yang steril lewat apotik,
gitu. Apa ini penyimpanannya kurang bagus sampai bisa berjamurnya
gitu kan, soalnya pernah dipaksa dipakai, itu yang bedaknya mungkin
yang udah byuurrr, terus baunya duuhh kok bau gitu kan, yahh yaudah
deh, udah ga bagus nih, terus yaudah kita pulangin, retur disebutnya,
buat minta yang baru. Nah pernah kejadian besoknya, dikirim lagi, kok
ini dikirim lagi, bukannya dibuang, ini gimana si, jadi yaudahlah buang
aja, maksudnya kan udah ga layak kan gitu kan, apa lagi untuk bayi.”
(IRI01)
“sejauh ini masih dibilang baik-baik aja.walaupun suka ada yang rusak
juga, kaya waktu itu pernah tuh umi nemuin obat cair atau injeksi gitu
tapi warnanya udah keruh atau berubah gitu warnanya, emang
petugasnya yang engga tau atau gimana, tapikan jadinya apa yaa, jadi
ga bisa dipakai kan, kalau bhmp mah palingan pernah kemasannya ada
yang rusak, tapi kalau dalamnya masih bisa dipakai yaa kita pakai,
kalau engga yang kita bilang.” (IRI02)
“suka tidak menentu si,kadang nanti bagus kadang engga. Misalnya
kalau obat paling yang dekat-dekat expire yaa, tapi udah diingetin si,
misalkan kalau pun ga expire, tapi warna obatnya berubah kaya yang
injeksi, yang ampul-ampul gitu, paling udah langsung kita singkirin,
kaya handscoon misalnya handscoon pernah kita nerima kaya berjamur
didalamnya gitu, kok kayak gitu, gitu kan, yaudah bu iis deh tuh yang
koordinasi ke gudangnya.” (IRI03)
Berdasarkan hasil observasi di gudang farmasi terhadap obat dan
bahan medis habis pakai yang tersedia di gudang penyimpanan sebelum
didistribusikan, diketahui bahwa secara garis besar ketersediaan obat di
gudang farmasi sudah sesuai dengan kebutuhan, akan tetapi memang ada
beberapa obat dan barang medis habis pakai yang terkadang tidak
melihat keamanan dari obat dan bahan medis habis pakai di gudang
farmasi. Hal ini dikarenakan terpisahnya jarak antara gudang farmasi
dengan gudang penyimpanan.
obat, sedangkan bahan medis habis pakai berjumlah 567 jenis. Namun, berdasarkan
hasil wawancara seluruh infroman menjelaskan bahwa ketersedian obat dan BMHP
masih dapat dikatakan tidak menentu, karena masih ditemukan beberapa kesalahan
pada jenis misalnya jenis obat yang diminta dengan yang didistribusikan masih
terdapat ketidaksamaan. Sedangkan BMHP belum pernah ditemukan kesalahan jenis.
“iyaa kadang-kadang ada, kadang-kadang engga, suka ga nentu gitu si. karna kan
kesalahan sama jenis obat mah ada aja ya, namanya juga masih manual gitu kan,
jadi kalau jenisnya kadang ada obat yang ga sama, diganti sama yang hampir
mereknya sama ini, tapi masih harus diawasi juga, kalau bmhp sejauh ini aman-
aman aja si.”(IRI02)
“gimana yaaa, habis kaya engga nentu juga. ohh pernah beberapa kali suka engga
sesuai jenis obat yang kita minta sama yang dikasih sama orang bawah.
kesalahannya kaya misalnya minta obat panas mereknya yang ini, tapi pas dikasih
malah dengan merek yang berbeda. kan jadi salah walaupun fungsinya sama, tapi
tetap aja salah kan ya, terus kalau bmhp jarang ditemuin si.” (IRI03)
“suka sesuai sama engganya si kalau dari gudang mah yang untuk
permintaan bmhp ya, cuma nanti kalau sifanya cito, palingan kita
disuruh pinjem dulu sama ruangan lain, nanti baru kita ganti kalau
barangnya udah dikirim lagi sama gudang. kalau obat engga si.”
(IRI01)
“yaa gimana yaa, gitu si palingan kadang sesuai kadang engga, kalau
bmhp kurang, yaa kita disuruh pinjem sama ruangan sebelah terus ntar
diganti, kalau obat si jarang soalnya kan ga mungkin kalau obat
112
minjem
113
sama ruang sebelah juga, kan resep pasien beda-beda juga jadi gitu
aja si palingan.” (IRI02)
“kalau dari apotik, nah itu dia, ga tau ya kendalanya apa gitu, soalnya
kan jumlahnya atau barang yang diminta suka beda gitu, mungkin ga
ada, tapi maksa gitu kan, yaa paling kita konfirmasi lagi gitu, kok segini,
kok cuma segini, sedangkan kita kan bikin cairan TTN ajah pakai dispo
yang 50cc itu, satu pasien itu bisa make tuh yang maksimal tuh 15 buah,
satu hari tuh, 24 jam, kadang dikasihnya cuma 5, entah itu mereka ga
percaya, atau dikiranya kita yang mau pakai atau apa gitu, kok
jumlahnya cuma segini gitu kan, kita mau buat seluruh bayi yaa
kuranglah, kalau satu bayi dikasih cuma 5, bayi itu kalau misalkan
terpasang PICC lewat kateter itu kan, itu kan dapat cairan itu dia
biasanya 3 atau 4 jenis cairan, high arin, sama lipid. Makanya
diresepinnya banyak gitu, disspo, terus kok dikasihnya cuma 5, ada apa
gitu kan, apa ga percaya, ga mungkinlah kita dirumah mau praktek
pakai dispo 50cc, buat apa. Jadi pernah si ada kejadian seperti itu.
Jumlahnya suka ga sesuai, tapi kalau dari gudang, dia konfirmasi kalau
memang barang ga ada, kok ga ada gitu, memang lagi kosong gitu,
engga ngurangin jumlah, palingan kita suruh pinjem dulu sama ruangan
lain kalau cito.” (IRI03)
Berdasarkan hasil observasi di gudang farmasi terhadap obat dan
bahan medis habis pakai yang tersedia di gudang penyimpanan sebelum
didistribusikan, diketahui bahwa secara garis besar terkadang tidak
tersedia jenis atau jumlah obat dan barang medis habis pakai di gudang
karena disebabkan permintaan yang terlalu tinggi.
4. Ketepatan waktu
114
“kan buat pasien-pasien baru, yang datangnya baru malam, ga mungkin
buru-buru ke apotik untuk minta obat kan, karna kan karna terbatasanya
dari farmasi itu, makanya resep-resep obat itu dituruninnya malam, jadi
pagi mereka focus kepasien-pasien rawat jalan. jadi kita ngambilnya
pagi, sebelum pas saya datang kalau dinas jam 7 itu kita langsung
mampir ke apotik biasanya. Kalau bhmp setiap kamis ngasih formnya
terus besok baru dikasih barangnya dan terus kalau obat kita rutin,
karna kan buat pasien yaa. tapi kalau bmhp kadang rutin, tapi kadang
lebih cepat malah, rajin banget kalau gudang, pernah lebih cepat, terus
mereka ga tau yaa apa kerajinan atau apa gitu yaa, padahal baru hari
selasa atau rabu, kok udah datang, iyaa ini soalnya kalau apa namanya
biar kita ga buru-buru gitu, yaudah bagus si. gitu.” (IRI03)
“kalau bmhp seminggu sekali setiap kamis sama jum’at kalau ga salah,
terus kalau obat palingan malam kalau resepnya lagi banyak, terus
besok pagi baru kita ambil gitu. Terus rutin ko kalau buat pasien mah,
terus bmhp juga rutin si.” (IRI01)
Berdasarkan hasil observasi, distribusi obat dan bahan medis
habis pakai dilakukan setiap hari untuk kebutuhan apotik dan ruang rawat
inap serta seminggu sekali untuk kebutuhan barang medis habis pakai di
ruang rawat inap.
115
116
BAB VI
PEMBAHASAN
6.2 Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap
Distribusi merupakan proses penyerahan obat-obatan mulai dari
sediaan disiapkan oleh instalasi farmasi rumah sakit sampai obat diserahkan
kepada pelayanan kesehatan untuk diberikan kepada pasien. Adapun bahan
medis habis pakai yaitu sebagai indikator penunjang dalam penggunaan obat
oleh pasien (Rusdiana, 2014). Kegiatan distribusi obat dan bahan medis habis
pakai merupakan salah satu cara dalam proses menyalurkan atau
menyerahkan barang yang sudah ditetapkan pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan fasilitas kesehatan dengan tetap menjamin mutu, jenis, jumlah dan
ketepatan waktu. Di rumah sakit, kegiatan distribusi merupakan salah satu
bagian siklus manajemen farmasi. Distribusi obat dan bahan medis habis
pakai menjadi tanggung jawab instalasi farmasi. Rumah sakit harus
menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya
pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai di unit pelayanan seperti instalasi rawat inap. (Permenkes,
2016)
Distribusi obat dan bahan medis habis pakai telah dijalankan pihak
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan metode
sentralisasi. Untuk melihat bagaimana implementasinya di rumah sakit, maka
dalam penelitian ini menggunakan teori pendekatan sistem dengan melihat
input, proses sampai dengan ouput dari sistem atau metode yang sedang
berjalan.
117
Input dari distribusi obat dan bahan medis habis pakai adalah sumber
daya manusia, sarana, dan prosedur. Proses dari distribusi obat dan bahan
medis habis pakai adalah bermula dari proses administrasi, proses penyampaian berita,
proses pengeluaran fisik barang, proses angkutan dan proses pembongkaran serta
pemuatan barang. Untuk output dari distribusi obat dan bahan medis habis pakai itu
sendiri adalah tersedianya obat dan bahan medis habis pakai dengan melihat dari
kualitas barang, ketepatan jenis, ketepatan jumlah dan ketepatan waktu dari obat dan
bahan medis habis pakai yang didistribusikan.
6.3 Input Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Pada umumnya untuk meningkatkan suatu pelayanan ada dua cara yaitu dengan
meningkatkan mutu dan kuantitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan,
perlengkapan, dan material yang diperlukan dengan menggunakan teknologi atau
dengan kata lain meningkatkan input atau struktur serta memperbaiki metode atau
penerapan yang dipergunakan dalam kegiatan
pelayanan, hal ini memperbaiki proses pelayanan organisasi kesehatan
(Wijono dan Wijaya, 2012).
Dalam penelitian ini kegiatan distribusi obat dan bahan medis habis
pakai di instalasi rawat inap harus dapat menyediakan input yang menunjang
proses dari kegiatan tersebut. Input dari distribusi obat dan bahan medis habis
pakai di instalasi rawat inap adalah sumber daya manusia, sarana dan
prosedur.
118
Input sumber daya manusia terkait distribusi obat dan bahan
medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap terdiri dari pegawai di apotik,
pegawai
di gudang farmasi dan perawat di ruang rawat inap. Semua sumber daya manusia ini
merupakan salah satu faktor input yang berhubungan langsung dengan distribusi
obat dan bahan medis habis pakai di instalasi rawat inap. Sumber daya manusia ini
bisa dilihat dari segi kuantitas dan kualitas.
SDM di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan jika dilihat dari segi kualitas bisa
disebut masih kurang atau belum memadai, hal ini disebabkan karena masih ada
beberapa aspek kualitas SDM yang belum memadai, hal ini disebabkan karena masih
ada beberapa aspek kualitas SDM yang belum terpenuhi. Salah satu aspek kualitas ini
adalah frekuensi pelatihan yang diikuti SDM, baik itu pegawai di apotik, pegawai di
gudang farmasi dan perawat di rawat inap masih belum terpenuhi. Dari ketiga
kategori SDM ini yang terhitung sering mengikuti pelatihan adalah pegawai di apotik
dan perawat di rawat inap walaupun tetap saja dinyatakan kurang karena belum
semua pegawai apotik dan perawat di rawat inap mengikuti pelatihan sehingga
belum menyeluruh secara merata, apalagi pelatihan terkait distribusi obat dan bahan
medis habis pakai belum pernah diikuti oleh ketiga kategori SDM tersebut.
habis pakai untuk ketiga kategori SDM yang berkaitan dengan distribusi oabt dan
bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan.
Kelengkapan fasilitas merupakan suatu faktor yang harus dipenuhi oleh setiap wadah
pemberian pelayanan kesehatan, dengan terlengkapinya fasilitas yang digunakan
dalam memberikan suatu pelayanan, maka pelayanan akan dapat diberikan dengan
maksimal. Begitu juga dengan fasilitas yang digunakan dalam pengelolaan distribusi
obat dan bahan medis habis pakai di RSU Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan dapat
diketahui bahwa fasilitas yang digunakan untuk pengelolaan distribusi obat dan
barang medis habis pakai sudah mencukupi. Fasilitas-
fasilitas tersebut digunakan untuk mendorong terwujudnya pelayanan
122
sedangkan berdasarkan Depkes RI dalam pedoman pengelolaan gudang
menyebutkan bahwa luas gudang minimal 3 x 4 m2 atau 12 m2.
123
serta memakan waktu yang cukup lama karena petugas masih perlu
bermondar-
124
mandir dari instalasi farmasi ke rawat inap kemudian kembali lagi ke
instalasi farmasi.
125
1. Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang
dan penyimpnan barang
2.Dilengkapi kereta dorong trolley
Jika belum tersedianya ruang khusus/terpisah antara ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang di apotik, maka dapat menghambat dan mengganggu proses
berjalannya distribusi obat dan barang medis habis pakai maupun pelayanan yang
sedang dilakukan di apotik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maulidah (2017) yang mengatakan
bahwa salah satu hambatan tidak berjalannya sistem distribusi yaitu belum
tersedianya ruang khusus/terpisah antara ruangan penerimaan barang dengan ruang
penyimpanan barang di apotik, maka perlu dilakukan pemisahan diantara kedua
tersebut.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa lengkap atau tidaknya suatu fasilitas atau
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh rumah sakit akan
mempengaruhi terhadap kegiatan pengelolaan distribusi obat dan bahan
medis habis pakai, sehingga dengan kelengkapan sarana dan prasarana
yang ada, maka dapat dinilai apakah pengelolaan distribusi obat dan bahan
medis habis pakai berjalan dengan lancar atau tidak. Kegiatan akan
terlaksana dengan baik jika segala fasilitas atau sarana dan prasarana
dilihat cukup baik dan lengkap.
C. Prosedur
126
Berdasarkan telaah dokumen terdapat 3 (tiga) SOP yang berkaitan
dengan distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat
Inap
yaitu (1) SOP tentang distribusi obat dan bahan medis habis pakai di depo farmasi
(apotik), (2) SOP tentang distribusi bahan medis habis pakai di ruangan, dan (3) SOP
tentang pelayanan pasien di rawat inap. Namun masih jarangnya sosialisasi SOP yang
menyebabkan masih banyak SOP yang belum diketahui oleh petugas.
SOP jika dilihat dari fungsinya menjadi semakin penting karena SOP sendiri berfungsi
untuk membentuk sistem kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat
dipertanggungjawabkan, menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses
pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan
pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan;
menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik; serta menetapkan hubungan
timbal balik antar satuan kerja (Atmoko, 2010).
Selanjutnya input SOP juga bisa dilihat dari segi pelaksanaan dan
kepatuhan petugas terhadap SOP, berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa pelaksanaan SOP terkait distribusi obat dan bahan medis habis
pakai sudah semua dilaksanakan namun masih ada beberapa alur yang
terdapat didalam SOP yang belum dilakukan. Hal ini dikarenakan belum
semua SOP tersosialisasikan kepada pegawai. SOP yang belum
sepenuhnya terlaksana juga disebabkan tidak adanya fungsi pemantauan
dan evaluasi SOP sehingga terlaksananya atau tidaknya SOP tidak bisa
dilihat sepenuhnya yang menyebabkan tidak adanya tindakan tegas bagi
yang tidak melaksanakan, hal ini juga menyebabkan tidak adanya efek
jera bagi petugas. Selain itu bentuk kepatuhan terhadap SOP sendiri
belum semua petugas patuh baik pegawai instalasi farmasi maupun
perawat, karena hal ini disebabkan terkadang masih ada petugas yang
belum mengetahui kalau tindakan yang diambil oleh petugas tersebut ada
standar
127
operasional prosedurnya atau tidak dan hal ini juga disebabkan karena
belum semua SOP tersosialisasikan.
habis pakai yang diberikan rumah sakit belum sepenuhnya sesuai dengan
pedoman yang ada dan hal ini bisa menyebabkan kemungkinan
terjadinya kesalahan-kesahalan selama proses distribusi. Hal ini
menunjukkan pentingnya pemantauan dan evaluasi SOP.
128
Monitoring sebenarnya lebih ditekankan pada kegiatan
mencermati proses pelaksanaan kegiatan serta adanya perubahan
6.4 Proses Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Proses merupakan tahapan dari suatu sistem yang sudah dan sedang
berjalan. Tahapan dari sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat
Inap terdiri dari proses administrasi, proses penyampaian berita, proses
pengeluaran fisik barang, proses angkutan, serta proses pembongkaran dan
pemuatan barang.
129
1. Proses Administrasi
Pelaporan dokumen atau data-data yang berkaitan dengan distribusi obat dan bahan
medis habis pakai merupakan rangkaian kegiatan pengelolaan obat secara tertib
mulai dari saat obat diterima, disimpan hingga didistribusikan. Tujuannya adalah agar
tersedia data mengenai jenis dan jumlah permintaan, penerimaan, persediaan,
pengeluaran atau pengguna dan data mengenai waktu dari seluruh rangkai kegiatan
mutasi obat (Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010).
Adapun dokumen-dokumen distribusi obat dan bahan medis habis pakai yang perlu
untuk dilaporkan terdiri dari laporan penerimaan barang, laporan permintaan
barang, dan laporan pengeluaran barang. Laporan
130
pelaporan dokumen terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai
disebabkan banyaknya tugas dan tanggung jawab lain yang harus
dilakukan
oleh petugas apotik, petugas gudang dan kepala instalasi farmasi yang menyebabkan
tertundanya pencatatan hingga berdampak pada terlambatnya pelaporan dokumen
distribusi obat dan bahan medis habis pakai tersebut. Padahal beberapa dokumen
seperti buku pengeluaran dan surat bukti barang keluar sangat diperlukan untuk
perencanaan pembelian obat dan bahan medis habis pakai di instalasi farmasi.
Laporan terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai yang dibuat dan
dilaporkan oleh petugas dan kepala instalasi farmasi terdiri dari laporan mutasi
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dan laporan semesteran sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai. Laporan tesebut akan dilaporkan kepada
kepala isntalasi farmasi RSU Kota Tangerang Selatan. Namun sejauh ini belum ada
kegiatan evaluasi yang dilakukan dari pihak manajemen RSU Kota Tangerang Selatan
maupun kepala instalasi farmasi itu sendiri yang berkaitan dengan distribusi obat
dan bahan medis
habis pakai. Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara kepada
informan.
132
berkembang. Hal ini tidak
133
terlepas dari penggunaan teknologi komunikasi yang semakin canggih
untuk membantu manusia dalam berkomunikasi salah satunya sistem
informasi di rumah sakit (Rahayu, 2006).
Adapun tahapan dalam penulisan form permintaan barang di RSU Kota Tangerang
Selatan adalah menulis orang yang menerima dari bagian apa misalnya dari bagian
ruang perawatan nifas, kemudian menuliskan nomor, nama dan kode barang, jumlah
yang diminta, satuan barang, tanggal pemnerian form, dan tanda tangan, nama, NIP
pangkat/golongan yang minta maupun yang menyerahkan.
pasien yang masih ditulis secara manual atau tulis tangan. Oleh karena itu,
disarankan untuk dikembangkan lagi sistem informasi di rumah sakit
berbasis komputer on-line yang sudah terhbung dengan Local Area
Network (LAN) untuk lebih mempermudah dan mengurangi kesalahan
dalam proses penyampaian berita. Karena sistem informasi rumah sakit
yang ada di instalasi farmasi saat ini, hanya untuk mengentry data resep,
billing harga dan cek persediaan barang.
134
barang dari apotik dan unit lain yang membutuhkan. Berdasarkan standar
prosedur operasional pengeluaran fisik barang yang berlaku di RSU Kota
Sistem pengeluaran seperti ini merupakan jenis sistem pengeluaran satu pintu.
Sistem satu ointu yaitu suatu sistem pengeluaran fisik barang yang dilakukan hanya
melalui satu unit saja, satu sistem dan satu pengawasan (Depkes, 1996). Keuntungan
menggunakan sistem ini yaitu memudahkan petugas dalam melakukan monitoring
barang farmasi dan menjamin mutu barang farmasi yang dikeluarkan.
dilakukan adalah menjaga mutu persediaan obat dan bahan medis habis
pakai serta meminimalisir terjadinya kerugian akibat obat rusak/atau
kadaluarsa. Selain itu, sistem pengeluaran fisik barang juga menjadi salah
satu indikator penilaian efisiensi atau ouput yang diharapkan dari sistem
distribusi obat dan bahan medis habis pakai. Semakin diperhatikannya
sistem FIFO/FEFO dalam pengeluaran obat dan bahan medis habis pakai,
maka semakin efisien juga sistem distribusi obat dan bahan medis habis
pakai (Depkes, 1996).
paraf dari petugas yang mengambil barang). Hal ini sejalan dengan teori cara
menampilkan data pada barang yang keluar yaitu menuliskan tanggal pengeluaran,
unit penerima, nama dan jenis obat yang dikeluarkan sehingga bisa mendeteksi jika
terjadi ketidaksesuaian jumlah obat (Febriawati, 2013).
Hal ini sesuai dengan pedoman yang dibuat oleh Dirjend Binakefarmasian dan Alat
Kesehatan (2010) yang menyebutkan bahwa pada proses pengeluaran terdapat
beberapa dokumen pencatatan yang harus dibuat anatara lain buku harian
pengeluaran obat dan surat bukti pengeluaran obat. Namun dalam proses ini masih
ditemukan kendala yaitu masih ditemukan perbedaan jumlah barang yang keluar,
perbedaan jumlah tersebut terjadi di kartu stok dengan jumlah yang ada ditempat
penyimpan, hal ini terjadi akibat ketidaktelitian petugas dalam mengambil dan
menghitung barang yang diambil dengan yang ditulis. Sehingga petugas disarankan
untuk berhati-hati dan teliti dalam melakukan pengeluaran fisik
barang.
4. Proses Angkutan
136
Proses angkutan ini dilakukan oleh petugas gudang dan perawat.
Alat pengangkut yang digunakan dalam distribusi obat dan bahan medis
habis pakai dari gudang ke apotik menggunakan trolley dan kardus, begitupun juga
distribusi bahan medis habis pakai dari gudang ke ruang rawat inap menggunakan
trolley dan kardus. Tahapan dalam penyusunan barang dialat angkut adalah
mempersiapkan barang yang akan di distribusikan terlebih dahulu, kemudian
dimasukan ke dalam kardus untuk penyimpanan sementara yang sudah dimasukan
sesuai ruangan, lalu diletakan serta disusun secara rapih di trolley berdasarkan bahan
yang bersifat cair atau injeksi terlebih dahulu kemudian terakhir di distribusikan ke
setiap ruangan. Hal ini sejalan dan sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Prof.
Abdulkadir Muhammad, SH mengenai aspek pengangkutan yang dapat diketahui dari
definisi pengangkutan adalah:
137
perawat lebih memilih untuk mengangkut dengan tangan perawat tersebut.
Hal ini tidak sesuai dengan standar pelayanan farmasi di rumah sakit pada
serta pemuatan di apotik dari gudang farmasi. Berdasarkan hasil wawancara, Seluruh
informan menjelaskan bahwa tenaga yang terlibat dalam proses pembongkaran dan
pemuatan adalah petugas gudang dan perawat diruangan.
Sehingga perawat akan baru akan sadar ketika terdapat kesalahan pada
obat dan bahan medis habis pakai di saat obat dan barang medis habis
pakai tersebut akan diberikan ke pasien.
139
pemantauan pada saat dilakukan proses pembongkaran oleh kepala bagian
penyimpanan dan distribusi/kepala gudang farmasi agar proses
pembongkaran dapat dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
perawat bisa patuh terhadap standard yang ditetapkan. Begitu pula dengan
proses pemuatan, perlu dilakukan metode FIFO/FEFO pada saat proses
pemuatan di tempat penyimpanan agar obat dan bahan medis habis pakai
yang akan diberikan kepada pasien terjaga keamanannya.
6.4 Ouput Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Output dari distribusi obat dan bahan medis habis pakai di instalasi
rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan adalah ketersedianya obat dan bahan
medis habis pakai yang disalurkan dari instalasi farmasi ke instalasi rawat
inap dengan tetap menjaga keamanan, tepat jenis, tepat jumlah dan tepat
waktu pada saat distribusi obat dan bahan medis habis pakai di instalasi rawat
inap. Ketersediaan perbekalan farmasi merupakan salah satu aspek yang
sangat penting pada suatu pelayanan kesehatan karena penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi
dengan obat atau farmakoterapi. Sehingga keberadaan perbekalan farmasi di
rumah sakit menjadi penting dan harus selalu tersedia, sebab jika rumah sakit
tidak dapat menyediakan obat maka proses pelayanan di rumah sakit akan
terhambat. Karena obat merupakan barang penting yang harus tersedia di
rumah sakit, maka setiap rumah sakit harus berupaya untuk melakukan
pengelolaan obat termasuk kegiatan pengawasan atau pengendalian
persediaan yang berfungsi untuk menciptakan keseimbangan antara
persediaan dan permintaan (Aditama, 2003).
Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa gudang farmasi RSU Kota Tangerang
Selatan belum mempunyai ketersediaan obat yang cukup untuk kebutuhan rumah
sakit. Kekosongan dan kekurangan obat di gudang menjadi salah satu masalah dalam
ketersedian obat di gudang. Selain itu berdasarkan wawancara masih ditemukan
ketidaktepatan jumlah dan jenis obat dan bahan medis habis pakai yang diminta
dengan yang didistribusikan.
Menurut Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil
diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan. Dengan
masih adanya obat dan bahan medis habis pakai yang mengalami kekosongan dan
kadaluarsa serta ketidaktepatan jenis, gudang farmasi seharusnya menginkatkan
pengelolaan persediaan dan pemantauan yang lebih efektif dan efisien agar
kebutuhan obat di rumah sakit dapat terpenuhi dengan
baik dan rumah sakit tidak mengalami kerugian.
Gusti (2008) mengatakan bahwa output adalah barang atau jasa yang
dihasilkan secara langsung dari pelaksanaan kegiatan berdasarkan input yang
digunan. Bagusnya pencapaian output tidak lepas dari baiknya input yang
dimiliki, begitu juga sebaliknya apabila input yang dimiliki tidak baik, maka
output yang dihasilkan akan tidak baik juga.
141
142
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Input dari sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan masih kurang, baik dari sumber
daya manusia yang terkait, sarana dan prasana yang digunakan pada saat
dilakukan distribusi, serta belum tersosialisasi dan belum patuh serta
belum dilakukan pemantauan dan evaluasi terhadap prosedur kerja yang
terdapat di standar operasional prosedur terkait distribusi.
2. Proses dari sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan belum dilakukan sesuai dengan
alur distribusi baik dalam proses administrasi, proses penyampaian berita,
proses pengeluaran fisik barang, proses angkutan, dan proses
pembongkaran serta pemuatan.
3. Output dari sistem disribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan masih terdapat kekosongan obat
sebanyak 30 macam obat dan 35 macam obat yag mempunyai stok hampir
habis, sehingga tidak sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan oleh
Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010 yaitu presentase
stok mati seharusnya 0% yang mengakibatkan masih terjadi ketidaktepatan
dalam pemberian jenis maupun jumlah pada obat dan bahan medis habis
pakai serta masih ditemukan ketidakamanan atau rusak pada obat dan
bahan medis habis pakai.
4. Prosedur kerja belum dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur yang
sudah ditetapkan dan terjadinya keterlambatan dalam pendistribusian obat
dan BMHP disebabkan sistem sentralisasi yang digunakan di Instalasi
Farmasi mengakibatkan masih kurangnya SDM terutama di Apotik dan
tidak dilakukan pengecekan obat dan BMHP terlebih dahulu pada saat
dilakukannya distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap.
143
7.2 Saran
1. Kepala Instalasi Farmasi
a. Melakukan sosialisasi terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP)
terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai ke pegawai.
b. Diperlukan pemantauan dan evaluasi terdapat prosedur kerja pegawai
agar pegawai taat dan patuh melaksanakan distribusi sesuai dengan
standar yang sudah ditetapatkan (SOP).
c. Mengembangkan sistem informasi rumah sakit (SIRS) yang sudah ada
untuk dapat memperbarui dan mempermudah proses penyampaian
berita dalam distribusi obat dan bahan medis habis pakai.
2. Apotik
a. Pegawai perlu mengikuti pelatihan khusus terkait distribusi obat dan
bahan medis habis pakai.
b. Perlu penambahan spot baru pada ruangan agar tepisahnya antara
ruangan penyimpanan dengan ruangan penerimaan obat pada saat
distribusi
3. Gudang Farmasi
144
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Y. (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2.
Jakarta: UI-Press.
American Society of Hospital Pharmacist. (2002). ASHP Guideline on Preventing
Medication Errors in Hospital. Am J Hosp Phrarm 50:305-14
Anggita, Dhita. (2012). Analisis Waktu Tunggu Pemberian Informasi Tagihan
Pasien Pulang Rawat Inap di RS Graha Permata Ibu Tahun 2012.
Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Depok:
Universitas Indonesia.
Atmoko, Tjipto. (2010). Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas
Kinerka Instansi Pemerintah. Diakses dari: http://e-
dokumen.kemenag.go.id/files/BX32jRZz1284857253.pdf pada 25 Mei
2017.
Azwar, Saifuddin. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1994). Standar Peralatan, Ruang
dan
Tenaga Rumah Sakit. Jakarta: Dirjen Pelayanan Medis.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1333/Menkes/SK/XII/1999.
Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonseia.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor: 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Diansari, Iva. (1997). Analisis Distribusi Obat dan Alat Kesehatan pada Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Puri Cinere. Tesis: Universitas Indonesia.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alkes. (2014). Evaluasi dan
Implementasi Catalogue Obat.
Dirgagunarsa, Sefanya A. (2010). Analisis Sistem Distribusi Obat dan Alat
Kesehatan di Departemen Rawat Inap Rumah Sakit Royal Taruma
Tahun 2010. Tesis: Universitas Indonesia.
Erniati, Cut dan Teridah Sembiring. (2012). Pengaruh Fasilitas dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia terhadap Produktivitas Kerja
Studi Kasus PTPN. Medan: Darma Agung.
Febriawati, Henni. (2013). Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Jakarta:
Gosyen Publishing. Hal. 38, 66.
Gale, Nicola K, DKK. (2013). Using The Framework Method For The Anaysis Of
Qualitative Data In Multidusciplinary Health Research. Jurnal BMC
Medical Research Methodology.
145
George R. Terry. (1977). Principle Of Management, 7th Ed., Homewood Ilinois,
Richard D Irwill Inc.
Global Health Workforce Alliance. (2011). Rencana Pengembangan Tenaga
Kesehatan Tahun 2011 – 2015. Diakses dari:
http://www.who.int/workforcealliance/countries.inidonesia_hrhplan_201
1_2012.pdf pada 25 Mein 2017
Hakim, Lukman. (2011). Membangun Budaya Organisasi Unggul sebagai Upaya
Meningkatkan Kinerja Karyawan di Era Kompetitif. Surakarta: Benefit
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol 15, No. 2, hlm 148-148.
Hidayanti, Erika. (2017). Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinik di
Rumah Sakit X Tahun 2017. Skripsi. Program Studi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ilyas, Yaslis. (2004). Perencanaan SDM Rumah Sakit: Teori, Metoda, dan
Formula. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonseia.
Kartidjo, Pudhiastuti. (2007). Kuliah Tamu Program Profesi Apoteker Sekolah
Farmasi. ITB
Khadir, Muhammad. (1994). Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor: 340/Menkes/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah
Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Repbulik Indonesia. (2012). Pedoman Teknis Bagunan
Rumah Sakit Ruang Rawat Inap. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Maulidah, Paramita. (2017). Gambaran Pengelolaan dan Pengembangan
Promosi Klinik Edukasi Diabetes dan Perawatan Kaki Diabetes di
Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi Tahun 2017. Skripsi. Program
Studi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
146
Mardiyoko, I. (2008). Hubungan Kualifikasi Petugas Penerimaan Pasien Baru
Rawat Inap Dalam Kualitas Peayanan di RS Bethesda Yogyakarta.
Skripsi.Yogyakarta:FakultasIlmuKesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta.
Miles, Mathew B., and Huberman A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber tentang Metode-Metode Baru (Penerjemah Tjejep Rohendi Rohidi), Jakarta: UI-
Press.
Mulyono, Arif. (2009). Analisis Segmen, Target, Posisi Pasar, dan Alternatif Diferensiasi
Layanan di Instalasi Rawat Inap Umum RS Karya Husada Cikampek Tahun 2009. Skripsi.
Program Studi Kahian Administrasi Rumah Sakit. Depok: Universitas Indonesia.
147
Soerjono Seto; Yunita Nita; dan Lily Triana. (2004). Manajemen Farmasi.
Surabaya: Airlangga University Press.
Srianto, Nugroho P. (2006). Tanggung Jawab Pengangkut Pada Perjanjian
Pengangkutan Barang Melalui Laut (PT. Salam Pasifik Indonesia
Lines). Skripsi. Surabaya: Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
Supartiasih, N. (2002). Analisa Sistem Distribusi Obat/Alat Kesehatan Habis
Pakau di Rawat Inap RS Karya Husada Cikampek. Tesis: Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Taxis, K; Dean, B; dan Barber, N. (1999). Hospital Drug Distribution System in
the UK and Germany: a study of medication errors. Pharmacy World
Science, 1: 25-31.
148
LAMPIRAN
Lampiran 1
Persetujuan Wawancara
149
Judul Penelitian : Gambaran Sistem Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017.
Dengan hormat,
Dengan ini, penulis memohon ketersediaan Bapak/Ibu untuk menjadi
informan dan memberikan keterangan secara luas, bebas, mendalam, benar dan
jujur. Hasil informasi dan keterangan ini akan digunakan sebagai masukan untuk
pengelolaan sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan serta untuk melengkapi data
penelitian. Penulis memohon izin untuk merekam pembicaraan selama proses
wawancara berlangsung dan penulis menjamin untuk menjaga kerahasiaannya.
Hal tersebut digunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas ketersediaan
Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini, penulis mengucapkan banyak
terima kasih.
Hari/Tanggal :
Identitas Informan
Nama :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
KEPALA BAGIAN PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI
150
RSU KOTA TANGERANG SELATAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Jabatan :
Tanggal Wawancara :
SDM
1. Berapa jumlah petugas di instalasi farmasi yang ada sekarang?
2. Siapa yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan obat dan BMHP ke
instalasi rawat inap?
3. Apa saja latar belakang pendidikan pegawai di instalasi farmasi?
4. Apakah terdapat job desk atau uraian tugas untuk petugas di instalasi farmasi?
5. Berapa hari kerja pegawai di instalasi farmasi?
6. Bagaimana pengaturan shift pegawai di apotik?
7. Apakah sudah pernah ada pelatihan khusus untuk petugas di instalasi farmasi?
8. Kendala apa saja yang terjadi dalam distribusi obat dan BMHP di instalasi
rawat inap?
Sarana
1. Fasilitas apa saja yang telah tersedia di instalasi farmasi?
2. Fasilitas apa saja yang digunakan dalam distribusi oabat dan BMHP dari
instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
3. Apakah terdapat kendala pada sarana yang menghambat distribusi obat dan
BMHP di instalasi farmasi?
Prosedur
1. Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur kerja?
2. Apa saja prosedur yang terdapat dalam distribusi obat dan BMHP?
3. Apakah seluruh petugas distribusi obat dan BMHP telah mengetahui dan
menjalankan sesuai prosedur tersebut?
4. Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan prosedur distribusi obat dan
BMHP di instalasi rawat inap?
Proses Administrasi
1. Apakah terdapat pencatatan dan penyusunan laporan rutin atau tidak rutin
dalam proses distribusi obat dan BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi
rawat inap?
151
Proses Penyampaian Berita
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses penyampaian berita distribusi obat dan
BMHP?
2. Metode apa yang digunakan dalam proses penyampaian berita tersebut?
3. Kapan jadwal pelaksanaan penyampaian berita tersebut?
4. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses penyampaian berita?
Proses Angkutan
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses angkutan distribusi obat dan BMHP dari
instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
2. Alat pengakut apa saja yang tersedia untuk melakukan distribusi obat dan
BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
3. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses angkutan barang tersebut?
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
KEPALA BAGIAN PELAYANAN FARMASI RAWAT INAP
152
RSU KOTA TANGERANG SELATAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Jabatan :
Tanggal Wawancara :
SDM
1. Siapa saja yang terlibat dalam distribusi obat dan BMHP?
2. Bagaimana peranan masing-masing pegawai dalam distribusi obat dan BMHP?
3. Apa saja latar belakang pendidikan pegawai di intalasi farmasi?
4. Apakah terdapat job desk atau uraian tugas untuk petugas distribusi obat dan
BMHP?
5. Berapa kali dalam seminggu di lakukannya distribusi obat dan BMHP ke
instalasi ranap?
6. Apakah sudah pernah ada pelatihan khusus untuk petugas di instalasi farmasi?
7. Kendala apa saja yang terjadi dalam distribusi obat dan BMHP di instalasi
rawat inap?
Sarana
1. Fasilitas apa saja yang sudah tersedia di instalasi farmasi?
2. Fasilitas apa saja yang sudah tersedia dalam melaksanakan distribusi obat dan
BMHP ke instalasi ranap?
3. Apa terdapat kendala pada sarana yang menghambat distribusi obat dan
BMHP?
Prosedur
1. Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur kerja?
2. Apa saja prosedur yang terdapat dalam distribusi obat dan BMHP?
3. Apakah seluruh petugas distribusi obat dan BMHP telah mengetahui dan
menjalankan sesuai prosedur tersebut?
4. Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan prosedur distribusi obat dan
BMHP di instalasi rawat inap?
Proses Administrasi
1. Dalam periode apa dilakukannya pencatatan dan penyusunan laporan
distribusi obat dan BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
Proses Penyampaian Berita
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses penyampaian berita?
153
2. Metode apa yang digunakan dalam proses penyampaian berita tersebut?
3. Kapan jadwal pelaksanaan penyampaian berita tersebut?
4. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses penyampaian berita?
Proses Angkutan
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses angkutan distribusi obat dan BMHP ke
instalasi ranap?
2. Alat pengakut apa saja yang tersedia dalam melakukan distribusi obat dan
BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
3. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses angkutan barang tersebut?
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA
PETUGAS PELAKSANA DISTRIBUSI
RSU KOTA TANGERANG SELATAN
154
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Jabatan :
Tanggal Wawancara :
SDM
1. Siapa yang terlibat dalam distribusi obat dan BMHP?
2. Bagaimana peranan-peranan pegawai dalam distribusi obat dan BMHP?
3. Apakah terdapat job desk atau uraian tugas untuk petugas di instalasi farmasi?
4. Berapa kali dalam seminggu dilakukannya distribusi obat dan BMHP di
instalasi ranap?
5. Apakah sudah pernah ada pelatihan khusus untuk petugas di instalasi farmasi?
6. Kendala apa saja yang terjadi dalam distribusi obat dan BMHP di instalasi
rawat inap?
Sarana
1. Menurut Bapak/Ibu, sarana apa saja yang dibutuhkan saat ini dalam distrubusi
obat dan BMHP?
2. Menurut Bapak/Ibu, apakah terdapat permasalahan yang dirasakan dalam hal
sarana yang dapat menghambat pelaksanaan distribusi obat dan BMHP di
instalasi rawat inap?
Prosedur
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jika dalam pelaksanaan distribusi obat dan
BMHP memiliki prosedur?
Proses Angkutan
155
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses angkutan dari instalasi farmasi ke
instalasi ranap?
2. Alat pengakut apa saja yang dibutuhkan pada saat proses angkutan dari
instalasi farmasi ke instalasi ranap?
3. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses angkutan barang tersebut?
Ketepatan Jenis
1. Jenis obat dan BMHP apa saja yang biasa di distribusikan ke ruang rawat inap?
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA
KEPALA RUANGAN ATAU PERAWAT RUANGAN
RSU KOTA TANGERANG SELATAN
156
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Jabatan :
Tanggal Wawancara :
SDM
1. Berapa jumlah perawat di ruangan yang ada sekarang?
2. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan distribusi obat dan BMHP di
ruangan?
3. Bagaimana peranan-peranan perawat dalam distribusi obat dan BMHP?
4. Apa saja latar belakang pendidikan perawat yang ada di ruangan?
5. Apakah terdapat job desk atau uraian tugas untuk perawat di ruangan?
6. Bagaimana dengan lama kerja perawat di ruangan?
7. Bagaimana pengaturan shift perawat di ruangan?
8. Apakah sudah ada pelatihan khusus untuk perawat di ruangan?
9. Kendala apa saja yang terjadi dalam distribusi obat dan BMHP di instalasi
rawat inap?
Sarana
1. Sarana apa saja yang telah tersedia dalam pengelolaan distribusi obat dan
BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
2. Sarana apa saja yang saat ini dibutuhkan ruangan dalam proses distribusi obat
dan BMHP?
3. Apakah terdapat permasalahan yang dirasakan dalam hal sarana yang dapat
menghambat pelaksanaan distribusi obat dan BMHP di instalasi rawat inap?
Prosedur
1. Apakah dalam pelaksanaan distribusi obat dan BMHP di instalasi rawat inap
terdapat prosedur?
2. Apakah seluruh petugas telah mengetahui dan menjalankan sesuai prosedur
tersebut?
3. Kendala apa saja yang berkaitan dengan prosedur distribusi obat dan BMHP
di instalasi rawat inap?
Proses Penyampaian Berita
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses penyampaian berita?
2. Metode apa yang digunakan dalam proses penyampaian berita tersebut?
3. Kapan jadwal pelaksanaan penyampaian berita tersebut?
4. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses penyampaian berita?
157
1. Bagaimana tahapan pembongkaran dan pemuatan obat dan BMHP yang
sudah di distribusikan di instalasi rawat inap?
Kualitas
1. Bagaimana dangan kualitas petugas isntalasi farmasi yang memberikan obat
dan BMHP ke ruangan? Apakah ramah atau tidak?
2. Bagaimana dengan kualitas barang (obat atau BMHP) yang diberikan dari
petugas instalasi farmasi ke ruangan? Apakah baik, cukup, atau tidak baik?
Ketepatan Jenis
1. Apakah jenis obat dan BMHP yang di minta selalu tersedia di instalasi farmasi?
2. Apakah dilakukan pengecekan terlebih dahulu terdapat jenis obat dan BMHP
yang sudah di distribusikan?
3. Apakah jenis obat dan BMHP yang telah di distribusikan dari instalasi
farmasi sesuai dengan apa yang sudah dilakukan pada saat permintaan?
Ketepatan Jumlah
1. Apakah dilakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap jumlah obat dan
BMHP yang sudah di distribusikan?
2. Apakah jumlah obat dan BMHP yang telah di distribusikan dari instalasi
farmasi sesuai dengan apa yang sudah dilakukan pada saat permintaan?
Ketepatan Waktu
1. Kapan dilakukannya penyampaian berita dari petugas instalasi farmasi ke
petugas instalasi rawat inap?
2. Kapan dilakukannya pendistribusian obat dan BMHP dari instalasi farmasi ke
instalasi rawat inap?
3. Apakah waktu distribusi yang dilakukan dari instalasi farmasi ke instalasi
rawat inap di hari yang tetap atau yang sama pada setiap minggunya?
Lampiran 6
Pedoman Telaah Dokumen
Hasil
No. Dokumen Keterangan
Ya Tidak
1 Profil Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan
158
2 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan
3 Profil Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan
4 Job Desk atau Uraian Tugas
Pegawai Instalasi Farmasi
5 Formularium Rumah Sakit
7 Prosedur Kerja (SOP)
9 Laporan Pencatatan Stock
10 Laporan Stock Opname
Lampiran 7
Pedoman Observasi
No Hasil
Deskripsi Keterangan
. Ya Tidak
159
1 Membuat pembukuan obat dan
BMHP (9 buku)
a. Mencatat mutasi sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai
b. Memasukan harga obat kedalam
surat bukti barang keluar setiap
hari
c. Membuat berita acara serah
terima barang per faktur datang
d. Membuat dan mencatat buku
penerimaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai
e. Membuat dan mencatat buku
barang habis pakai sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai
f. Membuat dan mencatat buku
mutasi barang pakai sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai
g. Membuat dan mencatat buku
rekapitulasi kartu persediaan
sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai
h. Membuat dan mencatat laporan
semesteran sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai
2 Stok Opname
a. Menyiapkan form stok opname
b. Mmenghitung jumlah sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai
c. Menyesuaikan jumlah dan
tanggal kadaluarsa sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai dengan kartu stok
d. Merapikan susunan sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan
stok opname setiap bulan
3 Pengelolaan Barang Kadaluarsa
a. Mengkarantina barang kadaluarsa
b. Menghitung jumlah sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai yang masuk masa expire
160
c. Memasukan harga sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai
hingga diperoleh saldo
d. Menyiapkan data penghapusan
sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai
Lampiran 8
Pedoman Observasi
161
No Hasil
Deskripsi Keterangan
. Ya Tidak
1 Entry resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,
BPJS 23 hari)
2 Revisi entrian resep
3 Pengambilan atau penyiapan resep
obat
4 Etiketing resep
5 Peracikan obat
6 Penyerahan obat (pemberian
informasi obat kepada pasien)
7 Merekap pengeluaran obat di apotek
8 Penyerahan nomor antrian
9 Stock Opname rutin bulan
10 Mencatat dan menghitung fisik
pengeluaran obat Psikotropik dan
Narkotika
Lampiran 9
Pedoman Observasi
Uraian Tugas Petugas Pelaksanan Distribusi
162
No Hasil
Deskripsi Keterangan
. Ya Tidak
1 Mengambil form permintaan ruangan
setiap minggu
2 Menyiapkan barang medis habis
pakai untuk didistribusikan ke
ruangan
3 Distribusi sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai ke ruangan
4 Mengecek kesesuaian barang dengan
surat bukti barang keluar
5 Penyerahan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai ke ruangan
6 Stok opname (menghitung jumlah
sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai)
7 Stok opname (menyesuaikan jumlah
dan tanggal kadaluarsa sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai
dengan kartu stok)
8 Merapikan susunan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai ke
masing-masing lemarinya
9 Membuat paketan OK
10 Etiketing barang datang sesuai
dengan sumber anggaran (BLUD
dan E-Katalog)
11 Memindahkan barang kadaluarsa ke
tempat yang telah disediakan
12 Menjaga kebersihan gudang
Lampiran 10
Uraian Tugas Kepala Bagian Penyimpanan dan Distribusi di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017
163
Hasil
No. Deskripsi Ya Tidak Keterangan
1. Membuat pembukuan obat dan Sudah melakukan sesuai
BMHP (9 buku) dengan uraian tugas yang
i. Mencatat mutasi sediaan sudah ditetapkan.
farmasi dan bahan medis √
habis pakai
j. Memasukan harga obat
kedalam surat bukti barang √
keluar setiap hari
k. Membuat berita acara serah
terima barang per faktur √
datang
l. Membuat dan mencatat
buku penerimaan sediaan √
farmasi dan bahan medis
habis pakai
m. Membuat dan mencatat
buku barang habis pakai √
sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai
n. Membuat dan mencatat
buku mutasi barang pakai √
sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai
o. Membuat dan mencatat
buku rekapitulasi kartu √
persediaan sediaan farmasi
dan bahan medis habis
pakai
p. Membuat dan mencatat
laporan semesteran sediaan √
farmasi dan bahan medis
habis pakai
2. Stok Opname Pada saat melakukan
f. Menyiapkan form stok √ observasi, stok opname
opname sudah dilakukan di bulan
g. Mmenghitung jumlah februari, sedangkan jadwal
sediaan farmasi dan bahan √ stok opname dilakukan
medis habis pakai setiap tiga bulan sekali, jadi
h. Menyesuaikan jumlah dan baru diadakan stok opname
tanggal kadaluarsa sediaan √ lagi dibulan Mei
farmasi dan bahan medis
habis pakai dengan kartu √
stok
i. Merapikan susunan sediaan
farmasi dan bahan medis √
habis pakai
164
j. Mengkoordinasikan
pelaksanaan stok opname
setiap bulan
3. Pengelolaan Barang Sudah melakukan sesuai
Kadaluarsa dengan uraian tugas yang
e. Mengkarantina barang √ sudah ditetapkan.
kadaluarsa
f. Menghitung jumlah sediaan
farmasi dan bahan medis √
habis pakai yang masuk
masa expire
g. Memasukan harga sediaan
farmasi dan bahan medis √
habis pakai hingga
diperoleh saldo
h. Menyiapkan data
penghapusan sediaan √
farmasi dan bahan medis
habis pakai
Sumber: Hasil Observasi
165
1. Entry resep (Rajal, Ranap,
√
UGD, OK, BPJS 23 hari)
2. Revisi entrian resep √
3. Pengambilan atau penyiapan
√
resep obat
4. Etiketing resep √
5. Peracikan obat √
6. Penyerahan obat (pemberian
√
informasi obat kepada pasien)
7. Merekap pengeluaran obat di
√
apotek
8. Penyerahan nomor antrian √
9. Stock Opname rutin bulan √
10 Mencatat dan menghitung fisik
pengeluaran obat Psikotropik √
dan Narkotika
Sumber: Hasil Observasi
166
1. Mengambil form permintaan
√
ruangan setiap minggu
2. Menyiapkan barang medis
habis pakai untuk √
didistribusikan ke ruangan
3. Distribusi sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai ke √
ruangan
4. Mengecek kesesuaian barang
dengan surat bukti barang √
keluar
5. Penyerahan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai √
ke
ruangan
6. Stok opname (menghitung Pada saat melakukan
jumlah sediaan farmasi dan √ observasi, stok opname
bahan medis habis pakai) sudah dilakukan di bulan
7. Stok opname (menyesuaikan februari, sedangkan jadwal
jumlah dan tanggal kadaluarsa stok opname dilakukan
sediaan farmasi dan bahan √ setiap tiga bulan sekali, jadi
medis habis pakai dengan baru diadakan stok opname
kartu lagi dibulan Mei
stok)
8. Merapikan susunan sediaan
farmasi dan bahan medis habis
√
pakai ke masing-masing
lemarinya
9. Membuat paketan OK Yang membuat paketan OK
adalah apoteker di apotik
yang sudah ditunjuk untuk
√
bertanggung jawab pada
resep ataupun paketan ke
OK.
10. Etiketing barang datang sesuai
dengan sumber anggaran √
(BLUD dan E-Katalog)
11. Memindahkan barang
kadaluarsa ke tempat yang √
telah disediakan
12. Menjaga kebersihan gudang √
Sumber: Hasil Observasi
169
melakukan pemeriksaan
kesesuaian farmasetik
2 Mengkonsultasikan kepada
dokter penulis resep jika √
ada ketidakjelasan
3 Melakukan proses
administrasi sepeti
pemasukan data resep ke √
Sistem Informasi Rumah
Sakit
4 Menyiapkan perbekalan
kesehatan sesuai dengan √
permintaan resep
5 Menyerahkan perbekalan
kesehatan kepada perawat
√
ruangan/petugas lain yang
ditunjuk
6 Mencatat pengeluaran
√
dalam form rekapan
7 Mengarsipkan rekapan dan
√
resep sesuai jenisnya
Sumber: Hasil Observasi
170
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM
Jawaban
No. Domain INF1 INF2 INF2 IRI01 IRI02 IRI03 Kesimpulan
Sumber Daya Manusia (SDM)
1 Jumlah tenaga Semua pegawai Farmasis, Semua pegawai Yang Kepala ruangan, Semuanya Sebagian besar
yang terlibat terlibat dalam perawat, dokter, ikut andil dan bertanggung katim dan terlibat informan
distribusi obat dan tenaga medis. perawat jawab kepala pelaksana atau terutama katim menjelaskan
dan BMHP di Tapi pada waktu ruangan. ruangan, tapi perawat bahwa tenaga
IRI serta tertentu, tenaga kalau ada ruangan yang terlibat
perawat. kerja dibantu oleh permintaan bisa dalam distribusi
siswa/mahasiswa penanggung obat dan BMHP
yang sedang PKL jawab khusus adalah semua
maupun magang. atau perawat. tenaga yang ada
di instalasi
farmasi dan
perawat di
instalasi rawat
inap. Sebagian
kecil
menjelaskan
bahwa pada
disaat tertentu
tenaga kerja
akan dibantu
oleh siswa/
mahasiswa yang
sedang PKL
maupun
magang.
2 Uraian tugas Kepala Kalau kepala Petugas Seluruh
distribusi bagian pelayanan pelaksana informan
bertugas farmasi rawat bertugas menjelaskan
membuat inap entry resep, mengamprah, bahwa uraian
pembukuan revisi entrian mengambil tugas dari
obat dan BMHP resep, form masing-masing
171
seperti mencatat pengambilan atau permintaan pegawai sebagai
barang yang penyiapan resep ruangan setiap berikut:
keluar dan obat, etiketing minggu, a. Kepala
masuk, resep, peracikan menyiapkan bagian
kemudian stok obat dan merekap barang, distribusi
opname, pengeluaran obat distribusiin bertugas
pengelolaan diapotik. Kalau barang sebagai
barang kepala bagian tersebut, pembuat
kadaluarsa dan distribusi mengecek laporan dan
retur barang. mencatat barang kesesuaian mencatat
Kalau kepala yang keluar dan barang dan setiap barang
bagian masuk. penyerahan yang keluar
pelayanan Sedangkan barang. Kalau dan masuk.
farmasi rawat petugas pelaksana kepala bagian b. Kepala
inap entry yang melakukan distribusi yang bagian
resep, distribusinya membuat pelayanan
pengambilan misalnya laporan dan farmasi rawat
dan penyiapan mengamprah, mencatat setiap inap bertugas
resep obat dan menyiapkan dan barang masuk sebagai entry
peracikan obat. mendistribusikan dan keluar. resep,
Sedangkan Sedangkan pengambilan
petugas kepala bagian atau
pelaksana farmasi rawat penyiapan
distribusi inap yang resep dan
mengambil bertanggung peracikan
form jawab terhadap resep.
permintaan resep pasien c. Petugas
ruangan, seperti meracik pelaksana
menyiapkan obat dan lain- bertugas
barang atau lain. sebagai yang
mengamprah, melakukan
kemudian amprahan,
distribusiin memberikan
barang tersebut form
keruangan dan permintaan ke
mengecek ruangan,
172
kesesuaian meyiapkan
barang. barang dan
melakukan
pengecekan
kesesuaian
barang.
3 Latar belakang pendidikan
a. Pendidikan Latar belakang SMF, D3, S1 dan SMA, SMF, Seluruh
formal pegawai adalah Apt D3, dan Apt. informan
SMA, SMF, menjelaskan
D3, S1, dan bahwa latar
Apt. pendidikan
formal dari
tenaga kerja
adalah SMA,
SMF, D3, S1
dan Apt.
b. Pendidikan Belum pernah Untuk apoteker Pelatihan Untuk pelatihan Pelatihan Untuk Sebagian besar
non formal sudah ada, tapi distribusi obat khusus distribusi obat pelatihan diluar informan
bukan pelatihan dan BMHP distribusi obat dan bmhp untuk distribusi obat menjelaskan
tentang distribusi belum pernah dan bmhp perawat belum dan bmhp bahwa belum
obat dan BMHP. ada. untuk perawat ada. sudah pernah. pernah
belum ada. mengikuti
pelatihan terkait
distribusi obat
dan BMHP.
Sebagian kecil
menjelaskan
bahwa sudah
pernah ikut
pelatihan namun
bukan pelatihan
terkait distribusi
obat dan BMHP.
Sarana
173
1 Fasilitas yang Tersedia 1 Untuk obat 2 trolley, 1 Kalau bmhp Kalau resep Trolley dan Sebagian besar
digunakan mobil, 2 trolley, menggunakan mobil, plastic dari gudang banyak kardus. Kalau informan
dan plastic klip warna klip obat, dan menggunakan menggunakan untuk resep menjelaskan
menggunkan biru, dan untuk karton/kardus trolley dan kursi roda, banyak bahwa fasilitas
kardus untuk bmhp kardus. Tapi kalau sedikit menggunakan yang digunakan
meletakkan menggunakan kalau untuk ke dibawa sendiri kursi roda untuk distribusi
barang trolley. apotik begitu saja oleh obat dan BMHP
sementara menggunakan perawat. Kalau adalah 1 mobil,
sebelum kursi roda. untuk bmhp dari 2 trolley, kardus,
diletakkan ke gudang dan palstik klip.
alat angkut. menggunakan Sebagian kecil
trolley. menjelaskan
bahwa fasilitas
yang digunakan
adalah kursi
roda dari
instalasi rawat
inap.
2 Ketersediaan Untuk trolley Untuk saat ini Trolley dan Untuk tempat Sudah Sudah Seluruh
sudah sudah mencukupi, mobil sudah penyimpanan mencukupi, tapi mencukupi, informan
mencukupi, tapi untuk kearah mencukupi, BMHP sudah kalu untuk walaupun mejelaskan
karena dilihat yang lebih baik hanya saja mencukupi dan akreditasi masih belum sesuai bahwa
dari tempat masih dibilang kondisi trolley untuk obat belum seperti standard namun ketersediaan
penyimpanan ada yang kurang saat ini sedikit hanya obat kotak obat yang ruangan untuk fasilitas yang
alat tersebut seperti tempat ada kerusakan emergency saja masih kurang. tempat meracik digunakan untuk
(gudang) yang penyimpanan obat dan kurang yang kita stok obat tersebut, distribusi obat
masih sempit, dan bmhp masih kendaraan roda diruangan dan karena dan BMHP
terpisah dan seadanya, masih dua untuk obat sistem diruangan ini sudah
jauh. butuh rak-rak dan BMHP informasi masih meracik mencukupi,
obat untuk pasien. yang bersifat rumah sakit obat sendiri namun masih
cito karena masih dari apotik, terdapat kendala
kondisi gudang dikatakan karena atau kurangnya
yang masih kurang bagus. kurangnya fasilitas seperti
terletak pisah tenaga apotik, kondisi gudang
dan jauh. jadi tempat yang sempit,
meracik obat terpisah dan
174
dan tempat jauh. Selain
penyimpanan itu, masih
masih kurang rak-rak
digabung. obat untuk
Dibutuhkan pasien, dan
trolley khusus kurang
ruangan. kendaraan roda
dua untuk
barang yang
bersifat cito.
Prosedur
1 Pedoman yang Bekerja Bekerja Bekerja Sebagian besar
digunakan menggunakan menggunkan menggunakan informan
pedoman pedoman berupa pedoman menjelaskan
berupa standar standar berupa standar bahwa bekerja
operasional operasional operasional menggunakan
prosedur (SOP). prosedur (SOP) prosedur pedoman berupa
SOP tersebut yang dikeluarkan (SOP), namun standar
berisikan oleh direktur. tidak operasional
berdasarkan mengetahui prosedur (SOP).
dari kegiatan SOP tersebut Sebagiannya
sehari-hari yang seperti apa kecilnya
dilakukan. karena tidak menjelaskan
pernah bahwa SOP
mendapatkan tersebut
dokumen berdaraskan dari
tersebut dan hasil kegiatan
tidak ada sehari-hari yang
sosialisasi dilakukan, dan
terkait SOP sebagaian
tersebut. kecilnya lagi
menjelaskan
bahwa bekerja
menggunakan
SOP namun
tidak
mengetahui SOP
175
tersebut seperti
apa karena tidak
pernah
mendapatkan
dokumen
tersebut serta
tidak ada
sosialisasi
terkait SOP
tersebut.
Proses Administrasi
1 Periode yang Setiap Untuk merekap Setiap ada obat Seluruh
dilakukan dilakukan resep setiap hari, dan BMHP informan
pengambilan kalau untuk yang keluar menjelaskan
barang setelah pemeriksaan ED dilakuan bahawa periode
dilakukan atau stok opname pencatatan dan yang dilakukan
permintaan setiap sebulan rekapan. dalam proses
barang sekali, dan untuk administrasi
kemudian di pengambilan adalah setiap
entry di Surat barang/bmhp kali dilakukan
Bukti Barang setiap barang permintaan
Keluar (SBBK) keluar dicatat. barang masuk
dan dimasukan maupun barang
ke laporan keluar.
pengeluaran
barang. Agar
mengetahui
jumlah stok
akhir.
Proses Penyampain Berita
1 Tenaga yang Petugas gudang, Petugas gudang, Kepala Kepala Kepala ruangan, Karu, katim, Seluruh
terlibat dan kepala petugas apotik, ruangan, ruangan, perawat dan perawat dan infroman
ruangan atau dan perawat. perawat, perawat dan petugas gudang. petugas menjelaskan
perawat. petugas gudang petugas gudang. bahwa tenaga
dan petugas instalasi yang terlibat
apotik. farmasi dalam proses
176
penyampaian
berita adalah
petugas gudang,
petugas apotik
dan kepala
ruangan atau
perawat
diruangan.
2 Metode Untuk distrbusi Untuk permintaan Menggunakan Formatnya Kalau sekarang Kalau bersifat Seluruh
BMHP dari melalui resep. lisan dan form orang gudang sudah tidak cito informan
gudang ke IRI untuk bmhp. dilakukan perlu menggunakan menjelaskan
menggunakan Untuk bmhp Untuk obat keliling disetiap menggunakan telpon terlebih bahwa metode
form melalui form menggunakan ruangan, kalau telpon lagi, dahulu karena yang digunakan
permintaan permintaan resep. obat tergantung karena sudah emergency, dalam proses
barang dan barang. resep pasien. ada pegawai mamti baru penyampaian
surat bukti yang datang resepnya berita
barang keluar keruangan diturinin ke menggunakan
untuk ruangan. seminggu sekali apotik. Kalau form permintaan
untuk untuk bmhp untuk BMHP
Untuk distribusi memberikan menggunakan dan melalui
obat dari apotik form form resep untuk
ke IRI permintaan permintaan. obat.
menggunakan barang apa yang
resep pasien habis nanti
dari dokter. kepala ruangan
yang nulis di
form
permintaan.
Kalau obat kita
sesuaikan
dengan resep
saja.
3 Waktu Untuk obat Untuk resep Bmhp Setiap hari Bmhp setiap Setiap hari Seluruh
tergantung setiap hari. keruangan kamis petugas seminggu kalau resep. infroman
resep pasien. dilakukan gudang keliling sekali. Kalau Kalau bmhp menjeleskan
setiap hari memberikan obat setiap hari. bahwa waktu
177
Untuk BMHP Untuk obat dan kamis dan format seminggi yang dilakukan
dilakukan bmhp keapotik jum’at serta permintaan, dan sekali. untuk distribusi
seminggu sekali setiap hari, dan obat setiap besonya baru obat dilakukan
pada hari kamis bmhp keruangan resep yang didistribusiin. setiap kali atau
untuk seminggu sekali. datang. Kalau obat setiap hari
pemberian dan setiap malam tergantung resep
pengambilan memberikan pasien,
form resep ke apotik, sedangkan
permintaan besok pagi baru distribusi BMHP
barang. Hari kita ambil. dilakukan setiap
jum’at seminggu sekali
pemberian pada hari kamis
bmhp dan Jum’at.
keruangan.
4 Kendala Belum ada Sistem informasi Belum ada Perlu diadakan Perlu diaktifin Kalau untuk Sebagian besar
komputerisasi. rumah sakit (SIR) komputerisasi, komputerisasi sistem obat yang infroman
belum selama ini agar tidak perlu infromasi bukan menjelaskan
sepenuhnya hanya langsung kesana-kesini rumah sakit. emergency, bahwa masih
berjalan. komunikasi melakukan suka ditemukan terdapat kendala
antara pegawai permintaan. mis komunikasi terkait proses
dan perawat. antara petugas panyampaian
gudang dengan berita yaitu
petugas apotik, belum terdapat
misalkan sistem
barang yang komputerisasi.
diminta ini, tapi Sebagian kecil
di apotik menjelaskan
dibilang tidak bahwa kendala
ada, sedangkan yang terkait
ketika ditanya proses
di gudang penyampaian
kalau barang berita adalah
tersebut ada. masih terdapat
Tidak tahu mis komunikasi
petugas yang antara petugas
baru, atau instalasi farmasi
178
petugas yang dengan perawat
tidak di instalasi rawat
mengetahui inap.
nama barang
tersebut.
Proses Pengeluaran Fisik Barang
1 Tenaga yang Petugas gudang Untuk apotik Petugas gudang Seluruh
terlibat untuk obat dan petugas apotik. dan petugas informan
BMHP Untuk di gudang apotik. menjelaskan
digudang. petugas gudang. bahwa tenaga
Petugas Apotik yang terlibat
untuk obat dan dalam proses
BMHP di pengeluaran
Apotik. fisik barang
adalah petugas
instalasi farmasi
baik petugas
apoti maupun
petugas gudang.
2 Metode Pengeluaran FIFO dan FEFO Dilihat dari Seluruh
barang ED, jika ED infroman
menggunakan dekat, maka itu menjelaskan
metode FIFO yang duluan bahwa metode
dan FEFO. dikeluarin. yang digunakan
dalam proses
pengeluaran
fisik barang
adalah metode
FIFO dan FEFO.
3 Kendala Kendala untuk Tempat Karena masih Seluruh
obat, karena penyimpanan rak manual, jadi informan
barangnya dari obat dan bmhp masih ada menjelaskan
berbagai macam yang masih ditemukan bahwa masih
sumber, salah kurang. ketidaksamaan terdapat kendala
satunya adalah antara jumlah dalam proses
terdapat satu stok barang pengeluaran
179
barang dengan yang tersimpan fisik barang
dua sumber dirak dengan seperti masih
dana dan sudah jumlah stok di terdapat satu
ditentukan kartu stok, barang dengan
permasing- dikarenakan dua sumber
masing dana petugas yang dana, rak
dengan suka lupa penyimpanan
ruangannya. sehingga ada barang yang
Kendala untuk keselisihan. masih kurang
bmhp untuk dan belum
saat ini tidak terdapat sistem
ada. komputersasi.
Proses Angkutan
1 Tenaga yang Petugas gudang Perawat dan Petugas gudang Petugas Petugas gudang Perawat dan Seluruh
terlibat dan perawat petugas gudang. dan perawat. instalasi dan perawat petugas gudang informan
ruangan. farmasi dan menjelaskan
perawat bahwa tenaga
yang terlibat
dalam proses
angkutan adalah
petugas gudang
untuk distribusi
BMHP dan
perawat untuk
distribusi obat
2 Alat angkut 1 trolley, dan 1 trolley atau 1 trolley, dan Kursi roda dan 1 trolley dari Dibawa sendiri Sebagian besar
yang digunakan karton atau dibawa sendiri kardus. dibawa sendiri gudang, dibawa jika sedikit, informan
kardus. oleh perawat. jika tidak berat. sendiri dan jika banyak menjelaskan
kursi roda. menggunakan bahwa alat
kursi roda dan angkut yang
trolley untuk digunakan
distribusi bmhp dalam distribusi
keruangan. oat dan BMHP
adalah 1 buah
trolley dan
kardus. Sebagian
180
kecil informan
menjelaskan
bahwa alat
angkut yang
digunakan
adalah kursi
roda dan
diangkut sendiri
dengan tangan
oleh perawat.
3 Tahapan Disiapkan dulu Ada barang yang Pertama Seluruh
penyusunan di barang yang mau disiapkan informan
alat angkut mau di didstribusikan, terlebih dahulu menjelaskan
distribusi sesuai masukan ke barangnya, bahwa tahapan
ruangan, kardus sesuai kemudian penyusunan di
kemudian ruangan dipisahkan alat angkut
disusun kemudian peruangan. adalah
sementara di diletakkan ke Kedua mempersiapkan
dalam kardus trolley dan masukan barangnya
dan kemudian didistribusikan. kedalam kardus terlebih dahulu
diletakkan ke untuk sesuai ruangan,
trolley. sementara agar kemudian
terlihat lebih dimasukan ke
rapih dan dalam kardus
tersusun. untuk
Kemudian baru penyimpanan
diletakkan di sementara sesuai
trolley dan ruangan,
didistribusikan kemudian
perlantai. diletakkan dan
disusun rapih di
trolley dan
terakhir
didistribusikan
ke setiap
ruangan.
181
4 Kendala Ukuran trolley Tidak ada. Trolley yang Belum ada Perlu diadakan Butuh trolley Seluruh
yang masih sudah ada trolley trolley khusus khusus. informan
belum terdapat sedikit ruangan. menjelasakan
memadai. kerusakan dan bahwa masih
perlu diadakan terdapat kendala
kendaraan roda dalam proses
dua untuk angkutan seperti
barang yang trolley, karena
bersifat cito. trolley yang
sudah ada masih
dikatakan
kurang sehingga
perlu diadakan
trolley khusus
di ruangan dan
trolley yang
sudah ada,
terdapat sedikit
kerusakan
maupun ukuran
trolley yang
belum memadai.
Proses Pembongkaran dan Pemuatan
1 Tenaga yang Sudah tanggung Perawat Kepala ruangan Petugas dan Petugas dan Semua perawat Seluruh
terlibat jawab perawat diruangan. dan perawat itu perawat perawat terlibat. informan
di ruangan. sendiri. menjelaskan
bahwa tenaga
yang terlibat
dalam proses
pembongkaran
dan pemuatan
adalah perawat
diruangan.
2 Tahapan Untuk Sudah Untuk Langsung serah Diterima dan Datang dari Sebagian besar
pembongkaran pembongkaran sepenuhnya pembongkaran terima dan dimasukan apotik atau informan
dilakukan dilakukan dimasukan ke gudang, terus menjelaskan
182
dan pemuatan pengecekan tanggung jawab pengecekan tempat sesuai jenis diterima bahwa proses
barang terlebih dahulu, pegawai. secara penyimpanan. penyimpanan. kemudian di pembongkaran
untuk pemuatan bersama-sama simpan dilakukan
sudah tanggung antar petugas ditempat pengecekan
jawab perawat. dan perawat. penyimpanan. terlebih dahulu
Untuk dan proses
pemuatan pemuatan sudah
sudah tanggung tanggung jawab
jawab kepala perawat
ruangan atau diruangan.
perawat. Sebagian kecil
menjelaskan
bahwa proses
pembongkaran
dan pemuatan
barang adalah
serah terima dan
kemudian di
simpan ditempat
penyimpanan.
3 Kendala Terdapat Masih kurangnya Masih terdapat Kurangnya Kurang kotak Kurang Seluruh
penumpukan pegawai untuk penumpukan tenaga/perawat obat dan bmhp ruangan untuk informan
barang di melakukan barang di sehingga untuk tempat steril menjelaskan
ruangan pada pengecekan obat tempat perawat terlalu penyimpanan, yang obat bahwa masih
saat pemuatan hight penyimpanan tumpang tindih jadi masih ada diracik. terdapat kendala
dipenyimpanan alert/emergency barang dan tidak yang dicampur. dalam proses
barang. diruangan. diruangan. melalukan pembongkaran
pengecekan dan pemuatan
barang yang barang seperti
masuk. masih terdapat
penumpukan
barang pada saat
pemuatan
ditempat
penyimpanan,
masih
183
kurangnya
pegawai untuk
melakukan
pengecekan, dan
kurang tempat
penyimpanan
obat maupun
BMHP.
Tersalurnya obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap
1 Kualitas obat Kualitas obat Sejauh ini baik- Tidak menentu Sebagian besar
dan BMHP dan BMHP baik saja, karena pernah informan
sesuai dengan karena pernah ada obat yang menjelaskan
diminta saja, sebelumnya dekat-dekat bahwa kualitas
karena kalau ditemukan obat dengan expire, obat dan BMHP
untuk obat yang expirenya obat injeksi masih dikatakan
pernah sudah hampir yang berubah sesuai dengan
ditemukan obat mendekati, warnanya, yang diminta
yang kemudian bmhp seperti dan baik-baik
seharusnya pernah ada handscoon saja, namun
putih, tapi saat kemasan obat pernah masih terdapat
didistribusikan dan bmhp yang ditemukan kendala atau
obatnya sudah cacat atau sudah kerusakan yang
berubah warna rusak. berjamur, terjadi
kuning. aroma wangi diantaranya
Terdapat obat bedak bayi perubahan
yang sudah yang sudah warna pada obat
pecah dan ada tidak sedap yang injeksi atau
obat yang satu lagi, dan cair, obat yang
bulan mau pernah sudah hamper
expire tetap dilakukan retur habis masa
diresepin atau terhadap expirenya, masih
distribusikan baranng yang diresepkan atu
serta terjadi rusak, tapi hari didistribusikan
penumpukan besoknya tetap dan masih
obat akibat barang yang ditemukan
tidak langsung seperti itu lagi kemasan obat
184
diretur karena yang dan BMHP
SDM atau didistribusikan yang rusak atau
perawat kurang. cacat. Sebagian
Kalau untuk kecil informan
bmhp tidak ada. menjelaskan
bahwa kualitas
obat dan BMHP
masih tidak
menentu, karena
masih
ditemukan
kerusakan pada
obat maupun
BMHP.
3 Dilakukan Kalau obat Obat dilakukan Dilakukan Seluruh
pengecekan dilakukan pengecekan, pengecekkan informan
pengecekan tapi kalau bmhp terlebih dahulu menjelaskan
karena harus tidak dilakukan bahwa dilakukan
sesuai dengan pengecekan. pengecekan
resep, kalau terlebih dahulu
bmhp tidak. pada obat dan
BMHP.
Ketepatan Jenis
1 Ketersediaan Kadang ada, Tidak menentu Kadang-kadang Seluruh
obat dan kadang tidak karena kalau karena masih infroman
BMHP tersedia karena bmhp tidak suka ditemukan menjelaskan
obat yang pernah barang yang bahwa
diminta dengan ditemukan diminta apa, ketersedian obat
yang kesalahan jenis. tapi yang dan BMHP
didistribusikan Kalau obat diberikan masih dapat
kadang tidak kadang suka berbeda. dikatakan tidak
sama, ada tapi ditemukan menentu, karena
dengan merek ketidaksamaan masih
yang berbeda. jenis yang ditemukan
Kalau untuk diminta dengan beberapa
kesalahan pada
185
bmhp saat ini yang jenis misalnya
tidak ada. disitiribusikan. jenis obat yang
diminta dengan
yang
didistribusikan
masih terdapat
ketidaksamaan.
Sedangkan
BMHP belum
pernah
ditemukan
kesalahan jenis.
2 Dilakukan Kalau obat Kadang Untuk obat 2 (dua) orang
pengecekan dilakukan dilakukan dilakukan informan
pengecekkan, pengecekan, pengecekan, menjelaskan
tapi kalau bmhp kadang tidak, untuk bmhp bahwa untuk
langsung tergantung tidak. obat dilakukan
dimasukan ke tingkat pengecekan
tempat kesibukan jenis sedangkat
penyimpanan. kepala ruangan BMHP tidak
dan perawat dilakukan
pada saat itu. pengecekan.
Sedangkan 1
(satu) orang
informan
mengatakan
bahwa
pengecekan
dilakukan
tergantung
tingkat
kesibukan
kepala ruangan
atau perawat
diruangan.
Ketepatan Jumlah
186
1 Jumlah yang Kalau obat Kalau bmhp Sesuai kalau Seluruh
diberikan palingan tidak suka tidak dari gudang informan
ada. Tapi kalau sesuai dengan yang untuk menjelaskan
bmhp, jika jumlah yang permintaan bahwa jumlah
jumlahnya tidak diminta dengan bmhp, kecuali BMHP yang
sesuai dihari yang kalau lagi tidak diberikan dari
itu, dihari didistribusikan, ada, dari gudang farmasi
besoknya akan kalau kurang gudang ke instalasi
dipenuhi atau pinjem konfirmasi rawat inap masih
dikirim lagi, keruangan kalau barang terdapat
atau jika sebelah. Kalau kosong. Kalau kesalahan
bersifat cito obat tidak dari apotik, jumlah atau
pinjem terlebih pernah suka beda jumlah yang
dahulu dengan ditemukan jumlah antara diberikan tidak
ruangan lain, kesalahan jumlah barang sesuai dengan
baru nanti kalau jumlah karena yang diminta yang diminta
sudah ada harus sesuai dengan yang dengan yang
dikembalikan. dengan resep. diberikan. diberikan,
Misalkan butuh namun hal
dispo 15 buah tersebut jika
untuk satu hari bersifat cito
24 jam, tapi maka dapat
nanti diatasi segera
dikasihnya dengan cara
Cuma 5 dari meminjam
apotik, jadi barang dengan
sangat jauh ruangan rawat
perbedaannya. inap yang lain
dan jika barang
tersebut sudah
diberikan
kembali oleh
gudang farmasi
maka ruangan
ranap yang
meminjam
187
barang, berhak
mengembalikan
barang yang
telah dipinjam
dari ranap lain.
Sedangkan
jumlah obat
tidak pernah
ditemukan
kesalahah
jumlah.
Ketepatan Waktu
1 Waktu yang Kalau obat Bmhp seminggu Kalau bmhp Seluruh
dilakukan tergantung sekali hari seminggu informan
resep, kamis dan sekali. menjelaskan
diresepkan jmu’at. Kalau Misalkan bahwa waktu
malam ke obat setiap hari. minggu ini yang dilakukan
apotik, besok setiap hari dalam distribusi
pagi baru kamis dan obat adalah
diambil di jum’at tapi setiap hari atau
apotik oleh nanti minggu setiap kali ada
perawat. Kalau besok bisa resep pasien,
untuk bmhp lebih cepat hari sedangkan
seminggu selasa dan rabu, distribusi BMHP
sekali. tidak tahu dilakukan pada
karena mereka setiap seminggu
kerajinan atau sekali.
apa. Kalau
untuk obat
setiap
diresepkan.
2 Mengganggu Tidak Tidak, karena Tidak, suka Seluruh
waktu distribusi lebih cepat informan
pelayanan dilakukan setiap saja. mengatakan
pagi untuk bahwa waktu
yang sudah
188
bahan medis ditentukan tidak
habis pakai mengganggu
waktu pelayanan
pada saat di
instalasi rawat
inap.
MATRIKS WAWANCARA
Jawaban
Pertanyaan INF1 INF2 INF3 IRI1 IRI2 IRI3 Kesimpulan
INPUT
SDM
Berapa jumlah 25 Apoteker 7 Petugas di 20 Sebelumnya ada 16 -
pegawai saat ini? Aisten Apoteker gudang 5 14 ditambah 2,
15 Selebihnya di tapi yang
Admin 3 apotik. berhenti 1 jadi
15 sekarang.
Siapa saja yang Semua pegawai Farmasis, perawat, Semua pegawai Yang Kepala ruangan, Semuanya Semua pegawai di
terlibat dalam terlibat dalam dokter, dan tenaga ikut andil dan bertanggung katim dan terlibat instalasi farmasi
distribusi obat dan distribusi obat medis. perawat jawab kepala pelaksana atau terutama katim dan perawat di
BMHP di dan BMHP di ruangan. ruangan, tapi perawat ruangan instalasi rawat
Instalasi Rawat IRI serta kalau ada inap ikut terlibat
Inap? perawat. permintaan bisa dalam distribusi
189
penanggung obat dan BMHP
jawab khusus di Intalasi Rawat
atau perawat. Inap.
Bagaimanakah Kepala Kalau kepala Petugas Seluruh informan
gambaran uraian distribusi bagian pelayanan pelaksana menjelaskan
tugas dari masing- bertugas farmasi rawat inap bertugas bahwa uraian
masing petugas membuat entry resep, revisi mengamprah, tugas dari masing-
distribusi obat dan pembukuan obat entrian resep, mengambil masing pegawai
BMHP? dan BMHP pengambilan atau form sebagai berikut:
seperti mencatat penyiapan resep permintaan a. Kepala bagian
barang yang obat, etiketing ruangan setiap distribusi
keluar dan resep, peracikan minggu, bertugas
masuk, obat dan merekap menyiapkan sebagai
kemudian stok pengeluaran obat barang, pembuat
opname, diapotik. Kalau distribusiin laporan dan
pengelolaan kepala bagian barang tersebut, mencatat
barang distribusi mengecek setiap barang
kadaluarsa dan mencatat barang kesesuaian yang keluar
retur barang. yang keluar dan barang dan dan masuk.
Kalau kepala masuk. Sedangkan penyerahan b. Kepala bagian
bagian petugas pelaksana barang. Kalau pelayanan
pelayanan yang melakukan kepala bagian farmasi rawat
farmasi rawat distribusinya distribusi yang inap bertugas
inap entry resep, misalnya membuat sebagai entry
pengambilan mengamprah, laporan dan resep,
dan penyiapan menyiapkan dan mencatat setiap pengambilan
resep obat dan mendistribusikan barang masuk atau penyiapan
peracikan obat. dan keluar. resep dan
Sedangkan Sedangkan peracikan
petugas kepala bagian resep.
pelaksana farmasi rawat c. Petugas
distribusi inap yang pelaksana
mengambil form bertanggung bertugas
permintaan jawab terhadap sebagai yang
ruangan, resep pasien melakukan
menyiapkan seperti meracik amprahan,
190
barang atau obat dan lain- memberikan
mengamprah, lain. form
kemudian permintaan ke
distribusiin ruangan,
barang tersebut meyiapkan
keruangan dan barang dan
mengecek melakukan
kesesuaian pengecekan
barang. kesesuaian
barang.
Apa saja latar Latar belakang SMF, D3, S1 dan SMA, SMF, Latar belakang
belakang pegawai adalah Apt D3, dan Apt. pendidikan
pendidikan SMA, SMF, pegawai di
pegawai? D3, instalasi farmasi
S1, dan Apt. masih bervariasi
yaitu SMA, SMF,
D3, S1 dan Apt.
Bagaimana Belum pernah Untuk apoteker Pelatihan Untuk pelatihan Pelatihan Untuk pelatihan Sebagian besar
dengan pelatihan sudah ada, tapi distribusi obat khusus distribusi obat diluar distribusi informan
khusus yang bukan pelatihan dan BMHP distribusi obat dan bmhp untuk obat dan bmhp menjelaskan
pernah diikuti tentang distribusi belum pernah dan bmhp untuk perawat belum sudah pernah. bahwa belum
oleh petugas obat dan BMHP. ada. perawat belum ada. pernah mengikuti
terkait distribusi ada. pelatihan terkait
obat dan BMHP? distribusi obat dan
BMHP. Sebagian
kecil menjelaskan
bahwa sudah
pernah ikut
pelatihan namun
bukan pelatihan
terkait distribusi
obat dan BMHP.
Berapa jumlah Di gudang tidak Di apotik terbagi 4 Di gudang 3 (pagi, siang, Shift terbagi 3: Pagi, siang, dan Untuk pegawai di
shift pegawai? terdapat shift. Di shift: Pagi (07.00- setiap hari dan malam) pagi, siang, malam apotik memiliki 4
apotik dibagi 4 14.00), Middle masuk dari malam shift yaitu shift
shift. (10.00-17.00), Senin – Jum’at pagi (07.00-
191
Siang (14.00- dan hari Sabtu 14.00), shift
21.00), dan dan Minggu midlle (10.00-
Malam (21.00- libur, karena 17.00), shift siang
07.00). Untuk ikut manajemen (14.00-21.00), dan
gudang tidak ada di atas. Kalau shift malam
shift, melainkan apotik terdapat (21.00-07.00).
masuk dari hari 4 shift. Untuk pegawai di
Senin-Jum’at dari gudang tidak
jam 07.00-16.00. memiliki shift,
karena jadwal
mereka mengikut
jadwal
manajamen yaitu
masuk setiap hari
Senin-Jum’at dari
jam 07.00-16.00.
dan Untuk seluruh
perawat diruangan
memiliki 3 shift
yaitu shift pagi,
siang dan malam.
SARANA
Fasilitas apa saja Tersedia mobil, Untuk obat Trolley, mobil, Kalau bmhp Kalau resep Trolley dan Fasilitas yang
yang digunakan trolley, dan menggunakan plastic klip dari gudang banyak kardus. Kalau digunakan dalam
dalam distribusi menggunkan plastic klip warna obat, dan menggunakan menggunakan untuk resep distribusi obat dan
obat dan BMHP karton atau biru, dan untuk karton/kardus trolley dan kursi roda, kalau banyak BMHP adalah
di Instalasi Rawat kardus. bmhp kardus. Tapi sedikit dibawa menggunakan mobil, trolley,
Inap? menggunakan kalau untuk ke sendiri begitu kursi roda kardus, karton,
trolley. apotik saja oleh palstik klip,
menggunakan perawat. Kalau dibawa sendiri
kursi roda. untuk bmhp dari tanpa alat dan
gudang kursi roda yang
menggunakan merupakan tidak
trolley. masuk dalam
standard alat
angkut distribusi.
192
Bagaimana Untuk trolley Untuk saat ini Trolley dan Untuk tempat Sudah Sudah Ketersediaan
ketersediaan sudah sudah mencukupi, mobil sudah penyimpanan mencukupi, tapi mencukupi, sarana dalam
sarana dalam mencukupi, tapi untuk kearah mencukupi, BMHP sudah kalu untuk walaupun menunjang proses
menunjang proses karena dilihat yang lebih baik hanya saja mencukupi dan akreditasi masih belum sesuai distrbusi obat dan
distribusi obat dan dari tempat masih dibilang kondisi trolley untuk obat belum. standard. BMHP di IRI
BMHP di penyimpanan ada yang kurang. saat ini sedikit hanya obat sudah mencukupi.
Instalasi Rawat alat tersebut ada kerusakan. emergency saja
Inap? (gudang) yang yang kita stok
masih sempit. diruangan.
Apakah terdapat Tempat Tempat Kurang Sistem Kotak obat yang Ruangan untuk Setiap instalasi
kendala pada penyimpanan penyimpanan obat kendaraan roda informasi masih kurang. tempat meracik memiliki kendala
sarana yang obat dan bmhp dan bmhp masih dua untuk obat rumah sakit obat tersebut, yang sama yaitu
mengahambat (gudang) yang seadanya, masih dan BMHP disini masih karena kurangnya tempat
distribusi obat dan masih pisah dan butuh rak-rak obat yang bersifat dikatakan diruangan ini penyimpanan obat
BMHP di jauh. untuk pasien. cito karena kurang bagus. masih meracik dan BMHP di
Instalasi Rawat kondisi gudang obat sendiri dari instalasi rawat
Inap? yang masih apotik, karena inap dan instalasi
terletak pisah kurangnya farmasi seperti rak
dan jauh. tenaga apotik, obat, rak bmhp,
jadi tempat dan ruangan untuk
meracik obat meracik.
dan tempat Kurangnya alat
penyimpanan angkut yaitu
masih kendaraan roda
digabung. dua dan trolley
Dibutuhkan khusus untuk di
trolley khusus ruangan. Dan
ruangan. sistem informasi
rumah sakit yang
belum maksimal.
PROSEDUR
Pedoman apa Bekerja Bekerja Bekerja Sebagian besar
yang digunakan menggunakan menggunkan menggunakan informan
ketika melakukan pedoman berupa pedoman berupa pedoman menjelaskan
distribusi obat dan standar standar berupa standar bahwa bekerja
BMHP di operasional operasional operasional menggunakan
193
Instalasi Rawat prosedur (SOP). prosedur (SOP) prosedur (SOP), pedoman berupa
Inap? SOP tersebut yang dikeluarkan namun tidak standar
berisikan oleh direktur. mengetahui operasional
berdasarkan dari SOP tersebut prosedur (SOP).
kegiatan sehari- seperti apa Sebagiannya
hari yang karena tidak kecilnya
dilakukan. pernah menjelaskan
mendapatkan bahwa SOP
dokumen tersebut
tersebut dan berdaraskan dari
tidak ada hasil kegiatan
sosialisasi sehari-hari yang
terkait SOP dilakukan, dan
tersebut. sebagaian
kecilnya lagi
menjelaskan
bahwa bekerja
menggunakan
SOP namun tidak
mengetahui SOP
tersebut seperti
apa karena tidak
pernah
mendapatkan
dokumen tersebut
serta tidak ada
sosialisasi terkait
SOP tersebut.
PROSES
PROSES ADMINISTRASI
Dalam periode Setiap dilakukan Untuk merekap Setiap ada obat
apa dilakukannya pengambilan resep setiap hari, dan BMHP
pencatatan dan barang setelah kalau untuk yang keluar
penyusunan dilakukan pemeriksaan ED dilakuan
laporan distribusi permintaan atau stok opname pencatatan dan
obat dan BMHP barang setiap sebulan rekapan.
194
di Instalasi Rawat kemudian di sekali, dan untuk
Inap? entry di Surat pengambilan
Bukti Barang barang/bmhp
Keluar (SBBK) setiap barang
dan dimasukan keluar dicatat.
ke laporan
pengeluaran
barang. Agar
mengetahui
jumlah stok
akhir.
PROSES PENYAMPAIAN BERITA
Siapa saja yang Petugas gudang, Petugas gudang, Kepala Kepala ruangan, Kepala ruangan, Karu, katim, Semua pegawai
terlibat dalam dan kepala petugas apotik, ruangan, perawat dan perawat dan perawat dan instalasi farmasi
proses ruangan atau dan perawat. Ada perawat, petugas instalasi petugas gudang. petugas gudang. dan kepala
penyampaian perawat. juga P O S, tapi petugas gudang farmasi ruangan serta
berita distribusi untuk ruangan dan petugas perawat di
obat dan BMHP intensif. apotik. instalasi rawat
di Instalasi Rawat inap terlibat dalam
Inap? proses
penyampaian
berita distribusi
obat dan BMHP
di IRI.
Metode apa yang Untuk distrbusi Untuk permintaan Menggunakan Formatnya Kalau sekarang Kalau bersifat Metode yang
digunakan dalam BMHP dari melalui resep. lisan dan form orang gudang sudah tidak cito digunakan dalam
proses gudang ke IRI untuk bmhp. dilakukan perlu menggunakan distribusi obat dan
penyampaian menggunakan Untuk bmhp Untuk obat keliling disetiap menggunakan telpon terlebih BMHP di IRI
berita distribusi form permintaan melalui form menggunakan ruangan, kalau telpon lagi, dahulu karena terbagi menjadi 2:
obat dan BMHP barang dan surat permintaan resep. obat tergantung karena sudah emergency, untuk distribusi
di Instalasi Rawat bukti barang barang. resep pasien. ada pegawai mamti baru obat di apotik
Inap? keluar untuk yang datang resepnya menggunakan
ruangan. keruangan diturinin ke resep, dan untuk
seminggu sekali apotik. Kalau distribusi BMHP
Untuk distribusi untuk untuk bmhp menggunakan
obat dari apotik memberikan menggunakan form permintaan
195
ke IRI form permintaan form barang yang
menggunakan barang apa yang permintaan. diberikan oleh
resep pasien dari habis nanti instalasi farmasi
dokter. kepala ruangan ke instalasi rawat
yang nulis di inap. Keduanya
form masih
permintaan. menggunakan
Kalau obat kita komunikasi
sesuaikan langsung dan
dengan resep tulisan manual.
saja.
Kapan Untuk obat Untuk resep setiap Bmhp Setiap hari Bmhp setiap Setiap hari Pelaksanaan
dilaksanakan tergantung resep hari. keruangan kamis petugas seminggu sekali. kalau resep. distribusi obat di
proses pasien. dilakukan gudang keliling Kalau obat Kalau bmhp instalasi rawat
penyampaian Untuk obat dan setiap hari memberikan setiap hari. seminggi sekali. inap dilakukan
berita distribusi Untuk BMHP bmhp keapotik kamis dan format setiap hari, karena
obat dan BMHP dilakukan setiap hari, dan jum’at serta permintaan, dan tergantung dari
di Instalasi Rawat seminggu sekali bmhp keruangan obat setiap besonya baru resep pasien yang
Inap? pada hari kamis seminggu sekali. resep yang didistribusiin. diberikan.
untuk pemberian datang. Kalau obat Pelaksanaan
dan setiap malam distribusi BMHP
pengambilan memberikan di instalasi rawat
form permintaan resep ke apotik, inap dilakukan
barang. Hari besok pagi baru setiap seminggu
jum’at kita ambil. sekali di hari
pemberian bmhp Kamis dan
keruangan. Jum’at.
Kendala apa yang Belum ada Sistem informasi Belum ada Perlu diadakan Perlu diaktifin Kalau untuk Kendala dalam
menghambat komputerisasi. rumah sakit (SIR) komputerisasi, komputerisasi sistem infromasi obat yang proses
proses belum sepenuhnya selama ini agar tidak perlu rumah sakit. bukan penyampaian
penyampaian berjalan. hanya langsung kesana-kesini emergency, berita distribusi
berita? komunikasi melakukan suka ditemukan obat dan BMHP
antara pegawai permintaan. mis komunikasi di instalasi rawat
dan perawat. antara petugas inap adalah butuh
gudang dengan diadakan dan
petugas apotik, diaktifin sistem
196
misalkan komputerisasi di
barang yang sistem infromasi
diminta ini, tapi rumah sakit, agar
di apotik proses
dibilang tidak penyampaian
ada, sedangkan berita tidak perlu
ketika ditanya untuk dilakukan
di gudang secara manual
kalau barang dengan
tersebut ada. kelilingnya
Tidak tahu petugas dan
petugas yang perawat, karena
baru, atau dilihat dari jumlah
petugas yang petugas yang
tidak masih belum
mengetahui mencukupi.
nama barang
tersebut.
PROSES PENGELUARAN FISIK BARANG
Siapa saja yang Petugas gudang Untuk apotik Petugas gudang Petugas gudang
terlibat dalam untuk obat dan petugas apotik. dan petugas dan petugas apotik
proses BMHP Untuk di gudang apotik. yang terlibat
pengeluaran fisik digudang. petugas gudang. dalam proses
barang? Petugas Apotik pengeluaran fisik
untuk obat dan barang, karena
BMHP di obat dan BMHP
Apotik. yang akan
didistribusikan
tersimpan di
apotik dan di
gudang.
Metode apa yang Pengeluaran FIFO dan FEFO Dilihat dari ED, Proses
digunakan dalam barang jika ED dekat, pengeluaran fisik
proses menggunakan maka itu yang barang yang
pengeluaran fisik metode FIFO duluan dilakukan di
barang? dan FEFO. dikeluarin. instalasi farmasi
untuk instalasi
197
rawat inap adalah
sistem FIFO dan
FEFO.
Kendala apa saja Kendala untuk Tempat Karena masih Masih terdapat
yang menghambat obat, karena penyimpanan rak manual, jadi kendala dalam
proses barangnya dari obat dan bmhp masih ada proses
pengeluaran fisik berbagai macam yang masih ditemukan pengeluaran fisik
barang? sumber, salah kurang. ketidaksamaan barang yaitu ada
satunya adalah antara jumlah beberapa obat
terdapat satu stok barang yang memiliki dua
barang dengan yang tersimpan sumber dana,
dua sumber dirak dengan tempat
dana dan sudah jumlah stok di penyimpanan rak
ditentukan kartu stok, obat dan bmhp
permasing- dikarenakan yang kurang dan
masing dana petugas yang masih terdapat
dengan suka lupa tidak kesamaan
ruangannya. sehingga ada anatara jumlah
Kendala untuk keselisihan. stok barang
bmhp untuk saat ditempat
ini tidak ada. penyimpanan
dengan jumlah di
kartu stok.
PROSES ANGKUTAN
Siapa saja yang Petugas gudang Perawat dan Petugas gudang Petugas Petugas gudang Perawat dan Proses angkutan
terlibat dalam dan perawat petugas gudang. dan perawat. instalasi farmasi dan perawat petugas gudang dilakukan oleh
proses ruangan. dan perawat petugas gudang
pengangkutan untuk distribusi
distribusi obat dan BMHP di IRI dan
BMHP di distribusi obat
Instalasi Rawat dilakukan oleh
Inap? perawat ruangan.
Alat pengangkut Trolley, dan Trolley atau Mobil, trolley, Kursi roda dan Trolley dari Dibawa sendiri Alat pengangkut
apa saja yang karton atau dibawa sendiri dan kardus. dibawa sendiri gudang, dibawa jika sedikit, jika yang digunakan
digunakan dalam kardus. oleh perawat. jika tidak berat. sendiri dan kursi banyak adalah mobil,
proses distribusi roda. menggunakan trolley,
198
obat dan BMHP kursi roda dan karton/kardus,
di IRI? trolley untuk diangkut sendiri
distribusi bmhp oleh petugas atau
keruangan. perawat, dan kursi
roda yang tidak
termasuk dalam
standar alat
pengangkut
distribusi barang.
Apakah terdapat Ukuran trolley Tidak ada. Trolley yang Belum ada Perlu diadakan Butuh trolley Kendala yang
kendala pada yang masih sudah ada trolley trolley khusus khusus. terjadi berkaitan
proses angkutan belum memadai. terdapat sedikit ruangan. trolley, ukuran
yang menghambat kerusakan dan trolley yang sudah
distribusi obat dan perlu diadakan tersedia belum
BMHP di IRI? kendaraan roda memadai, trolley
dua untuk yang sudah
barang yang tersedia juga
bersifat cito. mengalami
kerusakan fisik,
dibutuhkan
kendaraan roda
dua untuk barang
yang cito dan
trolley khusus
untuk instalasi
rawat inap.
PROSES PEMBONGKARAN DAN PEMUATAN
Siapa saja yang Sudah tanggung Perawat Kepala ruangan Petugas dan Petugas dan Semua perawat Proses
terlibat dalam jawab perawat diruangan. dan perawat itu perawat perawat terlibat. pembongkaran
proses di ruangan. sendiri. dan pemuatan
pembongkaran obat dan BMHP
dan pemuatan di ruangan lebih
obat dan BMHP sering dilakukan
di IRI? oleh perawat
199
Bagaimana Untuk Sudah sepenuhnya Untuk Langsung serah Diterima dan Datang dari Tahapan yang
tahapan pembongkaran tanggung jawab pembongkaran terima dan dimasukan apotik atau dilakukan pada
pembongkaran dilakukan pegawai. dilakukan dimasukan ke sesuai jenis gudang, terus saat proses
dan pemuatan pengecekan pengecekan tempat penyimpanan. diterima pembongkaran
obat dan BMHP terlebih dahulu, secara bersama- penyimpanan. kemudian di adalah serah
di IRI? untuk pemuatan sama antar simpan diempat terima barang dan
sudah tanggung petugas dan penimpanan. dilakukan
jawab perawat. perawat. Untuk pengecekan
pemuatan sudah berdasarkan
tanggung jawab petugas gudang,
kepala ruangan tetapi berdasarkan
atau perawat. perawat setelah
serah terima
langsung
dimasukan ke
tempat
penyimpanan obat
dan BMHP
(proses
pemuatan).
Apakah pernah Kadang Dilakukan Dilakukan Tidak ada, jadi Tidak, langsung Kadang-kadang Hampir tidak
dilakukan dilakukan pengecekan pengecekan kalau barang ditaruh dilemari. melakukan
pengecekan pengecekan, terhadap obat high keruangan. datang langsung pengecekan
terhahap karena kadang alert/emergency dimasukan ke terlebih dahulu
pemuatan barang ada yang belum yang distok tempat setelah barang
yang tersimpan di satu minggu diruangan. penyimpanan. datang.
IRI? sudah habis.
Apakah terdapat Terdapat Masih kurangnya Masih terdapat Kurangnya Kurang kotak Kurang ruangan Kendala yang
kendala dalam penumpukan pegawai untuk penumpukan tenaga/perawat obat dan bmhp untuk tempat terjadi pada proses
pembongkaran barang di melakukan barang di sehingga untuk steril yang obat pembongkaran
dan pemuatan ruangan pada pengecekan obat tempat perawat terlalu penyimpanan, diracik. dan pemuatan
obat dan BMHP saat pemuatan hight penyimpanan tumpang tindih jadi masih ada berdasarkan
di IRI? dipenyimpanan alert/emergency barang dan tidak yang dicampur. pegawai instalasi
barang. diruangan. diruangan. melalukan farmasi masih
pengecekan terdapat
penumpukan
200
barang yang barang pada saat
masuk. pemuatan barang
di tempat
penyimpanan dan
masih kurangnya
pegawai untuk
melakukan
pengecekan obat
high alert di
ruangan.
Berdasarkan
kendala yang
dialami oleh
perawat adalah
kurangnya SDM
untuk melakukan
pengecekan dan
kurangnya tempat
penyimpanan
barang atau
ruangan.
OUTPUT
Ketersediaan dan Keamanan
Bagaimana Kualitas obat Sejauh ini baik- Tidak menentu. Kualitas obat dan
keamanan obat dan BMHP baik aja. BMHP yang telah
dan BMHP yang sesuai dengan didistribusikan
telah diminta saja. masih dikatakan
didistribusikan ke baik.
IRI?
Apakah pernah Pernah Pernah tapi Pernah sekali Pernah ditemukan
ditemukan beberapa kali kadang-kadang. dua kali dalam kerusakan atau
kerusakan atau ditemukan. seminggu kecacatan.
kecacatan pada
obat dan BMHP
yang sudah di
201
distribusikan ke
IRI?
Kerusakan dan Kalau untuk Pernah Pernah kalau Kerusakan atau
kecacatan seperti obat pernah sebelumnya obat yang kecatatan yang
apa yang sering ditemukan obat ditemukan obat dekat-dekat terjadi pada obat
terjadi? yang yang expirenya dengan expire, adalah obat-obat
seharusnya sudah hampir obat injeksi yang sudah
putih, tapi saat mendekati, yang berubah mendekati ED
didistribusikan kemudian warnanya, (expire date) tetap
obatnya sudah pernah ada bmhp seperti diresepin ke
berubah warna kemasan obat handscoon ruangan, ada
kuning. dan bmhp yang pernah perubahan warna
Terdapat obat cacat atau rusak. ditemukan pada obat injeksi
yang sudah sudah berjamur, atau cair, terdapat
pecah dan ada aroma wangi juga obat yang
obat yang satu bedak bayi kemasannya
bulan mau yang sudah sudah pecah dan
expire tetap tidak sedap rusak.
diresepin atau lagi, dan pernah Kerusakan atau
distribusikan dilakukan retur kecatatan yang
serta terjadi terhadap terjadi pada bmhp
penumpukan baranng yang adalah ditemukan
obat akibat rusak, tapi hari barang seperti
tidak langsung besoknya tetap handscoon yang
diretur karena barang yang sudah berjamur,
SDM atau seperti itu lagi dan aroma wangi
perawat kurang. yang bedak yang sudah
Kalau untuk didistribusikan tidak sedap.
bmhp tidak ada. Kendala yang
terjadi pada obat
atau barang yang
rusak, setelah
dilakukan retur
untuk barang
baru, dan minta
diganti, tapi
202
dikemudian hari
tetap barang yang
rusak tersebut
yang
diditribusikan.
Apakah dilakukan Kalau obat Obat dilakukan Dilakukan Dilakukan
pengecekan dilakukan pengecekan, tapi pengecekkan pengecekan
terlebih dahulu pengecekan kalau bmhp terlebih dahulu terhadap jumlah
terhadap jumlah karena harus tidak dilakukan obat, tetapi untuk
obat dan BMHP sesuai dengan pengecekan. pengecekan
yang diminta resep, kalau jumlah bmhp
dengan yang bmhp tidak. tidak dilakukan.
didistribusikan ke
IRI?
KETEPATAN JENIS
Apakah jenis obat Kadang ada, Tidak menentu Kadang-kadang Hampir semua
dan BMHP yang kadang tidak perawat
diminta oleh IRI tersedia. mengatakan
selalu tersedia di ketersediaan jenis
IF? obat yang diminta
dengan yang
didistribusikan
masih tidak
menentu, karena
nanti tersedia
ataupun tidak
tersedia.
Apakah dilakukan Kalau obat Kadang Untuk obat Dilakukan
pengecekan dilakukan dilakukan dilakukan pengecekan
terlebih dahulu pengecekkan, pengecekan, pengecekan, terhadap jenis
terhadap jenis tapi kalau bmhp kadang tidak, untuk bmhp obat, tetapi untuk
obat dan BMHP langsung tergantung tidak. pengecekan jenis
yang diminta dimasukan ke tingkat bmhp tidak
dengan yang tempat kesibukan dilakukan.
didistribusikan ke penyimpanan. kepala ruangan
IRI?
203
dan perawat
pada saat itu.
Apakah pernah Pernah tapi Kadang-kadang Pernah Pernah terjadi
terjadi kesalahan tidak setiap kesalahan pada
jenis obat dan hari, bisa sekali jenis obat.
BMHP yang dua kali dalam
diminta oleh IRI seminggu,
berbeda dengan
yang
didistribusikan
oleh IF?
Kesalahan jenis Obat yang Bmhp tidak Diminta barang Kesalahan jenis
seperti apa diminta dengan pernah apa, tapi yang yang terjadi
yang terjadi? yang ditemukan diberikan adalah obat dan
didistribusikan kesalahan jenis. berbeda. bmhp pada saat
tidak sama, ada Kalau obat permintaan
tapi dengan kadang suka dengan yang
merek yang ditemukan didistribusikan
berbeda. Kalau ketidaksamaan masih terjadi
untuk bmhp saat jenis yang perbedaan atau
ini tidak ada. diminta dengan tidak sesuai
yang dengan
disitiribusikan. permintaan.
KETEPATAN JUMLAH
Apakah pernah Pernah, tapi Pernah untuk Pernah Pernah ditemukan
terjadi kesalahan tidak sering. beberapa kali kesalahan dalam
jumlah obat dan jumlah obat dan
BMHP yang bmhp yang
diminta oleh IRI didistribusikan.
berbeda dengan
yang
didistribusikan
oleh IF?
204
Kesalahan jumlah Kalau obat Kalau bmhp Sesuai kalau Kesalahan jumlah
seperti apa yang palingan tidak suka tidak sesuai dari gudang yang terjadi
terjadi? ada. Tapi kalau dengan jumlah yang untuk adalah jumlah
bmhp, jika yang diminta permintaan obat dan BMHP
jumlahnya tidak dengan yang bmhp, kecuali yang
sesuai dihari itu, didistribusikan, kalau lagi tidak didistribusikan
dihari besoknya kalau kurang ada, dari tidak sesuai
akan dipenuhi pinjem gudang dengan yang
atau dikirim keruangan konfirmasi dilakukan pada
lagi, atau jika sebelah. Kalau kalau barang saat permintaan.
bersifat cito obat tidak kosong. Kalau
pinjem terlebih pernah dari apotik,
dahulu dengan ditemukan suka beda
ruangan lain, kesalahan jumlah antara
baru nanti kalau jumlah karena jumlah barang
sudah ada harus sesuai yang diminta
dikembalikan. dengan resep. dengan yang
diberikan.
Misalkan butuh
dispo 15 buah
untuk satu hari
24 jam, tapi
nanti
dikasihnya
Cuma 5 dari
apotik, jadi
sangat jauh
perbedaannya.
KETEPATAN WAKTU
Kapan Kalau obat Bmhp seminggu Kalau bmhp Waktu yang
dilakukannya tergantung sekali hari kamis seminggu dilakukan untuk
distribusi obat dan resep, dan jmu’at. sekali. distribusi obat
BMHP di IRI? diresepkan Kalau obat Misalkan adalah setiap hari
malam ke setiap hari. minggu ini atau tergantung
apotik, besok setiap hari resep pasien.
pagi baru kamis dan Kalau untuk
205
diambil di jum’at tapi distribusi bmhp
apotik oleh nanti minggu setiap seminggu
perawat. Kalau besok bisa lebih sekali di hari
untuk bmhp cepat hari Kamis dan
seminggu selasa dan rabu, Jum’at.
sekali. tidak tahu
karena mereka
kerajinan atau
apa. Kalau
untuk obat
setiap
diresepkan.
Apakah waktu Rutin Rutin Kadang rutin, Waktu yang
distribusi yang kadang lebih dilakukan untuk
dilakukan selalu cepat. distribusi selalu
rutin dan tetap? Keseringan rutin terutama
rutin pada bmhp.
Apakah waktu Tidak Tidak, karena Tidak, suka Waktu distribusi
distribusi yang distribusi lebih cepat saja. yang dilakukan
sudah ditentukan dilakukan setiap pada saat
terutama bmhp pagi untuk distribusi bmhp
mengganggu di bahan medis tidak menganggu
waktu yang tidak habis pakai proses pelayanan
tepat atau pada di IRI.
saat pelayanan di
IRI?
206
Matriks Hasil
207
medis habis pakai, begitu juga dengan
pelatihan yang lain, petugas gudang
belum pernah sama sekali mengikuti
pelatihan dalam kegiatan apapun,
sehingga dalam melakukan kegiatan
atau membuat form dilakukan dengan
ide atau kreasi sendiri.
208
jadwal shift di apotik terbagi
Petugas apotik sudah pernah menjadi 4 shift.
mengikuti pelatihan, namun bukan
pelatihan tentang distribusi obat dan
bahan medis habis pakai, melainkan
pelatihan dalam hal lain.
209
distribusi obat dan BMHP adalah 1 bersifat manual mobil, 2 buah trolley, kardus,
mobil, 2 trolley, dan kardus. pada penulisan dan 2 buah computer untuk
form permintaan menginput dan merekap keluar
Seluruh informan menjelaskan bahwa barang baik dari dan masuknya barang, namun
ketersediaan fasilitas yang digunakan apotik maupun ke dalam penulisan form
sudah mencukupi, namun masih instalasi rawat permintaan barang masih
terdapat kendala atau kurangnya inap. Terdapat 2 bersifat manual baik dari apotik
fasilitas seperti kondisi gudang yang buah computer maupun ke instalasi rawat inap
sempit, terpisah dan jauh. untuk menginput dan kondisi gudang yang
dan merekap sempit, terpisah dan jauh.
keluar masuknya
barang digudang
farmasi serta
terdapat 1 buah
mobil, 2 trolley
dan kardus.
Apotik Seluruh informan menjelaskan Fasilitas yang - Untuk mengentry resep fasilitas
menggunakan sistem infromasi rumah digunakan berupa di apotik sudah menggunakan
sakit untuk mengentry resep. komputerisasi komputerisasi, namun masih
pada sistem kurangnya rak obat untuk
Seluruh informan menjelaskan bahwa informasi rumah pasien.
ketersediaan fasilitas yang digunakan sakit untuk
sudah mencukupi, namun masih mengentry data
terdapat kendala atau kurangnya resep atau
fasilitas seperti kurangnya rak obat administrasi.
untuk pasien.
Instalasi Sebagian besar informan menjelaskan Fasilitas yang Fasilitas yang digunakan di
Rawat bahwa fasilitas yang digunakan adalah digunakan berupa apotik berupa kursi roda dan
Inap kursi roda, sebagian kecil menjelaskan manual pada mengangkut sendiri oleh tangan
dengan menggunakan angkut sendiri penulisan resep perawat, namun dalam
(tangan perawat). dan form penulisan resep dan form
permintaan permintaan barang masih
Seluruh informan menjelaskan bahwa barang, serta bersifat manual baik dari apotik
ketersediaan fasilitas yang digunakan dalam maupun ke gudang farmasi dan
sudah mencukupi, namun masih pengangkutan butuh trolley khusus untuk
terdapat kendala atau kurangnya barang ruangan rawat inap.
210
fasilitas seperti trolley khusus untuk menggunakan
ruangan rawat inap. kursi roda atau
diangkut sendiri
oleh perawat.
3 Prosedur Gudang Sebagian besar informan menjelaskan Sebagian besar Prosedur yang Sudah tersediannya standard
Farmasi bahwa bekerja menggunakan alur kerja petugas terkait berupa SOP operasional prosedur terkait
pedoman berupa standar operasional dalam distribusi sistem distribusi obat dan
prosedur (SOP). Sebagian kecilnya bahan medis BMHP. Namun masih terdapat
menjelaskan bahwa SOP tersebut habis pakai ke ketidaksesuaian pada alur kerja
berdasarkan dari hasil kegiatan sehari- ruangan sudah yang terdapat di standard
hari yang dilakukan, dan sebagaian sama dengan operasional prosedur dengan
kecilnya lagi menjelaskan bahwa standard pelaksanaannya.
bekerja menggunakan SOP namun operasional
tidak mengetahui SOP tersebut seperti prosedur (SOP).
apa karena tidak pernah mendapatkan Namun sebagian
dokumen tersebut serta tidak ada kecil masih
sosialisasi terkait SOP tersebut. terdapat alur
kerja petugas
SOP yang berkaitan dengan distribusi yang
obat dan BMHP di gudang farmasi tidak sama
terdapat 2 SOP, yaitu distribusi obat dengan SOP. Alur
ke apotik sebelum didistribusikan ke kerja yang tidak
ruangan rawat inap, dan SOP tentang sama dengan
distribusi BMHP ke instalasi rawat yang dilakukan
inap. oleh pegawai
pada saat
distribusi adalah
petugas
memberikan form
permintaan
barang terlebih
dahulu ke
ruangan,
kemudian petugas
gudang tidak
melakukan cek
fisik BMHP
211
terlebih dahulu
yang masih
tersedia di
ruangan di unit
pelayanan, serta
BMHP yang
sudah
didistribusikan
dari gudang ke
ruangan rawat
inap langsung
ditandatangani
SBBK oleh
kepala ruangan
atau perawat,
kemudian BMHP
langsung
dimasukan ke
dalam lemari
penyimpanan
tanpa melakukan
pengecekan
jumlah BMHP
secara bersamaan
(petugas gudang
dan perawat).
Apotik Pedoman yang digunakan dalam Seluruh alur kerja Prosedur yang Sudah tersediannya standard
distribusi obat dan BMHP di apotik petugas dalam terkait berupa SOP operasional prosedur terkait
berupa SOP. pelayanan pasien sistem distribusi obat dan
rawat inap sudah BMHP di apotik dan SOP yang
SOP yang berkaitan dengan distribusi sama dengan ada sudah sesuai dilakukan
obat dan BMHP di apotik terdapat 1 standard pada saat pelaksanaanya.
SOP, yaitu pelayanan pasien rawat operasional
inap. prosedur (SOP)
yang sudah
ditetapkan.
212
Instalasi Tidak ada prosedur terkait distribusi - Tidak ada Tidak terdapat pedoman yang
Rawat obat dan bahan medis habis pakai dokumen terkait digunakan dalam melakukan
Inap pedoman prosedur kerja di instalasi rawat
yang digunakan inap terkait distribus obat dan
dalam melakukan bahan medis habis pakai.
prosedur kerja
terkait distribusi
obat dan bahan
medis habis pakai.
Proses
4 Proses Administrasi Proses administrasi yang dilakukan Perekapan barang Proses administrasi sudah
dalam perekapan barang yang keluar yang keluar dan dilakukan setiap hari dan
dan masuk di gudang dan pengentryan masuk serta penyusunan laporan dalam
data resep yang masuk di apotik pengentryan periode bulanan dan semesteran
dilakukan dalam periode harian dan resep dilakukan
penyusunan laporan dilakukan dalam dalam periode
periode bulanan dan semesteran. harian.
213
5 Proses Penyampaian Berita Petugas yang terlibat dalam proses Petugas sudah Terdapat dokumen Penyampaian berita dilakukan
penyampaian berita adalah seluruh melakukan cara pengisian oleh seluruh petugas dengan
petugas gudang farmasi, petugas pengisian form form permintaan menggunakan metode tertulis
apotik dan perawat. secara sesuai obat dan BMHP. dan manual dengan
yang terdapat di memberikan form permintaan
Metode yang digunakan dalam proses form permintaan barang. Form penyampaian
penyampaian berita berupa form obat untuk apotik berita dilakukan setiap hari
permintaan barang secara tertulis yang dan form untuk permintaan obat dan
dinamakan form permintaan barang permintaan bmhp di apotik dan setiap
atau SBBK (surat bukti barang keluar) BMHP untuk kamis dan jum’at dilakukan
baik untuk distribusi obat di apotik ruangan rawat untuk permintaan bmhp di
maupun distribusi BMHP di instalasi inap. gudang farmasi. Namun masih
rawat inap. Sedangkan penyampaian terdapat kendala karena belum
berita dari instalasi rawat inap terkomputerisasi.
menggunakan resep pasien yang
diberikan oleh dokter secara tertulis
dan manual.
214
6 Proses Pengeluaran Fisik Petugas yang terlibat dalam proses Petugas sudah Terdapat dokumen Masih ditemukan kendala
Barang pengeluaran fisik barang baik obat melakukan cara pengisian dalam proses pengeluaran fisik
maupun BMHP adalah seluruh pengisian form kartu stok untuk barang,
petugas gudang dan apotik. secara sesuai barang yang masuk
yang terdapat di maupun barang
Metode yang digunakan dalam proses form permintaan yang keluar
pengeluaran fisik barang adalah obat untuk apotik termasuk
metode FEFO. dan form pengeluaran fisik
permintaan barang.
Dalam proses pengeluaran fisik BMHP untuk
barang masih terdapat kendala yaitu ruangan rawat
masih terjadinya perbedaan jumlah inap.
antara jumlah di kartu stok dengan
jumlah
yang ada di tempat penyimpanan
barang.
215
7 Proses Angkutan Petugas yang terlibat dalam proses
angkutan adalah 3 orang admin atau
petugas pelaksana distribusi baik
distribusi obat ke apotik maupun
distribusi BMHP di ruang rawat inap.
Sedangkan yang terlibat dari instalasi
rawat inap yaitu perawat.
216
diminta dan baik-baik saja, namun dan sesuai dengan Permenkes
masih terdapat kendala atau kerusakan Nomor 58 tahun 2014
yang terjadi diantaranya perubahan
warna pada obat yang injeksi atau
cair, obat yang sudah hamper habis
masa expirenya, masih diresepkan atu
didistribusikan dan masih ditemukan
kemasan obat dan BMHP yang rusak
atau cacat. Sebagian kecil informan
menjelaskan bahwa kualitas obat dan
BMHP masih tidak menentu, karena
masih ditemukan kerusakan pada obat
maupun BMHP.
Seluruh infroman menjelaskan bahwa
ketersedian obat dan BMHP masih
dapat dikatakan tidak menentu, karena
masih ditemukan beberapa kesalahan
pada jenis misalnya jenis obat yang
diminta dengan yang didistribusikan
masih terdapat ketidaksamaan.
Sedangkan BMHP belum pernah
ditemukan kesalahan jenis
217
jumlah yang diberikan tidak sesuai
dengan yang diminta dengan yang
diberikan, namun hal tersebut jika
bersifat cito maka dapat diatasi segera
dengan cara meminjam barang dengan
ruangan rawat inap yang lain dan jika
barang tersebut sudah diberikan
kembali oleh gudang farmasi maka
ruangan ranap yang meminjam
barang, berhak mengembalikan
barang yang telah dipinjam dari ranap
lain. Sedangkan jumlah obat tidak
pernah
ditemukan kesalahah jumlah.
Seluruh informan menjelaskan bahwa
waktu yang dilakukan dalam distribusi
obat adalah setiap hari atau setiap kali
ada resep pasien, sedangkan distribusi
BMHP dilakukan pada setiap
seminggu sekali dan seluruh informan
mengatakan bahwa waktu yang sudah
ditentukan tidak mengganggu waktu
pelayanan pada saat di instalasi rawat
inap.
218
TRIANGULASI DATA
219
Seluruh informan menjelaskan bahwa
latar pendidikan formal dari tenaga kerja
adalah SMA, SMF, D3, S1 dan Apt.
220
mendapatkan dokumen tersebut serta tidak Di Instalasi Rawat Inap tidak terdapat
ada sosialisasi terkait SOP tersebut. dokumen prosedur kerja terkait distribusi
obat dan bahan medis habis pakai.
4 Proses Seluruh informan menjelaskan bahwa periode - -
Administrasi yang dilakukan dalam proses administrasi
adalah setiap kali dilakukan permintaan
barang masuk maupun barang keluar.
5 Proses Seluruh infroman menjelaskan bahwa tenaga - Tahapan dalam pengisian form
Penyampaian yang terlibat dalam proses penyampaian berita permohonan permintaan barang adalah
Berita adalah petugas gudang, petugas apotik dan yang menerima dari bagian atau ruangan
kepala ruangan atau perawat diruangan. apa, nomor urut, nama dan kode barang,
jumlah (angka), satuan, tanggal pemberian
Seluruh informan menjelaskan bahwa metode form, tanda tangan yang menerima, dan
yang digunakan dalam proses penyampaian tanda tangan yang menyerahkan.
berita menggunakan form permintaan untuk
BMHP dan melalui resep untuk obat.
221
barang adalah petugas instalasi farmasi baik keluar, jumlah barang sisa, dan keterangan
petugas apoti maupun petugas gudang. (penulisan tanggal expire date dan paraf
petugas gudang yang mengambil barang).
Seluruh infroman menjelaskan bahwa metode
yang digunakan dalam proses pengeluaran
fisik barang adalah metode FIFO dan FEFO.
222
Seluruh informan menjelasakan bahwa masih
terdapat kendala dalam proses angkutan
seperti trolley, karena trolley yang sudah ada
masih dikatakan kurang sehingga perlu
diadakan trolley khusus di ruangan dan
trolley yang sudah ada, terdapat sedikit
kerusakan
maupun ukuran trolley yang belum memadai.
8 Proses Seluruh informan menjelaskan bahwa tenaga - -
Pembongkaran yang terlibat dalam proses pembongkaran
dan Pemuatan dan pemuatan adalah petugas gudang dan
perawat diruangan.
223
saja, namun masih terdapat kendala atau
kerusakan yang terjadi diantaranya perubahan
warna pada obat yang injeksi atau cair, obat
yang sudah hamper habis masa expirenya,
masih diresepkan atu didistribusikan dan
masih ditemukan kemasan obat dan BMHP
yang rusak atau cacat. Sebagian kecil
informan menjelaskan bahwa kualitas obat
dan BMHP masih tidak menentu, karena
masih ditemukan kerusakan pada obat
maupun BMHP.
224
diberikan, namun hal tersebut jika bersifat
cito maka dapat diatasi segera dengan cara
meminjam barang dengan ruangan rawat inap
yang lain dan jika barang tersebut sudah
diberikan kembali oleh gudang farmasi maka
ruangan ranap yang meminjam barang,
berhak mengembalikan barang yang telah
dipinjam dari ranap lain. Sedangkan jumlah
obat tidak
pernah ditemukan kesalahah jumlah.
12 Ketepatan Seluruh informan menjelaskan bahwa waktu - -
Waktu yang dilakukan dalam distribusi obat adalah
setiap hari atau setiap kali ada resep pasien,
sedangkan distribusi BMHP dilakukan pada
setiap seminggu sekali dan seluruh informan
mengatakan bahwa waktu yang sudah
ditentukan tidak mengganggu waktu
pelayanan pada saat di instalasi rawat inap.
225
226
227