Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM PROPERTI MATERIAL

PEMERIKSAAN BAHAN LEWAT SARINGAN NO. 200

KELOMPOK 9

Nadhif Abdallah 2106727815


Blasius Agung Purnama M. 2106727840
Dion Dwi Sanjaya 2106727802
Akmal Dzulfiqar 2106727821

Tanggal Praktikum : 12 November 2021


Asisten Praktikum : Yohanes Karuniawan
Tanggal Disetujui : 14 November 2021
Nilai :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2021
PEMERIKSAAN BAHAN LEWAT SARINGAN NO. 200

A. DATA PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum, didapatkan hasil berupa gambar sebagai
berikut:

Tabel 1 Data Berat (gram) Hasil Praktikum

W1 W2 W3
500 675 1091
Sumber: (Data Praktikum, 2021)

Keterangan:
• W1 : Berat (gram) awal agregat halus
• W2 : Berat (gram) wadah
• W3 : Berat (gram) wadah + agregat halus oven dry

B. PENGOLAHAN DATA
Data yang sudah didapatkan kemudian diolah untuk mendapatkan berat
tertahan pada saringan no.200 (W4) dengan melakukan penghitungan
dengan rumus:

𝑊4 = 𝑊3 − 𝑊2

Maka.

𝑊4 = 1091 − 675 = 416 𝑔𝑟

Setelah itu, W4 dimasukkan ke dalam rumus persentase kadar lumpur,


dengan rumus:

𝑊1 − 𝑊4 500 − 416
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = × 100% = 16,8%
𝑊1 500

C. ANALISIS
ANALISIS PERCOBAAN
Praktikum “Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan No. 200” bertujuan
untuk menentukan jumlah bahan yang terdapat dalam agregat lewat
saringan no.200 dengan cara pencucian sehingga dapat diolah untuk
menentukan kadar lumpurnya. (Laboratorium Struktur dan Material
Departemen Sipil FTUI). Standar yang digunakan dalam praktikum ini
adalah SNI S-04-1989-F.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan benda uji berupa
agregat halus yang sudah dikeringkan dalam oven sampai beratnya tetap.
Pasir yang digunakan sebanyak 500 gram. Kemudian praktikan menyiapkan
saringan yang disusun dari saringan no. 16 (1,18 mm) dan no. 200 (0,075
mm). Agregat ukuran ini dipakai karena dapat menyaring benda asing tidak
diinginkan yang tersimpan dalam agregat dan sesuai dengan persyaratan
SNI S-04-1989-F. Saringan no. 16 diletakkan di atas dan saringan no. 200
di bawah.

Pasir yang akan diuji diletakkan di atas saringan no. 16 dan dicuci
dengan air yang mengalir dari selang air. Kedua saringan ini terus dicuci
dengan air dan bahan yang sangat halus (kecil) akan melewati saringan no.
200 bersama dengan aliran air. Saringan terus dicuci sampai air yang keluar
dari saringan tidak berwarna (bening), yang merupakan pertanda bahwa
tidak ada lumpur lagi yang terdapat pada saringan tersebut. Setelah dicuci,
bahan yang tertahan di saringan no. 16 dan no. 200 diletakkan dalam wadah
dan kembali dikeringkan dalam oven selama satu hari.

ANALISIS HASIL
Setelah melakukan praktikum, data diolah dengan rumus yang sudah
dipaparkan di bagian pengolahan data. Pertama-tama, data dihitung untuk
mencari berat tertahan pada saringan no. 200 (W4) dengan mengurangi
berat wadah + benda uji (W3) dengan berat wadah (W2). Setelah itu, data
dihitung untuk mendapatkan kadar lumpur yang terdapat pada benda uji,
dengan hasil perhitungan akhir sebesar 16,8%. Berdasarkan SNI S-04-1989-
F, batas maksimal kadar lumpur dalam suatu agregat halus adalah sebesar
5%. Maka dari itu, agregat halus yang diujikan dalam praktikum ini tidak
memenuhi standar dan tidak dapat digunakan dalam keperluan teknik sipil.
Agregat halus dengan kadar lumpur diatas batas maksimal akan
berpengaruh pada kekuatan beton baik pada tingkat kekerasan maupun
kecepatan perkerasan beton itu sendiri.

ANALISIS KESALAHAN
Selama melaksanakan praktikum, kemungkinan terdapat beberapa
kesalahan yang mungkin terjadi, seperti:

1. Agregat halus yang digunakan tidak berada dalam kondisi oven dry
sehingga penimbangan menjadi tidak valid.
2. Praktikan membuat kesalahan dalam pembacaan berat pada
timbangan
3. Agregat tidak tercuci bersih sehingga meninggalkan kotoran yang
berakibat pada penimbangan yang tidak valid

D. KESIMPULAN
Dari praktikum pemeriksaan bahan lewat saringan no. 200 yang sudah
dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan melaksanakan praktikum, kita dapat menentukan kadar


lumpur dari suatu bahan agregat halus.
2. Berdasarkan SNI S-04-1989-F, batas maksimal kadar lumpur
agregat halus adalah 5%
3. Agregat halus yang diujikan memiliki kadar lumpur sebesar 16,8%
4. Agregat halus yang diujikan tidak memenuhi syarat standar agregat
halus di Indonesia, dan tidak dapat digunakan untuk keperluan
teknik sipil
E. DAFTAR REFERENSI

Data Praktikum. (2021). Praktikum Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan Agregat


No. 200. Depok.

Laboratorium Struktur dan Material Departemen Sipil FTUI. (n.d.). Pemeriksaan


Bahan Lewat Saringan No. 200. In Pedoman Praktikum Pemeriksaan Bahan &
Mutu Beton (p. 23). Depok.

Anda mungkin juga menyukai