Anda di halaman 1dari 247

GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT DAN BAHAN

MEDIS HABIS PAKAI (BMHP) DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN


TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

Vira Rahmayanti

NIM: 1112101000014

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017/1438

i
i
ii
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, Juni 2017
Vira Rahmayanti, NIM: 1112101000014
GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS
PAKAI (BMHP) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017
xvi+235 halaman, 15 tabel, 11 bagan, 10 lampiran

ABSTRAK
Distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit merupakan
suatu kegiatan yang bertujuan untuk tersalurkannya obat dan bahan medis habis
pakai dengan menjamin ketersediaan, keamanan, ketepatan jenis, ketepatan
jumlah, dan ketepatan waktu yang terjangkau dan sesuai dengan standar mutu
pelayanan. Pada penerapannya di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan diketahui masih terdapat kendala pada distribusi obat dan
bahan medis habis pakai seperti masih adanya keterlambatan distribusi dan belum
terlaksananya standar operasional prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan desain studi kasus dan metode pengumpulan data berupa
wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Informan yang akan menjadi
informan dalam pengambilan data primer di RSU Kota Tangerang Selatan
meliputi kepala bagian pelayanan farmasi rawat inap, kepala bagian penyimpanan
dan distribusi/kepala gudang farmasi, petugas pelaksana distribusi, kepala ruangan
rawat inap, dan dua orang perawat yang diambil secara purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masih terdapat komponen input
yang kurang seperti sumber daya manusia dan sarana prasarana. Pada proses
ditemukan juga proses yang tidak optimal, salah satunya proses administrasi,
proses penyampaian berita, proses pengeluaran fisik, proses angkutan, dan proses
pembongkaran dan pemuatan. Output ditemukan 30 jenis obat yang pernah
kosong pada tahun 2016, sehingga dapat menghambat distribusi serta masih
ditemukan ketidaktepatan jenis dan jumlah obat maupun bahan medis habis pakai
yang diminta dengan yang didistribusikan. Berdasarkan hasil penelitian
disarankan kepada RSU Kota Tangerang Selatan untuk melakukan perbaikan
sistem seperti melakukan sosialisasi standar operasional prosedur, pengembangan
sistem informasi rumah sakit, dan pengadaan trolley khusus di Instalasi Rawat
Inap.
Kata kunci: Distribusi, Obat, Bahan medis habis pakai, Distribusi obat dan bahan
medis habis pakai, Instalasi Rawat Inap, Rumah Sakit
Daftar Bacaan: 44 (1977-2017)

iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
SPECIALISATION OF HEALTH CARE MANAGEMENT
Undergraduate Thesis, June 2017
Vira Rahmayanti, NIM: 1112101000014
DISTRIBUTION SYSTEM OF MEDICINES AND CONSUMABLE
MEDICAL SUPPLIES IN SOUTH TANGERANG CITY GENERAL
HOSPITAL INPATIENT CARE, 2017: A DESCRIPTIVE STUDY
xvi +235 pages, 15 tables, 11 charts, 10 appendixes

ABSTRACT
Distribution of medicines and consumable medical supplies in hospital is
aimed to distribute medicines and consumable medical supplies by ensuring the
availability, safety, type accuracy, number precision, and affordable timeliness in
accordance to the service quality standard. In reality, South Tangerang General
Hospital Inpatient Care found many obstacles in the distribution of medicines and
consumable medical supplies like the delay of supplies distribution and the poor
implementation of established standard operating procedure (SOP).
This research is a qualitative, descriptive research with case study design
using interviews, observation, and document review for data collection.
Informants for this research consists of: head of inpatient pharmacy department,
head of storage and distribution department/head of pharmaceutical, officer of
distribution unit, head of inpatient care room, and two nurses chosen through
purposive sampling technique.
Results showed that there still some lacking in component within input
stage like human resource and infrastructures. There are also some problem in
processing stage, especially in administration process, report submission, physical
dispensing, and in loading-unloading process. Within output stage, there were
some problems in 2016 where 30 types of medicines were empty of stock, which
could hinder the distribution process. There were also a founding of inaccuracy in
the type and amount of medicines and consumable medical supplies between the
requested items with the distributed goods. Based on these results, it is suggested
for South Tangerang City General Hospital to improve their system by socializing
the established standard operating procedures, developing hospital information
system and providing special trolley for Inpatient care.
Keywords: Distribution, medicine, consumable medical supply, Distribution of
medicines and consumable medical supplies, Inpatient Care, Hospital
Bibliography: 44 (1977-2017)

v
RIWAYAT PENULIS

Nama :Vira Rahmayanti


NIM : 1112101000014
: Jakarta, 22 Agustus 1994
Tempat, Tanggal Lahir
Alamat : Jalan Cilandak Dalam VIII RT. 001/RW. 01 Nomor
30, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan
Cilandak, Provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Kode
Pos: 12430
Agama
: Islam
Jenis Kelamin Status : Perempuan
Telepon : Mahasiswi
Email : 081281080369 / 08999067995
: virarahmayanti@gmail.com

Riwayat Pendidikan
2012 – sekarang Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
Jakarta
2009-2012 MAN 11 Jakarta
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
2006-2009 MTsN. 19 Jakarta
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
2000-2006 SDIT Al Hikmah Jakarta
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
1999-2000 TK Islam At Tarbiyah Jakarta
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Pengalaman Organisasi dan Pencapaian
2015 – sekarang Sekretaris Karang Taruna RW. 01 Cilandak Barata
Jakarta Selatan

vi
2014 – 2015 Sekretaris II Health Care Management Association
(HACAMSA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2012 – sekarang Ketua Divisi Humas Ikatan Alumni MAN 11
Jakarta (ILMI) Angkatan 2012
2009 – 2011 Ketua Divisi PHD Remaja Masjid Jami’ Al Falah
(REMIFA) Jakarta
2010 – 2011 Bendahara OSIS MAN 11 Jakarta Selatan
2007 – 2008 Sekretaris OSIS MTsN. 19 Jakarta Selatan

Pengalaman Kerja
2014 Tim Pemantau Pemilu Presiden Wilayah RT. 001
RW. 001 Cilandak Barat, Jakarta Selatan
Desember 2014 - Januari Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di Puskesmas
2015 Rawa Buntu Serpong, Tangerang Selatan
April 2016 - Mei 2016 Magang di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota
Tangerang Selatan Pamulang, Tangerang Selatan

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamiin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat


dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) yang
berjudul “GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT DAN BAHAN MEDIS
HABIS PAKAI (BMHP) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT
UMUM (RSU) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Strata Satu
(S1) pada jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dorongan,


dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat wal’afiat, keridhoan,


kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menjalankan dan
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
2. Orang tua saya yaitu Abi (Drs. H. Hanapi) dan Mamah (Hj. Siti
Rahmah) serta adik-adik tercinta yaitu Rafika Khairunnisa, Karina
Azharani, dan Muhammad Nadhiel Alisyan, penulis mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga atas semua do’a, kasih sayang,
dorongan, dukungan dan motivasi serta semangat yang tiada henti
kepada penulis dalam setiap kondisi yang penulis hadapi.
3. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S. KM., M. Kes selaku Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Fajar Ariyanti, M. Kes., Ph. D. selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, S. KM., M. KM. selaku Pembimbing I
dan Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si. selaku Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, motivasi, dan meluangkan waktu
sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik.

viii
6. Ibu Ela Laelasari, S.KM, M.Kes. selaku pembimbingan akademik
penulis.

Ibu Yayu Setyaningsih, S.Farm dan Ibu Evi Budi Ardiyanti, S.Si., Apt. selaku
Pembimbing Lapangan yang telah memberikan arahan dan bimbingan di tempat
penelitian.
Bapak dr. Yuli Prapancha Satar, MARS., Bapak Baequni, M.Kes, Ph.D., dan Bapak
Mustakim, S.KM, M.KM., selaku penguji skripsi yang telah memberi saran dan kritik
yang sangat membangun bagi penulis.
Seluruh dosen program studi kesehatan masyarakat yang telah memberikan ilmu dan
mengajarkan banyak hal kepada penulis.
Ibu Ima yang telah sabar membantu penulis menyelesaikan urusan administrasi.
Sahabat-sahabat tercinta yaitu Tantri Permadani, Halida Mutia, Erika Hidayanti,
Paramita Maulidah, Ayufhyta, Andini Septiani, Ika Nursayfitri, Nurazizah, Tyas Widya
Utami, Yolanda Mutiara, Indah Dwi Mursini, Daliza Auva, Lulu Innajma, dan Fitri
Nur’aini terima
kasih banyak atas semangat dan dukungan dari kalian yang selalu
menemani disaat suka maupun duka.
12. Miftahul Ridwan Zulfany selaku teman terbaik penulis yang selalu ada
disetiap saat dalam memberikan semangat, motivasi, dorongan dan
dukungan serta mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan
skripsi. Terima kasih sudah ada disetiap suka, senang, sedih, keluh
kesah penulis selama menyusun skripsi ini.
13. Bang Ari, Bang Iir, Kak Deffy, Kak Meli, Kak Nung, Kak Ali, Bang
Bito, Bang Andi, Bang Beng dan Zaky selaku abang sepupu dan kakak
ketemu gede, terima kasih untuk selalu ada disaat suka, duka, keluh
dan kesah dalam menyelesaikan tugas akhir ini, dan yang telah
memberikan kata-kata semangat/bijak dan motivasi serta dorongan
untuk segera dan segera menyelesaikan skripsi ini.
14. Kak Fajar dan Kak Nurul selaku saudara sepupu yang beralih menjadi
pembimbing dadakan selama tiga minggu terakhir pendaftaran yang

ix
telah bersedia membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.

Teman-teman seperjuangan MPKers 2012: Luqman, Rico, Tyo, Saeful, Santo, Mamih
Rika, Zia, Jupe, Laily, Ica Balon, Nuril, Umi, Ica Naing, Ayuhap, Aida, Hesti, Fitri, Ratna,
Toy, dan Merry, terima kasih telah mengajarkan banyak pengalaman bahwa dengan
kerja keras dan kerjasama yang baik maka segala sesuatunya dapat diwujudkan.
Kesmas EURO 2012, mudah-mudahan kita semua sukses, dilancarkan segala
sesuatunya dan lulus menjadi Sarjana Kesehatan Masyarakat yang bermanfaat.
Qibo, Bang Tompel, Bang Jelen, Alpa, Kak Amel, Kak Nopi, Indri, dan Tira selaku
rekan-rekan Karang Taruna RW. 01 dalam memberikan semangat dan dukungan
untuk segera menyelesaikan tugas akhir kuliah yaitu skripsi.
Pihak lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih
atas doa dan dukungannya, mudah-mudahan Allah SWT
memberikan balasan yang lebih baik.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar meskipun


dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki. Penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Atas perhatian dan
dukungannya, penulis ucapakan terima kasih.
Jakarta, Juni 2017

Penulis

x
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN........................Error! Bookmark not defined.


ABSTRAK..............................................................................................................iv
ABSTRACT.............................................................................................................v
RIWAYAT PENULIS............................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN...............................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH.......................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Pertanyaan Penelitian.....................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian..............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9
2.1 Logistik Rumah Sakit.....................................................................................9
2.2 Manajemen Logistik Rumah Sakit...............................................................15
2.3 Manajemen Instalasi Farmasi.......................................................................22
2.4 Sistem Distribusi Obat dan Alat Kesehatan.................................................32
2.5 Instalasi Rawat Inap.....................................................................................40
2.6 Kerangka Teori.............................................................................................43
BAB III KERANGKA PIKIR................................................................................45
3.1 Kerangka Pikir..............................................................................................45
3.2 Definisi Istilah..............................................................................................48
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..............................................................53
4.1 Desain Penelitian..........................................................................................53

xi
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................53
4.3 Informan Penelitian......................................................................................53
4.4 Intrumen Penelitian......................................................................................54
4.5 Sumber Data.................................................................................................54
4.6 Pengumpulan Data.......................................................................................55
4.7 Analisis Data................................................................................................56
4.8 Validasi Data................................................................................................59
BAB V HASIL PENELITIAN..............................................................................62
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan................62
5.2 Karakteristik Informan.................................................................................64
5.3 Distribusi Obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan................................................................................64
5.4 Input Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan..............................................73
5.5 Proses Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan......................................95
5.6 Output Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan....................................105
BAB VI PEMBAHASAN....................................................................................113
6.1 Keterbatasan Penelitian..............................................................................113
6.2 Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap....113
6.3 Input Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan............................................114
6.4 Proses Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan....................................123
6.4 Ouput Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan....................................133
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN.................................................................136
7.1 Simpulan.....................................................................................................136
7.2 Saran...........................................................................................................137
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................138
LAMPIRAN.........................................................................................................142

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Logistik Rumah Sakit (Febriawati, 2013)15


Bagan 2. 2 Siklus Logistik Rumah Sakit22
Bagan 2. 3 Alur Distribusi Sentralisasi33
Bagan 2. 4 Alur Distribusi Desentralisasi34
Bagan 2. 5 Alur Pelayanan Resep Individu untuk Rumah Sakit35
Bagan 2. 6 Alur Distribusi Unit Dose38
Bagan 2. 7 Kerangka Teori44
Bagan 3. 1 Kerangka Pikir46
Bagan 5. 1 Alur Kerja Pelayanan Pasien Rawat Inap90
Bagan 5. 2 Alur Kerja Distribusi BMHP ke Ruang Rawat Inap93
Bagan 5. 3 Alur Kerja Distribusi Obat dan BMHP ke Apotik94

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Definisi Istilah.......................................................................................48


Tabel 4. 1 Triangulasi Metode...............................................................................61
Tabel 5. 1 Pelayanan Rumah Sakit........................................................................63
Tabel 5. 2 Karakteristik Informan..........................................................................64
Tabel 5. 3 Jumlah Pegawai di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017............................................................................................74
Tabel 5. 4 Jumlah Pegawai di Apotik RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
.............................................................................................................. 74
Tabel 5. 5 Jumlah Pendidikan Terakhir Pegawai di Apotik RSU Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017...............................................................................76
Tabel 5. 6 Jadwal Shift di Apotik RSU Kota Tangerang Selatan.........................77
Tabel 5. 7 Jumlah Pegawai di Gudang Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017............................................................................................78
Tabel 5. 8 Jumlah Pendidikan Terakhir Pegawai di Instalasi Farmasi RSU Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017.............................................................82
Tabel 5. 9 Jumlah Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017............................................................................................84
Tabel 5. 10 Jadwal Shift Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang
Selatan...................................................................................................84
Tabel 5. 11 Sarana dan Prasarana di Apotik RSU Kota Tangerang Selatan Tahun
2017.......................................................................................................85
Tabel 5. 12 Pengisian Format Form Permintaan Barang di RSU Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017...............................................................................97
Tabel 5. 13 Pengisian Format Kartu Stok Barang di RSU Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017..........................................................................................100

xiv
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

AA : Asisten Apoteker

APT : Apoteker

ASHP : the America Society of Health System Pharmacist

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BMHP : Bahan Medis Habis Pakai

FEFO : First Expired First Out

IFRS : Instalasi Farmasi Rumah Sakit

IPAL : Instalasi Pengelolaan Limbah

KARU : Kepala Ruagan

KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi

KEPMENKES : Keputusan Menteri Kesehatan

MCU : Medical Check Up

MENKES : Menteri Kesehatan

OOD : One Day Doses

PERMENKES : Peraturan Menteri Kesehatan

PMA : Penanaman Modal Asing

POAC : Planning, Organizing, Actuating, dan Controling

RANAP : Rawat Inap

RS : Rumah Sakit

xv
RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

RSU : Rumah Sakit Umum

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

RSUP : Rumah Sakit Umum Pemerintah

S1 : Strata Satu

SBBK : Surat Bukti Barang Keluar

SDM : Sumber Daya Manusia

SK : Surat Keputusan

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMF : Sekolah Menengah Farmasi

SOP : Standar Operasional Prosedur

TANGSEL : Tangerang Selatan

TT : Tempat Tidur

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi
sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan
bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (World Health
Organization). Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah sakit, bahwa rumah sakit didefinisikan sebagai suatu institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat. Rumah sakit diklasifikasikan dalam kelas rumah sakit
berdasarkan fasilitas dan kemampuan rumah sakit dalam menyelenggarakan
pelayanan. Dalam Permenkes No. 340/Menkes/per/2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit, Pelayanan Farmasi
klasifikasi rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Umum Tipe A, B, C, dan D.

Rumah sakit memberikan berbagai pelayanan, jenisnya dapat dibagi


menjadi dua golongan besar yaitu pelayanan utama dan pelayanan pendukung.
Pelayanan utama terdiri atas pelayanan medik, pelayanan keperawatan, dan
pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian rumah sakit merupakan suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes RI No: 58 Tahun 2014).
Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi
klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

1
Pelayanan kefarmasian termasuk pelayanan utama di rumah sakit,
hampir seluruh pelayanan yang diberikan baik pelayanan rawat jalan maupun

rawat inap berintervensi dengan sediaan farmasi (Siregar, 2004). Pelayanan farmasi
juga merupakan pelayanan penunjang dan sekaligus merupakan revenue center
utama di dalam rumah sakit. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90%
pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan,
bahan kimia, bahan radiologi, bahan bahan medis habis pakai, alat kedokteran, dan
gas medik), dan 40-50% dari seluruh pemasukan atau anggaran rumah sakit dan yang
terbesar adalah berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi, seperti obat-obatan
dan bahan farmasi (Febriawati, 2013).

Pelayanan farmasi di rumah sakit merupakan pelayanan yang mengelola perbekalan


farmasi di rumah sakit yang terdiri dari serangkaian siklus yang dimulai dari
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan, penghapusan, monitoring, dan evaluasi. Sistem distribusi
rumah sakit merupakan tatanan jaringan sarana, personel, prosedur, dan jaminan
berorientasi
mutu penderita
yang serasi, terpadudalam
dan kegiatan penyampaian perbekalan farmasi
beserta informasinya kepada penderita (Febriawati, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di United Kingdom Hospital


dan German Hospital pada tahun 1998 bertujuan untuk membandingkan tiga
macam sistem distribusi obat, yaitu sistem persediaan obat di ruangan, sistem
dosis unit dan sistem tradisional. Hasil dari penelitian ini, kesalahan
pemberian obat paling banyak terjadi pada sistem persediaan obat di ruangan
(8%), diikuti dengan sistem tradisional (5,1%), dan kemudian sistem dosis unit
(2,4%). Kesalahan pemberian obat dapat dikurangi dengan menyediakan
tempat penyimpanan obat individual bagi masing-masing pasien (Taxis; dkk,
1999).

Pada tahun 2002, The American Society of Health-System Pharmacist


(ASHP) membuat penelitian yang bertujuan untuk menganalisis proses
distribusi obat dan alat kesehatan bagi pasien rawat inap di rumah sakit,
teknologi yang digunakan untuk distribusi obat, persiapan obat, dan
penggunaan pencatatan daftar obat. Penelitian ini dilakukan pada 6812 rumah
2
sakit di Amerika. Hasil dari penelitian ini adalah meningkatnya waktu
distribusi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena peningkatan beban
kerja, adanya

tuntutan untuk mengurangi biaya, kekurangan tenaga kerja termasuk tenaga di


Instalasi Farmasi dan perawat (ASHP, 2002).

Pada tahun 1996, diadakan penelitian Analisa Proses Distribusi Obat dan Alat
Kesehatan di Instalasi Farmasi RS Puri Cinere. Penelitian tersebut bertujuan untuk
memperoleh gambaran distribusi obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi RS Puri
Cinere. Hasil dari penelitian ini adalah segera dibuat standar prosedur baku dan
tertulis, untuk memudahkan distribusi obat diusulkan pemberian secara dosis unit
serta penggabungan gudang obat dan gudang alkes menjadi Gudang Farmasi,
sehingga distribusi obat dan alkes dari Gudang Farmasi ke Apotik langsung ke unit
pemakai (Diansari, 1996).

Selain itu, pada tahun 2002, diadakan penelitian Analisa Sistem Distribusi Obat/Alat
Kesehatan Habis Pakai di Rawat Inap RS Karya Husada Cikampek. Hasil dari
penelitian ini adalah masih kurangnya sarana dan
ketenagaan
Pelaksanaanyang kompeten
sistem di Instalasi
distribusi Farmasi dan
obat dikerjakan olehRuang Rawat
perawat. DariInap.
Instalasi
Farmasi juga didapat adanya obat sisa yang dikembaikan pasien rawat inap
(Mulyono, 2009).

Pada tahun 2010, dilakukan penelitian tentang analisa sistem distribusi


obat dan alat kesehatan di departemen rawat inap rumah sakit Royal Taruma,
dimana hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa masih terdapat
masalah yang terjadi pada sistem distribusi obat dan alat kesehatan
diantaranya waktu pemberian obat dan alat kesehatan yang tidak tepat karena
keterlambatan dari pemberian obat dan alat kesehatan itu sendiri di
departemen rawat inap RS Royal Taruma (Dirgagunarsah, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Farmasi


Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, masih ditemukan beberapa masalah
ketidakefisienan pada tahap distribusi diantaranya terjadi pada ketidakcocokan
antara jumlah fisik dengan kartu stok sebesar 93,27%, hal ini dikarenakan

3
kurangnya ketelitian petugas gudang, kemudian terdapat obat kadaluarsa
dan/atau rusak pada tahun 2008 adalah 0,23% dan tahun 2009 adalah 0,48%
hal
ini dikarenakan obat tersebut kurang diperlukan pasien (Hakim, 2011).

Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan adalah rumah sakit pemerintah
tipe C yang mulai beroperasi sejak 29 Maret 2012. RSU Kota Tangerang Selatan selalu
berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan standar
dan profesionalisme untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dengan
motto “melayani sepenuh hati.” Instalasi Farmasi adalah salah satu bagian dari
penunjang medik RSU Kota Tangerang Selatan, tetapi keberadaannya sangat penting
untuk menunjang keberhasilan perkembangan profesional rumah sakit dan juga
terhadap penerimaan Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan (Profil RSU
Kota Tangerang Selatan).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, sebagai rumah sakit
yang baru mulai operasional sejak empat tahun yang lalu, RSU
Kota Tangerang Selatan masih mengalami beberapa kendala di Instalasi

Farmasi, terutama dalam hal distribusi obat. Untuk mendistribusikan obat,


RSU Kota Tangerang Selatan menggunakan metode sentralisasi dengan
menyelenggarakan tiga sistem distribusi yaitu distribusi perbekalan farmasi
untuk pasien rawat inap, distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat
jalan, dan distribusi perbekalan farmasi untuk unit penunjang/instlasi
lain/ruang rawat. RSU Kota Tangerang Selatan menggunakan dua sistem
distribusi yaitu sistem kombinasi dan sistem unit dose. Sistem distribusi obat
di ruangan rawat inap dengan sistem distribusi obat dosis unit mempunyai
kelebihan dibanding sistem yang lain, karena bertujuan agar pasien
mengkonsumsi obat yang tepat, dosis yang tepat, dan waktu pemberian yang
tepat (Kartidjo, 2007).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara dan


observasi, diketahui bahwa RSU Kota Tangerang Selatan menetapkan standar
opersional prosedur (SOP) bagi Instalasi Farmasi, bahwa salah satu yang
sudah di tetapkan di dalam standar operasional prosedur (SOP) adalah
4
melakukan pengecekan jumlah bahan medis habis pakai (BMHP) dengan
SBBK bersama dengan

5
petugas Gudang Instalasi Farmasi dan petugas atau perawat unit pelayanan
Instalasi Rawat Inap yang meminta. Namun, dalam pelaksanaannya, masih
ada

petugas Gudang Instalasi Farmasi dan petugas atau perawat yang tidak melakukan
pengecekan terlebih dahulu pada bahan medis habis pakai (BMHP) yang sudah di
distribusikan, sehingga sering terjadi penumpukan obat dan bahan medis habis
barang (BMHP) di Instalasi Rawat Inap dan akan memungkinkan ketidaktepatan
jumlah bahan medis habis pakai yang diminta dengan yang diterima dan terjadinya
kerusakan pada bahan medis habis pakai akibat tidak dilakukannya pengecekan
terlebih dahulu. Selain itu, RSu Kota Tangerang Selatan menetapkan sasaran mutu
yang terdapat di rencana strategi RSU Kota Tangerang Selatan dalam meningkatkan
mutu pelayanan kefarmasian bagi Instalasi Farmasi yaitu distribusi obat untuk pasien
baru, tidak boleh melebihi 1 (satu) jam. Waktu 1 jam dihitung sejak pasien masuk ke
ruangan rawat inap sampai mendapatkan dosis pertama. Akan tetapi, Instalasi
Farmasi belum sepenuhnya dapat mengikuti sasaran mutu tersebut karena belum
mencapai indikator yang ditentukan dalam sasaran mutu untuk pasien
dari seluruh pasien baru memerlukan waktu lebih dari jam yang ditentukan
untuk distribusi obat dan bahan medis habis pakai dari Instalasi Farmasi ke
Instalasi Rawat Inap.

Dari temuan-temuan di Instalasi Farmasi dan Instalasi Rawat Inap


RSU Kota Tangerang Selatan dan belum pernah dilakukannya penelitian di
RSU Kota Tangerang Selatan mengenai sistem distribusi obat, maka perlu
diadakan suatu penelitian untuk mengetahui masalah yang terdapat di dalam
sistem distribusi obat di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan dalam mengelola
Instalasi Farmasi baru berjalan selama empat tahun (2012-2016). Studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, masih ditemui masalah dalam
distribusi obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) terutama di Instalasi
Rawat Inap yaitu RSU Kota Tangerang Selatan menetapkan rencana strategis
bagi Instalasi Farmasi, namun rencana strategis tersebut tidak berjalan dengan

6
semestinya. Selain itu, dalam melakukan distribusi obat dan bahan medis
habis pakai terdapat Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah di
tetapkan,

namun SOP tersebut belum berjalan secara teknis atau pelaksanaannya. Oleh karena
itu, peneliti ingin mengetahui terkait sistem distribusi obat dan bahan medis habis
pakai (BMHP) di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2017

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan gambaran sistem distribusi obat dan bahan
medis habis pakai (BMHP) di rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan, maka peneliti
membuat pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Bagaimana input (sumber daya manusia, sarana, prosedur) dari sistem distribusi obat
dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan Tahun
2017 ?
Bagaimana proses (Proses Administrasi, Proses Penyampaian Berita, Proses
Pengeluaran Fisik Barang, Proses Angkutan, Proses Pembongkaran dan
Pemuatan) dari sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di

Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 ?


3. Bagaimana output (obat dan bahan medis habis pakai tersalurkan ke
instalasi rawat inap dengan efisien) dari sistem distribusi obat dan bahan
medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017 ?

1.4 Tujuan Penelitian


A. Tujuan Umum

Mengetahui sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di


Intalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2017.

B. Tujuan Khusus

7
1. Mengetahui input (sumber daya manusia, prosedur, dan sarana) dari
sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat
Inap RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017.

Mengetahui proses (Proses Administrasi, Proses Penyampaian Berita, Proses


Pengeluaran Fisik Barang, Proses Angkutan, Proses Pembongkaran dan Pemuatan) dari
sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap RSU Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017.
Mengetahui output (obat dan bahan medis habis pakai tersalurkan ke instalasi rawat
inap dengan efisien) dari sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017.

Manfaat Penelitian
Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan

Manfaat yang dapat diperoleh bagi RSU Kota Tangerang Selatan terutama pada bagian
Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan

adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan


dalam membuat keputusan terkait sistem distribusi obat dan bahan medis
habis pakai, serta dapat memberikan masukan dalam memperbaiki sistem
yang digunakan dalam distribusi obat dan bahan medis habis pakai di
RSU Kota Tangerang Selatan.

B. Peneliti

Peneliti dapat belajar mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari


pendidikan tentang sistem distribusi obat di rumah sakit.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian yang berjudul “Gambaran Sistem Distribusi Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2017” dilakukan oleh mahasiswi
peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada bulan Maret sampai dengan
bulan April

8
2017 di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan desain studi kasus dan

metode yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan telaah


dokumen pada sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat
Inap RSU Kota Tangerang Selatan. Analisis data dilakukan dengan menelaah data
melalui triangulasi data. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam
dengan pihak manajemen, karyawan di Instalasi Farmasi, karyawan di Instalasi Rawat
Inap RSU Kota Tangerang Selatan. Data sekunder diperoleh dari dokumen prosedur
kerja dan laporan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Data di analisis
sesuai kebutuhan berdasarkan teori yang berkenaan dengan materi penelitian dan
pelaksanaan di rumah sakit.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Logistik Rumah Sakit


Menurut Tunggal A.W (2010), proses logistik berhubungan erat
dengan aktivitas kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak
langsung. Proses ini tidak hanya berputar di sekitar aktivitas pabrik, juga
mempunyai peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat (Febriawati,
2013).

Logistik menurut Aditama, T.Y (2003) merupakan suatu ilmu


pengetahuan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penetuan
kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta
penghapusan matrial atau alat-alat (Febriawati, 2013).

Logistik merupakan bagian dari instansi yang tugasnya adalah


menyediakan bahan atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional
instansi tersebut dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai
kebutuhan) dangan harga serendah mungkin. Dalam hal ini perlu dihindari
terjadinya over promised inter delivered.

A. Kegiatan dan Tujuan Logistik Rumah Sakit

Kegiatan logistik adalah pengembangan operasi yang terpadu dari


kegiatan pengadaan atau pengumpulan bahan, pengangkutan atau
transportasi dari pengumpulan bahan tersebut, kemudian penyimpanan
bahan yang baru datang maupun barang yang untuk kebutuhan
(Febriawati, 2013)

1. Kegiatan Logistik
a. Pemilihan lokasi, penempatan bahan baku, suku cadang, dan barang
jadi.
b. Penggunaan fasilitas yang tersedia dari organisasi yang bersangkutan.
c. Penyiapan transportasi serta alat pengangkutan barang.
d. Masalah pembukuan dan pencatatan.

10
e. Pelaksanaan komunikasi yang bersuasif sebagai penyampaian ide
konsep, gagasan, dan informasi dari individu satu atau bagian-bagian
lain dalam organisasi perusahaan.

f. Kegiatan pengurusan sebagai kegiatan untuk mengelola bahan baku, suku cadang,
dan barang jadi yang disesuaikan dengan jenis spesifikasi.
g. Kegiatan penyimpanan sebagai kegiatan untuk menahan bahan baku suku cadang,
serta barang sampai pada batas waktu tertentu tanpa mengurangi kualitas barang
yang bersangkutan.
Kegiatan logistik mempunyai tiga tujuan
Tujuan Operasional

Agar tersedia barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.

Tujuan Keuangan

Upaya operasional dapat terlaksana dengan biaya yang

serendah-rendahnya. Nilai persediaan yang sesungguhnya dapat


tercermin di dalam sistem akuntansi.

c. Tujuan Pengamanan

Agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,


pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang
tidak wajar lainnya.

Sedangkan Menurut H. Subagya MS (1994) tujuan manajemen


logistic adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material
dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan
yang dapat dipakai, ke lokasi dimana dibutuhkan, dengan total biaya yang
terendah. Melalui proses logistic inilah material mengalir ke perusahaan
yang sangat luas dari Negara Industri dan produk-produk yang
didistribusikan melalui saluran-saluran distribusi untuk konsumsi.

11
Menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) sasaran penyelenggaraan
logistic adalah mencapai level sokongan manufacturing pemasaran yang

telah ditentukan sebelumnya dengan total biaya yang serendah mungkin. Sedangkan
tanggung jawab seorang manajer logistic adalah merencanakan dan mengelolah
suatu sistem operasi yang mampu mencapai sasaran tersebut. Ciri-ciri utama logistic
adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pemindahan dan
penyimpanan yang strategis.

Logistik Terpadu menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) merupakan suatu konsep
yang terdiri dari dua usaha yang berkaitan satu sama lain, yaitu operasional logistic
dan koordinasi logistic.

Aspek operasional logistik merupakan manajemen pemindahan dan penyimpanan


material dan produk perusahaan. Operasi logistik dapat dipandang sebagai suatu hal
yang berawal dari pengangkutan pertama material atau komponen-komponen dari
sumber perolehannya dan berakhir pada penyerahan produk yang dibuat atau
diolah kepada pelanggan atau
konsumen (Febriawati, 2013)
Koordinasi logistik adalah identifikasi kebutuhan pergerakan dan
penetapan rencana memadukan seluruh operasi logistik. Fungsi koordinasi
lgistik adalah untuk memastikan bahwa seluruh pergerakan dan
penyimpanan dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien (Febriawati,
2013).

Koordinasi dapat dibagi kedalam 4 (empat) bidang manajerial yaitu:

1. Peramalan (forecasting) pasar produk


2. Pengolahan pesanan
3. Perencanaan operasi
4. Procurement atau perencanaan kebutuhan material
B. Bentuk-Bentuk Logistik di Rumah Sakit
1. Dapur atau bahan makanan
2. Farmasi
3. Laboratorium

12
4. Air
5. Alat tulis kantor
6. Barang inventaris
7. Kerumah tanggaan (listrik, sabun, sapu, dan karbol)
8. Suku cadang peralatan medis
9. Alat tenun (linen dan loundry)
10. IPAL Rumah Sakit (Instalasi Pengelolaan Limbah) atau barang habis
pakai tahan lama, dan barang inventaris (bergerak dan tidak bergerak).
C. Peran Logistik di Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu satuan usaha melakukan kegiatan


produksi. Kegiatan produksi rumah sakit adalah produksi jasa, sehingga
yang dimaksud dengan kegiatan logistik adalah manajemen persediaan
bahan barang serta peralatan yang dibutuhkan dalam rangka produksi jasa
tersebut (Febriawati, 2013).

Pada definisi menurut pendapat lain bahwa bagian logistik adalah


bagian yang menyediakan barang dan jasa dalam jumlah, mutu dan waktu

yang tepat dengan harga yang sesuai. Dari segi manajemen modern maka
tanggung jawab bagian logistik lebih diperluas dengan:

1. Menjaga kegiatan yang dapat memasok material dan jasa secara tidak
terputus (uninterrupted).
2. Mengadakan pembelian investaris secara bersaing (kompetitif).
3. Menjadwal investasi barang pada tingkat serendah mungkin.
4. Mengembangkan sumber pasokan yang dapat dipercaya dan alternatif
pasokan lain.
5. Mengembangakan dan menjaga hubungan baik dengan bagian-bagian
lain.
6. Memantapkan integrasi yang maksimal dengan bagian-bagian lain.
7. Melatih dan membina pegawai yang kompeten dan termotivasi dengan
baik.

13
Menurut bidang pemanfaatannya, barang dan bahan yang harus
disediakan rumah sakit dapat dikelompokam menjadi persediaan farmasi,
persediaan makanan, persedian logistik umum dan teknik.

Sedangkan biaya rutin terbesar untuk logistik di rumah sakit pada umumnya terdapat
pada pengadaan persediaan farmasi meliputi:

Persediaan obat, mencakup obat-obatan esensial, non esensial, obat- obatan yang
cepat atau lama terpakai.
Persediaan bahan kimia, menyangkut persediaan untuk kegiatan operasional
laboratorium dan produksi farmasi intern, serta kegiatan non medis.
Persediaan gas medik, kegiatan pelayanan bagi pasien di kamar bedah, ICU, atau
ICCU membutuhkan beberapa janis gas medik.
Peralatan kesehatan, berbagai peralatan yang dibutuhkan bagi kegiatan perawatan
maupun kegiatan kedokteran yang dikelompokan sebagai barang habis pakai serta
barang tahan lama atau peralatan elektronik dan
non elektronik (Febriawati, 2013).

Barang atau bahan-bahan yang sudah disediakan bagian logistik


rumah sakit tersebut tentunya perlu dilakukan Inventori Control yang
bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan dan
permintaan. Oleh karena itu hasil Stock Opname harus seimbang dengan
permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan waktu tertentu, misalnya
satu bulan atau dua bulan atau kurang dari satu bulan (Febriawati, 2013).

Pengadaan barang yang dalam sehari-hari dapat disebut juga


dengan pembelian yang merupakan titik awal dari pengendalian
persediaan. Jika titik awal sudah tidap tepat, maka pengendalian akan sulit
untuk dikontrol. Pembelian harus menyesuaikan dengan pemakaian,
sehingga ada keseimbangan anatara pemakaian dan pembelian (Febriawati,
2013).

Dalam pengendalian persediaan terdapat dua jenis keseimbangan,


yaitu keseimbangan total dan keseimbangan komposisi. Keseimbangan
total adalah keseimbangan antara seluruh persediaan dan seluruh

14
permintaan,

15
dengan kata lain antara seluruh pembelian dengan seluruh penjualan secara
professinal.

D. Penilaian Mutu Logistik Rumah Sakit

Menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) mutu pelayanan logistik


sendiri diukur dari total biaya yang dikeluarkan dan prestasi yang dicapai.
Pengukuran prestasi adalah menyangkut tersedianya (availability) barang,
kemampuan (capability) dilihat dari waktu pengantaran, konsisten dan
mutu (quality) dari usaha. Biaya logistik mempunyai hubungan langsung
dengan kebijakan prestasi. Semakin tinggi prestasi, maka semakin tinggi
total biaya logistik (Febriawati, 2013).

Fungsi utama seorang manajer logistik di rumah sakit adalah


menjamin mutu pelayanan yang baik. Penyediaan barang dalam proses
logistik harus dapat memuaskan konsumen, baik karyawan rumah sakit
yang membutuhkan maupun pasien atau masyarakat yang dilayani. Maka
dari itu, diperlukan adanya kualitas manajemen logistik yang baik. Kunci

keberhasilan pelayanan logistik dengan kualitas yang baik adalah dengan


melakukannya secara baik, secara terus menerus dalam berbagai keadaan
dan sedapat mungkin mencapai hasil yang diharapkan (Febriawati, 2013).

E. Ciri-Ciri Penting Logistik Rumah Sakit


1. Spesifik, berarti terkait dengan pelanggan dan profesi tertentu, seperti
obat, film rontgen, dan lain-lain.
2. Harga yang variatif dari sangat murah sampai sangat mahal seperti
lampu Ct Scan dan kasa steril.
3. Jumlah item yang sangat banyak, maka sering dikelola secara
departemental sesuai pelayanan dan profesi.

16
Gizi Obat Alat

Tehnik Umu
Logistik di
Rumah Inventor y

Keseimbangan

Total Komposis Seluruh kegiatan di Mutu


Rumah Sakit

Bagan 2. 1 Logistik Rumah Sakit (Febriawati, 2013)


2.2 Manajemen Logistik Rumah Sakit
Kata manajemen berasal dari bahasa Italia yaitu manneggiare yang
berarti “mengendalikan”, atau dalam bahasa Inggris yang berarti seni
mengendalikan kuda, dalam bahasa Prancis yang mengadopsi kata dari
bahasa Inggris menjadi management yang memiliki arti seni melaksanakan
dan mengatur. Banyak para ahli yang mendefinisikan istilah manajemen
secara umum diantaranya yaitu:

1. Definisi Klasik dari Mery Parker Follet menyebutkan manajemen adalah


suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
2. George Terry menyatakan bahwa pada dasarnya manajemen terdiri dari
planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC).
3. Stoner mendefinisikan manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi usaha-usaha dari anggota
organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
4. Longest menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang
melibatkan hubungan interpersonal dan teknologi, yang akan digunakan
untuk mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan organisasi dengan
menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain.

17
5. Menurut Ordway Tead, mendefinisikan manejemen sebagai sebuah proses
dan perangkat yang mengarahkan dan membimbing kegiatan organisasi
untuk mencapai tujuan.

6. Menurut John D. Millet, manajemen adalah proses memimpin dan melancarkan


pekerjaan dari orang yang terorganisir secara formal untuk mencapai tujuan.

Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua


usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit, ada tiga alasan utama yang
disampaikan oleh George R. Terry seperti yang dikutif oleh Herlambang Susatyo dan
Arita Murwani (2012) dalam Febriawati (2013), mengapa sebuah organisasi
membutuhkan manajemen. Tiga alasan tersebut adalah:

Untuk mencapai tujuan, manajemen dibtuhkan untuk mencapai tujuan organisasi


dan tujuan pribadi.
Untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan, manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara

tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling


bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi,
seperti pemilik dan karyawan, kreditur, konsumen, pemasok, serikat
pekerja, masyarakat dan pemerintah.
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Suatu pekerjaan sebuah
organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara
yang umum digunakan adalah dengan mengukur efisiensi dan efektifitas.
Efisiensi dan efektif bukanlah suatu hal yang sama. Efisiensi adalah
kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
benar. Sedangkan efektifias adalah kemampuan untuk memilih tujuan
yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Manajemen kesehatan menurut Notoadmodjo adalah suatu kegiatan


atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non petugas
kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program

18
kesehatan. Dalam arti lain, manajemen kesehatan masyarakat adalah
penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan
masyarakat sehingga

yang menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan
masyarakat.

Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi kesehatan di


Indonesia seperti Kantor Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan di Daerah, rumah
sakit dan puskesmas serta jajarannya.

Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar mengerjakan kegiatan yang
berkaitan dengan:

Manajemen Sumber Daya Manusia


Manajemen Keuangan (mengurusi cash flow keuangan)
Manajemen Logistik (mengurusi logistik obat dan peralatan kesehatan)

Manajemen Pelayanan Kesehatan dan Sistem Informasi Manajemen (mengurusi


pelayanan kesehatan)

Beberapakebijakanmanajemenoperasionaldalammanajemen
kesehatan di Indonesia yang sudah mendapat perhatian dalam menghadapi
krisis bidang kesehatan sampai dengan saat ini adalah:

1. Meletakan landasan kebijakan kesehatan yang lebih bersifat pencegahan


(preventif).
2. Kebijakan obat nasional diarahkan untuk permasyarakatan obat-obatan
esensial dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, program obat
pembuatan obat generik dengan harga yang lebih murah.
3. Meskipun dengan dalih untuk membuka peluang bagi penanaman modal
asing (PMA), pembatasan jumlah industri farmasi dilaksanakan secara
ketat.
4. Etika kedokteran dan tanggung jawab profesi mendapat porsi besar dalam
pendidikan dokter agar dokter yang ditamatkan dapat berfungsi sebagai
cendikiawan di bidang kesehatan dengan jiwa non profit dengan jumlah
yang lebih banyak.

19
5. Kesehatan merupakan hak masyarakat yang perlu terus diperjuangakan
terutama penduduk miskin karena sudah merupakan komitmen global
pemerintah.

Salah satu ruang lingkup manajemen pelayanan kesehatan adalah manajemen


logistik, manajemen logistik merupakan suatu bidang manajemen yang tugasnya
khusus mengurusi logistik obat dan peralatan kesehatan yang ada dalam pelayanan
kesehatan.

Definisi manajemen logistik menurut Drs. Amin Widjaja Tunggal Ak. MBA (2010)
dalam Febriawati (2013) merupakan proses yang secara strategik mengatur
pengadaan bahan (procurement), perpindahan dan penyimpanan bahan, komponen
dan penyimpanan barang jadi (dan informasi terkait) melalui organisasi dan jaringan
pemasaran dengan cara tertentu sehingga keuntungan waktu yang akan datang
melalui pemenuhan pesanan dengan biaya yang efektif.

Menurut Tjandra Yoga Aditama (2002) bahwa manejemen logistik adalah suatu ilmu
dan penentuan
pengetahuan kebutuhan,
dan atau seni sertapengadaan, penyimpanan,
proses mengenai penyaluran dan
perencanaan
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat. Prinsip-prinsip dalam
manajemen adalah pegangan umum untuk dapat terselenggaranya fungsi-
fungsi logistik dengan baik.

Menurut pemanfaatannya, bahan atau alat yang harus disediakan


rumah sakit dikelompokkan menjadi persediaan farmasi (antara lain: obat,
bahan kimia, gas medik, dan peralatan kesehatan), persediaan makanan,
persediaan logistik umum dan teknik (Febriawati, 2013).

Menurut Dr. dr. H. Boy S. Sabarguna (2009) dalam Febriawati (2013)


Manajemen logistik adalah manajemen dan pengendalian barang-barang,
layanan dan perlengkapan mulai dari akuisisi sampai disposisi dan di dalam
manajemen logistik terdapat elemen-elemen penting yaitu:

1. Strategi terpadu untuk menjamin bahwa bahan barang, jasa dan


perlengkapan dibeli dengan biaya total yang terendah.

20
2. Strategi terkait untuk menjamin bahwa persediaan dan biaya simpan di
pantau dan dikendalikan secara agresif.

Menurut Dr. dr. H. Boy S. Sabarguna (2009) dalam Febriawati (2013)


terdapat 15 langkah manajemen logistik, antara lain:

1. Tingkat Persediaan : menentukan tingkat persediaan yang tersedia di


dalam setiap departemen yang bersangkutan.
2. Identifikasi : identifikasi pasokan atau permintaan atau penggunaan untuk
setiap departemen pengguna selama satu periode 24 jam.
3. Daftar Produk : membuat bagan daftar dari semua produk yang akan
digunakan oleh setiap departemen.
4. Frekuensi : menentukan frekuensi pergantian pasokan, yang bergantung
pada jenis sistem yang dipilih dan target untuk tingkat persediaaan yang
tersedia dan angka perputaran.
5. Persyaratan : pengidentifikasi persyaratan fungsional dan spesifikasi yan
diperlukan bagi semua kereta bursa, bila mana sistem tersebut digunakan.
6. Lokasi : menentukan lokasi yang layak untuk pasokan di areal pengguna.

7. Waktu : menentukan waktu peninjauan persediaan, pemesanan dan


penyediaan kembali.
8. Metode : mengidentifikasi dan menentukan metodelogi yang dipilih.
9. Sistem : menyusun sistem kerja atau penyimpanan catatan yang sesuai.
10. Konfigurasi : menyesuaikan tata letak, konfigurasi dan tngkat persediaan
pada sumber-sumber pasokan untuk mengakomudasi sistem baru.
11. Pelatihan : melaksanakan program-program pendidikan saat layanan, bagi
semua personil yang terlibat dan terpengaruh oleh sistem baru.
12. Mekanisme Penelusuran : membuat suatu mekanisme untuk menelusuri
permintaan persediaan yang tidak rutin atau acak yang terjadi di luar
sistem dasar untuk menetapkan kesinambungan keefektifan sistem tersebut
dan kelayakan tingkat sampai produk serta tingkat persediaan.
13. Kebijakan dan Prosedur : membuat suatu kebijaksanaan dan prosedur
untuk membuat perubahan-perubahan sebagaimana layaknya.

21
14. Proyek Percobaan : memulai pelaksanaan baik atas dasar suatu proyek
percobaan (pilot project), dasar kelompok atau zona, ataupun seluruh
rumah
sakit.

Penjadwalan : menjadwalkan pertemuan untuk meninjau kemajuan dan membuat


beberapa modifikasi yang perlu.
A. Fungsi-Fungsi Manajemen Logistik Rumah Sakit

Menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) fungsi-fungsi manajemen logistik sama artinya
dengan fungsi manajemen pada umumnya, hanya karena untuk kepentingan tujuan
logstik maka fungsi manajemen logsitik adalah sebagai berikut (Febriawati, 2013):

Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan

Fungsi perencanaan mencakup aktivitas dalam menetapkan sasaran-sasaran,


pedoman, pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. Penentuan kebutuhan
merupakan perincian (detailering) dari fungsi perencanaan, dari semua faktor yang
memperngaruhi penentuan

kebutuhan harus diperhitungkan.

2. Fungsi Penganggaran

Merupakan usaha-usaha untuk merumuskan perincian


penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang
dan jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan
yang berlaku secara langsung.

3. Fungsi Pengadaan

Merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan


operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan dan
penentuan kepada instansi-instansi pelaksanaan.

4. Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran

22
Merupakan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran
perlengkapanan yang telah diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu
untuk kemudian disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana.

Fungsi Pemeliharan

Merupakan usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya
guna dan daya hasil barang inventaris.

Fungsi Penghapusan

Merupakan berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari pertanggung


jawaban yang berlaku. Dengan kata lain, fungsi penghapusan adalah usaha untuk
menghapus kekayaan (asset) karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi,
dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut,
dan karena hal- hal lain menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi Pengendalian

Merupakan fungsi inti dari pengelolahan perlengkapan yang


meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan
pengelolahan logistik. Dalam fungsi ini diantaranya terdapat kegiatan
pengendalian inventarisasi (inventory control) yang merupakan unsur-
unsur utamanya.

B. Siklus Logistik Rumah Sakit

Siklus logistik adalah proses dari sebelum terjadinya kegiatan


logistik sampai kegiatan tersebut dapat di evaluasi. Di awali dengan
perencanaan sampai dengan proses pengawasan dan pengendalian, yang
melibatkan semua unsur organisasi mulai dari pimpinan tingkat atas
sampai dengan tingkat pemakai (user).

Perencanaan

21
Pengahapusan Penganggaran
Bagan 2. 2 Siklus Logistik Rumah Sakit
2.3 Manajemen Instalasi Farmasi
Pelayanan kefarmasian tidak hanya berfokus pada pengelolaan obat
sebagai komoditi, tetapi pada saat ini, pelayanan kefarmasian adalah
pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup dari pasien. Dalam memberikan pelayanan, seorang apoteker dituntut
untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan berinteraksi langsung
dengan pasien. Tujuan dilakukannya interaksi adalah untuk memberikan
informasi, monitoring penggunaan obat, mengetahui tujuan akhirnya sesuai
harapan (Kepmenkes No. 1027/2007).

Menurut Siregar, C.J.P. (2004) Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


adalah suatu bagian, unit, devisi atau fasilitas dirumah sakit, tempat semua
kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditunjukan untuk keperlua rumah sakit
itu sendiri. Pekerjaan kefarmasian adalah permbuatan, termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Febriawati,
2013).

22
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kementerian Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa

pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab
terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut. Mutu
pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraan sesuai dengan
standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi
farmasi. Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, agar
dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme
tindakan yang diambil sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan
farmasi yang
berkesinambungan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004).
A. Tujuan

Tujuan pelayanan farmasi sesuai dengan Standar Pelayanan


Instalasi Farmasi (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

1. Tujuan Pelayanan Instalasi Farmasi


a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam
keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai
dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
mengenai obat.
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku.

23
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa,
telaah dan evaluasi pelayanan.
Tugas Pokok Instalasi Farmasi
Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional dan optimal berdasarkan


prosedur kefarmasian dan etik profesi.
Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan


mutu pelayanan farmasi.
Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formalarium


rumah sakit.
B. Fungsi

Fungsi pelayanan farmasi sesuai dengan Standar Pelayanan


Instalasi Farmasi (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi


a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah
sakit.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian.
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
rumah sakit.

24
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan
penggunaan obat dan alat kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
f. Memberikan konseling kepada pasien/keluarga.
g. Melakukan pencampuran obat suntik.
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
i. Melakukan penanganan obat kanker.
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
l. Melaporkan setiap kegiatan.
C. Administrasi dan Pengelolaan

Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya


pelayanan farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang
ada dan standar pelayanan keprofesian yang universal. Administrasi dan
pengelolaan sesuai dengan Standar Pelayanan Instalasi Farmasi
(Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004).

1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi,


wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam
maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit.
2. Instalasi Farmasi harus meyelenggarakan rapat pertemuan untuk
membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan
farmasi.
3. Adanya Komite/Panitia Farmasi dan Terapi di rumah sakit dan
apoteker Instlasi Farmasi Rumah Sakit menjadi sekretaris
komite/panitia.

25
Fungsi dan Ruang Lingkup Panitia Farmasi dan Terapi:
a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya
bilamana perlu. Pemilihan obat untuk dimasukan dalam
formularium harus didasarkan pada efek terapi, keamanan, harga
obat dan meminimalkan duplikasi.
b. Panitia Farmasi dan Terapi mengevaluasi untuk persetujuan usulan
obat baru atau dosis obat.
c. Membantu instalasi farmasi dalam meninjau kebijakan dan
peraturan penggunaan obat.
d. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
D. Staf dan Pimpinan

Menurut Standar Pelayanan Instalasi Farmasi (Kepmenkes Nomor


1197/Menkes/SK/X/2004), pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi
terciptanya tujuan pelayanan instalasi farmasi. Personalia pelayanan
farmasi adalah sumber daya manusia yang melakukan pekerjaan
kefarmasiaan di rumah sakit dengan persyaratan: mempunyai ijin kerja,
dan terdaftar di
Departemen Kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasiaan
dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional yang berwenang berdasarkan
undang-undang. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan
beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan beban kerja adalah


kapasitas tempat tidur dan BOR, jumlah resep atau formulir per hari,
volume perbekalan farmasi. Untuk pelayanan kefarmasian yang ideal, 30
tempat tidur (TT) dilayani oleh 1 Apoteker.

1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dipimpin oleh Apoteker yang telah


terdaftar di Departemen Kesehatan dan mempunyai suart ijin kerja.
2. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya
Farmasi (D3) dan Tenaga Menengah Farmasi (AA).
3. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek
hukum dan peratuan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan
distribusi maupun administrasi barang farmasi.

26
4. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk
melangsungkan dan mengawasi pelayanan farmasi.
5. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
E. Fasilitas dan Peralatan

Fasilitas menurut Standar Pelayanan Instalasi Farmasi (Kepmenkes Nomor


1197/Menkes/SK/X/2004), harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang
dapat mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi,
sehingga menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional
dan etis.

Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang


farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapt dipertanggung jawabkan sesuai
dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi dan sesuai dengan peraturan.
Tersedianya fasilitas produksi obat yang memenuhi standar.
Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.

5. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.


6. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang
baik sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.
7. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin
keamanan setiap staf.

a. Bangunan

Menurut Standar Pelayanan Instalasi Farmasi (Kepmenkes


Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004), fasilitas bangunan, ruangan, dan
peralatan harus memnuhi ketentuan dan perundang-undangan
kefarmasiaan yang berlaku:

1) Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.


2) Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan
kefarmasian di rumah sakit.

27
3) Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,
pelayanan langsung pada pasien, dispensing serta ada penanganan
limbah.

Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu, bebas kontaminasi.
Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan keamanan
baik dari pencuri maupun binatang pengerat. Fasilitas peralatan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengakapan dispensing baik untuk
sediaan steril, non steril maupun cair untuk obat luar atau dalam.
b. Pembagian Ruangan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004):
Ruang kantor
Ruang pimpinan
Ruang staf
Ruang kerja/adminitrasi
Ruang pertemuan
c. Ruang Produksi (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

Lingkungan kerja ruang produksi harus rapih, tertib, dan efisien


untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan dan dipisahkan
antara:

1) Ruang produksi sediaan non steril


2) Ruang produksi sediaan steril
d. Ruang Penyimpanan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi,


temperatur sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk
menjamin mutu produk dan keamanan petugas yang terdiri dari:

1) Kondisi Umum untuk Ruang Penyimpanan


- Obat jadi
- Obat produksi
- Bahan baku obat

28
- Alat kesehatan dan lain-lain
2) Kondisi Khusus untuk Ruang Penyimpanan
- Obat termolabil
- Alat kesehatan dengan suhu rendah
- Obat mudah terbakar
- Obat/bahan obat berbahaya
- Barang karantina
e. Ruang Distribusi/Pelayanan (Kepmenkes No.1197/Menkes/SK/X/2004)
1) Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegaiatan farmasi
rumah sakit
2) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (Apotik)
3) Ada ruang khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan persiapan
obat
4) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)
5) Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
6) Ada ruang khusu/terpisah dari ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang
7) Dilengkapi kereta dorong trolley
f. Ruang Konsultasi (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan


konsultasi pada pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
kepatuhan pasien. Dipisahkan antara ruang konsultasi untuk pelayanan
rawat jalan (apotik) dan ruang konsultasi untuk pelayanan rawat inap.

g. Ruang Informasi Obat (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

Sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan teknologi


komunikasi dan penanganan informasi yang memadai untuk
mempermudah pelayanan informasi obat. Luas ruangan yang
dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat:

1) 200 tempat tidur : 20 meter2


2) 400-600 tempat tidur : 40 meter2

29
3) 1300 tempat tidur : 70 meter2
h. Ruang Arsip Dokumen (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk


memelihara dan menyimpanan dokumen dalam rangka menjamin agar
penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan tehnik manajemen
yang baik.

i. Peralatan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan


terutama untuk perlengakapan dispensing baik untuk sediaan steril, non
steril, maupun cair untuk obat luar. Fasilitas peralatan harus dijamin
sensitif pada pengukuran dan memenuhi persyaratan, penerapan dan
kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap tahun. Peralatan minimal yang
harus tersedia:

1) Peralatan untuk menyimpan, peracikan dan pembuatan obat baik


nonsteril maupun aseptik.
2) Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
3) Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan
informasi obat.
4) Lemari penyimpanan khusus untuk nerkotika
5) Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
6) Penerangan, sarana air, ventilasi dan system pembungan limbah
yang baik.
7) Alarm

F. Kebijakan dan Prosedur

Menurut Standar Pelayanan Instalasi Farmasi (Kepmenkes Nomor


1197/Menkes/SK/X/2004), semua kebijakan dan prosedur yang ada harus
tertulis dan dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut.
Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar pelayanan

30
farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan pelayanan
farmasi itu sendiri.

1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi,


panitia/komite farmasi dan terapi serta para apoteker.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan
apoteker menganalisa secara kefarmasian.
3. Obat adalah bahan berkhasiat dengan nama generik.
4. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan:
a. Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, pembuatan/produksi, penyimpanan,
pendistribusian, dan penyerahan.
b. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat
dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
pencatatan penggunaan yang salah dan atau dikeluhkan pasien.
c. Pemberian konseling/infromasi oleh apoteker kepada pasien maupun
keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta

berbagai aspek pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat


kepatuhan dalam penggunaan obat.
d. Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus
terjamin.
5. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang salah
dan atau mengatasi masalah obat.
G. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan

Menurut standar pelayanan Instalasi Farmasi (Kepmenkes Nomor


1197/Menkes/SK/X/2004), setiap staf di rumah sakit harus mempunyai
kesempatan untuk meningkatakan pengetahuan dan keterampilannya.

1. Apoteker harus memberikan masukan kepada pimpinan dalam


menyusun program pengembangan staf.
2. Staf yang baru mengikuti program orientasi sehingga mengetahui tugas
dan tanggung jawab.
3. Adanya mekanisme untuk mengetahui kebutuhan pendidikan bagi staf.

31
4. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan
program pendidikan berkelanjutan.
Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi:
Penggunaan obat dan penerapannya
Pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi
H. Evaluasi dan Pengendalian Mutu

Menurut Standar Pelayanan Instalasi Farmasi (Kepmenkes Nomor


1197/Menkes/SK/X/2004), pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas
pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah
sakit yang baik.

Pelayanan farmasi dilibatkan dalam program pengendalian mutu pelayanan rumah


sakit.
Mutu pelayanan farmasi harus di evaluasi secara periodik terhadap konsep,
kebutuhan, proses dan demi menunjang peningkatan mutu pelayanan.
Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program pengendalian mutu.

4. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut:


a. Pemantauan : pengumpulan semua informasi yang penting yang
berhubungan dengan pelayanan farmasi.
b. Penilaian : penilaian secara berkala untuk menetukan masalah-
masalah pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki.
c. Tindakan : bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus
diambil tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi.
d. Evaluasi : efektivitas tindakan harus di evaluasi agar dapat
diterapkan dalam program jangka panjang.
e. Umpan balik : hasil tindakan diinformasikan kepada staf.

2.4 Sistem Distribusi Obat dan Alat Kesehatan


Sistem distribusi obat adalah tatanan jaringan sarana, personel,
prosedur, dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita
dalam kegiatan penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada
penderita. Sistem distribusi obat mencakup penghantaran sediaan obat yang

32
telah di- dispensing Instalasi Farmasi RS ke daerah tampat perawatan
penderita dengan keamanan dan ketepatan obat, ketetapan penderita,
ketetapan jadwal,

tanggal, waktu, dan metode pemberian, dan ketetapan personel pemberi


obat kepada penderita serta keutuhan mutu obat (Febriawati, 2013). Sistem
distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004):

Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.


Metode sentralisasi atau desentralisasi.
Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.

Bentuk-Bentuk Pendistribusia LogistikFarmasiRumahSakit


n
(Febriawati, 2013):

1. Sentralisasi

Sentralisasi merupakan penyimpanan dan pendistribusian semua


obat/barang farmasi dipusatkan pada satu tempat. Seluruh kebutuhan
obat/barang farmasi setiap unit perawatan/pelayanan baik untuk kebutuhan
individu maupun kebutuhan dasar ruangan disuplai langsung dari pusat
pelayanan farmasi tersebut.

Bagan 2. 3 Alur Distribusi Sentralisasi

Rawat Jalan

Gudang Rawat Inap

Bedah Pusat

33

Rawat Darurat
(Sumber: Febriawati, 2013)

2. Desentralisasi

Desentralisasi merupakan pelayanan mempunyai cabang di dekat unit


perawatan/pelayanan sehingga penyimpanan dan penditribusian kebutuhan obat atau
barang farmasi unit perawatan/pelayanan tersebut baik untuk kebutuhan individu
maupun kebutuhan dasar ruangan tidak lagi dilayani dari pusat pelayanan farmasi.

Bagan 2. 4 Alur Distribusi Desentralisasi

(Sumber: Febriawati, 2013)

Jenis sistem distribusi obat untuk penderita rawat inap (Febriawati, 2013):

1. Sistem distribusi obat resep individu

Resep individual adalah resep yang ditulis oleh dokter untuk tiap
penderita. Pada sistem ini, kebutuhan barang farmasi individu pasien tidak

34
tersedia di ruang perawatan, tetapi harus diambil/ditebus di tempat
pelayanan farmasi dengan membawa resep/instruksi pengobatan dari
dokter. Tempat pelayanan farmasi tersebut dapat di instalasi farmasi rumah
sakit, apotik baik yang ada di dalam maupun yang di luar rumah sakit.
Waku yang dibutuhkan untuk menyiapkan oabt menjadi lama, akan tetapi
farmasi rumah sakit atau farmasi komunitas terlibat dalam proses review
maupun penyiapan resep. Selanjutnya semua obat yang ditebus tersebut di
bawa ke ruang perawatan untuk di serahkan kepada perawat untuk di
simpan. Biaya pengobatan yang di tanggung pasien tinggi karena setiap sis
obat yang tidak digunakan tetap harus dibayar.

Bagan 2. 5 Alur Pelayanan Resep Individu untuk Rumah Sakit

Pasien Dokter

Perawat

APOTIK RS
Keluarga

Perawat APOTIK

Keluarga

Keuangan

Sumber: Febriawati, 2013

Keuntungan dari sistem ini adalah:

35
a. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker yang dapat memberi
keterangan atau informasi kepada perawat berkaitan dengan obat
penderita.

Memberi kesempatan interaksi profesional anatara Farmasis-Dokter- Perawat-


Penderita.
Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas perbekalan.
Mempermudah penagihan biaya oleh perbekalan.

Keterbatasan sistem distribusi obat resep individual adalah sebagai berikut:

Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai pada penderita.


Jumlah kebutuhan personal di IFRS meningkat.

Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak untuk penyiapan obat di
ruang pada waktu konsumsi obat.
Terjadi kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada waktu penyiapan konsumsi.
2. Sistem distribusi obat persediaan pelengkap di ruangan (floor stock)

Pada sistem ini kebutuhan obat/perbekalan farmasi dalam jumlah


besar baik untuk kebutuhan dasar ruangan maupun kebutuhan individu
pasien yang diperoleh dari tempat pelayanan farmasi baik sentralisasi
maupun desentralisasi, disimpan di ruang perawatan. Kebutuhan obat
dasar maupun obat individu langsung dapat dilayani oleh perawat tanpa
harus menebus/mengambil dulu dari tempat penyimpanan farmasi. Proses
pengolahan inventaris, penyiapan dan peracikan obat/barang farmasi
tersebut derta penyampaiannya pada pasien sepenuhnya menjadi tanggung
jawab atau beban pekerjaan perawat. Pelayanan dengan sistem ini paling
cepat, karena semua barang kebutuhan ada dalam satu ruangan.

Keuntungan dari sistem distribusi obat persedian lengkap diruangan adalah:

a. Obat yang diperlukan segera tersedia bagi penderita


b. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai di IFRS
c. Penguragan penyalinan kembali order obat
d. Pengurangan jumlah personil IFRS yang diperlukan

36
Keterbatasan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan adalah:

a. Kesalahan obat sangat meningkat karena order obat tidak dapat

dikasih oleh Apoteker. Di samping itu, penyiapan obat dan


konsumsi obat dilakukan oleh perawat sendiri, tidak ada
b.
pemeriksaan ganda. Persediaan obat di unit perawat meningkat,
dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas.
c. Pencurian obat meningkat.
d. Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat.
e. Penambaha modal investasi, untu menyediaka fasilitas
n k n
penyimpanan obat yang sesuai di tiap aerah perawatan penderita.
Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat.
Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat.

3. Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan di


ruangan
Rumah sakit menerapkan sistem ini, selain menerapkan sistem distribusi
resp/order individual sentralisasi, juga menerapkan distribusi

persediaan di ruangan yang terbatas. Jenis dan jumlah obat yang tersedia di
ruangan (daerah penderita) ditetapkan oleh PFT dengan masukan dari
instalasi farmasi rumah sakit dan dari pelayanan keperawatan. Sistem
kombinasi diadakan untuk mengurangi beban kerja instalasi farmasi rumah
sakit. Obat yang disediakan di ruangan adalah obat yang diperlukan oleh
banyak penderita, setiap hari diperlukan, dan biasanya adalah obat yang
harganya relative murah, mencakup bat resep atau obat bebas.

Keuntungan sistem ini adalah:

a. Semua resep/order individual dikaji langsung oleh apoteker.


b. Adanya kesempatan berinteraksi profesional anatara apoteker-
dokter-perawat-penderita.
c. Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi penderita (obat
persediaan di ruang).
d. Beban instalasi farmasi rumah sakit dapat berkurang.

37
Keterbatasan dari sistem ini adalah:

a. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai kepada penderita


(obat resp individu).
b.Kesalahan obat dapat terjadi (obat dari persediaan di ruang).
4. Sistem distribusi obat dosis unit

Obat dosis unit adalah obat yang di order oleh dokter untuk penderita, terdiri atas
satu atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis tunggal
dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu watu tertentu. Penderita hanya
membayar obat yang dikonsumsi saja. Sistem distribusi obat dosis unit adalah
metode dispensing dan pengendalian obat yang dikoordinasi instalasi farmasi dan
rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk tergantung pada
kebutuhan khusus rumah sakit, unsur khusus berikut adalah dasar dari semua sisem
dosis unit yaitu obat dikandung daatan alam kemasan unit tunggal, di dispensing
dalam bentuk siap konsumsi, untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam
persediaan
dosis, dihantarkan keruang perawatan atau tersedia pada ruang perawatan
penderita tiap waktu.

Bagan 2. 6 Alur Distribusi Unit Dose

Pasien Dokter

Perawat

38 Instalasi Farmasi
Sumber: Febriawati, 2013

Keuntungan dari penerapan sistem ini adalah:

Penderita menerima pelayanan instalasi farmasi rumah sakit 24 jam sehari dan
penderita membayar hanya obat yang di konsumsi saja.
Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan oleh instalasi
farmasi rumah sakit.
Pengurangan kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh penderita.
Penyiapan sediaan intravena dan rekonstitusi obat oleh instlasi

farmasi rumah sakit.


e. Menghemat ruangan di unit perawat dengan meniadakan
persediaan ruang obat-obatan.
f. Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan dan pengurangan
pekerjaan menulis di unit perawatan dan instalasi farmasi rumah
sakit.
g. Adanya sistem pemeriksaan ganda dengan meninterprestasi
resep/order dokter dan membuat profil pengobatan penderita (P-3)
oleh apoteker da perawat memeriksa obat yang disiapkan instalasi
farmasi rumah sakit sebelum dikonsumsikan. Jadi sistem ini
mengurangi resiko kesalahan obat.
h. Mengurangi kehilangan pendapatan.
i. Meniadakan pencurian dan pemborosan obat.
j. Memperluas cakupan dan pengendalian instalasi farmasi rumah
sakit secara keseluruhan sejak dari dokter menulis resep/order
sampai penderita menerima dosis unit.

39
k. Kemasan dosis unit secara tersendiri-sendiri diberi etiket dengan
nama obat, kekuatan, nomor kendali dan kemasan tetap utuh
sampai
obat siap di konsumsikan pada penderita.

Sistem komunikasi pengorderan dan penghantaran obat bertambah baik.


Apoteker dapat datang ke unit perawat/ruang penderita, untuk melakukan konsultasi
obat, membantu memberikan masukan kepada tim, sebagai upaya yang diperlukan
untuk perawatan penderita yang lebih baik.
Pengurangan biaya total kegiatan yang berkaitan dengan obat menyeluruh.
Pengendalian yang lebih besar oleh apoteker atas pola beban kerja instalasi farmasi
rumah sakit dan penjadwalan staf.
Penyesuaian yang lebih besar untuk prosedur kemputerisasi dan otomatis.

2.5 Instalasi Rawat Inap

Rawat Inap merupakan komponen dari pelayanan rumah sakit.


Kapasitas itu diukur dengan jumlah tempat tidur. Dalam decade terakhir,
jumlah tempat tidur tetap digunakan sebagai ukuran tingkat hunian,
pelayanan dan keuangan rumah sakit meskipun hanya (10%) dari seluruh
pelayanan yang membutuhkan rawat inap.sebuah institusi dapat dikatagorikan
sevagai rumah sakit apabila memiliki paling sedikit 6 tempat tidur untuk
merawat orang sakit dengan lama perawatan di rumah sakit di atas 24 jam
setiap kali admisi (Depkes, 1994).

Instalasi rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah


sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi,
diagnose, terapi, rehabilitasi medic dan atau pelayanan medic lainnya
(Depkes RI, 1997).

Menurut UU No. 3 tahun 1992 tentang jaminan social tenaga kerja


menyatakan bahwa rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit
dimana penderita tinggal atau mondok sedikitnya satu hari berdasarkan
40
rujukan

41
dari Pelaksana Pelayanan Kesehatan atau rumah sakit Pelaksana Pelayanan
Kesehatan lain. Ruang pasien rawat inap adalah ruanga untuk pasien yang

memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara


berkesinambungan lebih dari 24 jam. Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai
ruang perawatan dengan nama sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan
fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasiennya (Kemenkes RI,
2012).

A. Kegiatan Instalasi Rawat Inap

Menurut Pahlevi (2009) dalam Anggita (2012) ada 7 kegiatan dalam pelayanan rawat
inap, diantaranya:

Penerimaan Pasien (Admission),


Pelayanan Medik,
Pelayanan Penunjang Medik,
Pelayanan Perawatan,
Pelayanan Obat,
6. Pelayanan Makanan,
7. Pelayanan Administrasi Keuangan.
B. Kualitas Pelayanan Rawat Inap

Menurut Jacobalis (1990) yang dikutip dari Pahlevi (2009) dalam


Anggita (2012) kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah
sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya:

1. Penampilan keprofesian atau aspek klinis

Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter


dan perawat serta tenaga profesi lainnya.

2. Efisiensi dan efektifitas

Aspek ini merupakan pemanfaatan semua sumber daya di


rumah sakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna.

3. Keselamatan pasien

42
Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien.

4. Kepuasan pasien

Aspek ini merupakan kepuasan fisik, mental dan social pasie terhadap lingkungan
rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian,
biaya yang diperlukan dan sebagainya.

Menurut Jacobalis (1993) dalam Anggita (2012), pelayanan kesehatan di ruang rawat
inap rumah sakit erat kaitannya dengan dokter, perawat, atau petugas lain di rumah
sakit, aspek hubungan antar manusia, kemanusiaan, kenyamanan atau kemudahan
fasilitas dan lingkungan, peralatan dan perlengkapan, serta biaya pengobatan.

Menurut Muslihuddin (1996) dalam Anggita (2012), mutu asuhan pelayanan rawat
inap dikatakan baik apabila:

1. Memberikan rasa tentram kepada pasien.

2. Seluruh pegawai rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang


professional baik kepada pasien maupun keluarga pasien, sejak pasien
pertama kali masuk hingga pasien pulang.

Dari kedua aspek tersebut dapat diartikan sebagai berikut:

a. Petugas penerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien


harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien
memerlukan penanganan segera.
b. Penanganan pertama dari perawat harus mampu membuat pasien
menaruh kepercayaan bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara
benar.
c. Penanganan oleh para dokter yang professional akan menimbulkan
kepercayaan pasien bahwa mereka tidak salah memilih rumah sakit.
d. Ruangan yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada
rumah sakit.
e. Peralatan yang memadai dengan operator yang professional.

43
f. Biaya pengobatan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
sehingga pelayanan di rumah sakit tidak hanya dapat dinikmati oleh

masyarakat yang mampu saja, masyarakat tidak mampu pun dapat menikmatinya.
C. Alur Proses Pelayanan Pasien di Instalasi Rawat Inap

Terdapat tiga tahapan pada alur proses pelayanan di Instalasi Rawat Inap yang akan
dilalui oleh pasien, yaitu:

Bagian Penerimaan Pasien (Admission Departement),


Ruang Perawatan, dan
Bagian Administrasi dan Keuangan.

2.6 Kerangka Teori

Menurut Seto, dkk (2001) Pengelolaan logistik dapat tercapai, apabila sudah
menetapkan unsur-unsur dari manajemen itu sendiri. Agar tujuan yang telah ditetapkan
dapat dicapai, maka manajemen memerlukan unsur atau sarana atau “the tool of
management” yang meliputi unsur 5 M yaitu:

1. Man : manusia, SDM yang diperlukan


2. Money : uang yang dibutuhkan
3. Methods : metode/sistem yang digunakan
4. Materials : bahan-bahan yang digunakan
5. Machines : mesin-mesin yang digunakan
6. (plus Market : pasar yang digunakan untuk menjual produknya atau
jasanya).

Untuk dapat terselenggaranya manajemen yang baik, unsur-unsur


tersebut diproses melalui fungsi-fungsi manajemen. Prinsip-prinsip
manajemen tersebut merupakan pegangan umum untuk terselenggaranya
fungsi-fungsi logistik dengan baik.

Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling berhubungan


oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai kesatuan organisasi
dalam upaya menghasilkan sesuatu yang ditetapkan (Azwar, 2010).

44
Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan. Untuk terbentuknya sistem tersebut perlu

dirangkai berbagai unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan
membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai
tujuan kesatuan. Apabila terdapat prinsip pokok atau cara kerja sistem ini di
terapkan, maka prinsip pokok atau cara kerja ini dikenal dengan nama pendekatan
sistem (system approach). Pendekatan sistem merupakan penerapan dari cara
berpikir yang sistematis dan logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari
suatu masalah atau keadaan yang dihadapi (Azwar, 2010).

Bagan 2. 7 Kerangka Teori

Input
Proses Perencanaan
Output
SDM
Penganggaran Pengadaan
Anggaran
Tersedianya bahan
Sarana dan Penyimpanan
logistik di rumah
Prasarana
Pendistribusian Pengawasan sakit
Mesin
Metode Pengendalian

Area Penelitian

sistem untuk terselenggaranya


Dari bagan fungsi-fungsi
2. Dapat diketahui logistik terutama
bahwa terdapat pada sistem
3 (tiga) tahapan pendekatan

distribusi. Tahap pertama melakukan analisis pada masukan dari unsur


manajemen itu sendiri yang teridiri dari sumber daya manusia, anggaran, sarana
dan prasarana, mesin, dan metode. Tahap kedua melakukan analisis melalui
proses dari fungsi- fungsi logistik itu sendiri dan kemudian tahap ketiga akan
mengetahui ketersediaan bahan logistik di rumah sakit. Dari ketiga tahap tersebut
akan dilakukan di sekitaran area penelitian.

45
BAB III KERANGKA PIKIR

3.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan penjelasan diatas, maka untuk mengetahui gambaran sistem distribusi


obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap rumah sakit dengan
menggunakan pendekatan sistem yang meliputi input, proses dan output.

Menurut Seto, dkk (2001) Pengelolaan logistik dapat tercapai, apabila sudah
menetapkan unsur-unsur dari manajemen itu sendiri. Unsur-sunsur tersebut meliputi
5M yaitu SDM, Anggaran, Saran dan Prasarana, Metode dan Mesin. Namun pada
penelitian ini, peneliti hanya memasukan beberapa unsur meliputi sumber daya
manusia (SDM), sarana dan prosedur. Unsur tersebut dijadikan substansi-substansi
input karena kemungkinan besar memberikan

pengaruh atau berkaitan langsung terhadap sistem distribusi obat dan bahan
medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap rumah sakit. Selain itu, substansi
tersebut memungkinkan untuk diteliti di rumah sakit tersebut.

Substansi-substansi yang terdapat dalam unsur input ini akan


mempengaruhi proses. Proses yang menjadi substansi penelitian adalah salah
salah satu dari fungsi-fungsi logistik yaitu distribusi. Menurut Subagya
(2010) dalam Febriawati (2013) Distribusi atau penyaluran merupakan
kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari satu tempat
ketempat lainnya. Substansi yang mempengaruhi penyaluran atau distribusi
tersebut antara lain: proses administrasi, proses penyampaian berita (data
informasi), proses pengeluaran fisik barang, proses angkutan, proses
pembongkaran dan pemuatan. Kelima proses ini dijadikan sebagai substansi
penelitian karena substansi-substansi tersebut paling menentukan terhadap
sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit.

46
Output dari penelitian ini mengacu pada Permenkes Nomor 58 Tahun
2014 yang mendefiniskan bahwa distribusi merupakan suatu rangkaian dalam
rangka meyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan
atau pasien dengan tetap menjamin mutu (kualitas), ketepatan jenis, ketepatan
jumlah, dan ketetapan waktu. Maka output dari penelitian ini adalah
tersalurkannya obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) ke Instalasi Rawat
Inap yang efektif dan efisien. Dari penjelasan di atas, maka didapatkan
kerangka pikir yang tergambar dalam bagan di bawah ini:

Bagan 3. 1 Kerangka Pikir

Proses

Masukan Alur proses distribusi: Keluaran

SDM Proses Administrasi Tersalurkannya obat dan


Sarana dan Proses Penyampaian bahan medis habis pakai
Prasarana Berita (data informasi) (BMHP) ke Instalasi Rawat
Prosedur Proses Pengeluaran Fisik Inap dengan efisien
Barang
Proses Angkutan
Proses Pembongkaran dan
pemuatan

Dalam penelitian ini akan dilihat substansti-subtansi yang


mempengaruhi kegiatan yang berada dalam kotak putus-putus di dalam
kerangka pikir, sebagai berikut:

a. Sumber Daya Manusia


b. Sarana dan Prasarana
c. Prosedur

47
d. Proses administrasi
e. Proses penyampaian berita (data informasi)
f. Proses pengeluaran fisik barang
g. Proses angkutan
h. Proses pembongkaran dan pemuatan
i. Tersalurkannya obat dan bahan medis habis pakai ke Instalasi Rawat
Inap dengan efektif dan efisien.

Pada bagan kerangka konsep yang digambarkan di atasa, dapat dilihat


bahwa secara sistem terdapat 9 (sembilan) substansi yang mempunyai keterkaitan
terhadap terjadinya suatu sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di
Instalasi Rawat Inap. Substansi input antara lain SDM, Sarana dan Prosedur.
Sedangkan pada substansi proses terdapat enam substansi antara lain proses
administrasi, proses penyampaian berita (data informasi), proses pengeluaran fisik
barang, proses angkutan, proses pembongkaran dan pemuatan. Dari substansi
input
medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit.

48
3.2 Definisi Istilah
Tabel 3. 1 Definisi Istilah
No. Substansi Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
1 SDM Adalah tenaga yang terlibat 1) Observasi a. Pedoman 1) Informasi tentang:
langsung dalam 2) Telaah Telaah - Jumlah Pegawai di
melaksanakan proses dokumen Dokumen Instalasi Farmasi
distribusi obat dan bahan 3) Wawancara b. Pedoman - Pegawai atau perawat
medis habis pakai dan wawancara yang terlbiat dalam
gambaran pekerjaannya distribusi obat dan
ketika tenaga tersebut bahan medis habis
melakukan perannya dalam pakai di Instalasi
proses distribusi obat dan Rawat Inap
bahan medis habis pakai - Uraian tugas pegawai
beserta latar belakang di Instalasi Farmasi
pendidikan formal dan non - Latar belakang
formal dari tenaga tersebut. pendidikan formal
karyawan di Intalasi
Farmasi
- Latar belakang
pendidikan non
formal (pelatihan)
yang
pernah diikuti oleh
pegawai
- Jadwal shift pegawai
dan perawat

49
2 Sarana dan Adalah fasilitas yang 1) Observasi a. Pedoman Informasi mengenai fasilitas
Prasarana digunakan untuk proses 2) Telaah wawancara yang digunakan dalam
distribusi obat dan bahan dokumen pelaksanaan distribusi obat
medis habis pakai di 3) Wawancara dan bahan medis habis
Instalasi Farmasi dan di pakai di Instalasi Rawat
Instalasi Rawat Inap. Inap dan kecukupan alat
sesuai
kebutuhan.
3 Prosedur Adalah pedoman/instuksi 1) Telaah a. Pedoman 1) Prosedur kerja yang
kerja tertulis yang Dokumen Wawancara digunakan sebagai
digunakan semua petugas 2) Wawancara b. Pedoman pedoman
sebagai pedoman dalam 3) Observasi telaah 2) Kesesuaian prosedur
pelaksanaan kegiatan dokumen kerja dengan
distribusi obat dan bahan pelaksanaan teknis
medis habis pakai di RSU
Kota Tangerang Selatan.
4 Proses Adalah keseluruhan 1) Telaah a. Pedoman Informasi mengenai
Administrasi kegiatan yang berkaitan dokumen Wawancara pencatatan dan penyusunan
dengan pencatatan dalam 2) Wawancara laporan distribusi obat dan
pelaksanaan distribusi obat BMHP secara rutin atau
dan BMHP serta tidak rutin dalam periode
penyusunan laporan yang bulanan, triwulan,
berkaitan dengan distribusi semesteran atau tahunan.
secara rutin atau tidak rutin
dalam periode bulanan,
triwulan, semesteran atau
tahunan.

50
5 Proses Adalah kegiatan dalam 1) Observasi Pedoman Informasi tentang:
penyampaian berkomunikasi atau 2) Telaah wawancara a. Yang terlibat dalam
berita memberikan informasi antar Dokumen Pedoman proses penyampaian
pegawai baik pegawai di 3) Wawancara telaah berita
Intalasi Farmasi maupun dokumen b. Metode yang digunakan
pegawai/perawat di dalam proses
Instalasi Rawat Inap terkait penyampaian berita
pemesanan obat dan bahan pada saat distribusi obat
medis habis pakai dengan dan bahan medis habis
menggunakan alat atau pakai dari instalasi
sarana sebagai media farmasi ke instalasi
sebelum dilakukannya rawat inap.
distrbusi obat dan bahan c. Jadwal pelaksanaan
medis habis pakai. penyampaian berita.
Informasi tersebut dapat d. Kendala pada saat
dilakukan secara lisan, proses penyampaian
tertulis ataupun melalui berita tersebut.
gambar.
6 Proses pengeluaran Adalah kegiatan keluarnya 1) Observasi a. Informasi tentang :
fisik barang obat dan bahan medis habis 2) Telaah Pedoman a. Yang terlibat dalam
pakai setelah dilakukannya Dokumen telaah proses pengeluaran fisik
pemesanan dengan cara 3) Wawancara dokumen barang
atau metode yang b.Pedoman b. Tahapan atau metode
digunakan dalam wawancara yang digunakan dalam
pengeluaran fisik barang pengeluaran fisik barang
yang sudah dipesan. (obat atau bahan medis
habis pakai) pada saat
dilakukan distribusi dari

51
instalasi farmasi ke
instalasi rawat inap.
c. Kendala yang terjadi pada
saat proses pengeluaran
fisik barang.

7 Proses angkutan Adalah kegiatan membawa 1) Observasi a. Pedoman Informasi tentang:


barang yang sudah 2) Pedoman Wawancara a. Yang terlibat dalam
dikeluarkan (obat dan bahan Wawancara proses angkutan
medis habis pakai) dari b. Alat pengangkut apa saja
Instalasi Farmasi ke yang digunakan pada saat
Instalasi Rawat Inap dengan distribusi obat dan bahan
menggunakan alat atau medis habis pakai dari
sarana dalam pengangkutan instalasi farmasi ke
barang. instalasi rawat inap.
c. Kendala yang terjadi
dalam proses angkutan
tersebut.

52
8 Proses Adalah kegiatan 1) Observasi a. Pedoman Informasi tentang:
pembongkaran dan menurunkan dan 2) Wawancara wawancara a. Yang terlibat dalam
pemuatan penyusunan barang di proses pembongkaran
Instalasi Rawat Inap (obat dan pemuatan
dan bahan medis habis b. Metode yang digunakan
pakai) yang sudah di dalam proses
distribusikan dari Instalasi pembongkaran dan
Farmasi. pemuatan
c. Kendala yang terjadi
9 Tersalurkannya Obat dan bahan medis habis 1) Observasi a.Pedoman Hasil distribusi sesuai
obat dan bahan pakai (BMHP) yang 2) Wawancara observasi indikator efisiensi distribusi
medis habis pakai tersalurkan di Instalasi 3) Telaah Pedoman obat dan bahan medis habis
(BMHP) ke Rawat inap dapat Dokumen wawancara pakai yang ditetapkan oleh
Instalasi memenuhi kriteria efisien Permenkes Nomor 58
Rawat Inap yang ditetapkan oleh Tahun 2014 terdiri dari:
dengan efisien. Permenkes Nomor 58 1. Ketersediaan dan
Tahun 2014 Kemanan
2. Ketepatan Jenis
3. Ketepatan Jumlah
4. Ketepatan Waktu

53
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
deskriptif dengan menggunakan desain studi kasus. Menurut Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2000), penelitian kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang- orang dan perilaku yang diamati. Pengamatan yang
dilakukan pada penelitian ini merupakan pengamatan langsung pada sistem
yang sedang berjalan disertai waawancara mendalam dengan informan yang
terlibat dalam pelaksanaan distribusi obat dan bahan medis habis pakai di
instalasi rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan, yang
beralamat di Jalan Padjajaran No. 101, Pamulang Barat, Tangerang Selatan,
Banten 15417. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan
bulan April 2017.

4.3 Informan Penelitian


Informan dalam penelitian ini ditetapkan dengan menggunakan
metode purposive sampling, dimana informan penelitian secara langsung
ditentukan oleh peneliti sesuai dengan kriteria pemilihan informan, yaitu:

a. Kesesuaian (appropriatness)

Informan dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki berkaitan


dengan sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di RSU Kota
Tangerang Selatan.

54
b. Kecukupan (adequacy)

Data dan informasi yang diperoleh dapat menggambarkan seluruh


kegiatan yang berkaitan dengan penelitian secara lengkap dan jelas.

Informasi yang terkait dengan pelaksanaan distribusi obat dan


bahan medis habis pakai di instalasi rawat inap RSU Kota Tangerang
Selatan diperoleh melalui beberapa informan yaitu:

1. Kepala Bagian Distribusi Obat dan BMHP Instalasi Farmasi RSU


Kota Tangerang Selatan.
2. Kepala Bagian Pelayanan Farmasi Rawat Inap
3. Petugas Pelaksana Distribusi Obat dan BMHP Instalasi Farmasi
RSU Kota Tangerang Selatan.
4. Kepala Ruangan atau Perawat Instalasi Rawat Inap RSU Kota
Tangerang Selatan

4.4 Intrumen Penelitian


Pada penelitian ini peneliti yang melakukan wawancara mendalam
secara langsung kepada informan, selain itu peneliti juga melakukan
observasi langsung pada kegiatan sistem distribusi obat dan bahan medis
habis pakai dan juga melakukan telaah dokumen. Instrumen yang digunakan
pada penelitian ini antara lain pedoman wawancara, lembar observasi, dan
telaah dokumen, alat tulis, laptop, kamera dan alat perekam.

4.5 Sumber Data


a. Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan


distribusi obat dan bahan medis habis pakai di RSU Kota Tangerang
Selatan, serta dilakukan wawancara mendalam dengan informan-
informan yang telah ditetapkan dengan menggunakan pedoman
wawancara mendalam dan lembar ceklist. Selain itu, data primer juga
didapat melalui telaah dokumen dengan menggunakan pedoman telaah

55
dokumen yang berhubungan dengan kegiatan distribusi obat di RSU
Kota Tangerang Selatan.

b. Data Sekunder

Selain data primer, juga dilakukan pengumpulan data sekunder


yang berasal dari studi dokumentasi yang berkaitan dengan distribusi
obat dan BMHP. Data sekunder ini nantinya akan menunjang hasil dari
penilitian. Data sekunder ini terdiri dari:

- Profil Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan


- Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan
- Prosedur kerja atau Standar Operasional Prosedur (SOP)
- Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
- Form Permohonan Permintaan Barang
- Laporan Pencatatan Stok obat dan BMHP
- Kartu Stock

4.6 Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa
cara diantaranya:

a. Wawancara mendalam (indepth interview)

Untuk mendapatkan data secara mendalam, akurat dan terbuka


dilakukan wawancara mandala, bersama informan kunci dalam proses
distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap yaitu kepala bagian
distribusi obat dan BMHP, petugas pelaksana distribusi obat dan
BMHP di Instalasi Rawat Inap, serta kepala ruangan atau perawat di
Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan dalam mendapatkan
data pimer mengenai distribus obat an BMHP.

56
b. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap suatu


obyek atau orang lain atau pengumpulan data melalui pengamatan
visual dengan menggunakan panca indera. Objek dalam penelitian yang
diamati adalah job desk atau uraian tugas pelaksana distribusi obat dan
BMHP, sarana dan prasarana, dan SOP distribusi obat dan BMHP
dalam proses distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap.

c. Telaah Dokumen

Telaah dokumen merupakan pengumpulan data melalui


pencatatan terhadap dokumen. Dokumen disini adalah job desk atau
uraian tugas pelaksana distribusi obat dan BMHP, standar oprerasional
prosedur (SOP), dan dokumen-dokumen lain yang terkait dengan proses
distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang
Selatan.

4.7 Analisis Data


Analisis data bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menginterprestasikan data yang telah diolah. Pendekatan ini
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan data kualitatif, sebelum berfokus
pada hubungan antara bagian-bagian yang berbeda dari data, sehingga
berusahan untuk menggambarkan peristiwa dan atau menjelaskan
kesimpulan dari berbagai arah. Proses dan prosedur analisis data dimulai
dari Transcription, Familirisation with the interview, Coding, Developing a
working analytical framework, Applying the analytical framework,
Chariting data into framework matrix, dan Interpreting data (Gale, 2013).

1. Trasnscription

Rekaman audio dan video menjadi sangat penting dalam


membantu mengumpulkan data. Rekaman ini digunakan pada saat
wawancara mendalam bersama infroman sehingga semua informasi

57
ketika wawancara bisa didapatkan. Setelah dilakukan wawancara
terhadap informan yang berhubungan dengan distribusi obat dan BMHP
maka hasil wawacara tersebut akan di transkrip secara manual sehingga
data yang didapat bisa dipindahkan dalam bentuk tulisan.

2. Familirisation with the interview

Setelah dilakukan transkrip dari hasil pengumpulan data oleh


peneliti, perlu juga dilakukan familirisasi data yaitu dengan cara
mengulang kembali data yang telah ditranskrip. Tujuan dilakukan
familirisasi adalah untuk mengetahui lebih dalam data yang ditranskrip
sehingga bisa mengetahui dan memahami setiap data yang ditranskrip.

Hasil dari wawancara terhadap informan tentang distribusi obat


dan BMHP di Instalasi rawat Inap dalam bentuk transkrip dengan
dilakukan pengulangan atau pencocokan dari data yang telah ditranskrip
tadi dengan data mentah yang berupa catatan atau rekaman sehingga data

yang di dapatkan bisa lebih akurat dalam mengurangi kesalahan dalam


menerjemahkan data.

3. Coding

Setelah dilakukan familirisasi untuk memudahkan peneliti dalam


mengelola data, maka selanjutnya dilakukan coding, yaitu dengan cara
mengkategorikan data yang didapat. Kategori atau coding di dalam
penelitian ini dibagi dalam pendomain yaitu SDM, sarana, prosedur,
proses administrasi, proses penyampaian berita, proses pengeluaran
fisik barang, proses pengeluaran fisik barang, proses angkutan, proses
pembongkoran dan pemuatan, kualitas obat, ketepatan jenis obat,
ketepatan jumlah obat, dan ketepatan waktu pemberian obat di Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan.

58
4. Developing a working analytical framework

Setelah dilakukan coding terhadap data yang dianalisis, maka


setiap substansi akan dibagi lagi menjadi code yang lebih besar seperti
SDM, sarana, dan prosedur akan masuk kedalam kode input dari
distribusi obat dan BMHP, kemudian proses administrasi, proses
penyampaian berita, proses pengeluaran fisik barang, proses angkutan
serta proses pembongkaran dan pemuatan akan masuk kedalam kode
proses distribusi obat dan BMHP, serta kualitas obat, ketepatan jenis,
ketepatan jumlah dan ketepatan waktu akan masuk kedalam output dari
distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang
Selatan.

5. Applying the analytical framework

Setelah dilakukan pengkodean, maka selanjutnya data yang telah


ditranskrip sebelumnya dimasukkan kedalam setiap kode masing-
masing
data yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga pada setiap kode akan
berisikan semua data yang telah ditranskrip.

6. Chariting data into framework matrix

Kemudian setelah semua data sudah dikodekan menggunakan


kerangka analisis, maka akan dilanjutkan dengan meringkas semua data
dalam matriks untuk setiap tema dari berbagai metode pengumpulan
data.

Bentuk matriks tersebut berisikan semua data dari berbagai


sumber data dari informan seperti kepala bagian distrbusi obat dan
BMHP, petugas pelaksana distribusi obat dan BMHP, kepala ruangan
atau perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan.
Kemudian dimasukkan data dari metode pengumpulannya yaitu
wawancara mednalam, observasi, dan telaah dokumen.

59
7. Interpreting data

Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah interprestasi


data atau penarikan kesimpulan dengan cara data yang telah
dikelompokkan sebelumnya akan dilakukan analisis terhadap data
tersebut atau di interprestasikan hasilnya baik dari komponen input
proses distribusi, komponen proses distribusi, dan output dsri distribusi
itu sendiri. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan
dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada
dilapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian
yang kemudian diambil intisarinya saja. Sehingga bisa mendapatkan
gambaran sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.

4.8 Validasi Data


Untuk menjaga keabsahan dan keakuratan data yang diperoleh,
peneliti melakukan validasi data. Dalam penelitian ini validasi data yang
dilakukan dengan menggunakan riangulasi sumber dan triangulasi metode,
yaitu:

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang


dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber (Sugiyono, 2012). Triangulasi sumber dilakukan
peneliti dengan membandingkan dan melakukan pemeriksaan terhadap
hasil wawancara dengan menanyakan pertanyaan yang sama kepada
beberapa informan yang berbeda.

b. Triangulasi Metode

Triangluasi metode berarti peneliti menggunakan metode


pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini, metode yang

60
digunakan selain wawancara mendalam, juga dilakukan dengan metode
observasi dan telaah dokumen. Observasi dan telaah dokumen dilakukan
untuk mendukung hasil wawancara yang dibandingkan dengan struktur
organisasi, uraian tugas dan SOP.

Dengan dilakukannya triangulasi data pada penelitian ini


diharapkan peneliti dapat melakukan analisis secara tepat, akurat, dan
terpercaya. Sehingga didapatkan analisis data yang tepat, akurat dan
terpercaya. Adapun tabel triangulasi data pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel :

61
Tabel 4. 1 Triangulasi Metode

Triangulasi Data
Faktor-Faktor Penelitian Triangulasi Metode Triangulasi Sumber
Wawawcara Telaah Informan Informan
Observasi
Mendalam Dokumen Kunci Pendukung
Sumber Daya Manusia √ √ √ √ √
Prosedur √ √ √ √ √
Sarana dan Prasarana √ √ - √ √
Proses Administrasi √ - - √ √
Proses Penyampaian Berita √ √ √ √ √
Proses Pengeluaran Fisik Barang √ √ √ √ √
Proses Angkutan √ √ - √ √
Proses Pembongkaran dan
√ √ - √ √
Pemuatan
Tersalurkannya obat dan bahan
medis habis pakai ke Instalasi
√ √ - √ √
Rawat Inap dengan efektif dan
efisien.

61
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan


Dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat Kota Tangerang Selatan, yaitu dengan
memperbanyak fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah Kota Tangerang
Selatan. Kota Tangerang Selatan memiliki 25 puskesmas terdiri dari 21
puskesmas perawatan dan 4 puskesmas non perawatan yang memberikan
pelayanan kesehatan khususnya masyarakat Kota Tangerang Selatan namun
dirasakan belum sepenuhnya memadai, dimana kasus rujukan ke Rumah
Sakit cukup tinggi, sementara jarak Rumah Sakit Pemerintah dari Kota
Tangerang Selatan relatif jauh (seperti: RSUP Fatamawati, RSCM, dan lain-
lain). Berdasarkan Rumah sakit Umum Pemerintah Kota Tangerang Selatan
pertama kali diresmikan oleh Gubernur Banten Hj. Ratu Atut Chosiyah dan
direktur pertama yaitu drg. Hj. Ida Lidia pada tanggal 07 April 2010 yang
bertepatan dengan hari kesehatan sedunia dengan nama RSUD As Sholihin
dan pada tanggal 29 Maret 2010 rumah sakit ini berpindah ke Jalan Raya
Padjajaran No. 101 Pamulang dengan bangunan lima lantai dan berkapasistas
133 tempat tidur.

A. Visi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan

“Menjadi Rumah Sakit pilihan yang bermutu dan amanah (Aman,


Nyaman, Mandiri, dan Ramah) di Kota Tangerang Selatan.

B. Misi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan


1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu, modern,
dan terstandarisasi.
2. Meningkatkan SDM kesehatan yang profesional dan religius.
3. Meningkatkan sistem informasi yang terbuka dan menerima
globalisasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bermanfaat.
4. Berupaya mengikuti perkembangan IPTEK, serta sarana pendukung
yang berkualitas dan berwawasan lingkungan.
C. Tujuan Umum Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan

62
Tujuan Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan yaitu
memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna sesuai dengan standar
dan profesionalisme untuk meningkatkan derajat kesehatan mayarakat.
Hal ini didukung oleh motto Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan yaitu “Melayani Sepenuh hati”.

D. Pelayanan Rumah Sakit

Pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang


Selatan terbagi menjadi dua yaitu pelayanan medis dan pelayanan
penunjang, pelayanan ini meliputi:

Tabel 5. 1 Pelayanan Rumah Sakit

Layanan Medis
Instalasi Rawat Inap Instalasi Rawat Jalan
1. NICU 1. Poliklinik Syaraf
2. ICU 2. Poliklinik Penyakit Dalam
3. Rawat Inap Anak 3. Poliklinik Anak
4. Rawat Inap 4. Poliklinik Bedah
Penyakit Dalam 5. Poliklinik Gigi Ortho Denti
5. Rawat Inap Paru 6. Poliklinik Paru
6. Rawat Inap Nifas 7. Poliklinik Kulit dan
7. Rawat Inap Bedah Kelamin
8. Poli Dots
9. Poliklinik Jiwa
10. Dokter Anastesi
11. Poliklinik VCT
12. Poliklinik Bedah Tulang
13. Poliklinik Medical Check
Up (MCU)
14. Poliklinik Rahabilitas
Medik
15. Poliklinik Laboratorium
Layanan Penunjang
Apotik Penunjang
Laboratorium Radio
dan Diagnostik
Klinik Diagnostik
Farmasi Lain
1. Hematologi 1. Apotik 1. Ultra Spirometri
2. Kimia 24 jam Sonogrrafi
Klinik 2. Gudang 2. Konvensional
3. Cairan Radiologi
Tubuh lain
Sumber: Profil Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan

63
5.2 Karakteristik Informan
Informan pada penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang yang teridiri: 3
(tiga) orang dari Instalasi Farmasi dan 3 (tiga) orang dari Instalasi Rawat
Inap. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan perizinan dan kesibukan
dari pihak rumah sakit baik dari Instalasi Farmasi maupun Instalasi Rawat
Inap sehingga informan yang terpilih berjumlah 6 (enam) orang yang tetap
dapat mewakili dan memberikan informasi yang tepat dan memadai
peneltian. Informan terbagi menjadi informan kunci, informan utama, dan
informan pendukung. Berikut informan tersebut:

Tabel 5. 2 Karakteristik Informan

No. Pendidikan Lama Jenis Kode


Informan
Terakhir Kerja Informan
1. Kepala bagian S. Farm 7 tahun Informan Kunci INF1
penyimpanan
dan distribusi
gudang
2. Kepala bagian Apt 6 tahun Informan Kunci INF2
pelayanan
farmasi rawat
inap
3. Staf pelaksana SMA 7 tahun Informan INF3
distribusi Pendukung
ruangan dan
apotik
4. Kepala S. Kep 7 tahun Informan Kunci IRI01
Ruangan 1
5. Perawat D4 Keb 7 tahun Informan IRI02
Pendukung
6. Perawat D4 Kep 5 tahun Informan IRI03
Pendukung

5.3 Distribusi Obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan hasil pengamatan, distribusi obat dan BMHP yang
dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan terbagi menjadi 3 (tiga) komponen penting yang berkaitan dengan
alur distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap, berikut adalah
flowcart distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap:

64
65
Instalasi Rawat Inap Apotik Gudang Farmasi
Distribusi obat dan bahan medis habis
pakai dari gudang farmasi ke apotik
Memberikan form permintaan obat
Cek Kosong/tinggal yang sudah di isi permintaan obat
Stok sedikit sesuai stok yang sudah kosong/tinggal
sedikit

Ada Petugas Gudang

Mengambil dan menerima


from permintaan obat

Penyimpana
n
Ada di Tidak ada/
gudang di gudang
dalam luar

Mengambil dan
mempersiapkan Mempersiapkan
obat sesuai form mobil jika
pemintaan permintaan
banyak/motor jika
permintaan sedikit

A
66
A

Menuliskan jumlah obat yang sudah diambil


pada masing-masing kartu stok obat yang ada
di gudang

Membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)


sesuai dengan obat yang di keluarkan

Petugas Gudang Petugas Apotik Mengirim obat atau memberikan obat

Melakukan pengecekan jenis dan jumlah


obat secara bersamaan

Meletakkan obat dirak penyimpanan sesuai jenis

Petugas gudang, petugas apotik dan kepala


instalasi farmasi menandatangani SBBK

Selesai

67
Distribusi Obat di Instalasi Rawat Ina
p
Dokter memberikan resep pasien

Perawat Memberikan resep ke petugas apotik

Petugas Apotik

Menerima resep dan memeriksa kelengkapan


resep serta keabsahan resep dan memeriksa
kesesuaian farmasetik

Tidak Konsultasi
Dokter Jelas resep

Jelas

Cek
Stok
Ada
Perawat Tidak Ada

B
A

68
A B

Menganjurkan
pasien Entry data
untuk membeli
obat
di apotik luar

Mengambil dan mempersiapkan obat


sesuai dengan permintaan resep

Menyerahkan obat
Perawat

Mencatat pengeluaran
obat dalam form rekapan

Mengarsipkan rekapan dan


resep sesuai jenisnya

Selesai

69
Instalasi Rawat Inap
Apotik Gudang Farmasi

Distribusi Bahan Medis Habis Pakai


(BMHP) di Instalasi Rawat Inap
Petugas Gudang

Kepala Ruangan Memberikan form permintaan BMHP

Cek Stok
Ada persediaan
BMHP
Tidak mengisi from

Kosong/
Tinggal Sedikit

Mengisi form permintaan barang berupa


jenis dan jumlah sesuai stok BMHP
yang kosong/tinggal sedikit
70
Memberikan form permintaan
Petugas Gudang
barang yang sudah di isi

Mengambil dan menerima


form permintaan obat

Merekap jenis dan jumlah dari


seluruh ruangan menjadi satu

Mempersiapkan mobil dan berangkat ke


gudang luar, karena penyimpanan seluruh
BMHP berada di gudang luar

Sampai di gudang luar

Mengambil BMHP sesuai form pemintaan

Menuliskan jumlah BMHP yang sudah


diambil pada masing-masing kartu stok
BMHP yang ada di gudang

71
Mempersiapkan BMHP dan memisahkan
serta melakukan pengepakan BMHP
berdasarkan permintaan di setiap
ruangan

Memasukan pengepakan ke mobil dan


kembali ke gudang dalam di RS

Kepala Ruangan/Perawat Memberikan BMHP di setiap ruangan


sesuai pengepakan BMHP

Menerima barang dan memasukan


barang ke tempat penyimpanan barang
yang ada di ruangan

Kepala ruangan dan petugas gudang SBBK di arsipkan oleh penanggung


menandatangani SBBK jawab gudang/kepala gudang

Selesai

72
Dari 3 (tiga) komponen penting di atas yaitu alur distribusi obat dari
gudang farmasi ke apotik sebelum di distribusikan ke Instalasi Rawat Inap,

kemudian distribusi bahan medis habis pakai dari gudang farmasi ke instalasi rawat
inap dan terakhir yaitu distribusi obat dari apotik ke instalasi rawat inap dengan sistem
distribusi obat ODD (One Day Doses). Dari ketiga alur tersebut terdapat beberapa
proses dalam distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap, proses distribusi ini
didukung oleh input dalam pelaksanaannya. Berikut input, proses, dan output distribusi
obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap.

Input Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Input merupakan masukan dari suatu sistem yang sudah dan sedang berjalan. Masukan
dari sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap terdiri dari sumber daya
manusia, sarana dan prosedur.

Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu input dari


distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap.
Sumber daya manusia yang terkait distribusi obat dan bahan medis habis
pakai di Instalasi Rawat Inap adalah sumber daya manusia di Instalasi
Farmasi dan sumber daya manusia di Instalasi Rawat Inap. Sumber daya
manusia di instalasi farmasi terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sumber daya
manusia di Apotik dan sumber daya manusia di Gudang Farmasi. Sumber
daya manusia yang terkait dalam distribusi obat dan bahan medis habis
pakai (BMHP) dijelaskan dari wawancara mendalam dan telaah
dokumen.

a. Instalasi Farmasi

Berdasarkan hasil wawancara mendalam bersama beberapa


informan, jumlah seluruh pegawai yang tersedia di Instalasi Farmasi
berjumlah 25 orang yang terdiri dari: 8 (delapan) Apoteker antara lain
Kepala Bagian Pelayanan Farmasi Rawat Inap, 14 (empat belas) Asisten
Apoteker antara lain Kepala Bagian Penyimpanan dan Distribusi, serta 3
(tiga) Admin antara lain Petugas Pelaksana Distribusi Obat dan Bahan

73
Medis Habis Pakai. Keterangan ini didapatkan dari salah satu kepala
bagian penyimpanan dan distribusi, berikut kutipan wawancaranya:

“24 apa 25 yaa? 24 tambah 1, 25 dong yaa. Apotekernya 1, 2, 3, 4, 5, 6,


7, 8 delapan apotekernya. AA dikurangin wawan, jajang, akbar.” (INF1)

Berikut jumlah pegawai di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota


Tangerang Selatan:

Tabel 5. 3 Jumlah Pegawai di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang


Selatan Tahun 2017
No. Jabatan Jumlah
1. Apoteker 8
2. Asisten Apoteker 14
3. Admin 3
Total 25
Sumber: Telaah Dokumen dan Hasil Wawancara

Berikut adalah sumber daya manusia di instalasi farmasi yang terbagi


menjadi 2 (dua) bagian yaitu:

a.Apotik

Instalasi Farmasi di RSU Kota Tangerang Selatan terbagi menjadi


2 (dua) bagian, yaitu apotik dan gudang farmasi. Hal ini dikarenakan
terpisahnya antara apotik dan gudang farmasi. Apotik merupakan salah
satu sarana pelayanan kesehatan yang terkait pada distribusi obat dan
bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap. Berdasarkan hasil
wawancara, jumlah pegawai yang tersedia di apotik berjumlah 20 (dua
puluh) orang yang terdiri dari: 8 (delapan) orang apoteker antara lain
Kepala bagian Pelayanan Farmasi Rawat Inap dan 12 (dua belas) orang
asisten apoteker. Berikut adalah jumlah pegawai di apotik:

Tabel 5. 4 Jumlah Pegawai di Apotik


RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
No. Jabatan Jumlah
1. Apoteker 8
2. Asisten Apoteker 12
Total 20
Sumber: Telaah Dokumen dan Hasil Wawancara

74
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah pegawai di Apotik
berjumlah 18 (delapan belas) orang yang terdiri dari: 6 (enam) apoteker

dan 12 (dua belas) asisten apoteker, hal ini dikarenakan 2 (dua) apoteker yang tidak
ada di apotik merupakan Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala bagian Pengadaaan,
sehingga di apotik hanya ada 6 (enam) apoteker.

Dalam melaksanakan distribusi obat dan BMHP dari Instalasi Farmasi ke Instalasi
Rawat Inap, petugas di Apotik memiliki peranan dan uraian tugas permasing-masing
petugas salah satunya Kepala Bagian Pelayanan Farmasi Rawat Inap. Berikut kutipan
wawancara dari beberapa informan yang melakukan distribusi:

“mengakomodir kebutuhan obat high alert, emergency yang di stok di atas yang ada,
emang harus itu, coba kalau misalkan kita ga ada obat emergency, pasiennya
kejang-kejang diatas, jadi kami harus cepat penanganannya, habis itu mengentry
resep sama rekap resesp.” (INF2)

Berdasarkan hasil pengamatan, berikut adalah uraian tugas dari Kepala bagian
pelayanan farmasi rawat inap sebagai berikut:

1. Entry resep rawat inap


2. Revisi entrian resep
3. Pengambilan atau penyiapan resep obat
4. Etiketing resep
5. Peracikan obat
6. Penyerahan obat (pemberian informasi obat kepada pasien)
7. Merekap pengeluaran obat di apotek
8. Penyerahan nomor antrian
9. Stock opname rutin bulan
10. Mencatat dan menghitung fisik pengeluaran obat psikotropik
dan narkotika

Hal ini didukung oleh telaah dokumen dari uraian tugas Kepala
bagian pelayanan farmasi rawat inap yang sudah ditetapkan sebagai
berikut:

1. Entry resep rawat inap

75
2. Revisi entrian resep
3. Pengambilan atau penyiapan resep obat
4. Etiketing resep
5. Peracikan obat
6. Penyerahan obat (pemberian informasi obat kepada pasien)
7. Merekap pengeluaran obat di apotek
8. Penyerahan nomor antrian
9. Stock opname rutin bulan
10. Mencatat dan menghitung fisik pengeluaran obat psikotropik
dan narkotika

Maka dapat dikatakan, uraian tugas dari Kepala bagian pelayanan


farmasi rawat inap yang diterapkan sudah dilakukan dengan sesuai
berdasarkan telaah dokumen.

Latar belakang pendidikan di apotik masih bervariasi, terutama


masih banyak yang berlatar belakang pendidikan SMF. Berikut kutipan
wawancara dengan kepala bagian pelayanan farmasi rawat inap:

“apoteker yang disini, 8, ada D3, walaupun SMF masih banyak, tapi kan
itu yang sudah ada disini, jadi memang kita ada yang peraturan baru,
peraturan baru itu kita harus D3 sekarang. (INF2)
Berikut hasil pengamatan jumlah pendidikan terakhir pegawai di
Apotik Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan:

Tabel 5. 5 Jumlah Pendidikan Terakhir Pegawai di Apotik


RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
No. Pendidikan Jumlah
1. Apoteker 6
2. S1 Farmasi 1
3. D3 1
4. SMF 10
Total 18
Sumber: Hasil Wawancara dan Telaah Dokumen
Dari table diatas, terdapat ketidaksesuaian antara hasil wawancara
dan observasi. Hal ini dikarenakan 8 (delapan) apoteker yang dimaksud
dalam hasil wawanacara sudah termasuk dengan 2 (dua) apoteker yaitu

76
Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala bagian Pengadaan, sedangkan
berdasarkan ppengamatan Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala bagian

Pengadaan tidak menetap di apotik, sehingga jumlah apoteker yang ada di apotik
yaitu 6 (enam) apoteker.

Pelatihan kinerja merupakan suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan dan


meningkatkan kinerja. Dalam melakukan distribusi obat dan bahan medis habis
pakai, petugas apotik sudah pernah mengikuti pelatihan, namun bukan pelatihan
tentang distribusi obat dan bahan medis habis pakai, melainkan pelatihan dalam hal
lain sehingga petugas apotik belum pernah mengikuti pelatihan terkait distribusi obat
dan bahan medis habis pakai di instalasi rawat inap.

“kalau pelatihan, sebenenarnya kalau untuk apoteker yaa sudah ada beberapa, kita
sudah hadapin, kaya something keselamatan pasien, terkadang dari farmasi itu ada
orangnya, pengendalian kesejahteraan obat, kemudian dari psv, kita pun dari
organisasi IAI ini kita sedang membuat training khusus bagi apoteker-apoteker yang
bekerja dirumah sakit, itu setiap tahun loh, jadi setiap bulan ada, dan dari RSU
tangsel itu kita ada, ada yang kita kirim kesana, termasuk saya sendiri ikut. Tapi

kalau untuk cara distribusi belum pernah ada.” (INF2)


Jadwal jam kerja untuk di Apotik terbagi menjadi 4 (empat) shift
yaitu shift pagi, shift middle, shift siang dan shift malam. Berikut adalah
jadwal shift petugas apotik yang terbagi menjadi 4 shift yaitu:

Tabel 5. 6 Jadwal Shift di Apotik


RSU Kota Tangerang Selatan
No. Shift Jam
1 Shift Pagi 07.00 – 14.00 WIB
2 Shif Middle 10.00 – 17.00 WIB
3 Shift Siang 14.00 – 21.00 WIB
4 Shif Malam 21.00 – 07.00 WIB
Sumber: Hasil Wawancara

Keterangan tersebut didapatkan dari hasil wawancara dengan


kepala bagian farmasi rawat inap di apotik:

“4 shift ya, karna ada yang middle, karna kita itu juga menyesuaikan
dengan kondisi pasien, dari volume banyak engganya pasien, karna
kita

77
makin banyak, dan SDM kita pas-pasan gitu yaa, mungkin masih
dibilang kurang, nah makanya kita siasati ada yang masuk middle, karna
berkaitan dengan bobot kerja dari waktu, jadi ada 4, kalau pagi dari jam
7 sampai jam 2, jam 2 sampai jam 9, jam 9 sampai 7 lagi, kalau yang
middle itu dari jam 10 sampai jam 5 gitu.” (INF2)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah
sumber daya manusia di Apotik masih dikatakan kurang, dan dari segi
kualitas latar belakang pendidikan pegawai di Apotik masih dikatakatan
kurang terutama Apoteker karena di Apotik lebih banyak pegawai yang
berlatar belakang pendidikan SMF dibandingkan dengan Apt, S1, dan D3
serta sumber daya manusia di apotik belum pernah mengikuti pelatihan
terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai.

b. Gudang Farmasi

Jumlah pegawai yang tersedia di gudang farmasi berjumlah 5


(lima) orang terdiri dari: 2 (dua) orang asisten apoteker antara lain
Kepala Gudang Farmasi atau Kepala bagian Penyimpanan dan Distribusi
serta 3 (tiga) Admin antara lain petugas pelaksana distribusi obat dan
bahan medis habis pakai. Berikut adalah jumlah pegawai di gudang
farmasi:

Tabel 5. 7 Jumlah Pegawai di Gudang


Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017
No. Jabatan Jumlah
1. Asisten Apoteker 2
2. Admin 3
Total 5
Sumber: Telaah Dokumen dan Hasil Wawancara
Petugas di gudang farmasi memiliki peranan dan uraian tugas
permasing-masing petugas seperti Kepala Bagian Penyimpanan dan
Distribusi (Kepala Gudang) dan petugas pelaksana distribusi. Berikut
kutipan wawancara dari beberapa informan yang melakukan distribusi:

“kalau mba ninin, biasanya kalau setiap hari…apa jadwalnya kamis ya,
mengambil permintaan, kan kita punya form permintaan, jadi dari
ruangannya minta dulu jumlahnya, nama barangnya, jenisnya apa yang
di minta untuk kebutuhan seminggu nah baru direkap tuh sama mba
ninin, kan mereka yang minta kan, jadi setiap poli misalnya satu poli,
78
satu poli

79
satu permintaan jadi satu rawat inap misalnya rawat inap lantai empat
ruang bedah itu satu permintaan jadi mereka bertanggung jawab atas
barang mereka sendiri, terus apa nanti mba ninin yang merekap,
misalnya masker untuk kebutuhan satu rumah sakit yaa di akumulasi
berapa banyak diambil nanti dipecah-pecah lagi berdasarkan
permintaannya, yang mecah-mecah biasanya mereka bertiga, mba ninin
yang ngambil yang rekapitulasi terus yang ngambil barangnya.” (INF1)
“Sebagai pengambil amprahan, sama mempersiapkan, kemudian
distribusi, dan yang memberikan form permintaan.” (INF3)
Berdasarkan hasil pengamatan, berikut adalah uraian tugas dari
Kepala bagian Penyimpanan dan Distribusi (Kepala Gudang Farmasi)
sebagai berikut:

1. Membuat pembukuan obat dan BMHP


2. Pengelolaan barang kadaluarsa

Petugas pelaksana distribusi memiliki uraian tugas sebagai berikut:

1. Mengambil form permintaan ruangan setiap minggu


2. Menyiapkan barang medis habis pakai untuk didistribusikan
keruangan
3. Distribusi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai ke
ruangan
4. Mengecek kesesuaian barang dengan surat bukti barang keluar
5. Penyerahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai ke
ruangan
6. Merapikan susunan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai ke masing-masing lemari
7. Etiketing barang datang sesuai dengan sumber anggaran
(BLUD dan E-Katalog)
8. Memindahkan barang kadaluarsa ke tempat yang telah
disediakan
9. Menjaga kebersihan gudang

Hal ini didukung oleh telaah dokumen dari uraian tugas pegawai
yang sudah ditetapkan sebagai berikut:

80
Kepala bagian penyimpanan dan distribusi memiliki uraian tugas
sebagai berikut:

1. Membuat pembukuan obat dan BMHP (seperti: mencatat


mutasi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai, membuat
dan mencatat buku penerimaan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai, membuat dan mencatat buku barang habis
pakai sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai serta
membuat dan mencatat laporan semesteran sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai).
2. Melakukan stok opname (seperti: menyiapkan form stok
opname, menghitung jumlah sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai, menyesuaikan serta merapihkan susunan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai).
3. Pengelolaan barang kadaluarsa (seperti: mengkarantina barang
kadaluarsa, menghitung jumlah sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai yang masuk masa expire).

Sedangkan petugas pelaksana distribusi memiliki uraian tugas


sebagai berikut:

1. Mengambil form permintaan ruangan setiap minggu


2. Menyiapkan barang medis habis pakai untuk didistribusikan
keruangan
3. Distribusi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai ke
ruangan
4. Mengecek kesesuaian barang dengan surat bukti barang keluar
5. Penyerahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai ke
ruangan
6. Stok opname (menghitung jumlah sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai)
7. Stok opname (menyesuaiakan jumlah dan tanggal kadaluarsa
sdiaan farmasi dan bahan medis habis pakai dengan kartu stok)

81
8. Merapikan susunan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai ke masing-masing lemari
Membuat paketan OK

Etiketing barang datang sesuai dengan sumber anggaran (BLUD dan E-Katalog)
Memindahkanbarangkadaluarsaketempatyangtelah disediakan
Menjaga kebersihan gudang

Berdasarkan hasil pengamatan dari uraian tersebut ditemukan perbedaan dari hasil
wawancara, observasi dan telaah dokumen antara lain masih terdapat beberapa
uraian yang tidak dapat diobservasi yaitu uraian tugas dari kepala bagian
penyimpanan dan distribusi serta petugas pelaksana distribusi. Uraian tugas berikut
adalah melakukan stok opname. Stok opname tidak dapat diobservasi karena pada
saat dilakukan wawancara dengan kepala bagian penyimpanan dan distribusi
menjelaskan bahwa stok opname sudah dilakukan di bulan Februari, baru akan

dilakukan stok opname kembali pada bulan Mei, karena stok opname
dilakukan pada setiap 3 (tiga) bulan sekali. Selain itu, dari hasil
pengamatan juga terdapat uraian tugas yang tidak dapat diobservasi yaitu
uraian tugas dari petugas pelaksana distribusi. Uraian tugas yang
dimaksud adalah membuat paketan OK. Karena beradasarkan hasil
wawancara dengan petugas pelaksana distribusi menjelaskan bahwa yang
membuat paketan OK tersebut adalah apoteker atau sudah ada
penanggung jawab tersendiri.

Latar belakang pendidikan di gudang farmasi lebih banyak lulusan


SMF dan SMA dibandingkan Apt, S1 dan D3. Berikut kutipan wawancara
dengan kepala bagian pelayanan farmasi rawat inap:

“disini wawan janjang akbar lulusan SMA, mba ninin SMF tapi lagi
sambil kuliah lagi si sekarang, terus kalau saya baru lulus kemarin S1.”

82
Berikut hasil pengamatan jumlah pendidikan terakhir pegawai di
Apotik Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan:

Tabel 5. 8 Jumlah Pendidikan Terakhir Pegawai


di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
No.
Pendidikan Jumlah
1.S1 Farmasi 1
2.SMF 1
3.SMA 3
Total 5
Sumber: Hasil Wawancara dan Telaah Dokumen

Dari table diatas, jumlah pegawai yang lulusan SMA lebih banyak dengan
jumlah 3 (tiga) orang dibandingkan dengan jumlah pegawai lulusan S1
dan SMF yang hanya berjumlah 1 (satu) orang.

Pelatihan kinerja merupakan suatu kegiatan untuk memperbaiki


kemampuan dan meningkatkan kinerja Berdasarkan hasil wawancara
dengan petugas gudang farmasi bahwa belum pernah mengikuti
pelatihan
dengan pelatihan yang lain, petugas gudang belum pernah sama sekali
khusus untuk distribusi obat dan bahan medis habis pakai, begitu juga
mengikuti pelatihan dalam kegiatan apapun, sehingga dalam melakukan
kegiatan atau membuat form dilakukan dengan ide atau kreasi sendiri.
Berikut kutipan wawancara dengan kepala bagian penyimpanan dan
distribusi serta petugas pelaksana distribusi:

“tidak pernah kita mah, kita udah pinter sendiri. karena dari awal masuk
sini bener-bener meraba ngerjain ajah vir nih, buku penerimaan gini,
kita berkreasi sendiri dari berkreasi sendiri sampai dapat form bakunya
dari tim audit baru kita ikutin, ini yang putih-putih nih, ini baku dari
mereka, yang biru-biru ini kita masukin sendiri karna kebutuhan kita,
karna sumber anggarannya ada ekatalog kan, terus dari penyedianya,
nomor batch untuk retur kan, retur barang kalau ada yang expirer, jadi
kita berkarya sendiri.” (INF1)

“Belum pernah sama sekali dari pertama kali masuk belum ada.” (INF3)
Petugas gudang tidak menggunakan jadwal shift, melainkan hanya
terdapat jadwal hari kerja, karena jadwal petugas gudang mengikuti jadwal
jam kerja di Manajemen Rumah Sakit itu sendiri yaitu masuk setiap hari

83
Senin sampai dengan Hari Jum’at. Hari Senin sampai hari Kamis dari jam
07.30 – 16.00 WIB, sedangkan hari Jum’at dari jam 07.30 – 16.30 WIB.

“senin sampai jum’at, karna kita ikutin manajemen.”(INF3)


Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah
sumber daya manusia di gudang farmasi sudah mencukupi, karena dilihat
dari beban kerja dari pegawai itu sendiri. Namun dari segi kualitas, latar
belakang pendidikan pegawai di gudang farmasi masih dikatakatan
kurang terutama Apoteker karena di gudang farmasi tidak ada apoteker,
pegawai di gudang farmasi lebih banyak pegawai yang berlatar
belakang pendidikan SMA dibandingkan dengan Apt, S1, dan D3 serta
sumber daya manusia di apotik belum pernah mengikuti pelatihan terkait
distribusi obat dan bahan medis habis pakai.

c. Instalasi Rawat Inap

Instalasi rawat inap RSU Kota Tangeratang Selatan memiliki 7


(tujuh) ruangan rawat inap, dari ketujuh tersebut hanya 3 (tiga) ruangan

yang dapat didapatkan informasinya yaitu ruang rawat penyakit dalam,


ruangan rawat nifas dan ruangan rawat bayi. Berdasarkan hasil
wawancara jumlah perawat dari masing-masing ruangan berjumlah 20
(dua puluh) perawat untuk ruang rawat penyakit dalam, 15 (lima belas)
perawat untuk ruang rawat nifas dan 16 (enam belas) perawat untuk
ruang rawat intenstif perawatan bayi (NICU). Berikut adalah kutipan
wawancara dari masing- masing informan:

“disini perawatnya ada 20 perawat.” (IRI01)


“perawatnya sebenernya tadinya kita ada 14, sekarang ditambah lagi
jadi tambah 2, jadinya 15, yang berenti 1, jadi 15. Baru naik kemarin
ya.” (IRI02)
“saat ini ada 16 perawat disini.” (IRI03)
Berikut adalah jumlah perawat di masing-masing ruang rawat inap:

84
Tabel 5. 9 Jumlah Perawat di Instalasi Rawat Inap
RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
No. Jabatan Jumlah
1. Rawat Inap
20
Penyakit Dalam
2. Rawat Inap Nifas 15
3. NICU 16
Total 51
Sumber: Hasil Wawancara
Perawat di Instalasi Rawat Inap sudah pernah mengikuti pelatihan,
namun pelatihan yang pernah diikuti bukan merupakan pelatihan
mengenai distribusi obat dan bahan medis habis pakai melainkan pelatihan
tentang pelatihan lain diluar distribusi seperti pelatihan BBLR yang sudah
pernah diikuti oleh perawat di ruang NICU sehingga perawat di instalasi
rawat inap belum pernah mengikuti pelatihan terkait distribusi obat dan
bahan medis habis pakai.

“pelatihan distribusi belum pernah, tapi ada pelatihan NICU nya yang
khusus untuk 3 bulan, ada pelatihan BBLR, ada pelatihan kayak
intervensi kaya PICC.” (IRI03)
Perawat diruangan rawat inap memiliki jadwal shift yang terbagi
menjadi 3 (tiga) shift yaitu:

Tabel 5. 10 Jadwal Shift Perawat di Instalasi Rawat Inap


RSU Kota Tangerang Selatan
No. Shift Jam
1 Shift Pagi 07.00 – 14.00 WIB
2 Shift Siang 14.00 – 21.00 WIB
3 Shif Malam 21.00 – 07.00 WIB
Sumber: Hasil Wawancara
Berikut hasil wawancara dengan salah satu kepala ruangan di
Instalasi Rawat inap:
“Shiftnya ada 3, pagi sore malam.” (IRI02)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sumber
daya manusia di instlasi rawat inap sudah mencukupi. Namun dalam
kualitas, perawat di instalasi rawat inap belum pernah mengikuti pelatihan
terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai.

85
B. Sarana dan Prasarana

Sarana merupakan fasilitas yang digunakan dalam melakukan


distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap.
Ruangan yang terkait dengan sarana distribusi obat dan bahan medis
habis pakai di Instalasi Rawat Inap adalah apotik, gudang farmasi, dan
instalasi rawat inap. Data sarana didapatkan melalui wawancara
mendalam, observasi dan telaah dokumen. Berikut adalah sarana di
masing-masing ruangan:

a. Apotik

Berdasarkan hasil observasi maka dapat diketahui bahwa


sarana dan prasarana yang ada di Apotik Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

Tabel 5. 11 Sarana dan Prasarana di Apotik


RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

Hasil
No Sarana dan Prasarana Ya Tidak Ket
1 Ruang penerimaan resep
a. 1 set meja dan kursi √
b. 1 set komputer √
2 Ruang pelayanan resep dan peracikan √
3 Ruang penyerahan obat √
4 Ruang konseling √
5 Ruang penyimpanan sediaan farmasi, √
alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai
6 Ruang distribusi/pelayanan
a. Ada ruang khusus/terpisah dari
ruang penerimaan barang dan √
penyimpanan barang
b. Dilengkapi kereta dorong trolley √
6 Ruang arsip √

Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan sudah memiliki


sarana dan prasarana yang sudah ditetapkan. Namun 1 set komputer
yang dimaksud diatas bukan merupakan 1 set komputer untuk

86
menuliskan resep secara komputerisasi, melainkan 1 set komputer
yang sudah terhubung oleh sistem informasi rumah sakit yang hanya

untuk mengentry data resep, menentukan harga dan melihat stok persediaan di
apotik. Jadi dapat dikatakan, semua resep yang masuk di apotik masih manual dari
tulisan tangan dokter. Selain itu, belum adanya ruangan khusus/terpisah dari ruang
penerimaan barang dan penyimpanan barang.

b. Gudang Farmasi

Sarana dan prasarana distribusi juga merupakan salah satu input yang mendukung
kelancaran kegiatan distribusi obat dan bahan medis habis pakai di instalasi rawat
inap. Sarana distribusi obat dan bahan medis habis pakai yang disediakan oleh
manajemen RSU Kota Tangerang Selatan berdasarkan observasi terdiri dari satu
ruangan gudang yang berukuran 3,49 x 2,47 m2 dengan kelengkapan sebagai berikut.

1. Gudang memiliki pintu dan lantai gudang sudah diberi keramik.


Namun gudang tidak memiliki jendela, karena gudang jenis ini
termasuk kedalam jenis gudang yang tertutup.
2. Pintu yang sudah dilengkapi dengan finger print, sehingga tidak
bisa dimasuki dengan sembarangan orang kecuali petugas
gudang.
3. Meja kerja petuga yang disertai kursi (diatasnya terdapat 2 buah
komputer, 1 buah telepon, printer dan ATK)
4. Pendingin ruangan/AC untuk mengatur suhu ruangan
5. Terdapat pemisahan antara ruang penyimpanan obat dengan
ruangan penyimpanan bahan medis habis pakai. Dimana gudang
farmasi di RSU Kota Tangerang Selatan terbagi menjadi 4
(empat) gudang yang terpisah dan masing-masing gudang
merupakan tempat penyimpanan obat dan bahan medis habis
pakai yang berbeda-beda.

87
Selain itu, sarana distribusi obat dan bahan medis habis pakai
juga terdapat prasarana distribusi obat dan bahan medis habis pakai
yang disediakan oleh RSU Kota Tangerang Selatan untuk
menunjang kegiatan distribusi obat dan bahan medis habis pakai.

Berdasarkan hasil observasi, prasarana yang disediakan untuk


distribusi obat dan bahan medis habis pakai di gudang farmasi utama
yang ada di RSU Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh) lemari
penyimpanan yaitu 2 (dua) buah lemari kayu, 2 (dua) buah lemari
penyimpanan obat psikotropika dan narkotika, 1 (satu) lemari/rak
besi, 2 (dua) buah lemari besi penyimpanan berkas atau rekapan.
Selain lemari penyimpanan, terdapat juga 1 (satu) buah kulkas dan 2
(dua) buah fleezer untuk penyimpanan obat dengan suhu tertentu,
serta 2 (dua) buah trolley dan 1 (buah) mobil. Berikut adalah
pernyataan informan berkaitan dengan ketersediaan prasarana di
gudang farmasi:

“ada 1 mobil, 2 trolley, terus kita pakai kardus. masukin kardus ke


masing-masing ruangan, sudah dinamakan, misalnya poli gigi,s
udah dinamain tinggal distribusiin, terus serah terima.” (INF1)
Sejauh ini sarana dan prasarana distribusi obat dan bahan
medis habis pakai yang disediakan oleh RSU Kota Tangerang
Selatan masih dikatakan belum mencukupi kebutuhan. Sarana dan
prasarana yang disediakan masih minim sehingga menghambat
petugas dalam melakukan distribusi obat dan bahan medis habis
pakai. Ini sebagaimana pendapat yang diungkapkan informan
berikut:

“Kalau sarana sudah mencukupi, yang kurang kendaraannya saja,


kaya misalnya kan kaya kendaraan, kendaraan motor, karna kalau
mobil terus kan, kadang-kadang kalau ada yang cito tidak mungkin
pakai mobil buat mengambil satu biji gitu kan, terlalu ribetlah kalau
pakai mobil, terus kan juga cito kan sifatnya, jadi harus cepet-cepet,
kalau pakai mobil kan belum juga karna macet, jadi kalau pakai
motor kan bisa lebih cepet.” (INF3)

Hambatan yang terjadi misalnya seperti terpisahnya gudang


penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai, hal ini dikarenakan

88
belum ada ruang untuk pembuatan gudang baru dan besar yang satu
halaman dengan rumah sakit itu sendiri. Hal ini menyebabkan
petugas

seringkali bermundar mandir dari gudang antar gudang yang memakan banyak
tenaga dan waktu. Sebagaimana penyetaan informan sebagai berikut:

“iya hambatan kita itu saja paling, gudang masih pisah dan jauh dari rumah sakit,
jadi capek juga kalau harus bolak balik dari gudang ke gudang yang ada diluar.”

Sarana dan prasarana yang tersedia di gudang farmasi masih sangat minim dan
membuat petugas mengalami beberapa masalah dalam melakukan distribusi obat
dan bahan medis habis pakai seperti kurangnya kendaraan bermotor untuk barang
yang bersifat cito dan terpisahnya gudang farmasi.

c. Instalasi Rawat Inap

Berdasarkan hasil observasi, sarana dan prasarana yang tersedia di Instalasi Rawat
Inap terkait distribusi obat dan bahan medis

habis pakai adalah sebagai berikut:

1. Lemari/rak penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai


2. Trolley emergency
3. Kompuer
4. Meja dan kursi

Sejauh ini sarana dan prasarana distribusi obat dan bahan


medis habis pakai di instalasi farmasi yang disediakan oleh RSU
Kota Tangerang Selatan masih dikatakan belum mencukupi
kebutuhan. Sarana dan prasarana yang disediakan masih minim
sehingga menghambat petugas dalam melakukan distribusi obat dan
bahan medis habis pakai. Ini sebagaimana pendapat yang
diungkapkan informan berikut:

“iya. kecuali yang ruangan operasi dia ada trolley khusus. Kalau
yang dibuat di ruangan rawat inap itukan harusnya ada tapi karna
terbatas ya otomatis pake kursi roda.”(IRI02)
89
“sudah si, tapi sebenernya kalau sistemnya udah bagus, kita tidak
usah minta juga sudah tau kebutuhan berapa, bmhpnya berapa,
karna system disini kan SIR nya belum berjalan, jadi masih
manual.”
(IRI01)

Sarana dan prasarana yang tersedia di instalasi rawat inap masih sangat minim dan
membuat petugas mengalami beberapa masalah dalam melakukan distribusi obat
dan bahan medis habis pakai seperti belum tersedianya trolley khusus untuk ruang
rawat inap, dan belum adanya sistem komputerisasi dalam permintaan barang
sehingga masih melakukan permintaan barang secara manual atau tulisan tangan.

C. Prosedur

Prosedur merupakan pedoman tertulis yang digunakan semua petugas sebagai


pedoman dalam pelaksanaan kegiatan distribusi obat dan bahan medis habis pakai di
RSU Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar informan
menjelaskan bahwa bekerja
menggunakan pedoman berupa standar operasional prosedur (SOP).

Sebagiannya kecilnya menjelaskan bahwa SOP tersebut berdaraskan dari


hasil kegiatan sehari-hari yang dilakukan, dan sebagaian kecilnya lagi
menjelaskan bahwa bekerja menggunakan SOP namun tidak mengetahui
SOP tersebut seperti apa karena tidak pernah mendapatkan dokumen
tersebut serta tidak ada sosialisasi terkait SOP tersebut.

“pedoman ya, paling SOP sebagai acuan kita, semua yang kita kerjain
disini, termasuk yang dirawat inap, lengkap.” (INF2)
“kita ada SOP. SOP itu ada juga karena ikutin dari kegiatan kita sehari-
hari saja.” (INF1)
“iya kalau tidak salah SOP namanya, tapi saya tidak tahu SOPnya
seperti apa, soalnya saya tidak pernah lihat SOP itu terus dikasih tau
juga ga kayanya.” (INF3)

a. Apotik

90
Berdasarkan hasil telaah dokumen, di Apotik terdapat 1 (satu)
standard operasional prosedur (SOP) yang berkaitan dengan distribusi
obat

dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap yaitu Standar Operasional
Prosedur tentang pelayanan pasien di rawat inap. Berikut adalah isi dari dokumen
tersebut:

Melakukan penerimaan dan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep, serta


melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik.
Mengkonsultasikan kepada dokter penulis resep jika ada ketidakjelasan.
Melakukan proses administrasi seperti pemasukan data resep ke sistem informasi
rumah sakit.
Menyiapkan perbekalan kesehatan sesuai dengan permintaan resep.
Menyerahkan perbekalan kesehatan kepada perawat ruangan/petugas lain yang
ditunjuk.

6. Mencatat pengeluaran dalam form rekapan.


7. Mengarsipkan rekapan dan resp sesuai jenisnya

Berikut adalah hasil pengamatan dari alur kerja pegawai dalam


pelayanan pasien di rawat inap:

Bagan 5. 1 Alur Kerja Pelayanan Pasien Rawat Inap

91
Melakukan penerimaan dan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
resep

Melakukan pemeriksaan kesesuaian


farmasetik

Mengkonsultasikan kepada dokter penulis resep jika


ada
ketidakjelasan

Melakukan proses administrasi dengan pemasukan data resep


ke
sistem informasi rumah sakit

Menyiapkan perbekalan kesehatan sesuai dengan permintaan


resep

Menyerahkan perbekalan kesehatan kepada perawat ruangan


yang
ditunjuk
Mencatat pengeluaran dalam form rekapan

Mengarsipkan rekapan dan resep sesuai jenisnya

Berdasarkan hasil pengamatan, seluruh alur kerja petugas dalam


pelayanan pasien rawat inap sudah sama dengan standard operasional
prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan.

b. Gudang Farmasi

Berdasarkan hasil telaah dokumen, di gudang farmasi terdapat 2


(dua) standard operasional prosedur yang berkaitan dengan distribusi
obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap yaitu standard
operasional prsedur (SOP) tentang distribusi barang medis habis pakai ke
unit pelayanan (ruangan) dan standard operasional prosedur (SOP)
tentang distribusi obat dan bahan medis habis pakai ke depo farmasi
(apotik). Berikut adalah isi dari dokumen standard operasional prosedur
(SOP) tentang distribusi barang medis habis pakai ke unit pelayanan
(ruangan):

92
1. Petugas gudang melakukan cek fisik BMHP yang ada di
ruangan di unit pelayanan.

Kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk mengisi dan menandatangani from
pemintaan barang.
Petugas gudang mengambil from permintaan BMHP di seluruh ruangan unit
pelayanan.
Petugas gudang menyiapkan BMHP sesuai from permintaan BMHP dan stok yang
tersedia.
Penanggung jawab gudang membuat surat bukti barang keluar (SBBK) sesuai dengan
BMHP yang dikeluarkan.
Melakukan pengecekan jumlah BMHP dengan SBBK bersama dengan petugas gudang
dan unit pelayanan yang meminta.
BMHP diterima dan SBBK ditandatangani oleh kepala ruangan atau petugas yang
mewakili.
SBBK ditandatangani penyimpan barang dan pejabat yang berwewenang.
SBBK diarsipkan oleh penanggungjawab gudang.

Standard operasional prosedur (SOP) tentang distribusi obat dan


bahan medis habis pakai ke depo farmasi (Apotik) merupakan pedoman
alur distribusi obat dan bahan medis habis pakai yang bersifat steril yang
akan didistribusikan ke Apotik, persediaan obat dan bahan medis habis
pakai di Apotik dilakukan untuk persediaan obat dan bahan medis habis
pakai dari permintaan instalasi rawat inap maupun rawat jalan, berikut
adalah isi dokumen dari pedoman SOP tersebut:

1. Petugas farmasi mengambil form permintaan obat dan


BMHP yang sudah diisi dan ditandatangani oleh penanggung
jawab atau koordinator depo farmasi.
2. Menyiapkan obat dan BMHP sesuai form permintaan obat
dan BMHP.
3. Menuliskan jumlah obat atau BMHP yang diambil pada kartu
stok gudang

93
4. Membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) sesuai dengan
obat dan BMHP yang dikeluarkan

Melakukan pengecekan jenis, jumlah obat dan BMHP dengan SBBK bersama dengan
petugas farmasi dari depo farmasi yang meminta
SBBK ditandatangani oleh petugas gudang, petugas depo farmasi dan kepala instalasi
farmasi.

Berikut adalah hasil pengamatan alur kerja petugas dalam distribusi:

Bagan 5. 2 Alur Kerja Distribusi BMHP ke Ruang Rawat Inap

Petugas gudang memberikan from permintaan BMHP keruangan


ranap

Kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk mengisi dan


menandatangani from permintaan barang

Petugas gudang mengambil kembali from permintaan BMHP di seluruh


ruangan ranap

Penanggung jawab gudang membuat surat bukti barang keluar (SBBK)


sesuai dengan BMHP yang dikeluarkan

Memberikan BMHP dan diterima serta SBBK ditandatangani oleh


kepala ruangan atau petugas yang mewakili

SBBK ditandatangani penyimpanan barang dan pejabat yang


berwewenang

SBBK diarsipkan oleh penanggungjawab gudang


Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian besar alur kerja petugas

dalam distribusi bahan medis habis pakai ke ruangan sudah sama dengan
standard operasional prosedur (SOP). Namun sebagian kecil masih
terdapat alur kerja petugas yang tidak sama dengan SOP. Alur kerja yang
tidak sama dengan yang dilakukan oleh pegawai pada saat distribusi
adalah petugas memberikan form permintaan barang terlebih dahulu ke
ruangan, kemudian
94
petugas gudang tidak melakukan cek fisik BMHP terlebih dahulu yang
masih tersedia di ruangan di unit pelayanan, serta BMHP yang sudah

didistribusikan dari gudang ke ruangan rawat inap langsung ditandatangani SBBK


oleh kepala ruangan atau perawat, kemudian BMHP langsung dimasukan ke dalam
lemari penyimpanan tanpa melakukan pengecekan jumlah BMHP secara bersamaan
(petugas gudang dan perawat).

Bagan 5. 3 Alur Kerja Distribusi Obat dan BMHP ke Apotik


Petugas farmasi mengambil form permintaan obat dan BMHP yang sudah
diisi dan ditandatangani oleh penanggung jawab atau koordinator depo
farmasi.

Menyiapkan obat dan BMHP sesuai form permintaan obat dan BMHP.

Menuliskan jumlah obat atau BMHP yang diambil pada kartu stok gudang

Membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) sesuai dengan obat dan
BMHP yang dikeluarkan

Melakukan pengecekan jenis, jumlah obat dan BMHP dengan SBBK


bersama dengan petugas farmasi dari depo farmasi yang meminta

SBBK ditandatangani oleh petugas gudang, petugas depo farmsi dan


kepala instalasi farmasi.

Berdasarkan hasil pengamatan, seluruh alur kerja petugas dalam


distribusi obat dan bahan medis habis pakai di apotik sudah sama dengan
standard operasional prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil petugas masih belum


mengetahui dokumen standard operasional prosedur (SOP) karena tidak
pernah diberikan atau melihat dokumen tersebut dan tidak pernah ada

95
sosialisasi terkait standar operasional prosedur (SOP) tersebut serta masih
terdapat alur kerja petugas yang masih belum sama dengan yang sudah
ditetapkan pada standar operasional prosedur (SOP).

Proses Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Proses merupakan tahapan dari suatu sistem yang sudah dan sedang berjalan. Tahapan
dari sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap terdiri dari proses
administrasi, proses penyampaian berita, proses pengeluaran fisik barang, proses
angkutan, serta proses pembongkaran dan pemuatan barang.

Proses Adminstrasi

Proses administrasi merupakan keseluruhan kegiatan yang berkaitan dengan


pencatatan dalam pelaksanaan distribusi obat dan BMHP serta penyusunan laporan
yang berkaitan dengan distribusi secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan,
triwulan, semesteran atau tahunan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Distribusi dan
Kepala Bagian Pelayanan Farmasi Rawat inap bahwa proses admintrasi
yang dilakukan dalam periode harian, bulanan dan semesteran. Berikut
adalah kutipan wawancara:

“Setiap pencatatan barang yang kita ambil, kita catat di kartu stok,
pertama permintaan form dari ruangan kita sesuai dengan barang yang
kita punya, misalnya masker, kita selalu punya, kan memang ada
beberapa barang yang memang tidak selalu ada seperti writing paper
kemarin yang OK minta terus kita tidak ada, jadi tidak kita kasih, terus
misalnya ada, kita ambil barangnya, dicatat dikartu stok kan pengeluaran
barang, terus nanti di entry di surat bukti barang keluar (SBBK) baru
nanti dimasukin ke laporan pengeluaran barang, gitu. Jadi kita tau stok
akhir barang sesuai tidak dengan kartu stoknya.” (INF1)
“di setiap ada resep masuk, nanti kita lakukan proses administrasi buat
pemasukan data resep ke sistem informasi rumah sakit, terus nanti dibikin
laporan perbulan sama semesterannya.” (INF2)
“Kalau SBBK itu di setiap mengeluarkan barang, jadi setelah barang
diambil, terus sudah selesai, kita bikin SBBK, baru SBBK selesai baru di
entry ke laporan pengeluaran barangnya.” (INF3)

96
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
administrasi dalam distribusi obat dan bahan medis habis pakai dilakukan
setiap periode harian, bulanan dan semesteran.

2. Proses Penyampaian Berita

Proses penyampaian berita merupakan proses komunikasi atau memberikan


informasi antar petugas apotik dengan petugas gudang farmasi, petugas gudang
farmasi dengan perawat, dan petugas apotik dengan perawat terkait permintaan
obat dan bahan medis habis pakai. Komunikasi atau memberikan infromasi yang
dimaksud bisa secara langsung, secara tertulis ataupun sistem komputerisasi.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa yang terlibat dalam proses penyampain berita
adalah petugas apotik, petugas gudang dan kepala ruangan atau perawat.

“Karunya (kepala ruangan), kalau BMHP karunya yang bikin permintaan kalau engga
karu, dia biasanya satu ruangan sudah menunjuk siapa yang penanggung jawab
BMHP itu, jadi nanti dia yang bikin permintaan, kemudian sudah dikasih ke petugas
kita yang keliling, biasanya kalau engga akbar, wawan, wawan yang lebih sering.
terus kalau obat, petugas
apotiknya.” (INF1)
“yang terlibat itu farmasis, perawat, dokter, sama tenaga medis.”
(INF2) “biasanya saya, dan orang apotik sama perawat juga.” (INF3)
Berdasarkan hasil wawancara, proses penympaian berita distribusi
obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap menggunakan
metode penyampaian berita secara komunikasi langsung dan tertulis
(manual). Seluruh informan menjelaskan bahwa metode penyampaian
berita yang dilakukan yaitu metode langsung dan tertulis.

Distribusi barang medis habis pakai dari gudang ke instalasi rawat


inap maupun distribusi obat dan bahan medis habis pakai dari gudang ke
apotik menggunkan form permintaan barang atau surat bukti barang keluar
(SBBK) yang diberikan dan diisi secara manual. Serta distribusi obat dan
bahan medis habis pakai dari instalasi rawat inap ke apotik menggunakan
resep pasien secara manual yang telah diberikan oleh dokter. Berikut
adalah

97
hasil wawancara dengan beberapa informan tentang metode yang
digunakan dalam distribusi obat dan barang medis habis pakai:

“kalau dari kita hanya form saja, seperti form itu tuh (sambil nunjuk
bentuk form pemintaan) jadi nanti ada form surat bukti barang keluar jadi
buat kita satu dan buat di rawat inapnya satu, begitupun diapotik.”(INF1)
“untuk permintaan obat kita by resep, atau ada lembar obat pasien, jadi
formnya tersendiri gitu.” (INF2)
“format, formatnya orang gudang biasanya keliling, setiap kamis dia
keliling memberikan format yang kita minta, nanti besoknya atau hari
jum’atnya dikasih barangnya.” (IRI01)
“kalau obat pakai resep yang dikasih sama dokter saja.” (IRI03)
Berikut adalah cara pengisian form permohonan permintaan obat
dan barang medis habis pakai dari gudang farmasi ke ruangan maupun dari
gudang farmasi ke apotik berdasarkan telaah dokumen:

1. Yang menerima dari bagian


2. Nomor
3. Nama dan Kode Barang

4. Jumlah (angka)
5. Satuan
6. Tanggal pemberian form
7. Tanda tangan, Nama, NIP, Pangkat/Gol yang meminta
8. Tanda tangan, Nama, NIP, Pangkat/Gol yang menyerahkan
petugas farmasi.

Berikut adalah hasil pengamatan petugas dalam pengisian form


permohonan permintaan obat dan bahan medis habis pakai dari gudang
farmasi ke ruangan maupun dari gudang farmasi ke apotik:

Tabel 5. 12 Pengisian Format Form Permintaan Barang


di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Hasil
No Format Ya Tidak Ket
1 Yang menerima dari √
bagian
2 Nomor √

98
3 Nama dan Kode Barang √
4 Jumlah (angka) √
5 Satuan √
6 Tanggal pemberian form √
7 Tanda tangan, Nama, √
NIP, Pangkat/Gol yang
meminta
8 Tanda tangan, Nama, √
NIP, Pangkat/Gol yang
menyerahkan petugas
farmasi.
Sumber: observasi
Berdasarkan table diatas, dari hasil pengamatan dapat dikatakan
bahwa petugas sudah mengisi from permintaan barang secara tepat dan
sesuai dengan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, sebagian besar


infroman menjelaskan bahwa masih terdapat kendala terkait proses
panyampaian berita yaitu belum terdapat sistem komputerisasi, sistem
komputerisasi dibutuhkan agar lebih memudahkan dan tidak perlu untuk
datang dan melakukan pengisian secara manual atau tertulis karena hal ini
dilihat dari kurangnya sumber daya manusia itu sendiri. Sebagian kecil
informan menjelaskan bahwa kendala yang terkait proses penyampaian
berita adalah masih terdapat mis komunikasi antara petugas instalasi
farmasi dengan perawat di instalasi rawat inap.

“kita menginginkan yang lebih enak dan lebih canggihlah, lebih modern
gitu kan, yang tinggal di klik-klik saja sudah langsung sampai, dan
mereka juga tidak terlalu pusing, kalau misalkan, dilihat gitu kan barang
ini ada tidak, disetiap mau amprahan atau barang-barang yang bisa
dimprah apa saja, jadi lebih enak, kalau sekarang kan masih bentuk lisan
dan tertulis aja.” (INF3)
”iya langsung saja, karna belum ada komputerisasi. seharusnya ada biar
lebih mudah juga kan” (IRI02))
“harusnya kompterisasi, jadi tidak perlu kesini lagi.” (IRI01)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
penyampain berita menggunakan metode langsung dan tertulis yaitu form
permintaan barang atau surat bukti barang keluar (SBBK) untuk distribusi

99
barang dari gudang farmasi keruangan maupun ke apotik dan pemberian
resep secara manual untuk distribusi kerungan rawat inap. Kendala yang
terjadi pada proses penyampaian berita adalah belum tersedianya
komputerisasi.

1. Proses Pengeluaran Fisik Barang

Tahapan setelah proses penyampaian berita adalah proses


pengeluaran fisik barang yang sudah dilakukan permintaan barang dari
instalasi rawat inap ke apotik ataupun ke gudang farmasi dan permintaan
barang dari apotik ke gudang farmasi. Berdasarkan hasil wawancara,
seluruh informan menjelaskan bahwa yang terlibat dalam proses
pengeluaran fisik barang adalah petugas apotik dan petugas gudang,
karena obat dan bahan medis habis pakai hanya tersimpan di apotik dan
gudang farmasi.

“semua petugas gudang bisa, cuma yang paling sering mba ninin.” (INF1)
“petugas apotik yang nerima resep saat itu. jadi yang ada di apotik siapa
saja bisa.” (INF2)
Berdasarkan hasil wawancara, seluruh informan menjelaskan
bahwa metode yang digunakan dalam proses pengeluaran fisik barang
adalah FEFO (First Expired First Out). FEFO merupakan barang yang
lebih awal kadaluarsa harus dikeluarkan terlebih dahulu dan
didistribusikan. Setelah dikeluarkan barangnya petugas perlu mengisi atau
menulis di kartu stok barang tersebut untuk mencatat tanggal pengeluaran
barang, jumlah, dan sisa barang yang keluar atau yang masuk, dan tulis
tanggal kadaluarsa serta tanda tangan.

“FEFO, jadi yang expired duluan kita keluarin yang datang duluan dan
expired duluan kita keluarin walaupun dia datangnya duluan tapi
dia expirednya duluan, tetap kita keluarin.” (INF1)
“keluar fisik barang pakai FEFO, jadi dilihat mana barang yang ED nya
sudah mulai dekat, maka itu yang diambil.” (INF2)

100
Berikut adalah cara pengisian kartu stock barang di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan berdasarkan telaah
dokumen
yaitu:

Nama Barang
Satuan
Tanggal Masuk atau Keluar Barang
Jumlah Barang Masuk
Jumlah Barang Keluar
Jumlah Barang Sisa

Keterangan (Tanggal Expire Date dan Paraf petugas yang mengambil barang)

Berikut adalah hasil pengamatan petugas dalam pengisian form permohonan


permintaan obat dan bahan medis habis pakai dari gudang farmasi ke ruangan
maupun dari gudang farmasi ke apotik:

Tabel 5. 13 Pengisian Format Kartu Stok Barang di RSU Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017

Hasil
No Format Ya Tidak Ket
1 Nama barang √
2 Satuan √
3 Tanggal masuk atau √
keluar barang
4 Jumlah barang masuk √
5 Jumlah barang keluar √
6 Jumlah barang sisa √
7 Keterangan (Tanggal √
Expire Date dan Paraf
petugas yang mengambil)
Sumber: observasi
Berdasarkan table diatas, dari hasil pengamatan dapat dikatakan
bahwa petugas sudah mengisi kartu stok barang secara tepat dan sesuai
dengan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan hasil wawancara, seluruh informan menjelaskan


bahwa dalam proses pengeluaran fisik barang masih terdapat kendala,
kendala yang
101
terjadi berdasarkan hasil wawancara adalah masih ada perbedaan jumlah
antara jumlah dikartu stok dengan jumlah yang ada ditempat
penyimpanan,

hal ini terjadi karena metode yang digunakan dalam penulisan di kartu stok masih
manual dan barang yang dihitung juga masih dihitung secara manual. Selain itu,
kendala lainnya yaitu terdapat beberapa barang dengan merek yang sama tapi
dengan dua anggaran yang berbeda, jadi jika dilakukan proses pengeluaran fisik
barang masih terdapat kesalahan dalam pengeluaran fisik barang tersebut, misalkan
jika yang dikeluarkan harus dari dana yang BLUD tapi yang dikeluarkan dana yang
dari Ekatalog, maka akan ada perbedaan jumlah antara kartu stok dengan stok
jumlah ditempat penyimpanan.

“kendalanya sering lupa atau suka ada yang keselisih, karna kan kita masih manual,
terkadang kita juga masih banyak yang lain gitu, terus ribet sama yang lain juga jadi
lupa, jadi suka ada perbedaan antara kartu stok dengan jumlah barang pada saat
pengeluaran fisik barang.” (INF2)

“kadang kita kan punya barang misalnya barang BLUD sama ekatalog yang sering
banyak kembar, misalnya barang amoxcicilin BLUD beli, ekatalog beli, ekatalog
belum keluar, BLUD belum habis, takut nanti ada
kesalahan ambil, yang diambil nanti barang yang baru datang.” (INF1)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
pengeluaran fisik barang menggunakan metode FEFO (First Expired First
Out) barang yang tanggal kadaluarsanya duluan maka barang tersebut
yang diambil dan didistribusikan terlebih dahulu. Setelah barang
dikeluarkan petugas melakukan pengisian kartu stok barang. Dalam proses
pengeluaran fisik barang hanya petugas apotik dan petugas gudang saja
yang terlibat dalam proses tersebut, karena obat dan bahan medis habis
pakai hanya tersimpan di apotik dan di gudang saja. Selain itu, masih
terdapat kendala dalam proses pengeluaran fisik barang salah satunya
adalah masih terdapat berbedaan jumlah barang yang keluar, berbedaan
jumlah di kartu stok dengan jumlah stok di tempat penyimpanan.

8. Proses Angkutan

Proses selanjutnya yang dilakukan dalam distribusi obat dan bahan


medis habis pakai adalah proses angkutan barang. Proses angkutan ini
102
dilakukan dari apotik dan gudang farmasi ke instalasi rawat inap dengan
menggunakan alat pengangkut. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh
informan menjelaskan bahwa yang terlibat dalam proses angkutan obat
dan bahan medis habis pakai dari apotik ke ruang rawat inap adalah
perawat, sedangkan yang terlibat dalam proses angkutan bahan medis
habis pakai dari gudang ke apotik maupun ke ruang rawat inap adalah
petugas gudang.

“saya atau engga akbar dan jajang.” (INF3)


“perawat yang shift di jam itu, dia yang mengambil, jadi tergantung shift
dan kebutuhan pasien” (IRI02)
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar informan
menjelaskan bahwa alat angkut yang digunakan dalam distribusi obat dan
BMHP adalah 1 buah trolley dan kardus. Sebagian kecil informan
menjelaskan bahwa alat angkut yang digunakan adalah kursi roda dan
diangkut sendiri dengan tangan oleh perawat.

“biasanya mah kita bawa saja, mereka sudah di pak dalam kardus itu
yang sudah di cover per pasien pakai plastic itu kan yang masing-masing,
awalnya dikardus, paling kita kalau pagi, ada obat nicu ga gitu, ada,
yaudah kita angkat, sekalian kita naik ke atas. karena setau saya trolley
ada di kamar operasi cuma ada satu trolley untuk distribusi, itu kita ambil
dari OK pinjem. Kalau enteng, baru angkat sendiri.” (IRI03)
“Kalau dari apotik dia pakai di dus, perawat kita yang ngambil. Kalau
malam juga perawat yang mengambil tapi pakai kursi roda.” (IRI01)
“biasanya kalau distribusi bawa kursi roda gitu, kecuali yang ruangan
operasi dia ada trolley khusus. kalau yang dibuat di ruangan rawat inap
itukan harusnya ada tapi karna terbatas ya otomatis pake kursi roda.”
(IRI02).
Sedangkan alat angkut bahan medis habis pakai dari gudang
farmasi ke ruangan rawat inap ataupun apotik menggunakan 1 buah trolley
dan karton atau kardus.

“jadi semuatnya pakai trolley, jadi nanti dia bolak balik vir, misalnya ke
lantai satu dulu baru nanti ambil lagi ke bawah buat kelantai
selanjutnya.” (INF1)
“menggunakan trolley, Kalau susunan di trolley, kita susun yang rata
dulu yang rapih dulu, kita taruh dulu, misalkan yang satuan gitu baru di
taruh di atasanya bisa pakai karton, kartonnya kan sudah berkardus
103
kan pas

104
disana juga sudah kita distribusiin nama ini nama ruangan ini, kan dia
langsung dipak, langsung rapih gitu.” (INF2)
“pakai trolley yang tadi.” (IRI01)
Berdasarkan hasil wawancara, seluruh infroman menjelaskan
bahwa tahapan dalam penyusunan barang di alat angkut adalah
mempersiapkan barang yang akan di distribusikan terlebih dahulu,
kemudian dimasukan ke dalam kardus untuk penyimpanan sementara yang
sudah dimasukan sesuai ruangan, lalu diletakan serta disusun secara rapih
di trolley dan terakhir di distribusikan ke setiap ruangan, begitu juga
dengan tahapan penyusunan dari apotik ke ruang rawat inap, namun ada
perbedaan kalau dari apotik ke ruang rawat inap, jika barang yang diminta
banyak, maka akan menggunakan kursi roda, sedangkan jika sedikit, maka
menggunakan angkut sendiri oleh perawat.

“kita siapin dulu barangnya yang mau didistribusiin sesuai ruangan,


terus kita susun dikardus habis itu diletakan ke trolley.” (INF1)
“barang yang mau didistribusiin sudah ada, habis itu dimasukin ke
kardus sesuai ruangan, terus ditaruh ditrolley habis itu didistribusiin.”
(INF2)
Dalam proses angkutan barang masih terdapat kekurangan atau
kendala. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh informan menjelaskan
bahwa kendala yang terjadi adalah belum ada trolley khusus untuk
ruangan, sehingga jika ingin melakukan distribusi obat dari ruangan ke
apotik dengan jumlah yang besar atau banyak, terpaksa menggunakan
kursi roda yang ada diruangan, dan untuk trolley yang ada di gudang
masih belum memadai dan terdapat sedikit kerusakan.

“biasanya resep turun sekali per rawat inap, jadi resep sekali turun
banyak, dikasih dari perawatnya nanti disiapin, kita nyiapin per pasien
baru nanti diangkut ke atas pakai kursi roda gitu.” (IRI02)
“seharusnya pakai trolley, trolley kita kan tidak ada kalau diruang rawat
inap.” (IRI03)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
angkutan distribusi melibatkan perawat untuk obat dan petugas gudang
untuk bahan medis habis pakai. Alat angkut yang digunakan pada perawat

105
untuk distribusi obat ke apotik menggunakan kursi roda dan diangkut
sendiri dengan tangan. Sedangkan alat angkut yang digunakan petugas

gudang ke ruangan adalah trolley dan kardus atau karton. Proses alat angkut masih
ditemukan kekurangan atau kendala yaitu belum ada trolley khusus untuk ruangan
sehingga menggunkan kursi roda.

9. Proses Pembongkaran dan Pemuatan

Proses selanjutnya yaitu proses terakhir yang dilakukan dalam distribusi obat dan
bahan medis habis pakai yaitu proses pembongkaran dan pemuatan di Instalasi
Rawat Inap. Proses pembongkaran merupakan proses setelah barang sampai diruang
rawat inap dan diturunkan kemudian serah terima di instalasi rawat inap, begitu juga
dengan dari gudang farmasi ke apotik. Sedangkan proses pemuatan merupakan
proses penempatan barang di tempat penyimpanan yang ada diruang rawat inap dari
gudang farmasi, serta pemuatan di apotik dari gudang farmasi. Berdasarkan hasil
wawancara, Seluruh informan menjelaskan bahwa tenaga yang terlibat
dalam proses pembongkaran dan pemuatan adalah petugas gudang dan

perawat diruangan.

“petugas gudang dan perawat.”


(INF1) “saya dan perawat ruangan.”
(INF3)
Sedangkan proses pemuatan hanya dilakukan oleh perawat ruangan
saja. Karena sudah tanggung jawab ruangan itu sendiri.

“kalau itu sudah penanggung jawab perawatnya, bukan kita. Iya kita
serah terima, setelah itu tanggung jawab ruangannya.” (INF1)
“Itu sudah tanggung jawab mereka, karna kan kita cuma nganter
sama ngamprah.” (INF3)
“Biasanya kita bareng-bareng, karena kita tidak terlalu banyak meresepin
juga, kan disini pasien bayi dosisnya kecil-kecil, paling kita lihat stoknya
di hari itu, sudah cukup apa engga gitu.” (IRI03)
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar informan
menjelaskan bahwa proses pembongkaran dilakukan pengecekan terlebih
dahulu dan proses pemuatan sudah tanggung jawab perawat diruangan.

106
Sebagian kecil

107
menjelaskan bahwa proses pembongkaran dan pemuatan barang adalah
serah terima dan kemudian di simpan ditempat penyimpanan.

“seharusnya di cek antara petugas yang distribusi dengan


dipenerimanya.” (INF1)
“palingan setelah serah terima lagsung kita taruh lemari.” (IRI02)
Seluruh informan menjelaskan bahwa masih terdapat kendala
dalam proses pembongkaran dan pemuatan barang seperti masih terdapat
penumpukan barang pada saat pemuatan ditempat penyimpanan, masih
kurangnya pegawai untuk melakukan pengecekan, dan kurang tempat
penyimpanan obat maupun BMHP. Hal ini didapat dari hasil wawancara
dengan perawat diruangan:

“masih ada penumukan barang diruangan sewaktu lagi pemuatan barang


ditempat penyimpanannya.”(INF1)
“karna kita kurang SDM nya, jadi yaudah kita masukin saja, ngecek juga
soalnya tenaganya juga tidak ada, kita tuh pekerja perawat terlalu
tumpang tindih, apa aja, maksdunya itu kan khusus administrasi yang
ngecek segala macam, sejauh ini perawat semua, jadi yaudahlah mau
gimana
lagi.”(IRI01)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
pembongkaran dan pemuatan barang di instalasi rawat inap dilakukan oleh
perawat dan petugas gudang. Tahapan yang dilakukan adalah pemberian
dan pengecekan barang, serah terima kemudia disimpan di tempat
penyimpanan yang ada diruangan. Adapun kendala yang terjadi yaitu
kurangnya SDM yang mengakibatkan tidak dilakukannya pengecekan
barang sebelum ditempatkan ke tempat penyimpanan diruangan.

5.6 Output Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Output dari distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap dilihat dari ketersediaan obat dan bahan medis habis pakai yang
efektif dan efisien di instalasi rawat inap.

A. Tersalurkannya obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi


Rawat Inap dengan efisien

108
Tersalurkannya obat dan bahan medis habis pakai yang efisien
dapat dilihat dari ketersediaan dan keamanan, ketepatan jenis, ketepatan

jumlah dan kepatan waktu. Dalam hal ini peneliti akan melihat obat dan barang
medis habis pakai yang didistribusikan ke instalasi rawat inap melalui wawancara
mendalam dengan kepala ruangan atau perawat diruangan yang merupakan
informan kunci dari penelitian ini.

1. Ketersediaan

Berdasarkan laporan buku kosong di gudang farmasi RSU Kota Tangsel diketahui
bahwa ketersediaan obat di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan pada tahun
2016 sering ditemukan obat yang stoknya kosong digudang, stok kosong yang pernah
terjadi pada tahun 2016 adalah sebanyak 30 macam obat dan 35 macam obat yang
mempunyai stok yang hampir habis. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara
mendalam yang dilakukan bersama informan, informan menyebutkan bahwa
keadaan jumlah obat pada tahun ini
tidak cukup bagus:

“kalau jumlah obat digudang, belum terlalu bagus kayaknya, karena


masih ada stok yang kosong dan stok yang hampir habis tahun ini,
yaitu karena kita sering terkendala pemesanan obat yang obat lama
dateng kadang sudah di tunggu lama tapi distributor mengirim surat
kosong jadinya kita harus beli keluar ke Non E-catalogue yang
harganya tentu lebih mahal dan bakal makan waktu lebih lama lagi”
(INF1).
Faktor yang mempengaruhi ketersedian obat digudang adalah
keterlambatan waktu pengajuan pemesanan yang dilakukan,
pemesanan dilakukan pada saat stok obat hampir habis dan stok
sudah habis. Hal ini dikarenakan pengajuan yang terlambat dari
gudang, tidak adanya sistem informasi sehingga menyebabkan
pemantauan jumlah obat digudang masih manual sehingga tidak ada
peringatan jika obat telah memasuki jumlah minimum stok. Selain
itu terdapat juga kendala dari waktu tunggu obat yang lama dari
distributor obat dikarenakan kekosongan obat pada distributor. Hal
ini berdasarkan hasil wawancara kepada tiga informan, ketiganya
menyebutkan
109
bahwa kekosongan obat dipengaruhi oleh keterlambatan waktu
pemesanan obat.

“Faktor yang mempengaruhi kekosongan obat di tahun ini salah


satunya keterlamabatan pengajuan pemesanan dari kita (gudang).
Pemesanan yang terlambat tidak bisa mengcover kebutuhan obat di
rumah sakit sehingga terjadi kekosongan obat, ini karena kita belum
mempunyai sistem informasi digudang jadi kita tidak mengetahui
jika jumlah obat telah memasuki jumlah minimum. Selain itu juga
keterlambatan pengiriman dan ada beberapa obat yang tidak
terealisasi menjadi salah satu faktor kekosongan obat” (INF1).
“kosongnya obat di gudang tahun ini dikarenakan oleh beberapa
hal, yaitu pembelian yang dilakukan pengirimannya sering
terlambat. Lalu kita juga terlambat mengajukan pemesanan
sehingga kita tidak bisa mengcover kebutuhan obat. Ini karena
monitoring yang kita lakukan digudang masih manual “ (INF2)

2. Keamanan

Keamanan merupakan pernyataan tanggapan perawat di Instalasi


Rawat Inap terhadap kualitas/mutu pada keamanan obat yang dihasilkan
dalam distribusi obat dan bahan medis habis pakai. Keamanan yang

dimaksud adalah tidak terdapat kerusakan atau kecatatan dan kadaluarsa


pada obat dan barang medis habis pakai yang didistribusikan.

Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar informan


menjelaskan bahwa kualitas dari keamanan obat dan BMHP masih
dikatakan sesuai dengan yang diminta dan baik-baik saja, namun masih
terdapat kendala atau kerusakan yang terjadi diantaranya perubahan
warna pada obat yang injeksi atau cair, obat yang sudah hampir habis
masa expirenya, masih diresepkan atu didistribusikan dan masih
ditemukan kemasan obat dan BMHP yang rusak atau cacat. Sebagian
kecil informan menjelaskan bahwa kualitas obat dan BMHP masih tidak
menentu, karena masih ditemukan kerusakan pada obat maupun BMHP.

“kualitas obat dan bmhp, biasanya kalau kualitas obatnya yaa sesuai
dengan yang kita minta aja. bmhp juga begitu. tapi masih suka
ditemukan kerusakan kaya obat yang apa yaa, dia udah warnanya udah
kuning, seharusnya kan masih putih tapi dia udah kuning, tapi kita ga
akan kita kasih, nanti kita lapor ke apotik, atau ada obat yang dia
pecah, kita ga
110
kasih, atau ada yang satu bulan mau expire itu pernah diresepin, tapi itu
langsung kita ke pasiennya, karna selama ini kadang-kadang dari
control kita juga, karna obat numpuk, harusnya kan retur, tapi karna
sdm tadi kurang, jadinya gitu. Kalau yang dari gudang si jarang yang
bermasalah yaa, kalau yang bmhp yaa, kalau yang kaya handscoon steril
itu kan masuknya lewat apotik ga lewat gudang, kalau gudang itu yang
handscoon non steril lewat gudang, tapi kalau yang steril lewat apotik,
gitu. Apa ini penyimpanannya kurang bagus sampai bisa berjamurnya
gitu kan, soalnya pernah dipaksa dipakai, itu yang bedaknya mungkin
yang udah byuurrr, terus baunya duuhh kok bau gitu kan, yahh yaudah
deh, udah ga bagus nih, terus yaudah kita pulangin, retur disebutnya,
buat minta yang baru. Nah pernah kejadian besoknya, dikirim lagi, kok
ini dikirim lagi, bukannya dibuang, ini gimana si, jadi yaudahlah buang
aja, maksudnya kan udah ga layak kan gitu kan, apa lagi untuk bayi.”
(IRI01)
“sejauh ini masih dibilang baik-baik aja.walaupun suka ada yang rusak
juga, kaya waktu itu pernah tuh umi nemuin obat cair atau injeksi gitu
tapi warnanya udah keruh atau berubah gitu warnanya, emang
petugasnya yang engga tau atau gimana, tapikan jadinya apa yaa, jadi
ga bisa dipakai kan, kalau bhmp mah palingan pernah kemasannya ada
yang rusak, tapi kalau dalamnya masih bisa dipakai yaa kita pakai,
kalau engga yang kita bilang.” (IRI02)
“suka tidak menentu si,kadang nanti bagus kadang engga. Misalnya
kalau obat paling yang dekat-dekat expire yaa, tapi udah diingetin si,
misalkan kalau pun ga expire, tapi warna obatnya berubah kaya yang
injeksi, yang ampul-ampul gitu, paling udah langsung kita singkirin,
kaya handscoon misalnya handscoon pernah kita nerima kaya berjamur
didalamnya gitu, kok kayak gitu, gitu kan, yaudah bu iis deh tuh yang
koordinasi ke gudangnya.” (IRI03)
Berdasarkan hasil observasi di gudang farmasi terhadap obat dan
bahan medis habis pakai yang tersedia di gudang penyimpanan sebelum
didistribusikan, diketahui bahwa secara garis besar ketersediaan obat di
gudang farmasi sudah sesuai dengan kebutuhan, akan tetapi memang ada
beberapa obat dan barang medis habis pakai yang terkadang tidak
melihat keamanan dari obat dan bahan medis habis pakai di gudang
farmasi. Hal ini dikarenakan terpisahnya jarak antara gudang farmasi
dengan gudang penyimpanan.

3. Ketepatan jenis dan jumlah

Ketepatan jenis merupakan kebutuhan obat dan bahan medis


habis pakai sudah sesuai dengan yang diminta dan yang
didistribusikan.
111
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala bagian penyimpanan dan
distribusi jumlah obat di bulan Februri – Maret ini berjumlah 469 jenis

obat, sedangkan bahan medis habis pakai berjumlah 567 jenis. Namun, berdasarkan
hasil wawancara seluruh infroman menjelaskan bahwa ketersedian obat dan BMHP
masih dapat dikatakan tidak menentu, karena masih ditemukan beberapa kesalahan
pada jenis misalnya jenis obat yang diminta dengan yang didistribusikan masih
terdapat ketidaksamaan. Sedangkan BMHP belum pernah ditemukan kesalahan jenis.

“iyaa kadang-kadang ada, kadang-kadang engga, suka ga nentu gitu si. karna kan
kesalahan sama jenis obat mah ada aja ya, namanya juga masih manual gitu kan,
jadi kalau jenisnya kadang ada obat yang ga sama, diganti sama yang hampir
mereknya sama ini, tapi masih harus diawasi juga, kalau bmhp sejauh ini aman-
aman aja si.”(IRI02)

“gimana yaaa, habis kaya engga nentu juga. ohh pernah beberapa kali suka engga
sesuai jenis obat yang kita minta sama yang dikasih sama orang bawah.
kesalahannya kaya misalnya minta obat panas mereknya yang ini, tapi pas dikasih
malah dengan merek yang berbeda. kan jadi salah walaupun fungsinya sama, tapi
tetap aja salah kan ya, terus kalau bmhp jarang ditemuin si.” (IRI03)

Berdasarkan hasil wawancara, seluruh informan menjelaskan


bahwa jumlah BMHP yang diberikan dari gudang farmasi ke instalasi
rawat inap masih terdapat kesalahan jumlah atau jumlah yang diberikan
tidak sesuai dengan yang diminta dan yang diberikan, namun hal tersebut
jika bersifat cito maka dapat diatasi segera dengan cara meminjam
barang dengan ruangan rawat inap yang lain dan jika barang tersebut
sudah diberikan kembali oleh gudang farmasi maka ruangan ranap yang
meminjam barang, berhak mengembalikan barang yang telah dipinjam
dari ranap lain. Sedangkan jumlah obat tidak pernah ditemukan
kesalahah jumlah.

“suka sesuai sama engganya si kalau dari gudang mah yang untuk
permintaan bmhp ya, cuma nanti kalau sifanya cito, palingan kita
disuruh pinjem dulu sama ruangan lain, nanti baru kita ganti kalau
barangnya udah dikirim lagi sama gudang. kalau obat engga si.”
(IRI01)
“yaa gimana yaa, gitu si palingan kadang sesuai kadang engga, kalau
bmhp kurang, yaa kita disuruh pinjem sama ruangan sebelah terus ntar
diganti, kalau obat si jarang soalnya kan ga mungkin kalau obat

112
minjem

113
sama ruang sebelah juga, kan resep pasien beda-beda juga jadi gitu
aja si palingan.” (IRI02)

“kalau dari apotik, nah itu dia, ga tau ya kendalanya apa gitu, soalnya
kan jumlahnya atau barang yang diminta suka beda gitu, mungkin ga
ada, tapi maksa gitu kan, yaa paling kita konfirmasi lagi gitu, kok segini,
kok cuma segini, sedangkan kita kan bikin cairan TTN ajah pakai dispo
yang 50cc itu, satu pasien itu bisa make tuh yang maksimal tuh 15 buah,
satu hari tuh, 24 jam, kadang dikasihnya cuma 5, entah itu mereka ga
percaya, atau dikiranya kita yang mau pakai atau apa gitu, kok
jumlahnya cuma segini gitu kan, kita mau buat seluruh bayi yaa
kuranglah, kalau satu bayi dikasih cuma 5, bayi itu kalau misalkan
terpasang PICC lewat kateter itu kan, itu kan dapat cairan itu dia
biasanya 3 atau 4 jenis cairan, high arin, sama lipid. Makanya
diresepinnya banyak gitu, disspo, terus kok dikasihnya cuma 5, ada apa
gitu kan, apa ga percaya, ga mungkinlah kita dirumah mau praktek
pakai dispo 50cc, buat apa. Jadi pernah si ada kejadian seperti itu.
Jumlahnya suka ga sesuai, tapi kalau dari gudang, dia konfirmasi kalau
memang barang ga ada, kok ga ada gitu, memang lagi kosong gitu,
engga ngurangin jumlah, palingan kita suruh pinjem dulu sama ruangan
lain kalau cito.” (IRI03)
Berdasarkan hasil observasi di gudang farmasi terhadap obat dan
bahan medis habis pakai yang tersedia di gudang penyimpanan sebelum
didistribusikan, diketahui bahwa secara garis besar terkadang tidak
tersedia jenis atau jumlah obat dan barang medis habis pakai di gudang
karena disebabkan permintaan yang terlalu tinggi.

4. Ketepatan waktu

Ketepatan waktu merupakan waktu yang dilakukan pada saat


dilakukan permintaan obat atau bahan medis habis pakai dengan waktu
yang didistribusikan baik itu rutin atau tidaknya dilakukan pada waktu
yang sama. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh informan menjelaskan
bahwa waktu distribusi obat dilakukan penurunan resep setiap hari atau
setiap malam ke apotik dengan membawa semua resep, kemudian besok
paginya baru diambil obat tersebut diapotik. Sedangkan bahan medis
habis pakai sudah terdapat jadwalnya yaitu seminggu sekali, untuk
pemberian form permintaan barang dilakukan pada setiap hari Kamis,
dan hari Jum’at untuk pemberian barangnya sesuai dengan yang diminta
pada saat permintaan.

114
“kan buat pasien-pasien baru, yang datangnya baru malam, ga mungkin
buru-buru ke apotik untuk minta obat kan, karna kan karna terbatasanya
dari farmasi itu, makanya resep-resep obat itu dituruninnya malam, jadi
pagi mereka focus kepasien-pasien rawat jalan. jadi kita ngambilnya
pagi, sebelum pas saya datang kalau dinas jam 7 itu kita langsung
mampir ke apotik biasanya. Kalau bhmp setiap kamis ngasih formnya
terus besok baru dikasih barangnya dan terus kalau obat kita rutin,
karna kan buat pasien yaa. tapi kalau bmhp kadang rutin, tapi kadang
lebih cepat malah, rajin banget kalau gudang, pernah lebih cepat, terus
mereka ga tau yaa apa kerajinan atau apa gitu yaa, padahal baru hari
selasa atau rabu, kok udah datang, iyaa ini soalnya kalau apa namanya
biar kita ga buru-buru gitu, yaudah bagus si. gitu.” (IRI03)
“kalau bmhp seminggu sekali setiap kamis sama jum’at kalau ga salah,
terus kalau obat palingan malam kalau resepnya lagi banyak, terus
besok pagi baru kita ambil gitu. Terus rutin ko kalau buat pasien mah,
terus bmhp juga rutin si.” (IRI01)
Berdasarkan hasil observasi, distribusi obat dan bahan medis
habis pakai dilakukan setiap hari untuk kebutuhan apotik dan ruang rawat
inap serta seminggu sekali untuk kebutuhan barang medis habis pakai di
ruang rawat inap.

Dapat disimpulkan bahwa ketersediaan obat dan bahan medis


habis pakai masih belum efektif dan efisien. Dari segi keamanan masih
ditemukan obat dan bahan medis habis pakai yang terjadi perubahan
warna pada obat cair, kemudian obat dan bahan medis habis pakai yang
ditemukan hampir mendekati kadaluarsa/expire date, serta ditemukan di
kerusakan dan kecacatan pada kemasan obat dan bahan medis habis pakai
yang didistribusikan. Dari segi ketepatan jenis dan jumlah masih
ditemukan ketidaktepatan jenis dan jumlah yang sesuai pada saat
permintaan dengan obat dan bahan medis habis pakai tersebut
didistribusikan. Hal ini dikarenakan terpisahnya gudang farmasi dengan
gudang penyimpanan, sehingga tidak dapat dipantau secara rutin. Selain
itu, setelah obat dan bahan medis habis pakai didistribusikan ke instalasi
rawat inap, antar petugas dan perawat tidak dilakukan pengecekan
terlebih dahulu pada barang yang sudah didistribusikan.

115
116
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian


Peneliti tidak bisa menelaah dokumen terkait uraian tugas perawat dan
standar operasional prosedur di Instalasi Rawat Inap serta dokumen terkait
ketersediaan, jenis dan jumlah obat atau bahan medis habis pakai secara rinci
dikarenakan terbatasnya izin dari pihak instalasi rawat inap dan pihak rumah
sakit.

6.2 Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap
Distribusi merupakan proses penyerahan obat-obatan mulai dari
sediaan disiapkan oleh instalasi farmasi rumah sakit sampai obat diserahkan
kepada pelayanan kesehatan untuk diberikan kepada pasien. Adapun bahan
medis habis pakai yaitu sebagai indikator penunjang dalam penggunaan obat
oleh pasien (Rusdiana, 2014). Kegiatan distribusi obat dan bahan medis habis
pakai merupakan salah satu cara dalam proses menyalurkan atau
menyerahkan barang yang sudah ditetapkan pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan fasilitas kesehatan dengan tetap menjamin mutu, jenis, jumlah dan
ketepatan waktu. Di rumah sakit, kegiatan distribusi merupakan salah satu
bagian siklus manajemen farmasi. Distribusi obat dan bahan medis habis
pakai menjadi tanggung jawab instalasi farmasi. Rumah sakit harus
menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya
pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai di unit pelayanan seperti instalasi rawat inap. (Permenkes,
2016)

Distribusi obat dan bahan medis habis pakai telah dijalankan pihak
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan metode
sentralisasi. Untuk melihat bagaimana implementasinya di rumah sakit, maka
dalam penelitian ini menggunakan teori pendekatan sistem dengan melihat
input, proses sampai dengan ouput dari sistem atau metode yang sedang
berjalan.

117
Input dari distribusi obat dan bahan medis habis pakai adalah sumber
daya manusia, sarana, dan prosedur. Proses dari distribusi obat dan bahan

medis habis pakai adalah bermula dari proses administrasi, proses penyampaian berita,
proses pengeluaran fisik barang, proses angkutan dan proses pembongkaran serta
pemuatan barang. Untuk output dari distribusi obat dan bahan medis habis pakai itu
sendiri adalah tersedianya obat dan bahan medis habis pakai dengan melihat dari
kualitas barang, ketepatan jenis, ketepatan jumlah dan ketepatan waktu dari obat dan
bahan medis habis pakai yang didistribusikan.

6.3 Input Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Pada umumnya untuk meningkatkan suatu pelayanan ada dua cara yaitu dengan
meningkatkan mutu dan kuantitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan,
perlengkapan, dan material yang diperlukan dengan menggunakan teknologi atau
dengan kata lain meningkatkan input atau struktur serta memperbaiki metode atau
penerapan yang dipergunakan dalam kegiatan
pelayanan, hal ini memperbaiki proses pelayanan organisasi kesehatan
(Wijono dan Wijaya, 2012).

Input merupakan masukan yang perlu disediakan atau harus tersedia


untuk melaksanakan suatu kegiatan atau proses. Input memegang peranan
yang penting dalam suatu sistem. Jika input tidak tersedia dengan baik, maka
dapat menghambat kegiatan yang terjadi dalam proses pada suatu sistem,
bahkan dapat menghambat suatu sistem dalam mencapai sebuah tujuan
(Febriawati, 2013).

Dalam penelitian ini kegiatan distribusi obat dan bahan medis habis
pakai di instalasi rawat inap harus dapat menyediakan input yang menunjang
proses dari kegiatan tersebut. Input dari distribusi obat dan bahan medis habis
pakai di instalasi rawat inap adalah sumber daya manusia, sarana dan
prosedur.

A. Sumber Daya Manusia

118
Input sumber daya manusia terkait distribusi obat dan bahan
medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap terdiri dari pegawai di apotik,
pegawai

di gudang farmasi dan perawat di ruang rawat inap. Semua sumber daya manusia ini
merupakan salah satu faktor input yang berhubungan langsung dengan distribusi
obat dan bahan medis habis pakai di instalasi rawat inap. Sumber daya manusia ini
bisa dilihat dari segi kuantitas dan kualitas.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui kuantitas SDM di Instalasi Farmasi baik di


apotik maupun di gudang farmasi Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan
sudah sepenuhnya memenuhi standar klasifikasi dan perizinan rumah sakit pada
Permenkes Nomor 56 tahun 2014 yaitu 8 (delapan) orang apoteker dan 12 (dua
belas) asisten apoteker serta 3 (tiga) petugas pelaksana gudang, namun berdasarkan
fakta pelaksanaan atau fungsional jadi tidak terpenuhi karena penempatan personal
atau pegawai yang tidak sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Dari 8
(delapan) orang apoteker yang terdapat di apotik hanya 6 (enam) orang apoteker,
sedangkan 2 (dua) orang apoteker lainnya ditempatkan diluar apotik. Oleh
karena itu menurut beberapa informan, jumlah petugas pelaksana harian
apotik dirasa sangat kurang, karena petugas apotik bertanggung jawab
mengurusi seluruh pelayanan, penyimpanan dan pendistribusian barang
farmasi yang di pusatkan di apotik baik untuk pelayanan farmasi rawat
jalan maupun rawat inap.

Ketidakcukupan SDM secara jumlah ini tentu akan menghambat


dan berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan, hal ini sejalan
dengan Global Health Workforce Alliance (2011) yang menyebutkan
bahwa terpenuhinya jumlah tenaga kerja ini juga sangat penting karena
tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam keberhasilan pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan memberikan
kontribusi hingga 80% dalam keberhasilan pembangunan kesehatan.
Selain itu terpenuhinya jumlah SDM sesuai kebutuhan juga menjadi
penting untuk keberhasilan suatu rumah sakit, hal ini sejalan dengan teori
yang dikemukankan oleh Ilyas (2004) yang menyatakan bahwa salah satu
upaya
119
penting yang dapat dilakukan oleh rumah sakit untuk menjawab
tantangan globalisasi adalah dengan merencanakan kebutuhan sumber
daya manusia
yang dimilikinya secara tepat jumlah dan sesuai dengan fungsi pelayanan.

SDM di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan jika dilihat dari segi kualitas bisa
disebut masih kurang atau belum memadai, hal ini disebabkan karena masih ada
beberapa aspek kualitas SDM yang belum memadai, hal ini disebabkan karena masih
ada beberapa aspek kualitas SDM yang belum terpenuhi. Salah satu aspek kualitas ini
adalah frekuensi pelatihan yang diikuti SDM, baik itu pegawai di apotik, pegawai di
gudang farmasi dan perawat di rawat inap masih belum terpenuhi. Dari ketiga
kategori SDM ini yang terhitung sering mengikuti pelatihan adalah pegawai di apotik
dan perawat di rawat inap walaupun tetap saja dinyatakan kurang karena belum
semua pegawai apotik dan perawat di rawat inap mengikuti pelatihan sehingga
belum menyeluruh secara merata, apalagi pelatihan terkait distribusi obat dan bahan
medis habis pakai belum pernah diikuti oleh ketiga kategori SDM tersebut.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Mardiyoko (2008), diketahui bahwa tingkat pendidikan formal maupun
non formal sangat berpengaruhi terhadap kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugasnya yang menjadi tanggung jawab sesuai dengan
kompetensi. Menurut penelitian tersebut dapat diartikan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin memahami pula rasa
tanggung jawabnya dalam mejalankan tugasnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya permasalahan pada


sumber daya manusia yang terdapat di apotik dapat menghambat
pelayanan kefarmasian terutama dalam distribusi obat dan bahan medis
habis pakai. Minimnya sumber daya manusia yang tersedia di apotik
dapat membuat kegiatan dalam proses distribusi obat dan bahan medis
habis pakai tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya
bantuan SDM dari gudang farmasi dalam pelaksanaan pengambilan atau
mempersiapkan obat yang ada pada resep saat pelayanan di apotik,
120
sehingga dapat mengurangi beban pegawai yang ada di apotik dan perlu
dilakukan atau mengikuti pelatihan terkait distribusi obat dan bahan
medis

habis pakai untuk ketiga kategori SDM yang berkaitan dengan distribusi oabt dan
bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan.

B. Sarana dan Prasarana

Kelengkapan fasilitas merupakan suatu faktor yang harus dipenuhi oleh setiap wadah
pemberian pelayanan kesehatan, dengan terlengkapinya fasilitas yang digunakan
dalam memberikan suatu pelayanan, maka pelayanan akan dapat diberikan dengan
maksimal. Begitu juga dengan fasilitas yang digunakan dalam pengelolaan distribusi
obat dan bahan medis habis pakai di RSU Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan di Instalasi Farmasi RSU Kota Tangerang Selatan dapat
diketahui bahwa fasilitas yang digunakan untuk pengelolaan distribusi obat dan
barang medis habis pakai sudah mencukupi. Fasilitas-
fasilitas tersebut digunakan untuk mendorong terwujudnya pelayanan

kefarmasian di Instalasi Farmasi dengan baik. Menurut Erniati dan


Sembiring (2012) bahwa fasilitas adalah penyedia perlengkapan-
perlengakan fiski untuk memberikan kemudahan kepada penggunanya,
sehingga kebutuhan-kebutuhan dari pengguna fasilitas tersebut dapat
terpenuhi.

Namun ada beberapa kendala yang ditemukan diantaranya kurang


memadainya kondisi luas gudang utama dan tata letak gudang yang
terpisah dari gudang utama yang terdapat di RSU Kota Tangerang
Selatan. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa luas gudang
penyimpanan utama yang ada di RSU Kota Tangerang Selatan ini dinilai
masih kurang mencukupi untuk kegiatan penyimpanan dan distribusi
perbekalan farmasi serta terhambatnya proses distribusi obat dan bahan
medis habis pakai dikarenakan terpisahnya 3 (tiga) jarak gudang lainnya
yang terletak di luar RSU Kota Tangerang Selatan. Gudang utama
farmasi yang tersedia di RSU Kota Tangerang Selatan memiliki luas
121
3,49 x 2,47 m2 atau 8,6 m2,

122
sedangkan berdasarkan Depkes RI dalam pedoman pengelolaan gudang
menyebutkan bahwa luas gudang minimal 3 x 4 m2 atau 12 m2.

Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Prihatiningsih


(2012) yang menyebutkan bahwa adanya hubungan antara luas gudang
dengan proses kegiatan penyimpanan dan distribusi. Luas gudang yang
kurang memadai tentunya sangat menghambat petugas dalam melakukan
tugas penyimpanan dan distribusi obat maupun bahan medis habis pakai
di gudang farmasi. Dari hasil penelitian tersebut juga diketahui bahwa
gudang farmasi tidak hanya digunakan untuk menyimpan obat, namun
juga digunakan untuk menyimpan alat kesehatan, selain itu dengan
kondisi gudang yang kurang memadai tersebut, banyak barang-barang
yang menumpuk. Oleh karena itu petugas gudang menjadi tidak leluasa
bergerak pada saat melakukan pekerjaannya.

Luas gudang utama yang kurang memadai dan terpisahnya jarak 3


(tiga) gudang lainnya tentunya sangat menghambat petugas dalam
melakukan proses distribusi obat dan bahan medis habis pakai. Petugas

gudang menjadi tidak leluasa bergerak dan membutuhkan waktu yang


banyak serta lama pada saat melakukan proses distribusi, karena
perjalanan dari gudang utama ke gudang lainnya terpisah cukup jauh dan
memungkinkan terjadinya kemacetan sehingga dapat menyulitkan
petugas dan menghambat proses distribusi obat dan bahan medis habis
pakai.

Selain itu, kendala yang ditemukan pada fasilitas yang berkaitan


dengan distribusi obat dan bahan medis habis pakai adalah penulisan
resep dan penulisan form permintaan barang yang masih bersifat manual.
Berdasarkan hasil penelitian, memang masih kurang terutama dalam
penerapan teknologi. Penulisan resep dan penulisan form permintaan
barang masih bersifat manual dan belum terkomputerisasi. Sistem
komputer yang sudah tersedia hanya untuk mengentry resep, billing
harga dan cek persediaan barang. Hal ini membuat banyak resep dan
form permintan barang yang tidak jelas dan tidak terbaca oleh petugas

123
serta memakan waktu yang cukup lama karena petugas masih perlu
bermondar-

124
mandir dari instalasi farmasi ke rawat inap kemudian kembali lagi ke
instalasi farmasi.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan


Hidayanti (2017) yang mengatakan bahwa peresepan yang masih bersifat
manual dan belum terkomputerisasi dapat mengahambat. Dampak
lainnya masih banyak ditemukannya kesalahan-kesalahan petugas dalam
membaca resep yang ditulis oleh dokter. Penelitian ini juga menyebutkan
bahwa sistem komputerisasi yang baru ada hanya untuk billing harga dan
cek persediaan serta perencanaan pembelian.

Padahal penggunaan teknologi elektronik atau electronic


prescribing telah banyak disarankan digunakan di rumah sakit untuk
menurunkan angka kejadian kesalahan obat ataupun barang medis habis
pakai. Menurut American Family Physician tenaga kesehatan harus dapat
menggunakan perangkat lunak untuk mengatasi kesalahan yang terjadi
termasuk electronic prescribing dan pencarian literature di internet secara
internasional (Pollock, Bazaldua dan Dobbie 2007).

Selain itu juga, berdasarkan hasil penelitian masih terdapat


kendala yang berkaitan dengan distribusi obat dan bahan medis habis
pakai yaitu ruang distribusi/ pelayanan di apotik belum tersedianya ruang
khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan penyimpanan barang.
Maka dapat dikatakan belum sesuai dengan standar pelayanan farmasi di
rumah sakit yang sudah ditetapkan di Permenkes Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 mengenai ruang distribusi/pelayanan yang
cukup seluruh kegiatan farmasi rumah sakit meliputi:

a. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (apotik)


b. Ada ruang khusu/terpisah untuk penerimaan resep dan
persiapan obat
c. Ruangan distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit
farmasi)
d. Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan seperti:

125
1. Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang
dan penyimpnan barang
2.Dilengkapi kereta dorong trolley

Jika belum tersedianya ruang khusus/terpisah antara ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang di apotik, maka dapat menghambat dan mengganggu proses
berjalannya distribusi obat dan barang medis habis pakai maupun pelayanan yang
sedang dilakukan di apotik.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maulidah (2017) yang mengatakan
bahwa salah satu hambatan tidak berjalannya sistem distribusi yaitu belum
tersedianya ruang khusus/terpisah antara ruangan penerimaan barang dengan ruang
penyimpanan barang di apotik, maka perlu dilakukan pemisahan diantara kedua
tersebut.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa lengkap atau tidaknya suatu fasilitas atau
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh rumah sakit akan
mempengaruhi terhadap kegiatan pengelolaan distribusi obat dan bahan
medis habis pakai, sehingga dengan kelengkapan sarana dan prasarana
yang ada, maka dapat dinilai apakah pengelolaan distribusi obat dan bahan
medis habis pakai berjalan dengan lancar atau tidak. Kegiatan akan
terlaksana dengan baik jika segala fasilitas atau sarana dan prasarana
dilihat cukup baik dan lengkap.

C. Prosedur

Input distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi


Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan salah satunya membahas
bagaimana input prosedur yang digunakan yaitu standar operasional
prosedur (SOP) yang mempengaruhi berjalannya distribusi obat dan
bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap. Input SOP pada
distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap RSU
Kota Tangerang Selatan ini bisa dilihat dari pelaksanaan SOP dan
kepatuhan pegawai terhadap SOP.

126
Berdasarkan telaah dokumen terdapat 3 (tiga) SOP yang berkaitan
dengan distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat
Inap

yaitu (1) SOP tentang distribusi obat dan bahan medis habis pakai di depo farmasi
(apotik), (2) SOP tentang distribusi bahan medis habis pakai di ruangan, dan (3) SOP
tentang pelayanan pasien di rawat inap. Namun masih jarangnya sosialisasi SOP yang
menyebabkan masih banyak SOP yang belum diketahui oleh petugas.

SOP jika dilihat dari fungsinya menjadi semakin penting karena SOP sendiri berfungsi
untuk membentuk sistem kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat
dipertanggungjawabkan, menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses
pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan
pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan;
menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik; serta menetapkan hubungan
timbal balik antar satuan kerja (Atmoko, 2010).

Selanjutnya input SOP juga bisa dilihat dari segi pelaksanaan dan
kepatuhan petugas terhadap SOP, berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa pelaksanaan SOP terkait distribusi obat dan bahan medis habis
pakai sudah semua dilaksanakan namun masih ada beberapa alur yang
terdapat didalam SOP yang belum dilakukan. Hal ini dikarenakan belum
semua SOP tersosialisasikan kepada pegawai. SOP yang belum
sepenuhnya terlaksana juga disebabkan tidak adanya fungsi pemantauan
dan evaluasi SOP sehingga terlaksananya atau tidaknya SOP tidak bisa
dilihat sepenuhnya yang menyebabkan tidak adanya tindakan tegas bagi
yang tidak melaksanakan, hal ini juga menyebabkan tidak adanya efek
jera bagi petugas. Selain itu bentuk kepatuhan terhadap SOP sendiri
belum semua petugas patuh baik pegawai instalasi farmasi maupun
perawat, karena hal ini disebabkan terkadang masih ada petugas yang
belum mengetahui kalau tindakan yang diambil oleh petugas tersebut ada
standar

127
operasional prosedurnya atau tidak dan hal ini juga disebabkan karena
belum semua SOP tersosialisasikan.

Berdasarkan hasil penelitian, pegawai belum penah mengetahui


bentuk dokumen dari SOP itu sendiri dan belum pernah ada sosialisasi
terkait SOP. Pentingnya sosialisasi ini sejalan dengan penelitian Judha
(2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
anatara tingkat pengetahuan petugas dengan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan SOP yang pengetahuan itu salah satjnya bisa didapatkan
melauli pengadaan sosialisasi. Pernayataan sebelumnya juga sejalan
dengan penelitian Natasia (2014) yang juga menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan anatara tingkat pengetahuan petugas dengan
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP yang pengetahuan.

Berdasarkan hasil penelitian, memang belum pernah ada


pemantauan atau evaluasi terkait SOP, jadi belum ada sistem pemantauan
dan evaluasi yang teratur. Tidak adanya sistem pemantauan dan evaluasi
yang teratur ini menjadikan alur kerja distribusi obat dan bahan medis

habis pakai yang diberikan rumah sakit belum sepenuhnya sesuai dengan
pedoman yang ada dan hal ini bisa menyebabkan kemungkinan
terjadinya kesalahan-kesahalan selama proses distribusi. Hal ini
menunjukkan pentingnya pemantauan dan evaluasi SOP.

Pentingnya dilakukan pemantauan dan evaluasi yang juga sejalan


dengan penelitian yang dikemukakan oleh Rahmah (2008) yang
mengharuskan adanya pemantauan dan evaluasi untuk berjalannya suatu
proses pelayanan dengan baik karena dengan monitoring dapat melacak
kinerja yang nyata terhadap apa yang direncanakan atau diharapkan
dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan sebelumya.
Monitoring meliputi kegiatan pengumpulan dan analisis data tentang
proses dan hasil dari pelaskanaan program atau kegiatan dan memberikan
rekomendasi untuk tindakan koreksi untuk melakukan tindakan koreksi.
Monitoring pengendalian adalah tindak lanjut dari monitoring.

128
Monitoring sebenarnya lebih ditekankan pada kegiatan
mencermati proses pelaksanaan kegiatan serta adanya perubahan

lingkungan organisasi. Hasil monitoring akan memberikan umpan balik, apakah


kegiatan dapat berjalan semestinya, ataukah terjadi adanya penyimpanan dari yang
direncanakan, atau bahkan perencanaan yang tidak tepat atau menjadi tidak tepat
oleh adanya perubahan lingkungan. Hasil monitoring dipakai sebagai dasar tindakan
koreksi dan atau penyesuaian. Pengertian inilah yang dimaksud sebagai
pengendalian, sehingga sering pengendalian tidak dapat dipisahkan atau bahkan sulit
dibedakan dengan monitoring itu sendiri. Monitoring dan pengendalian adalah
sebuah kesatuan kegiatan yang sering juga disebut sebagai on-going evaluation atau
former evaluation (Rahmah, 2008).

Maka dapat disimpulkan, bahwa permasalahan substansi masukan/input SOP yang


berhubungan dengan sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di instalasi
rawat inap adalah tidak dilakukannya pengecekan persediaan atau cek fisik bahan
medis habis pakai yang ada di
ruang rawat inap oleh petugas gudang serta tidak dilakukan pengecekan
jumlah bahan medis habis pakai (BMHP) dengan surat bukti barang
keluar (SBBK) bersama antara petugas gudang farmasi dengan unit
pelayanan yang meminta termasuk ruang rawat inap. Maka perlu
dilakukannya sosialisasi SOP kepada pegawai terkait distribusi obat dan
bahan medis habis pakai dan perlu dilakukan pemantauan serta evaluasi
terhadap kinerja pegawai pada saat pelaksanaan dengan yang sudah
ditetapkan didalam standar operasional prosedur.

6.4 Proses Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Proses merupakan tahapan dari suatu sistem yang sudah dan sedang
berjalan. Tahapan dari sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat
Inap terdiri dari proses administrasi, proses penyampaian berita, proses
pengeluaran fisik barang, proses angkutan, serta proses pembongkaran dan
pemuatan barang.

129
1. Proses Administrasi

Proses administrasi merupakan keseluruhan kegiatan yang berkaitan


dengan pencatatan dalam pelaksanaan distribusi obat dan BMHP serta penyusunan
laporan yang berkaitan dengan distribusi secara rutin atau tidak rutin dalam periode
bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan.

Pelaporan dokumen atau data-data yang berkaitan dengan distribusi obat dan bahan
medis habis pakai merupakan rangkaian kegiatan pengelolaan obat secara tertib
mulai dari saat obat diterima, disimpan hingga didistribusikan. Tujuannya adalah agar
tersedia data mengenai jenis dan jumlah permintaan, penerimaan, persediaan,
pengeluaran atau pengguna dan data mengenai waktu dari seluruh rangkai kegiatan
mutasi obat (Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010).

Adapun dokumen-dokumen distribusi obat dan bahan medis habis pakai yang perlu
untuk dilaporkan terdiri dari laporan penerimaan barang, laporan permintaan
barang, dan laporan pengeluaran barang. Laporan

penerimaan barang dibuat tujuannya untuk mengetahui jumlah pembelian


barang farmasi di suatu rumah sakit dalam satu periode waktu tertentu
minimal 1 bulan sekali (Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan,
2010). Sedangkan laporan mutasi atau pengeluaran barang dalam satu
periode waktu, minimal setiap 6 bulan sekali (Febriawati, 2013).
Sementara itu, laporan permintaan barang dilakukan dalam satu periode
waktu tertentu. Sehingga dari pelaporan dokumen-dokumen ini suatu
instansi bisa melakukan evaluasi pada setiap rangkaian kegiatan distribusi
obat dan bahan medis habis pakai (Sarmini, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian, pelaporan dokumen-dokumen


distribusi obat dan bahan medis habis pakai dilakukan secara rutin baik
oleh petugas apotik, petugas farmasi maupun kepala instalasi farmasi.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan dokumen terkait distribusi obat dan
bahan medis habis pakai di instalasi rawat inap sudah mulai berjalan
meskipun terkadang masih suka mengalami keterlambatan dalam
pelaporannya. Terlambatnya

130
pelaporan dokumen terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai
disebabkan banyaknya tugas dan tanggung jawab lain yang harus
dilakukan

oleh petugas apotik, petugas gudang dan kepala instalasi farmasi yang menyebabkan
tertundanya pencatatan hingga berdampak pada terlambatnya pelaporan dokumen
distribusi obat dan bahan medis habis pakai tersebut. Padahal beberapa dokumen
seperti buku pengeluaran dan surat bukti barang keluar sangat diperlukan untuk
perencanaan pembelian obat dan bahan medis habis pakai di instalasi farmasi.

Laporan terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai yang dibuat dan
dilaporkan oleh petugas dan kepala instalasi farmasi terdiri dari laporan mutasi
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dan laporan semesteran sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai. Laporan tesebut akan dilaporkan kepada
kepala isntalasi farmasi RSU Kota Tangerang Selatan. Namun sejauh ini belum ada
kegiatan evaluasi yang dilakukan dari pihak manajemen RSU Kota Tangerang Selatan
maupun kepala instalasi farmasi itu sendiri yang berkaitan dengan distribusi obat
dan bahan medis
habis pakai. Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara kepada
informan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RS Mulya


Tangerang Tahun 2014 bahwa dalam proses administrasi belum pernah
dilakukan kegiatan evaluasi terhadap dokumen-dokumen yang terkait
dalam penyimpanan dan distribusi. Evaluasi dapat dikatakan penting
karena untuk melihat apakah suatu proses pelayanan sedang berjalan,
sudah sesuai dengan yang direncakan atau diharapkan.

Maka dapat disimpulkan, bahwa dengan dilakukannya proses


administrasi dalam pencatatan dan pelaporan diharapkan bisa menjadi
bahan evaluasi dan memberikan informasi yang akurat mengenai distribusi
obat dan bahan medis habis pakai di instalasi farmasi sehingga dapat
memudahkan penelusuran surat dan laporan, mendapat data atau laporan
yang lengkap untuk membuat perencanaan dan agar anggaran yang
tersedia
131
untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan
efektif.

2. Proses Penyampaian Berita

Proses penyampaian berita merupakan proses komunikasi atau


memberikan informasi antar petugas, baik petugas apotik dengan petugas
gudang farmasi, maupun petugas gudang farmasi dengan perawat, dan
petugas apotik dengan perawat terkait permintaan obat dan bahan medis
habis pakai. Komunikasi atau memberikan infromasi yang dimaksud bisa
secara langsung, secara tertulis ataupun sistem komputerisasi. Proses
penyampaian berita di RSU Kota Tangerang Selatan dalam distribusi obat
dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh petugas yang bertanggung
jawab seperti petugas apotik, petugas gudang maupun perawat diruangan.
Hal ini sejalan dengan penelitian di RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga
tahun 2009 yang mengatakan bahwa penyampaian berita merupakan
komunikasi dalam hal pengiriman, dan penerimaan informasi dalam
organisasi yang kompleks yang meliputi komunikasi internal, hubungan

manusia, komunikasi downward atau komunikasi dari atas kepada


bawahan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang
sama tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi, dan
proses mendengarkan.

Metode proses penyampaian berita di RSU Kota Tangerang


Selatan dilakukan dengan metode berkomunikasi langsung dan tertulis
dengan memberikan form permintaan obat dan bahan medis habis pakai
dari apotik ke gudang maupun form permintaan barang medis habis pakai
dari ruang rawat inap ke gudang farmasi serta pemberian resep pasein
yang ditulis secara manual oleh dokter untuk diberikan kepada perawat
kemudian perawat memberikan ke apotik. Hal ini sejalan dengan
penelitian di salah satu rumah sakit yang mengatakan bahwa proses
penyampaian berita dapat dilakukan dengan komunikasi langsung maupun
dengan menulis secara manual. Seiring dengan era informasi yang terus
berkembang saat ini, pola komuniaksi yang terjadi antara individu semakin

132
berkembang. Hal ini tidak

133
terlepas dari penggunaan teknologi komunikasi yang semakin canggih
untuk membantu manusia dalam berkomunikasi salah satunya sistem
informasi di rumah sakit (Rahayu, 2006).

Adapun tahapan dalam penulisan form permintaan barang di RSU Kota Tangerang
Selatan adalah menulis orang yang menerima dari bagian apa misalnya dari bagian
ruang perawatan nifas, kemudian menuliskan nomor, nama dan kode barang, jumlah
yang diminta, satuan barang, tanggal pemnerian form, dan tanda tangan, nama, NIP
pangkat/golongan yang minta maupun yang menyerahkan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proses penyampaian


berita dalam distribusi obat dan bahan medis habis pakai masih dilakukan dengan
cara tertulis atau manual. Sehingga masih terdapat kendala dalam proses
penyampaian berita dalam distribusi obat dan bahan medis habis pakai di RSU Kota
Tangerang Selatan, berdasarkan hasil wawancara kendala tersebut adalah
belum dilakukannya sistem
komputerisasi pada penulisan form permintaan barang dan penulisan resep

pasien yang masih ditulis secara manual atau tulis tangan. Oleh karena itu,
disarankan untuk dikembangkan lagi sistem informasi di rumah sakit
berbasis komputer on-line yang sudah terhbung dengan Local Area
Network (LAN) untuk lebih mempermudah dan mengurangi kesalahan
dalam proses penyampaian berita. Karena sistem informasi rumah sakit
yang ada di instalasi farmasi saat ini, hanya untuk mengentry data resep,
billing harga dan cek persediaan barang.

3. Proses Pengeluaran Fisik Barang

Kegiatan pengeluaran fisik barang (obat dan bahan medis habis


pakai) di lakukan oleh petugas apotik maupun petugas di gudang farmasi
RSU Kota Tangerang Selatan. Pengeluaran fisik barang dari apotik
dilakukan setelah adanya permintaan atau masuknya resep dari unit yang
membutuhkan seperti rawat inap dan rawat jalan. Sedangkan pengeluaran
fisik barang dari gudang farmasi dilakukan setelah adanya permintaan

134
barang dari apotik dan unit lain yang membutuhkan. Berdasarkan standar
prosedur operasional pengeluaran fisik barang yang berlaku di RSU Kota

Tangerang disebutkan bahwa pengeluaran fisik barang harus dilakukan melalui


gudang farmasi sebelum digunakan ke unit-unit yang membutuhkan.

Sistem pengeluaran seperti ini merupakan jenis sistem pengeluaran satu pintu.
Sistem satu ointu yaitu suatu sistem pengeluaran fisik barang yang dilakukan hanya
melalui satu unit saja, satu sistem dan satu pengawasan (Depkes, 1996). Keuntungan
menggunakan sistem ini yaitu memudahkan petugas dalam melakukan monitoring
barang farmasi dan menjamin mutu barang farmasi yang dikeluarkan.

Sistem pengeluaran fisik barang yang dilakukan adalah dengan memperhatikan


sistem FIFO/FEFO. Pengeluaran dengan memperhatikan sistem FIFO/FEFO
dimaksudkan agara setiap persediaan barang yang terdapat di gudang farmasi
dan apotik terhindar dari kadaluarsa.
Sebagaiman tujuan dari distribusi obat dan bahan medis habis pakai yang

dilakukan adalah menjaga mutu persediaan obat dan bahan medis habis
pakai serta meminimalisir terjadinya kerugian akibat obat rusak/atau
kadaluarsa. Selain itu, sistem pengeluaran fisik barang juga menjadi salah
satu indikator penilaian efisiensi atau ouput yang diharapkan dari sistem
distribusi obat dan bahan medis habis pakai. Semakin diperhatikannya
sistem FIFO/FEFO dalam pengeluaran obat dan bahan medis habis pakai,
maka semakin efisien juga sistem distribusi obat dan bahan medis habis
pakai (Depkes, 1996).

Pencatatan yang dilakukan pada saat pengeluaran obat dan bahan


medis habis pakai dimulai dari pencatatan pada buku pengeluaran fisik
barang oleh unit yang membutuhkan kemudian melakukan pencatatan
pada masing-masing kartu stock barang (obat dan bahan medis habis
pakai) yang akan dikeluarkan. Selanjutnya petugas membuat surat bukti
barang keluar (SBBK) atau surat mutasi. Kedua dokumen ini dapat
menampilkan data mengenai nama barang yang keluar, satuan barang,
tanggal masuk atau
135
keluarnya barang, jumlah barang yang masuk, jumlah barang yang keluar,
jumlah barang yang tersisa dipenyimpanan dan keterangan expire date
serta

paraf dari petugas yang mengambil barang). Hal ini sejalan dengan teori cara
menampilkan data pada barang yang keluar yaitu menuliskan tanggal pengeluaran,
unit penerima, nama dan jenis obat yang dikeluarkan sehingga bisa mendeteksi jika
terjadi ketidaksesuaian jumlah obat (Febriawati, 2013).

Hal ini sesuai dengan pedoman yang dibuat oleh Dirjend Binakefarmasian dan Alat
Kesehatan (2010) yang menyebutkan bahwa pada proses pengeluaran terdapat
beberapa dokumen pencatatan yang harus dibuat anatara lain buku harian
pengeluaran obat dan surat bukti pengeluaran obat. Namun dalam proses ini masih
ditemukan kendala yaitu masih ditemukan perbedaan jumlah barang yang keluar,
perbedaan jumlah tersebut terjadi di kartu stok dengan jumlah yang ada ditempat
penyimpan, hal ini terjadi akibat ketidaktelitian petugas dalam mengambil dan
menghitung barang yang diambil dengan yang ditulis. Sehingga petugas disarankan
untuk berhati-hati dan teliti dalam melakukan pengeluaran fisik
barang.

4. Proses Angkutan

Proses angkutan distribusi obat dan bahan medis habis pakai di


instalasi rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan merupakan proses
pemindahan barang setelah dilakukan pengeluaran fisik barang terhadap
barang yang diminta, baik pemindahan obat dan bahan medis habis pakai
dari gudang ke apotik maupun dari apotik ke ruang rawat inap dan dari
gudang ke ruang rawat inap. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Srianto (2006) yang mengartikan bahwa proses angkutan
dilakukan untuk mempermudah seorang dalam memindahkan barang-
barangnya, baik barang perdagangan barang prosuksi ke suatu tempat atau
daerah tertentu maka diperlukan suatu pengangkutan.

136
Proses angkutan ini dilakukan oleh petugas gudang dan perawat.
Alat pengangkut yang digunakan dalam distribusi obat dan bahan medis

habis pakai dari gudang ke apotik menggunakan trolley dan kardus, begitupun juga
distribusi bahan medis habis pakai dari gudang ke ruang rawat inap menggunakan
trolley dan kardus. Tahapan dalam penyusunan barang dialat angkut adalah
mempersiapkan barang yang akan di distribusikan terlebih dahulu, kemudian
dimasukan ke dalam kardus untuk penyimpanan sementara yang sudah dimasukan
sesuai ruangan, lalu diletakan serta disusun secara rapih di trolley berdasarkan bahan
yang bersifat cair atau injeksi terlebih dahulu kemudian terakhir di distribusikan ke
setiap ruangan. Hal ini sejalan dan sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Prof.
Abdulkadir Muhammad, SH mengenai aspek pengangkutan yang dapat diketahui dari
definisi pengangkutan adalah:

Pelaku, yaitu orang atau petugas yang melakukan pengangkutan.

Alat pengangkut, yaitu alat yang digunakan untuk menyelenggaran pengangkutan.


Alat ini digunakan secara mekanik dan memenuhi syarat
undang-undang, seperti kendaraan bermotor, mobil, trolley, kapal laut,
kapal udara dan lain-lain.
c. Barang/penumpang, yaitu muatan yang diangkut. Barang muatan yang
diangkut adalah barang perdagangan yang sah menurut undang-
undang. Dalam hal ini yaitu obat dan bahan medis habis pakai.
d. Perbuatan, yaitu kegiatan mengangkut barang sejak pemuatan sampai
dengan penurunan ditempat tujuan yang ditentukan.
e. Fungsi pengangkutan, yaitu meningkatkan kegunaan dan nilai-nilai
barang atau penumpang (tenaga kerja).
f. Tujuan pengangkutan, yaitu sampai atau tiba di tempat tujuan yang
ditentukan dengan selamat.

Namun berbeda dengan alat angkut yang digunakan oleh perawat


dalam distribusi obat dan bahan medis habis pakai dari apotik ke ruang
rawat inap, perawat menggunakan alat angkut berupa kursi roda jika
barang yang diminta banyak, sedangkan jika barang yang diminta
sedikit maka

137
perawat lebih memilih untuk mengangkut dengan tangan perawat tersebut.
Hal ini tidak sesuai dengan standar pelayanan farmasi di rumah sakit pada

Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 yang menjelaskan bahwa distribusi


untuk melayani kebutuhan ruangan dilengkapi dengan kereta dorong atau trolley.
Sehingga ini merupakan kendala yang terjadi pada saat distribusi di instalasi rawat
inap RSU Kota Tangerang Selatan, karena rawat inap belum memiliki trolley khusus
yang mengakibatkan perawat terpaksa menggunakan kursi roda pasien. Padahal
fungsi dari kursi roda itu sendiri adalah salah satu alat bantu bagi penyandang cacat
kaki untuk dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, baik ditempat datar
maupun tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi (Batan, 2006).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses angkutan yang


dilakukan udah sesuai dengan standar. Hanya saja ada satu kendala yaitu alat angkut
yang digunakan oleh perawat adalah kursi roda, kursi roda tersebut digunakan oleh
perawat sebagai alat distribusi obat dan bahan medis habis pakai pada saat
melakukan permintaan barang dari ruang
rawat inap ke apotik. Oleh karena itu, dapat disarankan untuk
merencanakan trolley baru dan khusus di ruang rawat inap yang akan
digunakan secara bersamaan antar rawat inap dengan sistem POS, sistem
POS ini merupakan salah satu perawat di masing-masing ruangan, ada
yang bersedia menjadi koordinator dalam distribusi obat dan barang medis
habis pakai, dimana koordinator tersebut akan secara bergantian di setiap
harinya untuk mengambil barang di apotik dengan menggunakan trolley
khusus di rawat inap sehingga sistem POS ini akan lebih efektif dan
efisien dalam proses angkutan barang di Instalasi Rawat Inap.

5. Proses Pembongkaran dan Pemuatan

Proses selanjutnya yaitu proses terakhir yang dilakukan dalam


distribusi obat dan bahan medis habis pakai yaitu proses pembongkaran
dan pemuatan di Instalasi Rawat Inap. Proses pembongkaran merupakan
proses setelah barang sampai diruang rawat inap dan diturunkan kemudian
serah terima di instalasi rawat inap, begitu juga dengan dari gudang
farmasi ke
138
apotik. Sedangkan proses pemuatan merupakan proses penempatan barang
di tempat penyimpanan yang ada diruang rawat inap dari gudang farmasi,

serta pemuatan di apotik dari gudang farmasi. Berdasarkan hasil wawancara, Seluruh
informan menjelaskan bahwa tenaga yang terlibat dalam proses pembongkaran dan
pemuatan adalah petugas gudang dan perawat diruangan.

Berdasarkan standar operasional prosedur, barang yang akan diterima di instalasi


rawat inap pada saat sebelum dilakukan proses pembongkaran perlu dilakukan
pengecekan barang terlebih dahulu. Hal ini untuk melihat apakah barang yang
didistribusikan sudah sesuai dengan yang diminta baik dari segi jumlah, jenis ataupun
keamanan barang tersebut. Namun berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
proses pengecekan yang dilakukan sebelum proses pembongkaran tidak dilakukan
terlebih dahulu oleh pegawai gudang dan perawat. Jadi dapat dikatakan bahwa
proses pembongkaran belum sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Hal ini
dikarenakan ketidakpedulian perawat dalam hal pengecekan barang.

Sehingga perawat akan baru akan sadar ketika terdapat kesalahan pada
obat dan bahan medis habis pakai di saat obat dan barang medis habis
pakai tersebut akan diberikan ke pasien.

Setelah proses pembongkaran, maka dilakukan proses pemuatan


barang ditempat penyimpanan barang yang tersedia diruang rawat inap.
Proses pemuatan disimpan berdasarkan tempat penyimpannya. Jika obat
maka disimpan dilemari/rak obat yang tersedia dirawat inap, begitu pula
dengan bahan medis habis pakai. Proses pemuatan barang di rawat inap
tidak menggunakan metode FIFO/FEFO, melainkan barang yang datang
langsung diletakkan begitu saja di tempat penyimpanannya.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses


pembongkaran belum sesuai dengan standar operasional prosedur yang
sudah ditetapkan di RSU Kota Tangerang Selatan, karena belum dilakukan
pengecekan terlebih dahulu pada obat dan bahan medis habis pakai yang
sudah didistribusikan. Maka dapat disarankan perlu dilakukannya

139
pemantauan pada saat dilakukan proses pembongkaran oleh kepala bagian
penyimpanan dan distribusi/kepala gudang farmasi agar proses
pembongkaran dapat dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
perawat bisa patuh terhadap standard yang ditetapkan. Begitu pula dengan
proses pemuatan, perlu dilakukan metode FIFO/FEFO pada saat proses
pemuatan di tempat penyimpanan agar obat dan bahan medis habis pakai
yang akan diberikan kepada pasien terjaga keamanannya.

6.4 Ouput Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Output dari distribusi obat dan bahan medis habis pakai di instalasi
rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan adalah ketersedianya obat dan bahan
medis habis pakai yang disalurkan dari instalasi farmasi ke instalasi rawat
inap dengan tetap menjaga keamanan, tepat jenis, tepat jumlah dan tepat
waktu pada saat distribusi obat dan bahan medis habis pakai di instalasi rawat
inap. Ketersediaan perbekalan farmasi merupakan salah satu aspek yang
sangat penting pada suatu pelayanan kesehatan karena penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi
dengan obat atau farmakoterapi. Sehingga keberadaan perbekalan farmasi di
rumah sakit menjadi penting dan harus selalu tersedia, sebab jika rumah sakit
tidak dapat menyediakan obat maka proses pelayanan di rumah sakit akan
terhambat. Karena obat merupakan barang penting yang harus tersedia di
rumah sakit, maka setiap rumah sakit harus berupaya untuk melakukan
pengelolaan obat termasuk kegiatan pengawasan atau pengendalian
persediaan yang berfungsi untuk menciptakan keseimbangan antara
persediaan dan permintaan (Aditama, 2003).

Ketersediaan obat di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan


pada tahun lalu (2016) sering di temukan stok yang kosong di gudang farmasi
selain itu juga terdapat obat yang memiliki jumlah yang hampir habis.
Diketahui bahwa terdapat sebanyak 30 macam obat dan 35 macam obat yang
mempunyai stok yang hampir habis di gudang farmasi RSU Kota Tangsel dan
dari 65 jenis obat yang kosong dan hampir habis 32.30% dari jumlah tersebut
adalah obat yang dibeli pada saat pengadaan. Hal ini tidak sejalan dengan
indikator yang
140
telah ditetapkan oleh Dirjend Bina Kefarmasian dan alat kesehatan 2010
bahwa persentase stok mati seharusnya 0% atau tidak sama sekali ada
kekosongan
obat.

Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa gudang farmasi RSU Kota Tangerang
Selatan belum mempunyai ketersediaan obat yang cukup untuk kebutuhan rumah
sakit. Kekosongan dan kekurangan obat di gudang menjadi salah satu masalah dalam
ketersedian obat di gudang. Selain itu berdasarkan wawancara masih ditemukan
ketidaktepatan jumlah dan jenis obat dan bahan medis habis pakai yang diminta
dengan yang didistribusikan.

Menurut Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil
diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan. Dengan
masih adanya obat dan bahan medis habis pakai yang mengalami kekosongan dan
kadaluarsa serta ketidaktepatan jenis, gudang farmasi seharusnya menginkatkan
pengelolaan persediaan dan pemantauan yang lebih efektif dan efisien agar
kebutuhan obat di rumah sakit dapat terpenuhi dengan
baik dan rumah sakit tidak mengalami kerugian.
Gusti (2008) mengatakan bahwa output adalah barang atau jasa yang
dihasilkan secara langsung dari pelaksanaan kegiatan berdasarkan input yang
digunan. Bagusnya pencapaian output tidak lepas dari baiknya input yang
dimiliki, begitu juga sebaliknya apabila input yang dimiliki tidak baik, maka
output yang dihasilkan akan tidak baik juga.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan data yang


diperoleh masih ada obat-obatan yang mengalami kekosongan dan
kadaluarsa. Dengan masih adanya permasalah tersebut makan dapat dikatakan
bahwa input masih kurang baik diantaranya sumber daya manusia yang
kurang, prosedur kerja yang tidak dilakukan sesuai standar operasional
prosedur, dan sarana yag belum memadai serta proses dari distribusi obat dan
bahan medis habis pakai di instalasi rawat inap.

141
142
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
1. Input dari sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan masih kurang, baik dari sumber
daya manusia yang terkait, sarana dan prasana yang digunakan pada saat
dilakukan distribusi, serta belum tersosialisasi dan belum patuh serta
belum dilakukan pemantauan dan evaluasi terhadap prosedur kerja yang
terdapat di standar operasional prosedur terkait distribusi.
2. Proses dari sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan belum dilakukan sesuai dengan
alur distribusi baik dalam proses administrasi, proses penyampaian berita,
proses pengeluaran fisik barang, proses angkutan, dan proses
pembongkaran serta pemuatan.
3. Output dari sistem disribusi obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi
Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan masih terdapat kekosongan obat
sebanyak 30 macam obat dan 35 macam obat yag mempunyai stok hampir
habis, sehingga tidak sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan oleh
Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2010 yaitu presentase
stok mati seharusnya 0% yang mengakibatkan masih terjadi ketidaktepatan
dalam pemberian jenis maupun jumlah pada obat dan bahan medis habis
pakai serta masih ditemukan ketidakamanan atau rusak pada obat dan
bahan medis habis pakai.
4. Prosedur kerja belum dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur yang
sudah ditetapkan dan terjadinya keterlambatan dalam pendistribusian obat
dan BMHP disebabkan sistem sentralisasi yang digunakan di Instalasi
Farmasi mengakibatkan masih kurangnya SDM terutama di Apotik dan
tidak dilakukan pengecekan obat dan BMHP terlebih dahulu pada saat
dilakukannya distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap.

143
7.2 Saran
1. Kepala Instalasi Farmasi
a. Melakukan sosialisasi terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP)
terkait distribusi obat dan bahan medis habis pakai ke pegawai.
b. Diperlukan pemantauan dan evaluasi terdapat prosedur kerja pegawai
agar pegawai taat dan patuh melaksanakan distribusi sesuai dengan
standar yang sudah ditetapatkan (SOP).
c. Mengembangkan sistem informasi rumah sakit (SIRS) yang sudah ada
untuk dapat memperbarui dan mempermudah proses penyampaian
berita dalam distribusi obat dan bahan medis habis pakai.
2. Apotik
a. Pegawai perlu mengikuti pelatihan khusus terkait distribusi obat dan
bahan medis habis pakai.
b. Perlu penambahan spot baru pada ruangan agar tepisahnya antara
ruangan penyimpanan dengan ruangan penerimaan obat pada saat
distribusi
3. Gudang Farmasi

a. Pengambilan atau mempersiapkan obat dan bahan medis habis pakai


yang ada pada resep pada saat pelayanan di apotik, sebaiknya SDM
yang tersedia di gudang dapat membantu pelayanan tersebut diapotik.
b. Pegawai perlu mengikuti pelatihan khusus terkait distribusi obat dan
bahan medis habis pakai.
4. Instalasi Rawat Inap
a. Perlu direncanakan atau diadakan trolley khusus di Instalasi Rawat
Inap dan kendaraan roda dua untuk gudang farmasi.
b. Perlu dilakukan sistem POS pada perawat yang ada di Instalasi Rawat
Inap dalam melakukan distribusi obat dan bahan medis habis pakai
(BMHP).

144
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Y. (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2.
Jakarta: UI-Press.
American Society of Hospital Pharmacist. (2002). ASHP Guideline on Preventing
Medication Errors in Hospital. Am J Hosp Phrarm 50:305-14
Anggita, Dhita. (2012). Analisis Waktu Tunggu Pemberian Informasi Tagihan
Pasien Pulang Rawat Inap di RS Graha Permata Ibu Tahun 2012.
Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Depok:
Universitas Indonesia.
Atmoko, Tjipto. (2010). Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas
Kinerka Instansi Pemerintah. Diakses dari: http://e-
dokumen.kemenag.go.id/files/BX32jRZz1284857253.pdf pada 25 Mei
2017.
Azwar, Saifuddin. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1994). Standar Peralatan, Ruang
dan
Tenaga Rumah Sakit. Jakarta: Dirjen Pelayanan Medis.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1333/Menkes/SK/XII/1999.
Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonseia.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor: 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Diansari, Iva. (1997). Analisis Distribusi Obat dan Alat Kesehatan pada Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Puri Cinere. Tesis: Universitas Indonesia.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alkes. (2014). Evaluasi dan
Implementasi Catalogue Obat.
Dirgagunarsa, Sefanya A. (2010). Analisis Sistem Distribusi Obat dan Alat
Kesehatan di Departemen Rawat Inap Rumah Sakit Royal Taruma
Tahun 2010. Tesis: Universitas Indonesia.
Erniati, Cut dan Teridah Sembiring. (2012). Pengaruh Fasilitas dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia terhadap Produktivitas Kerja
Studi Kasus PTPN. Medan: Darma Agung.
Febriawati, Henni. (2013). Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Jakarta:
Gosyen Publishing. Hal. 38, 66.
Gale, Nicola K, DKK. (2013). Using The Framework Method For The Anaysis Of
Qualitative Data In Multidusciplinary Health Research. Jurnal BMC
Medical Research Methodology.

145
George R. Terry. (1977). Principle Of Management, 7th Ed., Homewood Ilinois,
Richard D Irwill Inc.
Global Health Workforce Alliance. (2011). Rencana Pengembangan Tenaga
Kesehatan Tahun 2011 – 2015. Diakses dari:
http://www.who.int/workforcealliance/countries.inidonesia_hrhplan_201
1_2012.pdf pada 25 Mein 2017
Hakim, Lukman. (2011). Membangun Budaya Organisasi Unggul sebagai Upaya
Meningkatkan Kinerja Karyawan di Era Kompetitif. Surakarta: Benefit
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol 15, No. 2, hlm 148-148.
Hidayanti, Erika. (2017). Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinik di
Rumah Sakit X Tahun 2017. Skripsi. Program Studi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ilyas, Yaslis. (2004). Perencanaan SDM Rumah Sakit: Teori, Metoda, dan
Formula. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonseia.
Kartidjo, Pudhiastuti. (2007). Kuliah Tamu Program Profesi Apoteker Sekolah
Farmasi. ITB
Khadir, Muhammad. (1994). Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor: 340/Menkes/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah
Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Repbulik Indonesia. (2012). Pedoman Teknis Bagunan
Rumah Sakit Ruang Rawat Inap. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Maulidah, Paramita. (2017). Gambaran Pengelolaan dan Pengembangan
Promosi Klinik Edukasi Diabetes dan Perawatan Kaki Diabetes di
Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi Tahun 2017. Skripsi. Program
Studi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

146
Mardiyoko, I. (2008). Hubungan Kualifikasi Petugas Penerimaan Pasien Baru
Rawat Inap Dalam Kualitas Peayanan di RS Bethesda Yogyakarta.
Skripsi.Yogyakarta:FakultasIlmuKesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta.
Miles, Mathew B., and Huberman A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber tentang Metode-Metode Baru (Penerjemah Tjejep Rohendi Rohidi), Jakarta: UI-
Press.

Moleong, Lexy J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya:


Bandung.

Mulyono, Arif. (2009). Analisis Segmen, Target, Posisi Pasar, dan Alternatif Diferensiasi
Layanan di Instalasi Rawat Inap Umum RS Karya Husada Cikampek Tahun 2009. Skripsi.
Program Studi Kahian Administrasi Rumah Sakit. Depok: Universitas Indonesia.

Natasia, Nazvia. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan SOP


Asuhan Keperawatan di ICU-ICCI RSUD Gambiran Kota Kediri. Diakses dari:
http://jkb/ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/513/393 pada 20 Mei 2017.

Pedersen, Craig A, Philip J. Schneider, and Douglas J. Scheckelhoff. (2003). ASHP


National Survey of Pharmacy Practice in Hospital Setting : Dispensing and
Administration 2002. American Journal of Health-System Pharmacy. 2003;60(1).

Peraturan Menteri Kesehatan. (2014). Permenkes No. 56 Tahun 2014 tentang


Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Prof. Dr. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Rahmah, Annisa. (2008). Analisis Sistem Pemeliharan Peralatan Kesehatan di
Rumah Sakit Kota Medan. Diakses dari;
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6662/3/08E00700.pdf.txt
. pada 22 Mei 2017.
Rusdiana, M., & Moch. Irfan, S. M. (2014). Sistem Infomasi Manajemen.
Bandung: Pustaka Setia.
Shawahna, Ramzi., dan Nisar Ur Rahman. (2008). Prescribing Errors in
Psychiatry Departement: an Audit from a Hospital in Lahore. JPPS, 5(1):
31-33.
Siregar, J.P.C dan Amalia, L. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Jakarta: EGC. Hal. 7, 13-15, 17-19.
Sitorus R. & Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit: Penataan Struktur & Proses (Sistem) Pemberian Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: EGC

147
Soerjono Seto; Yunita Nita; dan Lily Triana. (2004). Manajemen Farmasi.
Surabaya: Airlangga University Press.
Srianto, Nugroho P. (2006). Tanggung Jawab Pengangkut Pada Perjanjian
Pengangkutan Barang Melalui Laut (PT. Salam Pasifik Indonesia
Lines). Skripsi. Surabaya: Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
Supartiasih, N. (2002). Analisa Sistem Distribusi Obat/Alat Kesehatan Habis
Pakau di Rawat Inap RS Karya Husada Cikampek. Tesis: Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Taxis, K; Dean, B; dan Barber, N. (1999). Hospital Drug Distribution System in
the UK and Germany: a study of medication errors. Pharmacy World
Science, 1: 25-31.

148
LAMPIRAN

Lampiran 1

Persetujuan Wawancara

149
Judul Penelitian : Gambaran Sistem Distribusi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017.
Dengan hormat,
Dengan ini, penulis memohon ketersediaan Bapak/Ibu untuk menjadi
informan dan memberikan keterangan secara luas, bebas, mendalam, benar dan
jujur. Hasil informasi dan keterangan ini akan digunakan sebagai masukan untuk
pengelolaan sistem distribusi obat dan BMHP di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan serta untuk melengkapi data
penelitian. Penulis memohon izin untuk merekam pembicaraan selama proses
wawancara berlangsung dan penulis menjamin untuk menjaga kerahasiaannya.
Hal tersebut digunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas ketersediaan
Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini, penulis mengucapkan banyak
terima kasih.

Hari/Tanggal :
Identitas Informan
Nama :
Pendidikan :
Lama Kerja :

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA
KEPALA BAGIAN PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI

150
RSU KOTA TANGERANG SELATAN

Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Jabatan :
Tanggal Wawancara :

SDM
1. Berapa jumlah petugas di instalasi farmasi yang ada sekarang?
2. Siapa yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan obat dan BMHP ke
instalasi rawat inap?
3. Apa saja latar belakang pendidikan pegawai di instalasi farmasi?
4. Apakah terdapat job desk atau uraian tugas untuk petugas di instalasi farmasi?
5. Berapa hari kerja pegawai di instalasi farmasi?
6. Bagaimana pengaturan shift pegawai di apotik?
7. Apakah sudah pernah ada pelatihan khusus untuk petugas di instalasi farmasi?
8. Kendala apa saja yang terjadi dalam distribusi obat dan BMHP di instalasi
rawat inap?
Sarana
1. Fasilitas apa saja yang telah tersedia di instalasi farmasi?
2. Fasilitas apa saja yang digunakan dalam distribusi oabat dan BMHP dari
instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
3. Apakah terdapat kendala pada sarana yang menghambat distribusi obat dan
BMHP di instalasi farmasi?
Prosedur
1. Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur kerja?
2. Apa saja prosedur yang terdapat dalam distribusi obat dan BMHP?
3. Apakah seluruh petugas distribusi obat dan BMHP telah mengetahui dan
menjalankan sesuai prosedur tersebut?
4. Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan prosedur distribusi obat dan
BMHP di instalasi rawat inap?

Proses Administrasi
1. Apakah terdapat pencatatan dan penyusunan laporan rutin atau tidak rutin
dalam proses distribusi obat dan BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi
rawat inap?

151
Proses Penyampaian Berita
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses penyampaian berita distribusi obat dan
BMHP?
2. Metode apa yang digunakan dalam proses penyampaian berita tersebut?
3. Kapan jadwal pelaksanaan penyampaian berita tersebut?
4. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses penyampaian berita?

Proses Pengeluaran Fisik Barang (Obat dan BMHP)


1. Siapa saja yang terlibat dalam proses pengeluaran fisik barang?
2. Metode apa yang digunakan dalam pengeluaran fisik barang di instalasi
farmasi?
3. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses pengeluaran fisik barang?

Proses Angkutan
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses angkutan distribusi obat dan BMHP dari
instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
2. Alat pengakut apa saja yang tersedia untuk melakukan distribusi obat dan
BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
3. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses angkutan barang tersebut?

Proses Pembongkaran dan Pemuatan


1. Bagaimana tahapan pembongkaran dan pemuatan obat dan BMHP yang
sudah di distribusikan di instalasi rawat inap?

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA
KEPALA BAGIAN PELAYANAN FARMASI RAWAT INAP

152
RSU KOTA TANGERANG SELATAN

Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Jabatan :
Tanggal Wawancara :

SDM
1. Siapa saja yang terlibat dalam distribusi obat dan BMHP?
2. Bagaimana peranan masing-masing pegawai dalam distribusi obat dan BMHP?
3. Apa saja latar belakang pendidikan pegawai di intalasi farmasi?
4. Apakah terdapat job desk atau uraian tugas untuk petugas distribusi obat dan
BMHP?
5. Berapa kali dalam seminggu di lakukannya distribusi obat dan BMHP ke
instalasi ranap?
6. Apakah sudah pernah ada pelatihan khusus untuk petugas di instalasi farmasi?
7. Kendala apa saja yang terjadi dalam distribusi obat dan BMHP di instalasi
rawat inap?
Sarana
1. Fasilitas apa saja yang sudah tersedia di instalasi farmasi?
2. Fasilitas apa saja yang sudah tersedia dalam melaksanakan distribusi obat dan
BMHP ke instalasi ranap?
3. Apa terdapat kendala pada sarana yang menghambat distribusi obat dan
BMHP?
Prosedur
1. Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur kerja?
2. Apa saja prosedur yang terdapat dalam distribusi obat dan BMHP?
3. Apakah seluruh petugas distribusi obat dan BMHP telah mengetahui dan
menjalankan sesuai prosedur tersebut?
4. Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan prosedur distribusi obat dan
BMHP di instalasi rawat inap?

Proses Administrasi
1. Dalam periode apa dilakukannya pencatatan dan penyusunan laporan
distribusi obat dan BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
Proses Penyampaian Berita
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses penyampaian berita?

153
2. Metode apa yang digunakan dalam proses penyampaian berita tersebut?
3. Kapan jadwal pelaksanaan penyampaian berita tersebut?
4. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses penyampaian berita?

Proses Pengeluaran Fisik Barang (Obat dan BMHP)


1. Siapa saja yang terlibat dalam pengeluaran fisik barang?
2. Metode apa yang digunakan dalam pengeluaran fisik barang di instalasi
farmasi?
3. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses pengeluaran fisik barang?

Proses Angkutan
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses angkutan distribusi obat dan BMHP ke
instalasi ranap?
2. Alat pengakut apa saja yang tersedia dalam melakukan distribusi obat dan
BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
3. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses angkutan barang tersebut?

Proses Pembongkaran dan Pemuatan


1. Bagaimana tahapan pembongkaran dan pemuatan obat dan BMHP yang
sudah di distribusikan di instalasi rawat inap?

Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA
PETUGAS PELAKSANA DISTRIBUSI
RSU KOTA TANGERANG SELATAN

154
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Jabatan :
Tanggal Wawancara :

SDM
1. Siapa yang terlibat dalam distribusi obat dan BMHP?
2. Bagaimana peranan-peranan pegawai dalam distribusi obat dan BMHP?
3. Apakah terdapat job desk atau uraian tugas untuk petugas di instalasi farmasi?
4. Berapa kali dalam seminggu dilakukannya distribusi obat dan BMHP di
instalasi ranap?
5. Apakah sudah pernah ada pelatihan khusus untuk petugas di instalasi farmasi?
6. Kendala apa saja yang terjadi dalam distribusi obat dan BMHP di instalasi
rawat inap?
Sarana
1. Menurut Bapak/Ibu, sarana apa saja yang dibutuhkan saat ini dalam distrubusi
obat dan BMHP?
2. Menurut Bapak/Ibu, apakah terdapat permasalahan yang dirasakan dalam hal
sarana yang dapat menghambat pelaksanaan distribusi obat dan BMHP di
instalasi rawat inap?
Prosedur
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jika dalam pelaksanaan distribusi obat dan
BMHP memiliki prosedur?

Proses Penyampaian Berita


1. Siapa saja yang terlibat dalam proses penyampaian berita?
2. Metode apa yang digunakan dalam proses penyampaian berita tersebut?
3. Kapan jadwal pelaksanaan penyampaian berita tersebut?
4. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses penyampaian berita?

Proses Pengeluaran Fisik Barang


1. Siapa saja yang terlibat dalam proses pengeluaran fisik barang?
2. Metode apa yang sekarang digunakan dalam pengeluaran fisik barang (obat
dan BMHP) di instalasi farmasi?
3. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses pengeluaran fisik barang?

Proses Angkutan

155
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses angkutan dari instalasi farmasi ke
instalasi ranap?
2. Alat pengakut apa saja yang dibutuhkan pada saat proses angkutan dari
instalasi farmasi ke instalasi ranap?
3. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses angkutan barang tersebut?

Proses Pembongkaran dan Pemuatan


1. Bagaimana tahapan pembongkaran dan pemuatan obat dan BMHP yang
sudah di distribusikan di instalasi rawat inap?

Ketepatan Jenis
1. Jenis obat dan BMHP apa saja yang biasa di distribusikan ke ruang rawat inap?

Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA
KEPALA RUANGAN ATAU PERAWAT RUANGAN
RSU KOTA TANGERANG SELATAN

156
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Kerja :
Jabatan :
Tanggal Wawancara :

SDM
1. Berapa jumlah perawat di ruangan yang ada sekarang?
2. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan distribusi obat dan BMHP di
ruangan?
3. Bagaimana peranan-peranan perawat dalam distribusi obat dan BMHP?
4. Apa saja latar belakang pendidikan perawat yang ada di ruangan?
5. Apakah terdapat job desk atau uraian tugas untuk perawat di ruangan?
6. Bagaimana dengan lama kerja perawat di ruangan?
7. Bagaimana pengaturan shift perawat di ruangan?
8. Apakah sudah ada pelatihan khusus untuk perawat di ruangan?
9. Kendala apa saja yang terjadi dalam distribusi obat dan BMHP di instalasi
rawat inap?
Sarana
1. Sarana apa saja yang telah tersedia dalam pengelolaan distribusi obat dan
BMHP dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?
2. Sarana apa saja yang saat ini dibutuhkan ruangan dalam proses distribusi obat
dan BMHP?
3. Apakah terdapat permasalahan yang dirasakan dalam hal sarana yang dapat
menghambat pelaksanaan distribusi obat dan BMHP di instalasi rawat inap?
Prosedur
1. Apakah dalam pelaksanaan distribusi obat dan BMHP di instalasi rawat inap
terdapat prosedur?
2. Apakah seluruh petugas telah mengetahui dan menjalankan sesuai prosedur
tersebut?
3. Kendala apa saja yang berkaitan dengan prosedur distribusi obat dan BMHP
di instalasi rawat inap?
Proses Penyampaian Berita
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses penyampaian berita?
2. Metode apa yang digunakan dalam proses penyampaian berita tersebut?
3. Kapan jadwal pelaksanaan penyampaian berita tersebut?
4. Kendala apa saja yang terjadi pada saat proses penyampaian berita?

Proses Pembongkaran dan Pemuatan

157
1. Bagaimana tahapan pembongkaran dan pemuatan obat dan BMHP yang
sudah di distribusikan di instalasi rawat inap?
Kualitas
1. Bagaimana dangan kualitas petugas isntalasi farmasi yang memberikan obat
dan BMHP ke ruangan? Apakah ramah atau tidak?
2. Bagaimana dengan kualitas barang (obat atau BMHP) yang diberikan dari
petugas instalasi farmasi ke ruangan? Apakah baik, cukup, atau tidak baik?

Ketepatan Jenis
1. Apakah jenis obat dan BMHP yang di minta selalu tersedia di instalasi farmasi?
2. Apakah dilakukan pengecekan terlebih dahulu terdapat jenis obat dan BMHP
yang sudah di distribusikan?
3. Apakah jenis obat dan BMHP yang telah di distribusikan dari instalasi
farmasi sesuai dengan apa yang sudah dilakukan pada saat permintaan?
Ketepatan Jumlah
1. Apakah dilakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap jumlah obat dan
BMHP yang sudah di distribusikan?
2. Apakah jumlah obat dan BMHP yang telah di distribusikan dari instalasi
farmasi sesuai dengan apa yang sudah dilakukan pada saat permintaan?
Ketepatan Waktu
1. Kapan dilakukannya penyampaian berita dari petugas instalasi farmasi ke
petugas instalasi rawat inap?
2. Kapan dilakukannya pendistribusian obat dan BMHP dari instalasi farmasi ke
instalasi rawat inap?
3. Apakah waktu distribusi yang dilakukan dari instalasi farmasi ke instalasi
rawat inap di hari yang tetap atau yang sama pada setiap minggunya?

Lampiran 6
Pedoman Telaah Dokumen

Hasil
No. Dokumen Keterangan
Ya Tidak
1 Profil Rumah Sakit Umum (RSU)
Kota Tangerang Selatan

158
2 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan
3 Profil Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang
Selatan
4 Job Desk atau Uraian Tugas
Pegawai Instalasi Farmasi
5 Formularium Rumah Sakit
7 Prosedur Kerja (SOP)
9 Laporan Pencatatan Stock
10 Laporan Stock Opname

Lampiran 7
Pedoman Observasi

Uraian Tugas Kepala Bagian Penyimpanan dan Distribusi

No Hasil
Deskripsi Keterangan
. Ya Tidak

159
1 Membuat pembukuan obat dan
BMHP (9 buku)
a. Mencatat mutasi sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai
b. Memasukan harga obat kedalam
surat bukti barang keluar setiap
hari
c. Membuat berita acara serah
terima barang per faktur datang
d. Membuat dan mencatat buku
penerimaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai
e. Membuat dan mencatat buku
barang habis pakai sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai
f. Membuat dan mencatat buku
mutasi barang pakai sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai
g. Membuat dan mencatat buku
rekapitulasi kartu persediaan
sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai
h. Membuat dan mencatat laporan
semesteran sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai
2 Stok Opname
a. Menyiapkan form stok opname
b. Mmenghitung jumlah sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai
c. Menyesuaikan jumlah dan
tanggal kadaluarsa sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai dengan kartu stok
d. Merapikan susunan sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan
stok opname setiap bulan
3 Pengelolaan Barang Kadaluarsa
a. Mengkarantina barang kadaluarsa
b. Menghitung jumlah sediaan
farmasi dan bahan medis habis
pakai yang masuk masa expire

160
c. Memasukan harga sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai
hingga diperoleh saldo
d. Menyiapkan data penghapusan
sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai

Lampiran 8
Pedoman Observasi

Uraian Tugas Kepala Bagian Pelayanan Farmasi Rawat Inap

161
No Hasil
Deskripsi Keterangan
. Ya Tidak
1 Entry resep (Rajal, Ranap, UGD, OK,
BPJS 23 hari)
2 Revisi entrian resep
3 Pengambilan atau penyiapan resep
obat
4 Etiketing resep
5 Peracikan obat
6 Penyerahan obat (pemberian
informasi obat kepada pasien)
7 Merekap pengeluaran obat di apotek
8 Penyerahan nomor antrian
9 Stock Opname rutin bulan
10 Mencatat dan menghitung fisik
pengeluaran obat Psikotropik dan
Narkotika

Lampiran 9
Pedoman Observasi
Uraian Tugas Petugas Pelaksanan Distribusi

162
No Hasil
Deskripsi Keterangan
. Ya Tidak
1 Mengambil form permintaan ruangan
setiap minggu
2 Menyiapkan barang medis habis
pakai untuk didistribusikan ke
ruangan
3 Distribusi sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai ke ruangan
4 Mengecek kesesuaian barang dengan
surat bukti barang keluar
5 Penyerahan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai ke ruangan
6 Stok opname (menghitung jumlah
sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai)
7 Stok opname (menyesuaikan jumlah
dan tanggal kadaluarsa sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai
dengan kartu stok)
8 Merapikan susunan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai ke
masing-masing lemarinya
9 Membuat paketan OK
10 Etiketing barang datang sesuai
dengan sumber anggaran (BLUD
dan E-Katalog)
11 Memindahkan barang kadaluarsa ke
tempat yang telah disediakan
12 Menjaga kebersihan gudang

Lampiran 10
Uraian Tugas Kepala Bagian Penyimpanan dan Distribusi di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017

163
Hasil
No. Deskripsi Ya Tidak Keterangan
1. Membuat pembukuan obat dan Sudah melakukan sesuai
BMHP (9 buku) dengan uraian tugas yang
i. Mencatat mutasi sediaan sudah ditetapkan.
farmasi dan bahan medis √
habis pakai
j. Memasukan harga obat
kedalam surat bukti barang √
keluar setiap hari
k. Membuat berita acara serah
terima barang per faktur √
datang
l. Membuat dan mencatat
buku penerimaan sediaan √
farmasi dan bahan medis
habis pakai
m. Membuat dan mencatat
buku barang habis pakai √
sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai
n. Membuat dan mencatat
buku mutasi barang pakai √
sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai
o. Membuat dan mencatat
buku rekapitulasi kartu √
persediaan sediaan farmasi
dan bahan medis habis
pakai
p. Membuat dan mencatat
laporan semesteran sediaan √
farmasi dan bahan medis
habis pakai
2. Stok Opname Pada saat melakukan
f. Menyiapkan form stok √ observasi, stok opname
opname sudah dilakukan di bulan
g. Mmenghitung jumlah februari, sedangkan jadwal
sediaan farmasi dan bahan √ stok opname dilakukan
medis habis pakai setiap tiga bulan sekali, jadi
h. Menyesuaikan jumlah dan baru diadakan stok opname
tanggal kadaluarsa sediaan √ lagi dibulan Mei
farmasi dan bahan medis
habis pakai dengan kartu √
stok
i. Merapikan susunan sediaan
farmasi dan bahan medis √
habis pakai

164
j. Mengkoordinasikan
pelaksanaan stok opname
setiap bulan
3. Pengelolaan Barang Sudah melakukan sesuai
Kadaluarsa dengan uraian tugas yang
e. Mengkarantina barang √ sudah ditetapkan.
kadaluarsa
f. Menghitung jumlah sediaan
farmasi dan bahan medis √
habis pakai yang masuk
masa expire
g. Memasukan harga sediaan
farmasi dan bahan medis √
habis pakai hingga
diperoleh saldo
h. Menyiapkan data
penghapusan sediaan √
farmasi dan bahan medis
habis pakai
Sumber: Hasil Observasi

Uraian Tugas Kepala Bagian Pelayanan Farmasi Rawat Inap di


Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017
Hasil
No. Deskripsi Ya Tidak Keterangan

165
1. Entry resep (Rajal, Ranap,

UGD, OK, BPJS 23 hari)
2. Revisi entrian resep √
3. Pengambilan atau penyiapan

resep obat
4. Etiketing resep √
5. Peracikan obat √
6. Penyerahan obat (pemberian

informasi obat kepada pasien)
7. Merekap pengeluaran obat di

apotek
8. Penyerahan nomor antrian √
9. Stock Opname rutin bulan √
10 Mencatat dan menghitung fisik
pengeluaran obat Psikotropik √
dan Narkotika
Sumber: Hasil Observasi

Uraian Tugas Pelaksana Distribusi BMHP dari


Gudang ke Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Hasil
No. Deskripsi Ya Tidak Keterangan

166
1. Mengambil form permintaan

ruangan setiap minggu
2. Menyiapkan barang medis
habis pakai untuk √
didistribusikan ke ruangan
3. Distribusi sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai ke √
ruangan
4. Mengecek kesesuaian barang
dengan surat bukti barang √
keluar
5. Penyerahan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai √
ke
ruangan
6. Stok opname (menghitung Pada saat melakukan
jumlah sediaan farmasi dan √ observasi, stok opname
bahan medis habis pakai) sudah dilakukan di bulan
7. Stok opname (menyesuaikan februari, sedangkan jadwal
jumlah dan tanggal kadaluarsa stok opname dilakukan
sediaan farmasi dan bahan √ setiap tiga bulan sekali, jadi
medis habis pakai dengan baru diadakan stok opname
kartu lagi dibulan Mei
stok)
8. Merapikan susunan sediaan
farmasi dan bahan medis habis

pakai ke masing-masing
lemarinya
9. Membuat paketan OK Yang membuat paketan OK
adalah apoteker di apotik
yang sudah ditunjuk untuk

bertanggung jawab pada
resep ataupun paketan ke
OK.
10. Etiketing barang datang sesuai
dengan sumber anggaran √
(BLUD dan E-Katalog)
11. Memindahkan barang
kadaluarsa ke tempat yang √
telah disediakan
12. Menjaga kebersihan gudang √
Sumber: Hasil Observasi

Standar Operasional Prosedur


Distribusi Barang Medis Habis Pakai (BMHP) Ke Unit Pelayanan
(Ruangan) RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
No. Uraian Kegiatan Hasil Keterangan
167
Ya Tidak
1 Petugas gudang melakukan Petugas gudang hanya
cek fisik BMHP yang ada langsung memberikan dan
di ruangan di unit mengambil Form Permintaan
pelayanan Barang diruang rawat inap

yang sudah ditandatangani
oleh kepala ruangan atau
perawat, tanpa melakukan cek
fisik
BMHP yang ada diruangan.
2 Kepala ruangan atau
petugas yang ditunjuk

mengisi dan
menandatangani Form
Permintaan Barang
3 Petugas gudang mengambil
Form Permintaan BMHP di

seluruh ruangan Unit
Pelayanan
4 Petugas gudang
menyiapkan BMHP sesuai

Form Permintaan BMHP
dan stok
yang tersedia
5 Penanggung jawab gudang
membuat Surat Bukti
Barang Keluar (SBBK) √
sesuai dengan BMHP yang
dikeluarkan
6 Melakukan pengecekan BMHP yang sudah
jumlah BMHP dengan didistribusikan dari gudang ke
SBBK bersama dengan ruang rawat inap langsung
petugas gudang dan unit ditandatangani SBBK oleh
pelayanan yang meminta kepala ruangan atau perawat,
√ kemudian BMHP langsung
dimasukan ke dalam lemari
penyimpanan tanpa melakukan
pengecekan jumlah BMHP
secara bersama (petugas
gudang dan perawat).
7 BMHP diterima dan SBBK
ditandatangani oleh kepala

ruangan atau petugas yang
mewakili
8 SBBK ditandatangani
penyimpan barang dan √
pejabat yang berwewenang
9 SBBK diarsipkan oleh

penanggungjawab gudang
Sumber: Hasil Observasi
168
Standar Prosedur Operasional
Pelayanan Pasien Rawat Inap
RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
Hasil
No. Uraian Kegiatan Ya Tidak Keterangan
1 Melakukan penerimaan dan
pemeriksaan kelengkapan √
dan keabsahan resep, serta

169
melakukan pemeriksaan
kesesuaian farmasetik
2 Mengkonsultasikan kepada
dokter penulis resep jika √
ada ketidakjelasan
3 Melakukan proses
administrasi sepeti
pemasukan data resep ke √
Sistem Informasi Rumah
Sakit
4 Menyiapkan perbekalan
kesehatan sesuai dengan √
permintaan resep
5 Menyerahkan perbekalan
kesehatan kepada perawat

ruangan/petugas lain yang
ditunjuk
6 Mencatat pengeluaran

dalam form rekapan
7 Mengarsipkan rekapan dan

resep sesuai jenisnya
Sumber: Hasil Observasi

170
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM
Jawaban
No. Domain INF1 INF2 INF2 IRI01 IRI02 IRI03 Kesimpulan
Sumber Daya Manusia (SDM)
1 Jumlah tenaga Semua pegawai Farmasis, Semua pegawai Yang Kepala ruangan, Semuanya Sebagian besar
yang terlibat terlibat dalam perawat, dokter, ikut andil dan bertanggung katim dan terlibat informan
distribusi obat dan tenaga medis. perawat jawab kepala pelaksana atau terutama katim menjelaskan
dan BMHP di Tapi pada waktu ruangan. ruangan, tapi perawat bahwa tenaga
IRI serta tertentu, tenaga kalau ada ruangan yang terlibat
perawat. kerja dibantu oleh permintaan bisa dalam distribusi
siswa/mahasiswa penanggung obat dan BMHP
yang sedang PKL jawab khusus adalah semua
maupun magang. atau perawat. tenaga yang ada
di instalasi
farmasi dan
perawat di
instalasi rawat
inap. Sebagian
kecil
menjelaskan
bahwa pada
disaat tertentu
tenaga kerja
akan dibantu
oleh siswa/
mahasiswa yang
sedang PKL
maupun
magang.
2 Uraian tugas Kepala Kalau kepala Petugas Seluruh
distribusi bagian pelayanan pelaksana informan
bertugas farmasi rawat bertugas menjelaskan
membuat inap entry resep, mengamprah, bahwa uraian
pembukuan revisi entrian mengambil tugas dari
obat dan BMHP resep, form masing-masing

171
seperti mencatat pengambilan atau permintaan pegawai sebagai
barang yang penyiapan resep ruangan setiap berikut:
keluar dan obat, etiketing minggu, a. Kepala
masuk, resep, peracikan menyiapkan bagian
kemudian stok obat dan merekap barang, distribusi
opname, pengeluaran obat distribusiin bertugas
pengelolaan diapotik. Kalau barang sebagai
barang kepala bagian tersebut, pembuat
kadaluarsa dan distribusi mengecek laporan dan
retur barang. mencatat barang kesesuaian mencatat
Kalau kepala yang keluar dan barang dan setiap barang
bagian masuk. penyerahan yang keluar
pelayanan Sedangkan barang. Kalau dan masuk.
farmasi rawat petugas pelaksana kepala bagian b. Kepala
inap entry yang melakukan distribusi yang bagian
resep, distribusinya membuat pelayanan
pengambilan misalnya laporan dan farmasi rawat
dan penyiapan mengamprah, mencatat setiap inap bertugas
resep obat dan menyiapkan dan barang masuk sebagai entry
peracikan obat. mendistribusikan dan keluar. resep,
Sedangkan Sedangkan pengambilan
petugas kepala bagian atau
pelaksana farmasi rawat penyiapan
distribusi inap yang resep dan
mengambil bertanggung peracikan
form jawab terhadap resep.
permintaan resep pasien c. Petugas
ruangan, seperti meracik pelaksana
menyiapkan obat dan lain- bertugas
barang atau lain. sebagai yang
mengamprah, melakukan
kemudian amprahan,
distribusiin memberikan
barang tersebut form
keruangan dan permintaan ke
mengecek ruangan,

172
kesesuaian meyiapkan
barang. barang dan
melakukan
pengecekan
kesesuaian
barang.
3 Latar belakang pendidikan
a. Pendidikan Latar belakang SMF, D3, S1 dan SMA, SMF, Seluruh
formal pegawai adalah Apt D3, dan Apt. informan
SMA, SMF, menjelaskan
D3, S1, dan bahwa latar
Apt. pendidikan
formal dari
tenaga kerja
adalah SMA,
SMF, D3, S1
dan Apt.
b. Pendidikan Belum pernah Untuk apoteker Pelatihan Untuk pelatihan Pelatihan Untuk Sebagian besar
non formal sudah ada, tapi distribusi obat khusus distribusi obat pelatihan diluar informan
bukan pelatihan dan BMHP distribusi obat dan bmhp untuk distribusi obat menjelaskan
tentang distribusi belum pernah dan bmhp perawat belum dan bmhp bahwa belum
obat dan BMHP. ada. untuk perawat ada. sudah pernah. pernah
belum ada. mengikuti
pelatihan terkait
distribusi obat
dan BMHP.
Sebagian kecil
menjelaskan
bahwa sudah
pernah ikut
pelatihan namun
bukan pelatihan
terkait distribusi
obat dan BMHP.
Sarana

173
1 Fasilitas yang Tersedia 1 Untuk obat 2 trolley, 1 Kalau bmhp Kalau resep Trolley dan Sebagian besar
digunakan mobil, 2 trolley, menggunakan mobil, plastic dari gudang banyak kardus. Kalau informan
dan plastic klip warna klip obat, dan menggunakan menggunakan untuk resep menjelaskan
menggunkan biru, dan untuk karton/kardus trolley dan kursi roda, banyak bahwa fasilitas
kardus untuk bmhp kardus. Tapi kalau sedikit menggunakan yang digunakan
meletakkan menggunakan kalau untuk ke dibawa sendiri kursi roda untuk distribusi
barang trolley. apotik begitu saja oleh obat dan BMHP
sementara menggunakan perawat. Kalau adalah 1 mobil,
sebelum kursi roda. untuk bmhp dari 2 trolley, kardus,
diletakkan ke gudang dan palstik klip.
alat angkut. menggunakan Sebagian kecil
trolley. menjelaskan
bahwa fasilitas
yang digunakan
adalah kursi
roda dari
instalasi rawat
inap.
2 Ketersediaan Untuk trolley Untuk saat ini Trolley dan Untuk tempat Sudah Sudah Seluruh
sudah sudah mencukupi, mobil sudah penyimpanan mencukupi, tapi mencukupi, informan
mencukupi, tapi untuk kearah mencukupi, BMHP sudah kalu untuk walaupun mejelaskan
karena dilihat yang lebih baik hanya saja mencukupi dan akreditasi masih belum sesuai bahwa
dari tempat masih dibilang kondisi trolley untuk obat belum seperti standard namun ketersediaan
penyimpanan ada yang kurang saat ini sedikit hanya obat kotak obat yang ruangan untuk fasilitas yang
alat tersebut seperti tempat ada kerusakan emergency saja masih kurang. tempat meracik digunakan untuk
(gudang) yang penyimpanan obat dan kurang yang kita stok obat tersebut, distribusi obat
masih sempit, dan bmhp masih kendaraan roda diruangan dan karena dan BMHP
terpisah dan seadanya, masih dua untuk obat sistem diruangan ini sudah
jauh. butuh rak-rak dan BMHP informasi masih meracik mencukupi,
obat untuk pasien. yang bersifat rumah sakit obat sendiri namun masih
cito karena masih dari apotik, terdapat kendala
kondisi gudang dikatakan karena atau kurangnya
yang masih kurang bagus. kurangnya fasilitas seperti
terletak pisah tenaga apotik, kondisi gudang
dan jauh. jadi tempat yang sempit,
meracik obat terpisah dan

174
dan tempat jauh. Selain
penyimpanan itu, masih
masih kurang rak-rak
digabung. obat untuk
Dibutuhkan pasien, dan
trolley khusus kurang
ruangan. kendaraan roda
dua untuk
barang yang
bersifat cito.
Prosedur
1 Pedoman yang Bekerja Bekerja Bekerja Sebagian besar
digunakan menggunakan menggunkan menggunakan informan
pedoman pedoman berupa pedoman menjelaskan
berupa standar standar berupa standar bahwa bekerja
operasional operasional operasional menggunakan
prosedur (SOP). prosedur (SOP) prosedur pedoman berupa
SOP tersebut yang dikeluarkan (SOP), namun standar
berisikan oleh direktur. tidak operasional
berdasarkan mengetahui prosedur (SOP).
dari kegiatan SOP tersebut Sebagiannya
sehari-hari yang seperti apa kecilnya
dilakukan. karena tidak menjelaskan
pernah bahwa SOP
mendapatkan tersebut
dokumen berdaraskan dari
tersebut dan hasil kegiatan
tidak ada sehari-hari yang
sosialisasi dilakukan, dan
terkait SOP sebagaian
tersebut. kecilnya lagi
menjelaskan
bahwa bekerja
menggunakan
SOP namun
tidak
mengetahui SOP

175
tersebut seperti
apa karena tidak
pernah
mendapatkan
dokumen
tersebut serta
tidak ada
sosialisasi
terkait SOP
tersebut.
Proses Administrasi
1 Periode yang Setiap Untuk merekap Setiap ada obat Seluruh
dilakukan dilakukan resep setiap hari, dan BMHP informan
pengambilan kalau untuk yang keluar menjelaskan
barang setelah pemeriksaan ED dilakuan bahawa periode
dilakukan atau stok opname pencatatan dan yang dilakukan
permintaan setiap sebulan rekapan. dalam proses
barang sekali, dan untuk administrasi
kemudian di pengambilan adalah setiap
entry di Surat barang/bmhp kali dilakukan
Bukti Barang setiap barang permintaan
Keluar (SBBK) keluar dicatat. barang masuk
dan dimasukan maupun barang
ke laporan keluar.
pengeluaran
barang. Agar
mengetahui
jumlah stok
akhir.
Proses Penyampain Berita
1 Tenaga yang Petugas gudang, Petugas gudang, Kepala Kepala Kepala ruangan, Karu, katim, Seluruh
terlibat dan kepala petugas apotik, ruangan, ruangan, perawat dan perawat dan infroman
ruangan atau dan perawat. perawat, perawat dan petugas gudang. petugas menjelaskan
perawat. petugas gudang petugas gudang. bahwa tenaga
dan petugas instalasi yang terlibat
apotik. farmasi dalam proses

176
penyampaian
berita adalah
petugas gudang,
petugas apotik
dan kepala
ruangan atau
perawat
diruangan.
2 Metode Untuk distrbusi Untuk permintaan Menggunakan Formatnya Kalau sekarang Kalau bersifat Seluruh
BMHP dari melalui resep. lisan dan form orang gudang sudah tidak cito informan
gudang ke IRI untuk bmhp. dilakukan perlu menggunakan menjelaskan
menggunakan Untuk bmhp Untuk obat keliling disetiap menggunakan telpon terlebih bahwa metode
form melalui form menggunakan ruangan, kalau telpon lagi, dahulu karena yang digunakan
permintaan permintaan resep. obat tergantung karena sudah emergency, dalam proses
barang dan barang. resep pasien. ada pegawai mamti baru penyampaian
surat bukti yang datang resepnya berita
barang keluar keruangan diturinin ke menggunakan
untuk ruangan. seminggu sekali apotik. Kalau form permintaan
untuk untuk bmhp untuk BMHP
Untuk distribusi memberikan menggunakan dan melalui
obat dari apotik form form resep untuk
ke IRI permintaan permintaan. obat.
menggunakan barang apa yang
resep pasien habis nanti
dari dokter. kepala ruangan
yang nulis di
form
permintaan.
Kalau obat kita
sesuaikan
dengan resep
saja.
3 Waktu Untuk obat Untuk resep Bmhp Setiap hari Bmhp setiap Setiap hari Seluruh
tergantung setiap hari. keruangan kamis petugas seminggu kalau resep. infroman
resep pasien. dilakukan gudang keliling sekali. Kalau Kalau bmhp menjeleskan
setiap hari memberikan obat setiap hari. bahwa waktu

177
Untuk BMHP Untuk obat dan kamis dan format seminggi yang dilakukan
dilakukan bmhp keapotik jum’at serta permintaan, dan sekali. untuk distribusi
seminggu sekali setiap hari, dan obat setiap besonya baru obat dilakukan
pada hari kamis bmhp keruangan resep yang didistribusiin. setiap kali atau
untuk seminggu sekali. datang. Kalau obat setiap hari
pemberian dan setiap malam tergantung resep
pengambilan memberikan pasien,
form resep ke apotik, sedangkan
permintaan besok pagi baru distribusi BMHP
barang. Hari kita ambil. dilakukan setiap
jum’at seminggu sekali
pemberian pada hari kamis
bmhp dan Jum’at.
keruangan.
4 Kendala Belum ada Sistem informasi Belum ada Perlu diadakan Perlu diaktifin Kalau untuk Sebagian besar
komputerisasi. rumah sakit (SIR) komputerisasi, komputerisasi sistem obat yang infroman
belum selama ini agar tidak perlu infromasi bukan menjelaskan
sepenuhnya hanya langsung kesana-kesini rumah sakit. emergency, bahwa masih
berjalan. komunikasi melakukan suka ditemukan terdapat kendala
antara pegawai permintaan. mis komunikasi terkait proses
dan perawat. antara petugas panyampaian
gudang dengan berita yaitu
petugas apotik, belum terdapat
misalkan sistem
barang yang komputerisasi.
diminta ini, tapi Sebagian kecil
di apotik menjelaskan
dibilang tidak bahwa kendala
ada, sedangkan yang terkait
ketika ditanya proses
di gudang penyampaian
kalau barang berita adalah
tersebut ada. masih terdapat
Tidak tahu mis komunikasi
petugas yang antara petugas
baru, atau instalasi farmasi

178
petugas yang dengan perawat
tidak di instalasi rawat
mengetahui inap.
nama barang
tersebut.
Proses Pengeluaran Fisik Barang
1 Tenaga yang Petugas gudang Untuk apotik Petugas gudang Seluruh
terlibat untuk obat dan petugas apotik. dan petugas informan
BMHP Untuk di gudang apotik. menjelaskan
digudang. petugas gudang. bahwa tenaga
Petugas Apotik yang terlibat
untuk obat dan dalam proses
BMHP di pengeluaran
Apotik. fisik barang
adalah petugas
instalasi farmasi
baik petugas
apoti maupun
petugas gudang.
2 Metode Pengeluaran FIFO dan FEFO Dilihat dari Seluruh
barang ED, jika ED infroman
menggunakan dekat, maka itu menjelaskan
metode FIFO yang duluan bahwa metode
dan FEFO. dikeluarin. yang digunakan
dalam proses
pengeluaran
fisik barang
adalah metode
FIFO dan FEFO.
3 Kendala Kendala untuk Tempat Karena masih Seluruh
obat, karena penyimpanan rak manual, jadi informan
barangnya dari obat dan bmhp masih ada menjelaskan
berbagai macam yang masih ditemukan bahwa masih
sumber, salah kurang. ketidaksamaan terdapat kendala
satunya adalah antara jumlah dalam proses
terdapat satu stok barang pengeluaran

179
barang dengan yang tersimpan fisik barang
dua sumber dirak dengan seperti masih
dana dan sudah jumlah stok di terdapat satu
ditentukan kartu stok, barang dengan
permasing- dikarenakan dua sumber
masing dana petugas yang dana, rak
dengan suka lupa penyimpanan
ruangannya. sehingga ada barang yang
Kendala untuk keselisihan. masih kurang
bmhp untuk dan belum
saat ini tidak terdapat sistem
ada. komputersasi.
Proses Angkutan
1 Tenaga yang Petugas gudang Perawat dan Petugas gudang Petugas Petugas gudang Perawat dan Seluruh
terlibat dan perawat petugas gudang. dan perawat. instalasi dan perawat petugas gudang informan
ruangan. farmasi dan menjelaskan
perawat bahwa tenaga
yang terlibat
dalam proses
angkutan adalah
petugas gudang
untuk distribusi
BMHP dan
perawat untuk
distribusi obat
2 Alat angkut 1 trolley, dan 1 trolley atau 1 trolley, dan Kursi roda dan 1 trolley dari Dibawa sendiri Sebagian besar
yang digunakan karton atau dibawa sendiri kardus. dibawa sendiri gudang, dibawa jika sedikit, informan
kardus. oleh perawat. jika tidak berat. sendiri dan jika banyak menjelaskan
kursi roda. menggunakan bahwa alat
kursi roda dan angkut yang
trolley untuk digunakan
distribusi bmhp dalam distribusi
keruangan. oat dan BMHP
adalah 1 buah
trolley dan
kardus. Sebagian

180
kecil informan
menjelaskan
bahwa alat
angkut yang
digunakan
adalah kursi
roda dan
diangkut sendiri
dengan tangan
oleh perawat.
3 Tahapan Disiapkan dulu Ada barang yang Pertama Seluruh
penyusunan di barang yang mau disiapkan informan
alat angkut mau di didstribusikan, terlebih dahulu menjelaskan
distribusi sesuai masukan ke barangnya, bahwa tahapan
ruangan, kardus sesuai kemudian penyusunan di
kemudian ruangan dipisahkan alat angkut
disusun kemudian peruangan. adalah
sementara di diletakkan ke Kedua mempersiapkan
dalam kardus trolley dan masukan barangnya
dan kemudian didistribusikan. kedalam kardus terlebih dahulu
diletakkan ke untuk sesuai ruangan,
trolley. sementara agar kemudian
terlihat lebih dimasukan ke
rapih dan dalam kardus
tersusun. untuk
Kemudian baru penyimpanan
diletakkan di sementara sesuai
trolley dan ruangan,
didistribusikan kemudian
perlantai. diletakkan dan
disusun rapih di
trolley dan
terakhir
didistribusikan
ke setiap
ruangan.

181
4 Kendala Ukuran trolley Tidak ada. Trolley yang Belum ada Perlu diadakan Butuh trolley Seluruh
yang masih sudah ada trolley trolley khusus khusus. informan
belum terdapat sedikit ruangan. menjelasakan
memadai. kerusakan dan bahwa masih
perlu diadakan terdapat kendala
kendaraan roda dalam proses
dua untuk angkutan seperti
barang yang trolley, karena
bersifat cito. trolley yang
sudah ada masih
dikatakan
kurang sehingga
perlu diadakan
trolley khusus
di ruangan dan
trolley yang
sudah ada,
terdapat sedikit
kerusakan
maupun ukuran
trolley yang
belum memadai.
Proses Pembongkaran dan Pemuatan
1 Tenaga yang Sudah tanggung Perawat Kepala ruangan Petugas dan Petugas dan Semua perawat Seluruh
terlibat jawab perawat diruangan. dan perawat itu perawat perawat terlibat. informan
di ruangan. sendiri. menjelaskan
bahwa tenaga
yang terlibat
dalam proses
pembongkaran
dan pemuatan
adalah perawat
diruangan.
2 Tahapan Untuk Sudah Untuk Langsung serah Diterima dan Datang dari Sebagian besar
pembongkaran pembongkaran sepenuhnya pembongkaran terima dan dimasukan apotik atau informan
dilakukan dilakukan dimasukan ke gudang, terus menjelaskan

182
dan pemuatan pengecekan tanggung jawab pengecekan tempat sesuai jenis diterima bahwa proses
barang terlebih dahulu, pegawai. secara penyimpanan. penyimpanan. kemudian di pembongkaran
untuk pemuatan bersama-sama simpan dilakukan
sudah tanggung antar petugas ditempat pengecekan
jawab perawat. dan perawat. penyimpanan. terlebih dahulu
Untuk dan proses
pemuatan pemuatan sudah
sudah tanggung tanggung jawab
jawab kepala perawat
ruangan atau diruangan.
perawat. Sebagian kecil
menjelaskan
bahwa proses
pembongkaran
dan pemuatan
barang adalah
serah terima dan
kemudian di
simpan ditempat
penyimpanan.
3 Kendala Terdapat Masih kurangnya Masih terdapat Kurangnya Kurang kotak Kurang Seluruh
penumpukan pegawai untuk penumpukan tenaga/perawat obat dan bmhp ruangan untuk informan
barang di melakukan barang di sehingga untuk tempat steril menjelaskan
ruangan pada pengecekan obat tempat perawat terlalu penyimpanan, yang obat bahwa masih
saat pemuatan hight penyimpanan tumpang tindih jadi masih ada diracik. terdapat kendala
dipenyimpanan alert/emergency barang dan tidak yang dicampur. dalam proses
barang. diruangan. diruangan. melalukan pembongkaran
pengecekan dan pemuatan
barang yang barang seperti
masuk. masih terdapat
penumpukan
barang pada saat
pemuatan
ditempat
penyimpanan,
masih

183
kurangnya
pegawai untuk
melakukan
pengecekan, dan
kurang tempat
penyimpanan
obat maupun
BMHP.
Tersalurnya obat dan bahan medis habis pakai di Instalasi Rawat Inap
1 Kualitas obat Kualitas obat Sejauh ini baik- Tidak menentu Sebagian besar
dan BMHP dan BMHP baik saja, karena pernah informan
sesuai dengan karena pernah ada obat yang menjelaskan
diminta saja, sebelumnya dekat-dekat bahwa kualitas
karena kalau ditemukan obat dengan expire, obat dan BMHP
untuk obat yang expirenya obat injeksi masih dikatakan
pernah sudah hampir yang berubah sesuai dengan
ditemukan obat mendekati, warnanya, yang diminta
yang kemudian bmhp seperti dan baik-baik
seharusnya pernah ada handscoon saja, namun
putih, tapi saat kemasan obat pernah masih terdapat
didistribusikan dan bmhp yang ditemukan kendala atau
obatnya sudah cacat atau sudah kerusakan yang
berubah warna rusak. berjamur, terjadi
kuning. aroma wangi diantaranya
Terdapat obat bedak bayi perubahan
yang sudah yang sudah warna pada obat
pecah dan ada tidak sedap yang injeksi atau
obat yang satu lagi, dan cair, obat yang
bulan mau pernah sudah hamper
expire tetap dilakukan retur habis masa
diresepin atau terhadap expirenya, masih
distribusikan baranng yang diresepkan atu
serta terjadi rusak, tapi hari didistribusikan
penumpukan besoknya tetap dan masih
obat akibat barang yang ditemukan
tidak langsung seperti itu lagi kemasan obat

184
diretur karena yang dan BMHP
SDM atau didistribusikan yang rusak atau
perawat kurang. cacat. Sebagian
Kalau untuk kecil informan
bmhp tidak ada. menjelaskan
bahwa kualitas
obat dan BMHP
masih tidak
menentu, karena
masih
ditemukan
kerusakan pada
obat maupun
BMHP.
3 Dilakukan Kalau obat Obat dilakukan Dilakukan Seluruh
pengecekan dilakukan pengecekan, pengecekkan informan
pengecekan tapi kalau bmhp terlebih dahulu menjelaskan
karena harus tidak dilakukan bahwa dilakukan
sesuai dengan pengecekan. pengecekan
resep, kalau terlebih dahulu
bmhp tidak. pada obat dan
BMHP.
Ketepatan Jenis
1 Ketersediaan Kadang ada, Tidak menentu Kadang-kadang Seluruh
obat dan kadang tidak karena kalau karena masih infroman
BMHP tersedia karena bmhp tidak suka ditemukan menjelaskan
obat yang pernah barang yang bahwa
diminta dengan ditemukan diminta apa, ketersedian obat
yang kesalahan jenis. tapi yang dan BMHP
didistribusikan Kalau obat diberikan masih dapat
kadang tidak kadang suka berbeda. dikatakan tidak
sama, ada tapi ditemukan menentu, karena
dengan merek ketidaksamaan masih
yang berbeda. jenis yang ditemukan
Kalau untuk diminta dengan beberapa
kesalahan pada

185
bmhp saat ini yang jenis misalnya
tidak ada. disitiribusikan. jenis obat yang
diminta dengan
yang
didistribusikan
masih terdapat
ketidaksamaan.
Sedangkan
BMHP belum
pernah
ditemukan
kesalahan jenis.
2 Dilakukan Kalau obat Kadang Untuk obat 2 (dua) orang
pengecekan dilakukan dilakukan dilakukan informan
pengecekkan, pengecekan, pengecekan, menjelaskan
tapi kalau bmhp kadang tidak, untuk bmhp bahwa untuk
langsung tergantung tidak. obat dilakukan
dimasukan ke tingkat pengecekan
tempat kesibukan jenis sedangkat
penyimpanan. kepala ruangan BMHP tidak
dan perawat dilakukan
pada saat itu. pengecekan.
Sedangkan 1
(satu) orang
informan
mengatakan
bahwa
pengecekan
dilakukan
tergantung
tingkat
kesibukan
kepala ruangan
atau perawat
diruangan.
Ketepatan Jumlah

186
1 Jumlah yang Kalau obat Kalau bmhp Sesuai kalau Seluruh
diberikan palingan tidak suka tidak dari gudang informan
ada. Tapi kalau sesuai dengan yang untuk menjelaskan
bmhp, jika jumlah yang permintaan bahwa jumlah
jumlahnya tidak diminta dengan bmhp, kecuali BMHP yang
sesuai dihari yang kalau lagi tidak diberikan dari
itu, dihari didistribusikan, ada, dari gudang farmasi
besoknya akan kalau kurang gudang ke instalasi
dipenuhi atau pinjem konfirmasi rawat inap masih
dikirim lagi, keruangan kalau barang terdapat
atau jika sebelah. Kalau kosong. Kalau kesalahan
bersifat cito obat tidak dari apotik, jumlah atau
pinjem terlebih pernah suka beda jumlah yang
dahulu dengan ditemukan jumlah antara diberikan tidak
ruangan lain, kesalahan jumlah barang sesuai dengan
baru nanti kalau jumlah karena yang diminta yang diminta
sudah ada harus sesuai dengan yang dengan yang
dikembalikan. dengan resep. diberikan. diberikan,
Misalkan butuh namun hal
dispo 15 buah tersebut jika
untuk satu hari bersifat cito
24 jam, tapi maka dapat
nanti diatasi segera
dikasihnya dengan cara
Cuma 5 dari meminjam
apotik, jadi barang dengan
sangat jauh ruangan rawat
perbedaannya. inap yang lain
dan jika barang
tersebut sudah
diberikan
kembali oleh
gudang farmasi
maka ruangan
ranap yang
meminjam

187
barang, berhak
mengembalikan
barang yang
telah dipinjam
dari ranap lain.
Sedangkan
jumlah obat
tidak pernah
ditemukan
kesalahah
jumlah.
Ketepatan Waktu
1 Waktu yang Kalau obat Bmhp seminggu Kalau bmhp Seluruh
dilakukan tergantung sekali hari seminggu informan
resep, kamis dan sekali. menjelaskan
diresepkan jmu’at. Kalau Misalkan bahwa waktu
malam ke obat setiap hari. minggu ini yang dilakukan
apotik, besok setiap hari dalam distribusi
pagi baru kamis dan obat adalah
diambil di jum’at tapi setiap hari atau
apotik oleh nanti minggu setiap kali ada
perawat. Kalau besok bisa resep pasien,
untuk bmhp lebih cepat hari sedangkan
seminggu selasa dan rabu, distribusi BMHP
sekali. tidak tahu dilakukan pada
karena mereka setiap seminggu
kerajinan atau sekali.
apa. Kalau
untuk obat
setiap
diresepkan.
2 Mengganggu Tidak Tidak, karena Tidak, suka Seluruh
waktu distribusi lebih cepat informan
pelayanan dilakukan setiap saja. mengatakan
pagi untuk bahwa waktu
yang sudah

188
bahan medis ditentukan tidak
habis pakai mengganggu
waktu pelayanan
pada saat di
instalasi rawat
inap.

MATRIKS WAWANCARA
Jawaban
Pertanyaan INF1 INF2 INF3 IRI1 IRI2 IRI3 Kesimpulan
INPUT
SDM
Berapa jumlah 25 Apoteker 7 Petugas di 20 Sebelumnya ada 16 -
pegawai saat ini? Aisten Apoteker gudang 5 14 ditambah 2,
15 Selebihnya di tapi yang
Admin 3 apotik. berhenti 1 jadi
15 sekarang.
Siapa saja yang Semua pegawai Farmasis, perawat, Semua pegawai Yang Kepala ruangan, Semuanya Semua pegawai di
terlibat dalam terlibat dalam dokter, dan tenaga ikut andil dan bertanggung katim dan terlibat instalasi farmasi
distribusi obat dan distribusi obat medis. perawat jawab kepala pelaksana atau terutama katim dan perawat di
BMHP di dan BMHP di ruangan. ruangan, tapi perawat ruangan instalasi rawat
Instalasi Rawat IRI serta kalau ada inap ikut terlibat
Inap? perawat. permintaan bisa dalam distribusi

189
penanggung obat dan BMHP
jawab khusus di Intalasi Rawat
atau perawat. Inap.
Bagaimanakah Kepala Kalau kepala Petugas Seluruh informan
gambaran uraian distribusi bagian pelayanan pelaksana menjelaskan
tugas dari masing- bertugas farmasi rawat inap bertugas bahwa uraian
masing petugas membuat entry resep, revisi mengamprah, tugas dari masing-
distribusi obat dan pembukuan obat entrian resep, mengambil masing pegawai
BMHP? dan BMHP pengambilan atau form sebagai berikut:
seperti mencatat penyiapan resep permintaan a. Kepala bagian
barang yang obat, etiketing ruangan setiap distribusi
keluar dan resep, peracikan minggu, bertugas
masuk, obat dan merekap menyiapkan sebagai
kemudian stok pengeluaran obat barang, pembuat
opname, diapotik. Kalau distribusiin laporan dan
pengelolaan kepala bagian barang tersebut, mencatat
barang distribusi mengecek setiap barang
kadaluarsa dan mencatat barang kesesuaian yang keluar
retur barang. yang keluar dan barang dan dan masuk.
Kalau kepala masuk. Sedangkan penyerahan b. Kepala bagian
bagian petugas pelaksana barang. Kalau pelayanan
pelayanan yang melakukan kepala bagian farmasi rawat
farmasi rawat distribusinya distribusi yang inap bertugas
inap entry resep, misalnya membuat sebagai entry
pengambilan mengamprah, laporan dan resep,
dan penyiapan menyiapkan dan mencatat setiap pengambilan
resep obat dan mendistribusikan barang masuk atau penyiapan
peracikan obat. dan keluar. resep dan
Sedangkan Sedangkan peracikan
petugas kepala bagian resep.
pelaksana farmasi rawat c. Petugas
distribusi inap yang pelaksana
mengambil form bertanggung bertugas
permintaan jawab terhadap sebagai yang
ruangan, resep pasien melakukan
menyiapkan seperti meracik amprahan,

190
barang atau obat dan lain- memberikan
mengamprah, lain. form
kemudian permintaan ke
distribusiin ruangan,
barang tersebut meyiapkan
keruangan dan barang dan
mengecek melakukan
kesesuaian pengecekan
barang. kesesuaian
barang.
Apa saja latar Latar belakang SMF, D3, S1 dan SMA, SMF, Latar belakang
belakang pegawai adalah Apt D3, dan Apt. pendidikan
pendidikan SMA, SMF, pegawai di
pegawai? D3, instalasi farmasi
S1, dan Apt. masih bervariasi
yaitu SMA, SMF,
D3, S1 dan Apt.
Bagaimana Belum pernah Untuk apoteker Pelatihan Untuk pelatihan Pelatihan Untuk pelatihan Sebagian besar
dengan pelatihan sudah ada, tapi distribusi obat khusus distribusi obat diluar distribusi informan
khusus yang bukan pelatihan dan BMHP distribusi obat dan bmhp untuk obat dan bmhp menjelaskan
pernah diikuti tentang distribusi belum pernah dan bmhp untuk perawat belum sudah pernah. bahwa belum
oleh petugas obat dan BMHP. ada. perawat belum ada. pernah mengikuti
terkait distribusi ada. pelatihan terkait
obat dan BMHP? distribusi obat dan
BMHP. Sebagian
kecil menjelaskan
bahwa sudah
pernah ikut
pelatihan namun
bukan pelatihan
terkait distribusi
obat dan BMHP.
Berapa jumlah Di gudang tidak Di apotik terbagi 4 Di gudang 3 (pagi, siang, Shift terbagi 3: Pagi, siang, dan Untuk pegawai di
shift pegawai? terdapat shift. Di shift: Pagi (07.00- setiap hari dan malam) pagi, siang, malam apotik memiliki 4
apotik dibagi 4 14.00), Middle masuk dari malam shift yaitu shift
shift. (10.00-17.00), Senin – Jum’at pagi (07.00-

191
Siang (14.00- dan hari Sabtu 14.00), shift
21.00), dan dan Minggu midlle (10.00-
Malam (21.00- libur, karena 17.00), shift siang
07.00). Untuk ikut manajemen (14.00-21.00), dan
gudang tidak ada di atas. Kalau shift malam
shift, melainkan apotik terdapat (21.00-07.00).
masuk dari hari 4 shift. Untuk pegawai di
Senin-Jum’at dari gudang tidak
jam 07.00-16.00. memiliki shift,
karena jadwal
mereka mengikut
jadwal
manajamen yaitu
masuk setiap hari
Senin-Jum’at dari
jam 07.00-16.00.
dan Untuk seluruh
perawat diruangan
memiliki 3 shift
yaitu shift pagi,
siang dan malam.
SARANA
Fasilitas apa saja Tersedia mobil, Untuk obat Trolley, mobil, Kalau bmhp Kalau resep Trolley dan Fasilitas yang
yang digunakan trolley, dan menggunakan plastic klip dari gudang banyak kardus. Kalau digunakan dalam
dalam distribusi menggunkan plastic klip warna obat, dan menggunakan menggunakan untuk resep distribusi obat dan
obat dan BMHP karton atau biru, dan untuk karton/kardus trolley dan kursi roda, kalau banyak BMHP adalah
di Instalasi Rawat kardus. bmhp kardus. Tapi sedikit dibawa menggunakan mobil, trolley,
Inap? menggunakan kalau untuk ke sendiri begitu kursi roda kardus, karton,
trolley. apotik saja oleh palstik klip,
menggunakan perawat. Kalau dibawa sendiri
kursi roda. untuk bmhp dari tanpa alat dan
gudang kursi roda yang
menggunakan merupakan tidak
trolley. masuk dalam
standard alat
angkut distribusi.

192
Bagaimana Untuk trolley Untuk saat ini Trolley dan Untuk tempat Sudah Sudah Ketersediaan
ketersediaan sudah sudah mencukupi, mobil sudah penyimpanan mencukupi, tapi mencukupi, sarana dalam
sarana dalam mencukupi, tapi untuk kearah mencukupi, BMHP sudah kalu untuk walaupun menunjang proses
menunjang proses karena dilihat yang lebih baik hanya saja mencukupi dan akreditasi masih belum sesuai distrbusi obat dan
distribusi obat dan dari tempat masih dibilang kondisi trolley untuk obat belum. standard. BMHP di IRI
BMHP di penyimpanan ada yang kurang. saat ini sedikit hanya obat sudah mencukupi.
Instalasi Rawat alat tersebut ada kerusakan. emergency saja
Inap? (gudang) yang yang kita stok
masih sempit. diruangan.
Apakah terdapat Tempat Tempat Kurang Sistem Kotak obat yang Ruangan untuk Setiap instalasi
kendala pada penyimpanan penyimpanan obat kendaraan roda informasi masih kurang. tempat meracik memiliki kendala
sarana yang obat dan bmhp dan bmhp masih dua untuk obat rumah sakit obat tersebut, yang sama yaitu
mengahambat (gudang) yang seadanya, masih dan BMHP disini masih karena kurangnya tempat
distribusi obat dan masih pisah dan butuh rak-rak obat yang bersifat dikatakan diruangan ini penyimpanan obat
BMHP di jauh. untuk pasien. cito karena kurang bagus. masih meracik dan BMHP di
Instalasi Rawat kondisi gudang obat sendiri dari instalasi rawat
Inap? yang masih apotik, karena inap dan instalasi
terletak pisah kurangnya farmasi seperti rak
dan jauh. tenaga apotik, obat, rak bmhp,
jadi tempat dan ruangan untuk
meracik obat meracik.
dan tempat Kurangnya alat
penyimpanan angkut yaitu
masih kendaraan roda
digabung. dua dan trolley
Dibutuhkan khusus untuk di
trolley khusus ruangan. Dan
ruangan. sistem informasi
rumah sakit yang
belum maksimal.
PROSEDUR
Pedoman apa Bekerja Bekerja Bekerja Sebagian besar
yang digunakan menggunakan menggunkan menggunakan informan
ketika melakukan pedoman berupa pedoman berupa pedoman menjelaskan
distribusi obat dan standar standar berupa standar bahwa bekerja
BMHP di operasional operasional operasional menggunakan

193
Instalasi Rawat prosedur (SOP). prosedur (SOP) prosedur (SOP), pedoman berupa
Inap? SOP tersebut yang dikeluarkan namun tidak standar
berisikan oleh direktur. mengetahui operasional
berdasarkan dari SOP tersebut prosedur (SOP).
kegiatan sehari- seperti apa Sebagiannya
hari yang karena tidak kecilnya
dilakukan. pernah menjelaskan
mendapatkan bahwa SOP
dokumen tersebut
tersebut dan berdaraskan dari
tidak ada hasil kegiatan
sosialisasi sehari-hari yang
terkait SOP dilakukan, dan
tersebut. sebagaian
kecilnya lagi
menjelaskan
bahwa bekerja
menggunakan
SOP namun tidak
mengetahui SOP
tersebut seperti
apa karena tidak
pernah
mendapatkan
dokumen tersebut
serta tidak ada
sosialisasi terkait
SOP tersebut.
PROSES
PROSES ADMINISTRASI
Dalam periode Setiap dilakukan Untuk merekap Setiap ada obat
apa dilakukannya pengambilan resep setiap hari, dan BMHP
pencatatan dan barang setelah kalau untuk yang keluar
penyusunan dilakukan pemeriksaan ED dilakuan
laporan distribusi permintaan atau stok opname pencatatan dan
obat dan BMHP barang setiap sebulan rekapan.

194
di Instalasi Rawat kemudian di sekali, dan untuk
Inap? entry di Surat pengambilan
Bukti Barang barang/bmhp
Keluar (SBBK) setiap barang
dan dimasukan keluar dicatat.
ke laporan
pengeluaran
barang. Agar
mengetahui
jumlah stok
akhir.
PROSES PENYAMPAIAN BERITA
Siapa saja yang Petugas gudang, Petugas gudang, Kepala Kepala ruangan, Kepala ruangan, Karu, katim, Semua pegawai
terlibat dalam dan kepala petugas apotik, ruangan, perawat dan perawat dan perawat dan instalasi farmasi
proses ruangan atau dan perawat. Ada perawat, petugas instalasi petugas gudang. petugas gudang. dan kepala
penyampaian perawat. juga P O S, tapi petugas gudang farmasi ruangan serta
berita distribusi untuk ruangan dan petugas perawat di
obat dan BMHP intensif. apotik. instalasi rawat
di Instalasi Rawat inap terlibat dalam
Inap? proses
penyampaian
berita distribusi
obat dan BMHP
di IRI.
Metode apa yang Untuk distrbusi Untuk permintaan Menggunakan Formatnya Kalau sekarang Kalau bersifat Metode yang
digunakan dalam BMHP dari melalui resep. lisan dan form orang gudang sudah tidak cito digunakan dalam
proses gudang ke IRI untuk bmhp. dilakukan perlu menggunakan distribusi obat dan
penyampaian menggunakan Untuk bmhp Untuk obat keliling disetiap menggunakan telpon terlebih BMHP di IRI
berita distribusi form permintaan melalui form menggunakan ruangan, kalau telpon lagi, dahulu karena terbagi menjadi 2:
obat dan BMHP barang dan surat permintaan resep. obat tergantung karena sudah emergency, untuk distribusi
di Instalasi Rawat bukti barang barang. resep pasien. ada pegawai mamti baru obat di apotik
Inap? keluar untuk yang datang resepnya menggunakan
ruangan. keruangan diturinin ke resep, dan untuk
seminggu sekali apotik. Kalau distribusi BMHP
Untuk distribusi untuk untuk bmhp menggunakan
obat dari apotik memberikan menggunakan form permintaan

195
ke IRI form permintaan form barang yang
menggunakan barang apa yang permintaan. diberikan oleh
resep pasien dari habis nanti instalasi farmasi
dokter. kepala ruangan ke instalasi rawat
yang nulis di inap. Keduanya
form masih
permintaan. menggunakan
Kalau obat kita komunikasi
sesuaikan langsung dan
dengan resep tulisan manual.
saja.
Kapan Untuk obat Untuk resep setiap Bmhp Setiap hari Bmhp setiap Setiap hari Pelaksanaan
dilaksanakan tergantung resep hari. keruangan kamis petugas seminggu sekali. kalau resep. distribusi obat di
proses pasien. dilakukan gudang keliling Kalau obat Kalau bmhp instalasi rawat
penyampaian Untuk obat dan setiap hari memberikan setiap hari. seminggi sekali. inap dilakukan
berita distribusi Untuk BMHP bmhp keapotik kamis dan format setiap hari, karena
obat dan BMHP dilakukan setiap hari, dan jum’at serta permintaan, dan tergantung dari
di Instalasi Rawat seminggu sekali bmhp keruangan obat setiap besonya baru resep pasien yang
Inap? pada hari kamis seminggu sekali. resep yang didistribusiin. diberikan.
untuk pemberian datang. Kalau obat Pelaksanaan
dan setiap malam distribusi BMHP
pengambilan memberikan di instalasi rawat
form permintaan resep ke apotik, inap dilakukan
barang. Hari besok pagi baru setiap seminggu
jum’at kita ambil. sekali di hari
pemberian bmhp Kamis dan
keruangan. Jum’at.
Kendala apa yang Belum ada Sistem informasi Belum ada Perlu diadakan Perlu diaktifin Kalau untuk Kendala dalam
menghambat komputerisasi. rumah sakit (SIR) komputerisasi, komputerisasi sistem infromasi obat yang proses
proses belum sepenuhnya selama ini agar tidak perlu rumah sakit. bukan penyampaian
penyampaian berjalan. hanya langsung kesana-kesini emergency, berita distribusi
berita? komunikasi melakukan suka ditemukan obat dan BMHP
antara pegawai permintaan. mis komunikasi di instalasi rawat
dan perawat. antara petugas inap adalah butuh
gudang dengan diadakan dan
petugas apotik, diaktifin sistem

196
misalkan komputerisasi di
barang yang sistem infromasi
diminta ini, tapi rumah sakit, agar
di apotik proses
dibilang tidak penyampaian
ada, sedangkan berita tidak perlu
ketika ditanya untuk dilakukan
di gudang secara manual
kalau barang dengan
tersebut ada. kelilingnya
Tidak tahu petugas dan
petugas yang perawat, karena
baru, atau dilihat dari jumlah
petugas yang petugas yang
tidak masih belum
mengetahui mencukupi.
nama barang
tersebut.
PROSES PENGELUARAN FISIK BARANG
Siapa saja yang Petugas gudang Untuk apotik Petugas gudang Petugas gudang
terlibat dalam untuk obat dan petugas apotik. dan petugas dan petugas apotik
proses BMHP Untuk di gudang apotik. yang terlibat
pengeluaran fisik digudang. petugas gudang. dalam proses
barang? Petugas Apotik pengeluaran fisik
untuk obat dan barang, karena
BMHP di obat dan BMHP
Apotik. yang akan
didistribusikan
tersimpan di
apotik dan di
gudang.
Metode apa yang Pengeluaran FIFO dan FEFO Dilihat dari ED, Proses
digunakan dalam barang jika ED dekat, pengeluaran fisik
proses menggunakan maka itu yang barang yang
pengeluaran fisik metode FIFO duluan dilakukan di
barang? dan FEFO. dikeluarin. instalasi farmasi
untuk instalasi

197
rawat inap adalah
sistem FIFO dan
FEFO.
Kendala apa saja Kendala untuk Tempat Karena masih Masih terdapat
yang menghambat obat, karena penyimpanan rak manual, jadi kendala dalam
proses barangnya dari obat dan bmhp masih ada proses
pengeluaran fisik berbagai macam yang masih ditemukan pengeluaran fisik
barang? sumber, salah kurang. ketidaksamaan barang yaitu ada
satunya adalah antara jumlah beberapa obat
terdapat satu stok barang yang memiliki dua
barang dengan yang tersimpan sumber dana,
dua sumber dirak dengan tempat
dana dan sudah jumlah stok di penyimpanan rak
ditentukan kartu stok, obat dan bmhp
permasing- dikarenakan yang kurang dan
masing dana petugas yang masih terdapat
dengan suka lupa tidak kesamaan
ruangannya. sehingga ada anatara jumlah
Kendala untuk keselisihan. stok barang
bmhp untuk saat ditempat
ini tidak ada. penyimpanan
dengan jumlah di
kartu stok.
PROSES ANGKUTAN
Siapa saja yang Petugas gudang Perawat dan Petugas gudang Petugas Petugas gudang Perawat dan Proses angkutan
terlibat dalam dan perawat petugas gudang. dan perawat. instalasi farmasi dan perawat petugas gudang dilakukan oleh
proses ruangan. dan perawat petugas gudang
pengangkutan untuk distribusi
distribusi obat dan BMHP di IRI dan
BMHP di distribusi obat
Instalasi Rawat dilakukan oleh
Inap? perawat ruangan.
Alat pengangkut Trolley, dan Trolley atau Mobil, trolley, Kursi roda dan Trolley dari Dibawa sendiri Alat pengangkut
apa saja yang karton atau dibawa sendiri dan kardus. dibawa sendiri gudang, dibawa jika sedikit, jika yang digunakan
digunakan dalam kardus. oleh perawat. jika tidak berat. sendiri dan kursi banyak adalah mobil,
proses distribusi roda. menggunakan trolley,

198
obat dan BMHP kursi roda dan karton/kardus,
di IRI? trolley untuk diangkut sendiri
distribusi bmhp oleh petugas atau
keruangan. perawat, dan kursi
roda yang tidak
termasuk dalam
standar alat
pengangkut
distribusi barang.
Apakah terdapat Ukuran trolley Tidak ada. Trolley yang Belum ada Perlu diadakan Butuh trolley Kendala yang
kendala pada yang masih sudah ada trolley trolley khusus khusus. terjadi berkaitan
proses angkutan belum memadai. terdapat sedikit ruangan. trolley, ukuran
yang menghambat kerusakan dan trolley yang sudah
distribusi obat dan perlu diadakan tersedia belum
BMHP di IRI? kendaraan roda memadai, trolley
dua untuk yang sudah
barang yang tersedia juga
bersifat cito. mengalami
kerusakan fisik,
dibutuhkan
kendaraan roda
dua untuk barang
yang cito dan
trolley khusus
untuk instalasi
rawat inap.
PROSES PEMBONGKARAN DAN PEMUATAN
Siapa saja yang Sudah tanggung Perawat Kepala ruangan Petugas dan Petugas dan Semua perawat Proses
terlibat dalam jawab perawat diruangan. dan perawat itu perawat perawat terlibat. pembongkaran
proses di ruangan. sendiri. dan pemuatan
pembongkaran obat dan BMHP
dan pemuatan di ruangan lebih
obat dan BMHP sering dilakukan
di IRI? oleh perawat

199
Bagaimana Untuk Sudah sepenuhnya Untuk Langsung serah Diterima dan Datang dari Tahapan yang
tahapan pembongkaran tanggung jawab pembongkaran terima dan dimasukan apotik atau dilakukan pada
pembongkaran dilakukan pegawai. dilakukan dimasukan ke sesuai jenis gudang, terus saat proses
dan pemuatan pengecekan pengecekan tempat penyimpanan. diterima pembongkaran
obat dan BMHP terlebih dahulu, secara bersama- penyimpanan. kemudian di adalah serah
di IRI? untuk pemuatan sama antar simpan diempat terima barang dan
sudah tanggung petugas dan penimpanan. dilakukan
jawab perawat. perawat. Untuk pengecekan
pemuatan sudah berdasarkan
tanggung jawab petugas gudang,
kepala ruangan tetapi berdasarkan
atau perawat. perawat setelah
serah terima
langsung
dimasukan ke
tempat
penyimpanan obat
dan BMHP
(proses
pemuatan).
Apakah pernah Kadang Dilakukan Dilakukan Tidak ada, jadi Tidak, langsung Kadang-kadang Hampir tidak
dilakukan dilakukan pengecekan pengecekan kalau barang ditaruh dilemari. melakukan
pengecekan pengecekan, terhadap obat high keruangan. datang langsung pengecekan
terhahap karena kadang alert/emergency dimasukan ke terlebih dahulu
pemuatan barang ada yang belum yang distok tempat setelah barang
yang tersimpan di satu minggu diruangan. penyimpanan. datang.
IRI? sudah habis.
Apakah terdapat Terdapat Masih kurangnya Masih terdapat Kurangnya Kurang kotak Kurang ruangan Kendala yang
kendala dalam penumpukan pegawai untuk penumpukan tenaga/perawat obat dan bmhp untuk tempat terjadi pada proses
pembongkaran barang di melakukan barang di sehingga untuk steril yang obat pembongkaran
dan pemuatan ruangan pada pengecekan obat tempat perawat terlalu penyimpanan, diracik. dan pemuatan
obat dan BMHP saat pemuatan hight penyimpanan tumpang tindih jadi masih ada berdasarkan
di IRI? dipenyimpanan alert/emergency barang dan tidak yang dicampur. pegawai instalasi
barang. diruangan. diruangan. melalukan farmasi masih
pengecekan terdapat
penumpukan

200
barang yang barang pada saat
masuk. pemuatan barang
di tempat
penyimpanan dan
masih kurangnya
pegawai untuk
melakukan
pengecekan obat
high alert di
ruangan.
Berdasarkan
kendala yang
dialami oleh
perawat adalah
kurangnya SDM
untuk melakukan
pengecekan dan
kurangnya tempat
penyimpanan
barang atau
ruangan.
OUTPUT
Ketersediaan dan Keamanan
Bagaimana Kualitas obat Sejauh ini baik- Tidak menentu. Kualitas obat dan
keamanan obat dan BMHP baik aja. BMHP yang telah
dan BMHP yang sesuai dengan didistribusikan
telah diminta saja. masih dikatakan
didistribusikan ke baik.
IRI?
Apakah pernah Pernah Pernah tapi Pernah sekali Pernah ditemukan
ditemukan beberapa kali kadang-kadang. dua kali dalam kerusakan atau
kerusakan atau ditemukan. seminggu kecacatan.
kecacatan pada
obat dan BMHP
yang sudah di

201
distribusikan ke
IRI?
Kerusakan dan Kalau untuk Pernah Pernah kalau Kerusakan atau
kecacatan seperti obat pernah sebelumnya obat yang kecatatan yang
apa yang sering ditemukan obat ditemukan obat dekat-dekat terjadi pada obat
terjadi? yang yang expirenya dengan expire, adalah obat-obat
seharusnya sudah hampir obat injeksi yang sudah
putih, tapi saat mendekati, yang berubah mendekati ED
didistribusikan kemudian warnanya, (expire date) tetap
obatnya sudah pernah ada bmhp seperti diresepin ke
berubah warna kemasan obat handscoon ruangan, ada
kuning. dan bmhp yang pernah perubahan warna
Terdapat obat cacat atau rusak. ditemukan pada obat injeksi
yang sudah sudah berjamur, atau cair, terdapat
pecah dan ada aroma wangi juga obat yang
obat yang satu bedak bayi kemasannya
bulan mau yang sudah sudah pecah dan
expire tetap tidak sedap rusak.
diresepin atau lagi, dan pernah Kerusakan atau
distribusikan dilakukan retur kecatatan yang
serta terjadi terhadap terjadi pada bmhp
penumpukan baranng yang adalah ditemukan
obat akibat rusak, tapi hari barang seperti
tidak langsung besoknya tetap handscoon yang
diretur karena barang yang sudah berjamur,
SDM atau seperti itu lagi dan aroma wangi
perawat kurang. yang bedak yang sudah
Kalau untuk didistribusikan tidak sedap.
bmhp tidak ada. Kendala yang
terjadi pada obat
atau barang yang
rusak, setelah
dilakukan retur
untuk barang
baru, dan minta
diganti, tapi

202
dikemudian hari
tetap barang yang
rusak tersebut
yang
diditribusikan.
Apakah dilakukan Kalau obat Obat dilakukan Dilakukan Dilakukan
pengecekan dilakukan pengecekan, tapi pengecekkan pengecekan
terlebih dahulu pengecekan kalau bmhp terlebih dahulu terhadap jumlah
terhadap jumlah karena harus tidak dilakukan obat, tetapi untuk
obat dan BMHP sesuai dengan pengecekan. pengecekan
yang diminta resep, kalau jumlah bmhp
dengan yang bmhp tidak. tidak dilakukan.
didistribusikan ke
IRI?
KETEPATAN JENIS
Apakah jenis obat Kadang ada, Tidak menentu Kadang-kadang Hampir semua
dan BMHP yang kadang tidak perawat
diminta oleh IRI tersedia. mengatakan
selalu tersedia di ketersediaan jenis
IF? obat yang diminta
dengan yang
didistribusikan
masih tidak
menentu, karena
nanti tersedia
ataupun tidak
tersedia.
Apakah dilakukan Kalau obat Kadang Untuk obat Dilakukan
pengecekan dilakukan dilakukan dilakukan pengecekan
terlebih dahulu pengecekkan, pengecekan, pengecekan, terhadap jenis
terhadap jenis tapi kalau bmhp kadang tidak, untuk bmhp obat, tetapi untuk
obat dan BMHP langsung tergantung tidak. pengecekan jenis
yang diminta dimasukan ke tingkat bmhp tidak
dengan yang tempat kesibukan dilakukan.
didistribusikan ke penyimpanan. kepala ruangan
IRI?

203
dan perawat
pada saat itu.
Apakah pernah Pernah tapi Kadang-kadang Pernah Pernah terjadi
terjadi kesalahan tidak setiap kesalahan pada
jenis obat dan hari, bisa sekali jenis obat.
BMHP yang dua kali dalam
diminta oleh IRI seminggu,
berbeda dengan
yang
didistribusikan
oleh IF?
Kesalahan jenis Obat yang Bmhp tidak Diminta barang Kesalahan jenis
seperti apa diminta dengan pernah apa, tapi yang yang terjadi
yang terjadi? yang ditemukan diberikan adalah obat dan
didistribusikan kesalahan jenis. berbeda. bmhp pada saat
tidak sama, ada Kalau obat permintaan
tapi dengan kadang suka dengan yang
merek yang ditemukan didistribusikan
berbeda. Kalau ketidaksamaan masih terjadi
untuk bmhp saat jenis yang perbedaan atau
ini tidak ada. diminta dengan tidak sesuai
yang dengan
disitiribusikan. permintaan.
KETEPATAN JUMLAH
Apakah pernah Pernah, tapi Pernah untuk Pernah Pernah ditemukan
terjadi kesalahan tidak sering. beberapa kali kesalahan dalam
jumlah obat dan jumlah obat dan
BMHP yang bmhp yang
diminta oleh IRI didistribusikan.
berbeda dengan
yang
didistribusikan
oleh IF?

204
Kesalahan jumlah Kalau obat Kalau bmhp Sesuai kalau Kesalahan jumlah
seperti apa yang palingan tidak suka tidak sesuai dari gudang yang terjadi
terjadi? ada. Tapi kalau dengan jumlah yang untuk adalah jumlah
bmhp, jika yang diminta permintaan obat dan BMHP
jumlahnya tidak dengan yang bmhp, kecuali yang
sesuai dihari itu, didistribusikan, kalau lagi tidak didistribusikan
dihari besoknya kalau kurang ada, dari tidak sesuai
akan dipenuhi pinjem gudang dengan yang
atau dikirim keruangan konfirmasi dilakukan pada
lagi, atau jika sebelah. Kalau kalau barang saat permintaan.
bersifat cito obat tidak kosong. Kalau
pinjem terlebih pernah dari apotik,
dahulu dengan ditemukan suka beda
ruangan lain, kesalahan jumlah antara
baru nanti kalau jumlah karena jumlah barang
sudah ada harus sesuai yang diminta
dikembalikan. dengan resep. dengan yang
diberikan.
Misalkan butuh
dispo 15 buah
untuk satu hari
24 jam, tapi
nanti
dikasihnya
Cuma 5 dari
apotik, jadi
sangat jauh
perbedaannya.
KETEPATAN WAKTU
Kapan Kalau obat Bmhp seminggu Kalau bmhp Waktu yang
dilakukannya tergantung sekali hari kamis seminggu dilakukan untuk
distribusi obat dan resep, dan jmu’at. sekali. distribusi obat
BMHP di IRI? diresepkan Kalau obat Misalkan adalah setiap hari
malam ke setiap hari. minggu ini atau tergantung
apotik, besok setiap hari resep pasien.
pagi baru kamis dan Kalau untuk

205
diambil di jum’at tapi distribusi bmhp
apotik oleh nanti minggu setiap seminggu
perawat. Kalau besok bisa lebih sekali di hari
untuk bmhp cepat hari Kamis dan
seminggu selasa dan rabu, Jum’at.
sekali. tidak tahu
karena mereka
kerajinan atau
apa. Kalau
untuk obat
setiap
diresepkan.
Apakah waktu Rutin Rutin Kadang rutin, Waktu yang
distribusi yang kadang lebih dilakukan untuk
dilakukan selalu cepat. distribusi selalu
rutin dan tetap? Keseringan rutin terutama
rutin pada bmhp.
Apakah waktu Tidak Tidak, karena Tidak, suka Waktu distribusi
distribusi yang distribusi lebih cepat saja. yang dilakukan
sudah ditentukan dilakukan setiap pada saat
terutama bmhp pagi untuk distribusi bmhp
mengganggu di bahan medis tidak menganggu
waktu yang tidak habis pakai proses pelayanan
tepat atau pada di IRI.
saat pelayanan di
IRI?

206
Matriks Hasil

No Domain Unit Wawancara Observasi Telaah Dokumen Kesimpulan


Input
1 SDM Gudang Jumlah pegawai yang terlibat dalam Sebagian besar Di gudang terdapat Sumber daya manusia yang
Farmasi distribusi obat dan BMHP di gudang petugas gudang dokumen terkait terlibat dalam distribusi obat
farmasi berjumlah 5 (lima) orang sudah uraian tugas dan dan BMHP di gudang farmasi
terdiri dari: 2 (dua) orang asisten melaksanakan latar pendidikan dalam jumlah petugas sudah
apoteker antara lain Kepala Gudang seluruh uraian formal dari sesuai, dari segi uraian tugas
Farmasi atau Kepala bagian tugasnya, namun pegawai. yang sudah tersedia belum
Penyimpanan dan Distribusi serta 3 sebagian kecil sepenuhnya dilaksanakan oleh
(tiga) Admin antara lain petugas masih terdapat pegawai. Latar belakang
pelaksana distribusi obat dan bahan uraian tugas yang pendidikan petugas di gudang
medis habis pakai. belum farmasi lebih banyak petugas
dilaksanakan oleh yang berpendidikan akhir SMA
Uraian tugas kepala bagian distribusi pegawai. dibandingkan SMF, D3 atau S1.
bertugas sebagai pembuat laporan dan Pelatihan dalam melakukan
mencatat setiap barang yang keluar dan distribusi obat dan bahan medis
masuk dan melakukan stok opname itu sendiri belum pernah diikuti
setiap tiga bulan sekali dan uraian sama sekali untuk pegawai
tugas petugas pelaksana bertugas gudang, serta tidak ada jadwal
sebagai yang melakukan amprahan, shift melainkan pegawai
memberikan form permintaan ke gudang mengikuti jadwal jam
ruangan, meyiapkan barang dan kerja yang sudah ditetapkan
melakukan pengecekan kesesuaian oleh manajemen rumah sakit
barang. yaitu senin-jum’at.

Seluruh informan menjelaskan bahwa


latar pendidikan formal dari tenaga
kerja adalah SMA, SMF, dan S1.

Belum pernah mengikuti pelatihan


khusus untuk distribusi obat dan
bahan

207
medis habis pakai, begitu juga dengan
pelatihan yang lain, petugas gudang
belum pernah sama sekali mengikuti
pelatihan dalam kegiatan apapun,
sehingga dalam melakukan kegiatan
atau membuat form dilakukan dengan
ide atau kreasi sendiri.

Petugas gudang tidak menggunakan


jadwal shift, melainkan hanya terdapat
jadwal hari kerja, karena jadwal
petugas gudang mengikuti jadwal jam
kerja di Manajemen Rumah Sakit itu
sendiri yaitu masuk setiap hari Senin
sampai dengan Hari Jum’at. Hari
Senin sampai hari Kamis dari jam
07.30 –
16.00 WIB, sedangkan hari Jum’at
dari jam 07.30 – 16.30 WIB.
Apotik Jumlah pegawai yang terlibat dalam Informan sudah Di apotik terdapat Sumber daya manusia yang ada
distribusi obat dan BMHP di apotik melaksanakan dokumen terkait di Apotik dalam jumlah petugas
berjumlah 19 (sembilan belas) orang seluruh uraian jumlah petugas, sudah sesuai, dari segi uraian
yang terdiri dari: 7 (tujuh) apoteker tugasnya uraian tugas dan tugas yang sudah tersedia sudah
antara lain Kepala bagian Pelayanan latar pendidikan sepenuhnya dilaksanakan oleh
Farmasi Rawat Inap dan 12 (dua formal dari pegawai, berdasarkan latar
belas) asisten apoteker. pegawai. belakang pendidikan petugas di
apotik lebih banyak petugas
Kepala bagian pelayanan farmasi yang berpendidikan akhir SMF
rawat inap bertugas sebagai entry dibandingkan D3 atau S1,
resep, pengambilan atau penyiapan petugas apotik sudah pernah
resep dan peracikan resep serta mengikuti pelatihan namun
melakukan stok opname setiap pelatihan yang pernah diikuti
sebulan sekali. dalam melakukan distribusi
obat dan bahan medis itu
Seluruh informan menjelaskan bahwa sendiri belum pernah diikuti
latar pendidikan formal dari tenaga sama sekali untuk petugas
kerja adalah SMA, SMF, D3, S1 dan apotik serta
Apt.

208
jadwal shift di apotik terbagi
Petugas apotik sudah pernah menjadi 4 shift.
mengikuti pelatihan, namun bukan
pelatihan tentang distribusi obat dan
bahan medis habis pakai, melainkan
pelatihan dalam hal lain.

Jadwal shift petugas apotik terbagi


menjadi 4 shift
Instalasi dari 7 (tujuh) ruangan rawat inap di - Instalasi Rawat Sumber daya manusia yang ada
Rawat RSU Tangerang Selatan hanya bisa Inap tidak terdapat di ruangan rawat inap
Inap dilakukan wawancara dengan 3 (tiga) dokumen terkait berjumlah berbeda-beda, dan
ruangan rawat inap, sehingga jumlah jumlah perawat dan belum terdapat uraian tugas
perawat dari masing-masing ruangan uraian tugas yang terkait distribusi obat dan
berjumlah 20 (dua puluh) perawat perawat tentang BMHP, perawat di ruangan
untuk ruang rawat penyakit dalam, 15 distribusi obat dan rawat inap sudah pernah
(lima belas) perawat untuk ruang bahan medis habis mengikuti pelatihan namun
rawat nifas dan 16 (enam belas) pakai. pelatihan dalam melakukan
perawat untuk ruang rawat intenstif distribusi obat dan bahan medis
perawatan bayi (NICU). itu sendiri belum pernah diikuti
sama sekali untuk perawat di
Tidak ada uraian tugas perawat terkait ruangan rawat inap dan perawat
distribusi obat dan bahan medis habis memiliki 3 jadwal shift yaitu
pakai. pagi, sore, dan malam.

Perawat di ruang rawat inap sudah


pernah mengikuti pelatihan, namun
bukan pelatihan tentang distribusi obat
dan bahan medis habis pakai,
melainkan pelatihan dalam hal lain.

Perawat diruangan rawat inap


memiliki jadwal shift yang terbagi
menjadi 3
(tiga) shift.
2 Sarana Gudang Seluruh informan menjelaskan bahwa Fasilitas yang Fasilitas yang digunakan di
Farmasi fasilitas yang digunakan untuk digunakan masih gudang farmasi berupa 1 buah

209
distribusi obat dan BMHP adalah 1 bersifat manual mobil, 2 buah trolley, kardus,
mobil, 2 trolley, dan kardus. pada penulisan dan 2 buah computer untuk
form permintaan menginput dan merekap keluar
Seluruh informan menjelaskan bahwa barang baik dari dan masuknya barang, namun
ketersediaan fasilitas yang digunakan apotik maupun ke dalam penulisan form
sudah mencukupi, namun masih instalasi rawat permintaan barang masih
terdapat kendala atau kurangnya inap. Terdapat 2 bersifat manual baik dari apotik
fasilitas seperti kondisi gudang yang buah computer maupun ke instalasi rawat inap
sempit, terpisah dan jauh. untuk menginput dan kondisi gudang yang
dan merekap sempit, terpisah dan jauh.
keluar masuknya
barang digudang
farmasi serta
terdapat 1 buah
mobil, 2 trolley
dan kardus.
Apotik Seluruh informan menjelaskan Fasilitas yang - Untuk mengentry resep fasilitas
menggunakan sistem infromasi rumah digunakan berupa di apotik sudah menggunakan
sakit untuk mengentry resep. komputerisasi komputerisasi, namun masih
pada sistem kurangnya rak obat untuk
Seluruh informan menjelaskan bahwa informasi rumah pasien.
ketersediaan fasilitas yang digunakan sakit untuk
sudah mencukupi, namun masih mengentry data
terdapat kendala atau kurangnya resep atau
fasilitas seperti kurangnya rak obat administrasi.
untuk pasien.
Instalasi Sebagian besar informan menjelaskan Fasilitas yang Fasilitas yang digunakan di
Rawat bahwa fasilitas yang digunakan adalah digunakan berupa apotik berupa kursi roda dan
Inap kursi roda, sebagian kecil menjelaskan manual pada mengangkut sendiri oleh tangan
dengan menggunakan angkut sendiri penulisan resep perawat, namun dalam
(tangan perawat). dan form penulisan resep dan form
permintaan permintaan barang masih
Seluruh informan menjelaskan bahwa barang, serta bersifat manual baik dari apotik
ketersediaan fasilitas yang digunakan dalam maupun ke gudang farmasi dan
sudah mencukupi, namun masih pengangkutan butuh trolley khusus untuk
terdapat kendala atau kurangnya barang ruangan rawat inap.

210
fasilitas seperti trolley khusus untuk menggunakan
ruangan rawat inap. kursi roda atau
diangkut sendiri
oleh perawat.
3 Prosedur Gudang Sebagian besar informan menjelaskan Sebagian besar Prosedur yang Sudah tersediannya standard
Farmasi bahwa bekerja menggunakan alur kerja petugas terkait berupa SOP operasional prosedur terkait
pedoman berupa standar operasional dalam distribusi sistem distribusi obat dan
prosedur (SOP). Sebagian kecilnya bahan medis BMHP. Namun masih terdapat
menjelaskan bahwa SOP tersebut habis pakai ke ketidaksesuaian pada alur kerja
berdasarkan dari hasil kegiatan sehari- ruangan sudah yang terdapat di standard
hari yang dilakukan, dan sebagaian sama dengan operasional prosedur dengan
kecilnya lagi menjelaskan bahwa standard pelaksanaannya.
bekerja menggunakan SOP namun operasional
tidak mengetahui SOP tersebut seperti prosedur (SOP).
apa karena tidak pernah mendapatkan Namun sebagian
dokumen tersebut serta tidak ada kecil masih
sosialisasi terkait SOP tersebut. terdapat alur
kerja petugas
SOP yang berkaitan dengan distribusi yang
obat dan BMHP di gudang farmasi tidak sama
terdapat 2 SOP, yaitu distribusi obat dengan SOP. Alur
ke apotik sebelum didistribusikan ke kerja yang tidak
ruangan rawat inap, dan SOP tentang sama dengan
distribusi BMHP ke instalasi rawat yang dilakukan
inap. oleh pegawai
pada saat
distribusi adalah
petugas
memberikan form
permintaan
barang terlebih
dahulu ke
ruangan,
kemudian petugas
gudang tidak
melakukan cek
fisik BMHP

211
terlebih dahulu
yang masih
tersedia di
ruangan di unit
pelayanan, serta
BMHP yang
sudah
didistribusikan
dari gudang ke
ruangan rawat
inap langsung
ditandatangani
SBBK oleh
kepala ruangan
atau perawat,
kemudian BMHP
langsung
dimasukan ke
dalam lemari
penyimpanan
tanpa melakukan
pengecekan
jumlah BMHP
secara bersamaan
(petugas gudang
dan perawat).
Apotik Pedoman yang digunakan dalam Seluruh alur kerja Prosedur yang Sudah tersediannya standard
distribusi obat dan BMHP di apotik petugas dalam terkait berupa SOP operasional prosedur terkait
berupa SOP. pelayanan pasien sistem distribusi obat dan
rawat inap sudah BMHP di apotik dan SOP yang
SOP yang berkaitan dengan distribusi sama dengan ada sudah sesuai dilakukan
obat dan BMHP di apotik terdapat 1 standard pada saat pelaksanaanya.
SOP, yaitu pelayanan pasien rawat operasional
inap. prosedur (SOP)
yang sudah
ditetapkan.

212
Instalasi Tidak ada prosedur terkait distribusi - Tidak ada Tidak terdapat pedoman yang
Rawat obat dan bahan medis habis pakai dokumen terkait digunakan dalam melakukan
Inap pedoman prosedur kerja di instalasi rawat
yang digunakan inap terkait distribus obat dan
dalam melakukan bahan medis habis pakai.
prosedur kerja
terkait distribusi
obat dan bahan
medis habis pakai.
Proses
4 Proses Administrasi Proses administrasi yang dilakukan Perekapan barang Proses administrasi sudah
dalam perekapan barang yang keluar yang keluar dan dilakukan setiap hari dan
dan masuk di gudang dan pengentryan masuk serta penyusunan laporan dalam
data resep yang masuk di apotik pengentryan periode bulanan dan semesteran
dilakukan dalam periode harian dan resep dilakukan
penyusunan laporan dilakukan dalam dalam periode
periode bulanan dan semesteran. harian.

213
5 Proses Penyampaian Berita Petugas yang terlibat dalam proses Petugas sudah Terdapat dokumen Penyampaian berita dilakukan
penyampaian berita adalah seluruh melakukan cara pengisian oleh seluruh petugas dengan
petugas gudang farmasi, petugas pengisian form form permintaan menggunakan metode tertulis
apotik dan perawat. secara sesuai obat dan BMHP. dan manual dengan
yang terdapat di memberikan form permintaan
Metode yang digunakan dalam proses form permintaan barang. Form penyampaian
penyampaian berita berupa form obat untuk apotik berita dilakukan setiap hari
permintaan barang secara tertulis yang dan form untuk permintaan obat dan
dinamakan form permintaan barang permintaan bmhp di apotik dan setiap
atau SBBK (surat bukti barang keluar) BMHP untuk kamis dan jum’at dilakukan
baik untuk distribusi obat di apotik ruangan rawat untuk permintaan bmhp di
maupun distribusi BMHP di instalasi inap. gudang farmasi. Namun masih
rawat inap. Sedangkan penyampaian terdapat kendala karena belum
berita dari instalasi rawat inap terkomputerisasi.
menggunakan resep pasien yang
diberikan oleh dokter secara tertulis
dan manual.

Jadwal pemberian form penyampai


berita dilakukan pada setiap hari untuk
permintaan obat di apotik dan setiap
seminggu sekali untuk permintaan
BMHP di ruangan rawat inap yaitu
hari kamis dan jum’at. Sedangkan
untuk permintaan obat dari isntalasi
rawat inap di lakukan setiap hari.

Masih terdapat kendala dalam proses


penyampaian berita yaitu belum
terkomputerisasi.

214
6 Proses Pengeluaran Fisik Petugas yang terlibat dalam proses Petugas sudah Terdapat dokumen Masih ditemukan kendala
Barang pengeluaran fisik barang baik obat melakukan cara pengisian dalam proses pengeluaran fisik
maupun BMHP adalah seluruh pengisian form kartu stok untuk barang,
petugas gudang dan apotik. secara sesuai barang yang masuk
yang terdapat di maupun barang
Metode yang digunakan dalam proses form permintaan yang keluar
pengeluaran fisik barang adalah obat untuk apotik termasuk
metode FEFO. dan form pengeluaran fisik
permintaan barang.
Dalam proses pengeluaran fisik BMHP untuk
barang masih terdapat kendala yaitu ruangan rawat
masih terjadinya perbedaan jumlah inap.
antara jumlah di kartu stok dengan
jumlah
yang ada di tempat penyimpanan
barang.

215
7 Proses Angkutan Petugas yang terlibat dalam proses
angkutan adalah 3 orang admin atau
petugas pelaksana distribusi baik
distribusi obat ke apotik maupun
distribusi BMHP di ruang rawat inap.
Sedangkan yang terlibat dari instalasi
rawat inap yaitu perawat.

Alat angkut yang digunakan adalah 1


buah mobil untuk pengakutan obat
dan BMHP dari gudang luar ke
gudang dalam. 1 buat trolley dan
kardus baik untuk obat ke apotik
maupun BMHP ke ruang rawat inap.
Sedangkan alat angkut yang
digunakan dari apotik ke ruang rawat
inap adalah kursi roda untuk jumlah
yang banyak dan diangkut sendiri oleh
perawat untuk jumlah yang sedikit.

Tahapan dalam penyusunan obat dan


BMHP di alat angkut adalah
mempersiapkan barang terlebih
dahulu, kemudian dimasukan kedalam
kardus untuk penyimpanan sementara,
lalu diletakan dan disusun secara rapih
di trolley yang kemudian
didistribusikan.
8 Proses Pembongkaran dan Pegawai yang terlibat dalam proses
Pemuatan pembongkaran dan pemuatan barang di
instalasi rawat inap adalah petugas
gudang dan perawat.
Output
9 Tersalurkannya obat dan Sebagian besar informan menjelaskan Obat dan bahan medis habis
bahan medis habis pakai di bahwa keamanan obat dan BMHP pakai yang sudah
Instalasi masih dikatakan sesuai dengan yang didistribusikan belum efisien
Rawat Inap yang efisien

216
diminta dan baik-baik saja, namun dan sesuai dengan Permenkes
masih terdapat kendala atau kerusakan Nomor 58 tahun 2014
yang terjadi diantaranya perubahan
warna pada obat yang injeksi atau
cair, obat yang sudah hamper habis
masa expirenya, masih diresepkan atu
didistribusikan dan masih ditemukan
kemasan obat dan BMHP yang rusak
atau cacat. Sebagian kecil informan
menjelaskan bahwa kualitas obat dan
BMHP masih tidak menentu, karena
masih ditemukan kerusakan pada obat
maupun BMHP.
Seluruh infroman menjelaskan bahwa
ketersedian obat dan BMHP masih
dapat dikatakan tidak menentu, karena
masih ditemukan beberapa kesalahan
pada jenis misalnya jenis obat yang
diminta dengan yang didistribusikan
masih terdapat ketidaksamaan.
Sedangkan BMHP belum pernah
ditemukan kesalahan jenis

2 (dua) orang informan menjelaskan


bahwa untuk obat dilakukan
pengecekan jenis sedangkan BMHP
tidak dilakukan pengecekan.
Sedangkan 1 (satu) orang informan
mengatakan bahwa pengecekan
dilakukan tergantung tingkat
kesibukan kepala ruangan atau
perawat
diruangan.
Seluruh informan menjelaskan bahwa
jumlah BMHP yang diberikan dari
gudang farmasi ke instalasi rawat inap
masih terdapat kesalahan jumlah atau

217
jumlah yang diberikan tidak sesuai
dengan yang diminta dengan yang
diberikan, namun hal tersebut jika
bersifat cito maka dapat diatasi segera
dengan cara meminjam barang dengan
ruangan rawat inap yang lain dan jika
barang tersebut sudah diberikan
kembali oleh gudang farmasi maka
ruangan ranap yang meminjam
barang, berhak mengembalikan
barang yang telah dipinjam dari ranap
lain. Sedangkan jumlah obat tidak
pernah
ditemukan kesalahah jumlah.
Seluruh informan menjelaskan bahwa
waktu yang dilakukan dalam distribusi
obat adalah setiap hari atau setiap kali
ada resep pasien, sedangkan distribusi
BMHP dilakukan pada setiap
seminggu sekali dan seluruh informan
mengatakan bahwa waktu yang sudah
ditentukan tidak mengganggu waktu
pelayanan pada saat di instalasi rawat
inap.

218
TRIANGULASI DATA

No. Domain Wawancara Observasi Telaah Dokumen


1 Sumber Daya Sebagian besar informan menjelaskan bahwa Berdasarkan hasil Di Instalasi Farmasi terdapat dokumen
Manusia tenaga yang terlibat dalam distribusi obat dan observasi, sebagian terkait jumlah petugas, uraian tugas dan
BMHP adalah semua tenaga yang ada di besar informan sudah latar pendidikan formal dari pegawai,
instalasi farmasi dan perawat di instalasi melaksanakan seluruh sedangkan di Instalasi Rawat Inap tidak
rawat inap. Sebagian kecil menjelaskan uraian tugasnya, namun terdapat dokumen terkait jumlah perawat
bahwa pada disaat tertentu tenaga kerja akan sebagian kecil masih dan uraian tugas perawat tentang
dibantu oleh siswa/ mahasiswa yang sedang terdapat uraian tugas distribusi obat dan bahan medis habis
PKL maupun magang. yang belum pakai.
dilaksanakan oleh
Seluruh informan menjelaskan bahwa uraian pegawai.
tugas dari masing-masing pegawai sebagai
berikut:
a. Kepala bagian distribusi bertugas
sebagai pembuat laporan dan
mencatat setiap barang yang
keluar dan masuk dan melakukan
stok opname setiap tiga bulan
sekali.
b. Kepala bagian pelayanan farmasi
rawat inap bertugas sebagai entry
resep, pengambilan atau penyiapan
resep dan peracikan resep serta
melakukan stok opname setiap
sebulan sekali.
c. Petugas pelaksana bertugas sebagai
yang melakukan amprahan,
memberikan form permintaan ke
ruangan, meyiapkan barang dan
melakukan pengecekan kesesuaian
barang.

219
Seluruh informan menjelaskan bahwa
latar pendidikan formal dari tenaga kerja
adalah SMA, SMF, D3, S1 dan Apt.

Sebagian besar informan menjelaskan bahwa


belum pernah mengikuti pelatihan terkait
distribusi obat dan BMHP. Sebagian kecil
menjelaskan bahwa sudah pernah ikut
pelatihan namun bukan pelatihan terkait
distribusi obat dan BMHP.
2 Sarana Sebagian besar informan menjelaskan bahwa - -
fasilitas yang digunakan untuk distribusi obat
dan BMHP adalah 1 mobil, 2 trolley, kardus,
dan palstik klip. Sebagian kecil menjelaskan
bahwa fasilitas yang digunakan adalah kursi
roda dari instalasi rawat inap.

Seluruh informan mejelaskan bahwa


ketersediaan fasilitas yang digunakan untuk
distribusi obat dan BMHP sudah mencukupi,
namun masih terdapat kendala atau
kurangnya fasilitas seperti kondisi gudang
yang sempit, terpisah dan jauh. Selain itu,
masih kurang rak-rak obat untuk pasien, dan
kurang kendaraan roda dua untuk barang
yang bersifat
cito
3 Prosedur Sebagian besar informan menjelaskan bahwa Berdasarkan hasil Terdapat 2 (dua) dokumen Standar
bekerja menggunakan pedoman berupa observasi, sebagian Operasional Prosedur (SOP) di Instalasi
standar operasional prosedur (SOP). besar pegawai sudah Farmasi sebagai pedoman dalam prosedur
Sebagiannya kecilnya menjelaskan bahwa berkerja sesuai dengan kerja distribusi obat dan bahan medis
SOP tersebut berdaraskan dari hasil kegiatan SOP. Sebagian kecil habis pakai yaitu SOP tentang Distribusi
sehari-hari yang dilakukan, dan sebagaian masih terdapat pegawai Barang Medis Habis Pakai (BMHP) ke
kecilnya lagi menjelaskan bahwa bekerja yang belum melakukan Unit Pelayanan (Ruangan) dan SOP
menggunakan SOP namun tidak mengetahui distribusi sesuai SOP. tentang Pelayanan Pasien Rawat Inap.
SOP tersebut seperti apa karena tidak pernah

220
mendapatkan dokumen tersebut serta tidak Di Instalasi Rawat Inap tidak terdapat
ada sosialisasi terkait SOP tersebut. dokumen prosedur kerja terkait distribusi
obat dan bahan medis habis pakai.
4 Proses Seluruh informan menjelaskan bahwa periode - -
Administrasi yang dilakukan dalam proses administrasi
adalah setiap kali dilakukan permintaan
barang masuk maupun barang keluar.
5 Proses Seluruh infroman menjelaskan bahwa tenaga - Tahapan dalam pengisian form
Penyampaian yang terlibat dalam proses penyampaian berita permohonan permintaan barang adalah
Berita adalah petugas gudang, petugas apotik dan yang menerima dari bagian atau ruangan
kepala ruangan atau perawat diruangan. apa, nomor urut, nama dan kode barang,
jumlah (angka), satuan, tanggal pemberian
Seluruh informan menjelaskan bahwa metode form, tanda tangan yang menerima, dan
yang digunakan dalam proses penyampaian tanda tangan yang menyerahkan.
berita menggunakan form permintaan untuk
BMHP dan melalui resep untuk obat.

Seluruh infroman menjeleskan bahwa waktu


yang dilakukan untuk distribusi obat
dilakukan setiap kali atau setiap hari
tergantung resep pasien, sedangkan distribusi
BMHP dilakukan setiap seminggu sekali
pada hari kamis dan Jum’at.

Sebagian besar infroman menjelaskan bahwa


masih terdapat kendala terkait proses
panyampaian berita yaitu belum terdapat
sistem komputerisasi. Sebagian kecil
menjelaskan bahwa kendala yang terkait
proses penyampaian berita adalah masih
terdapat mis komunikasi antara petugas
instalasi farmasi dengan perawat di instalasi
rawat inap.
6 Proses Seluruh informan menjelaskan bahwa tenaga - Tahapan dalam pengisian kartu stock
Pengeluaran yang terlibat dalam proses pengeluaran fisik adalah menulis nama barang, satuan,
Fisik Barang tanggal barang keluar, jumlah barang

221
barang adalah petugas instalasi farmasi baik keluar, jumlah barang sisa, dan keterangan
petugas apoti maupun petugas gudang. (penulisan tanggal expire date dan paraf
petugas gudang yang mengambil barang).
Seluruh infroman menjelaskan bahwa metode
yang digunakan dalam proses pengeluaran
fisik barang adalah metode FIFO dan FEFO.

Seluruh informan menjelaskan bahwa masih


terdapat kendala dalam proses pengeluaran
fisik barang seperti masih terdapat satu
barang dengan dua sumber dana, rak
penyimpanan
barang yang masih kurang dan belum
terdapat sistem komputersasi.
7 Proses Seluruh informan menjelaskan bahwa tenaga 1 Mobil, 2 trolley, -
Angkutan yang terlibat dalam proses angkutan adalah karton, kardus, plastic
petugas gudang untuk distribusi BMHP dan klip, diangkut sendiri
perawat untuk distribusi obat dan kursi roda.

Sebagian besar informan menjelaskan bahwa


alat angkut yang digunakan dalam distribusi
oat dan BMHP adalah 1 buah trolley dan
kardus. Sebagian kecil informan menjelaskan
bahwa alat angkut yang digunakan adalah
kursi roda dan diangkut sendiri dengan
tangan oleh perawat.

Seluruh informan menjelaskan bahwa


tahapan penyusunan di alat angkut adalah
mempersiapkan barangnya terlebih dahulu
sesuai ruangan, kemudian dimasukan ke
dalam kardus untuk penyimpanan sementara
sesuai ruangan, kemudian diletakkan dan
disusun rapih di trolley dan terakhir
didistribusikan ke setiap ruangan.

222
Seluruh informan menjelasakan bahwa masih
terdapat kendala dalam proses angkutan
seperti trolley, karena trolley yang sudah ada
masih dikatakan kurang sehingga perlu
diadakan trolley khusus di ruangan dan
trolley yang sudah ada, terdapat sedikit
kerusakan
maupun ukuran trolley yang belum memadai.
8 Proses Seluruh informan menjelaskan bahwa tenaga - -
Pembongkaran yang terlibat dalam proses pembongkaran
dan Pemuatan dan pemuatan adalah petugas gudang dan
perawat diruangan.

Sebagian besar informan menjelaskan bahwa


proses pembongkaran dilakukan pengecekan
terlebih dahulu dan proses pemuatan sudah
tanggung jawab perawat diruangan. Sebagian
kecil menjelaskan bahwa proses
pembongkaran dan pemuatan barang adalah
serah terima dan kemudian di simpan
ditempat penyimpanan.

Seluruh informan menjelaskan bahwa masih


terdapat kendala dalam proses pembongkaran
dan pemuatan barang seperti masih terdapat
penumpukan barang pada saat pemuatan
ditempat penyimpanan, masih kurangnya
pegawai untuk melakukan pengecekan, dan
kurang tempat penyimpanan obat maupun
BMHP.
9 Keamanan Seluruh informan menjelaskan bahwa - -
kualitas pegawai sudah dikatakan rapih, baik
dan ramah.

Sebagian besar informan menjelaskan bahwa


kualitas obat dan BMHP masih dikatakan
sesuai dengan yang diminta dan baik-baik

223
saja, namun masih terdapat kendala atau
kerusakan yang terjadi diantaranya perubahan
warna pada obat yang injeksi atau cair, obat
yang sudah hamper habis masa expirenya,
masih diresepkan atu didistribusikan dan
masih ditemukan kemasan obat dan BMHP
yang rusak atau cacat. Sebagian kecil
informan menjelaskan bahwa kualitas obat
dan BMHP masih tidak menentu, karena
masih ditemukan kerusakan pada obat
maupun BMHP.

Seluruh informan menjelaskan bahwa tidak


dilakukan pengecekan terlebih dahulu pada
obat dan BMHP.
10 Ketepatan Jenis Seluruh infroman menjelaskan bahwa - -
ketersedian obat dan BMHP masih dapat
dikatakan tidak menentu, karena masih
ditemukan beberapa kesalahan pada jenis
misalnya jenis obat yang diminta dengan
yang didistribusikan masih terdapat
ketidaksamaan. Sedangkan BMHP belum
pernah ditemukan kesalahan jenis

2 (dua) orang informan menjelaskan bahwa


untuk obat dilakukan pengecekan jenis
sedangkat BMHP tidak dilakukan
pengecekan. Sedangkan 1 (satu) orang
informan mengatakan bahwa pengecekan
dilakukan tergantung tingkat kesibukan
kepala ruangan atau perawat diruangan.
11 Ketepatan Seluruh informan menjelaskan bahwa jumlah - -
Jumlah BMHP yang diberikan dari gudang farmasi
ke instalasi rawat inap masih terdapat
kesalahan
jumlah atau jumlah yang diberikan tidak
sesuai dengan yang diminta dengan yang

224
diberikan, namun hal tersebut jika bersifat
cito maka dapat diatasi segera dengan cara
meminjam barang dengan ruangan rawat inap
yang lain dan jika barang tersebut sudah
diberikan kembali oleh gudang farmasi maka
ruangan ranap yang meminjam barang,
berhak mengembalikan barang yang telah
dipinjam dari ranap lain. Sedangkan jumlah
obat tidak
pernah ditemukan kesalahah jumlah.
12 Ketepatan Seluruh informan menjelaskan bahwa waktu - -
Waktu yang dilakukan dalam distribusi obat adalah
setiap hari atau setiap kali ada resep pasien,
sedangkan distribusi BMHP dilakukan pada
setiap seminggu sekali dan seluruh informan
mengatakan bahwa waktu yang sudah
ditentukan tidak mengganggu waktu
pelayanan pada saat di instalasi rawat inap.

225
226
227

Anda mungkin juga menyukai