Anda di halaman 1dari 5

Nama: Satria wijaya

NIM: 07021282126052

MK: Analisis wacana kritis

Teks dan Konteks dalam Critical Discourse Analysis (CDA)

Teks

Teks atau objeknya harus merupakan data yang diambil dari realitas, bisa berupa tape, video
yang merekam pembicaraan atau peristiwa, atau teks yang digunakan dalam media massa
(lisan, tulisan, visual). Data pada prinsipnya belum diedit, tetapi dipelajari seperti adanya,
sedekat mungkin dengan munculnya, atau digunakan dalam konteks lainnya. Menurut Teun
A. Van Dijk, dalam dimensi teks yang diteliti adalah struktur teks dan strategi wacana yang
digunakan untuk tema tertentu. Teks dapat diperoleh dari hasil menganalisis bagaimana
proses wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Dengan
melihat dan membaca sebuah teks, kita dapat menemukan makna secara umum.

Konteks

Konteks dalam analisis wacana kritis, diartikan sebagai latar, situasi, peristiwa, dan kondisi.
Melalui konteks, hal-hal yang memengaruhi pewacana dalam memproduksi wacana akan
tergambar secara jelas. Konteks adalah sesuatu yang melingkupi teks sehingga teks tersebut
dapat dipahami secara komprehensif. Analisis wacana juga mengaitkan konteks dari
komunikasi. Tiga hal sentralnya adalah teks, konteks, dan wacana. Teks, dalam hal ini,
adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi
semua jenis ekspresi komunikasi. Konteks memasukan semua jenis situasi dan hal yang
berada diluar teks dan memengaruhi pemakaian bahasa, situasi dimana teks itu diproduksi
serta fungsi yang dimaksudkan. Wacana dimaknai sebagai konteks dan teks secara bersama.
Titik perhatianya adalah analisis wacana menggambarkan teks dan konteks secara bersama-
sama dalam proses komunikasi.
-Kritik Sosial Melalui Wacana Kritis pada Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

Struktur Teks

Struktur teks meliliki subjektivitas dalam mempengaruhi peran bahasa dalam membentuk
teks. Hal tersebut didasari dari bentuk keberlangsung teks. Atau sederhannanya teks harus
dihubungkan dengan teks agar terbentuk informasi yang detail. Dan unsur lain dari bahasa
sebagai pelengkap konteks teks. Bentuk interaksi adalah bentuk komunikatif interaksi sosial
individu. Contoh individu tidak akan membentuk sebuah informasi jikalau individu tidak
mengingikan keinginan yang diinginkan. Hal tersebut juga akan terjadi sebaliknya tahap ini
dikenal dengan pencarian informasi personal. Contoh kutipan judul puisi esai, Mata Luka
Sengkon Karta. Dengan munculnya judul teks di atas, sebagai bentuk reaksi untuk
mengungkap sebuah informasi dan sebagai dasar informasi tersebut mengarahkan pergerakan
sosial dari komunikasi yang diterima dan merambat ke kelompok serta diolah oleh kelompok
ke kelompok lainya sebagai bentuk informasi kontekstual. Dengan hadirnya kontekstual
dalam teks, mengarahkan teks tersebut ke area realitas publik. Ketika teks sudah dalam
bentuk sebuah realitas, maka teks tersebut mengalami partisipan atau yang menerima
informasi tersebut. Partisipan juga memicu munculnya penerimaan informasi dan juga
pengontrol informasi berlangsung. Bahasa juga diartikan dua konteks. Pertama lisan bahasa
yang langsung diucapkan oleh alat reproduksi suara setelah melalui rangsangan konsep.
Konsep yang dimaksud adalah informasi yang telah diterima atau sudah ada dan tinggal
dikomunikasikan. Contoh pada kutipan kalimat jaksa tetap pada tuntutannya, bentuk
mengontrol satu kejadian yang sedang berlangsung pada teks. Dan hal tersebut memunculkan
pengontrolan dari dalam diri sebagai bentuk komitmen atas tugas yang diberikan sebelumnya
dan akan tetap menjalankan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Produksi teks
menghasilkan rangkaian kalimat dan berkembang menjadi satuan terbesar yaitu wacana, pola
wacana akan menentukan uraian informasi secara detail. Unsur bahasa dalam hal ini, melihat
peran bahasa dalam konteks situasi yang diperhadapkan, contoh kalimat pada kutipan puisi
esai berikut, pak hakim, kami ini orang kecil, menunjukan sikap santun atau menghargai
individu, posisi, dan tanggungjawab yang ditugaskan kepadanya hakim. Hal tersebut tidak
berlaku pada konteks kalimat berikutnya, bagong siah! setan alas! babi! goblok!. Menunjukan
sikap brutal yang ditunjukan oleh media bahasa sebagai bentuk perwujudan pengungkapan
tindakan keresaan atau kekesalan secara non fisik sebagai bentuk pengilustrasian kritik sosial
terhadap keadaan yang dialami.

Pratik Wacana

Hubungan konteks situasi dan tipe wacana puisi esai merupakan dimensi yang berhubungan
dengan proses produksi dan konsumsi teks. Teks puisi esai diproduksi dengan cara yang
spesifik dengan rutinitas dan pola kerja yang telah terstruktur kerena penulis memadukan
puisi dan esai, mengambil sumber realitas yang akan ditulis oleh penulis, dan sebagainya.
Media puisi dan esai mungkin sekali mempunyai pola kerja dan kebiasaan yang berbeda
dibandingkan dengan penulisan karya sastra lain. Produksi teks puisi esai semacam ini
berbeda dengan ketika seorang penyair menghasilkan teks puisi, yang umumnya dihasilkan
dalam suatu proses yang personal. Proses konsumsi teks bisa jadi juga berbeda dalam konteks
sosial yang berbeda pula. Sehubungan dengan keterlibatan dalam komunikasi dapat dilihat
pada kutipan puisi esai berikut, sodara sengkon, sodara sudah dikepung ABRI!, keterlibatan
komunikasi dapat dilihat pada kutipan sebelumnya yang menunjukan komunikasi individu
dengan kelompok atau lembaga. Hal ini menyebabkan keberlangsungan komunikasi teks satu
dengan konteks teks komunikasi berjalan dengan baik seiring dengan hubungan komunikasi
tersampaikan dengan baik sesuai kondisi dan keadaan yang dibutuhkan. Sehubungan konteks
dan praanggapan satu paduan yang secara kolektif berkaitan satu dengan lainya. Hal tersebut
membentuk suatu ideologi tersembunyi dibalik sebuah keberlangsungan teks. Maksudnya
adalah bahasa dapat dijelaskan dengan bahasa juga sebagai bentuk terjalinya komunikasi
langsung maupun tidak. Selain itu peranggapan hadir sebagai bentuk kontrol
keberlangsungan komunikasi saat berlangsung. Dapat disimpulkan bahwa keadaan
komunikasi berlangsung melihat kolektifitas realitas keberlangsungan teks berlangsung
sesuai dengan uraian kutipan sebelumnya

Pratik Sosiokultural

Situasional konteks sosial, bagaimana teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana yang
khas, unik, sehingga satu teks bisa jadi berbeda dengan teks yang lain. Kalau wacana
dipahami sebagai suatu tindakan, maka tindakan itu sesungguhnya adalah upaya untuk
merespons situasi atau konteks sosial tertentu. Puisi esai Mata Luka Sengkon Karta,
mengangkat peristiwa pembunuhan dan perampokan. Motif pembunuhan dan perampokan
merupakan gambaran tindak kejahatan akan berlangsung dan setelah berlangsung. Kutipan
kalimat, uang, perhiasan, barangbarang mewah. Berdasarkan kutipan tersebut, menunjukan
motif terjadinya perampokan dan pembunuhan, motif perampokan adalah uang, perhiasan,
barang-barang mewah. Sedangkan bentuk khas dari pembunuhan dan perampokan adalah
penggunaan alat tajam yang digunakan yaitu tergambar pada kutipan berikut di tusuk belati.
Dengan demikian motif dan khas sebuat teks tergambar dengan baik dan sesuai kontekstual
teks saat berlangsung.

Kritik Sosial

Seperti yang diketahui bersama bahwa sebagain besar puisi esai menampilkan pesan kritik
sosial di dalamnya yang menyuguhkan tema kriminalitas, hukum, kemiskinan dan
diskriminasi sosial. Penggambaran yang menguraikan kronologi peristiwa bersejarah dan
penggambaran jiwa nasionalis tergambar jelas pada puisi esai tersebut. Sengkon dan Karta
sebagai tokoh utama dalam penggambaran peristiwa kasus salah tangkap oleh pihak berwajib
atas kasus pembunuhan yang tidak dilakukan oleh kedua tokoh. Dengan penggambaran kedua
tokoh tersebut memicu munculnya penggambaran realitas lainnya yang berkaitan dengan
dikriminasi. Tokoh Sengkon merupakan keturunan golek beureum yaitu pencuri. Namun hal
tersebut tidak membuat tokoh mengikuti garis keturunannya yang memiliki citra yang buruk
di masyarakat. Dan menepatkan dirinya dengan pekerjaan bertani sebagai bentuk pekerjaan
tetap dan tidak mengharapkan penghasilan yang lain. Sedangkan tokoh Karta adalah petani
ulung yang sumber penghasilnya hanya bertani. Dan hal tersebut menggambarkan kondisi
yang kurang memadai dalam segi ekonomi yang memiliki banyak kerugian dari pada
keuntungan yang diterima dan menyebabkan terjerat hutang piutang. Kedua tokoh tersebut
terjerat oleh perkara hukum dan menyebabkan semakin sulitnya membuktikan kebenaran dan
keadilan di tempat mereka tinggal selama ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa,
penggambaran realitas dalam puisi esai sangat menunjukkan kritikan secara detail,
pengungkapan masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat sebagai bentuk cerminan
diri agar dapat menghindari pelanggran sosial yang ada di lingkungan masyarakat. Sekali
terjerat perkara hukum menyebabkan poemik yang bekerpanjangan dan tidak ada habisnya.
Sebagai warga negara yang menaati aturan yang berlaku dengan tujuan terbentuknya
masyarakat yang harmonis dan berkecukupan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan
dengan adanya puisi esai ini sebagai referensi bersikap sosial dilingkungan masyarakat dalam
melalukan tindakan maupun keputusan.

penutup

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan empat poin
penting yang menjadi pokok kajian dalam penelitian pertama struktur teks meliputi,
ideasional, relasi, dan identitastermuat

dalam bentuk interaksi sosial individu, individu ke kelompok, dan kelompok ke kelompok.
Kedua praktik wacana meliputi produksi, teks, dan konsumsi termuat dalam bentuk apa yang
sedang berlangsung meliputi pembunuhan, dan perampokan, siapa yang terlibat dalam
komunikasi tokoh Gunel dan Sulaiman, hubungan komunikasi dalam bentuk tersangka Gunel
dan korban Sulaiman, serta hubungan konteks peranggapan dalam bentuk tuduhan
pembunuhan dan perampokan tokoh Sengkon dan Karta. Ketiga praktik sosialkultural yang
meliputi, situasional berupa motif. Intitusional berupa organisasi media masa, dan sosial
budaya yang meliputi nilai kebersamaan, Nasionalis, moral, dan religius. Dan keempat kritik
sosial yang menonjol yaitu, kemiskinan, kriminalitas, penegakan hukum dan diskriminasi.
Artinya, masalah sosial yang dikritik oleh Peri Sandi Huizche dalam puisi esai Mata Luka
Sengkon Karta masi sering terjadi sampai saat ini hanya berbeda pada konteks dan situasi
yang dialami.

Referensi

Adriansyah, R., & Agustiani, T. (2020). Representasi Konteks Sejarah dalam Puisi Esai Mata
Luka Sengkon Karta. Imajeri: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(1), 53-66.

https://jurnal.ideaspublishing.co.id/index.php/ideas/article/download/1177/484

Anda mungkin juga menyukai