Anda di halaman 1dari 12

RESENSI BUKU

Judul Buku : Konvergensi Media; Perbauran Ideologi, Politik, dan Etika


Jurnalisme
Penulis : Dudi Iskandar
Penerbit : ANDI, Yogyakarta
Tahun : 2018
Tebal : 333 halaman

Pertautan Ideologi Media dan Ekonomi Politik Kekuasaan


M. Alfansyah Harahap
alfanharahap@gmail.com
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Jakarta.

Bagaimana publik membaca pemilik hadapan publik bahwa media


media dan wartawan yang menjadi memang sudah menjadi milik
tim sukses dalam kontestasi politik? segelintir orang. Ia pun membelah
Apakah realitas tersebut afeksi, kognisi, dan psikomotorik
menandaskan jurnalisme berubah dari masyakarat. Media Group dan
pakemnya atau ada bentuk jurnalisme Kompas Group di pihak pasangan
yang lain? Apa maknanya bagi Joko Widodo-Jusuf Kalla, di pihak
perkembangan demokratisasi di yang berseberangan ada MNC Group
Indonesia? yang membela Prabowo Subianto-
Itulah pertanyaan-pertanyaan Hatta Radjasa. Pembelaan Media
yang ingin dijawab oleh buku Group kepada Joko Widodo-Jusuf
berjudul Konvergensi Media; Kalla karena Partai Nasdem yang
Perbauran Ideologi, Politik, dan Etika notabene milik Surya Paloh, bos besar
Jurnalisme karya Dudi Iskandar. Media Group, adalah partai politik
Bahwa keterlibatan pemilik media pengusung selain Partai Demokrasi
dan wartawan sebagai tim sukses Indonesia Perjuangan (PDIP) dan
capres-cawapres dalam kontestasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),
Pilpres 2019 adalah mengulang serta Partai Hati Nurani Rakyat
kontestasi Pilpres 2014. Empat tahun (Hanura). Sedangkan Kompas Group
silam, media terbelah secara jelas, condong ke Joko Widodo-Jusuf Kalla
tegas, dan bahkan sarkastis. Kini pada karena kesamaan ideologi dengan
Pilpres 2019, realitas media kembali partai pengusung, terutama dengan
terbelah. PDIP—berakar dari PDI-- yang
Pilpres 2014 menandaskan merupakan fusi partai politik dari
fakta yang teramat telanjang di kalangan nasional dan Kristen pada

Communication X, Nomor 1, April 2019 116


1972. Di pihak lain, MNC Group penelitian disertasi di Pascasarjana
adalah milik Hary Tanoesoedibja. Ilmu Komunikasi Universitas
Setelah gagal maju sebagai calon Padjadjaran yang diedit ulang
wakil presiden dari Hanura sehingga menjadi buku ini. Objek
berpasangan dengan Wiranto, Ketua dalam penelitian ini adalah pertama,
Umum Hanura, Hary Tanoesoedibja teks, tayangan, dan siaran Kompas
menyeberang ke kubu pasangan Grup, Media Grup, dan MNC Grup
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang dengan spesifikasi tertentu. Kedua,
didukung oleh Partai Gerakan pemaknaan wartawan dalam level
Indonesia Raya (Gerindra), Partai discourse practice/awak media
Golkar, Partai Amanat Nasional (redaksi dan manajamen/bisnis).
(PAN), dan Partai Keadilan Sejahtera Untuk level teks secara jelas objek
(PKS) serta Partai Demokrat yang penelitian digambar dalam tabel di
juga mendukung dengan malu-malu. bawah ini.
Realitas media pada Pilpres
2014 inilah yang menjadi objek

Tabel 1
Objek Penelitian
Nama Media Jenis Media Tema
Kompas Grup 1. Surat kabar Kompas 1. Dugaan kecurangan
(media cetak) kampanye
2. Kompas.com (situs berita) 2. Isu pelanggaran Hak
3. Kompas TV (televisi) Azasi Manusia (HAM)
3. Debat Calon presiden
dan wakil presiden
4. Konser 2 Jari
5. Keberpihakan Presiden
Susilo Bambang
Yudhoyono
Media Grup 1. Surat kabar Media 1. Dugaan kecurangan
Indonesia (media cetak) kampanye
2. Metrotvnews.com (situs 2. Isu pelanggaran Hak
berita) Azasi Manusia (HAM)
3. Metro TV (televisi) 3. Debat Calon presiden
dan wakil presiden
4. Konser 2 Jari
5. Keberpihakan Presiden
Susilo Bambang
Yudhoyono
MNC Grup 1. Surat Kabar Sindo (media 1. Dugaan kecurangan
cetak) kampanye
Communication X, Nomor 1, April 2019 117
2. Sindonews.com (situs 2. Isu pelanggaran Hak
berita) Azasi Manusia (HAM)
3. RCTI (televisi) 3. Debat Calon presiden
dan wakil presiden
4. Konser 2 Jari
5. Keberpihakan Presiden
Susilo Bambang
Yudhoyono

Sesuai dengan order of sebagai transformasi media


discourse dalam analisis wacana komunikasi yang biasanya
kritis Norman Fairclough, maka ditimbulkan akibat hubungan timbal
bentuk tulisan/tayangan yang balik yang rumit antara berbagai
dianalisis dalam penelitian ini harus kebutuhan yang dirasakan, tekanan
sama, yaitu, hardnews/straightnews. persaingan politik serta berbagai
Selain itu, peneliti mengambil inovasi sosial dan teknologi (2003 :
wacana yang menjadi berita 34-42).
utama/headlines pada masing-masing Perkembangan teknologi
media sebagai objek penelitian. Dan, komunikasi (massa) bermula dari
yang mengenal mesin cetak yang menghasilkan surat
hardnews/straightnews sekaligus kabar, buku; teknik fotografi yang
berita utama adalah surat kabar. menghasilkan film; teknologi
Televisi dan situs berita tidak gelombang elektromagnetik yang
memiliki keduanya secara sekaligus melahirkan radio dan televisi; terakhir
seperti yang dijelaskan dalam tabel di teknologi berbasis internet yang
atas. kemudian mempopulerkan istilah
media baru (new media) (Stenley J.
Konvergensi Media Baran, 2012). Kehadiran internet
Media massa mengalami selanjutnya mengubah secara drastis
beberapa tahap perubahan, dan dramatis perkembangan media
transformasi, dan bahkan massa. Setidaknya internet memicu
bermetamorfosis. Roger Fidler dua perubahan mendasar dalam
(2003) menyebut fase berbagai lingkungan media massa. Pertama,
perkembangan media dengan nama perubahan proses jurnalistik,
mediamorfosis. Dalam pandangan termasuk digitalisasi. Kedua,
Fidler, mediamorfosis memiliki tiga perubahan bentuk dan format
konsep, yaitu, koevolusi, organisasi media.
konvergensi, dan kompleksitas. Ia Jika sebelumnya setiap jenis
mendefinisikan mediamorfosis media massa berdiri sendiri atau

Communication X, Nomor 1, April 2019 118


memiliki organisasi dan manajemen dan penerbitan. 5) Penampilan, tata
mandiri, kini mereka bergabung letak, dan akses.
dalam satu kesatuan yang dikenal Perubahan mendasar pada
dengan konvergensi. Makanya tidak jurnalisme media lantas
heran bila sekarang hampir semua memunculkan terminologi
media cetak dan elektronik mengenaskan bernama krisis
menyertainya dengan bentuk berita jurnalisme meski kata ‘krisis’
online, e-paper, dan live streaming. dipandang berlebihan. Todd Gitlin
World Association of (Eugenia Siapera, 2012 : 127)
Newspapers (WAN) menemukan berpendapat dalam kondisi seperti ini
enam tren efek internet terhadap istilah ‘krisis’ sangat tepat. Gitlin
jurnalisme. 1) Peningkatan menunjukkan kondisi krisis
jurnalisme partisipatif atau komunitas jurnalisme ini dengan
penghasil isi berita. 2). Munculnya mengidentifikasi lima indikator.
riset tentang audiens tentang pola Yaitu, (i) jatuhnya sirkulasi; (ii)
penggunaan media. 3). Penyebaran jatuhnya pendapatan advertising; (iii)
informasi (berita) yang dibuat sendiri difusi perhatian; (iv) krisis yang
secara online dan perangkat telepon berwenang; dan (v) ketidakmampuan
seluler. 4) Penataan kembali atau keengganan jurnalisme
newsroom yang lebih fokus kepada mempertanyakan struktur kekuasaan
audiens. 5). Pengembangan bentuk semua berkontribusi untuk membawa
baru tentang narasi/storytelling yang krisis yang mendalam jurnalisme.
disesuaikan dengan audiens dan Krisis jurnalisme didiagnosis
saluran yang baru. 6) Pertumbungan meliputi serangkaian masalah, yaitu,
audiens yang fokus pada penyesuaian yang berkaitan dengan waktu, uang,
berita dan juga penyesuaian berita otonomi, dan perubahan budaya.
pada multimedia. (Levi Obijiofor dan Sementara itu, perubahan
Folker Hanusch, 2011 : 178-179). pada bentuk dalam organisasi media
Sedangkan menurut John V. Pavlik menghadirkan konvergensi media.
(2001:194) dalam dunia digital, Perubahan bentuk ini sebagai salah
jurnalisme modern mengalami lima satu alternatif untuk bertahan atau
area perubahan. Yakni, 1) tetap survive dari perubahan zaman
Pengumpulan dan pelaporan berita. 2) akibat kemajuan teknologi
Pengumpulan informasi, komunikasi dan informasi. Meskipun
pengindeksan, dan demikian, konvergensi media adalah
pengembangannya, khususnya konsep yang ambiguitas. Istilah ini
konten untuk multimedia. 3) Proses, dipergunakan secara berbeda. Di satu
produksi, dan editorial. 4) Distribusi sisi, ia sebagai tempat bertemu

Communication X, Nomor 1, April 2019 119


(jaringan, berkumpul termasuk untuk atau perusahaan. Konvergensi bukan
wilayah sosial) dan apa yang terjadi hanya penyatuan konten—sebuah
ketika sesuatu itu dikumpulkan berita bisa muncul di berbagai media
(kompleksitas berita/peristiwa), yang berada dalam satu perusahaan,
misalnya. (Tanja Storsul dan Dagny tetapi juga penyatuan dalam satu
Stuedahl (ed), 2007 : 13). induk perusahaan media. MNC Grup,
Teoritikus konvergensi media contohnya, menaungi MNC TV,
Henry Jenkins mendefinisikan Koran Sindo, sindonews.com. Di
konvergensi sebagai proses Indonesia, selain MNC Grup yang
penyatuan yang terus menerus yang sudah melakukan konvergensi secara
terjadi di antara berbagai bagian lengkap (cetak, elektronik, dan situs),
media seperti teknologi, industri, adalah Kompas Group dan Media
konten dan khalayak. Dan, itu terjadi Group. Kompas Grup membawahi
secara terus menerus. Sedangkan koran Kompas, Kompas.com,
Burnett and Marshall (2003 : 1) KompasTV. Sedangkan Media Grup
mendefinisikan konvergensi sebagai membawahi surat kabar Media
penggabungan industri media, Indonesia, MetroTV, dan
telekomunikasi, dan komputer Metrotvnews.com.
menjadi sebuah bentuk yang bersatu Bahkan, konvergensi media
dan berfungsi sebagai media memungkinkan satu grup perusahaan
komunikasi dalam bentuk digital. selain memiliki media konvensional,
Senada dengan dua definisi di atas, juga termasuk media sosial. Kompas
Bob Franklin et. al. (2005 : 49-50) Group, misalnya, memiliki
menegaskan konvergensi media Kompasiana. Grup media lain seperti
adalah pertukaran di antara media di Tempo memiliki blog.tempo,
antara semua media yang berbeda Detik.com memiliki forumdetik.com,
karakteristik dan platformnya. dan sebagainya. Namun MNC Group
Komputer menawarkan sebuah dan Media Group yang menjadi objek
bentuk ke radio dan televisi. Telepon penelitian ini belum memiliki media
seluler yang memiliki gambar dan sosialnya. Dengan demikian, media
teks dapat mengambil beberapa sosial yang sebelumnya merupakan
karakteristik dari komputer dan radio. ajang kreasi dan kebebasan individu,
Dengan demikian ketika diambil alih atau diciptakan, ia
konvergensi media bisa dipahami pun menghasilkan keuntungan bagi
sebagai sebuah integrasi atau media grup tersebut.
penyatuan beberapa media Konvergensi juga merupakan
konvensional dengan kemajuan aplikasi dari teknologi digital, yaitu
teknologi informasi menjadi satu atap integrasi teks, suara, angka, dan

Communication X, Nomor 1, April 2019 120


gambar; bagaimana berita diproduksi, kekuasaan politik menjadikan
didistribusikan, dan dikonsumsi. jurnalisme tidak netral, jujur, adil,
Dailey, Demo, dan Spillman objektif, dan terbuka. Informasi yang
menjelaskan aktivitas disajikan pun menjadi masalah. Inilah
konvergensi media meliputi antara yang disebut jurnalisme
lain cross-promotion (lintas menumbuhkan persoalan
promosi), cloning (penggandaan), epistemologi yang bernama
coopetition (kolaborasi), content objektivitas pengetahuan, paradoks
sharing (berbagi isi), dan full pengetahuan, dan menimbulkan
convergence (penyatuan). Dengan hiperrealitas.
konvergensi media, berita yang Kondisi jurnalisme ketika
dahulu disebut mengabarkan disusupi politik membuat jurnalisme
peristiwa yang sudah terjadi, kini kehilangan marwah mulia; tercerabut
definisi tersebut berubah menjadi dari akar kesejatian; kehilangan
peristiwa yang sedang terjadi. idealismenya. Jurnalisme kehilangan
(Ignatius Haryanto, 2014 : 212). tanggung jawab karena
Bahkan jika kita menggunakan ketidakakuratan, pengabaian, dan
paradigma jurnalisme interpretatif, stereotype. (Karen Sanders, 2004).
berita bisa juga peristiwa yang akan Secara makro praktik jurnalisme
terjadi. dalam kontestasi politik adalah
Konvergensi media ternyata anomali. Dari kondisi ini kemudian
bukan hanya berpengaruh pada menimbulkan krisis. Menurut
perubahan proses jurnalistik, tetapi Thomas Kuhn (1962), kondisi
juga menyangkut ke berbagai aspek anomali dan krisis dalam ilmu
kehidupan. Ia akan berdampak pada pengetahuan yang membutuhkan cara
konsumsi media masyarakat, persepsi pandang baru. Kuhn menyebutnya
publik, penyebaran informasi, dan dengan paradigma. Krisis ini terjadi
literasi media, misalnya. Singkat kata, disebabkan paradigma jurnalisme
konvergensi media bakal lama tidak bisa lagi menangkap dan
menghadirkan konstruksi sosial mewadahi realitas kontemporer
media baru yang belum pernah terjadi secara utuh.
sebelumnya. (Rahma Sugihartati, Keberpihakan politik media
2014:89). Lihat juga Burhan Bungin dalam suatu kontestasi politik
(2008). menunjukkan media sebagai aktor
politik. Teks yang diproduksi
Paradigma Baru menunjukan nilai guna jurnalisme
Dalam pandangan Yasraf bergeser dari pemantau kekuasaan
Amir Piliang (2010), tarikan menjadi aktor politik yang terlibat

Communication X, Nomor 1, April 2019 121


dalam perebutan kekuasaan. Selama laporan komitmen terhadap fakta.
dalam kontestasi politik media aktif, Inilah yang belum berubah. Karena
terbuka membuat dan mendefinisikan kalau komitmen jurnalisme terhadap
realitas politik melalui konstruksi laporan fakta pudar berarti jurnalisme
wacana yang mereka bangun dengan mati; jurnalisme selesai.
mengklaim netral dan independen. Realitas jurnalisme ketika
Meskipun demikian, kampanye pilpres 2014 yang menjadi
konstruksi teks media dalam suatu objek penelitian menunjukan bahwa
kontestasi politik dibangun atas ragam terhadap fakta sudah menjadi
wacana dan agenda yang dibuat sesuatu yang biasa. Perbedaan sudut
publik. Inilah yang disebut jurnalisme pandang terhadap realitas,
sebagai konstruksi realitas agenda pengambilan angle berita yang
politik publik. Teori ini berangkat berlainan dan perbedaan pemahaman
dari beberapa asumsi dasar. Pertama, terhadap kode etik jurnalistik menjadi
publik mengkonstruksi agenda untuk sesuatu yang lumrah. Beragam berita
kepentingan politik mereka. Kedua, terhadap satu realitas atau peristiwa
publik mendorong dan menyakinkan sama tidak lagi dipandang sebagai
media bahwa agenda politiknya sesuatu yang tabu.
penting bagi publik yang lain. Ketiga, Model keberagaman dalam
agenda politik publik harus seiring kerja jurnalistik inilah bisa dipotret
dengan agenda politik media. Dalam sebagai cikal bakal fenomena post-
konstruksi realitas agenda politik jurnalism. Istilah ini berangkat dan
publik sesungguhnya yang perkasa berakar dari post- truth. Kamus
adalah publik. Media hanya alat dan Oxford mendefinisikan post-
memiliki kepentingan yang sama truth sebagai kondisi ketika fakta—
dengan agenda politik publik. dalam jurnalistik-- tidak terlalu
berpengaruh dalam membentuk opini
Post-journalism publik dibanding emosi dan
Perkembangan jurnalisme keyakinan personal. Artinya, fakta
kontemporer sangat mengerikan atau peristiwa dalam sebuah berita
karena jurnalisme berubah terus. hanya sebagai cikal bakal semata,
Jurnalisme ditantang oleh teknologi tetapi yang membentuk persepsi dan
komunikasi yang lebih baru yang pengaruh ke publik adalah adukan
menyebabkan jurnalisme harus emosi, rasa sentimen, dan kenyakinan
menyesuaikan dirinya. Tetapi pribadi. Fakta dan peristiwa
patokan-patokan membuat kebenaran dibungkus oleh media dengan sangat
(truth) harus terus disampaikan. ciamiknya sehingga menjadikan lebih
Kebenaran harus disampaikan; indah dari yang sebenarnya. Ia

Communication X, Nomor 1, April 2019 122


tampak lebih faktual dari fakta yang Fenomena post-truth sangat
sebenarnya. (Jean Baudrillard, 1983) menggila di media sosial. Twitter,
Dalam konteks hubungan misalnya, adalah media sosial paling
media dengan jurnalistik politik mudah menyampaikan keriuhan yang
realitas kepentingan publik sangat menjadi ciri khas post-truth ini. Di
susah dipisahkan dari kepentingan dunia jurnalisme berita hoax adalah
partai politik atau kandidat ketika salah satu indikasi post-truth. Hal ini
dibungkus oleh media televisi, menunjukan kegamangan jurnalisme
khususnya. Bagaimana seseorang dalam menghadapi realitas politik
harus menyampaikan bahwa tidak yang penuh dengan kebohongan dan
berpihak, sementara dia mengatakan tipu daya. Dengan demikian post-
berpihak. Sebuah televisi atau siapa truth dan post-journalism adalah satu
saja boleh mengatakan bahwa tidak jalur berbeda nama.
berada di satu pihak. Karena realitas Dalam post-journalism tidak
sudah begitu kompleks, maka apakah ada standar etika dan moralitas yang
betul era post-journalistic. Inilah era bisa dipegang. Realitas jurnalisme ini
bahwa fakta tidak begitu penting lagi disebut Agus Sudibyo dengan
tetapi yang penting sentimen yang Nihilisme Moralitas Bermedia
dibangunnya. Dari fakta ke sentimen. (Kompas, 27 Maret 2017).
Dari objektif ke subjektif. Jadi yang Masyarakat kesulitan untuk
dibutuhkan adalah efek subjektif. membedakan antara berita dan hoax;
Kamus Oxford melanjutkan informasi palsu dan keterangan asli;
Berdasarkan keterangan editornya, gosip dianggap berita. Sebaliknya
jumlah penggunaan istilah tersebut di berita dipandang sebagai gosip.
tahun 2016 meningkat 2000 persen Dalam post-journalism,
bila dibandingkan 2015. Bahkan pada jurnalisme terjebak dalam kontestasi
2016, post-truth menjadi “Word of dengan media sosial, khususnya
the Year” tahun 2016. Pemicu dalam proses penyebaran informasi.
terbesar pemakaian istilah post-truth Padahal ranah kedua bidang itu
adalah pada dua peristiwa politik, berbeda. Pun, kecepatan adalah
yaitu, keluarnya Inggris Raya dari wilayah media sosial bukan wilayah
Uni Eropa atau dikenal dengan istilah jurnalisme. Tetapi, tekanan ekonomi-
Brexit dan terpilihnya Donald Trump bisnis dan politik-kekuasaan
sebagai presiden Amerika Serikat seringkali memerangkap jurnalisme
mengalahkan Hillary Clinton yang dalam kompetisi tersebut. Akibat
lebih dijagokan oleh media (Uno kontestasi yang tidak seimbang plus
Megazine, Maret 2017). beragam faktor di luar jurnalisme,
kualitas dan dunia jurnalisme

Communication X, Nomor 1, April 2019 123


bergeser serta terjadi penurunan
martabatnya.
Tabel 2
Perbedaan Media Sosial dan Jurnalisme
No Aspek Jurnalisme Media Sosial
1 Orientasi Ketepatan Kecepatan
2 Metode Verifikasi Histeria
3 Tujuan Kebenaran Kemenangan
4 Sosial Pertanggungjawaban Hit and Run
5 Ekonomi Membayar Pajak Penghasilan Individual
6 Nilai Etika dan Moralitas Fake dan Hoax
(Hasil kreasi sendiri dan diolah dari berbagai sumber)
Jurnalisme Agenda Politik Publik
Semua berita yang diteliti Bambang Yudhoyono, ataupun
adalah konstruksi realitas agenda pembuatan even kampanye melalui
politik publik, tim sukses (tim konser Salam 2 Jari, ataupun agenda
pemenangan kedua kandidat) atau resmi atau kerja sama KPU berupa
institusi yang berkepentingan denga debat capres-cawapres. Dalam
pemilihan presiden (KPU dan konteks itulah sesungguhnya berita
Bawaslu). Konstruksi itu dijalankan dan wacana pada kampanye pilpres
melalui konferensi pers tentang 2014 adalah konstruksi realitas
dugaan pelanggaran HAM Prabowo, agenda politik publik, baik
undangan peliputan mengenai perseorangan, kelompok, maupun
keberpihakan Presiden Susilo institusi.
Tabel 3
Konstruksi Realitas Agenda Politik Publik
No. Wacana Publik Metode
1. Dugaan Pelanggaran Tim Undangan dan press
HAM Prabowo sukses/pemenangan release
Jokowi-JK
2. Debat Capres-Cawapres KPU Kerja sama dan
undangan
3. Konser Salam 2 Jari Tim Event,undangan,
sukses/pemenangan dan press release
Jokowi-JK
4. Keberpihakan Presiden Tim Undangan/embodied
Susilo Bambang sukses/pemenangan (melekat)
Yudhoyono Prabowo-Hatta
(Hasil kreasi sendiri dan diolah dari berbagai sumber)
Konstruksi realitas agenda realitas media Burhan Bingin. Dari
politik publik merupakan awalnya konstruksi realitas ini
pengembangan dari konstruksi bermula dari teori sosiologi
Communication X, Nomor 1, April 2019 124
pengetahuan Peter L.Berger dan Kedua, objektivikasi
Thomas Luckmann (1979) yang merupakan hasil yang digapaidari
melahirkan teori konstruksi realitas eksternalisasi. Realitas objektif itu
sosial. berbeda dengan kenyataan subjektif
Berger dan Luckman setiap individu. Ia menjadi kenyataan
mengembalikan hakikat dan peranan empiris yang bisa dialami masing-
sosiologi pengetahuan dalam masing individu. Pada tahap inilah
kerangka ranah sosiologi. Mereka masyarakat harus dilihat sebagai
mendefinisikan pengertian tentang realitas yang objektif.
kenyataan, pengetahuan dalam Ketiga, eksternalisasi adalah
konteks interaksi sosial. Keduanya usaha atau ekspresi setiap individu ke
juga menggunakan metodologi tepat dalam dunia, baik mental ataupun
untuk meneliti pengalaman fisik. Proses ini adalah ekspresi untuk
intersubyektivitas dalam konstruksi menguatkan eksistensi individu
realitas sosial. Dalam konsep Berger dalam masyarakat.
dan Luckmann kenyataan dibangun Salah satu pengembangan
secara sosial, sehingga sosiologi teori sosiologi pengetahuan dalam
pengetahuan harus menganalisis ranah komunikasi, khususnya
terjadinya kenyataan tersebut. komunikasi massa dikembangkan
Individu dalam masyarakat sebagai Burhan Bungin (2008 : 94). Ia
pihak yang membangun masyarakat, berpendapat media massa, termasuk
pengalaman individu tidak bisa surat kabar, menjadi variabel yang
dipisahkan dengan gerak dan sangat substantif dalam proses
dinamika masyarakatnya. eksternalisasi, objektivikasi, dan
Dalam teori ini ada tiga internalisasi. Karena pengaruh media
Berger dan Luckmann yang sangat massa itulah ia memunculkan teori
penting. Pertama, internalisasi adalah baru sekaligus revisi terhadap Berger
proses ketika masyarakat sebagai dan Luckmann dengan tiga
kenyataan subyektif menyiratkan terminologi, yaitu, eksternalisasi,
realitas obyektif ditafsirkan secara subjektivikasi, dan intersubjektif.
subyektif oleh setiap individu. Dalam Inti teori Burhan Bungin
proses menafsiran tersebut terjadilah (2008 : 95) yang dikenal dengan
internalisasi.Dengan begitu, konstruksi realitas media adalah
internalisasi merupakan proses sirkulasi informasi yang cepat dan
manusia untuk memasukan dunia luas yang disebarkan oleh media
yang dihuni bersama individu yang massa sehingga konstruksi sosial
lain. berlangsung sangat cepat dan
sebarannya merata. Realitas yang

Communication X, Nomor 1, April 2019 125


dibangun media massa tersebut Ada beberapa asumsi dasar
membentuk opini publik, massa konstruksi realitas agenda politik
cenderung apriori, dan opini massa publik. Pertama, publik (pribadi,
cenderung sinis. Ia menggambarkan kelompok, atau organisasi)
konstruksi sosial media massa seperti mengkonstruksi agenda untuk
dalam tabel di bawah ini. kepentingan politik mereka. Kedua,
Dalam pandangan Burhan publik mendorong dan menyakinkan
Bungin (2008 : 195-205), konstruksi media bahwa agenda politiknya
realitas media melalui empat penting bagi publik yang lain
tahapan. Pertama, penyiapan materi (eksternal). Ketiga, agenda politik
konstruksi. Kedua, sebaran publik harus seiring dengan agenda
konstruksi. Ketiga, pembentukan politik media. Dengan konstruksi
konstruksi realitas. Keempat, realitas agenda politik publik
konfirmasi. Dari empat tahapan itu sesungguhnya yang perkasa adalah
melahirkan dua model konstruksi publik. Sedangkan media “lemah”
realitas media massa, yaitu model karena hanya sebagai alat dan
analog dan refleksi realitas. Model memiliki kepentingan yang sama
pertama terjadi dan dibangun secara dengan agenda politik publik.
rasional dan dramatis terhadap suatu Buku yang ada di tangan
kejadian. Dari sini masyarakat pembaca ini adalah analisis wacana
mendapat realitas yang dikonstruksi kritis terhadap wacana pada
media mssa dari sebuah peristiwa kampanye pemilihan presiden 2014.
yang terjadi dalam masyarakat. Kompas Grup, Media Grup, dan
Namun, realitas yang dikonstruksi MNC Grup yang sudah melakukan
media massa bukan realitas konvergensi media menjadi objek
sebenarnya. Sedangkan model kedua buku ini. Melalui studi teks dalam
terbangun dari refleksi yang pernah lima tema kampanye pilpres 2014,
terjadi dalam masyarakat. penulis menemukan banyak hal
Jurnalistik yang pada awalnya menarik seperti yang akan dibahas di
adalah proses mencari (data/berita) bawah ini.
dan berposisi aktif, dalam konteks Buku ini merupakan
kampanye pilpres 2014 menjadi penyempurnaan dari disertasi penulis
menerima (data/berita) dan berposisi ketika menyelesaikan program
pasif. Dalam konteks inilah wacana doktoral di Universitas Padjadjaran,
yang dibangun oleh media Bandung. Sebagai sebuah karya
sesungguhnya adalah konstruksi ilmiah, buku ini sangat layak untuk
realitas agenda politik publik. dikonsumsi publik, khususnya
peminat kajian media dan jurnalisme.

Communication X, Nomor 1, April 2019 126


Terlepas dari kekurangan dan konstruktif bagi perkembangan
kelebihannya, kehadiran buku ini keilmuan komunikasi khususnya di
patut diapresiasi semua kalangan negeri ini.
sebagai sebuah konstribusi positif-

Communication X, Nomor 1, April 2019 127

Anda mungkin juga menyukai