Anda di halaman 1dari 14

JUSTITIA JURNAL HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK


PIDANA PENGEDAR SEDIAAN FARMASI TANPA IZIN EDAR
(Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor: 351/Pid.Sus/2018/PN
SMn)

Gunawan Nachrawi, Christiyanti Dewi


Program Studi Hukum, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum IBLAM
Jalan Kramat Raya No. 25 Senen, Jakarta Pusat, Telp (021) 21392851
Email: gunawannachrawi25@gmail.com

Abstrak
Dalam menjamin ketersediaan obat keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan kebijakan
khusus untuk pengadaan dan pemanfaatan obat dan bahan yang berkhasiat obat. Tujuannya
adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 104 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan yaitu : “Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau
khasiat/kemanfaatan. bahwa Penegakan hukum terhadap tindak pidana peredaran obat tanpa
izin edar atau ilegal dalam putusan perkara pidana Nomor 351/Pid.Sus/2018/PN Smn, sudah
sesuai dengan norma hukum yang berlaku, semua unsur-unsur tindak pidana peredaran obat
secara ilegal yang diatur dalam Pasal 197 Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan semua terpenuhi. Dan untuk pertimbangan hakim terhadap tindak pidana tersebut
telah sesuai dengan aturan tersebut. Hakim menjatuhkan hukuman pidana penjara selama 4
(empat) bulan dan pidana denda sebesar Rp. 2.000.000,- (duajuta rupiah) subsider kurungan
selama 1 (satu) bulan dengan mempertimbangkan tuntutan jaksa penuntut umum dan fakta-
fakta dalam persidangan serta hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa.

Kata Kunci : Perdaran Sediaan Farmasi, Tanpa Izin, Penegakan Hukum

A. LATAR BELAKANG pelayanan umum yang layak.2 Salah satu


Kesehatan salah satu parameter untuk pemenuhan yang yang dilakukan oleh
mengukur keberhasilan pembangunan Pemerintah dalam rangkan menunjang
manusia. Tanpa kesehatan manusia tidak kesehatan masyarakat adalah menjamin
akan produktif untuk hidup layak secara ketersediaan obat. Obat adalah bahan atau
ekonomi dan menjalani pendidikan yang paduan bahan, termasuk produk biologi
baik”.1 Untuk itu, pemerintah berkewajiban yang digunakan untuk mempengaruhi atau
memenuhi serta memberikan kebutuhan menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
kesehatan bagi warga negaranya seperti patologi dalam rangka penetapan
yang tercantum didalam UUD 1945 pada diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
Pasal 34 ayat 3 dinyatakan bahwa negara pemulihan, peningkatan kesehatan dan
bertanggung jawab atas penyediaan kontrasepsi, untuk manusia.3
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
1 2
Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan dalam Muhamad Sadi Is, Etika Hukum Kesehatan Teori
Prespekti Undang-Undang Kesehatan, Jakarta: dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta:Prenadamedia
Rajawali Pers, 2013, hlm. 2. Group, 2015, hlm. 7.
3
Pasal 1 angka 4 dan 8 Undang – Undang No. 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
176
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Salah satu bentuk kewajiban toko obat miliknya. Berdasarkan bukti-
pemerintah terhadap kesehatan bukti dan fakta-fakta yang terungkap di
masyarakatnya adalah dengan menjamin persidangan akhirnya majelis hakim
ketersediaan, pemerataan, dan Pengadilan Negeri Sleman menetapkan
keterjangkauan perbekalan kesehatan, amar putusannya: Menyatakan Terdakwa
terutama adalah obat esensial. Dalam Drg. AGUS JUNARTO SANTOSO S
menjamin ketersediaan obat keadaan tersebut diatas, telah terbukti secara sah dan
darurat, pemerintah dapat melakukan meyakinkan bersalah melakukan tindak
kebijakan khusus untuk pengadaan dan pidana dengan sengaja mengedarkan
pemanfaatan obat dan bahan yang sediaan farmasi tanpa izin edar;
berkhasiat obat.4 Dalam pemenuhan Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa
kebutuhan obat-obatan tersebut ada jenis tersebut dengan pidana penjara selama 4
obat yang dizinkan untuk diedarkan secara (empat) bulan.5
bebas, namun ada jenis obat-obat tertentu Rumusan masalah yang akan dibahas
pengedarannya memerlukan izin dari pihak penulis adalah :
yang berkompeten untuk memberikannya. 1. Bagaimana penerapan hukum materiil
Dalam jurnal ini penulis memberikan terhadap pelaku tindak pidana pengedar
contoh kasus tentang pengedaran obat atau sediaan farmasi tanpa izin edar ?
sediaan farmasi yang seharusnya 2. Bagaimana penegakan hukum terhadap
memerlukan izin tapi ternyata dapat pelaku tindak pidana pengedar sediaan
diperjalbelikan secara bebas,seperti obat farmasi tanpa izin edar seperti dalam
anastesi dengan merk Septocaine produksi Putusan Pengadilan Nomor
Sensodont termasuk dalam sediaan farmasi 351/Pid.Sus/2018/PN Smn ?
dan bukan termasuk obat bebas, yang
dilakukan oleh seorang dokter gigi, yang B. METODE PENELITIAN
akhirnya harus berurusan dengan hukum dilakukan dalam penelitian hukum ini
dan harus diselesaikan di Pengadilan. adalah dengan menggunakan metode
Kasus ini telah diputus oleh Pengadilan pendekatan yuridis normatif. Penelitian
Negeri Sleman dengan putusannya Nomor hukum normatif merupakan penelitian yang
351/Pid.Sus/2018/PN Smn. Terdakwanya mengutamakan data kepustakaan yaitu
adalah Drg. AGUS JUNARTO SANTOSO penelitian terhadap data sekunder. Data
S (51 tahun) yang oleh Jaksa Penuntut sekunder tersebut dapat berupa bahan
Umum didakwa telah terbukti secara sah hukum primer,sekunder maupun tersier.6
dan meyakinkan menurut hukum bersalah Penelitian ini meliputi penelitian mengenai
melakukan tindak pidana “ Dengan sengaja ketentuan hukum positif yang berlaku di
memproduksi atau mengedarkan sediaan Indonesia yang berkaitan dengan
farmasi yang tidak memiliki izin edar penegakan terhadap pelaku pengedaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 obat atau sediaan farmasi yang memerlukan
ayat (1)“ sebagaimana diatur dan diancam izin edar
pidana dalam Pasal 197 UU Kesehatan, Tahap penelitian secara yuridis
karena meskipun terdakwa mengetahui jika normative, dilakukan dengan
obat anastesi dengan merk Septocaine mengumpulna bahan-bahan hukum yang
produksi Sensodont tersebut belum ada izin diperlukan dengan tahapan sebagai berikut:
edarnya namun terdakwa tetap a. Bahan Hukum Primer
mengedarkannya dengan cara menjual di

4 6
Notoatmodjo Soekidjo, Etika dan Hukum Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum,
Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta, 2010, hal. 59. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2000, hlm.24
5
Cuplikan Putusan Pengadilan Negeri Sleman
Nomor 351/Pid.Sus/2018/PN Smn
177
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Bahan–bahan hukum yang digunakan konsepsi-konsepsi, teori-teori, atau pun
dalam penelitian dengan kekuatan pendapat-pendapat ahli yang berkaitan
yang mengikat meliputi norma dan dengan permasalahan yang menjadi objek
kaidah dasar seperti, peraturan penelitian dan penulisan skripsi.9
perundang-undangan catatancatatan
resmi atau risalah dalam pembuatan C. PEMBAHASAN
perundang-undangan, dan putusan
hakim, dalam penelitian dan penulisan Penerapan Hukum Materil Terhadap
skripsi ini, meliputi :7 Undang-Undang Pelaku Tindak Pidana Pengedaran
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Sediaan Farmasi Tanpa Izin Edar
Kesehatan, dan Peraturan-peraturan
lainnya yang berkaitan dengan judul Tinjauan Umum Tindak Pidana
skripsi. Farmasi
b. Bahan Hukum Sekunder Pengertian Tindak Pidana Farmasi
Bahan-bahan yang memberikan Farmasi (bahasa Inggris: pharmacy,
penjelasan mengenai bahan hukum bahasa yunani: pharmacon, yang berarti
primer dan obat)merupakan salah satu bidang
implementasinya, seperti hasil-hasil profesional kesehatan yang merupakan
penelitian, hasil karya dari kalangan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu
hukum, makalahmakalah seminar, dan kimia, yang mempunyai tanggungjawab
lain-lain. Dalam penelitian dan memastikan efektivitas dan kemanan
penulisan skripsi ini meliputi bahan- penggunaan obat. Ruang lingkup dari
bahan bacaan yang ada hubungannya praktik farmasi termasuk praktik farmasi
dengan penegakan terhadap pelaku tradisional seperti peracikan dan
pengedaran obat atau sediaan farmasi penyediaan sediaan obat, serta pelayanan
yang memerlukan izin edar, sebagai farmasi modern yang berhubungan dengan
objek yang teliti yaitu literatur dan layanan terhadap pasien (patient care) di
karya ilmiah yang berkaitan dengan antaranya layanan klinik, evaluasi efikasi
masalah yang akan di teliti. dan keamanan penggunaan obat, dan
c. Bahan Hukum Tersier penyediaan informasi obat. Kata farmasi
Bahan hukum yang memberikan berasal dari kata farma (pharma). Farma
penjelasan lebih lanjut dari bahan merupakan istilah yang dipakai pada tahun
hukum primer dan sekunder yaitu, 1400-1600 an. 10
kamus, baik kamus terjemahan Pengertian sediaan farmasi sendiri
maupun kamus hukum, majalah dan dalam UU Kesehatan diatur dalam Pasal 1
internet (virtual research). 8 ayat (4) yaitu, Sediaan farmasi adalah obat,
3. Teknik Pengumpulan Data bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Data yang di peroleh dari hasil Pengertian Izin Edar
penelitian yang di dapat secara langsung Menurut Peraturan Kepala Badan
pada objek penelitian, yaitu dengan cara Pengawas Obat Dan Makanan Republik
studi Kepustakaan Studi Kepustakaan di Indonesia Nomor 27 Tahun 2013 Tentang
lakukan dengan penelitian yang sifatnya Pengawasan Pemasukan Obat Dan
litelatur untuk mencari, menemukan dan Makanan Ke dalam Wilayah Indonesia
menggunakan bahanbahan mengenai Pengertian Izin Edar adalah bentuk
7 9
Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Ibid.
10
Jakarta, 2010, hlm. 141 https://id.wikipedia.org/wiki/Farmasi, diakses
8
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian pada30 Juli 2020
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT
RajaGrafindo Persada, 1995, hlm. 62
178
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
persetujuan pendaftaran obat dan makanan b. Obat Bebas Terbatas
yang diberikan oleh Kepala Badan Obat bebas terbatas (dulu disebut
Pengawasan Obat dan Makanan untuk daftar W = Waarschuwing = peringatan),
dapat diedarkan di wilayah Indonesia. yakni, obatobatan yang dalam jumlah
3. Pengertian Obat tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa
Obat adalah suatu zat yang resep dokter, memakai tanda lingkaran
dimaksudkan untuk dipakai dalam biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat
diagnosis, mengurangi rasasakit, anti mabuk (Antimo), anti flu (Noza).
mengobati atau mencegah penyakit pada Pada kemasan obat seperti ini
manusia, hewan, dan tumbuhan. Dimana biasanya tertera peringatan yang bertanda
obatdalam arti luas adalah setiap zat kimia kotak kecil berdasar warna gelap atau
yang dapat mempengaruhi proses hidup. kotak putih bergaris tepi hitam, dengan
Namun untukseorang Dokter, ilmu ini tulisan sebagai berikut :
dibatasi tujuannya, yaitu agar dapat P. No. 1 : Awas! Obat keras. Bacalah
menggunakan obat untuk maksud aturan pemakaiannya.
pencegahan, diagnosis, dan pengobatan P. No. 2 : Awas! Obat keras. Hanya
penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa untuk obat kumur, jangan ditelan.
penggunaan obat dapat mengakibatkan P. No. 3 : Awas! Obat keras. Hanya
berbagai gejala penyakit.11 untuk bagian luar dari badan.
Menurut Permenkes RI P. No. 4 : Awas! Obat keras. Hanya
Nomor.949/Menkes/Per/III/2000 tentang untuk dibakar.
Registrasi Obat, obat digolongkan dalam : P. No. 5 : Awas! Obat keras. Tidak
a. Obat Bebas boleh ditelan.
b. Obat Bebas Terbatas P. No. 6 : Awas! Obat keras. Obat
c. Obat Keras wasir, jangan ditelan.
d. Obat Psikotropika dan Narkotika12 Memang dalam keadaan dan batas-
Berikut penjabaran masing-masing batas tertentu, sakit yang ringan masih
golongan tersebut : dibenarkan untuk melakukan pengobatan
a. Obat Bebas sendiri, yang tentunya juga obat yang
Obat Bebas adalah obat yang boleh dipergunakan adalah golongan obat bebas
digunakan tanpa resep dokter (disebut dan bebas terbatas yang dengan mudah
obat OTC = Over The Counter) dan dijual diperoleh masyarakat. Namun, apabila
secara bebas karena aman pengobatan kondisi penyakit semakin serius sebaiknya
sendiri, biasanya digunakan untuk memeriksakan ke dokter. Dianjurkan untuk
pengobatan penyakit ringan. Ini tidak sekalikalipun melakukan uji coba obat
merupakan tanda obat yang paling sendiri terhadap obat-obat yang seharusnya
“aman”. Obat bebas merupakan obat yang diperoleh dengan mempergunakan resep
bisa dibeli bebas di Apotek, bahkan di dokter.13
warung, tanpa resep dokter, ditandai Apabila menggunakan obat-obatan
dengan lingkaran hijau bergaris tepi yang dengan mudah diperoleh tanpa
hitam. Obat bebas ini digunaan untuk menggunakan resepdokter atau yang
mengobati gejala penyakit yang ringan. dikenal dengan Golongan Obat Bebas dan
Misalnya : Vitamin / multi vitamin Golongan Obat Bebas Terbatas,selain
(Livron B Plex). meyakini bahwa obat tersebut telah

11 13
Anis Yohana Chaerunissa, Emma Surahman, & Sri Departemen Kesehatan RI, Pedoman Teknis
Soeryati H. Imron tentang Farmasetika Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Dasar,Bandung, 2009, hlm. 8. Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar, Loc. Cit
12
Permenkes RI Nomor.949/Menkes/ Per/III/2000
tentang Registrasi Obat
179
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
memiliki izin beredar dengan pencantuman dapat diedarkan setelah mendapat izin edar
nomor registrasi dari Badan Pengawasan (lihat Pasal 106 ayat [1] jo. Pasal 1 ayat [4]
Obat dan Makanan atau Departemen UU Kesehatan). Sehingga, apabila
Kesehatan, terdapat halhal yang perlu pengedar tersebut mengedarkan obat tanpa
diperhatikan, diantaranya : Kondisi obat izin edar, pengedar tersebut melanggar
apakah masih baik atau sudah rusak, Pasal 197 UU Kesehatan yang
perhatikan tanggal kadaluarsa (masa menyebutkan bahwa setiap orang yang
berlaku) obat, membaca dan mengikuti dengan sengaja memproduksi atau
keteranganatau informasi yang tercantum mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat
pada kemasan obat atau pada brosur kesehatan yang tidak memiliki izin edar
selebaran yang menyertai obat yang berisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106
tentang merupakan petunjuk kegunaan obat ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
dalam pengobatan. 14 paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
3. Obat Keras paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu
Obat keras (dulu disebut obat daftar miliar lima ratus juta rupiah).
G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat Larangan untuk mengedarkan obat
berkhasiat keras untuk memperolehnya bagi pihak yang tidak memiliki keahlian
harus dengan resep dokter, memakai tandai dan kewenangan ini juga dapat kita lihat
lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan dalam ketentuan Pasal 98 ayat (2) UU
tulisan huruf K di dalamnya. Obat-obatan Kesehatan bahwa setiap orang yang tidak
yang termasuk dalam golongan ini adalah memiliki keahlian dan kewenangan
antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan dilarang mengadakan, menyimpan,
sebagainya), serta obat-obatan yang mengolah, mempromosikan, dan
mengandung hormon (obat kencing manis, mengedarkan obat dan bahan yang
obat penenang, dan lain-lain). Obat-obatan berkhasiat obat; dan ayat (3) ketentuan
ini berkhasiat keras dan bila dipakai mengenai pengadaan, penyimpanan,
sembarangan bisa berbahaya bahkan pengolahan, promosi, pengedaran sediaan
meracuni tubuh, memperparah penyakit farmasi an alat kesehatan arus memenuhi
atau menyebabkan kematian.15 standar mutu pelayanan farmasi yang
4. Psikotropika dan Narkotika ditetapkan dengan peraturan Pemerintah.16
Obat-obat ini sama dengan Narkoba Pasal 197 UU Kesehatan yang
yang kita kenal dapat menimbulkan menyebutkan bahwa setiap orang yang
ketagihan dengan segala konsekuensi yang dengan sengaja memproduksi atau
sudah kita tahu. Karena itu, obat-obat ini mengedarkan sediaan farmasi dan/ atau alat
mulai dari pembuatannya sampai kesehatan yang tidak memenuhi standar
pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh dan / atau persyaratan keamanan, khasiat
Pemerintah dan hanya boleh diserahkan atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana
oleh Apotek atau resep dokter. Tiap bulan dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat
Apotek wajib melaporkan pembelian dan (3) dipidana penjara paling lama 10
pemakaiannya pada pemerintah. (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Ancaman Pidana Bagi Pengedar Obat- Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
obatan Tanpa Izin Pasal 108 UU Kesehatan yang
Pemerintah juga telah menetapkan menyebutkan bahwan praktik kefarmasian
bahwa obat, bahan obat, obat tradisional, yang meliputi pembuatan, termasuk
dan kosmetika dan alat kesehatan hanya pengendalian mutu sediaan farmasi,

14 16
Ibid, Pasal 98 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36
15
Simatupang, Agustina. Analisa Perencanaan Dan Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pengendalian Obat Dalam Daftar Obat Standar,
Op. Cit., hlm. 52
180
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
pengamanna, pengadaan, penyimpanan, Penegakan hukum merupakan suatu
dan pendistribusian obat, pelayanan obat persoalan yang dihadapi oleh setiap
atas resep dokter, pelayanan informasi obat masyarakat. Perkataan penegakan hukum
serta pengembangan obat, bahan obat, dan mempunyai konotasi menegakkan,
obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga melaksanakan ketentuan di dalam
kesehatan yang mempunyai keahlian dan masyarakat, sehingga dalam konteks yang
kewenangan sesuai dengan ketentuan lebih luas penegakan hukum merupakan
peraturan perundang-undangan. suatu proses berlangsungnya perwujudan
Setiap orang yang tidak memiliki konsep-konsep yang abstrak menjadi
keahlian dan kewenangan untuk melakukan kenyataan. Dalam hukum pidana,
praktik kefarmasian sebagaimana menegakkan hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan dikemukakan oleh Kadri Husin adalah
pidana denda paling banyak Rp. suatu sistem pengadilan kejahatan yang
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). dilakukan oleh lembaga kepolisian,
Yang menjadi penentu dalam hal ini kejaksaan, pengadilan dan lembaga
adalah tergantung dari derajat perbuatan pemasyarakatan.19
yang dilakukan oleh pengedar. Apakah Pengertian sediaan farmasi dalam
pengedar mengedarkan obat tanpa izin undang-undang ini diatur dalam Pasal 1
edar, sengaja mengedarkan sediaan farmasi ayat (4) UU Kesehatan yaitu, sediaan
yang tidak memenui standard dan/ atau farmasi adalah obat, bahan obat, obat
persyaratan keamanan, khasiat atau tradisional dan kosmetik. Mengenai
kemanfaatan, dan mutu; serta pengedar pengaturan pengamanan dan pengunaan
tersebut tidak memiliki keahlian dan sediaan farmasi diatur dalam Pasal 98
kewenangan untuk melakukan praktik sampai dengan Pasal 108. Adapun bunyi
kefarmasian ? Apabila terbukti sebagai dari Pasal-Pasal tersebut adalah:
pengedar atau dengan sengaja Menurut Pasal 98 UU Kesehatan
mengedarkan, harus ditangkap, pihak bahwa sediaan farmasi harus aman,
penyidik yang kemudian akan menentukan berakhasiat/bermanfaat bermutu, dan
pasal apa saja yang akan dikenakan terjangkau. Kemudian setiap orang yang
terhadap mereka berdasarkan pemeriksaan tidak memiliki keahlian dan kewenangan
penyidik dan atas dasar bukti permulaan dilarang mengadakan, menyimpan,
yang cukup.17 mengolah, mempromosikan, dan
Penerapan Sanksi Berdasarkan mengedarkan obat dan bahan yang
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 berakhasiat obat. Pengadaan, penyimpanan,
Tentang Kesehatan pengolahan, promosi, pengendaraan
Secara konsepsional, makna inti dari sediaan farmasi harus memenuhi standar
arti penegakan hukum terletak pada mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan
kegiatan menyerasikan hubungan nilai- dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya
nilai yang menjabarkan isi dalam kaidah- pemerintah berkewajiban membina,
kaidah yang mantap dan sikap tidak sebagai mengatur, mengendalikan, dan mengawasi
rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, pengadaan, penyimpanan, promosi, dan
untukmenciptakan, memelihara dan pengedaran.
mempertahankan kedamaian pergaulan Menurut Pasal 99 UU Kesehatan
hidup.18 bahwa masyarakat diberi kesempatan yang
seluas–luasnya untuk mengolah,

17 19
Seto, Soerjono. Manajemen Farmasi. Airlangga Muhamad Sadi Is, Etika Hukum Kesehatan Teori
University Press. Surabaya. 2004, hlm. 37 dan Aplikasinya di Indonesia, Op. Cit., hlm. 142
18
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Op.
Cit, hlm. 24.
181
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
memproduksi, mengedarkan, 1. Setiap orang, yang dimaksud dengan
mengembangkan, meningkatkan, dan “setiap orang” disini siapa saja, setiap
menggunakan sediaan farmasi yang dapat orang selaku subyek hukum pidana
di pertanggungjawabkan manfaat dan sebagai pendukung hak dan kewajiban
keamanannya sesuai dengan standar mutu yang didakwa telah melakukan tindak
pelayanan farmasi yang ditetapkan.20 pidana yang memiliki kemampuan atau
Menurut Pasal 102 UU Kesehatan kecakapan untuk mempertanggung
bahwa pengunaan sediaan farmasi yang jawabkan pidana
berupa narkotika dan psikotropika hanya 2. Dengan sengaja memproduksi atau
dapat dilakukan berdasarkan resep dokter mengedarkan sediaan farmasi dan/atau
atau dokter gigi dan dilarang untuk disalah alat kesehatan yang tidak memilki izin
gunakan sesuai dengan ketentuan peraturan edar, Bahwa dalam kasus ini terdakwa
perundangundangan. tidak memiliki kewenangan atau
Menurut Pasal 103 UU Kesehatan keahlian ataupun tidak memiliki izin
bahwa setiap orang yang memproduksi, untuk mengedarkan obat.23
menyimpan, mengedarkan, dan Penjual obat di toko obat tersebut
mengunakan narkotika, dan psikotropika, (terdakwa) adalah yang menentukan obat
wajib memenuhi stadar dan/atau dan alat kesehatan apa yang dijual di toko
persyaratan tertentu sesuai dengan tersebut termasuk harganya. Terdakwa
ketentuan peraturan perundang– menjual obat keras daftar G tersebut
undangan.21 dikarenakan ada sales yang menawarkan
Menurut Pasal 104 bahwa obat jenis tersebut ke toko obatnya,
pengamanan sediaan farmasi dan alat sehingga toko obat menjual jenis obat
kesehatan diselenggarakan untuk tersebut.24
melindungi masyarakat dari bahaya yang Terdakwa menjual obat yang tidak
disebabkan oleh penggunaan sediaan memiliki izin edar tersebut karena
farmasi dan alat kesehatan yang tidak kualitasnya bagus dan sangat dibutuhkan
memenuhi persyaratan mutu dan keamanan oleh dokter gigi dalam praktek pencabutan
dan khasiat/kemanfaatan. Juga penggunaan gigi. Selain itu terdakwa menjual obat
obat dan obat tradisioanal harus dilakukan tersebut karena ingin mendapatkan
secara rasional. keuntungan.25
Menurut Pasal 105 UU Kesehatan Hal ini tidak menimbulkan efek jera
bahwa sediaan farmasi yang berupa obat bagi pelaku pengedar. Bila pelaku pengedar
dan bahan baku obat harus memenuhi dijatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan
syarat farmakope Indonesia atau buku UU Kesehatan yaitu dipidana dengan
standar lainnya. Sediaan farmasi yang pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
berupa obat tradisional dan kosmetika serta tahun dan denda paling banyak Rp.
alat kesehatan harus memenuhi standard 1.500.000.000.00 (satu miliar lima ratus
dan/atau persyaratan yang di tentukan.22 juta rupiah), maka dapat menimbukan efek
Unsur-unsur pidana dalam Pasal 197 jera bagi pelaku sehingga dapat
UU Kesehatan terpenuhi. Unsur-unsur menurunkan jumlah pengedar sediaan
pidana dalam 197 UU Kesehatan yang telah
terpenuhi sebagai berikut:

20 23
Pasal 98 dan Pasal 99 Undang-Undang Nomor 36 Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tahun 2009 tentang Kesehatan tentang Kesehatan
21
Pasal 100 – 103 Undang-Undang Nomor 36 24
https://kompas.id/baca/lain-
Tahun 2009 tentang Kesehatan lain/2019/12/03/bpom-ungkap-penjualan-obat-
22
Pasal 104 – 105 Undang-Undang Nomor 36 ilegal/diakses tanggal 14-Juli-2010
25
Tahun 2009 tentang Kesehatan Ibid.
182
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
farmasi yang tidak memiliki izin untuk mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin.
masa yang akan datang.26 Orang yang telah melakukan tindak pidana
Sanki lainnya yang dapat dijatuhkan mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin ini
sesuai dengan ketentuan UU Kesehatan harus bertanggung jawab secara langsung
yaitu Pasal 197 UU Kesehatan yang terhadap perbuatan yang dilakukannya
mengedarkan sediaan farmasi dan/ atau alat sesuai dengan perundang-undangan yang
kesehatan yang tidak memenuhi standar berlaku.
dan / atau persyaratan keamanan, khasiat Dalam tindak pidana dalam UU
atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana Kesehatan jika dilakukan oleh Korporasi,
dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat selain pidana penjara dan denda terhadap
(3) dipidana penjara paling lama 10 pengurusnya, pidana yang dapat dilakukan
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak terhadap korporasi berupa pidana denda
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana
dan Pasal 198 setiap orang yang tidak denda sebagaimana diatur dalam pasal 190
memiliki keahlian dan kewenangan untuk ayat (1), Pasal 191, Pasal 192, Pasal 196,
melakukan praktik kefarmasian (yang Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199, dan Pasal
meliputi pembuatan termasuk pengendalian 200 UU Kesehatan. Pidana tambahan dapat
mutu sediaan farmasi, pengamanan, juga dijatuhkan kepada korporasi berupa
pengadaan, penyimpanan dan pencabutan izin usaha dan/ atau pencabutan
pendistribusian obat atas resep dokter) status badan hukum.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 Sanksi sangat diperlukan untuk
dipidana dengan pidana denda paling mendukung peraturan yang yang dikenakan
banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta kepada perbuatan tindak pidana, dengan
rupiah). harapan yang bersangkutan tidak
Obat yang tidak memiliki izin edar mengulangi perbuatan tersebut. Tanpa
tidak dapat dipastikan standardnya dan/ dukungan sanksi yang menyertai larangan
atau persyaratan keamanan, khasiat atau atau perintah, maka masyarakat tidak dapat
kemanfaatan dan mutu; karena tidak berharap banyak akan terciptanya
melalui tahap pengevaluasian dan penilaian kehidupan yang adil dan sejahtera yang
obat oleh Badan POM Indonesia. Terdakwa sesuai dengan amanat undang-undang.27
juga tidak memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukan praktik Penegakan Hukum Terhadap Pelaku
kefarmasian berupa pengendalian mutu Tindak Pidana Pengedaran Sediaan
sediaan farmasi, pengadaan, dan Farmasi Tanpa Izin Edar dalam
pendistribusian obat anestesi yang Putusan Pengadilan Nomor :
seharusnya dijual di apotik bukan di toko 351/Pid.Sus/2018/PN/Smn
obat.
Seseorang yang telah melakukan Gambaran Umum Tentang Praktik
tindak pidana kesehatan dan telah Penegakan Hukum Terhadap Tindak
memenuhi unsur-unsur tindak pidana harus Pidana Peredaran Sediaan Farmasi
dipertanggungjawabkan secara pidana. Ilegal di Indonesia
Orang tersebut harus bertanggung jawab Proses penegakan hukum merupakan
dengan menerima hukuman yang telah usaha-usaha yang dilakukan untuk
dijatuhkan kepadanya akibat perbuatan menegakkan sistem nilai yang telah ada di
pidana yang telah dilakukanya, yaitu dalam hukum itu sendiri. Nilai seperti

26
Utari, Anindita. Cara Pengendalian Persediaan Zahirah Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Obat Paten dengan Metode Analisis ABC, dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri
Economic Order Quantity (EOQ), Buffer Stock dan Syarifhidayatullah. Jakarta. 2014, hlm. 47
27
Reorder Point (ROP) di Unit Gudang Farmasi RS Ibid., hlm. 48
183
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
kepastian, keadilan dan kemanfaatan pemerintah dalam hal pembinaan dan
hukum ditegakkan melalui kaidah-kaidah pengawasan peredaran, kualitas dan
hukum yang benar agar tidak terjadi perizinan. Namun, BPOM tidak memiliki
penyimpangan terhadap nilai-nilai hukum wewenang untuk melakukan peradilan
yang sesungguhnya.28 terhadap pelaku pengedar, untuk itu antara
Menurut Satjipto Rahardjo, Polri dan BPOM melakukan kerjasama
penegakan hukum juga merupakan suatu dalam rangka pemberantasan obat ilegal. 31
proses untuk mewujudkan keinginan- Tanggal 10 februari 2016, Kepala
keinginan hukum menjadi kenyataan. Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri)
Keinginan-keinginan hukum adalah dan kepala Badan POM menandatangani
pikiran-pikiran badan pembuat undang- Nota Kesepemahaman Nomor B/8/II/2016
undang yang dirumuskan dalam peraturan dan Nomor HK.08.1.23.16.0691 tentang
hukum. Hakikatnya penegakan hukum Peningkatan Kerjasama dalam Rangka
mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah Pengawasan dan Penyidikan Tindak Pidana
yang memuat keadilan dan kebenaran, di Bidang Obat dan Makanan. Ruang
penegakan hukum bukan hanya menjadi lingkup dari Nota Kesepemahaman tersebut
tugas bagi para penegak hukum saja, tetapi meliputi: 32
menjadi tugas bagi setiap orang.29 1. Tukar-menukar data/atau informasi
Perumusan pikiran pembuatan berkenaan dengan perkara atas tindak
hukum yang dituangkan dalam peraturan pidana di bidang obat dan makanan.
hukum, akan turut menentukan bagaimana 2. Koordinasi dan pengawasan obat dan
penegakan hukum itu dijalankan. Dalam makanan illegal, termasuk tanpa izin
kenyataannya, penegakkan hukum edar meliputi perencanaan kegiatan
memuncak pada pelaksanaannya oleh para operasi bersama dalam hal penentuan
penegak hukum. Keturutsertaan sasaran, target operasi, pelibatan
masyarakat dalam menegakkan hukum personil, sarana prasarana, anggaran dan
dianggap masih minim. Hal ini lah yang cara bertindak serta pembahasan
sering menjadi ketimpangan dalam bersama atas dugaan tindak pidana obat
penegakkan hukum. 30 dan makanan yang ditemukan dari hasil
Dalam penegakkan hukum yang pengawasan.
berkaitan dengan peredaran obat tanpa izin 3. Penegakkan hukum meliputi
edar, aturan hukum yang biasanya pelanggaran di bidang obat dan makanan
diterapkan oleh aparat penegak hukum ilegal serta dugaan adanya tindak pidana
adalah UU No 36 tahun 2009 tentang di bidang obat dan makanan.
Kesehatan dan UU No 8 Tahun 1999 4. Peningkatan sumber daya manusia untuk
tentang perlindungan konsumen. Lalu, meningkatkan kemampuan SDM agar
melalui Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun tercapai profesionalisme di bidang tugas
2017 tentang organisasi dan tata kerja masing-masing.
BPOM, maka Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM), menjadi ujung tombak

28
Seto, Soerjono. Manajemen Farmasi. Airlangga Online, http://m.detik.com/news/berita-jawa-
University Press. Surabaya. 2004, hlm. 26 tengah/d-4289687/awasi-peredaran-produk-
29
JimlyAsshiddiqie,-Penegakan- ilegalbpom-pantau-produk-online, diakses pada
hukum,http://digilib.unila.ac.id/9786/10/BAB%20II tanggal 10 Februari 2020
32
.pdf, diakses pada 7 Juli 2020. http://www,pom.go.id/mobile/index.php/view/per
30
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Suatu s/331/kerja-sama-badan-pom-dan-polri, diakses
Tinjauan Sosiologis, Genta Publishing, Yogyakarta, pada tanggal 7 Maret 2020.
2009, hlm.24
31
Angling Adhitya Purbaya, Awasi Peredaran
Produk ilegal, BPOM pantau Produk yang dijual
184
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Penegakan Hukum Dalam Putusan dan diberikan 1 pak obat anestesi dengan
Pengadilan Negeri Sleman Nomor : merk Septocaine yang berisi 50 ampul
351/Pid.Sus/2018/PN/Smn dengan harga Rp. 850.000,- (delapan ratus
Kronologis Kasus Berdasarkan lima puluh ribu rupiah) dan dalam
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum33 pembelian tersebut tidak diberikan nota.
Bahwa terdakwa Drg. Agus Junarto - Bahwa setelah menerima 1 pak obat
Santoso S, pada hari Rabu tanggal 7 Maret anestesi dengan merk Septocaine yang
2017 sekira jam 12. 30 WIB atau pada berisi 50 ampul tersebut, saksi Daulat Jogi
waktu tertentu dalam tahun 2018, Maestoso Hutapea dan petugas lainnya
bertempat di Toko Bintang Setia Dental menanyakan kepada saksi Tri Ayni
milik terdakwa di Jl. Pembela Tanah Air Linawati al Cik Hwa Hwa mengenai ijin
No. 9A Kav 3 Kotamadya Yogyakarta atau edar obat anestesi tersebut dan saksi Tri
setidak-tidaknya di tempat lain yang masih Ayni Linawati al Cik Hwa Hwa tidak dapat
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan menunjukkan dan saat itu dirinya
Negeri Yogyakarta, namun berdasarkan menerangkan kepada petugas jika hanyalah
ketentuan Pasal 84 ayat (2) KUHAP karyawan di toko tersebut, sedangkan
Pengadilan Negeri Sleman berwenang pemilik/penanggung jawab dari Toko
mengadili perkara tersebut, dengan sengaja Bintang Setia Dental adalah terdakwa, dan
memproduksi atau mengedarkan sediaan hal tersebut juga didukung dengan bukti
farmasi yang tidak memiliki izin edar legalitas Toko Bintang Setia Dental yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 tertempel di tembok toko dan terdiri dari
ayat (1), perbuatan tersebut dilakukan SIUP Toko, Tanda Daftar Perusahaan
terdakwa dengan cara sebagai berikut : Toko, dan Ijin Gangguan Toko yang
- Bahwa pada waktu dan tempat semuanya tertera pemilik/penanggungjwab
tersebut diatas, saksi Daulat Jogi Maestoso dari Toko Bintang setia Dental adalah atas
Hutapea dan beberapa petugas Polri Polda nama Agus Juniarto Santoso S . Kemudian
D.I.Yogyakarta yaitu saksi Arif petugas meminta kepada saksi Tri Ayni
Muhammad dan saksi Dion Agung Linawati al Cik Hwa Hwa untuk
Nugroho telah mendapatkan informasi jika menunjukkan apakah masih ada sediaan
di Toko Bintang Setia Dental milik farmasi berupa obat anestesi dengan merk
terdakwa di Jl. Pembela Tanah Air No. 9A Septocaine lainnya, dan saat itu
Kav 3 Kotamadya Yogyakarta telah ditunjukkan obat anestesi dengan merk
mengedarkan sediaan farmasi berupa obat Septocaine yang masih tersimpan dan
anestesi yang tidak memiliki ijin edar, belum diedarkan yaitu 10 pak obat anestesi
selanjutnya untuk mendapatkan kebenaran dengan merk Septocaine yang masing-
dari informasi tersebut maka saksi Daulat masing pak berisi 50 ampul injection 1,7 ml
Jogi Maestoso Hutapea datang ke Toko produksi Septodont yang selanjutnya
Bintang Setia Dental dan kepada yang diamankan oleh petugas. Bahwa saat itu
melayani di toko tersebut yaitu saksi Tri petugas juga mengamankan 1 buah buku
Ayni Linawati al Cik Hwa Hwa, saksi catatan Penjualan BSD Yogya merk Mirage
Daulat Jogi Maestoso Hutapea mengatakan yang pada tanggal 2 Maret 2018 menjual 2
jika ia adalah dokter gigi yang sedang pak Septocaine seharga Rp. 1.700.000,- ke
mengikuti praktek dan hendak membeli klinik gigi bernama R+Baciro, 1 lembar
obat anestesi dengan merk Septocaine . faktur penjualan Toko Bintang Setia Dental
Selanjutnya oleh saksi Tri Ayni Linawati al nomor BS 001072 AA tanggal 2 Maret
Cik Hwa Hwa, permintaan tersebut dilayani 2018 kepada klinik gigi R+Baciro berupa 2

33
Cuplikan Putusan Pengadilan Negeri Sleman
Nomor 351/Pid.Sus/2018/PN/Smn
185
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
pak Septocaine seharga Rp. 1.700.000,-, hukum bersalah melakukan tindak
uang Rp. 850.000,- , 1 LEMBAR pidana “Dengan sengaja memproduksi
FOTOCOPY Surat Ijin Usaha Perdagangan atau mengedarkan sediaan farmasi
(SIUP)kecil Nomor : 082/12 yang tidak memiliki izin edar
05/PK/III/2017 2220/‒ 13 Kegiatan usaha : sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Perdagangan Barang, Jenis 106 ayat (1)“ sebagaimana diatur dan
Barang/Jasa Dagangan Utama : Alat diancam pidana dalam Pasal 197
Kesehatan yang dikeluarkan Dinas Undang-undang Republik Indonesia
Penanaman Modal dan Perizinan Kota Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Yogyakarta tanggal 31 Maret 2017, 1 Kesehatan;
lembar fotocopy tanda daftar perusahaan 2. Menjatuhkan pidana terhadap
perorangan nomor TDP 120554703286 terdakwa Drg. AGUS JUNARTO
2221/33 dengan nama perusahaan Toko SANTOSO S dengan pida penjara
Bintang Setia Alamat Jln. Pembela Tanah selama 8 (delapan) bulan dengan masa
air No. 9 a Tegalrejo, Yogyakarta yang percobaan selama 6 (enam) bulan dan
dikeluarkan Dinas Penanaman Modal dan denda sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta
Perizinan Kota Yogyakarta tanggal 31 rupiah) Subsidair 2 (dua) bulan
Maret 2017 dan 1 lembar fotocopy Tanda kurungan;
Ijin Gangguan No. 0268/0701.TR/2017 Pertimbangan Hakim35
2219/12 atas nama Agus Junarto Santoso S, Adapun pertimbangan majelis hakim
Drg. sebelum menjatuhkan putusan adalah
- Bahwa selanjutnya saksi Daulat Jogi sebagai berikut :
Maestoso Hutapea melakukan pengecekan Menimbang, bahwa Terdakwa telah
ke Balai Pengawasan Obat dan makanan didakwa oleh Penuntut Umum dengan
(BPOM) dengan membawa sample obat dakwaan tunggal, sebagaimana diatur
anestesi dengan merk Septocaine, dan dalam Pasal 197 UU RI Nomor 36 Tahun
memperoleh kepastian jika memang obat 2009 tentang Kesehatan, yang unsur-
anestesi tersebut benar tidak memiliki ijin unsurnya adalah sebagai berikut:
edar. 1. Setiap orang ;
- Bahwa sediaan farmasi berupa obat 2. Dengan sengaja memproduksi atau
anestesi dengan merk Septocaine yang mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat
tidak memiliki ijin edar tersebut diperoleh kesehatan yang tidak memiliki izin edar
terdakwa sebelumnya dari seorang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106
Marketing freelance yang datang ke tempat ayat (1);
praktek terdakwa di Semarang. Putusan Pengadilan Negeri Sleman
Tuntutan Jaksa Penuntut Umum34 Nomor 351/Pid.Sus/2018/PN Smn36
Perbuatan terdakwa Drg. Agus 1. Menyatakan Terdakwa Drg. AGUS
Junarto Santoso S sebagaimana diatur dan JUNARTO SANTOSO S tersebut
diancam Pidana dalam Pasal 197 Undang- diatas, telah terbukti secara sah dan
undang Republik Indonesia Nomor 36 meyakinkan bersalah melakukan tindak
Tahun 2009 Tentang Kesehatan pidana dengan sengaja mengedarkan
Penuntut Umum yang pada pokoknya sediaan farmasi tanpa izin edar;
sebagai berikut: 2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa
1. Menyatakan terdakwa Drg. AGUS tersebut dengan pidana penjara selama 4
JUNARTO SANTOSO S telah terbukti (empat) bulan;
secara sah dan meyakinkan menurut

34 36
Ibid. Ibid.
35
Ibid.
186
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
3. Menetapkan pidana tersebut tidak perlu yang tidak memenuhi standar dan/atau
dijalani kecuali apabila dikemudian hari persyaratan keamanan, khasiat atau
ada perintah lain dalam putusan Hakim kemanfaatan, dan mutu sebagaimana
oleh karena Terpidana melakukan suatu dimaksud dalam Pasal 98 yat (2) dan (3)
tindak pidana sebelum masa percobaan dipidana dengan pidana penjara paling lama
selama 8 (delapan) bulan berakhir; 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
4. Menjatuhkan pula pidana denda kepada banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
Terdakwa dengan denda sebesar Rp rupiah)”.
2.000.000,00 (dua juta rupiah) dengan Pasal 198: “Setiap orang yang tidak
ketentuan apabila denda tersebut tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk
dibayar diganti dengan pidana kurungan melakukan praktik kefarmasian
selama 1 (satu) bulan; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108
Salah satu permasalahan yang paling dipidana dengan pidana denda paling
sering terjadi dalam hukum kesehatan yang banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
marak terjadi pada saat ini adalah kejahatan rupiah).
dibidang farmasi. Farmasi adalah suatu Ketentuan pidana yang diatur dalam
profesi yang berhubungan dengan ilmu ketentuan tersebut adalah untuk
dalam penyediaan obat dan bahan sintetis menghindari pengadaan, penyalahgunaan
yang cocok untuk didistribusikan dan atau penyimpanan dalam menggunakan
digunakan dalam pengobatan dan sediaan farmasi/alat kesehatan yang dapat
pencegahan suatu penyakit. Salah satu membahayakan masyarakat oleh pihak
kejahatan di bidang farmasi tersebut yang yang tidak bertanggungjawab,
paling sering terjadi adalah banyaknya obat mengedarkan obat tanpa izin edar tentu
yang diedarkan atau diperjualbelikan tanpa obat tersebut bisa saja tidak memenuhi
memiliki surat izin edar dari pihak yang standar mutu, keamanan, kemasan atau
berwenang dalam hal ini adalah Badan penandaan merurut peraturan yang
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). ditetapkan, sebagaimana telah dibuktikan
Karena adanya tindak pidana dalam putusan Pengadilan Negeri Sleman
mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin dengan putusannya Nomor
edar di bidang kefarmasian maka dibuat 351/Pid.Sus/2018/PN Smn, yang
ketentuan dengan ketentuan pidana dalam menetapkan terdakwanya Drg. AGUS
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 JUNARTO SANTOSO S tersebut diatas,
tentang Kesehatan yaitu: telah terbukti secara sah dan meyakinkan
Pasal 106: bersalah melakukan tindak pidana dengan
“Sediaan farmasi dan alat kesehatan sengaja mengedarkan sediaan farmasi tanpa
hanya dapat diedarkan setelah izin edar; dan menjatuhkan pidana kepada
mendapatkan izin edar”. Terdakwa tersebut dengan pidana penjara
Pasal 197: “Setiap orang yang dengan selama 4 (empat) bulan.
sengaja memproduksi atau mengedarkan Tuntutan pidana yang diajukan oleh
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan Penuntut Umum terlalu ringan untuk
yang tidak memiliki izin edar sebagaimana menimbulkan efek jera, yakni 8
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
(delapan) bulan dengan masa percobaan
dipidana dengan pidana penjara paling lama
15 (lima belas) tahun dan denda paling 6 (enam) bulan dan denda sebesar
banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar Rp.2.000.000,00 (dua juta rupiah)
lima ratus juta rupiah). subsidair 2 (dua) bulan kurungan
Pasal 196: “Setiap orang yang dengan mengingat terdakwa dapat dikenakan
sengaja memproduksi atau mengedarkan pasal 196, 197, 198 UU Kesehatan karena
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan mengedarkan obat yang tidak memiliki
187
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
izin edar; mengedarkan obat yang tidak persidangan serta hal-hal yang
memenuhi standar dan/atau persyaratan memberatkan dan meringankan terdakwa.
keamanan, khasiat atau kemanfaatan,
dan mutu karena belum dievaluasi dan E. DAFTAR PUSTAKA
dinilai oleh BPOM Indonesia untuk Buku
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana
persetujuan peredarannya serta tidak
Bagian 1, Edisi Pertama, Cetakan
memiliki kewenangan untuk melakukan Pertama, Raja Grafindo Persada,
praktik kefarmasian berupa Jakarta, 2002.
pengendalian mutu, pengadaan, dan Anis Yohana Chaerunissa, Emma
pendistribusian obat anestesi di toko Surahman, & Sri Soeryati H. Imron
obat terdakwa. tentang Farmasetika Dasar,Bandung,
2009
Bambang Purnomo, “Hukum Pidana Dasar
D. PENUTUP
Aturan Umum Hukum Pidana
Penerapan hukum materiil terhadap Kodifikasi”, Jakarta: Ghalia
tindak pidana peredaran obat secara tanpa Indonesia, 2000.
izin edar atau ilegal di Indonesia diatur Dellyana Shanty, Konsep Penegakan
dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Hukum, Yogyakarta : Liberty, 2008
Tentang Kesehatan, yakni tindak pidana Depkes RI. Pedoman Pengelolaan Obat
memproduksi atau mengedarkan obat yang Publik dan Perbekalan Kesehatan di
tidak sesuai dengan standar obat diatur Propinsi/Kabupaten/Kota. Depkes.
dalam Pasal 196, tindak pidana Jakarta. 2002
memproduksi atau mengedarkan obat yang ------------------, Pedoman Pengelolaan
tidak memiliki izin edar diatur dalam Pasal Obat Publik dan Perbekalan
197, tindak pidana memproduksi atau Kesehatan. Depkes. Jakarta. 2005
mengedarkan obat tanpa keahlian dan ------------------,Kebijakan Obat Nasional
kewenangan diatur dalam Pasal 198, dan (KONAS). Depkes. Jakarta. 2005
tindak pidana memproduksi atau --------------------,Pedoman Teknis
mengedarkan obat yang dilakukan oleh Pengadaan Obat Publik dan
korporasi diatur dalam Pasal 201; Perbekalan Kesehatan Untuk
Penegakan hukum terhadap tindak Pelayanan Kesehatan Dasar.
pidana peredaran obat tanpa izin edar atau Depkes. Jakarta. 2009
ilegal dalam putusan perkara pidana Nomor --------------------,Standar Sarana
351/Pid.Sus/2018/PN Smn, sudah sesuai Penyimpanan Obat Publik dan
dengan norma hukum yang berlaku, semua Perbekalan Kesehatan. Depkes.
unsur-unsur tindak pidana peredaran obat Jakarta. 2009
secara ilegal yang diatur dalam Pasal 197 Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Kencana, Jakarta, 2010
Tentang Kesehatan semua terpenuhi. Dan Muhamad Sadi Is, Etika Hukum Kesehatan
untuk pertimbangan hakim terhadap Teori dan Aplikasinya di Indonesia,
tindak pidana tersebut telah sesuai dengan Jakarta:Prenadamedia Group, 2015
aturan tersebut. Hakim menjatuhkan Moeljatno, “Asas-Asas Hukum Pidana”,
hukuman pidana penjara selama 4 (empat) Cetakan ke-8 (delapan), Edisi Revisi,
bulan dan pidana denda sebesar Rp. Jakarta: Renika Cipta, 2008.
2.000.000,- (duajuta rupiah) subsider Notoatmodjo Soekidjo, Etika dan Hukum
kurungan selama 1 (satu) bulan dengan Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta,
mempertimbangkan tuntutan jaksa 2010
penuntut umum dan fakta-fakta dalam
188
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian ------------------,No. 95. 2007. Perubahan
Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, Ke Tujuh Atas Keputusan Presiden
2000, No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum Suatu Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta, Pemerintah.
Penerbit Genta Publishing, 2009 Permenkes RI. No. 84. Petunjuk Teknis
Seto, Soerjono. Manajemen Farmasi. Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Airlangga University Press. Bidang Kesehatan
Surabaya. 2004
Simatupang, Agustina. Analisa Sumber Lain :
Perencanaan Dan Pengendalian Angling Adhitya Purbaya, Awasi
Obat Dalam Daftar Obat Standar Peredaran Produk ilegal, BPOM pantau
(DOS) Di Instalasi Farmasi Rumah Produk yang dijual Online,
Sakit Ibu dan Anak Hermina Bekasi. http://m.detik.com/news/berita-jawa-
Tesis. Fakultas Kesehatan tengah/d-4289687/awasi-
Masyarakat. Universitas Indonesia.
epok. 2011
Soerjono, dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT RajaGrafindo Persada,
1995

Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan


dalam Prespekti Undang-Undang
Kesehatan, Jakarta: Rajawali Pers,
2013
Tonny Sumarsono, Pengantar studi
farmasi, Penerbit buku kedokteran,
Jakarta, 2012,
Utari, Anindita. 2014. Cara Pengendalian
Persediaan Obat Paten dengan
Metode Analisis ABC, Economic
Order Quantity (EOQ), Buffer Stock
dan Reorder Point (ROP) di Unit
Gudang Farmasi RS Zahirah Tahun
2014. Skripsi. Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan. Universitas
Islam Negeri Syarifhidayatullah.
Jakarta. 2014

Undang-Undang dan Peraturan Lainnya:

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan
Keppres RI. No. 80. 2003. Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/
Jasa Instalasi Pemerintah.
Perpres RI. No. 54. 2010. Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta.
189
Volume 6 No 2 Bulan Oktober Tahun 2021
ISSN Cetak: 2579-9983, E-ISSN: 2579 6380
Halaman. 176-189

Anda mungkin juga menyukai