Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sastra Indonesia 11 (1) (2022) 19-26

Jurnal Sastra Indonesia


https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi

Analisis Wacana Kritis Terhadap Pemberitaan Luhut Binsar Pandjaitan


VS Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti dalam Media Daring

Ermawati. S1, Hidayatun Nur2, dan Sumarlam3


1,2Universitas Islam Riau
1,2,3Universitas Sebelas Maret

Info Artikel Abstrak

Article History Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemberitaan terkait dengan adanya konflik pejabat di Indonesia yakni
Luhut Binsar Pandjaitan dengan Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti. Penelitian yang dilakukan melihat dan
Disubmit 13 Oktober 2021
mengkaji dari sudut pandang analisis wacana kritis versi Norman Fairclough, dengan mengedepankan
Diterima 20 Februari 2022 dimensi analisis teks, praktik wacana dan praktik sosio budaya. Sumber data diperoleh dari media daring
Diterbitkan 27 Maret 2022 Kompas.com. Berdasarkan penelitian dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan 1) berdasarkan
analisis teks yang dilakukan ditemukan kosakata yang cenderung dimanfaatkan oleh pewacana atau
pembuat berita dalam memproduksi beritanya; 2) analisis praksis wacana menunjukkan bahwa struktur
argumentasi yang terdapat dalam berita Kompas.com dengan jelas sebetulnya tidak memihak kepada
Kata Kunci: siapapun, hal itu terlihat dari redaksi kalimat dan isi beritanya dari awal sampai akhir; 3) analisis praksis
analisis wacana kritis, media daring sosiokultural atau sosial budaya menunjukkan bahwa media massa khususnya Kompas.com menaikkan
Kompas.com, pemberitaan Luhut vs berita tersebut karena hal yang diberitakan sedang menjadi perhatian masyarakat Indonesia, apalagi
Haris Azhar dan Fatia melibatkan pejabat atau orang ternama di Indonesia yakni Luhut Binsar Pandjaitan, Haris Azhar dan Fatia
Maulidiyanti.

Abstract

This research is motivated by news related to the conflict between officials in Indonesia, namely Luhut
Binsar Pandjaitan with Haris Azhar and Fatia Maulidiyanti This research looks at and examines Norman
Fairclouh's version point of view of critical discourse analysis, by prioritizing the dimensions of text
analysis, discourse practices, and socio-cultural practices. The data source is obtained from Kompas.com.
Based on the results of the research and analysis carried out, it can be concluded that 1) from the analysis
of the text, it is found that vocabulary tends to be used by discourse or newsmakers in producing news; 2)
the analysis of discourse practice shows that the structure of the arguments contained in kompas.com news
clearly does not take sides with anyone, this can be seen from the editorial sentences and the contents of
the news from beginning to end; 3) the analysis of sociocultural or socio-cultural praxis shows that the mass
media, especially Kompas.com, raise the news because the things that are being reported are of interest to
Indonesian people, particularly involving well-known officials or people in Indonesia , namely Luhut Binsar
Pandjaitan, Haris Azhar and Fatia Maulidiyanti.

© 2022 The Authors. Published by UNNES. This is an open access


* E-mail: ermawati.s@edu.uir.ac.id article under the CC BY license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)

DOI 10.15294/jsi.v11i1.51794 P ISSN: 2252-6315 E-ISSN: 2685-9599


Ermawati, Nur, dan Sumarlam, Analisis Wacana Kritis Terhadap Pemberitaan Luhut Binsar Pandjaitan VS Haris…
20 Azhar dan Fatia Maulidiyanti… dalam Media Daring

PENDAHULUAN terhadap HA dan FM, yang sebelumnya membahas


Bahasa begitu penting dalam kehidupan sesuatu hal (terkait LBP) di kanal YouTube milik
sehari-hari karena bahasa merupakan sarana yang HA. Pelapor, dalam hal ini LBP merasa difitnah dan
sangat diperlukan manusia agar dapat dicermarkan nama baiknya setelah adanya bagian
berkomunikasi dan berhubungan dengan pembicaraan yang menyebut dirinya “bisa dibilang
sesamanya (Sulaiman et al., 2020). Bahasa, dalam bermain di tambang Papua”. Persoalan yang sangat
praktiknya (baik lisan maupun tulis) memainkan besar hingga sampai ke ranah hukum itu,
peranan yang sangat besar bagi penggunanya sebenarnya bermula dari penggunaan bahasa,
karena bahasa mencerminkan orang atau pemakai tepatnya adanya penggunaan kata “bermain” yang
dari bahasa itu sendiri. Ketika seseorang berbahasa dipersoalkan oleh pelapor (LBP). Jelas, hal itu juga
maka dapat dilihat dan dinilai bagaimana menyiratkan bahwa dengan bahasa atau bahkan
seseorang itu melalui bahasa yang dihasilkannya. dengan penggunaan satu kata “bermain” saja
Melalui bahasa, pemakai atau pengguna suatu seseorang atau suatu kelompok tertentu dapat
bahasa dapat terangkat nama dan kehormatannya, dipersoalkan dan dipermasalahkan ke pihak
dan sebaliknya, bias juga menjadi petaka yang kepolisian, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh
berujung ke pengadilan. Berbicara mengenai si pelapor tersebut. Bagaimana seorang pembuat
bahasa, konteksnya sangat luas dan bisa dilihat dari berita/teks (wartawan) memanfaatkan situasi itu
berbagai aspek. Namun, dalam hal ini akan dilihat dapat dilihat dari berita-berita yang tersebar dalam
praktik bahasa yang digunakan dalam media berbagai media massa di Indonesia.
massa. Dalam penelitian ini penulis melihat berita
Media massa dikenal sebagai salah satu terkait Luhut vs Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti
sarana yang dapat dipergunakan untuk dari Kompas.com yang diterbitkan pada tanggal 23
menyebarluaskan pesan atau berita kepada September 2021, ditulis oleh Hakim (2021).
khalayak. Melalui media massa juga semua Berikut ditampilkan secara jelas dalam tabel 1.
informasi tentang dunia dapat diperoleh
masyarakat dengan sangat mudah dan cepat. Di Tabel 1 Nama Media dan Judul Pemberitaan
Indonesia misalnya, ada begitu banyak media Terkait Luhut vs Haris Azhar dan Fatia
massa, dari isi pemberitaan yang bersifat lokal No. Tanggal Media Penulis / Judul
hingga mancanegara, dengan berbagai tema dan pemberitaan Editor
topik pembahasan yang terbaru. Sobur (2012) 1 23/09/2021 Kompas.com Rakhmat “LUHUT VS
menegaskan bahwa “Para pakar media kerap Nur HARIS
berujar, salah satu patokan yang bisa dipakai untuk Hakim AZHAR
mengatakan bahwa kita sudah berada dalam DAN FATIA
kondisi reformasi saat ini adalah isi media massa. KONTRAS,
Berbicara mengenai media massa erat kaitanya BERAWAL
dengan berita yang disiarkannnya, dapat berbentuk DARI
elektronik, cetak dan juga daring (dalam jaringan). TUDINGAN
Setiap media memiliki keunggulannya dan “BERMAIN”
kelemahannya masing-masing”. TAMBANG
Eriyanto (2001) menjelaskan “Paradigma DI PAPUA”
kritis mempunyai pandangan tersendiri terhadap
berita, yang bersumber pada bagaimana berita Konsep Analisis Wacana Kritis atau Critical
tersebut diproduksi dan bagaimana kedudukan Discourse Analysis (CDA)
wartawan dan media bersangkutan dalam Label analisis wacana kritis (CDA) telah
keseluruhan proses produksi berita”. Selanjutnya, dipergunakan oleh sejumlah besar sarjana dengan
Ellyawati (2011) memaparkan “Walaupun beragam disiplin ilmu (Kress, 1990). Buku
terkadang berita yang diliput sama akan tetapi Fairclough yang berjudul language and power
setiap media masa mempunyai ciri khas tersendiri (1989) diandaikan sebagai buku terpenting
atau gaya bahasanya tersendiri untuk bermulanya CDA. Dijelaskan bahwa Fairclough,
menyampaikan isi beritanya”. Belum lama ini, intelektual yang mula-mula memakai sebutan
tepatnya bulan Agustus 2021, Indonesia critical discourse analysis (CDA) untuk
diperlihatkan dan dipertontonkan dengan berita memilahnya dengan istilah lainnya yakni discourse
atau pemberitaan terkait seorang menteri yakni analysis (Fauzan, 2016).
‘Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) dan aktivis Haris Critical discourse analysis dikatakan
Azhar (HA) serta Koordinator Kontras Fatia sebagai salah satu kaidah yang dapat dipergunakan
Maulidiyanti (FM)’. Pemberitaan tersebut terkait untuk memandang dan meninjau praktik bahasa
dengan adanya pelaporan yang dilakukan oleh LBP sebenarnya di masyarakat. Aman (2006)
Jurnal Sastra Indonesia 11 (1) (2022) 21

menyatakan “Satu corak analisis wacana yang dianalisis secara linguistik atau kebahasaan dengan
dipertalikan dengan praktik sosial atau social melihat kosakata, gramatika, dan struktur kalimat”.
practice yang berkembang pesat dan mendapat
perhatian peneliti-peneliti bahasa akhir-akhir ini, Dimensi Praktik Wacana (Discourse Practice)
khususnya di Britain (Inggris) dan di Eropa ialah Eriyanto (2001) memperjelas “Praksis
analisis wacana yang menggunakan pendekatan wacana atau discourse practice merupakan
kritis. Dalam konteks perkembangan disiplin dimensi yang berhubungan dengan proses
linguistik sebagai sebagian sains sosial saat ini, produksi”. Hal senada juga disampaikan oleh
pendekatan kritis dalam menganalisis wacana Haryatmoko (2017) bahwa “Praktik diskursif, yaitu
wajar diberi perhatian dan dimanfaatkan. Di semua bentuk produksi dan konsumsi teks atau
samping menggunakan bermacam pendekatan dan sudah ada interpretasi. Fokusnya diarahkan pada
memperkaya bidang ini, dalam pendekatan kritis, cara pengarang teks mengambil wacana dan genre
bahasa dalam penggunaan atau wacana akan yang ada dengan memerhatikan bagaimana
diselidiki dalam kerangka teori sosial sebagai hubungan kekuasaan dimainkan”. Selain itu, Darma
bentuk proses sosial dan bukan sekadar aktivitas (2014) mempertegas “Hubungan antara teks dan
individu”. struktur sosial bersifat tidak langsung dan
Haryatmoko (2017) menegaskan bahwa dimediasikan oleh proses wacana dan konteks
“Wacana sebagai praksis sosial memfokuskan sosiokultural. Teks yang dimediasi oleh proses
untuk menganalisis institusi, organisasi, relasi wacana berhubungan dengan tahap interpretasi.
kelompok, struktur, proses sosial-politik untuk Selanjutnya, teks yang dimediasi oleh konteks
dipelajari pada tingkat wacana, komunikasi dan sosiokultural berhubungan dengan tahap
interaksi. Jadi, analisis wacana kritis mengelaborasi eksplanasi. Proses interpretasi pada hakikatnya
dan menjelaskan hubungan antara kedua lingkup adalah proses menafsirkan teks dan konteks dan
studi itu, termasuk persinggungan lokal dan global; intertekstualitas”. Terakhir, Fauzan (2016)
serta struktur wacana dan struktur masyarakat. menegaskan “Pada tahap ini dicoba ditafsirkan
Hubungan-hubungan itu merupakan bagian dari hubungan antara teks dan konteks melalui
proses semiosis”. penggunaan pengetahuan awal (background
knowledge) baik terhadap pengetahuan
Dimensi-Dimensi dalam Analisis Wacana Kritis kebahasaan maupun situasi yang meliputi
(Fairclough) kebahasaan tersebut”.
Dimensi Analisis Teks (Text)
Haryatmoko (2017) menjelaskan “Teks Dimensi Praktik Sosiokultural (Sociocultural
yaitu semua yang mengacu ke wicara, tulisan, Practice)
grafik, dan kombinasinya atau semua bentuk Haryatmoko (2017) menjelaskan “Praksis
linguistik teks (khasanah kata, gramatika, syntax, sosiokultural atau praksis sosial biasanya tertanam
struktur metafora, dan retorika)”. Menurut dalam tujuan, jaringan dan praksis budaya sosial
Fairclough, pengkajian struktur teks berkaitan yang luas. Dalam dimensi ini, sudah mulai masuk
dengan perangkaian teks. “Sebuah teks pemahaman intertekstual, peristiwa sosial di mana
mempunyai struktur yang bisa saja terbentuk dari kelihatan bahwa teks dibentuk oleh dan
elemen-elemen yang dapat diprediksi dalam membentuk praksis sosial”. Lebih lanjut, (Darma,
urutan” (Darma, 2014). Selain itu, dalam Eriyanto 2014) mengemukakan bahwa “Hubungan antara
(2001) dijelaskan bahwa “Fairclough mengamati teks dan struktur sosial dimediasikan oleh konteks
teks dari berbagai tingkatan. Sebuah teks tidak sosial wacana. Wacana akan menjadi nyata
hanya menampilkan bagaimana suatu objek beroperasi secara sosial, sebagai bagian dari
digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan proses-proses perjuangan isntitusional
antarobjek didefinisikan. Teks di sini dianalisis masyarakat”. Selain itu, Eriyanto (2001) juga
secara linguistik, dengan melihat kosakata, menjelaskan bahwa “Sociocultural practice adalah
semantik dan tata kalimat. Ia juga memasukkan dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar
koherensi dan kohesi, bagaimana antarakata atau teks. Konteks di sini memasukkan banyak hal,
kalimat tersebut digabung sehingga membentuk seperti konteks situasi, lebih luas adalah konteks
pengertian”. Albaburrahim & Sujinah (2017) juga dari praktik institusi dari media sendiri dalam
menambahkan “Suatu teks akan disajikan dengan hubungannya dengan masyarakat atau budaya dan
pola argumentasi dan deskripsi dalam sebuah politik tertentu. Misalnya, politik media, ekonomi
pemberitan”. Lebih lanjut, Fauzan (2016) media, atau budaya media tertentu yang
menyimpulkan “Text analysis (analisis berpengaruh terhadap berita yang dihasilkannya”.
teks/deskripsi) merupakan tahap mula-mula teks Kusno, (2015) menyebutkan “kekuatan sebuah
media akan mempengaruhi kebebasan penulisan
Ermawati, Nur, dan Sumarlam, Analisis Wacana Kritis Terhadap Pemberitaan Luhut Binsar Pandjaitan VS Haris…
22 Azhar dan Fatia Maulidiyanti… dalam Media Daring

berita”. Terakhir, Fauzan (2016) juga menegaskan memungkinkan penggunaan beragam cara:
bahwa “eksplanasi merupakan analisis pertama, bisa melakukan analisis konteks; kedua,
sosiokultural, yaitu analisis hubungan antara bisa menggunakan teknik pengamatan atau
praktik wacana dan konteks sosial. Eksplanasi wawancara ulang menekankan cara merekam dan
bertujuan mencari penjelasan atas hasil penafsiran menerjemahkan bahasa alamiah; ketiga, dengan
pada tahap pertama (deskripsi) dan tahap kedua model pengamatan pastisipatoris yang menuntut
(interpretasi). Dalam level ini, dijelaskan hubungan peneliti berperan di komunitas sehingga bisa
antara kecenderungan di dalam teks, kompleksitas mempelajari proses wacana; keempat,
dalam pratik wacana, dan juga proses-proses di menggunakan informan atau pakar untuk
dalam perubahan sosial”. menjelaskan atau menerjemahkan apa yang terjadi
Kajian analisis wacana kritis yang relevan di komunitas dengan tetap menghormati praktik
dengan penelitian yang penulis lakukan sudah wacana yang ada; dan kelima, bisa menggunakan
pernah diteliti oleh beberapa peneliti lainnya metode framing, bahkan bisa juga metode
seperti dapat dilihat dalam (Yuwono, 2008), etnografi”. Namun, dalam menjalankan penelitian
Agustin (2013), (Atai & Mozaheb, 2013), Munfarida ini penulis berpatokan pada metode pertama yakni
(2014), Suharyo et al., (2014), Arwanto (2015), melakakukan analisis berdasarkan konteks karena
Abdi & Basarati, (2016), Sumarlam (2016), dan berdasarkan hasil wawancara yang sudah
Cendramata & Darmayanti (2019), Li & Yi, (2019), diperoleh oleh wartawan seperti yang terdapat
Azizah (2020), Abbas (2021), Hamid et al., (2021), dalam berita atau media daring Kompas.com.
Zhang et al., (2021), dan Deshkameh et al., (2021). Prosedur yang dilakukan dalam penelitian
ini antara lain:
METODE 1. Penulis terlebih dahulu mencari berita terkait
Penelitian ini termasuk penelitian dengan judul di atas,
deskriptif kualitatif. Creswell (2009) 2. Menetapkan media yang menjadi objek
mengemukakan “Qualitative research is a means penelitian,
for exploring and understanding the meaning 3. Melakukan analisis data sesuai dengan konsep
individuals or groups a scribe to a social or human AWK yang digagas oleh Norman Fairclough
problem”. Fokus penelitian ini adalah mengkaji dan 4. Menganalisis teks dari sudut pandang
melihat bagaimana bahasa yang digunakan oleh linguistik, yang mencakup penafsiran dan
pewacana dalam hal ini wartawan Kompas.com interpretasi teks serta meninjau lebih lanjut
dalam memberitakan masalah ketiga pelibat apakah media terlihat memihak, menyudutkan,
wacana (Luhut, Haris, dan Fatia). Data dalam atau netral terhadap ketiga pelibat wacana
penelitian ini berupa kata-kata atau frasa dan juga yakni Luhut, Haris, dan Fatia.
kalimat yang sesuai dengan konteks analisis yang 5. Menyimpulkan hasil penelitian yang
ditentukan. Sumber data dalam penelitian ini ditemukan.
diperoleh dari media Kompas.com pada tanggal 23
September 2021, sesuai dengan penjelasan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
tabel 1. Penulis memperoleh data dengan cara Hasil Penelitian
mengakses langsung judul berita sebagaimana Berdasarkan teks yang diperoleh dari
sudah disinggung sebelumnya. Metode yang media Kompas.com, analisis data diuraikan sebagai
penulis gunakan dalam penelitian ini merujuk berikut.
analisis wacana secara kritis versi Fairclough,
melalui dimensi analisis dengan metode analisis Dimensi Teks
teks, baik secara tekstual maupun intertekstual. Masalah sosial yang terjadi dalam teks
Dimensi praktik wacana dianalisis dengan berita tersebut adalah konflik tentang pengaduan
menggunakan metode interpretasi teks dengan (pelaporan kepada pihak berwajib) yang dilakukan
berbagai prinsip penafsiran, serta dimensi praktik oleh LBP disebabkan oleh tudingan yang
sosiokultural dianalisis dengan metode eksplanasi, dilontarkan oleh aktivis HA dan Koordinator
yakni menerangjelaskan dan mengkajidalami Kontras FM kepadanya.
faktor-faktor sosial dan kultural yang terkait
dengan tema/topik penelitian dengan teknik Kosakata
wawancara mendalam. Namun, dalam hal ini teknik Perbendaharaan kata dan penggunaan
wawancara mendalam tidak penulis lakukan, tetapi istilah dalam teks berita, tampak secara eksplisit
penulis mengutip hasil wawancara yang sudah seperti yang terlihat berikut ini.
didapatkan oleh pewacana (wartawan) terhadap a. Penggunaan kata “VS” pada judul berita yang
kedua belah pihak yang sedang diperbincangkan. memberikan kesan berlawanan.
Menurut Haryatmoko (2017) “Metode AWK
Jurnal Sastra Indonesia 11 (1) (2022) 23

Dari judul berita yang ditulis “Luhut Vs Tabel 2 Kekerapan Penggunaan Kosakata
Haris Azhar dan Fatia Kontras, Berawal dari No Kosakata Penggunaan Jumlah
Tudingan "Bermain" Tambang di Papua”. dalam Penggunaan
Dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia kata Vs Kalimat
(versus) artinya (me)lawan. Selanjutnya, (Teks)
dalam KBBI daring “ver·sus /vérsus/ p 1. Vs LBP Vs HA 1 kali
(me)lawan (dipakai dl pertandingan olahraga, dan FM
dl perselisihan hukum di pengadilan, dl Kontras,
perdebatan, dsb): pertandingan tinju Berawal dari
Muhammad Ali -- George Foreman”. Tudingan
Istilah ini menggambarkan adanya "Bermain"
konflik yang serius antara LBP, HA, dan FM. Tambang di
Kata yang mendukung dalam berita tersebut Papua.
adanya kata ‘perseteruan’ yang berarti perihal 2. Bermain Mereka 6 kali
bermusuhan; permusuhan (KBBI daring). menyebut
Adapun wujud dari perseteruan yang ada “LBP
dalam berita adalah berupa pelaporan yang "bermain"
dilakukan oleh LBP ke Polda Metro Jaya atas dalam bisnis
kasus pencemaran nama baik. tambang di
b. Polemik Intan Jaya,
Penggunaan kata polemik mendeskrip- Papua”.
sikan adanya konflik antara LBP, HA, dan FM. 3 Tudingan Ia 2 kali
Dalam KBBI daring dikatakan “Po·le·mik n beranggapan,
perdebatan mengenai suatu masalah yang “Tudingan
dikemukakan secara terbuka dl media”. Jadi, tersebut tak
polemik itu bermula ketika adanya somasi oleh ubahnya
LBP yang tidak diindahkan oleh HA, sehingga sebuah
menimbulkan rasa kekesalan bagi LBP. renungan dan
Akhirnya, dampak pelaporan itu membuat opini
kedua belah pihak semakin ‘memanas’. semata”.
c. Melaporkan 4 Gugatan "Pak LBP 3 kali
Penggunaan kata melaporkan yang ada sampaikan
dalam teks menekankan dan memberikan masalah ini
kesan bahwa perseteruan antara LBP dan HA juga
dimulai ke babak yang lebih serius yaitu jalur dilakukan
hukum. LBP akan membawa kasusnya ke gugatan
pengadilan. perdata”.
d. Menggugat
Penggunaan kata menggugat juga Dalam teks berita, penulis tidak
memberikan kesan adanya lanjutan konflik menemukan kata yang mengandung euphemism
yang terjadi antara kedua belah pihak yaitu dalam menguak informasi konflik antara LBP, HA,
pelapor dan terlapor. Di dalam teks disebutkan dan FM. Kalimat disampaikan secara gamblang dan
dengan jelas bahwa LBP menggugat HA dan jelas oleh penulis berita yaitu Rakhmat Nur Hakim.
FM senilai Rp100 miliar dengan gugatan
perdata. Metafora
Metafora yang terdapat di dalam teks berita
Perbendaharaan kata yang dipakai dan tersebut terlihat pada kata “bermain”. Metafora
pemaknaan kata cenderung memberikan bermain dalam hal ini berarti membuat kecurangan
gambaran tentang konflik yang semakin memanas atau penyimpangan sosial dalam suatu bisnis atau
antara LBP, HA, dan FM. Hampir tidak ada deskripsi pekerjaan. Dalam berita tersebut kata “bermain”
tentang situasi perdamaian. Deskripsi tentang menjadi kata kunci penyebab konflik yang terjadi
konflik yang memanas itu semakin jelas dalam antara LBP, HA, serta FM. Kata bermain dilontarkan
penggunaan kosakata seperti yang terlihat dalam oleh FM dalam salah satu kanal YouTube yang
tabel 2 berikut. memberikan kesan kepada LBP bahwa dia dituding
dalam kasus penambangan di Papua. Selanjutnya,
metafora juga terlihat pada kata ”melayangkan”.
Dalam berita tersebut, ada kutipan yang
Ermawati, Nur, dan Sumarlam, Analisis Wacana Kritis Terhadap Pemberitaan Luhut Binsar Pandjaitan VS Haris…
24 Azhar dan Fatia Maulidiyanti… dalam Media Daring

menyatakan bahwa LBP somasi HA dan FM dan tak Luhut melaporkan perkara tersebut ke
terima dengan pernyataan tersebut, LBP pun Polda Metro Jaya dengan alasan somasi yang
melayangkan somasi kepada HA melalui kuasa dilayangkannya kepada HA tidak diindahkan
hukumnya yakni Juniver Girsang. Kata dengan kata lain tidak dipenuhi oleh pihak HA dan
melayangkan yang terdapat dalam kalimat itu sama FM. Laporan yang dibuat LBP, termasuk dalam tiga
halnya dengan “memberikan peringatan”. pasal yakni pasal dalam Undang-Undang Informasi
Maksudnya, LBP memberikan peringatan kepada dan Transaksi Elektronik (ITE), pidana umum, dan
pihak HA dan FM untuk meminta maaf dan segera berita bohong. Pada akhirnya, Luhut melakukan
mengklarifikasi atas pemberitaan yang menurut gugatan perdata. Luhut menggugat HA dan FM
Luhut mencemarkan nama baiknya. Metafora senilai Rp100 miliar.
lainnya terlihat dalam kata “memperuncing”. Informasi yang ada dalam teks berita
Seperti yang ditemukan pada kalimat “Sementara tersebut, ada kaitannya dengan psikologi. Secara
itu, BBC menyebutkan bahwa penempatan pasukan psikologi, pemberitaan tersebut memberikan efek
militer di Intan Jaya telah memperuncing konflik atau dampak terhadap LBP yang katanya termasuk
antara aparat keamanan dengan kelompok pencemaran nama baik. Meskipun pihak HA dan FM
kriminal bersenjata (KKB) di sana” (Hakim, 2021). merasa tidak bersalah akan tetapi LBP mengaggap
Kata memperuncing dalam konteks kalimat itu ini adalah hal yang serius. Memang, tidak bisa
maksudnya membuat konflik semakin memuncak dipungkuri kata “bermain” dalam berita tersebut
dan rumit. merupakan kata yang ambigu yang bisa ditaksirkan
berbeda-beda oleh orang lain.
Analisis Praktik Wacana (Diskursif) Sturuktur argumentasi yang terdapat dalam
Analisis diskursif meliputi tiga bidang. berita Kompas.com dengan jelas sebetulnya tidak
Pertama, tentang kekuatan pernyataan yang memihak kepada siapapun. Hal ini bisa dilihat dari
mendorong afirmasi; kedua koherensi teks-teks redaksi kalimat dan isi beritanya dari awal sampai
yang sudah menyangkut wilayah interpretasi, akhir. Akan tetapi, yang lebih ditonjolkan dalam
bukan hanya fokus pada teks semata; dan ketiga, teks berita tersebut adalah konflik yang kian rumit
masalah intertekstual teks (Haryatmoko, 2016). antara kedua belah pihak. Hal itu ditandai dengan
Adapun ketidakberesan sosial yang terjadi adanya kata polemik, gugatan, tudingan, kuasa
dalam teks berita tersebut adalah konflik yang kian hukum, dll. Walapun pada awalnya penulis berita
memanas antara LBP dan aktivis HA dan FM. Hal ini memberikan penekanan bahwa Luhut lah yang
terjadi karena LBP merasa ada tudingan palsu yang benar, akan tetapi di bagian akhir berita ada
ditujukan kepadanya terkait adanya pembicaraan kutipan “Sementara itu kuasa hukum FM, Julius
soal tambang emas di Papua oleh HA dan FM, yang Ibrani, mengatakan, dua somasi yang dilayangkan
membawa-bawa namanya. Dalam tayangan LBP telah dijawab kliennya”. Menurut Julius, “kata
tersebut (diskusi di kanal YouTube milik HA) ada "bermain" merupakan cara FM untuk menjelaskan
disebutkan kata “bermain” yang dilakukan LBP secara sederhana kajian yang dibuat Kontras dan
seperti yang dilontarkan oleh HA dan FM. sejumlah LSM soal kepemilikan tambang di Intan
Mendengar pemberitaan tersebut, Luhut merasa Jaya Papua. Kata ‘bermain” itu ada konteksnya,
difitnah dan tidak menerima tudingan yang yaitu kajian sekelompok NGO (nongovernmental
menurutnya bisa mencermarkan nama baiknya. organization). Kajian itu yang kemudian dijelaskan
Apalagi dia adalah seorang menteri yang namanya FM dalam bahasa yang sederhana,” ujar Julius. Dua
sudah terkenal, tentu hal itu akan merusak marwah kalimat tersebut secara tidak langsung
dan harga dirinya di kancah perpolitikan Indonesia. memberikan maksud bahwa kalimat yang
Dalam pemberitaan tersebut, konflik kian dilontarkan oleh FM bisa saja ditafsirkan kepada
memanas berawal dari somasi yang diberikan oleh hal yang tidak negatif. Akan tetapi ada konteks
LBP kepada aktivis HA dan FM tetapi tidak tertentu yang ingin disampaikan FM dan HA.
diindahkan oleh HA dan FM. Padahal, LBP telah
memberikan dua kali somasi kepada kedua aktivis Dimensi Praktik Sosiokultural (Sosial Budaya)
tersebut. Somasi tersebut berisikan penegasan agar Praktik sosiokultural atau sosial budaya
HA dan FM segera meminta maaf dan memberikan meliputi interpretasi dari praktik produksi suatu
klarifikasi atas pemberitaan yang telah beredar. teks. Institusi media dapat saja dipengaruhi oleh
Intinya, Luhut meminta adanya pengakuan ke beberapa faktor seperti politik, ekonomi, dan
publik kalau itu adalah pemberitaan yang yang budaya.
tidak benar. Dalam hal ini, Luhut merasa
direndahkan dan tidak dihargai, dan akhirnya Tingkat Situasional
membawa perkara tersebut ke tingkat yang lebih Secara situasional, proses eksplanasi
tinggi yaitu ke pengadilan. dilakukan dengan memanfaatkan teks berita yang
Jurnal Sastra Indonesia 11 (1) (2022) 25

ada dalam media daring Kompas.com. khususnya banyak jika sudah melihat (mengenal) siapa
terkait dengan pernyataan LBP dan HA serta FM penuturnya. Hal ini bisa dilihat dari kutipan dalam
yang diperoleh pewacana (wartawan). Media berita Tempo.co pada 26 September 2021. "Luhut
massa sebagai alat untuk memproduksi sebuah bisa dibilang bermain, di dalam pertambangan-
berita tentu tidak akan asal dalam memilih dan pertambangan yang terjadi di Papua Haris ini", ini
menyebarluaskan berita. Ada hal-hal yang menjadi adalah kutipan FM yang menjelaskan dalam video
pertimbangan untuk menaikkan suatu berita, di kanal YouTube, kemudian pada berita yang
misalnya melihat dari peristiwa yang hangat di sama HA menyambung percakapan FM dengan
masyarakat atau fenomena yang memang ada nilai pertanyaan kata “Siapa?”. Selanjutnya, dijawab
beritanya, termasuk sesuatu yang berujung pada Kembali oleh FM dengan kalimat "Namanya adalah
konflik. Dalam kaitannya itu, media daring Luhut Binsar Pandjaitan," kata FM. "LBP, The
Kompas.com memilih untuk mengangkat dan Lord," ucap HA membalas. Sikap yang
menaikkan berita terait Luhut vs Haris Azhar dan ketidakberterimaan LBP terhadap kalimat yang
Fatia, sesuai dengan judul yang sudah disebutkan dilontarkan oleh FM dan HA tersebut, bisa juga
sebelumnya. dilihat dari kutipan wawancara LBP dalam teks
berita yang ditulis di media Kompas.com pada
Tingkat Institusional 27/09/2021 "Ini saya kira penting, pembelajaran
Wacana sesuai judul yang disebutkan untuk semua jangan sembarang ngomong. Jangan
sebelumnya, melibatkan seorang Menteri berdalih Hak Asasi Manusia atau kebebasan
Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi berekspresi yang membuat orang lain jadi susah.
(Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dan Tidak boleh gitu," ucap LBP. Kutipan tersebut
Direktur Lokataru Haris Azhar dan Koordinator memberikan bukti bahwa LBP merasa dituding dan
Komisi untuk Orang Hilang Fatia Maulidiyanti. menyampaikan pesan kepada masyarakat
Ketiga pihak yang terlibat dalam wacana tersebut Indonesia, agar hati-hati dalam berbicara karena
merupakan orang yang sudah tidak asing lagi di bisa merugikan orang yang lain.
kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai seorang
menteri yang sedang aktif di dalam pemerintahan PENUTUP
LBP merasa dirinya direndahkan oleh dua orang Berdasarkan hasil penelitian, analisis
yang juga tergolong orang yang berpengaruh di wacana kritis yang dilakukan terhadap
Indonesia. Dengan asumsi, LBP menilai dari video pemberitaan Luhut vs Haris Azhar dan Fatia
yang sudah beredar mengenai dirinya dapat menyimpulkan beberapa hal, antara lain 1)
merusak nama baiknya. Kekhawatiran Luhut berdasarkan analisis teks yang dilakukan
beralasan, karena yang memberikan pernyataan ditemukan kosakata yang cenderung dimanfaatkan
tentang dirinya kepada publik tidak sembarangan dan ditonjolkan oleh pewacana atau pembuat
orang, dan merupakan aktivis yang terkenal di berita dalam memproduksi beritanya. 2) Analisis
Indonesia. Secara tidak langsung khalayak tentu praksis wacana menunjukkan bahwa sturuktur
akan percaya bahwa dirinya telah melakukan hal argumentasi yang terdapat dalam berita
menyimpang dalam kasus tambang emas di Papua. Kompas.com dengan jelas sebetulnya tidak
Jadi, dalam pemberitaan tentang LBP dengan HA memihak kepada siapapun. Hal itu terlihat dari
dan FM ditemukan tingkat situasional dan redaksi kalimat dan isi beritanya dari awal sampai
institusional karena melibatkan dua pihak dan akhir. 3) Analisis praksis sosiokultural atau sosial
institusi yang berbeda yaitu Menko Marves, budaya menunjukkan bahwa media massa
Direktur Lokataru, dan Koordinator Komisi untuk khususnya Kompas.com menaikkan berita tersebut
Orang Hilang (Kontras). karena hal yang diberitakan sedang menjadi
perhatian masyarakat Indonesia, apalagi
Tingkat Sosial melibatkan pejabat atau orang ternama di
Sebagai seorang yang berpengaruh dalam Indonesia yakni LBP, HA, dan FM.
pemerintahan di Indonesia, khususnya sebagai
seorang menteri, LBP akan dipandang sebagai DAFTAR PUSTAKA
orang yang terlibat dalam kasus tambang emas di Abbas, A. H. (2021). Politicizing COVID‑19 Vaccines in
Papua oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat the Press: A Critical Discourse Analysis. Int J Semiot
Indonesia yang mayoritas sudah banyak menguasai Law.
media sosial seperti YouTube, FB, dan media sosial https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s11196-
021-09857-3
lainnya, tentu dengan mudah percaya terhadap apa
Abdi, R., & Basarati, A. (2016). A Critical Analysis of the
yang diberitakan. Terlebih lagi yang memberikan Representation of Yemen Crisis in Ideologically-
pernyataan juga tidak sembarangan orang. Suatu Loaded Newspaper Headlines. GEMA Online
tuturan atau pernyataan akan dipercaya oleh orang Journal of Language Studies, 16(3), 37–52.
Ermawati, Nur, dan Sumarlam, Analisis Wacana Kritis Terhadap Pemberitaan Luhut Binsar Pandjaitan VS Haris…
26 Azhar dan Fatia Maulidiyanti… dalam Media Daring

Agustin, D. K. I. (2013). Analisis Wacana Kritis pada Rajawali Pers.


Novel Ksatria Pembela Kurawa narasoma Karya Kress, G. (1990). Critical Discourse Analysis. Annual
Pitoyo Amrih. Skriptorium, 2(1), 61–76. Review of Applied Linguistics, 11, 84–99.
Albaburrahim, & Sujinah. (2017). Analisis Wacana Kritis https://doi.org/doi:10.1017/S026719050000197
Pada Pemberitaan Kasus Papa Minta Saham Di 5
Metro Tv. Lingua Franca:Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Kusno, A. (2015). Tersangka Kasus Gardu Induk Pln Dan
Pengajarannya, 1(2), 1–12. Mobil Listrik (Sebuah Analisis Wacana Kritis).
https://doi.org/https://doi.org/10.30651/lf.v1i2. Medan Makna, XIII(2), 103–116.
552 Li, T., & Yi, Z. (2019). Language and Power: A Critical
Aman, I. (2006). Bahasa dan Kepimpinan Analisis Discourse Analysis of the Political Speech.
Wacana Mahathir Mohamad. Universiti International Journal of Languages, Literature and
Kebangsaan Malaysia. Linguistics, 5(4), 259–262.
Arwanto, J. (2015). IDEOLOGI DALAM TEKS FACEBOOK: https://doi.org/10.18178/ijlll.2019.5.4.238
Kajian Analisis Wacana Kritis. Tarbawiyah, 12(1), Munfarida, E. (2014). Analisis Wacana Kritis dalam
81–95. Perspektif Norman Fairclough. Komunika, 8(1), 1–
Atai, M. R., & Mozaheb, M. A. (2013). The Representation 19.
of Iran’s Nuclear Program in British Newspaper Sobur, A. (2012). Analisis Teks Media Suatu Pengantar
Editorials: A Critical Discourse Analytic untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan
Perspective. International Journal of Society, Analisis Framing (Keenam). PT Remaja
Culture & Language. Rosdakarya.
Azizah, I. N. (2020). Gender, Ideologi dan Kekuasaan Suharyo, Surono, & Amin, M. F. (2014). BAHASA DAN
dalam Video VICE Indonesia yang berjudul Polemik IDEOLOGI: MENGUNGKAP IDEOLOGI DAN
Poligami di Indonesia: Analisis Wacana Kritis KEKUASAAN SIMBOLIK DI BALIK PENGGUNAAN
Norman Fairclough. NUSA: Jurnal Bahasa Dan BAHASA (KAJIAN TEKS MEDIA MELALUI ANALISIS
Sastra, 15(3), 409–418. WACANA KRITIS). HUMANIKA, 19(1), 42–58.
Cendramata, Rengganis Citra; Darmayanti, N. (2019). Sulaiman, E., Hermaliza, & Aprilla, Y. I. (2020).
Analisis Wacana Kritis Fairclough pada Kemampuan Mahasiswa Program Studi
Pemberitaan Selebriti di Media Daring. Literasi, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UIR
3(1), 1–8. dalam Menentukan Jenis Kalimat. GERAM
Cresswell, J. W. (2009). Research Design: Qualitative, (GERAKAN AKTIF MENULIS), 8(1), 9–16.
Quantitative, and Mixed Methods Approaches. https://journal.uir.ac.id/index.php/geram/article
London: SAGE Publication. /view/2097
Darma, Y. A. (2014). Analisis Wacana Kritis. Refika Sumarlam, S. (2016). Representasi Kekuasaan Melalui
Aditama. Sabda Raja pada Teks Berita Mengenai Konflik
Deshkameh, A., Layegh, N., & Hadidi, Y. (2021). A Critical Internal Keraton Yogyakarta (Sebuah Analisis
Discourse Analysis of Covid-19 in Iranian and Wacana Kritis). International Seminar Prasasti III:
American Newspapers. GEMA Online Journal of Current Research in Linguistics, 58–70.
Language Studies, 21(3), 231–244. Yuwono, U. (2008). Ketika perempuan lantang
Ellyawati, H. C. (2011). Analisis Wacana Kritis Teks menentang poligami Sebuah analisis wacana kritis
Berita Kasus Terbongkarnya Perlakuan Istimewa tentang wacana antipoligami. WACANA, 10(1), 1–
terhadap Terpidana Suap Arthalyta Suryani pada 25.
Media Online. Jurnal The Messenger, 3(1), 19–35. Zhang, Y., Akhtar, N., Farooq, Q., Yuan, Y., & Khan, I. U.
https://doi.org/https://doi.org/10.26623/theme (2021). Comparative Study of Chinese and
ssenger.v3i2.267 American Media Reports on the COVID‑19 and
Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Expressions of Social Responsibility: A Critical
Teks Media. LKS Yogyakarta. Discourse Analysis. Journal of Psycholinguistic
Fauzan, U. (2016). Analisis Wacana Kritis: Menguak Research.
Ideologi dalam Wacana. Yogyakarta: Idea Press https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s10936-
Yogyakarta. 021-09809-9
Hakim, R. N. (2021, September). Luhut Vs Haris Azhar
dan Fatia Kontras, Berawal dari Tudingan
“Bermain” Tambang di Papua. Kompas.Com.
https://nasional.kompas.com/read/2021/09/23/
13285981/luhut-vs-haris-azhar-dan-fatia-
kontras-berawal-dari-tudingan-bermain-
tambang?page=all
Hamid, M. A., Basid, A., & Aulia, I. N. (2021). The
reconstruction of Arab women role in media: a
critical discourse analysis. Social Network Analysis
and Mining.
https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s13278-
021-00809-0
Haryatmoko. (2017). Critical Discourse Analysis.

Anda mungkin juga menyukai