Makalah Penelitian Kel. 6
Makalah Penelitian Kel. 6
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Elena Felin Palallo
Fadhia Filzah
Fikriyya Aulia Ghifari
M. Rasya Pernanda Putera
Razan Nuro Otary
Zalfa Khoirunnisa
XI MIPA 1
SMAN 3 KUNINGAN
Pertama-tama kami ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
kasih dan berkat kuasanya kami dapat menyelesaikan tugas makalah penelitian ini dengan
judul Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Kondisi Mental Seorang Anak.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih. Ucapan terima
kasih ini penulis tujukan kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Sri Yeti Nurhayati selaku pengajar yang telah membimbing dan
memberikan saran.
2. Teman-teman satu kelompok yang telah membantu penulis sehingga proposal ini
dapat selesai.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah penelitian ini sebaik mungkin,
penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
DAFTAR ISI
Judul Penelitian......................................................................................................................
Kata Pengantar.......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................
2.1.1 Keluarga
2.1.2 Remaja
2.1.3 Lingkungan
2.1.4 Kesehatan Mental
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
2.1.6 Pengaruh Lingkungan Keluarga dengan Kesehatan Mental Remaja
2.1.7 Peran Lingkungan Keluarga Dalam Menjaga Kesehatan Mental Remaja
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Keluarga dipahami sebagai kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang
yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan,
dan adopsi. Definisi tersebut menunjukkan bahwa keluarga mensyaratkan adanya hubungan
perkawinan, hubungan darah, maupun adopsi sebagai pengikat.
Namun pada kenyataannya, ada sebagian anak dan remaja yang hidup di dalam
keluarga yang tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik yakni keluarga yang
mengalami perpecahan (broken home). Ulwan (2002) mengatakan bahwa broken home
adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orangtua
sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi,brutal dan susah diatur.
Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan mental
yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup. Kondisi mental
yang sehat akan membantu perkembangan seseorang kearah yang lebih baik dimasa
mendatang (Adityawarman, 2010). Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang
mampu menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal,
dapat bekerja secara produktif dan mampu memberi kontribusi terhadap lingkunganya
(WHO, 2016). Sedangkan masalah kesehatan mental diartikan sebagai ketidakmampuan
seseorang menyesuaikan diri terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang mengakibatkan
ketidakmampuan tertentu (Kartono, 2000).
Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja. Remaja dalam kelompok ini
adalah remaja yang terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai dengan panduan Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5) yang menjadi panduan
penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia.
Untuk mewujudkan kesehatan mental remaja tidak dapat terlepas dari peran serta
keluarga dan masyarakat dalam membina mental remaja. Beberapa hal yang dapat dilakukan
keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan kesehatan mental remaja yaitu: Orangtua harus
menyediakan watu dan tenaga, Keluarga ikut berpartisipasi dan merencanakan,
melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi kesehatan mental anak.
Dalam perkembangan kehidupan seperti sekarang ini banyak orang tua yang sulit
mendidik anak remajanya dalam keluarga, apalagi kondisi orangtua yang sibuk mencari
nafkah di luar rumah. Karena itu remaja juga mencari kesibukan di luar rumah dan asyik
dengan teman sebayanya membicarakan masalah yang mereka hadapi.
Pada prinsipnya mereka juga tidak mendapatkan solusi dari masalah yang mereka
alami, dan pada akhirnya mereka nekad untuk mencari solusi dengan cara mereka sendiri,
bahkan sering mereka mengorbankan mentalnya, seperti mengkonsumsi narkoba, pelecehan
seksual dan remaja juga sering mengabaikan pendidikan agama yang diberikan orangtuanya
dalam keluarga. Hal ini tidak terlepas juga dari kurangnya pengawasan orangtua terhadap
pergaulan anak remajanya yang bebas dengan lingkungan sosialnya. Banyak Rremaja yang
sibuk dengan memanfaatkan aplikasi jejaring sosial.
Penelitian ini, mengambil metode kualitatif deskriptif dengan desain studi kasus
tunggal karena sasaran yang diambil mempunyai karakteristik yang sama yaitu keluarga.
Analisis data yang digunakan yaitu model analisis interaktif yang terdiri dari komponen
pokok yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan sebab tiga komponen analisis
tersebut saling berkaitan dan berinteraksi. Validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi
sumber. Secara umum temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pola komunikasi yang
diterapkan dalam keluarga yaitu pola komunikasi demokratis, pola otoriter dan pola otoriter-
demokratis.
Berdasarkan dari permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mengkaji secara mendalam tentang seberapa besar pengaruh dan peran
keluarga terhadap kesehatan mental anak.
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1. Keluarga
Keluarga merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat, serta merupakan rantai
kehidupan yang bersejarah dalam perjalanan hidup manusia. Dengan kata lain, Keluarga
merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat, akan tetapi mempunyai pengaruh yang
besar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan ‘’Keluarga’’ : ibu bapak dengan
anak-anaknya, satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Keluarga merupakan
sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk
mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan
kasih sayang diantara anggotanya.
Menurut Psikologi, Keluarga bisa diartikan sebagai dua orang yang berjanji hidup
bersama yang memiliki komitmen atas dasar cinta, menjalankan tugas dan fungsi yang saling
terkait karena sebuah ikatan
batin, atau hubungan perkawinan yang kemudian melahirkan ikatan sedarah, terdapat pula
nilai kesepahaman, watak, kepribadian yang satu sama lain saling mempengaruhi walaupun
terdapat keragaman, menganut
ketentuan norma, adat, nilai yang diyakini dalam membatasi keluarga dan yang bukan
keluarga.
Remaja adalah waktu manusia berumur 13-18 tahun. Pada masa remaja manusia tidak
dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah
masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.
2.1.3 Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya
alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah
maupun di dalam lautan. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan berhubungan
timbal balik. Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang antara
makhluk hidup dan komponen abiotik lainnya.
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain.
Menurut Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health)
menjelaskan pengertian dari kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya
perkembangan yang baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai
dengan keadaan orang lain.
Kesehatan mental yang baik memiliki kondisi batin yang berada dalam keadaan
tentram, tenang dan positif, sehingga hal tersebut membuat seseorang untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Namun ketika sebaliknya ketika
memiliki gangguan kesehatan mental maka akan menimbulkan dampak seperti: emosi selalu
tinggi dan cepat marah dan mengalami sakit yang tidak dapat dijelaskan.
Faktor fisik cukup dapat mempengaruhi kualitas kesehatan mental pada seseorang.
Seseoang yang mengalami sakit fisik berat atau sakit fisik dalam waktu yang lama akan
mempengaruhi kondisi emosional dan dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh secara
drastis dan semangat hidupnya juga berkurang
Kekuatan pada mental dan emosional yang mendukung, serta saran positif diperlukan
untuk membangunkan semangat hidup dalam mengembalikan kesehatan jasmani dan rohani
Dilihat dari faktor yang mempengaruhi kesehatan mental tersebut, maka keluarga
adalah salah satu fakor yang berpengaruh besar terhadap kesehatan mental seseorang. Agar
kesehatan mental dapat tercapai maka dibutuhkan upaya pencegahan berawal dari keluarga.
Keluarga bisa menjadi faktor protektif, namun juga pemicu munculnya gangguan mental.
Menemani anak dan memberikan kata-kata penyemangat dari orang dewasa kepada
anak dapat membantu anak mengembangkan kepercayaan diri, harga diri, dan pandangan
emosional yang sehat tentang kehidupan. Ada beberapa hal yang semua anggota keluarga
dapat lakukan untuk menjaga kesehatan mental anak, antara lain sebagai berikut:
Anak membutuhkan tujuan realistis yang sesuai dengan ambisi dan kemampuan
mereka. Dengan bantuan keluarga, anak dapat memilih kegiatan baru yang dapat menguji
kemampuan mereka dan meningkatkan kepercayaan diri.
3. Jujur
Jangan sembunyikan kegagalan yang anggota keluarga alami dari anak. Penting bagi
mereka untuk mengetahui bahwa semua orang pasti membuat kesalahan. Dengan mengetahui
bahwa orang dewasa tidak sempurna bisa membantu mereka memahami kehidupan.
Penting bagi orang tua untuk memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak
karena pada hakikatnya anak akan lebih mudah mencontoh perilaku yang dilakukan oleh
orangtuanya daripada hanya mendengar perkataan belaka.
Jika seorang anak gagal dalam sebuah ujian, cari tahu bagaimana perasaan anak
mengenai situasi tersebut. Anak mungkin akan berkecil hati. Namun jika orangtua tahu
situasi yang tepat, maka ajaklah anak untuk berbicara. Menerima kegagalan adalah salah satu
cara terbaik untuk menguatkan kesehatan mental anak.
Jangan selalu meminta anak untuk berusaha mendapatkan hasil yang terbaik, tetapi
ajari anak untuk selalu menikmati proses yang dilakukan. Mengeksplorasi aktivitas baru akan
mengajarkan anak tentang teamwork, harga diri, dan keterampilan baru.
BAB 3
3.1 Kesimpulan
Lingkungan keluarga memiliki pengaruh kuat pada kehidupan anak, selama masa
perkembangan dan pertumbuhan anak remaja peran orang tua sangat dibutuhkan. Anak
membutuhkan perhatian, kepedulian orang tua, rasa aman, kehangatan, dan kedekatan dengan
orang tua. Akan tetapi beberapa anak tidak mendapatkan hal tersebut, anak kehilangan sosok
ayah dan ibunya. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian seorang anak, baik itu peran ayah ataupun peran ibu keduanya harus turut
berperan dalam membentuk kepribadian seorang anak. Ketika orang tua mampu melakukan
perannya dengan baik maka akan tercipta lingkungan keluarga yang sehat, karena lingkungan
keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anak.
Peran orang tua yang tidak dirasakan oleh anak membuatnya merasa tidak nyaman
pada teman sebaya. Hubungan teman sebaya memang berjalan baik akan tetapi tidak
membawa dampak positif bagi anak. Teman banyak membawa pengaruh negatif dan selalu
melakukan aktivitas sosial negatif, sehingga anak yang cenderung memiliki kelekatan dengan
teman sebaya melakukan konformitas. Bahkan pada perilaku seks, temanlah salah satu
sumber informasi seks yang dominan.
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan diantaranya adalah:
Hendaknya keluarga selalu memperhatikan perkembangan mental remaja baik saat ia berada
di dalam rumah maupun pada saat duliar di lingkungan masyarakat, serta lebih banyak berusaha
meluangkan waktu untuk, baik itu memberikan rasa aman, nyaman dan menciptakan suasana rumah
yang damai agar mental remaja tumbuh dan berkembang secara baik dan sempurna. Jangan terlalu
sibuk mengejar perekonomian sehingga anak nantinya akan mencari kebahagiaan dan kenyamanan
diluar lingkungan keluarga, serta menyampaikan pendidikan dan informasi sebagai bekal dan agar
tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan luar yang tidak baik.
DAFTAR PUSTAKA
Diananda, Amita. "Psikologi remaja dan permasalahannya." ISTIGHNA: Jurnal
Pendidikan dan Pemikiran Islam 1.1 (2019): 116-133.
Hasil Survei I-NAMHS: Satu dari Tiga Remaja Indonesia Memiliki Masalah Kesehatan
Mental. Ugm.ac.id.URL: https://www.ugm.ac.id/id/berita/23086-hasil-survei-i-
namhs-satu-dari-tiga-remaja-indonesia-memiliki-masalah-kesehatan-mental. Diakses
tanggal 24 Oktober 2022
Mengenal Father Hunger, Gangguan Psikologi Anak yang Kehilangan Sosok Ayah.
Beritasatu.com. URL : https://www.beritasatu.com/lifestyle/1037383/mengenal-
father-hunger-gangguan-psikologi-anak-yang-kehilangan-sosok-ayah/amp. Diakses
tanggal 10 April 2023
Ranny, Ranny, et al. "Konsep diri remaja dan peranan konseling." JPGI (Jurnal Penelitian
Guru Indonesia) 2.2 (2017): 40-47.
Replita, Replita. "Pengaruh lingkungan sosial dan keadaan ekonomi keluarga terhadap
kesehatan mental remaja di Kelurahan Aek Tampang." Jurnal Kajian Gender dan
Anak 2.2 (2018): 147-170.
Sehat Mental Atau Gangguan Mental ? Berawal Dari Keluarga oleh Ismiyati Yuliatun,
S.Psi, Psi. rsjd-surakarta.jatengprov.go.id. URL : https://rsjd-
surakarta.jatengprov.go.id/2020/08/27/sehat-mental-atau-gangguan-mental-berawal-
dari-keluarga-oleh-ismiyati-yuliatun-s-psi-psi/. Diakses tanggal 27 Agustus 2022